Skip to content
AUFKL ARUNGOFNUI
BERANDA
PERIHAL
RINGKASAN BUKU SOSIOLOGI SUATU
PENGANTAR PROF. DR.
SOERJONO SOEKANTO
24 APRIL 2015 | NURISYAMSIAH
SOSIOLOGI SUATU PENGANTAR Prof. Dr.Serjono Soekanto
BAB. 1 Pendahuluan 1. Pengantar
Sosiologi merupakan suatu ilmu yang masih muda, walau telah mengalami perkembangan yang cukup lama, setiap manusia mengenal kebudayaan dan peradaban,
masyarakat manusia sebagai proses pergaulan hidup yang telah menarik perhatian. Pemikiran terhadap masyarakat lambat laun mendapat bentuk sebagai suatu ilmu
pengetahuan yang kemudian dinamakan sosiologi,
pertama kali terjadi di Eropa. Pada abad 19 Auguste Comte menulis beberapa buah buku yang berisikan pendekatan-pendekatan umum untuk mempelajari masyarakat. Dia beranggapan saatnya telah tiba bahwa sumua penelitian terhadap permasalahan kemasyarakatan dan gejala-gejala masyarakat memasuki tahap akhir, yaitu tahap ilmiah.
perkembangan ilmu pengetahuan dan sosiologi harus di bentuk berdasarkan pengamatan terhadap masyarakat bukan merupakan spekulasi.
1. Ilmu Pengetahuan dan Sosiologi
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan (knowledge) yang
tersusun secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, yang selalu dapat diperiksa dan ditelaah
(dikontrol) dengan krisis setiap orang lain yang
mengetahuinya. Unsur- unsur (element)yang merupakan
bagian- bagian yang tergabung dalam suatu kebulatan adalah :
1. Pengetahuan (knowledge)
2. Tersusun secara sistematis
3. Menggunakan pemikiran
4. Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum (objektif).
Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia
sebagai hasil penggunaan panca indranya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs),
takhayul (superstitions) dan penerangan- penerangan yang keliru (misinformations). Ilmu pengetahuan dapat di
bedakan menurut sifat dan objeknya.
Menurut sifat ilmu pengetahuan di kelompokan menjadi :
1. Ilmu pengetahuan yang bersifat eksak
2. Ilmu pengetahuan yang bersifat non-eksak
Menurut objek ilmu pengetahuan di kelompokan menjadi :
1. Ilmu matematika
2. Ilmu pengetahuan alam
3. Ilmu tentang perilaku
4. Ilmu pengetahuan kerohanian
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan karena memiliki
1. Sosiologi bersifat empiris, ilmu pengetahuan itu didasarkan pada observasi terhadap kenyataan dan akal sehat serta hasinya tidak bersifat spekulatif.
2. Sosiologi bersifat teoritis, ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi dan menyusunnya menjadi sebuah teori.
3. Sosiologi bersifat komulatif, teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada dalam arti
diperbaiki, memperluas dan memperhalus teori yang lama.
4. Sosiologi bersifat non etis, yang mempersoalkan fakta tertentu untuk tujuan menjelaskan fakta tersebut secara analitis.
Sosiologi mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya dan hubungan-hubungan antara orang-orang dalam
masyarakat. Beberapa definisi sosiologi :
1. Pitirim Sorokin,Sosiologi ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka
macam gejala-gejala social, gejala social dengan gejala nonsosial, cirri-ciri umum semua gejala social.
2. Roucek dan WarrenSosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dalam antar kelompok-kelompok.
3. William F Ogburn dan Meyer F Nimkoff Sosiologi
adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi social dan hasilnya yaitu organisasi social
4. A.A van Doorn dan C.J Lammers Sosiologi adalah ilmu
pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
5. Selo Soemardjan dan Soelaeman Sumardi Sosiologi
Sosiologi merupakan ilmu social yang objeknya adalah masyarakat. Masyarakat mencakup beberapa unsure berikut.
Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama
Bercampur untuk waktu yang cukup lama.
Mereka sadar bahwa mereka satu kesatuan.
Mereka merupakan suatu system yang hidup bersama.
1. Gambaran Ringkas tentang Sejarah Teori-teori Sosiologi
2. Apakah Teori?
Suatu teori pada hakikatnya merupakan hubungan antara dua fakta atau lebih, atau pengaturan fakta menurut cara- cara tertentu. Kegunaan teori Sosiologi :
1. Suatu teori atau beberapa teori merupakan ikhtisar hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang dipelajari sosiologi.
2. Teori memberikan petunjuk- petunjuk terhadap
kekurangan- kekurangan pada seseorang yang memperdalam pengetahuannya di bidang sosiologi.
3. Teori berguna untuk lebih mempertajam atau lebih
mengkhususkan fakta yang dipelajari oleh sosiologi.
4. Suatu teori akan sangat berguna dalam
mengembangkan system klarifikasi fakta, membina struktur konsep- konsep serta memperkembangkan definisi- definisi yang penting untuk penelitian.
5. Pengetahuan teoritis memberikan kemungkinan-
kemungkinan untuk mengadakan proyeksi social .
2. Perhatian Terhadap Masyarakat Sebelum Comte
Seorang filsuf Barat yang pertama kali menelaah
mengalami kegoncangan. Artistoteles (348-322 SM)
mengikuti system analisis secara organis dari Plato. Dalam bukunya politic, Aristoteles mengadakan suatu analisis mendalam terhadap lembaga-lembaga politik dalam masyarakat.
Pada akhir abab pertengahan muncul ahli filsafat Arab, Ibn Khaldun (1332-1406) yang mengemukakan beberapa
prinsip pokok untuk menafsirkan kejadian-kejadian social dan peristiwa dalam sejarah. Prinsip-prinsip yang sama akan dijumpai bila ingin mengadakan analisis terhadap timbul tenggelamnya Negara-negara. Pada
zaman Renaissance (1200-1600), tercatat nama-nama
seperti Thomas More dengan Utopia –nya dan Campanella yang menulis City of the Sun. Mereka masih sangat
terpengaruh oleh gagasan-gagasan terhadap adanya
masyarakat yang ideal. Berbeda dengan mereka adalah N. Machiavelli yang menganalisis bagaimana
mempertahankan kekuasaan.
Abad ke-17 ditandai dengan munculnya tulisan Hobbes (1588-1679) yang berjudul The Leviathan. Dia
keinginan umum.Pada abab ke -19 muncul ajaran seperti Saint Simon (1760-1825) menyatakan bahwa manusia hendaknya di pelajari dalam kehidupan kelompok.
3. Sosiologi Auguste Comte (1798- 1853)
Auguste Comte adalah orang pertama – tama memakai istilah “Sosiologi” dan yang membedakan antara ruang lingkup dan isi sosiologi dari ruang lingkup dan isi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. menurut Comte ada 3 tahap
perkembangan intelektual :
1. Tahap teologis, yaitu tahap dimana manusia
menafsirkan gejala-gejala di sekelilingnya secara teologis, yaitu dengan kekuatan-kekuatan roh dewa-dewa atau Tuhan Yang Maha Kuasa.
2. Tahap metafisik, yaitu manusia menganggap bahwa
dalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkap.
3. Ilmu pengetahuan positif, yaitu manusia masih terikat cita-cita tanpa verifikasi karena adan kepercayaan
bahwa setiap cita-cita terikat pada suatu realitas tertentu dan dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum alam yang seragam.
Hal yang menonjol dari sistematika Comte adalah penilaiannya terhadap sosiologi, yang merupaka ilmu
pengetahuan yang paling kompleks, dan merupakan suatu ilmu pengetahuan yang akan berkembang dengan pesat sekali. Comte kemudian membedakan antara sosiologis statis dan dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar dari adanya masyarakat. Studi ini mempelajari aksi-aksi dan reaksi timbal balik dari system-sistem social. Sosiologi dinamis merupakan teori tentang perkembangan dalam arti
terjadi dari tingkat intelegensia yang rendah ketingkat yang lebih tinggi. Comte yakin bahwa masyarakat berkembang menuju suatu kesempurnaan.
4. Teori- teori Sosiologi sesudah Comte
Suatu gambararan menyeluruh dan lengkap tentang teori- teori sosiologi sesudah masa comte akan dipilih beberapa teori saja, yang dikelompokan kedalam beberapa mazhab untuk memudahkan penyusunan.
1. Mazhab Geografi dan Lingkungan
Mazhab Geografi dan Lingkungan telah lama berkembang. Dengan kata lain, jarang sekali terjadi para ahli pemikir menguraikan masyarakat manusia terlepas dari tanah atau lingkungan dimana masyarakat itu berada. Masyarakat hanya mungkin timbul dan berkembang apabila ada tempat berpijak dan tempat hidup bagi masyarakat tersebut. Teori yang termasuk mazhad ini adalah ajaran-ajaran dari Edward Buckle yang berasal dari Inggris (1821-1862) dan Le Play dari Prancis (1806-1888). Dalam
karyanyaHistory of Civilization in England, Buckle meneruskan ajaran-ajaran yang sebelumnya tentang pengaruh keadaan alam terhadap masyarakat.
1. Mazhab Organis dan Evolusiuner
Herbert Spencer adalah orang pertama-tama menulis tentang masyarakat atas dasar data empiris yang
kongkret. Dia telah memberikan suatu model kongkret yang secara sadar maupun tidak telah diikuti oleh sosiolog setelah dia. Suatu organisme menurut Spencer , akan
mereka sendiri. Selanjutnya dia berpendapat bahwa masyarakat industry yang telah terdiferensiasi dengan mantap, aka nada suatu stabilitas yang menuju pada kehidupan yang damai.
Ajaran Spencer berpengaruh besar sekali terutama di Amerika Serikat. Salah satunya W.G Summer (1840-1910) salah satu hasil karyanya adalah Folkway.
Folkway dimaksudkan dengan kebiasaan-kebiasaan social yang timbul secara tidak sadar dalam masyarakat, yang menjadi bagian dari tradisi. Division of Labor karya Emile Durkheim termasuk mazhab ini. Durkheim menyatakan bahwa unsure-unsur dalam masyarakat adalah factor solidaritas. Dia membedakan masyarakat yang memiliki solidaritas mekanis dan solidaritas organis. Masyarakat dengan solidaritas mekanis, warga-warga masyarakat belum mempunya diferensiasi dan pembagian kerja, masyarakat memiliki kepentingan dan kesadaran yang sama. Masyarakat dengan solidaritas organis, yang merupakan perkembangan dari masyarakat solidaritas mekanis, telah memiliki pembagian kerja yang ditandai dengan derajat spealisasi tertentu.
Sebagaimana halnya dengan Spencer dan Durkheim, Ferdinand Tonnies dari Jerman (1855-1936) juga
terpengaruh oleh bentuk-bentuk kehidupan social yang lain. Hal yang penting bagi Tonnies adalah bagaimana warga suatu kelompok mengadakan hubungan dengan sesamanya. Tonnies berpendapat bahwa dasar hungungan tersebut disatu pihak adalah factor perasaan, simpati,
pribadi, dan kepentingan bersama. Di pihak lain dasarnya adalah kepentingan-kepentingan rasional dan ikatan-ikatan yang tidak permanen sifatnya.
Ahli piker yang menonjol pada mazhab ini, kebanyakan dari Jerman yang terpengaruh oleh ajaran-ajaran Immanuel Kant. Georg Simmel (1858-1918) menyatakan elemen-elemen masyarakat mencapai kesatuan melalui bentuk-bentuk yang mengatur hubungan antara elemen-elemen tersebut. Selanjutnya dia berpendapat bahwa pelbagai lembaga di dalam masyarakat terwujud dalam bentuk superioritas, subordinasi, dan konflik. Menurut Simmel, seseorang menjadi warga masyarakat untuk mengalami proses individualisasi dan sosialisasi.
Leopold von Wiese (1876-1961) berpendapat bahwa sosiologi harus memusatkan perhatian pada hubungan-hubungan antarmanusia tanpa mengkaitkannya dengan tujuan-tujuan maupun kaidah-kaidah. Alfred Vierkandt (1867-1953) menyatakan bahwa sosiologi menyoroti
situasi-situasi mental yang berasal dari hasil perilaku yang timbul sebagai akibat interaksi antar individu dan
kelompok dalam masyarakat.
1. Mazhab Psikologi
Gabriel Tarde (1843-1904) dari perancis. Dia mulai
denagnsuatu dugaan atau pandangan awal bahwa gejala social mempunyai sifat psikologis yang terdiri dari interaksi antara jiwa-jiwa individu dimana jiwa tersebut terdiri dari kepercayaan – kepercayaan dan keinginan-keinginan.
Keinginan utama Tarde adalah berusaha untuk menjelaskan gejala-gejala social di dalam kerangka reaksi-reaksi psikis seseorang. Salah satu sosiolog dari Amerika, Richard
Di Inggris yang terkenal adalah L.T Hobhouse (1864-1929) yang sangat tertarik pada konsep-konsep pembangunan dan perubahan social. Dia menolak penerapan prisip-prinsip biologis terhadap studi masyarakat manusia; psikologi dan etika merupakan criteria yang diperlukan untuk mengukur perubahan social.
1. Mazhab Ekonomi
Di mazhab ini akan dikemukakan ajaran-ajaran dari Karl Marx (1818-1883) dan Max Webber (1864-1920). Marx
telah mempergunakan metode-metode sejarah dan filsafat untuk membangun suatu teori tentang perubahan yang menunjukan perkembangan masyarakat menuju suatu keadaan dimana ada keadilan social. Menurut Marx, selama masyarakat masih terbagi atas kelas-kelas, maka pada kelas yang berkuasalah akan terhimpun segala kekuatan dan kekayaan
Webber menyatakan bahwa bentuk organisasi social harus diteliti menurut prilaku warganya, yang motivasinya serasi dengan harapan warga-warga lainnya.
1. Mazhab Hukum
Durkheim menaruh perhatian yang besar tehadap hukum yang dihubungkannya dengan jenis-jenis solidaritas yang terdapat di masyarakat. Hukum menurut Durkheim adalah kaidah-kaidah yang bersanksi yang berat-ringannya
Max Webber yang mempunyai latar belakang prndidikan hukum dapat dimasukan dalam mazhab ini. Dia telah mempelajari pengaruh politik, agama dan ekonomi
terhadap perkembangan hukum. Disamping itu , dia juga menyoroti pengaruh para cendikiawan hukum, praktikus
hukum, dan para hororatioren terhadap perkembangan
hukum. Bagi Webber hukum rasional dan formal
merupakan dasar bagi suatu Negara modern. Konsep budaya hukum di perkenalkan di Amerikan pada tahun60-an oleh Lawrence M. Friedmtahun60-ann lewat tulistahun60-annya ytahun60-ang berjudul “Legal Culture and Social”. Menurut Lev, konsepsi budaya hukum menujuk pada nilai-nilai yang berkaitan dengan hukum (substantif) dan proses hukum (hukum ajektif). Budaya hukum pada hakikatnya mencakup 2 komponen pokok yang saling berkaitan, yakni nilai-nilai hukum substantif dan nilai-nilai hukum ajektif. Nilai-nilai hukum hukum substantif beisikan asumsi-asumsi
fundamental mengenai distribusi dan pengunaan sumber-sumber di dalam masyarakat, hal-hal yang secara social dianggap salah atau benar. Nilai-nilai hukum ajektif
Pada dasarnya terdapat dua jenis cara kerja atau metode, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif mengutamakan bahan yang sukar dapat di ukur dengan angka-angka atai denganukuran lain yang bersifat eksak, walaupun bahan-bahan tersebut terdapat dengan nyata di dalam masyarakat. Di dalam metode Kualitatif termasuk metode historis dan metode komparatif. Metode historis menggunakan analisis atas peristiwa-peristiwa masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum. Metode komparatif mementingkan perbandingan antara bermacam-macam masyarakar berserta bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan serta sebab-sebabnya.
Metode kuantitatif mengutamakan bahan-bahan
keterangan dengan angka-angka, sehingga gejala-gejala yang di teliti dapat diukur menggunakan scalar-skalar, indeks, tabel dan formula-formula yang semuanya
menggunakan ilmu pasti atau matematika. Yang termasuk metode kuntitatif adalah metode ststistik yang bertujuan untuk menelaah gejala-gejala social secara matematis.
Disamping metode-metode diatas, metode sosiologi lainnya berdasarkan penjenisan antara metode induktif yang mempelajari suatu gejala yang khusus untuk
mendapatkan kaidah-kaidah yang berlakudalam lapang yang lebih luas, dan metode deduktif yang
mempergunakan proses sebaliknya, yaitu mulai dengan kaidah-kaidah yang dianggap berlaku secara umum untuk kemudian dipelajari dalam keadaan khusus.
2. Kualitatif : tidak bisa diukur dengan angka tetapi nyata dalam masyarakat(metode historis,komparatif)
3. Kuantitatif : bias diukur dengan
angka,skala,indeks,table dan formula ( metode statistik,sociometry)
E. Mazhab-mazhab dan Spesialisasi dalam Sosiologi
Contoh spesialisasi dalam sosiologi adalah sosialisasi pendidikan. Sosiologi pendidikan adalah cabang sosiologi yang mempelajari lembaga-lembaga dan proses
pendidikan. Tujuan utama pendidikan adalah meneruskan kebudayaan kepada generasi muda melalui proses
sosialisasi.F. Perkembangan Sosiologi Di IndonesiaWalau pada
hakikatnya para pujangga dan pemimpin Indonesia belum pernah mempelajari teori-teori formal sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, banyak diantara mereka yang telah
memasukkan unsur-unsur sosiologi ke dalam ajarannya. Ajaran Wulang Reh yang diciptakan Sri paduka
Mangkenegoro IV dari Surakarta antara lain mengajarkan tata hubungan antara para anggota masyarakat jawa yang berasal dari golongan –golongan yang berbeda ,banyak mengandung aspek sosiologi , terutama dalam bidang hubungan antar golongan. Almarhum Ki Hadjar Dewantoro, Pelopor Utama yang meletakkan dasar-dasar bagi
pendidikan nasional di Indonesia , memberikan sumbangan yang sangat banyak pada sosiologi dengan konsep –
konsepnya mengenai kepemimpinan dan kekeluargaan Indonesia yang dengan nyata dipraktikan dalam organisasi pendidikan Taman Siswa.
Bab 2. Proses Sosial dan Interaksi Sosial 1. Pengantar
hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Atau dengan perkataan lain, proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbale balik antara berbagai segi kehidupan bersama.
1. Interaksi Sosial sebagai faktor utama dalam kehidupan social
Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan-hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok.
1. Syarat-syarat terjadinya interaksi social
Suatu Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu :
1. Adanya kontak sosial
2. Adanya Komunikasi
3. Kehidupan yang terasing
Pentingnya kontak dan komunikasi bagi terwujudnya interaksi sosial dapat diuji pada suatu kehidupan yang terasing (isolation). Kehidupan Terasing yang sempurna ditandai dengan ketidakmampuan mengadakan interaksi sosial dengan orang lain.
E. Bentuk –bentuk Interaksi sosial
1. Proses-proses yang asosiatif
2. Kerja sama ( Cooperation )
Ada lima bentuk kerja sama, yaitu sebagai berikut:
1. Kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong
2. Bargaining, yait pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa antara dua
organisasi atau lebih.
3. Kooptasi ( Cooptation ), Yakni suatu proses
penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai
salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan
4. Koalisi ( Coalition ), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua
organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara satu dengan yang
lainnya. Akan tetapi, karena maksud utama adalah untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnya adalah kooperatif
5. Joint venture, Yaitu Kerjasama dalam pengusahaan
proyek-proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak.
6. Akomodasi ( Accomodation)
Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti:
1. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaaan,
berarti kenyataan adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara individu dan kelompok sehubungan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku didalam masyarakat.
2. Akomodasi yang menunjuk pada suatu proses.
untuk mencegah meledaknya pertentangan untuk sementara waktu agar terjadi kerja sama.
3. Proses Disosiatif
4. Persaingan ( Competition)
5. Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses
sosial, dimana individu atau kelompok yang bersaing mencari ke mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa menjadi pusat
perhatian umum dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa
mempergunakan kekerasan atau ancaman.
6. Persaingan ada dua tipe, yaitu bersifat pribadi dan yang tidak bersifat pribadi.
7. Bentuk-bentuk persaingan adalah :
8. Persaingan Ekonomi
9. Persaingan Kebudayaan
10. Persaingan untuk mencapai kedudukan
11. Persaingan Karena Perbedaan Ras
12. Fungsi Persaingan adalah :
13. Untuk menyalurkan keinginan-keinginan yang bersifat
kompetitif
14. sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan seleksi sosial
15. Hasil suatu persaingan adalah :
16. Perubahan kepribadian seseorang
17. Kemajuan
18. Solidaritas Kelompok
19. Disorganisasi
1. Kontravensi (Contravention)
2. Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk
proses social yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian.
3. Tipe- tipe Kontravensi, menurut Von Wiese dan Becker,
masyarakat, kontravensi yang menyangkut seks, dan kontravensi parlementer.
4. Tipe- tipe umum tersebut dimasukan dalam katagori
kontravensi karena pada umumnya tidak menggunakan ancaman atau kekerasan, tipe- tipe tersebut antara lain :
5. Kontavensi antarmasyarakat setempat
6. Antagonisme keagamaan
7. Kontravensi Intelektual
8. Oposisi moral
1. Pertentangan atau pertikaian ( Conflict )
2. Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha
memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan.
3. Sebab-sebab pertentangan adalah
4. Perbedaan Individu
5. Perbedaan Kebudayaan
6. Perbedaan Kepentingan
7. Perubahan Sosial
8. Pertentangan –pertentangan yang menyangkut suatu
tujuan, nila atau kepentingan bersifat positif, sepanjang tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan sosial di dalam struktur sosial tertentu.
9. Bentuk-bentuk pertentangan adalah
10. Pertentangan pribadi
11. Pertentangan rasial
12. Pertentangan antara kelas-kelas sosial
13. Pertentangan politik
14. Pertentangan yang bersifat Internasional
15. Akibat-akibat dari pertentangan antara lain :
16. tambahnya solidaritas atau mungkin sebaliknya
17. Perubahan Kepribadian
18. Akomodasi, dominasi dan takluknya satu pihak
Bab 3. Kelompok- kelompok sosial dan kehidupan masyarakat
A. Pengantar
Manusia pada dasrnya adalah makhluk social, memiliki naluri untuk hidup dengan orang lain. Naluri manusia untuk selalu hidup dengan orang lain disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal Karena sejak dilahirkan sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu :
1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia satu
dengan yang lainnya.
2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam
sekelilingnya
3. Pendekatan sosiologis terhadap kelompok-kelompok sosial
Kelompok sosial atau sosial group adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, karena adanya hubungan diantara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbale balik yang saling
mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong.
1. Tipe-tipe Kelompok Sosial
2. Klasifikasi Tipe-tipe Kelompok sosial
Tipe tipe kelompok sosial dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut atau ukuran. Seorang sosiolog jerman , George Simmel, mengambil ukuran besar kecilnya jumlah anggota kelompok, sebagaimana individu mempengaruhi kelompoknya serta interaksi sosial dalam kelompok
tersebut.Ukuran lain yang diambil adalah atas dasar derajat interaksi sosial dalam kelompok sosial tersebut.
Seorang masyarakat yang masih bersahaja susunannya, secara relatif menjadi anggota pula dari kelompok
kelompok kecil lain secara terbatas. Kelompok sosial termaksud biasanya adalah atas dasar perbedaan pekerjaan atau kedudukan.
3. In-Group dan Out-Group
In Group adalah kelompok sosial dimana individu
mengidentifikasikan dirinya.Out Group adalah kelompok sosial yang oleh individu diartikan sebagai lawan in gorupnya.Perasaan in group atau out group didasari dengan sutu sikap yang dinamakan etnosentris, yaitu adanya anggapan bahwa kebiasaan dalam
kelompoknya merupakan yang terbaik disbanding dengan kelompok lainnya.
4. Kelompok Primer dan kelompok sekunder
Kelompok Primer atau face to face group merupakan kelompok sosial yang paling sederhana, dimana
anggotanya saling mengenal antara lain serta ada kerja sama yang erat. Contohnya,Keluarga, kelompok
sepermainan dan lain lain.Kelompok sekunder adalah kelompok yang terdiri dari banyak orang, yang sifat hubungannya tidak berdasrkan pengenalan secara pribadi dan juga tidak langgeng. Contohnya Hubungan kontrak jual beli.
5. Paguyuban dan patembayanPaguyuban( gemeinschaft )
bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka. Contohnya adalah ikatan antara pedagang, organisasi dalam suatu pabrik, dan lain-lain.
6. Formal Group dan Informal Group
Formal Group adalah kelompok yang mempunyai aturan tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotannya untuk membangun hubungan antara sesame. Contohnya organisasiInformal Group Tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu yang pasti. Kelompok kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan yang berulangkali yang didasari oleh
kepentingan dan pengalaman yang sama. Contohnya Klik ( Clique)
7. Membership Group dan reference group
Membership group Merupakan suatu kelompok
dimanasetiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut.Reference Group ialah kelompok-kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang ( bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk pribadi dan perilakunya.
8. Kelompok Okupasional dan Volunter
Kelompok Okupasional adalah kelompok yang muncul karena semakin memudarnya fungsi kekerabatan, diman kelompok ini timbul karena anggotanya, memiliki pekerjaan yang anggotanya memiliki pekerjaan yang sejenis.
Contohnya kelompok profesi, seperti asosiasi sarjana farmasi, ikatan dokter Indonesia, dan lain-lain.Kelompok Volunter adalah kelompok orang yang memiliki kepentingan sama, namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat. Melalui kelompok ini diharapakan akan dapat memenuhi kepentingan anggotanya secara individual tanpa
1. Kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur
2. Kerumunan ( Crowl )
Kerumunan ( Crowl ) adalah individu-i( individu yang
berkumpul secara kebetulan di suatu tempat, pada waktu yang bersamaan.
Bentuk kerumunan adalah formal dan ekspresif ( direncanakan )
Sifat kerumunan ( sementara ), yaitu tidak
menyenangkan, keadaan panic, kerumunan penonton.
Berlawanan dengan norma hukum
2. Publik
Publik lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan .Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui alat komunikasi misalnya pembicaraan pribadi yang
berantai, desas desus, surat kabar, radio,televise, film, dan lain sebagainya.
1. Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan
Empat criteria untuk klasifikasi masyarakat, yaitu :
1. Jumlah penduduk
2. luas,kekayaan, dan kepadatan penduduk daerah
pedalaman
3. Fungsi-fungsi khusus dari masyarakat setemapat
terhadap seluruh masyarakat.
4. organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan.
Perbedaan antara masyarakat pedesaaan dan masyarakat perkotaan Masyarkat Pedesaan Masyarakat PerkotaanWarga memiliki hubungan yang lebih erat Jumlah penduduknya tidak tentuSistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar
orang tua memegang peranan penting Perubahan sosial terjadi secara cepat, menimbulkan konflik antara golongan muda dengan golongan orang tuaDari sudut pemerintahan, hubungan antara penguasa dan rakyat bersifat informal Interaksi lebih disebabkan faktor kepentingan daripada faktor pribadiPerhatian masyarakat lebih daripada keutamaan kehidupan Perhatian lebih pada pengguanaan kebutuhan hidup yang dikaitkan dengan masalah prestiseKehidupan keagamaan lebih kental Kehidupan keagamaan lebih longgar Banyak berurbanisasi ke kota karena ada faktor yang menarik dari kota Banyak migrant yang berasal dari dari daerah dan berakibat negatif di kota, yaitu pengangguran, naiknya kriminalitas, persoalan rumah, dan lain lain
5. Kelompok-kelompok kecil (Small Group)
Small Group suatu kelompok yang secara teoritis terdiri paling sedikit dari dua orang, dimana orang-orang saling berhubungan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu dan yang menganggap hubungan itu sendiri, penting baginya.
1. Dinamika Kelompok Sosial
Dinamika kelompok sosial, setiap kelompok sosial pasti mengalami perkembangan serta perubahan. Perubahan dalam kelompok sosial, ada yang mengalami perubahan secara lambat, namun ada pula yang mengalami
perubahan secara cepat.
Bab 4. Kebudayaan dan Masyarakat 1. Pengantar
Kebudayaan adalah Kompleks yang mencakup
pengetahuan,kepercayaan, kesenian,moral, hukum, adapt istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan –kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai Cultural Unifrsals, yaitu :
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia( Pakaian,
perumahan, Alat-Alat Rumah tangga,senjata,alat-alat produksi, transport dan sebagainya)
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi
3. Sistem Kemasyarakatan
4. Bahasa(Lisan maupun tertulis )
5. Kesenian
6. Sistem Pengetahuan
7. Religi ( sistem kepercayaan )
C . Fungsi Kebudayaan bagi masyarakat
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi masyarakat. Bermacam kekuatan yang harus dihadapi oleh masyarakat dan anggota-anggotanya seperti kekuatan alam, maupun kekuatan-kekuatan lainnya didalam
masyarakat itu sendiri tidak selalu baik baginya. Selain itu, masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik di bidang spiritual maupun materiil.
1. Sifat Hakikat Kebudayaan
Sifat Hakikat Kebudayaan adalah sebagai berikut:
1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku
manusia
2. Kebudayaan terlebih ada dahulu mendahului yang
lainnya
3. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan
tingkah lakunya
4. Kepribadian dan kebudayaan
Kepribadian mewujudakan perilaku manusia Perilaku
dalam diri seorang individu, sedangkan pengertian
kebudayaan menunujuk pada pola perilaku- perilaku yang khas dari masyarakat.
1. Gerak Kebudayaan
Gerak kebudayaan adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi
wadah kebudayaan.Gerak manusia terjadi sebab dia mengadakan hubungan-hubungan dengan manusia
lainnya. Artinya karea terjadinya hubungan antar kelompok manusia di dalam masyarakat.
Bab 5. Lembaga Kemasyarakatan ( Lembaga Sosial ) 1. Pengantar
Lembaga Kemsyarakatan merupakan terjemahan langsung dari istilah asing Sosial Institution . Akan tetapi hingga kini belum ada kata sepakat mengenai istilah Indonesia yang dengan tepat dapat menggambarkan isi Sosial Institution tersebut. Ada yang mempergunakan istilah pranata sosial, tetapi Sosial-Institution menunjuk pada adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku warga masyarakat.
1. Proses Pertumbuhan Lembaga Kemasyarakatan 2. Norma- Norma Masyarakat
Ada empat pengertian norma( dimana dasar itu sama yaitu memeberikan pedoman bagi seseorang untuk bertingkah laku dalam masyarakat):
1. Cara ( Usage ) menunujuk pada suatu bentuk
perubahan
2. Kebiasaan ( Folkways ) adalah perbuatan yang
diulang-ulang dalam bentuk sama.
3. Tata kelakuan ( mores ) merupakan kebiasaan yang
4. Adat-Istiadat (Customs) adalah tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat. Ada sanksi penderitaan bila dilanggar.
5. Sistem Pengendalian SosialPengendalian social
Bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan – perubahan dalam masyarakat. Atau, suatu sistem pengendalian sosial bertujuan untuk
mencapai keadaan damai melalui keserasian antara kepastian dengan keadilan/kesebandingan.Alat-alat
pengendalian sosial dapat digolongkan ke dalam paling sedikit lima golongan, yaitu :
1. Mempertebal anggota keyakinan masyarakat akan
kebaikan norma-norma kemasyarakatan
2. Memberikan penghargaan kepada anggota
masyarakat yang taat pada norma-norma kemasyarakatan
3. Mengembangkan rasa malu dalam diri atau jiwa
anggota masyarakat bila mereka menyimpang atau menyeleweng dari norma-norma kemasyarakatan dan nilai-nilai yang berlaku.
4. Menimbulkan rasa takut
5. Menciptakan sistem hukum, yaitu sistem tata tertib dengan sanksi yang tegas bagi para pelanggar.
C . Ciri-ciri Umum Lembaga Kemasyarakatan
Menurut Gillin dan Gillin, lembaga kemasyarakatan mempunyai beberapa cirri umum, yaitu.:
1. Suatu lembaga kemasyarakatan adalah suatu
organisasi pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas
kemasyarakatan dan hasil-hasilnya
3. Lembaga Kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu
4. Lembaga kemasyarakatan mempunyai alat-alat
perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan.
5. Lambang biasanya juga merupakan cirri khas lembaga
kemasyarakatan
6. Suatu lembaga kemasyarakatan mempunyai suatu
tradisi tertulis atau yang tidak tertulis.
1. Tipe-tipe Lembaga Kemasyarakatan
Tipe-tipe Lembaga Kemasyarakatan dapat diklasifikasikan sebgai berikut :
1. dari sudut perkembangannya 2. cresif institutions
3. enacted institutions
4. dari sudut sistem nilai-nilai yang diterima masyarakat
5. basic institutions 2.subsidiary institutions
1. dari sudut penerimaan masyarakat
2. approved socially sanctioned
3. dari sudut penyebarannya 4. general institutions
2 regulatif institutions
1. dari sudut fungsinya 2. operatif institutions 2.restrictedinstitutions
Cara-cara pendekatan atau mempelajari lembaga kemasyarakatan dapat dirinci ke dalam :
1. analisis histories
2. analisis komparatif
3. analisis hubungan antara lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang terdapat dalam suatu masyarakat tertentu.
4. Conformity dan Deviation
Masalah Conformity dan Deviation berhubungan erat dengan social control. Conformity berarti proses
penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara mengindahkan kaidah dan nilai-nilai masyarakat.
Sebaliknya, Deviation adalah penyimpangan terhadap kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat.
BAB 6 . LAPISAN MASYARAKAT (STRATIFIKASI SOSIAL)
2.1.1 Pengantar
Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Bahkan pada zaman kuno dahul, filosof
Aristoteles (Yunani) mengatakan didalam negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, yang melarat, dan yang berada di tengah-tengahnya.
Sistem lapisan masyarakat tersebut dalam sosiologi dikenal dengan Social Stratification. Social Stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat (hirarkis).
2.1.2 Terjadinya Lapisan Masyarakat
mngejar suatu tujuan bersama. Pembedaan atas lapisan masyarakat merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat.Untuk meneliti terjadinya proses lapisan dalam masyarakat, pokok-pokoknya adalah :
1. Sistem lapisan berpokok pada sistem pertentangan
dalam masyarakat. Sistem demikian hanya mempunyai arti khusus bagi masyarakat-masyarakat tertentu yang menjadi objek penyelidikan.
2. Sistem lapisan dapat dianalisis sebagai berikut :
3. Distribusi hak-hak istimewa yang objektif seperti misalnya penghasilan, kekayaan, keselamatan (kesehatan, laju kejahatan)
4. Sistem pertanggaan yang diciptakan oleh para warga
masyarakat (prestise dan penghargaan)
5. Kriteria sistem pertanggaan dapat berdasarkan
kualitas pribadi, keanggotaan, kelompok kerabat tertentu, milik, wewenang, atau kekuasaan
6. Lambang-lambang kedudukan, seperti tingkah laku
hidup, cara berpakaian, perumahan, keanggotaan pada suatu organisasi
7. Mudah sukarnya bertukar kedudukan
8. Solidaritas diantara individu atau kelompok-kelompok sosial yang menduduki kedudukan yang sama dalam sistem sosial masyarakat.
2.1.3 Sifat Sistem Lapisan Masyarakat
Sebaliknya didalam sistem terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan, atau bagi mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh dari lapisan yang atas ke lapisan yang dibawahnya.
2.1.4 Kelas-kelas dalam Masyarakat (Social
Classes)
Kelas sosial (Social Clases) adalah semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukannya didalam suatu lapisan, sedang kedudukan mereka itu diketahui erta diakui oleh masyarakat umum.
Kurt. B. Mayer berpendapat bahwa istilah kelas hanya dipergunakan untuk lapisan yang berdasarkan atas unsur-unsur ekonomis, sedangkan lapisan yang berdasarkan atas kehormatan kemasyarakatan dinamakan kelompok
kedudukan (Status Group) selanjutnya dikatakan bahwa harus diadakan pembedaan yang tegas antara kelas dan kelompok kedudukan tersebut.
Apabila pengertian kelas ditinjau dengan lebih mendalam maka akan dijumpai beberapa kriteria tradisional, yaitu :
1. Besar atau ukuran jumlah anggot-anggotanya
2. Kebudayaan yang sama, yang menentukan hak-hak
dan kewajiban-kewajiban warganya
3. Kelanggengan
4. Tanda-tanda atau lambang-lambang yang merupakan
ciri khas
5. Batas-batas yang tegas (bagi kelompok itu terhadap
kelompok lain)
6. Antagonisme tertentu
2.1.5 Dasar Lapisan Masyarakat
Ukuran-ukuran yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota masyarakat kedalam lapisan-lapisan adalah:
1. Ukuran kekayaan (material)
2. Ukuran kekuasaan
3. Ukuran kehormatan
4. Ukuran ilmu pengetahuan
2.1.6 Unsur-unsur Lapisan Masyarakat 1. Kedudukan (Status)
Secara abstrak, kedudukan berati tempat seseorang daam suatu pola tertentu. Dengan demikian seseorang dikatakan mempunyai banyak kedudukan, oleh karena seseorang biasanya ikut serta dalam pelbagai pola-pola kehidupan. Pengertian tersebut menunjukkan tempatnya sehubungan dengan kerangka masyarakat secara menyeluruh.
Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan, yaitu :
1. Ascribed-status : kedudukan eseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran.
2. Achieved-status : kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja.
Kedudukan ini tidan diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja, ergantug dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya.
3. Kadang-kadang dibedakan lagi satu macam keudukan
mempunyai hubungan yang erat dengan
achieved-status dalam arti bahwa suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggikepada
seseorang yang berjasa, yang telah memperjuangkan suatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.
Adakalanya antara kedudukan –kedudukan yang dimiliki seseorang timbul pertentangan-pertentangan atau konflik, yang dalam sosiologi, dinamakan status-conflic.
Kedudukan tertentu yang dimliki seseorang atau yang melekat pada diri seseorang tercermin pada kehidupan sehari-harinya melalui ciri-ciri tertentu. Sosiologi
menyebutnya status-cymbol.
1. Peranan (Role)
Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Suatu peranan mencakup paling sedikit tiga hal, yaitu :
1. Peranan adalah melupiti norma-norma yang
dihubungkan dengan posisi atau tempat seeorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat
dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku
individu yang terpenting bagi struktur sosial.
2.1.7 Lapisan yang Sengaja Disusun
timbul karena perbedaan-perbedaan kebutuhan
kepentingan dan kemampuan individu. Sistem pembagian kekuasaan dan wewenang dalam organisasi-organisasi tersebut, dibedakan kedalam :
1. Sistem fungsional yang merupakan pembagian kerja
kepada kedudukan yang tingkatnya berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yang sederajat.
2. Sistem skala yang merupakan pembagian kekuasaan
menurut tangga kedudukan dari bawah ke atas.
2.1.8 Mobilitas Sosial (Social Mobility)
1. Pengertian Umum dan Jenis-jenis Gerak Sosial
Gerak sosial atau social mobility adalah gerak dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok itu dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Tipe-tipe gerak sosial yang prinsipil ada dua macam, yaitu gerak sosial yang horizontal dan vertikal. Dengan gerak sosial yang horizontal dimaksudkan suatu perihal individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial lainnya yang sederajat.
Dengan gerak sosial yang vertikal dimaksudkan sebagai perpindahan individu atau objek sosial dari suatu
kedudukan sosial lainnya, yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, maka terdapat dua jenis gerak sosial yang vertikal yaitu yang naik (social climbing) dan yang turun (social sinking).
1. Tujuan Penelitian Gerak Sosial
Para sosiolog meneliti gerak-gerak sosial terutama untuk mendapatkan keterangan-keterangan perihal
1. Beberapa Prinsip Umum Gerak Sosial Yang Vertikal
Prinsip-prinsip umum gerak sosial yang vertikal adalah sebagai berikut:
1. Hampir tak ada masyarakat dengan sistem lapisan
yang tertutup secara mutlak.
2. Betapapun terbukanya sistem lapisan dalam suatu
masyarakat, tak mungkin gerak sosial vertikal dilakukan dengan bebas, sedikit banyaknya akan ada hambatan-hambatan.
3. Gerak sosial vertikal yang umum berlaku bagi semua
masyarakat tak ada. Setiap masyarakat mempunyai ciri-ciri khas bagi gerak sosialnya yang vertikal.
4. Laju gerak sosial vertikal yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, politik serta pekerjaan adalah berbeda.
5. Berdasarkan bahan-bahan sejarah, khususnya dalam
gerak sosial vertikal yang disebabkan faktor-faktor
ekonomi, politik dan pekerjaan, tak ada kecenderungan yang kontinu perihal bertambah atau berkurangnya laju gerak sosial.
1. Saluran Gerak Sosial Vertikal
Saluran-saluran yang terpenting adalah angkatan bersenjata, lembaga-lembaga keagamaan, sekolah, organisasi politik, ekonomi dan keahlian dalam
pelaksanaan gerak sosial vertikal di dalam masyarakat.
2.1.9 Perlunya Sistem Lapsian Mayarakat
BAB 7. KEKUASAAN, WEWENANG DAN KEPEMIMPINAN
2.2.1 Pengantar
Kekuasaan mempunyai peranan yang dapat menentukan nasib berjuta-juta manusia. Karena itu, soal kekuasaan (power) amat menarik perhatian para ahli ilmu
pengetahuan masyarakat.
Sesuai dengan sifatnya sebagai ilmu pegetahuan, sosiologi tidak memandang kekuasaan sebagai sesuatu yang baik atau buruk. Akan tetapi sosiologi mengakui kekuasaan sebagai unsur yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat.
Kekuasaan senantiasa ada di dalam setiap masyarakat, baik yang masih bersahaja, maupun yang sudah besar dan rumit susunannya. Adanya kekuaaan tergantung dari
hubungan antara yang berkuasa dan yang dikuasai, atau dengan perkataan lain, antara pihak yang memiliki
kemampuan untuk melancarkan pengaruh dan pihak lain yang menerima pengaruh itu, dengan rela atau karena terpaksa.
Apabila kekuasaan dijelmamakan pada diri seseorang, maka biasanya orang itu dinamakan pemimpin, dan mereka yang menerima pengaruhnya adalah pengikut-pengikutnya. Bedanya antara kekuasaan dan wewenang (authority atau legalized power) adalah bahwa setiap kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain dapat dinamakan kekuasaan, sedangkan wewenang adalah kekuasaan yang pada seseorang atau sekelompok orang, yang mendapat pengakuan masyarakat.
Kekuasaan adalah suatu kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan. Kekuasaan tertinggi dalam masyarakat
dinamakan pula kedaulatan (sovereignity) yang biasanya dijalankan oleh segolongan kecil masyarakat. Oleh Gaetano Mosca diebut the rulig class.
2.2.3 Unsur-unsur Saluran Kekuasaan dan Dimeninya
Unsur-unsur pokok kekuasaan adalah :
1. Rasa Takut
Perasaan takut pada seseorang menimbulkan suatu
kepatuhan terhadap segala kemauan dan tindakan orang yang ditakuti tadi.Rasa takut merupakan unsur negatif, karena seseorang tunduk kepada orang lain dalam keadaan terpaksa.
1. Rasa Cinta
Rasa cinta menghasilkan perbuatan-perbuatan yang pada umumnya positif.
1. Kepercayaan
Kepercayaan dapat timbul sebagai hasil hubungan langsung antara dua orang atau lebih yang bersifat asosiatf.
1. Pemujaan
Sistem kepercayaan mungkin masih dapat disangkal oleh orang-orang lain. Akan tetapi di dalam sistem pemujaan, seseorang atau sekelompok orang-orang yang memegang kekuaaan, mempunyai dasar pemujaan dari orang-orang lain. Akibatnya adalah segala tindakan penguasa
Apabila dilihat dalam masyarakat, maka kekuasaan di dalam kekuasaannya dijalankan melalui saluran-saluran tertentu, yakni:
1. Saluran militer
2. Saluran ekonomi
3. Saluran politik
4. Saluran tradisional
5. Saluran ideology
6. Saluran-saluran lainnya
2.2.4 Cara-cara Mempertahankan Kekuasaan
Cara-cara atau usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kekuasaan antara lain adalah:
1. Dengan jalan meninggalkan segenap
peraturan-peraturan lama, terutama dalam bidang politik, yang merugikan kedudukan penguasa.
2. Mengadakan sistem-sistem kepercayaan.
3. Melaksanakan administrasi dan birokrasi yang baik.
4. Mengadakan konsolidasi secara hrizontal dan vertikal. Untuk memperkuat kedudukan, penguasa dapat
menempuh jalan sebagai berikut :
1. Menguasai bidang-bidang kehidupan tertentu.
2. Penguasaan bidang-bidang kehidupan dalam
masyarakat yang di lakukan dengan paksa dan kekerasan.
2.2.5 Beberapa Bentuk Lapisan Kekuasaan
Menurut Robert M. Maclver, dalam masyarakat terdapat tiga tipe umum piramida kekuasaan yang merupakan pola umum, yaitu :
1. Tipe kasta.
3. Tipe demokratis.
2.2.6 Wewenang
Menurut Max Weber, wewenang adalah suatu hak yang telah di tetapkan dalam suatu tata-tertib sosial untuk menatapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan, menentukan keputusan-keputusan mengenai persoalan-persoalan yang penting, dan untuk menyelesaikan
pertentangan-pertentangan. Wewenang ada empat macam, yaitu :
1. Wewenang Kharismatis, Tradisional dan Rasional
(Legal)
Wewenang kharismatis merupakan wewenang yang
didasarkan pada kharisma, yaitu suatu kemampuan khusus yang ada pada diri seseorang. Wewenang kharismatis
tersebut akan dapat tetap bertahan selama dapat dibuktikan dan rasional keampuhannya bagi seluruh masyarakat.
Wewenang tradisional dapat dipunyai oleh seseorang maupun sekelompok orang. Ciri-ciri utama wewenang tradisional adalah :
Adanya ketentun-ketentuan tradisional yang mengikat
penguasa yang mempunyai wewenang, serta orang-orang lainnya.
Adanya wewenang yang lebih tinggi ketimbang
kedudukan seeorang yang hadir secara pribadi.
Selama tak ada pertentangan dengan
ketentuan-ketentuan tradisional, orang-orang dapat bertindak secara bebas.
Wewenang rasional atau legal adalah wewenang yang di sandarkan pada sistem hukum yang berlaku pada
1. Wewenang Resmi dan Tidak Resmi
Wewenang resmi sifatnya sistematis, di perhitungkan dan rasional. Biasanya wewenang tersebut dapat dijumpai pada kelompok-kelompok besar yang memerlukan aturan-aturan tata tertib yang tegas dan bersifat tetap. Sedangkan
wawasan tidak resmi tidak menjalankan semua peraturan-peraturan resmi yang segaja dibentuk.
1. Wewenang Pribadi dan Teritorial
Pembedaan antara wewenang pribadi dengan teritorial sebenarnya timbul dari sifat dan dasar
kelompok-kelompoksosial tertentu.
1. Wewenang Terbatas dan Menyeluruh
Wewenang terbatas adalah wewenang yang tidak mencakup semua sektor atau bidang kehidupan.
Wewenang menyeluruh berarti suatu wewenang yang tidak dibatasi oleh bidang-bidang kehidupan tertentu.
2.2.7 Kepemimpinan (Leadership)
1. Umum
Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang
(pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang di pimpin atau pengikut-pengikutnya),
sehingga orang lain tersebut bertingkah-laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut.
Kadangkala di bedakan antara kepemimpinan sebagai
kedudukan dan kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. Sebagai kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu
komplek dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dapat di miliki oleh seseorang atau suatu badan. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang di lakukan seseorang atau sesuatu badan, yang
Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal leadership) yaitu kepemimpinan yang tersimpul di dalam suatu
jabatan, dan ada pula kepemimpinan karena pengakuan masyarakat dan kemampuan seseorang untuk
menjalankan kepemimpinan (informal leadership).
1. Perkembangan Kepemimpinan dan Sifat-sifat Seorang Pemimpin
Menurut mitologi Indonesia, kepemimpinan yang baik tersimpul dalam Asta Brata yang pada pokoknya
menggambarkan sifat-sifat dan kepribadian para dewa, yakni :
Indra-brata, yang memberi kesenangan dalam
jasmani.
Yama-brata, yang menunjuk pada keahlian dan
kepastian hukum.
Surya-brata, yang menggerakkan bawahan dengan
mengajak mereka untuk bekerja persuasion.
Caci-brata, yang memberi kesenangan rohaniah.
Bayu-brata, yang menunjukkan keteguhan pendidikan
dan rasa tidak segan-segan untuk turut merasakan kesukaran-kesukaran pengikut-pengikutnya.
Dhana-brata, menunjukkan pada suatu sikap yang
patut di hormati.
Paca-brata, yang menunjukkan kelebihan di dalam
ilmu pengetahuan, kepandaian dan keterampilan.
Agni-brata, yaitu sifat memberikan semangat kepada
anak buah.
1. Kepemimpinan Menurut Ajaran Tradisional
Ajaran-ajaran tradisional seperti misalnya di jawa,
menggambarkan tugas pemimpin melalui pepatah sebagai berikut :
Ing madya mangun karsa Tut wuri handayani
yang apabila di terjemahkan ke dalam bahasa indonesia berbunyi sebagai berikut:
Di muka memberi tauladan
Di tengah-tengah membangun semangat Dari belakang memberikan pengaruh
Seorang pemimpin diharapkan dapat menempati ketiga kedudukan tersebut, yaitu sebagai pemimpin dimuka (front leader) pemimpin di tengah-tengah (sosial leader) dan sebagai pemimpin di belakang (rear-leader).
1. Sandaran-sandaran Kepemimpinan dan Kepemimpinan yang Dianggap Efektif
Secara sosiologis, seseorang pemimpin harus mempunyai sandaran-sandaran kemasyarakatan atau sosial basis yang
mencakup susunan masyarakat serta cultural
focus masyarakat yang bersangkutan.
1. Tugas dan Metode
Tugas kepemimpinan memberikan kerangka pokok
kekuasaan dan wewenang, mengawasi dan menyalurkan perilaku kelompok. Cara-caranya adalah :
Otoriter
Demokratis
Bebas
BAB 8. PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN 2.3.1 Pembatasan Pengertian
1. Definisi
Para sosiaolog dan antropolog telah mempersoalkan mengenai pembatasan pengertian perubahab perubahan sosial dan kebudayaan agar tidak timbul kekabutan
William F. Ogburn mengemukakan ruang lingkup perubahan perubahan sosial meliputi unsur unsur kebudayaan baik yang material maupun immaterial. Dengan menekan kan unsur unsur kebudayaan material terhadap unsur unsur immaterial.
Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.dengan contoh timbulnya
pengorganisasian buruh dalam msyarakat kapitalis.
Maclaver membedakan utilitarian element dengan cultural elements berdasarkan kepentingan primer dan
sekunder.dengan contoh utilitarian element bisa kita ambil mesin ketik benda tersebut tidak bisa memenuhi
kebutuhan manusia tetapi dapat di pakai dalam memenuhi kebutuhankebutuhannya.dan culture menurutna ialah
ekspresi jiwa yang terwujud dalam cara cara hidup dan berfikir, pergaulan hidup, seni kesustraan, agama, rekreasi dan hiburan dengan hal itu dapat langsung memenuhi kebutuhan manusia.
1. Teori-teori Perubahan Sosial
Banyak yang berpendapat bahwa kecenderungan
terjadinya perubahan perubahan sosial merupakan gejala wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia . dan ada pula pendapat bahwa perubahan perubahan sosial bersifat periodik, pendapat tersebut umumnya menyatakan bahwa perubahan merupakan lingkaran kejadian-kejadian.
Beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi kondisi sosial primer yang menyebabkannya,seperti kondisi
ekonomis, teknologis, geografis atau biologis .
Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan kondisi dan
berlangsung sehingga memberikan hukum hukum umum perubahan sosial dan kebudayaan.
2.3.2 Hubungan antara Perubahan Sosial dan Perubahan Kebudayaan
Teori-teori mengenai perubahan-perubahan masyarakat sering mempersoalkan perbedaan antara perubahan-perubahan kebudayaan. Perbedaan ini tergantung dari adanya perbedaan pengertian tentang masyarakat dan kebudayaan. Apabila perbedaan perbedaan pengertian tersebut dapat dinyatakan dengan tegas, maka dengan sendirinya perbedaan antara perubahan-perubahan sosial dan perubahan-perubahan kebudayaan dapat di jelaskan.
Kingsley Davis berpendapat “bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan”.
Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua
bagiannya, yaitu: kesenian, ilmu pengetahuan, tekhnologi, filsafat, dan sebagainya. Bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan dalam organisasi sosial. Sebagai contoh dikemukakan perubahan pada logat bahasa Aria setelah terpisah dari induknya. Tetapi, perubahan sosial tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial
masyarakatnya. Perubahan tersebut lebih merupakan perubahan kebudayaan ketimbang kebudayaan sosial Sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari, acap kali tidak mudah untuk letak garis pemisah antara perubahan sosial dan kebudayaan. Hal itu di sebabkan tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan, dan sebaliknya tidak ada kebudayaan yang tidak terjelma kedalam suatu
gejala itu dapat ditemukan hubungan timbal balik sabagai sebab dan akibat
Proses proses pada perubaha perubahan sosial saat ini mempunyai ciri ciri :
1. Tidak ada masyarakat yang berhenti
perkembangannya
2. Perubahan pada lembaga masyarakat akan diikuti
pada lembaga lembaha lainnya dan menjadikan rantai pada tahap selanjutnya.
3. Perubahan yang cepat akan mengakibatkan
disorganisasi karena membutuhkan proses penyesuaian.
2.3.3 Beberapa Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan
1. Perubahan lambat dan cepat
Perubahan memerlukan waktu yang lama dengan proses rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat yang di namakan evolusi, dan terjadi tanpa ada rencana atau kehendak tertentu. Dan pada umumnya teori tentang evolusi dapat di golongkan ke dalam beberapa kategori sebagai berikut :
Unilinear Theories of Evolution
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, bermula dari bentuk yang sederhana, kemudian bentuk yang kompleks sampai pada tahap yang sempurna. Pelopor teori tersebut antara lain August Comte, Herbert Spencer.
Universal Theory of Evolution
Herbert Spencer mengatakan bahwa masyarakat
merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen ke kelompok heterogen, baik sifat maupun susunannya.
Multilined Theories of Evolution
Teori ini menekankan pada penelitian-penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi
masyarakat.
Sementara itu, perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung dengan cepat dan
menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat (yaitu lembaga-lembaga kemasyarakatan) disebut Revolusi. Unsur-unsur dalam revolusi adalah adanya perubahan yang cepat dan perubahan tersebut mengenai dasar-dasar pokok kehidupan masyarakat.
Secara sosiologis, syarat-syarat terjadinya revolusi adalah sebagai berikut:
1. Harus ada keinginan umum untuk mengadakan suatu
perubahan.
2. Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang
yang dianggap mampu memimpin masyarakat tersebut.
3. Adanya pemimpin yang dapat menampung
keinginan-keinginan masyarakat untuk kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas untuk menjadi program dan arah gerakan.
4. Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu
tujuan pada masyarakat.
1. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
Dapat dikatakan bahwa perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi
Perubahan mode rambut misalnya, tidak membawa pengaruh apa-apa bagi masyarakat secara keseluruhan kerana tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Sedangkan perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial dan membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat.
Sebagai contoh, reformasi pada tahun 1998 yang telah melahirkan perubahan dan pengaruh yang besar bagi masyarakat Indonesia dan di berbagai bidang
kemasyarakatan. Menimbulkan berbagai macam
oraganisasi massa yang memanfaatkan peluang ini untuk menampilkan ideologi.
1. Perubahan yang Dikehendaki (Intended-Change) atau Perubahan yang Direncanakan (
Planned-Change) dan Perubahan yang tidak Dikehendaki
(Unintende-Change) atau Perubahan yang tidak
Direncanakan (Unplanned-Change)
Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan
merupakan perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang
hendak mengadakan perubahan didalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghedaki perubahan
dinamakan Agent of Change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapatkan kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih
lembaga-lembaga kemasyarakatan. Agent of Change mempengaruhi
Perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, belangsung di luar jangkauan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat.
2.3.4 Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan Kebudayaan
1. Bertambah atau berkurangnya penduduk.
Pertambahan penduduk yang terjadi sangat
cepatmenyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat, terutama pada lembaga kemasyarakatnya. Misal, orang lantas mengenal hak milik individual atas tanah, sewa tanah, bagi hasil dan lain sebagainya yang sebelumnya belum dikenal. Berkurangnya penduduk mungkin disebabkan karena perpindahan penduduk dari kota ke desa atau transmigrasi. Perpindahan penduduk mengakibatkan kekosongan, misalnya dalam bidang pembagian kerja yang mempengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan. perpindahan penduduk telah berlangsung selama ratusan ribu lamanya didunia ini.
1. Penemuan-penemuan Baru.
Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama,
adalah inovasi. Proses tersebut meliputi suat penemuan baru, jalannya unsur-unsur kebudayaan baru yang tersebar ke lain-lain bagian masyarakat, dan cara-cara unsur
kebudayaan baru tadi diterima, dipelajari, dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan.
Penenemuan baru sebagai akibat terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam pngertian
Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alasan atau gagasan yang diciptakan oleh seorang individu. Discovery baru berubah menjadi
invention kalau masyarakat sudah mengakui, menerima dan menerapkan penemuan baru itu.
Apabila ditelaah lebih lanjut lagi tentang penemuan baru, terlihat ada beberapa faktor pendorong yang dipunyai masyarakat, antara lain adalah:
1. a) Kesadaran individu-individu akan kekurangan dalam
kebudayaannya.
2. b) Kualitas ahli-ahli dalam suatu kebudayaan.
3. c) Perangsang bagi aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat.
Didalam setiap masyarakat tentu ada individu yang sadar akan adanya kekeurangan dalam kebudayaan
masyarakatnya. Sebagian orang menerima kekurangan-kekurangan tersebut sebagai hal yang diterima begitu saja. Sebagian orang yang tidak puas dengan keadaan akan tetapi tidak mampu memperbaiki keadaan tersebut. Mereka inilah yang kemudian menjaci pencipta-pencipta baru tersebut.
1. Pertentangan Masyarakat
Pertentangan-pertentangan mungkin terjadi antara
individu-kelompok, kelompok-kelompok. Pada umumnya masyarakat tradisional di Indonesia bersifat kolektif. Segala kegiatan didasarkan pada kepentingan masyarakat.
Pertentangan antar kelompok mungkin terjadi pada generasi muda dengan generasi tua. Pertentangan-pertentangan demekian itu kerap terjadi, apalagi pada masyarakat yang sedang berkembang dari tahap
tradisional menuju ketahap modern. Generasi muda yang belum terbentuk kepribadiaannya lebih mudah menerima unsur-unsur kebudayan asing atau barat yang dalam
beberapa hal mempunyai taraf yang lebih tinggi. Keadaan demikian dapat menimbulkan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Misalnya, pergaulan bebas antara wanita
dengan laki-laki, cara berpakaian, atau derajat wanita yang kian sama di dalam masyarakat dan lain-lain.
1. Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi.
Revolusi yang terjadi di Rusia pada 1917 telah menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar bagi negra rusia yang dulu adalah kerajaan berubah menjadi dictator
proletariat yang dilandaskan pada doktrin marxis. Segenap lembaga kemasyarakatan , mulai dari bentuk egara sampai keulrga mengalami perubahan yang mendasar.
Suatu perubahan sosial dan kebudayaan dapat pula bersumber pada sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri (faktor ekstern) antara lain:
1. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada disekitar manusia.
Terjadinya gempa bumi, banjir, tanah longsor dan lain-lain mungkin menyebabkan masyarakamasyarakat terpaksa harus meninggalkan tempat tinggalnya. Misal, pada waktu dulu masyarakat dulu berburu kini berpindah ke pertanian.
Misalnya penggunaan tanah yang sembrono tanpa
memperhitungkan kelestarian humus tanah, penebanagan hutan yang liar dapat menyebabkan banjir.
Perang dengan negara lain dapat menimbulkan perubahan, karena negara yang menang akan memaksakan
kebudayaannya kepada negara yang kalah.hingga negara tersebut mengalami perubahan-perubahan besar dalam masyarakat.
1. Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain
Apabila sebab-sebab bersumber pada masyarakat lain, maka mungkin kebudayaan lain melancarkan
pengaruhnya. Hubungan secara fisik antara dua masyarakat mempunyai kecerendungan untuk
menimbulkan hubungan timbal-balik, artinya masing-masing masyarakat mempengaruhi masyarakat lainnya, tetapi juga menerima pengaruh dari masyarakat yang lain itu. Apabila salah satu kebudayaan yang bertemu
mempunyai taraf teknologi yang lebih tinggi maka yang terjadi adalah proses imitasi yaitu peniruan terhadap
budaya lain. Mula-mula unsur-unsur tersebut ditambahkan kebudaya asli namun lanbat laun kebudayaan asli diubah dengan kebudayaan asing tersebut.
2.3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Perubahan
Penyebab terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan terbagi menjadi dua yaitu faktor yang mendorong dan faktor yang menghambat terjadinya sebuah perubahan. Dan semua akan diterangkan dalam bentuk poin-poin sebagai berikut :
2. Kontak dengan Kebudayaan Lain
Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah difusi (diffussion). Menurut kamus sosiologi dan kependudukan karya Dra. Hartini dan G. Kartasapoetra, difusi adalah penyebaran sifat kebudayaan atau kompleks dari suatu masyarakat yang lain. Yaitu cara bagaimana masyarakat mendapat sebagian benar sifat-sifat barunya. Dengan
terjadinya difusi, suatu penemuan baru telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada
masyarakat luas hingga dapat menikmati kegunaannya bersama.
1. Sistem Pendidikan Formal yang Maju
Pendidikan formal dapat mengajarkan manusia berpikir objektif, yang akan memberikan kemampuan untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan zaman atau tidak.
1. Sikap Menghargai Karya Seseorang dan Keinginan-Keinginan untuk Maju
Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat, hal ini akan mendorong semangat bagi usaha-usaha
penemuan baru. Contohnya Hadiah Nobel, Kalpataru, atau Adipura.
1. Toleransi
Toleransi terhadap sikap-sikap menyimpang, yang bukan perbuatan yang yang dapat dikenakan hukuman kerana merupakan pelanggaran terhadap undang-undang.
1. Sistem Terbuka Lapisan Masyarakat
Berarti memberi kesempatan kepada individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri.
Pada masyarakat yang memiliki latar belakang kebudayaan ras ideologi berbeda akan mudah terjadi pertentangan. Keadaan demikian akan menjadi pendorong perubahan-perubahan dalam masyarakat.
1. Ketidak Puasan Masyarakat Terhadap Bidang-Bidang Kehidupan Tertentu
Ketidakpuasan masyarakat yang berlangsung terlalu lama dalam sebuah masyarakat bekemungkinan besar akan mendatangkan revolusi.
1. Orientasi Kemuka
Selalu berpikir kedepan untuk merubah keadaan masyarakat.
2. Nilai Meningkatkan Taraf Hidup
Bahwa manusia harus berikhtiar untuk sentiasa memperbaiki diri dan taraf hidupnya.
3. Faktor yang Menghalangi Perubahan :
4. Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Kehidupan terasing menyebabkan sebuah masyarakat tidak mengetahui perkembangan-perkembangan yang terjadi pada masyarakat lain yang mungkin dapat
memperkaya kebudayaan sendiri.
1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan yang Terlambat
Dikeranakan terisolasi dari dunia luar, perkembangan ilmu pengetahuan menjadi terhambat.
Sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa
lampau, dan menganggap tradisi mutlak tidak bisa diubah akan menghambat proses perubahan sosial.
1. Adanya Kepentingan-kepentingan yang Telah Tertanam dengan Kuat atau Vested Interest
Dalam organisasi sosial yang mengenal sistem lapisan, pasti ada sekelompok orang yang menikmati kedudukan. Mereka takut kedudukannya akan direbut jika terjadi
perubahan-perubahan. Hal ini terjadi pada masyarakat feodal.
1. Rasa Takut akan Terjadinya Kegoyahan pada Integrasi Kebudayaan
Integrasi kebudayaan tidak ada yang sempurna. Beberapa kelompok mengkhawatirkan akan tergoyahnya integrasi kebudayaan lama yang bisa menyebabkan perubahan-perubahan pada aspek-aspek tertentu masyarakat.
1. Prasangka Terhadap Hal-hal yang Baru
Sikap demikian banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang pernah dijajah bangsa-bangsa barat kerana tidak bisa melupakan pengalaman pahit selama penjajahan.
1. Hambatan Ideologis
Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah biasanya usaha yang berlawanan dengan ideologi masyarakat yang biasanya sudah menjadi dasar integrasi masyarakat tersebut.
1. Adat atau Kebiasaan