• Tidak ada hasil yang ditemukan

URGENSI PENGENALAN PEMBELAJARAN GERAK UN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "URGENSI PENGENALAN PEMBELAJARAN GERAK UN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

URGENSI PENGENALAN PEMBELAJARAN GERAK

UNTUK OPTIMALISASI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

Uray Gustian

ABSTRAK

Usia dini merupakan periode kelanjutan dari periode bayi dan hingga anak mencapai usia 5

atau 6 tahun. Pada usia dini sedang mengalami masa perkembangan yang bersifat mendasar

(fundamental) karena terjadi pembentukan perkembangan anak secara keseluruhan.

Pembelajaran gerak merupakan pembelajaran yang diberikan pada anak usia dini untuk belajar

mengenai gerak dan belajar melalui gerak. Adanya pembelajaran gerak anak akan mampu

mengembangkan kemampuannya dalam melakukan gerak dan memperoleh manfaat dari melakukan

gerak. Pengenalan pembelajaran gerak pada anak usia dini membantu untuk menumbuhkan dan

mengembangkan seluruh potensinya secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar

sesuai dengan tahap perkembangannya. Anak akan memperoleh manfaat dalam bentuk peningkatan

kemampuan dalam melakukan gerak, keterampilan gerak, kognitif, sosial, dan emosional.

Pembelajaran gerak pada anak diberikan dalam bentuk aktivitas bermain. Adapun konten dari

pembelajaran gerak yang diberikan adalah pembelajaran mengenai gerak tubuh, kesadaran tubuh,

kesadaran ruang, kualitas gerak, dan kaitan antara kemampuan gerak dan anggota tubuh.

Keyword: pembelajaran, gerak, anak usia dini

PENDAHULUAN

Pada dekade terakhir pendidikan anak usia

dini sangat digalakkan oleh pemerintah. Selain

itu juga kesadaran dari orangtua terhadap

pentingnya pendidikan anak usia dini semakin

tinggi. Tingginya animo orangtua terhadap

pendidikan anak usia dini mendorong para

stakeholders

dari pemerintah maupun swasta

menawarkan program pendidikan untuk anak usia

dini. Tawaran ini tentunya menarik perhatian

setiap orangtua yang menginginkan setiap

anaknya untuk berkembang secara optimal. Akan

tetapi, hal yang paling penting untuk diperhatikan

dan menjadi bahan pertimbangan dari orangtua

adalah pemberian materi pendidikan yang tepat

dan baik untuk diberikan kepada anak. Akan

tetapi keinginan dari orangtua untuk memberikan

pendidikan kepada anak mereka terkadang

kurang tepat. Tak jarang orangtua masih

beranggapan bahwa anak yang berkembangan

dengan baik bisa dilihat ketika anak bisa

membaca dan menulis sedini mungkin.

Anggapan ini tidak ada salahnya namun hanya

sebatas pada perkembangan kognitif anak

sedangkan perkembangan pada anak usia dini

mencakup keseluruhan aspek perkembangan. Hal

ini menjadikan anak usia dini kebanyakan tidak

mampu untuk mengelola emosinya (mudah

tantrum) dan memiliki kemampuan motorik yang

relatif rendah.

Pendidikan pada anak usia dini merupakan

hal yang sangat fundamental. Pada usia dini

merupakan masa awal dari pembentukan

perkembangan anak secara keseluruhan atau yang

dikenal dengan

golden age.

Dalam fase ini anak

mengalami perkembangan yang pesat baik secara

pertumbuhan anggota tubuh dan kematangan dari

saraf pusat (Santrock, 2011). Hal ini tentunya

berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan

intelegensi, motorik, bahasa, dan sosialemosional

pada anak.

(2)

Perkembangan pada anak usia dini

seharusnya lebih banyak mengarah kepada

perkembangan gerak anak. Hal ini merupakan

sebagai bentuk adanya peningkatan dalam

kemampuan bergerak, mengkoordinasikan mata

dan tangan, bahasa dan sosial emosional yang

menjadikan anak lebih aktif, memiliki rasa ingin

tahu yang luas dan bersifat lebih emosional.

Pentingnya pembentukan keterampilan

gerak anak karena ada usia dini

terjadi

peningkatan perkembangan aktivitas gerak secara

total (Jackson, D.M. et.al., 2003: p.424) dan

aktivitas gerak pada umumnya terbentuk pada

masa kanak-kanak usia 2-5 tahun (Taylor, et.al.,

2013: p.5). Selain itu, dengan melakukan

melakukan

aktivitas

gerak

membentuk

kepribadian, tanggungjawab, dan perilaku sosial

(Liu, Karp & Davis (2010: 1).

Melalui aktivitas jasmani, anak dapat

berinteraksi dengan teman bermain, orangtua dan

orang dewasa lainnya. Pada usia dini anak

memiliki sifat egosentris akan tetapi adanya

aktivitas gerak memungkinkan anak untuk belajar

kerjasama, bertanggungjawab, bersaing secara

sehat, dan mengembangkan keterampilan

kepemimpinan. Adanya peningkatan interaksi

sosial memperluas kemampuan anak untuk

kepekaan terhadap kebutuhan dan perasaan orang

lain dan umumnya mengurangi sifat egosentrisme

dari anak itu sendiri.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti

bermaksud untuk membuat rangkaian kegiatan

yang dapat menstimulus anak untuk lebih aktif

melakukan aktivitas gerak. Bentuk kegiatan ini

berdasar pada aktivitas jasmani yang dilakukan

secara berkelompok seperti melempar dan

menangkap bola, berlari melewati rintangan, dan

permainan balok secara estafet. Sasaran dari

penelitian ini adalah anak usia dini berusia 4-6

tahun yang difokuskan pada siswa/i Taman

Kanak-kanak. Kegiatan ini dilakukan secara

berkala hingga mendapatkan hasil yang

signifikan. Rangkaian penelitian ini juga

dilengkapi dengan beberapa alat pendukung yang

menarik untuk anak.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat

pada

pengembangan

keilmuan

pendidikan anak usia dini terutama pada

ketrampilan gerak anak. hasil dari penelitian ini

juga dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti

selanjutnya, bahkan rujukan bagi guru dan orang

tua untuk memilih pola pembelajaran yang sesuai

dan tepat bagi anak usia dini.

KARAKTERISTIK ANAK USIA DINI

Anak usia dini merupakan anak yang

berada pada usia 2 hingga 6 tahun (Sigelman &

Rider, 2012: 4). Sedangkan menurut Santrock

(2011: 17) anak usia dini merupakan periode

kelanjutan dari periode bayi dan hingga anak

mencapai usia 5 atau 6 tahun. Pada usia dini

pertumbuhan otak anak sudah mencapai 95% dari

capaian ukuran pertumbuhan otak orang dewasa.

Adanya petumbuhan otak anak yang hampir

mencapai optimal serta meningkatnya fungsi

saraf menjadikan anak usia dini memiliki

peningkatan kemampuan dalam melakukan

gerak. Hal ini ditunjukan dengan anak mengalami

perkembangan motorik kasar yang cepat sebagai

akibat dari adanya peningkatan pada kemampuan

mengkoordinasikan mata dan tangan (Santrock,

2011: 211).

Anak semakin aktif bergerak sehingga

menyebabkan tulang dan otot menjadi lebih kuat,

kemampuan dari paru-paru menjadi lebih besar.

Anak sudah memiliki kemampuan untuk

melakukan aktivitas yang sederhana dan

menantang. Adanya perkembangan yang bersifat

fundamental yang terjadi pada anak menjadikan

perkembangan pada anak usia dini harus

mendapatkan perhatian serius.

Pengetahuan terkait karakteristik anak

usia dini merupakan hal yang sangat penting

untuk dimiliki. Tujuannya adalah untuk dapat

memahami mengenai tingkat perkembangan anak

usia dini. Perkembangan yang terjadi pada anak

usia dini mencakup perkembangan perilaku dan

perkembangan kemampuan dasar.

(3)

kemampuan tumbuhnya pemahaman mengenai

ruang, hubungan sebab akibat, identitas,

kategorisasi dan angka (Papalia, Olds, &

Feldman, 2009: 336).

Pada anak usia dini perkembangan fisik

lebih melambat dari masa bayi. Perkembangan

pada anak lebih mengarah kepada perkembangan

otak dan sistem saraf anak. Pada usia ini

mengalami peningkatan dalam bergerak,

mengkoordinasikan mata dan tangan serta terjadi

peningkatan dalam kemampuan dalam bahasa

dan sosial emosional.

Peningkatan kemampuan anak dalam

bergerak dapat menyebabkan tulang dan otot

menjadi lebih kuat serta kemampuan dari

paru-paru menjadi lebih besar. Pada usia dini, anak

juga sudah memiliki kemampuan untuk

melakukan aktivitas yang sederhana dan

menantang

seperti

berlari,

berjingkrak,

melompat, mendaki, menaiki dan menuruni

tangga. Selain terjadinya peningkatan pada

motorik kasar, pada taman kanak-kanak juga

terjadi peningkatan pada motorik halus. Siswa

taman kanak-kanak sudah memiliki kemampuan

untuk menggambar, mengancingkan baju,

menulis dan melakukan aktivitas lain yang

menggunakan koordinasi mata dan tangan.

Selanjunya pada usia dini, anak memiliki

sifat egosentrisme yang merupakan suatu bentuk

dari pemusatan pada dirinya. Egosentrisme

merupakan sebuah bentuk pengekspresian

centration

(Papalia, Olds, & Feldman, 2009:

341). Egosentrisme mengacu kepada sifat dari

anak untuk memusatkan kepada sudut

pandangnya sendiri tanpa memikirkan sudut

pandang orang lain.

Pada anak usia dini memiliki emosi yang

beragam. Menurut Ulfiani Rahman (2009: 53)

perkembangan emosi anak sangat kuat seperti

ledakan amarah, ka-takut-an yang hebat, iri hati

yang tidak masuk akal karena ingin memiliki

barang orang lain dan biasanya terjadi dalam

lingkungan keluarga yang besar. Emosi yang

berkembang pada anak usia dini adalah emosi

yang tergolong emosi sadar diri (

self-conscious

emotions

) seperti bangga, rasa malu, dan merasa

bersalah. Emosi ini berkembang karena

dipengaruhi oleh cara orang tua merespon

perilaku anak sehingga rasa malu dan bangga

menjadi hal yang biasa bagi anak.

HAKEKAT PEMBELAJARAN GERAK

Gerak merupakan aspek paling mendasar

dalam hidup. Tanpa gerak seseorang tidak dapat

berjalan, berreproduksi, dan bahkan dapat

bertahan hidup. Pada seseorang bayi baru lahir

gerak merupakan aspek utama yang dimiliki

untuk digunakan dalam menjalankan hidup. Pada

bayi gerak merupakan alat untuk bertahan hidup

dan gerak selalu digunakan hingga akhir hayat.

Seiring dengan adanya peningkatan

dalam perkembangan yang terdapat pada diri

seseorang, keterampilan gerak juga mengalami

peningkatan. Akan tetapi tidak semua

keterampilan gerak dapat dikuasai dengan

sendirinya tanpa melalui proses belajar.

Pembelajaran keterampilan gerak diperlukan

untuk mengoptimalisasikan kemampuan dalam

menguasai keterampilan gerak yang ada pada diri

seseorang dari yang kurang terampil menjadi

lebih terampil. Hal ini selaras dengan definisi

dari hakekat belajar yang dikemukakan oleh

Hergenhann & Mathew (2008: 2) belajar diukur

berdasarkan

perubahan

dalam

perilaku,

perubahan perilaku tersebut bersifat relatif

permanen, perubahan perilaku itu tidak selalu

terjadi langsung setelah proses belajar selesai,

dan perubahan perilaku berasal dari pengalaman

atau pratik.

Dalam konteks pembelajaran gerak

belajar diartikan sebagai suatu proses untuk

untuk menghasilkan perubahan yang relatif

permanen dalam kemampuan untuk menguasai

keterampilan gerak. Proses dalam belajar gerak

merupakan serangkaian peristiwa atau kejadian

yang dilakukan bersama, yang menghasilkan

produk tertentu, bagian, atau perubahan yang

terjadi sebagai hasil langsung dari latihan

(Schmidt & Lee, 2005:302).

(4)

keterampilan gerak melibatkan menyempurnaan

keterampilan gerak dasar dan mampu

mengaplikasikan keterampilan gerak tersebut

dengan efektif pada situasi tertentu seperti ketika

melempar dan menangkap bola. Belajar

mengenai gerak terjadi ketika kanak-kanak

mempraktekan

keterampilan

gerak

atau

mengembangkan kebugaran jasmaninya. Belajar

mengenai

gerak

juga

terjadi

ketika

mengasosiasikan konteks dari suatu pengetahuan

dengan keterampilan gerak atau mengembangkan

kebugaran jasmani yang sedang dipelajari.

Belajar melalui gerak menekankan pada

partisipasi dalam aktivitas dengan yang dapat

berkontribusi pada perkembangan seseorang

secara keseluruhan.(sosial, emosional maupun

jasmani). Belajar melalui jasmani memerlukan

pengetahuan mengenai gerak yang ada pada diri

sendiri yaitu kemampuan dalam melakukan

gerak, aktivitas jasmani yang disenangi, dan

perasaan ketika melakukan aktivitas jasmani.

Belajar melalui gerak juga dapat terjadi dengan

melakukan sendiri maupun bersama orang lain.

Ketika anak belajar untuk berkerjasama

dengan anak lainnya melalui bermain permainan

yang memerlukan kerjasama tim atau ketika

mereka belajar untuk menghargai/menghormati

orang lain ketika melakukan aktivitas permainan.

Belajar melalui gerak juga mengacu kepada

pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan

aktivitas menari, memainkan suatu permainan,

atau menyusun suatu strategi baru.

MANFAAT PEMBELAJARAN GERAK

BAGI ANAK USIA DINI

Pentingya pembelajaran gerak bagi anak

usia dini adalah untuk membantu anak

berkembang dan mencapai perkembangannya

secara optimal. Hal ini dikarenakan pada anak

usia dini terjadi peningkatan perkembangan

aktivitas gerak secara total (Jackson, D.M. et.al.,

2003: 424) dan aktivitas gerak pada umumnya

terbentuk pada masa kanak-kanak usia 2-5 tahun

(Taylor, et.al., 2013: 5).

Selain itu juga dengan melakukan

aktivitas gerak maka anak akan memiliki tubuh

yang sehat dan ideal. Hal ini dikarenakan

bergerak merupakan aktivitas fisik yang dapat

menyehatkan bagi semua orang tak terkecuali

anak usia dini. Melalui aktivitas fisik dapat

meningkatkan kesehatan anak karena adanya

peningkatan dari kemampuan kerja dari sistem

kardiorespirasi dan sistem metabolisme tubuh.

Anak akan memiliki tubuh yang sehat dan bugar

karena dengan melakukan aktivitas gerak akan

meningkatkan massa otot dan menurunkan massa

total lemak dalam tubuh (Aldrige, 2003: 61).

Manfaat selanjutnya yang dapat

diperoleh anak dengan melakukan aktivitas gerak

adalah anak dapat belajar dari pengalamannya

dengan melakukan aktivitas gerak. Ketika

melakukan aktivitas gerak anak dapat

mengeksplorasi lingkungannya sehingga dapat

menstimulus perkembangan kognitif anak (Payne

dan Isaacs (2012: 32). Aktivitas gerak juga

memiliki pengaruh yang positif terhadap

peningkatan

kemampuan

kognitif

dan

peningkatan pencapaian akademik anak (Fedewa

& Ahn, 2011: 9).

Melalui pembelajaran gerak yang

diberikan pada anak melalui pendidikan jasmani

juga dapat meningkatkan kemampuan sosial anak

taman kanak-kanak. Hal ini sebagaimana

dikemukakan oleh Liu, Karp, & Davis (2010: 1)

pendidikan jasmani tidak hanya dapat membantu

anak-anak untuk mengembangkan keterampilan

psikomotorik, tetapi dapat memberikan manfaat

psikologis melalui pengembangan tanggung

jawab pribadi dan sosial dan perilaku sosial yang

tepat

.

Selanjutnya Strong, W. B. (2005: 1)

mengemukakan aktivitas jasmani juga sangat

bermanfaat untuk kesehatan anak baik secara

fisik, sosial maupun emosional. Hal ini

menunjukan melakukan aktivitas jasmani sangat

bermanfaat terhadap perkembangan anak baik

secara kognitif, psikomotorik, dan sosial serta

anak memperoleh peningkatan kesehatan dengan

melakukan aktivitas gerak.

Anak yang

berpartisipasi aktif dalam melakukan aktivitas

gerak dalam bentuk olahraga terstruktur anak

dapat memperoleh pembelajaran yang bernilai.

Pembelajaran ini sangat berkontribusi positif

terhadap perkembangan kepribadian anak

(Robert & Treasure, 2003: 3).

MODEL PEMBELAJARAN GERAK

UNTUK ANAK USIA DINI

(5)

anak dilakukan dalam bentuk bermain. Melalui

aktivitas bermain anak dapat belajar sambil

bermain dan bermain seraya belajar. Hal ini

bertujuan untuk menimbulkan kesan yang

menyenangkan bagi anak dalam belajar.

Bermain juga bermanfaat bagi anak untuk belajar

bergerak dan belajar mengenai tubuhnya. Hal ini

sebagaimana dikemukakan oleh Gallahue &

Ozmun (2006: 174) bermain merupakan aktivitas

utama yang dilakukan anak. melalui aktivitas

bermain anak dapat belajar mengenai

kemampuan gerak yang ada pada tubuhnya.

Melalui bermain anak akan berinteraksi dan

mengembangkan kesadaran dengan yang anak

lainnya dan kelompok sosial. Bermain yang

dilakukan dengan melakukan gerak akan

berdampak pada perkembangan motorik, afektif,

dan sosial (Kovar, et. al. 2012: 32).

Adanya sifat anak untuk aktif dalam

bergerak dan pada anak usia dini terjadi

perkembangan gerak secara keseluruhan dapat

dijadikan dasar untuk melakukan pembelajaran

gerak pada anak. Hal ini dikarenakan

perencanaan kegiatan aktivitas gerak yang baik

sangat membantu anak untuk mengoptimalkan

kemampuan geraknya terutama kemampuan

gerak kasar dan gerak lokomotor (Aryamanesh &

Sayyah, 2014: 650).

Dalam memberikan pembelajaran gerak

harus dilaksanakan dengan baik. Tujuannya

adalah

membina,

menumbuhkan,

mengembangkan seluruh potensi anak secara

optimal sehingga terbentuk perilaku dan

kemampuan dasar sesuai dengan tahap

perkembangannya. Oleh karena itu, pembelajaran

gerak yang harus diberikan pada anak usia dini

adalah pembelajaran mengenai gerak tubuh,

kesadaran akan tubuh, kesadaran ruang, kualitas

gerak, dan kaitan antara kemampuan gerak dan

anggota tubuh (Abels & Bridges, 2010: 10).

Selanjutnya bagi guru yang mengajar

mengenai pembelajaran gerak pada anak usia dini

ada beberapa hal yang harus diperhatikan

sebelum memberikan pembelajaran gerak pada

anak. Progam pembelajaran gerak yang diberikan

pada anak usia dini seharusnya dapat membantu

untuk

mencapai

keterampilan

gerak,

pengetahuan, dan motivasi yang dapat

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam penyusunan program pembelajaran gerak

pada anak usia dini harus meperhatikan beberapa

aspek sebagaimana yang dikemukakan oleh

Kovar, et. al (2012: 166) yaitu 1. Jenis aktivitas

gerak yanng diberikan harus sesuai dengan tahap

perkembangan

anak,

2.

Meningkatkan

keterampilan dan kebugaran, 3. Memperkenalkan

aktivitas fisik, 4. Memfasilitasi proses

pembelajaran, 5. Memaksimalkan waktu

pembelajaran aktif, 6. Secara tidak langsung

mengajarkan kompetisi dan kerjasama, 6.

Mencantumkan model gerak yang beragam, 7.

Terintegrasi dengan konten pembelajaran, dan 8.

Penilaian dilakukan secara terus menerus.

SIMPULAN

Pengenalan pembelajaran gerak pada

anak usia dini pada hekekatnya sangat

diperlukan. Hal ini dikarenakan pembelajaran

gerak pada anak usia dini dapat menstimulus

perkembangan anak. Adanya stimulus dapat

membantu

anak

untuk

menumbuhkan,

mengembangkan seluruh potensinya secara

optimal sehingga terbentuk perilaku dan

kemampuan dasar sesuai dengan tahap

perkembangannya.

Pembelajaran gerak pada anak tidak

hanya membantu anak untuk memiliki

keterampilan motorik yang baik atau memiliki

tubuh yang ideal melainkan melalui pembelajaran

gerak anak dapat mengembangkan kemampuan

kognitif. Selain itu juga melalui pembelajaran

gerak anak dapat belajar berinteraksi dengan

orang lain yang sangat membantu anak untuk

mengembangkan

perilaku

sosial

dan

emosionalnya. Selain itu juga pembelajaran gerak

sangat sesuai untuk diberikan pada anak usia dini

kerena pada usia ini terjadi peningkatan

perkembangan aktivitas gerak secara total dan

aktivitas gerak pada umumnya terbentuk pada

usia dini.

DAFTAR PUSTAKA

Abels, K. W. & Briges, J. M.. (2010).

Teaching

movement education: foundation for active

lifestyles

. Champaign II: Human Kinetics.

Aldrige, J.. (2003).

Skeletal growth and

development

. In Lee, M.. (ed).

Choaching

children in sport: principles and practice

.

London: Routledge.

(6)

of Locomotor Skills in 4-6 Year-Old

Preschool Boys.

International Journal of

Sport Studies.

Vol., 4 (6), 648-652, 2014.

Diakses pada tanggal 21 November 2014

di http: www.ijssjournal.com.

Fadewa, A.L. & Ahn, S. (2011). The effects of

physical activity and physical fitness on

children's achievement and cognitive

outcomes: A meta-analysis.

Research

quarterly for exercise and sport 82.3 (Sep

2011): 521-35.

Diakses pada tanggal 21

November

2013,

dari

http://search.proquest.com/docview/89593

8318/141DEA1D537371F3FF0/10?

accountid=31324#center.

Gallahue, D.G. & Ozmun, J. H. (2006).

Understanding motor development: Infant,

children, adolescent, adult. (6th eds)

. New

York: McGraw-Hill.

Hergenhahn, B.R & Olson, M.H. (2009).

Theories of learning (Teori belajar

).

(Penterjemah Tri Wibowo).

Jakarta:

Kencana. (Buku asli diterbitkan tahun

2008).

Jackson, D.M., et.al. (2003). Objectively

measured physical activity in a

representative sample of 3- to 4-year-old

children.

Obesity research Vol. 11 No. 3

March 2003.

Diakses pada tanggal 30 Juni

2014,

dari

http://search.proquest.com/docview/10307

78236?pq-origsite=gscholar#.

Kovar, et.al. (2012).

Elementary classroom

teachers as movement educators, (4th ed.).

New York: McGraw-Hill.

Liu, M.H.C., Karp, G.G., & Davis, D. (2010).

Teaching learning-related social skills in

kindergarten physical education

. Journal

of physical education, recreation & dance,

81(6), 38-44

. Diakses pada tanggal 31

November

2013,

dari

http://search.proquest.com/docview/74677

9375?accountid=31 324.

Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D.

(2009).

Perkembangan

manusia

,

(edisi 10)

(penterjemah: Brian Marswandy).

Jakarta:

Salemba Humanika. (Buku asli diterbitkan

tahun 2008).

Payne, V.G. & Isaacs, L.D. (2012).

Human

motor development: A lifespan approach,

(8th ed.).

New York: McGraw-Hill.

Robert, G. & Treasure, D.. (2003).

The

importance of the study of childres in

sport: An overview

. In Lee, M.. (ed).

Choaching children in sport: principles

and practice

. London: Routledge.

Santrock, J.W. (2011).

Life span development,

(13th ed.)

. New York: McGraw-Hill.

Schmidt, R. A. & Lee, T. D. (2005).

Motor

control & learning: A behavior emphasis.

Champaign II: Human Kinetics.

Sigelman, C.K. & Rider, E.A. (2012).

Life-Span

human development, (7th ed.).

Belmont:

Wadsworth.

Strong, W.B., et.al. (2005). Evidence based

physical activity for school-age youth.

J.

Pediatr.

146:732–737, 2005. Diakses pada

tanggal

30

Juni

2014,

dari

http://www.sciencedirect.com/science/artic

le/pii/S0022347605001009.

Taylor, et.al. (2013). Changes in physical activity

over time in young children: A

longitudinal study using accelerometers.

PLoS

ONE

8(11):

e81567.

doi:10.1371/journal.pone.0081567

.

Diakses pada tanggal 30 Juni 2014, dari

http://search.proquest.com/docview/14689

39444?accountid=166961.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan golongan dan jenis anion yang terdapat dalam suatu sampel dengan ujian pendahuluan, uji golongan dan uji

Kesiapan psikologis ibu rumah tangga berhubungan positif secara signifikan dengan pola konsumsi pangan rumah tangga (α 0.05), berarti makin tinggi kesiapan

1. Kemudahan distribusi pekerjaan : Memungkinkan para leader memberikan task kepada timnya melalui sistem informasi Task Management. Kemudahan pelaporan pekerjaan :

Berdasarkan latar belakang, permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah ” Bagaimana membuat suatu aplikasi Sistem Informasi Dinas Pendapatan Daerah Kota

Pada penelitian ini akan dilihat pengaruh kuat tekan dan kuat lentur untuk beton mutu tinggi faktor air semen (fas) 0,36 dan 0,39 yang dilakukan perawatan (

Keluarga “US Casava” yang kini menjadi penghuni kamar pojok atas ndalem yang senantiasa menemani hari-hari penulis dengan guyonan khasnya (Mariut, Idut, Desdut, Nayatul,

Maka dari itu, penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan melihat fenomena yang selama ini menjadi permasalahan keluarga yaitu mereka tidak memiliki

Dari tabel 12 diatas berdasarkan indikator butir-butir pertanyaan yang diajukan point pertama mengenai informasi yang digunakan untuk mencari alternatif sebesar 66,67%,