commit to user
PENGARUH
ENVIRONMENTAL PERFORMANCE
TERHADAP
CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
DISCLOSURE
DAN
ECONOMIC PERFORMANCE
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarat
Disusun Oleh: Sylviana Andhita Putri
F0307087
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
Motto:
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka
apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakan dengan
sesungguhnya (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap.”
(Al- insyiroh: 6-8)
“beranilah bermimpi, karena Tuhan akan memeluk mimpi kita”
(anonym)
commit to user
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat tak
terhingga kepada penulis, sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada
panutan kita Nabi Muhammad SAW yang telah mengajarkan agama ini dengan
benar dan sempurna……….
Karya kecil ini, kupersembahkan untuk:
À
Papa- mamaku tercinta dan tersayang
À
Mbak dan Masku tersayang
À
Tiga ponakanku tersayang
À
Kekasihku Ardy Prasetya
commit to user
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul:
“PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE TERHADAP
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DISCLOSURE DAN
ECONOMIC PERFORMANCE”.
Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar sarjana jenjang Strata 1 program Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak yang sangat besar artinya bagi penulis. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT atas Segala Berkah dan Nikmat-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan tulisan ini tepat pada waktu yang telah direncanakan.
2. Drs. Santosa T.H., M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
3. Drs. Nurmadi Harsa S., M.Si., Ak. Selaku pembimbing skripsi, atas semua
kritik, saran dan perhatiannya yang sangat membantu penulis untuk mencapai
hasil yang terbaik.
4. Christiyaningsih B, SE., M.Si., Ak. Selaku Pembimbing Akademik
5. Papa Mama, thank you so much, for your support, care, and love, every word that you said booster my spirit, I Love You.
6. Mbak sari dan Mas Doni atas semua support yang tiada hentinya, dan juga omelan yang tiada hentinya, gak lupa buat my little monsters Davin, Nathan,
Doohan, yang selalu menjadi penghiburku, Tante sayang kalian.
7. Ardy Prasetya untuk semua perhatian, cinta, sayang, dan waktu yang selalu
commit to user
8. Bapak Lilis dan keluarga, matur nuwun atas doa, dukungan dan wejangan
yang selalu diberikan.
9. Bu Dewi my best friend, terima kasih atas semua omelannya, dukungan, gak
capek menjadi “tong sampah“ curhatku dan mewekku dan selalu sabar sama
semua sifatku.
10. Tina, Diana makasih atas semua bantuannya selama ini, maaf kalau selalu
diganggu dengan kerempongan saya.
11. Ratih yang kosnya selalu menjadi tempat transit dan menjadi “tong sampah“
curhat semenjak bu dewi hengkang dari solo dan makasih atas kerja samanya
selama APG.
12.Teplok dan pak RT “Singgih“ atas hinaan yang memacu aku, support, dan kegilaan yang kalian lakukan yang sangat menghiburku.
13. Semua PPS 2011 khususnya buat mas Arif, Nares, Rizka, Saif, Anta, Inta
makasih atas hinaan dan caci maki kalian yang mana malah mendorongku
untuk cepet lulus,hehehhe, Putra Putri Solo 2011, Joss!!!
14. Semua pendukung Asean Paragames 2011, terutama untuk LO buat ilmu,
pengalaman, dan kebersamaan selama 2 minggu yang hebat, and with the greatest spirit from the athletes.
15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang memiliki
ketertarikan dengan penelitian ini sangat penulis harapkan demi perbaikan
berkelanjutan.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan di kemudian hari. Terima Kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Surakarta, Desember 2011
commit to user
DAFTAR ISI
Abstraksi...……… ii
Abstrac…………...……….. iii
Halaman Persetujuan…...……….. iv
Halaman Pengesahan... v
Halaman Motto………...……… vi
Halaman Persembahan……….. vii
Kata Pengantar……… viii
Daftar Isi……… x
Daftar Tabel……… xii
Daftar Gambar……… xiii
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang………. 1
A. Perumusan Masalah………. 5
B. Tujuan Penelitian ……….. 5
C. Manfaat Penelitian...……….…… 6
BAB II TELAAH PUSTAKA A. Tinjuan Pustaka ……….……… 7
1. Corporate Social Responsibility (CSR)………. 7
2. Environmental Performance (Kinerja Lingkungan)……….. 11
3. CSR Disclosure………. 15
4. Economic Performance……….. 16
commit to user
C. Hipotesis………. 17
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian……….….. 20
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel……….... 20
C. Data dan Metode Pengumpulan Data……….……. 21
D. Variabel Penelitian………... ... 22
1. Variabel Dependen……… 22
a. Economic Performance……… 22
b. CSR Disclosure……… 23
2. Variabel Independen: Environmental Performance……… 23
3. Variabel Kontrol……… 24
4. Teknik Analisis Data………. 26
a. Uji Asumsi Klasik……… 26
b. Uji Hipotesis……… 31
BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi Obyek Penelitian……… 34
B. Statistik Deskriptif……… 35
C. Uji Penyimpanagn Asumsi Klasik………. 37
D. Pengujian Hipotesis……… 43
E. Pembahasan……… 48
BAB V Kesimpulan dan Saran……….. 50
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel
1. kriteria peringkat proper………... 14
2. Statistik deskriptif……… 35
3. Hasil uji normalitas………. 39
4. Hasil uji multikolinearitas……… 40
5. Hasil uji heteroskedasitas………. 41
6. Hasil uji autokorelasi……… 43
7. Hasil uji hipotesis pertama………... 43
8. Hasil uji hipotesis kedua……….. 46
9. Data nama perusahaan……….. 55
10.Hasil uji koefisien determinasi………. 58
11.Hasil uji signifikasi f……… 58
12.Hasil uji signifikasi-t dan uji multikoliniearitas... 58
13.Hasil uji koefisien determinasi………. 59
14.Hasil uji signifikasi f……… 59
15.Hasil uji signifikasi-t dan uji multikoliniearitas... 59
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1 Kerangka berpikir penelitian………... 17
commit to user
i
ABSTRAKSI
PENGARUH
ENVIRONMENTAL PERFORMANCE
TERHADAP
CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
DISCLOSURE
DAN
ECONOMIC PERFORMANCE
SYLVIANA ANDHITA PUTRI
F0307087
Penelitian ini bertujan untuk mengetahui pengaruh environmental performance terhadap corporate social responsibility disclosure dan pengaruh
environmental performance terhadap economic performance.
Populasi penelitian ini adalah 18 perusahaan yang terdaftar di program PROPER tahun 2006-2010 dan sekaligus terdaftar di IDX tahun 2006-2009. Penelitian menggunakan alat analisis data regresi berganda (multiple regression) dengan bantuan software SPSS versi 12.00. Sebanyak 2 hipotesis diuji dalam penelitian ini menggunakan analisis multiple regression.
Hasil penelitian ini menunjukkan bukti empiris bahwa variable
environmental performance berpengaruh terhadap corporate social responsibility disclosure. Namun demikian, environmental performance tidak berpengaruh terhadap economic performance. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
environmental performance memiliki pengaruh terhadap corporate responsibility disclosure.
commit to user
ii
ABSTRACT
THE AFFECT OF
ENVIRONMENTAL PERFORMANCE
TO
CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DISCLOSURE
AND
ECONOMIC PERFORMANCE
SYLVIANA ANDHITA PUTRI
F0307087
The aim of this research is to know about the affect of environmental performance to corporate social responsibility disclosure and the affect of
environmental performance to economic performance.
Population of this research are18 companies that have been listed at PROPER programe during 2010 and have been listed at IDX during 2006-2009. This research used a multiple regression analysis of data with the help of computer software for statistical 12.00 version of SPSS. 2 hyphothesess were examined by regression multiple analysis.
The results of this research showed empirical evidence that the
environmental performance variable affect the corporate social responsibility disclosure. But, the environmental performance give no affect on the economic performance. This research concludes that environmental performance affect to
corporateresponsibility disclosure.
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang luas dan kaya akan sumber daya alam
dan sumber daya manusia. Kekayaan sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang dimiliki membuat investor tertarik untuk menanamkan
investasinya maupun mendirikan usaha di Indonesia. Sampai saat ini yang
masih menjadi topik perdebatan adalah apakah perusahaan-perusahaan
tersebut memberikan kontribusi nyata terhadap masyarakat dan lingkungan
sekitar ditambah apakah produk yang mereka hasilkan memenuhi kebutuhan
dan sesuai dengan kualitas yang diharapkan konsumen atau tidak dan
bagaimana jaminan terhadap karyawan mereka. Isu mengenai pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR) dalam perusahaan memang acap kali didengung-dengungkan. Terlebih lagi dengan banyaknya bencana alam yang
terjadi di Indonesia pada dasarwasa terakhir ini. Berbagai pihak banyak yang
berpendapat bahwa bencana alam yang terjadi beberapa tahun terakhir ini
akibat dari ulah manusia sendiri akibat eksploitasi sumber daya alam yang
berlebihan tanpa ada upaya untuk memperbaiki atau memperbarui sumber
daya alam itu dan ekositemnya. Perusahaan-perusahaan akhirnya menjadi
sorotan masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai
penyebab rusaknya ekositem dan sumber daya alam yang telah di eksploitasi.
commit to user
2 perusahaan itu, tuntutan masyarakat sekitar atas kontribusi perusahaan
terhadap penduduk, demo buruh mengenai tuntutan akan kesejahteraan
mereka, dan kritik konsumen atas kualitas produk.
Penelitian tentang pengungkapan sosial dan lingkungan berkembang
dengan cepat sejak tahun 1980-an. Secara umum penelitian tersebut dapat
dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu penelitian tentang item
pengungkapan yang dipandang penting, alasan pengungkapan tersebut dan
berbagai faktor yang diprediksi dapat mempengaruhi luas/kuantitas/kualitas
pengungkapan sosial dan lingkungan (Chariri, 2008). Sekarang ini sudah
banyak perusahaan yang mengungkapkan mengenai pertanggungjawaban
sosial perusahaan mereka di dalam laporan keuangan, tetapi pengungkapan
tersebut bukan menjadi sebuah kewajiban melainkan kebijakan yang
ditetapkan bagi masing-masing perusahaan. Pengungkapan tanggung jawab
social juga tidak hanya diungkapkan melalui laporan keuangan saja banyak
perusahaan di dalam webnya menceritakan penghargaan yang diterima
mengenai tanggung jawab lingkungan mereka seperti ISO dan Top Brand
yang merupakan penghargaan atas kepercayaan konsumen atas produk mereka
atau kegiatan social yang mereka lakukan.
Pengungkapan kinerja lingkungan, sosial, dan ekonomi di dalam
laporan tahunan atau laporan terpisah adalah untuk mencerminkan tingkat
akuntabilitas, responsibilitas, dan transparansi korporat kepada investor dan
stakeholders lainnya. Pengungkapan tersebut bertujuan untuk menjalin
commit to user
3 dan stakeholders lainnya tentang bagaimana perusahaan telah
mengintegrasikan corporate social responsibilty (CSR) dalam setiap aspek
kegiatan operasinya. Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan tidak
hanya pada perusahaan industri yang menghasilkan dampak negatif pada
lingkungan dan masyarakat, tetapi juga bisa dilakukan sektor-sektor lain
seperti: jasa, komunikasi, lembaga keuangan bank dan bukan bank.
Regulasi pemerintah juga memiliki pengaruh terhadap tanggungjawab
sosial perusahaan. Maka, pemerintah membuat berbagai peraturan antara lain
Undang-undang No. 4 Tahun 1982, Undang-undang No. 27 Tahun 1999
tentang analisis mengenai dampak lingkungan, Undang-undang No. 18 Tahun
1999 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun. Perhatian
pemerintah terhadap CSR juga tertuang dalam Undang-Undang Perseroan
Terbatas (UU Nomor 40 Tahun 2007) Bab V Pasal 74. Walaupun hanya
mewajibkan pelaksanaan aktivitas CSR untuk perusahaan di bidang
pertambangan, Undang-Undang tersebut menimbulkan kontrovesi
dikarenakan kebijakan mewajibkan aktivitas CSR bukan merupakan kebijakan
umum yang dilakukan di negara-negara lain. Kontrovesi juga timbul dari
adanya kekhawatiran munculnya peraturan pelaksanaan yang memberatkan
para pengusaha serta beban perusahaan karena selain membayar pajak mereka
juga harus melakukan tanggung jawab sosial. Tapi apabila masalah
tanggungjawab sosial ini tidak dicantumkan dalam laporan keuangan, maka
hal ini akan memberikan pengaruh tersendiri bagi perusahaan dimata
commit to user
4 investor, dan kreditor (bank) karena investor maupun kreditor (bank) tidak
mau menanggung kerugian yang hanya dikarenakan oleh adanya kelalaian
perusahaan tersebut terhadap tanggungjawab sosialnya.
Penelitian ini mengukur environmental performance dalam pengaruhnya terhadap financial performance dan CSR disclosure perusahaan dengan sampel industri-industri manufaktur, pertambangan umum, dan migas
dimana untuk industri pertambangan umum, dan migas aspek akuntansi
lingkungannya telah diatur dalam PSAK. Peneliti tertarik melakukan
penelitian ini karena penelitian empiris terdahulu mengenai hubungan antara
environmental performance, economic performance, dan environmental disclosure menampakkan hasil yang bervariasi. Ingram dan Frezier (1980) (dalam Ignatius Bondan Suratno, Darsono, Siti Mutmainah (2006:2))
menemukan tidak adanya hubungan yang signifikan dalam pengujian
hubungan antara environmental disclosure dengan environmental performance. Pattern (2002) menemukan hubungan yang negatif antara
environmental disclosure dalam annual report dengan environmental performance. Al-Tuwaijri, et al. (2004) menemukan adanya hubungan positif signifikan antara economic performance dengan environmental performance
demikian juga antara environmental disclosure dengan environmental performance. AL-Tuwaijri, et al. (2004) dan Ignatius Bondan Suratno, Darsono, Siti Mutmainah (2006:2) merupakan peneliti yang memasukkan
commit to user
5 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
pertama, adanya penambahan variabel kontrol yaitu komposisi dewan komisaris dan sensitivitas industri, variabel-variabel tersebut merupakan
variabel-variabel yang dipergunakan pada penelitian Bramer S dan S Pavelin
(2006). Kedua, sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data tahun 2006 sampai 2009.
B. Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh environmental performance terhadap CSR disclosure pada industri manufaktur, pertambangan umum, dan migas yang terdaftar di BEI?
2. Apakah terdapat pengaruh environmental performance terhadap financial performance pada industri manufaktur, industri pertambanganumum, dan migas yang terdaftar di BEI?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh environmental performance
terhadap CSR disclosure pada industri manufaktur, pertambangan umum, dan migas yang terdaftar di BEI.
commit to user
6
D. Manfaat Penelitian
1. Implikasi Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu referensi bagi
pengembangan penelitian selanjutnya.
2. Implikasi Praktis
a. Bagi manajemen perusahaan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sebuah referensi bagi
pihak manajemen perusahaan-perusahaan yang terdapat di Indonesia
mengenai seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan dari hasil kinerja
keuangan perusahaan mereka sehubungan dengan perkembangan
dalam kegiatan tanggung jawab sosial yang telah mereka lakukan
selama ini.
b. Bagi investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para investor
sebagai pertimbangan dalam memperkirakan risiko manajemen
jangka panjang dalam pertimbangan keputusan menginvestasikan
modalnya pada perusahaan-perusahaan di Indonesia, karena investor
commit to user
7
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Corporate Social Responsibility (CSR)
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility
(CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan
hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap
konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam
segala aspek operasional perusahaan. CSR berhubungan erat dengan
"pembangunan berkelanjutan", di mana ada argumentasi bahwa suatu
perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan
keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya
keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi
sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang
(wikipedia). Akuntansi pertanggungjawaban sosial dapat memberikan
informasi mengenai sejauh mana organisasi atau perusahaan memberikan
kontribusi positif maupun negatif terhadap kualitas hidup manusia dan
lingkungannya.
Tanggung jawab sosial adalah bagaimana cara perusahaan mengelola
proses bisnisnya untuk menghasilkan segala hal yang positif yang
berpengaruh terhadap lingkungannya. Corporate social responsibility
commit to user
8 satu konsep yang masih terus berkembang. Ada banyak definisi CSR tapi
tidak ada satu definisi yang disepakati apakah oleh para peneliti di
perguruan tinggi maupun praktisi bisnis.Salah satu yang banyak diacu oleh
para pebisnis adalah definisinya Kotler dan Lee (2005) (dalam Ahmad
Nurkhin (2009)) yaitu: “Tanggung jawab sosial perusahaan adalah
komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui pilihan
praktek bisnis dan sumbangan dari sumber daya perusahaan.”
Kotler dan Lee (2005) (dalam Ahmad Nurkhin (2009))mengajukan enam
pilihan melaksanakan inisiatif sosial perusahaan atau inisiatif menjalankan
program CSR yang semuanya terkait dan terfokus pada perusahaan bukan
pada masyarakat. Mengapa perusahaan melaksanaan program CSR tetap
bermotivasi untuk memenuhi peraturan (karena pemerintah
mengharuskan), menaikkan penjualan dan meluaskan pangsa pasar,
menguatkan posisi merk, meningkatkan citra dan pengaruh perusahaan,
meningkatkan daya tarik (terutama karyawan atau calon karyawan),
menurunkan biaya operasional, menarik bagi investor.
Lima dari enam usulan kegiatan CSR Kotler dan Lee juga tidak terlalu
jauh dari mencari manfaat bagi perusahaan bukan masyarakat yaitu (1)
Alasan promosi; (2) Alasan berhubungan dengan pemasaran; (3)
Corporate social marketing; (4) Filantropi atau sumbangan langsung; (5) Menyediakan waktu karyawan untuk kerja sosial; dan (6) Praktek
tanggung jawab sosial perusahaan. Definisi yang lebih formal dari hasil
commit to user
9 tahun 1998, CSR adalah komitmen tanpa henti dari bisnis untuk
berperilaku etis dan berkontribusi pada pengembangan ekonomi sambil
meningkatkan kualitas hidup pekerja dan keluarganya, termasuk juga
masyarakat lokal dan masyarakat umum.
Ebert (2003) (dalam Hardhina Rosmasita (2007)) mendefinisikan
corporate social responsibility sebagai usaha perusahaan untuk
menyeimbangkan komitmen-komitmennya terhadap kelompok-kelompok
dan individual-individual dalam lingkungan perusahaan tersebut, termasuk
didalamnya adalah pelanggan, perusahaan-perusahaan lain, para
karyawan, dan investor. CSR adalah bagaimana memerlakukan
stakeholder secara etis. Stakeholder bisa dibagi menjadi direct stakeholder
dan indirect stakeholder. Direct stakeholder atau para pihak langsung adalah grup yang terlibat langsung dalam transaksi ekonomi dengan
perusahaan itu. Mereka misalnya karyawan, pelanggan, pemberi kredit,
dan pemasok. Model dan konsep CSR berdasarkan sub-kategori ini
memerlakukan grup ini melebihi aspek legal, pasar, dan membutuhkan
pandangan etis. Indirect stakeholder atau para pihak tidak langsung terdiri dari grup yang tidak memiliki hubungan langsung dengan perusahaan,
tetapi meskipun demikian, tetap memberikan dampak pada perusahaan
atau terkena dampak dari perusahaan. Mereka adalah berbagai tingkatan
pemerintah, kelompok pembela lingkungan, komunitas sekitar perusahaan.
Konsep CSR berdasarkan sub-kategori ini secara eksplisit perusahaan
commit to user
10 Secara konseptual CSR bisa dilihat dari dua sudut pemikiran mendasar
yaitu dari sudut etika dan manajemen atau strategi bisnis. Dari sudut etika,
pertama CSR bisa dilihat murni hanya berdasarkan etis, yaitu perusahaan
tidak mengharapkan mendapatkan sesuatu dari program CSR-nya.
Program CSR-nya murni sebagai tanggung jawab. Kedua, perusahaan
akan mendapatkan manfaat balik dari program CSR-nya. Manfaat balik ini
bisa tangible atau intangible. Ketiga, program CSR sangat terkait dengan investasi yang baik. Ketika perusahaan bertanggung jawab, pasar (modal)
akan bereaksi positif. Keempat, program CSR perusahaan bertujuan
menghindari pengaruh politik eksternal atau dengan kata lain perusahaan
menjalankan tanggung jawab sosialnya untuk menghindari tuntutan
pemerintah (Wan-Jan, 2006).
Bank Dunia mendefinisikan CSR sebagai komitmen bisnis untuk
berkontribusi pada pengembangan ekonomi yang berkelanjutan, untuk
bekerja bersama karyawan, keluarga mereka, masyarakat lokal dan
masyarakat keseluruhan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka
menjadi lebih baik, sedemikian rupa sehingga baik untuk bisnis dan baik
untuk pembangunan. Definisi lebih luas dari CSR, seperti
direkomendasikan Bank Dunia, termasuk prinsip-prinsip berikut ini: (1)
CSR sifatnya sukarela; (2) CSR melebihi peraturan-peraturan yang ada;
(3) CSR adalah mengenai persoalan sosial dan lingkungan di dalam
praktek utama bisnis, seperti pengelolaan lingkungan, standar buruh,
commit to user
11 sebuah sumbangan atau filantropi. Dorongan paling penting adalah
skenario saling menguntungkan bagi bisnis dan stakeholder-nya; (5) CSR sebuah komplemen bukan pengganti peraturan-peraturan.
2. Environmental Performance (Kinerja Lingkungan)
Pengukuran kinerja lingkungan adalah bagian penting dari sistem
manajemen lingkungan. Ini merupakan ukuran hasil dan sumbangan yang
dapat diberikan sistem manajemen lingkungan pada perusahaan secara riil
dan kongkrit. Pengukuran kinerja lingkungan ditafsirkan bermacam cara.
Antara lain yang melihatnya semata kuantitatif, atau hasil proses, atau juga
menyertakan kualitatif dan inprocess. Kinerja lingkungan adalah hasil
dapat diukur dari sistem manajemen lingkungan, yang terkait dengan
kontrol aspek-aspek lingkungannya. Pengkajian kinerja lingkungan
didasarkan pada kebijakan lingkungan, sasaran lingkungan dan target
lingkungan.
Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk meningkatkan kinerja
pengelolaan lingkungan perusahaan yaitu berupa suatu program yang
disebut Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam
Pengelolaan Lingkungan (PROPER). Selanjutnya PROPER juga
merupakan perwujudan transparansi dan demokratisasi dalam pengelolaan
lingkungan di Indonesia. Penerapan instrumen ini merupakan upaya
Kementerian Negara Lingkungan Hidup untuk menerapkan sebagian dari
commit to user
12 pelibatan masyarakat) dalam pengelolaan lingkungan. Pelaksanaan
PROPER bertujuan untuk :
a. Meningkatkan penaatan perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan.
b. Meningkatkan komitmen para stakeholder dalam upaya pelestarian
lingkungan
c. Meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan
d. Meningkatkan kesadaran para pelaku usaha untuk menaati peraturan
perundang-undangan di bidang lingkungan hidup
e. Mendorong penerapan prinsip Reduce, Reuse, Recycle, dan Recovery
(4R) dalam pengelolaan limbah
Sedangkan Sasaran dari pelaksanaan PROPER adalah :
a. Menciptakan lingkungan hidup yang baik
b. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan
c. Menciptakan ketahanan sumber daya alam
d. Mewujudkan iklim dunia usaha yang kondusif dan ramah lingkungan
yang mengedepankan prinsip produksi bersih atau eco-efficiency.
Kinerja ketaatan yang dinilai dalam PROPER mencakup: ketaatan
terhadap pengendalian pencemaran air, udara, pengelolaan limbah B3, dan
penerapan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).
Sedangkan penilaian untuk aspek upaya lebih dari taat, meliputi penerapan
sistem manajemen lingkungan, pemanfaatan limbah dan konservasi
commit to user
13 (commmunity development). Penilaian ini dapat mengukur penerapan CSR
(Corporate Social Responsibility).
Secara umum pemilihan perusahaan peserta PROPER mengacu
kepada kriteria sebagai berikut :
b. Perusahaan yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan.
c. Perusahaan yang mempunyai dampak pencemaran dan kerusakan
lingkungan yang besar.
d. Perusahaan publik yang terdaftar di pasar modal dalam dan luar negeri.
e. Perusahaan yang berorientasi ekspor.
Jumlah peserta PROPER dari tahun ke tahun akan semakin ditingkatkan.
Pada tahun 2002-2003 peserta PROPER baru berjumlah 85 perusahaan,
pada 2003-2004 meningkat menjadi 251 perusahaan, dan pada tahun
2004-2005 mencapai 466 perusahaan. Dalam tahun 2008-2009 jumlah peserta
PROPER diharapkan mencapai 627 perusahaan dan 2010-2011 sebesar
750 perusahaan.
Sedangkan untuk sistem peringkat kinerja PROPER mencakup
pemeringkatan perusahaan dalam lima (5) warna yakni :
1. Emas : Sangat sangat baik; skor = 5
2. Hijau : Sangat baik; skor = 4
3. Biru : Baik; skor = 3
4. Merah : Buruk; skor = 2
commit to user
14 Aspek penilaian PROPER adalah ketaatan terhadap peraturan
pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara,
pengelolaan limbah B3, AMDAL serta pengendalian pencemaran laut.
Ketentuan ini bersifat wajib untuk dipenuhi. Jika perusahaan memenuhi
seluruh peraturan tersebut (in compliance) maka akan diperoleh peringkat BIRU, jika tidak maka MERAH atau HITAM, tergantung kepada aspek
ketidak-taatannya. Untuk lebih jelasnya, berikut criteria peringkat
PROPER:
Tabel 1
Kriteria Peringkat PROPER
PERINGKAT KETERANGAN
Emas Telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari
yang dipersyaratkan dan telah melakukan upaya 3R
(Reuse, Recycle dan Recovery), menerapkan sistem
pengelolaan lingkungan yang berkesinambungan
serta melakukan upaya-upaya yang berguna bagi
kepentingan masyarakat pada jangka panjang.
Hijau Telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari
yang dipersyaratkan, telah mempunyai system
pengelolaan lingkungan, mempunyai hubungan
yang baik dengan masyarakat, termasuk melakukan
upaya 3R (Reuse, Recycle dan Recovery).
Biru Telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan
yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku.
Merah Melakukan upaya pengelolaan lingkungan, akan
commit to user
15 dengan persyaratan sebagaimana diatur dengan
peraturan perundang-undangan.
Hitam Belum melakukan upaya lingkungan berarti, secara
sengaja tidak melakukan upaya pengelolaan
lingkungan sebagaimana yang dipersyaratkan, serta
berpotensi mencemari lingkungan.
Sumber: laporan PROPER 2006-2007
3. CSR Disclosure
CSR Disclosure adalah pengungkapan informasi yang berkaitan dengan lingkungan di dalam laporan tahunan perusahaan. Pengungkapan
tanggung jawab sosial memiliki pengaruh penting dalam kaitannya
dengan peningkatan pengaruh CSR pada reputasi perusahaan. Hal ini
berkaitan apabila reputasi perusahaan baik maka akan berpengaruh
perbaikan hubungan pelaku eksternal seperti pelanggan, investor, bankir,
pemasok, dan pesaing.
Pengungkapan atau disclosure dapat diartikan sebagai pemberian
informasi bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
informasi tersebut (Chariri dan Ghozali, 2007). Tiga kriteria
pengungkapan yang digunakan adalah cukup (adequate), wajar (fair), dan
lengkap (full). Pengungkapan yang cukup adalah cakupan pengungkapan
minimal yang harus dilakukan agar informasi tidak menyesatkan.
Pengungkapan wajar adalah tujuan etis dalam memberikan perlakuan
commit to user
16 Pengungkapan lengkap adalah penyajian semua informasi yang relevan
(Sudaryanto, 2011).
Sembiring (2005), yang mengelompokkan informasi CSR ke dalam tujuh
kategori yakni: lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga
kerja, lain - lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan
umum. Ketujuh kategori tersebut terbagi dalam 90 item pengungkapan. Berdasarkan peraturan Bapepam No. VIII.G.2 tentang laporan tahunan
dan kesesuaian item tersebut untuk diaplikasikan di Indonesia maka
dilakukan penyesuaian (Sembiring, 2005) hingga tersisa 78 item
pengungkapan. Tujuh puluh delapan item tersebut kemudian disesuaikan
kembali dengan masing-masing sektor industri sehingga item
pengungkapan yang diharapkan dari setiap sektor berbeda-beda. Total
item CSR berkisar antara 63 sampai 78, tergantung dari jenis industri
perusahaan.
4. Economic Performance
Economic performance adalah kinerja perusahaan-perusahaan secara relative dalam suatu industri yang sama yang ditandai dengan return
tahunan industri yang bersangkutan. Banyak faktor yang dapat
menpengaruhi pertanggungjawaban sosial, seperti size perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, maupun profile yang dianggap sebagai variabel penduga dalam pengungkapan pertanggungjawaban
commit to user
17 B. Kerangka Berpikir
Gambar. 1 Kerangka berpikir
C. Hipotesis
1. Hubungan Enviromental Performance dengan CSR disclosure
Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure oleh Gray dkk (2001)
didefinisikan sebagai suatu proses penyediaan informasi yang dirancang
untuk mengemukakan masalah seputar social accountability, yang mana
secara khas tindakan ini dapat dipertanggungjawabkan dalam media
seperti laporan tahunan maupun bentuk iklan-iklan yang berorientasi
sosial.
Menurut Verrechia (1983, dalam Suratno dkk., 2006) dengan discretionary
disclosure teorinya mengatakan pelaku lingkungan yang baik percaya
bahwa dengan mengungkapkan performance mereka berarti
menggambarkan good news bagi pelaku pasar. Oleh karena itu,
Enviromental performance
Economic performance
commit to user
18 perusahaan dengan environmental performance yang baik perlu
mengungkapkan informasi kuantitas dan mutu lingkungan yang lebih
dibandingkan perusahaan dengan environmental performance yang lebih
buruk. Dengan adanya tindakan proaktif perusahaan dalam pengelolaan
lingkungan serta adanya kinerja yang tinggi, manajemen perusahaan
diharapkan akan terdorong untuk mengungkapkan tindakan manajemen
lingkungan tersebut dalam annual report (Berry dan Rondinelle, 1998 dalam Ja’far dan Arifah, 2006). Penelitian dari Al-Tuwaijri, et al. (2004)
yang menemukan hubungan positif signifikan antara environmental
disclosure dengan environmental performance menunjukkan hasil yang
konsisten dengan teori tersebut.
Semakin besar peran dari perusahaan dalam kegiatan lingkungan hidup,
maka semakin besar pula pengungkapan lingkungan yang diungkapkan di
dalam laporan keuangan. Dengan meningkatkan kinerja lingkungannya,
maka akan menjadi good news tersendiri bagi perusahaan. Dengan kinerja perusahaan terhadap lingkungan yang baik yang kemudian juga
diungkapkan didalam laporan tahunan akan semakin menarik para
investor. Perusahaan mempertimbangkan harapan dari berbagai konstituen
sosial mereka perilaku untuk mencapai legitimasi sosial. Legitimasi adalah
penghakiman sosial kelayakan, penerimaan, dan keinginan (Zimmerman
dan Zeitz, 2002). Pentingnya legitimasi sosial datang dari asumsi teoritis
bahwa perusahaan tertanam dalam lingkungan sosial di mana mereka
commit to user
19 lingkungan. Hal ini akan mencerminkan transparansi dari perusahaan
tersebut bahwa perusahaan juga berkepentingan dan bertanggung jawab
terhadap apa yang telah dikerjakannya sehingga masyarakat juga akan
tahu seberapa besar andil perusahaan terhadap lingkungannya. Maka
hubungan antara environmental performance dengan CSR disclosure dapat dihipotesiskan sebagai berikut.
H1 : Enviromental performance memiliki pengaruh signifikan
terhadap CSR disclosure
2. Hubungan Enviromental performance dengan Economic Performance
Al Tuwaijri (2003)menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara enviromental performance dengan economic performance. Hal ini memberikan penjelasan bahwa enviromental performance perusahaan memberikan akibat pada economic performance perusahaan yang tercermin pada tingkat return tahunan perusahaan yang dibandingkan
dengan return industri. Hipotesis pertama penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut :
commit to user
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji tiga buah hipotesis yaitu hubungan
antara environmental performance dengan financial performance;
environmental performance dengan CSR disclosure sehingga penelitian ini termasuk penelitian kausal yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk
mengungkapkan permasalahan berupa hubungan pengaruh antar variable
(Sularso, 2003:30). Penelitian ini bersifat cross sectional, karena penelitian ini hanya mengambil sampel waktu dan kejadian pada suatu saat tertentu,
yaitu pada tahun 2006– 2009.
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah keseluruhan kelompok, peristiwa atau suatu ketertarikan
yang ingin diselidiki oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan industri manufaktur dan non manufaktur yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Penggunaan perusahaan yang tercatat di BEI
sebagai populasi karena perusahaan tersebut mempunyai kewajiban untuk
menyampaikan laporan tahunan kepada pihak luar perusahaan, sehingga
memungkinkan data laporan tahunan tersebut diperoleh dalam penelitian ini.
Sedangkan sampel adalah subkelompok atau sebagian dari populasi. Dengan
mempelajari sampel, peneliti akan mampu menarik kesimpulan yang dapat
commit to user
21 dalam penelitian ini adalah industri manufaktur, pertambangan umum, migas
dan kehutanan go-pubic yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mengikuti Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) pada tahun 2006-2010.
Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling,
yang berarti sampel ditarik sejumlah tertentu dari populasi dengan
menggunakan pertimbangan tertentu. Dalam hal ini sampel yang diambil
harus memenuhi karakteristik yang disyaratkan. Secara umum, karakteristik
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Industri sampel adalah industri yang bergerak dibidang manufaktur,
pertambangan umum, migas dan kehutanan yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta menerbitkan laporan keuangan (annual report) pada tahun 2006-2009
2. Perusahaan yang dipilih sebagai sampel adalah industri yang bergerak
dibidang manufaktur, pertambangan umum, migas dan kehutanan yang
telah mengikuti Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup tahun 2006-2010.
Alasan diambilnya keempat jenis industri tersebut sebagai sampel adalah
industri tersebut juga memiliki tingkat resiko lingkungan yang tinggi karena
bahan baku untuk proses produksi diambil langsung dari alam.
C. Data dan Metode Pengumpulan Data
Secara umum data penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu data
commit to user
22 langsung dari responden. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara
tidak langsung dari responden (Sekaran, 2006). Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang dibuat atau dikumpulkan
oleh pihak luar (Sekaran, 2000:211). Penelitian ini menggunakan data
sekunder berupa laporan tahunan (yang diterbitkan perusahaan go public) perusahaan yang bergerak dibidang industri manufaktur, pertambangan
umum, migas dan kehutanan pada tahun 2006, 2007, 2008, 2009 yang
diperoleh dari Indonesia Stock Exchange.
Metode pengumpulan data yang akan digunakan untuk dianalisis dalam
penelitian ini adalah metode dokumenter, karena data yang dikumpulkan
adalah data sekunder dalam bentuk laporan keuangan perusahaan yang
dijadikan subjek penelitian.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel dependen:Economic Performance dan CSR Disclosure
a. Economic performance.
Menurut Al-Tuwaijri, et al. (2004) dalam Ignatius Bondan Suratno,
Darsono, Siti Mutmainah (2006) economic performance dinyatakan dalam skala hitung:
(
P
1 –P
0) + Div -Me
RIP
0Keterangan :
P
1 = harga saham akhir tahuncommit to user
23 Div = pembagian dividen
Me
RI = median return industryb. CSR Disclosure
Pendekatan untuk menghitung CSRI pada dasarnya menggunakan
pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan
(Haniffa dan Cooke dalam Bramer S Pavelin, 2006). Selanjutnya, skor
dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan CSRI adalah sebagai
berikut: (Haniffa dan Cooke dalam Bramer S Pavelin, 2006)
Keterangan:
CSRIj : Corporate Social Responsibility Disclosure Index
perusahaan j
nj : jumlah item untuk perusahaan j, nj ≤ 78
Xij : dummy variable, 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item
i tidak diungkapkan
Dengan demikian, 0 ≤ CSRIj ≤ 1.
2. Variabel Independen: Environmental Performance
Environmental Performance menurut Ignatius Bondan Suratno, Darsono, Siti Muthmainah (2006) adalah kinerja perusahaan dalam menciptakan
commit to user
24 diukur dari prestasi perusahaan mengikuti program PROPER yang
merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementrian Lingkungan
Hidup (KLH) untuk mendorong penataan perusahaan dalam pengelolaan
lingkungan hidup melalui instrument informasi. Environmental Performance yang diproksi dengan rating kinerja PROPER dalam lima kode warna rating dari mulai yang terbaik sampai industry dengan kinerja
lingkungan terburuk yaitu: emas, hijau, biru, merah, dan hitam.
3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol yang ditetapkan dalam penelitian ini diukur seperti pada
uraian di bawah:
a. Growth Opportunities, diukur dengan rasio pasar saham terhadap nilai buku modal saham sebagai proksi untuk peluang pertumbuhan masa
depan.
Growth Opportunities = Nilai Pasar Ekuitas x 100% Nilai Buku Ekuitas
b. Environmental Concern, diukur dari partisipasi perusahaan mengikuti program sertifikasi ISO seri 14000. Informasi mengenai keikutsertaan
perusahaan di Indonesia yang mengikuti PROPER dapat diperoleh dari
database Kementrian Lingkungan Hidup dan sumber lainnya.
Environmental Concern diukur dengan menggunakan Environmental Concern scoring, apabila perusahaan berpartisipasi dalam mengikuti serifikasi ISO seri 14000 maka diberi skor 1, jika tidak maka akan
commit to user
25 c. Ukuran perusahaan (size)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya Haniffa dan Cooke
dalam Bramer S Pavelin, 2006 maka penelitian ini menggunakan
proxy natural logaritma dari total aset untuk mengukur size
perusahaan.
d. Leverage
Diukur dengan menggunakan total kewajiban dibagi dengan total aset.
Aset Total
Utang Total Leverage=
e. Komposisi Dewan
Tata kelola perusahaan harus dianggap memiliki pengaruh terhadap
pengungkapan, dikarenakan dewan direksi yang mengatur
pengungkapan informasi dalam laporan tahunan dan karena itu
pengungkapan merupakan fungsi dari konstitusi dewan (Haniffa dan
Cooke dalam Bramer S pavelin, 2006).
f. Sensitivitas Industri
Dalam studi ini, sensitivitas industri diukur melalui apakah suatu
commit to user
26 lingkungan karena kegiatan mereka yang melibatkan risiko yang lebih
tinggi mengenai dampak lingkungan (seperti memiliki sumber daya alam,
deplesi atau polusi) (Bramer S Pavelin, 2006). Dengan demikian,
berdasarkan literatur sebelumnya, berikut ini sektor industri yang memiliki
sensitivitas atas dampak lingkungan diidentifikasi sebagai berikut:
pertambangan, minyak dan gas, bahan kimia, construction dan bahan
bangunan, kehutanan dan kertas, baja dan logam lainnya, listrik, distribusi
gas dan air.
4. Teknik Analisis Data
Data sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan
berbagai pengujian statistik. Analisis data tidak hanya digunakan untuk
menguji hipotesis tetapi juga untuk pengujian statistik lainnya.
1. Uji Asumsi Klasik
Berdasarkan perumusan masalah yang dibahas sebelumnya, maka
untuk mencapai tujuan penelitian, analisa data dilakukan melalui
model regresi linier berganda. Hal ini dilakukan untuk membuktikan
apakah ada hubungan antara variabel independen terhadap
variabel-vareabel dependen. Analisis regresi dapat digunakan terutama untuk
tujuan peramalan, dimana dalam model tersebut terdapat dua buah
variabel dependen dan satu variabel independen. Dalam regresi linier
commit to user
27 diperoleh hasil analisis yang valid. Berikut uji-uji yang dapat
dilakukan:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah penelitian
berasal dari populasi yang didistribusikan secara normal atau tidak.
Distribusi normal merupakan distribusi teoritis dari variabel
random yang kontinyu. Kurva yang menggambarkan distribusi
normal adalah kurva normal yang berbentuk simetris/berbentuk bel
(lonceng). Bentuk ini menunjukkan bahwa frkuensi dalam suatu
distribusi normal terpusat pada bagian pusat dari distribusi normal
dan nilai-nilai diatas dan dibawah rata-rata adalah sama dengan
distribusinya. Untuk menguji normalitas data, peneliti
menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah nilai dua sampel yang diamati terdistribusi
secara normal. Kriteria pengujian dengan pengujian dua arah ( two-tailed test) yaitu dengan membandingkan probabilitas yang diperoleh dengan taraf signifikansi 5%. Data dikatakan
berdistribusi normal jika nilai signifikansi (Sig hitung) > 0,05
(Ghozali, 2001).
b.Uji Heterokedastisitas
Menurut Ernawati, dkk, (2005) dalam Anggraini (2006),
commit to user
28 himpunan data yang memiliki berbagai ukuran (kecil, sedang, dan
besar). Situasi heterokedastisitas akan menyebabkan penaksiran
koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien karena hasil
taksiran dapat menjadi kurang dari yang semestinya.
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variance dari pengamatan satu ke pengamatan lainnya tetap, maka tidak terjadi
heterokedastisitas, atau terjadi homokedastisitas (Ghozali, 2001).
Metode yang digunakan untuk menguji heterokedastisitas adalah
dengan membuat grafik plot. Deteksi ada tidaknya
heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot, jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka
mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada
pola yang jelas dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka
0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali,
2001). Metode yang digunakan untuk menguji heteroskedastisitas
dalam penelitian ini adalah metode Glejser. Ada tidaknya
heteroskedastisitas dilihat dari signifikabsib >0,05 maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
commit to user
29 Ghozali (2001) mendefinisikan multikolinearitas sebagai suatu
situasi adanya korelasi variabel-variabel independen diantara satu
dan yang lainnya. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen
saling berkolerasi, maka variabel ini tidak ortogonal. Variabel
independen yang bersifat ortogonal adalah variabel independen
yang nilai korelasi di antara semuanya sama dengan nol. Jika
terdapat korelasi yang sempurna di antara sesama variabel
independen sehingga nilai koefisien korelasi diantara sesama
variabel independen sama dengan satu, maka konsekuensinya
adalah sebagai berikut :
a) Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat diperkirakan.
b) Nilai standar eror setiap koefisien regresi menjadi tidak
terhingga.
Ada tidaknya multikolinearitas antarvariabel independen dilihat
dari nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen
manakah yang dijelaskan variabel independen lainnya. Tolerance
mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak
dijelaskan variabel independen lainnya. Nilai cutoff untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2001).
commit to user
30 Menurut Ghozali (2001), uji autokolerasi bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi linear ada kolerasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi
yang bebas dari autokorelasi. Jenis pengujian yang digunakan
untuk mengetahui adanya autokorelasi adalah uji Durbin-Watson.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut :
1) regresi untuk mendapatkan nilai d,
2) mencari nilai kritis dL dan dU,
3) ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan cara :
jika d < dL : terjadi autokorelasi positif.
jika d > 4-dL : terjadi autokorelasi negatif.
jika dU < d < 4-dU : tidak terjadi autokorelasi.
jika dL £ d £ dU atau 1-dU £ d £ 4-dL : berarti tidak dapat ditarik
commit to user
31
2. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan model regresi linear
berganda dengan persamaan berikut ini :
CSR disclosure = (Environmental performance + Variabel Kontrol)
)
Economic Performance = (Environmental performance + Variabel
Kontrol)
EvP = Environmental performance (kinerja lingkungan yang dicapai perusahaan).
CSRI = CSR disclosure (pengungkapan CSR oleh perusahaan dalam laporan tahunan)
GO = Growth opportunities (peluang untuk tumbuh dimasa depan).
SIZE = Ukuran perusahaan
commit to user
32 IS = Industry Sensitivity (sensitivitas perusahaan
terhadap lingkungan)
BC = Board Composition (komposisi dewan komisaris)
b
digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam
menerangkan variabel independen. Tapi, karena R
2
mengandung
kelemahan mendasar di mana adanya bias terhadap jumlah variabel
independen yang dimasukkan dalam model. Oleh karena itu, pada
penelitian ini yang digunakan adjusted R2 berkisar antar nol dan satu.
Jika nilai adjusted R
2
makin mendekati satu maka makin baik
kemampuan model tersebut dalam menjelaskan variabel dependen dan
sebaliknya.
b. Uji Regresi Simultan (Uji F)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dengan
melihat nilai signifikansi F. Jika nilai signifikansi F lebih kecil dari
commit to user
33 variabel independen secara statistis mempengaruhi variabel dependen
secara bersama-sama
c. Uji Regresi Parsial (Uji t)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan yang signifikan
dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya.
Apabila tingkat signifikansi yang diperoleh (p-value) lebih kecil dari 0,05 maka H0 dapat ditolak atau dengan
= 5% variabel independen tersebut berhubungan secara statistis
terhadap variabel dependennya. Dasar pengambilan keputusan dalam
pengujian ini adalah jika probabilitas < 0,05 maka dapat diambil
kesimpulan bahwa karakteristik perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan sosial perusahaan (yaitu pengalaman
internasional perusahaan, size, industri afiliasi, pengungkapan media,
leverage, profitabilitas dan konsentrasi kepemilikan). Dan sebaliknya
jika probabilitas > 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa
karakteristik perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan sosial (yaitu pengalaman internasional perusahaan,
size, industri afiliasi, pengungkapan media, leverage, profitabilitas dan
commit to user
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Obyek Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga buah variabel yang masing-masing adalah
Environmental performance, economic performance, dan CSR disclosure. Data Environmental performance didapat dari website Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) yang berupa data keikutsertaan perusahaan dalam
program PROPER tahun 2006-2010. Data economic performance berupa data saham serta data deviden masing-masing perusahaan sample dari tahun
2006-2009. Sedangkan data CSR disclosure didapat dari laporan tahunan perusahaan manufaktur, pertambangan umum, dan migas yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006-2009. Penelitian ini menggunakan
sampel perusahaan kategori perusahaan manufaktur, pertambangan umum,
dan migas yang secara terus menerus terdaftar di BEI tahun 2006-2009.
Sampel penelitian ini diambil dengan teknik pusposive sampling yaitu perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia yang mengikuti program
PROPER pada tahun 2006-2010 dan telah menerbitkan laporan keuangan
tahunan (annual report) pada tahun 2006-2009. Berdasarkan kriteria pengambilan sampel tersebut, maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 18
perusahaan dengan periode pengamatan selama 4 tahun berturut-turut. Nama
perusahaan sampel dapat dilihat pada lampiran 1 (Data Sampel Nama
commit to user
35
B. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif pada penelitian ini menghasilkan data gambaran
variabel-variabel yang terdiri dari nilai mean, min, max, dan standar deviasi.
Tabel 2. Statistik Deskriptif
Variabel Mean Min Max Std.Deviasi CSR Disclosure 0,3171 0,13 0,47 0,8652
Environmental performance 3,35 1 5 0.609
Size 5,7155 0,01 20,18 4.16763
Sensitivitas Industri 0,89 0 1 0.316 Komposisi Dewan 0,4092 0,20 0,75 0.12389
Economic Performance 0,2347 -2,92 9,41 1.77560
Growth Opportunities 3,4625 0,25 22,77 4.29574 Leverage 0,4093 0,15 0,70 0.15680
1. Statistik Deskriptif Environmental Performance
Environmental performance menggunakan data PROPER yang telah dicocokkan dengan data perusahaan manufaktur, pertambangan umum dan
migas yang terdaftar di BEI. Dari pencocokan tersebut diperoleh 18
perusahaan dari tahun 2006-2009 yang dapat digunakan sebagai sampel.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa variabel Environmental performance
mempunyai nilai rata-rata sebesar 3,35, sehingga 27 data yang nilainya
diatas mean, sehingga dapat diartikan bahwa perusahaan sampel banyak
yang mendapat peringkat lingkungan tinggi atau mempunyai kinerja
commit to user
36
2. Statistik Deskriptif CSR Disclosure
CSR disclosure menggunakan pengungkapan lingkungan yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur, pertambangan umum dan
migas yang telah dipilih sesuai dengan metode purposive sampling. CSR disclosure diukur menggunakan checklist berdasarkan item disclosure
yang telah disampaikan dalam laporan tahunan. Dari tabel 4 dapat dilihat
bahwa terdapat data yang nilainya diatas nilai mean sebesar 0,3171, hal
ini menunjukkan bahwa terdapat 41 data perusahaan yang mendapat
peringkat rendah atau kinerja lingkungan yang rendah dari perusahaan
sampel yang menyampaikan CSR disclosure dalam laporan tahunan perusahaan. Hal ini juga mengindikasikan bahwa perusahaan sampel
tersebut masih kurang peduli terhadap CSR disclosure. CSR disclosure
perusahaan yang dijadikan sampel rata-ratanya adalah 0.2791. Hal ini
menunjukkan bahwa CSR disclosure perusahaan yang paling lengkap dilaporkan oleh PT Holcim Indonesia yaitu sebesar 4.7, atau 37 item
pengungkapan. Indeks CSR disclosure paling tidak lengkap dilaporkan oleh PT Lippo Cikarang yaitu sebesar 0.13 atau 10 butir pengungkapan.
Dengan demikian indeks pengungkapan sukarela sampel berada di kisaran
0.13 sampai dengan 0.47.
3. Statistik Deskriptif Economic performance
Dari table 2 dapat dilihat indeks economic performance perusahaan yang dijadikan sampel rata-ratanya adalah 0,2347. Hal ini menunjukkan bahwa
commit to user
37 Bakrie Sumatra ,pada tahun 2008 yaitu sebesar 9.41. Sedangkan kinerja
finansial perusahaan yang paling rendah dilakukan oleh Aneka Tambang,
pada tahun 2007 yaitu sebesar – 2.9. Dengan demikian kinerja finansial
sampel berada di kisaran – 2.9 sampai dengan 9.41.
C. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Dalam penelitian ini terdapat dua model persamaan regresi yaitu:
)
EcP = Economic performance (kinerja ekonomi yang dicapai)
EvP = Environmental performance (kinerja lingkungan yang dicapai perusahaan).
CSRI = CSR disclosure (pengungkapan CSR oleh perusahaan dalam laporan tahunan)
GO = Growth opportunities (peluang untuk tumbuh dimasa depan). SIZE = Ukuran perusahaan
LV = Tingkat leverage perusahaan
IS = Industry Sensitivity (sensitivitas perusahaan terhadap lingkungan)
BC = Board Composition (komposisi dewan komisaris)
b
commit to user
38 Dengan demikian pengujian asumsi klasik dilakukan untuk masing-masing
model persamaan regresi tersebut, yaitu:
1. Uji Normalitas
Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau
tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Salah satu cara
termudah untuk melihat normalitas data adalah dengan melihat grafik
histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi
yang mendekati distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat
histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang
kecil. Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak
hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa
sebaliknya.
Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan
skewnes dari data sample. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk
menguji normalitas data adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov
-Smirnov (K-S).
Penelitian ini melakukan uji normalitas dengan menggunakan uji statistik
non-parametrik Kolmogorof-Smirnov (K-S). Uji Kolmogorov-Smirnov
dilakukan dengan membuat hipotesis:
H0 : Data residual berdistribusi secara normal.
commit to user
39 Berikut adalah hasil dari uji normalitas data dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov (K-S) yang terlihat dalam tabel 5 dibawah ini:
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa besarnya nilai
Kolmogorov-Smirnov (K-S) untuk residual persamaan model 1 adalah 0,509 dan signifikan pada 0,958 > 0.05 hal ini berarti H0 diterima yang
berarti data terdistribusi secara normal. Besarnya nilai K-S untuk residual
persamaan model 2 adalah 1,318 dan signifikan pada 0,062 > 0,05, hal ini
berarti H0 diterima yang berarti data terdistribusi secara normal. Dengan
demikian data memenuhi asumsi normalitas.
commit to user
40
2. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas terindikasi apabila terdapat hubungan linier di antara variabel independen yang digunakan dalam model. Metode untuk
menguji adanya multikolinieritas dilihat dari nilai tolerance value atau
Variance Inflation Factor (VIF). Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai VIF variabel independen dibawah nilai 10 dan tolerance value diatas 0,10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas dalam model regresi sehingga model tersebut reliable sebagai dasar analisis.
Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance residual suatu pengamatan ke
commit to user
41 berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak
terjadi adanya heterokedastisitas.
Dalam penelitian ini, heteroskedastisitas diukur dengan cara melakukan uji
statistik dengan menggunakan uji Glejser. Dari hasil uji Glejser,
didapatkan bahwa nilai sig variabel independen di atas 0,05 berarti tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model analisis. Hasil uji
commit to user
42
4. Uji autokorelasi
Autokorelasi bertitik tolak dari gangguan-gangguan yang terjadi pada
hubungan antara variabel yang diteliti. Pada dasarnya autokorelasi yang
terjadi tidak dapat diukur, tetapi bersifat mengambang, dan jumlahnya
banyak karena gangguan yang terjadi pada suatu periode, mungkin akan
mempengaruhi besarnya gangguan pada periode sebelumnya. Adapun cara
untuk mendekati atau mengetahui ada tidaknya autokorelasi antara lain
dengan uji Durbin-Watson (uji DW).
Formula hipotesis
Ho : tidak ada autokorelasi positif Ho* : tidak ada autokorelasi negatif
Dengan kriteria pengujian seperti gambar 2 sebagai berikut:
commit to user
43 Adapun hasil Uji Autokorelasi dipaparkan pada tabel 8 sebagai berikut:
Tabel 6.
Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 7.
Hasil Uji Hipotesis Pertama
Variabel t sig
Constant 1.667 0.100
Environmental Performance 2.249 0.028*
Size 3.477 0.001*
Sensitivitas industri 1.335 0.187 Komposisi dewan 1.063 0.292 R Square 0.287 Adj R Square 0.245
F 6.751
Sig 0.000* *Secara statistik signifikan pada tingkat 0.05
commit to user
44 a. Uji koefisien determinasi (R2)
Nilai R
2
digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model
dalam menerangkan variabel independen. Tapi, karena R
2
mengandung kelemahan mendasar di mana adanya bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan dalam
model. Oleh karena itu, pada penelitian ini yang digunakan
adjusted R
2
berkisar antar nol dan satu. Dengan melihat tabel di
atas, dapat diketahui bahwa nilai Adjusted R2 adalah sebesar
0,245. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel environmental performance dapat menjelaskan variabel CSR disclosure
sebesar 24,5%, sedangkan sisanya 75,5% dijelaskan oleh
faktor-faktor di luar variabel tersebut.
b. Uji Regresi Simultan (Uji F)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen
dengan melihat nilai signifikansi F. Jika nilai signifikansi F
lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis alternatif tidak dapat
ditolak atau dengan = 5% variabel independen secara statistis
mempengaruhi variabel dependen secara bersama-sama. Hasil
pengujian nilai F hitung sebesar 6,751 dengan nilai signifikansi