• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PROYEK REVITALISASI PASAR GADING SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EVALUASI PROYEK REVITALISASI PASAR GADING SURAKARTA"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

1 Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas - tugas dan

Memenuhi Syarat - syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

(2)

ATIKA YULIASTUTI

F. 0106021

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul :

EVALUASI PROYEK REVITALISASI PASAR GADING SURAKARTA

Surakarta, 7 Maret 2010

(3)

Dosen Pembimbing

(Sumardi, S.E.)

NIP. 196209081987021004

HALAMAN PENGESAHAN

(4)

Surakarta, April 2010

Tim Penguji Skripsi :

1. Nurul Istiqomah, S.E.,M.Si sebagai Ketua (………) NIP. 132310785

2. Sumardi, S.E. sebagai Pembimbing (………) NIP. 196209081987021004

3. Drs. Akhmad Daerobi, MS sebagai Anggota (………) NIP. 195708041986011002

(5)

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

Allah SWT

Bapak dan Ibuku tersayang

Indra Wijaya My Luvely

Eyangku

Adekku (Adi & Monic) yang aku sayangi

Sahabat-sahabatku EP 2006

(6)

MOTTO

Kepandaian hanyalah 5% penyumbang keberhasilan, 95% lainnya adalah kerja

keras.

Jadikanlah sabar dan solat sebagai penolongmu (Qs. Al-Baqarah ayat 45).

Sopo sing nandur bakale ngunduh.

Saat orang menyakitimu, menjatuhkanmu maka itu adalah saat yang tepat untuk

memperbaiki diri dan menunjukkan siapa diri kita sebenarnya (Darmastuti Kusuma

(7)

Special thank’s to :

1. Allah SWT, atas anugrah, rahmat, rizki, kasih sayang dan karunia yang senantiasa

Engkau limpahkan kepada hamba-Mu ini.

2. Bapak dan Ibuku, yang selalu memberikan doa dan restunya yang senantiasa

mengiringi setiap langkah dalam kehidupanku untuk dalam meraih cita-cita.

3. Indra Wijaya My Luvely, yang sudah setia menemani dan berperan besar dalam

kehidupanku selama lima tahun terakhir ini, telah banyak membantu dalam

menyelesaikan kuliah dan skripsi ini, serta telah menuntun hidupku ke arah yang lebih

benar. Tak ada kata-kata yang pantas untuk megungkapkan kebaikanmu dan untuk

membalas jasamu selama ini.

4. SD N 54 Laweyan Surakarta, SMP N 9 Surakarta, SMA N 7 Surakarta, FE UNS,

tempatku menuntut ilmu tak akan kulupa sepanjang waktu.

5. Eyangku, yang selama ini telah mendidikku dengan keras mengenai kehidupan di dunia

dengan disiplin yang sangat tinggi.

6. Adek-adekku Adi & Monic yang selalu aku rindu dan sayangi.

7. Semua teman-teman EP ’06, terima kasih atas kebersamaan yang telah kita jalin

selama ini. Vaulla, Nurul, Ghoni, Farahita, Putri, Elia, Anggita, Zuli, Yunita, Monchu,

(8)

8. Mbak Murwani, atas bantuannya dalam kelancaran pengerjaan skripsiku ini.

Birokrasi EP terasa lebih mudah karena adanya beliau yang telah banyak membantu

dan mempermudah para mahasiswa, khususnya mahasiswa Ekonomi Pembangunan.

Berasa punya ibu di kampus.

9. Pak Man dan Pak Pur yang sudah menjaga motor mahasiswa-mahasiswinya, terima

kasih selama atas dukungan, motivasi, seta doanya untuk saya agar dapat

menyelesaikan skripsi ini.

10. Semua pihak yang pernah hadir dalam perjalanan hidupku, terima kasih…

KATA PENGANTAR

Puja serta puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi syarat dalam pencapaian gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali kendala yang penulis hadapi. Namun, seiring dengan berlalunya waktu serta usaha yang tidak kenal lelah, kendala yang muncul bisa teratasi. Tidak lupa penulis menghaturkan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantuannya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis menghaturkan terima kasih kepada :

(9)

2. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surkarta yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Ibu Izza Mafruhah, S.E., M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi

Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan pelayanan kepada penulis.

6. Pimpinan dan seluruh staff Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta. 7. Pimpinan dan seluruh staff PT. RUDI PERSADA NUSANTARA. 8. Pimpinan dan seluruh staff PT. TATAANALISA MULTIMULYA. 9. Pimpinan dan seluruh staff PT. INDO SURYA CONST.

10.Pedagang dan masyarakat di sekitar Pasar Gading Surakarta. 11.Ibu, bapak, dan adik-adik yang selalu mendoakan penulis. 12.Teman-teman EP angkatan 2006.

13.Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga terselesaikannya penelitian ini.

(10)

saran maupun kritik demi sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis pribadi maupun bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Surakarta, Maret 2010

Penulis DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah ...1

B. Perumusan Masalah ...4

C. Tujuan Penelitian ...5

D. Manfaat Penelitian ...5

(11)

1. Pengertian Pasar...6

2. Pengertian Proyek ...9

3. Pengertian Evaluasi Proyek ...12

4. Maksud dan Tujuan Evaluasi Proyek ...14

5. Analisis Finansial dan Ekonomi ...16

a. Pengertian Analisis Finansial dan Ekonomi ...16

b. Perbedaan Analisis Finansial dan Ekonomi ...17

c. Umur Proyek...20

6. Analisis Biaya dan Manfaat ...20

7. Manfaat Proyek...21

8. Biaya Proyek...22

9. Kriteria Investasi ...26

B. Penelitian Terdahulu ...30

C. Kerangka Pemikiran...32

D. Hipotesis ...33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian...34

B. Jenis dan Sumber Data ...34

C. Teknik Pengumpulan Data ...35

D. Teknik Pengambilan Sampel ...36

E. Definisi Operasional Variabel ...37

F. Alat Analisis Data ...38

BAB IV ANALISIS DATA DAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ...41

1. Letak Geografis ...41

2. Luas Daerah dan Pembagian Administratif ...41

3. Keadaan Alam...42

4. Aspek Demografi ...43

5. Aspek Sosial Ekonomi ...45

a. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ...45

(12)

c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ...46

d. Realisasi Pendapatan...47

6. Deskripsi Lokasi ...50

B. Gambaran Umum Proyek ...52

1. Latar Belakang Proyek ...52

2. Maksud dan Tujuan Proyek ...54

3. Lokasi Proyek ...55

4. Data Umum Proyek ...55

C. Analisis Data dan Pembahasan ...56

1. Pendekatan Ekonomis ...57

a. Biaya Investasi ...58

b. Estimasi Pendapatan ...60

c. Estimasi Biaya ...70

2. Kriteria Investasi ...74

a. Net Present Value (NPV) ...74

b. Internal Rate of Return (IRR) ...76

c. Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio) ...78

d. Profitability Ratio (PV/K) ...80

e. Payback Periods (PBP) ...82

3. Implementasi Ekonomi ...84

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...91

B. Saran ...92 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

4.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Tingkat Kepadatan Tiap

Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2008 ... 42 4.2 Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2004 - 2008 ... 43 4.3 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2004 - 2008 ... 44 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tiap Kecamatan

Di Kota Surakarta tahun 2008 ... 44 4.5 Banyaknya Penduduk Umur 5 Tahun ke atas Menurut Tingkat

(14)

Tahun 2008... 46

4.7 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000, Kota Surakarta Tahun 2008 (Jutaan Rupiah)... 47

4.8 Target dan Realisasi Pendapatan Pasar Gading Kota Surakarta Tahun 2009... 48

4.9 Realisasi Pendapatan Pasar Gading Surakarta Bulan September-Desember Tahun 2009... 49

4.10 Total Investasi Revitalisasi Pasar Gading (Angka Dalam Rupiah)... 56

4.11 Rincian Biaya Investasi (Angka Dalam Rupiah) ... 58

4.12 Rincian Biaya Investasi (Angka Dalam Rupiah) ... 59

4.13 Estimasi Penjualan Kios Pasar Gading Surakarta ... 61

4.14 Estimasi Pendapatan Retribusi Oprokan ... 65

4.15 Estimasi Pendapatan Retribusi Los ... 66

4.16 Estimasi Pendapatan Retribusi Kios... 67

4.17 Perhitungan Benefit... 70

4.18 Tagihan Listrik Pasar Gading Surakarta Tahun 2009 ... 71

4.19 Biaya Pembelian Alat-alat Kebersihan Pasar Gading Surakarta Tahun 2009... 72

4.20 Perhitungan Cost... 73

4.21 Perhitungan Net Present Value (NPV) ... 75

(15)

4.23 Perhitungan Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio) ... 79

4.24 Perhitungan Profitability Ratio (PV/K)... 81 4.25 Perhitungan Payback Periods (PBP)... 83

4.26 Manfaat tidak langsung dari pendapatan yang diterima pedagang

di sekitar Pasar Gading Surakarta... 87

4.27 Perhitungan nilai t dari sampel pedagang di sekitar Pasar Gading

(16)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

(17)

ABSTRAKSI

EVALUASI PROYEK REVITALISASI PASAR GADING SURAKARTA

Atika Yuliastuti F 0106021

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah revitalisasi Pasar Gading Surakarta secara ekonomis menguntungkan dan layak serta untuk mengetahui apakah investasi awal dapat terbayar sebelum umur ekonomis proyek berakhir. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini, pertama adalah “diduga bahwa investasi revitalisasi Pasar Gading Surakarta secara ekonomis menguntungkan.” Kedua “diduga bahwa investasi awal revitalisasi Pasar Gading Surakarta dapat terbayar kembali sebelum umur ekonomis proyek berakhir.” Ketiga adalah “diduga bahwa proyek revitalisasi Pasar Gading Surakarta ini bermanfaat dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar Pasar Gading Surakarta.”

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan masyarakat sekitar proyek yang memanfaatkan keramaian untuk menjalankan usaha. Data sekunder bersumber dari Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta, Pengelola Pasar Gading Surakarta, Badan Pusat Statistik Surakarta, dan PT. Rudi Persada Nusantara (investor), PT. Tataanalisa Multimulya (investor), serta PT. Indo Surya Const. (investor).

Berdasarkan data yang telah dihimpun, kemudian dikompilasi dan dipilah ke dalam biaya dan manfaat untuk mempermudah dalam menganalisa kriteria kelayakan investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio), Profitability Ratio (PV/K) dan Payback Period. Suatu investasi layak apabila: nilai NPV > 0, IRR > social discount rate, BCR > 1 dan PV/K > 1.

Hasil perhitungan dari analisis ini diperoleh NPV = -3.371.328.165 < 0, IRR = 1,96 % < 12 % (social discount rate), BCR = 0,57 < 1, PV/K = 0,52 < 1, dan Payback Period proyek ini adalah 20 tahun 6 bulan. Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis ini adalah secara ekonomis Revitalisasi Pasar Gading Surakarta tidak layak untuk dijalankan tetapi investasi awal dapat terbayar kembali sebelum umur ekonomis proyek berakhir, serta proyek revitalisasi Pasar Gading ini belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar Pasar Gading Surakarta.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli serta tempat terjadinya transaksi ekonomi. Menurut Buku Putih Pasar Tradisional, pasar dalam pengertian teori ekonomi adalah suatu situasi dimana pembeli (konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang) melakukan transaksi setelah kedua pihak mengambil kata sepakat tentang harga terhadap sejumlah (kuantitas) barang dengan kuantitas tertentu yang menjadi objek transaksi.

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli yang ditandai dengan adanya transaksi jual-beli secara langsung dan biasanya dengan sistem tawar-menawar. Bangunan pasar tradisional terdiri dari kios, los, dan dasaran terbuka. Kebanyakan para pedagang menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian, barang elektronik dan lain-lain. Pasar seperti ini masih banyak terdapat di Kota Surakarta, antara lain adalah Pasar Gedhe, Pasar Klewer, Pasar Legi, Pasar Kadipolo, dan Pasar Gading.

(19)

akan menyebabkan pasar tradisional dijauhi oleh masyarakat, terutama masyarakat kelas menengah ke atas.

Semakin hari semakin banyak masyarakat yang meninggalkan pasar tradisional dan beralih ke pasar modern yang semakin hari semakin menjamur di lingkungan sekitar mereka. Kini pasar tradisional semakin terpinggirkan dan sepi pengunjung, sementara pasar-pasar modern terus bergeliat dan meningkatkan kualitas serta pelayanannya untuk semakin memuaskan para konsumennya. Sedangkan pendapatan para pedagang pasar tradisional semakin hari semakin merosot bahkan hingga gulung tikar dan akhirnya juga akan menurunkan kegiatan ekonomi masyarakat kelas menengah ke bawah, karena mayoritas pedagang ini adalah masyarakat kelas menengah ke bawah.

Kini sangat mudah bagi masyarakat untuk menjumpai minimarket,

supermarket, dan hypermarket di sekitar tempat tinggal kita. Barang yang dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan barang-barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang-barang impor. Pasar modern juga memberikan pelayanan yang baik dengan adanya fasilitas pendingin udara dan penampilan yang bersih yang membuat konsumen semakin nyaman ketika berbelanja. Dengan berbagai macam kelebihan yang tidak dimiliki pasar tradisional dan kelayakan yang ditawarkan, tentu pasar-pasar modern akan dengan mudah menarik perhatian masyarakat. Carrefour dan

(20)

Pada awal tahun 2009 yang lalu, Pemerintah Kota Surakarta telah menyelesaikan pembangunan dan renovasi tiga pasar baru dan sedang mempersiapkan satu tempat penjualan kerajinan tangan. Keempat pasar itu adalah Pasar Gading, Pasar Windu Jenar, Pasar Ngarsopuro, dan pusat kerajinan Night Market. Tujuan direvitalisasinya pasar tradisional seperti Pasar Gading dan Pasar Windu Jenar ini adalah untuk meningkatkan daya saing dan meningkatkan citra pasar tradisional.

Pasar Gading merupakan salah satu pasar kelas III/A milik pemerintah Kota Surakarta yang terletak di Jl. Veteran Pasar Kliwon dan bersebelahan dengan Alun-alun Selatan Keraton Surakarta Hadiningrat. Pasar ini merupakan salah satu pasar yang direvitalisasi karena memiliki letak yang strategis, yaitu di pinggir Kota Surakarta dimana berbatasan langsung dengan daerah Wonogiri dan Sukoharjo. Selain itu kondisi pasar ini sebelum direvitalisasi secara fisik memang sangat memprihatinkan karena kumuh, tidak beraturan, dan pemandangan depan pasar tertutup oleh puluhan mobil carteran yang setiap saat “ngetem” disana.

(21)

kegiatan, khususnya Program Revitalisasi Pasar Tradisional untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional (Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 16 Februari 2009).

Peraturan yang mengatur tentang pasar tradisional adalah Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Jika pasar tradisional bisa dikelola dengan baik dan menarik, maka tidak perlu ada pertentangan antara pasar modern dan pasar tradisional. Keduanya dapat berkembang dengan nuansa serta daya tariknya sendiri-sendiri. Tidak menutup kemungkinan bahwa golongan masyarakat yang berpendapatan tinggi juga akan menjadi tertarik untuk sesekali datang mengunjungi dan berbelanja di pasar tradisional untuk menikmati berbagai hal yang tidak tersedia di pasar modern.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengambil judul “Evaluasi Proyek Revitalisasi Pasar Gading Surakarta”.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah investasi yang dilakukan untuk Revitalisasi Pasar Gading Surakarta secara ekonomis menguntungkan dan layak?

(22)

3. Apakah proyek Revitalisasi Pasar Gading ini bermanfaat dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar Pasar Gading Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan diadakan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui investasi yang dilakukan untuk Revitalisasi Pasar Gading Surakarta secara ekonomis menguntungkan dan layak.

2. Untuk mengetahui investasi awal dapat terbayar sebelum umur ekonomis proyek berakhir dan berapa lama PaybackPeriodsnya.

3. Untuk mengetahui proyek Revitalisasi Pasar Gading ini bermanfaat dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar Pasar Gading Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan, dalam hal ini Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Kota Surakarta pada khususnya dan Pemerintah Kota Surakarta pada umumnya.

2. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya yang serupa dengan penelitian ini.

(23)

23 A. Pengertian Dasar

1. Pengertian Pasar

Menurut Mankiw (2003:82) pasar (market) adalah sekumpulan pembeli dan penjual dari sebuah barang atau jasa tertentu. Para pembeli sebagai sebuah kelompok menentukan permintaan terhadap produk, dan para penjual sebagai kelompok menentukan penawaran terhadap produk. Menurut kelas atau mutu dari pelayanan yang diberikan suatu pasar dapat digolongkan menjadi pasar tradisional dan pasar modern.

Menurut Perpres No. 112 Tahun 2007 Pasal 1 pengertian pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar.

(24)

berbelanja dengan manajemen berada di satu tangan, bermodal relatif kuat dan dilengkapi dengan label harga yang pasti.

Beberapa alasan orang lebih memilih berbelanja di pasar tradisional daripada di pasar modern, antara lain :

a. Harga barang relatif lebih murah dan masih dapat ditawar.

b. Produknya lebih segar, contohnya seperti sayuran, daging, ikan, ayam, bumbu dapur dan lain sebagainya.

c. Adanya interaksi dan komunikasi sosial sehingga terjadi keakraban antara penjual dan pembeli.

d. Buka dari pagi hari, suasanya lebih hidup dan ramai.

e. Masih mengakarnya budaya untuk tetap berkunjung dan berbelanja ke pasar tradisional.

Kelas pasar tradisional dibagi berdasarkan luas pasar, jumlah pedagang berdasarkan kios, los, dan oprokan serta berdasarkan jumlah pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) per tahun. Tetapi tidak ada patokan pasti untuk membedakan kelas pasar tradisional. Kelas pasar tradisional terbagi menjadi kelas I, kelas II, kelas III, dan kelas IV, yaitu sebagai berikut :

(25)

b. Pasar kelas II adalah pasar dengan komponen bangun-bangunan, sistem arus barang dan orang, baik di dalam maupun di luar bangunan, dan melayani perdagangan tingkat kota (pasar kota).

c. Pasar kelas III adalah pasar dengan komponen bangunan, sistem arus barang dan orang, baik di dalam maupun di luar bangunan, dan melayani perdagangan tingkat wilayah bagian kota (pasar wilayah). d. Pasar kelas IV adalah pasar dengan komponen bangunan, sistem arus

barang dan orang, terutama di dalam bangunan dan melayani perdagangan tingkat lingkungan (pasar lingkungan).

Arti harfiah revitalisasi adalah menghidupkan kembali, maknanya bukan sekedar mengadakan atau mengaktifkan kembali sesuatu yang sebelumnya memang pernah ada, tetapi menyempurnakan struktur, mekanisme kerja, dan menyesuaikan dengan kondisi baru, semangatnya serta komitmennya. Asumsi dasar revitalisasi pasar tradisional adalah pasar tradisional harus diubah menjadi modern untuk mampu bersaing dengan pasar-pasar modern. Contoh revitalisasi pasar adalah Pasar Nusukan Surakarta, pasar ini sebelumnya memang sudah ada namun pada pertengahan tahun 2004 terbakar dan mengalami kerusakan yang cukup parah. Kemudian pada tahun 2006 pasar ini mulai direvitalisasi hingga layak untuk digunakan kembali.

(26)

revitalisasi lebih pada semua bagian yang dibenahi, tetapi kalau rehabilitasi ruang yang dibenahi tidak menyeluruh. Contoh rehabilitasi pasar adalah Pasar Klewer Surakarta, dahulunya pasar ini atapnya sudah rusak lalu Pemerintah Kota Surakarta membenahi atap Pasar Klewer agar layak kembali untuk digunakan.

Pembangunan pada hakekatnya adalah proses perubahan secara terus-menerus yang menuju ke arah perbaikan cita-cita yang ingin dicapai oleh suatu bangsa, atau pembangunan ekonomi suatu bangsa ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat (Djamin, 1984:5). Jadi dapat dikatakan pembangunan pasar adalah proses perubahan yang direncanakan untuk menciptakan sarana kehidupan ekonomi masyarakat (pasar) agar dapat meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat. Contoh pembangunan pasar adalah dibangunnya Pasar Elektronika Ngarsopuro Surakarta yang sebelumnya memang belum ada.

2. Pengertian Proyek

Khusnul Khotimah (2002) mendefinisikan proyek sebagai suatu rangkaian kegiatan yang direncanakan yang di dalamnya menggunakan masukan (input), untuk mendapatkan manfaat (benefit) atau hasil (return) di masa yang akan datang.

(27)

Proyek merupakan kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat berupa investasi baru seperti pembangunan pabrik, pembuatan jalan raya atau kereta api, irigasi, bendungan, perkebunan, pembukaan hutan, pendirian gedung-gedung sekolah atau rumah sakit, survai atau penelitian, perluasan atau perbaikan program-program yang sedang berjalan, dan sebagainya. Suatu proyek dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah, badan-badan swasta, atau organisasi-organisasi sosial maupun oleh perorangan (Gray, 2005:1).

Sumber-sumber yang digunakan dalam pelaksanaan proyek dapat berbentuk barang-barang modal, tanah, bahan setengah jadi, bahan-bahan mentah, tenaga kerja, dan waktu. Sumber-sumber tersebut, sebagian atau seluruhnya, dapat dianggap sebagai barang atau jasa konsumsi yang dikorbankan dari penggunaan masa sekarang untuk memperoleh benefit

yang lebih besar di masa yang akan datang (Gray, 2005:1).

(28)

Suatu proyek baik itu proyek makro maupun proyek mikro dapat dikatakan berhasil apabila bisa mendatangkan manfaat (benefit). Benefit

yang diterima dapat berupa tingkat konsumsi yang lebih besar, penambahan kesempatan kerja, perbaikan tingkat pendidikan dan kesehatan, perubahan atau perbaikan suatu sistem atau struktur. Suatu proyek dinyatakan sudah berakhir apabila proyek tersebut sudah tidak dapat lagi menghasilkan manfaat (benefit).

Siklus suatu proyek, baik itu proyek publik maupun swasta dimulai dengan adanya suatu gagasan pengusulan yang umumnya bersumber dari para pemimpin masyarakat setempat, tenaga teknis, perintis pembangunan, dan usulan program-program yang telah ada. Kemudian dari gagasan tersebut, setiap proyek akan melalui enam tahapan, yaitu (Gray, 2005:2-4): Gambar 2.1 Siklus Proyek

I.

Sumber : Gray, 2005:2

I. Identifikasi, yaitu menentukan calon-calon proyek yang perlu dipertimbangkan untuk dilaksanakan. Beberapa pertanyaan penting

Identifikasi I Evaluasi

VI

Operasi V

Implementasi IV

Formulasi II

(29)

yang perlu ditanyakan menyangkut perlu tidaknya gagasan proyek diteliti lebih lanjut adalah sebagai berikut :

- Apakah proyek termasuk dalam sektor yang diprioritaskan?

- Apakah proyek secara garis besar akan menguntungkan?

- Adakah bantuan dari pemerintah bagi jenis proyek tersebut?

II. Formulasi, yaitu mengadakan persiapan dengan melakukan prastudi kelayakan dengan meneliti sejauh mana calon-calon proyek tersebut dapat dilaksanakan menurut aspek-aspek teknis, institusional, dan “eksternalitas”.

III. Analisis, yaitu mengadakan appraisal atau evaluasi terhadap laporan-laporan studi kelayakan yang ada. Studi kelayakan proyek tadi dianalisis untuk memilih yang terbaik di antara berbagai alternatif proyek yang ada, berdasarkan suatu ukuran tertentu. IV. Implementasi, adalah tahap pelaksanaan proyek tersebut.

Tanggung jawab utama dari para perencana serta penilai proyek adalah mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan fisik proyek agar sesuai dengan final design-nya. V. Operasi, yaitu operasi proyek. Perlu dipertimbangkan

metode-metode pembuatan laporan atas pelaksanaan operasinya.

(30)

tahap-tahap sebelumnya dengan memperbandingkan antara apa yang direncanakan dan hasil yang dicapai.

3. Pengertian Evaluasi Proyek

Khotimah (2002:9-10) mendefinisikan evaluasi atau analisis sebagai suatu penilaian untuk mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari proyek. Evaluasi proyek identik dengan studi kelayakan atau

feasibility study yang sudah banyak dikenal masyarakat. Studi kelayakan pada hakekatnya adalah metode penjajagan dari suatu gagasan usaha tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut dilaksanakan.

Evaluasi Proyek (Studi Kelayakan Proyek) adalah penelitian mengenai dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan suatu proyek investasi) dapat dilaksanakan dengan berhasil (Husnan, 2000:4).

Evaluasi Proyek, juga dikenal sebagai studi kelayakan proyek (atau studi kelayakan bisnis pada proyek bisnis), merupakan pengkajian suatu usulan proyek (atau bisnis), apakah dapat dilaksanakan (go project) atau tidak (no go project), dengan berdasarkan berbagai aspek kajian.

(31)

Evaluasi proyek termasuk di dalam proses perencanaan yang sangat khusus berupa penilaian yang menyeluruh, obyektif, dan sistematis terhadap program-program pembangunan untuk masing-masing komoditi dan proyek. Evaluasi proyek merupakan bagian integral setiap program pembangunan dalam rangka menilai keberhasilan atau kegagalan dan menunjukkan cara-cara penyempurnaan lebih lanjut.

4. Maksud dan Tujuan Evaluasi Proyek

Maksud dari analisa proyek adalah untuk menganalisa terhadap suatu proyek tertentu, baik proyek yang akan dilaksanakan, sedang dan selesai dilaksanakan untuk bahan perbaikan dan penilaian pelaksanaan proyek tersebut. Hal ini perlu dilakukan karena di dalam pelaksanaan suatu proyek akan menyangkut penggunaan sumber-sumber yang langka (scarcity resources) (Pudjosumarto, 1995:9).

Tujuan analisis proyek yang dimaksudkan untuk memperbaiki penilaian investasi. Hal ini disebabkan sumber-sumber yang tersedia terbatas, sehingga perlu diadakan pemilihan dari berbagai alternatif yang ada. Kesalahan dalam pemilihan tersebut mengakibatkan kerugian. Oleh karena itu, sebelum proyek dilaksanakan perlu diperhitungkan biaya dan manfaat (benefit) yang dapat diharapkan dari proyek tersebut (Khotimah, 2002:9).

(32)

a. Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi proyek itu sendiri (sering juga disebut sebagai manfaat finansial). Yang berarti apakah proyek itu dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan risiko proyek tersebut.

b. Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (sering juga disebut sebagai manfaat ekonomi nasional). Yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu negara.

c. Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat sekitar proyek tersebut. Ini merupakan studi yang relatif paling sulit untuk dilakukan.

Dalam mengadakan evaluasi suatu proyek ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan, antara lain :

a. Aspek Teknis

Meliputi analisis tentang input dan output berupa barang dan jasa yang akan diperlukan dan dihasilkan oleh proyek.

b. Aspek Manajerial dan Administratif

Meliputi kemampuan staf proyek untuk menjalankan administrasi kegiatan dalam ukuran besar (large scale activities).

c. Aspek Organisasi

(33)

d. Aspek Komersial

Menganalisis penawaran input (barang dan jasa) yang dibutuhkan proyek, baik awal membangun proyek, maupun proyek sedang berproduksi, dan menganalisis hasil (output) dari proyek tersebut. e. Aspek Finansial

Menyangkut perbandingan benefit dan cost dari proyek, apakah proyek tersebut akan mampu membayar kembali dana tersebut, ataupun proyek tersebut akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri.

f. Aspek Ekonomi

Aspek yang akan menentukan tentang besar atau kecilnya sumbangan suatu proyek terhadap pembangunan ekonomi secara keseluruhan. 5. Analisis Finansial dan Ekonomi

a. Pengertian Analisis Finansial dan Ekonomi

Analisis finansial adalah analisis yang melihat suatu proyek dari sudut lembaga-lembaga atau badan-badan yang mempunyai kepentingan langsung dalam proyek atau yang menginvestasikan modalnya ke dalam proyek. Oleh karena itu hasil analisis ini disebut dengan “The Private Returns”.

(34)

secara keseluruhan. Oleh karena itu hasil analisis ini disebut dengan

“The Social Returns” atau “The Economics Returns”. b. Perbedaan Analisis Finansial dan Ekonomi

Dengan adanya perbedaan pengertian antara analisis finansial dan analisis ekonomi, maka dalam memperlakukan benefit dan cost

juga berbeda. Pada dasarnya perhitungan dalam analisis finansial dan ekonomi berbeda menurut lima hal, yaitu sebagai berikut (Gray, 2005:8-11) :

1) Harga.

Dalam analisis finansial yang digunakan adalah harga-harga pasar baik untuk sumber-sumber yang digunakan dalam proses maupun untuk hasil-hasil produksi dari proyek. Sementara dalam analisis ekonomi, yang digunakan adalah shadow prices atau accounting prices, yaitu harga-harga yang disesuaikan sedemikian rupa untuk menggambarkan nilai ekonomi yang sebenarnya dari barang dan jasa tersebut.

2) Pajak.

Dalam analisis finansial, pajak merupakan biaya yang dibayarkan kepada instansi pemerintah sehingga akan mengurangi benefit. Sedangkan dalam analisis ekonomi, pajak merupakan transfer, yaitu bagian dari benefit yang diserahkan kepada pemerintah, jadi tidak mengurangi benefit.

(35)

Subsidi adalah transfer yang perhitungannya merupakan kebalikan dari pajak. Dalam analisis finansial, penerimaan subsidi berarti pengurangan biaya yang harus ditanggung oleh si pemilik proyek sehingga subsidi akan mengurangi biaya. Namun dalam analisis ekonomi, subsidi dianggap sebagai sumber-sumber yang dialihkan dari masyarakat untuk digunakan dalam proyek. Oleh karena itu subsidi yang diterima proyek merupakan beban masyarakat, jadi jika dilihat dari segi perhitungan ekonomi tidak mengurangi biaya proyek.

4) Biaya Investasi dan Pelunasan Pinjaman.

(36)

yang digunakan untuk membiayai sebagian investasi tersebut diabaikan dalam perhitungan biaya ekonomi, untuk menghindari perhitungan ganda (double-counting). Pengecualian hanya terdapat apabila bagian investasi dibiayai dengan pinjaman luar negeri yang digunakan hanya untuk proyek itu sendiri. Dana pinjaman tidak boleh dipakai untuk membiayai proyek lain apabila proyek tersebut tidak jadi dilaksanakan.

5) Bunga.

Dalam analisis finansial, bunga atas pinjaman baik dari dalam atau luar negeri merupakan biaya proyek. Sedangkan dalam analisis ekonomi, bunga atas pinjaman dalam negeri tidak dimasukkan sebagai biaya, karena modal tersebut dapat dianggap sebagai modal masyarakat sehingga bunganya pun dianggap sebagai bagian dari benefit ekonomi. Pembayaran bunga dari pendapatan yang timbul karena adanya kegiatan operasi hanya merupakan

transfer payments dari satu pihak kepada pihak lain.

(37)

benefit dan cost-nya adalah lebih kecil dari satu (B/C < 1), tetapi ditinjau dari manfaat sosialnya akan memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat maupun kehidupan perekonomian secara keseluruhan, proyek tersebut akan dilaksanakan (Khotimah, 2002:17-18).

c. Umur Proyek

Untuk menentukan panjangnya umur proyek terdapat beberapa pedoman, antara lain (Mugi Rahardjo, 9) :

1) Umur ekonomis dari proyek yang biasanya sebagai ukuran umum. Yaitu jumlah tahun selama pemakaian aktiva tersebut dapat meminimumkan biaya tahunan dari aktiva tersebut.

2) Untuk proyek-proyek yang mempunyai investasi modal yang besar, akan lebih mudah memakai umur teknis. Perlu diketahui bahwa umur teknis suatu proyek adalah lama, tetapi secara ekonomis adalah lebih pendek karena ketinggalan jaman/kuno. Umur teknis ini biasanya dipakai untuk proyek-proyek industri dan pengangkutan.

3) Untuk proyek-proyek yang umurnya lebih dari 25 tahun dapat diambil 25 tahun, sebab nilai-nilai sesudah itu jika di discountkan akan mempunyai present value yang kecil sekali.

6. Analisis Biaya dan Manfaat

(38)

feasible apabila manfaatnya lebih besar dari biaya atau pengorbanannya. Prinsip ini berlaku baik bagi proyek makro, sosial ekonomis maupun proyek mikro.

Yang dimaksud dengan manfaat adalah apa saja yang secara langsung atau tidak langsung menambah konsumsi barang-barang atau jasa-jasa sehubungan dengan proyek. Sedangkan yang dimaksud dengan biaya adalah apa saja yang mengurangi persediaan barang-barang atau jasa-jasa konsumsi baik secara langsung maupun tidak langsung sehubungan dengan proyek.

7. Manfaat Proyek

Pelaksanaan proyek bertujuan untuk memperoleh manfaat atau hasil. Manfaat proyek dapat dibagi dalam (Khotimah, 2002:35-37) :

a. Manfaat Langsung.

Adalah adanya kenaikan dalam nilai keluaran fisik dari kegiatan yang ditangani proyek. Manfaat ini dapat berupa :

1) Kenaikan dalam nilai hasil/output dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini :

a) Kenaikan dalam produk fisik.

b) Perbaikan mutu produk (quality improvement). c) Perubahan dalam lokasi dan waktu penjualan. d) Perubahan dalam bentuk (grading and processing). 2) Penurunan biaya dapat berupa :

(39)

b) Penurunan biaya pengangkutan.

c) Penurunan atau penghindaran kerugian. b. Manfaat Tidak Langsung atau Manfaat Sekunder.

Adalah manfaat yang timbul atau dirasakan di luar proyek karena adanya realisasi sesuatu proyek. Ada tiga macam manfaat tidak langsung, yaitu :

1) Manfaat yang disebabkan (induced) oleh adanya proyek yang biasanya disebut “efek multiplier” dari proyek.

2) Manfaat yang disebabkan oleh adanya keunggulan skala besar (economies of scale).

3) Manfaat yang ditimbulkan oleh adanya pengaruh sekunder dinamik (dynamic secondary effects).

c. Manfaat yang tidak dapat dinyatakan dengan jelas (Intangible Benefits).

Adalah manfaat yang sulit dinilai dengan uang, seperti : 1) Perbaikan lingkungan hidup.

2) Perbaikan pemandangan karena adanya taman yang indah. 3) Perbaikan distribusi pendapatan.

4) Integrasi nasional.

5) Pertahanan nasional, dan lain sebagainya. 8. Biaya Proyek

(40)

a. Modal.

Shadow price modal adalah opportunity cost tiap-tiap unit modal yang besarnya sama dengan tingkat bunga sosial.

b. Tanah.

Adakalanya kita harus membeli atau menyewa sebidang tanah untuk suatu proyek. Dalam hal ini, harga pembelian tanah dapat dianggap sebagai investasi. Bila tanah disewa dan sewa dibayar tiap tahun, sewa tersebut dianggap sebagai biaya yang perhitungannya dilakukan tiap tahun.

c. Bahan-bahan Mentah dan Barang Setengah Jadi.

Shadow prices bahan-bahan mentah dan barang setengah jadi yang digunakan dalam suatu proyek pada dasarnya dinilai menurut social opportunity cost dari tiap unit barang tersebut, yaitu benefit tiap-tiap barang itu dalam alternatif penggunaan lain. Khususnya untuk barang-barang yang dapat diperdagangkan di pasar dunia (tradeable goods— barang-barang yang diimpor atau dapat diekspor), dipergunakan harga-harga lepas pantai (border price) sebagai shadow price, yaitu harga-harga FOB untuk barang-barang yang dapat diekspor dan harga-harga-harga-harga CIF untuk barang-barang yang diimpor.

d. Tenaga Kerja.

(41)

upah bayangan (shadow wage rate) adalah tenaga kerja yang tidak terlatih. Banyak penilai proyek beranggapan bahwa shadow wage

tenaga tak terdidik adalah nol. Ini didasarkan pada asumsi bahwa proyek akan mengambil tenaga tak terdidik itu dari kelompok penganggur, jadi opportunity cost-nya sama dengan nol, atau dari desa-desa yang walaupun mereka tergolong bekerja, produktivitas marjinal mereka di desa sama dengan nol. Pengambilan beberapa orang desa untuk proyek, tidak mengurangi produksi di desa, jadi

social opportunity cost mereka sama dengan nol. Namun, apabila diasumsikan opportunity cost tenaga kerja tak terdidik dianggap tidak sama dengan nol, maka pendapatan dan tingkat konsumsi tenaga kerja tak terdidik akan bertambah. Pertambahan konsumsi ini mengurangi jumlah investasi masyarakat. Dengan kata lain, tiap tenaga kerja tak terdidik yang dipekerjakan di proyek mempunyai social opportunity cost paling sedikit sama dengan benefit yang diperoleh seandainya pertambahan konsumsi mereka tersebut diinvestasikan.

e. Pelunasan Utang dan Bunga.

(42)

pinjaman untuk suatu proyek mempunyai beban sosial berupa social opportunitycost di berbagai alternatif lain. Oleh sebab itu, pengeluaran dana dari pinjaman dianggap sebagai investasi, artinya bersifat biaya. Kedua, terdapat pinjaman dari luar negeri yang penggunaannya terikat kepada suatu proyek tertentu. Bila proyek tersebut tidak jadi dilaksanakan, maka pinjaman dibatalkan. Jadi, penggunaan dana pinjaman ini dalam proyek tersebut tidak mengorbankan proyek-proyek lain. Dengan kata lain, saat investasi dilakukan pada proyek-proyek tersebut, dana pinjaman tersebut tidak menimbulkan social opportunity cost. Beban tersebut baru timbul pada saat pengembalian pinjaman dan pembayaran bunganya. Oleh karena itu, beban sosial pinjaman diperhitungkan bukan pada saat investasi dilakukan, melainkan tiap-tiap tahun sepanjang pembayaran pinjaman beserta bunganya. Dalam hal ini, pelunasan utang dan bunga termasuk biaya proyek.

f. Penyusutan.

Penyusutan adalah bagian dari benefit proyek yang dicadangkan tiap-tiap tahun sepanjang umur ekonomis proyek sedemikian rupa sehingga merupakan dana yang mencerminkan jumlah biaya modal. Tujuan penyisihan modal ini adalah untuk mempertahankan tingkat investasi semula.

g. Sunk Cost.

(43)

diambil. Sunk cost tidak termasuk dalam atau tidak diperhitungkan sebagai biaya proyek.

h. Salvage Value.

Salvage Value adalah nilai sisa dari modal investasi yang tidak terpakai habis selama umur ekonomis proyek.

i. Negative Externalities.

Negative Externalities sukar diukur dan dinilai dalam satuan mata uang. Idealnya, akibat-akibat yang timbul sebagai negative externalities ini, sepanjang dapat diukur dan dinilai, perlu dimasukkan sebagai bagian dari biaya atau penurunan benefit proyek.

9. Kriteria Investasi

Dalam analisa proyek terdapat beberapa kriteria yang sering dipakai untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan proyek, atau untuk menentukan pilihan antara berbagai macam usulan proyek. Kriteria ini dinamakan kriteria investasi. Beberapa kriteria investasi itu adalah sebagai berikut (Gray, 2005:64-78) :

a. Net Present Value (NPV).

Merupakan selisih antara benefit (penerimaan) dengan cost

(44)

NPV=

å

b. Internal Rate of Return (IRR).

Adalah suatu tingkat bunga yang menggambarkan bahwa antara

benefit (penerimaan) yang telah dipresent-valuekan dan cost

(pengeluaran) yang telah dipresent-valuekan sama dengan nol. Dengan demikian IRR ini menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan suatu returns, atau tingkat keuntungan yang akan dicapai oleh proyek tersebut. IRR akan selalu mendekati besarnya (i) sehingga sering dijadikan pedoman tingkat bunga yang berlaku (i).

Berdasarkan kriteria investasi IRR, suatu proyek akan dipilih apabila IRR ≥ social discount rate, sedangkan IRR < social discount rate maka proyek tersebut akan ditolak.

IRR =

(

" '

)

i’ = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif.

i” = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif.

(45)

NPV” = NPV negatif. c. Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio).

Merupakan perbandingan antara benefit yang telah di present-valuekan dengan biaya yang telah dipresent-valuekan. Suatu proyek akan dipilih apabila B/C Ratio > 1, apabila B/C Ratio < 1 maka usulan proyek akan ditolak. Dirumuskan sebagai berikut :

B/C Ratio = d. Profitability Ratio (PV/K).

Menunjukkan perbandingan antara penerimaan (benefit) dikurangi biaya rutin (EPt) dengan biaya modal (Kt) yang digunakan setelah dipresent-valuekan. Kedua unsur biaya EPt dan Kt merupakan bagian dari biaya Ct yang terkait dengan investasi lainnya, yaitu EPt + Kt =

(46)

PV/K =

EPt = Biaya eksploitasi dan pemeliharaan atau biaya rutin pada tahun t.

Kt = Biaya modal pada tahun t.

e. Payback Periods (PBP).

Merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Di dalam hal ini, biasanya yang digunakan pedoman untuk menentukan suatu proyek yang akan dipilih adalah suatu proyek yang dapat paling cepat mengembalikan biaya investasi. Makin cepat pengembaliannya makin baik dan kemungkinan besar akan dipilih. Metode belum memperhatikan time value of money

(Pudjosumarto, 1995:51-52).

I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan.

(47)

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai evaluasi proyek ini mengacu pada penelitian terdahulu dari :

1. Rini Ratnayanti, Bernardinus Herbudiman, Yudhistira Sethyanegara yang berjudul “Analisis Kelayakan Investasi Pada Rumah Sakit X di Cimahi”. Kesimpulan dari hasil analisis kelayakan investasi yang dilakukan pada Rumah Sakit X Cimahi merupakan investasi yang layak dan investasi awal dapat terbayar sebelum umur ekonomis proyek tersebut berakhir.

Dari hasil analisis perhitungan tersebut diperoleh :

a. Net Present Value dari proyek tersebut adalah Rp 6.187.604,321 > 0. b. Internal Rate of Return dari proyek tersebut adalah 9,75 % atau > dari

MARR (Minimum Attractive rate of Return) yaitu 7 %. c. Benefit Cost Ratio adalah 1,31 > 1.

d. Payback Periods dari proyek tersebut adalah 9 tahun 3 bulan.

2. Haola Minni Amini yang berjudul “Analisis Finansial Perluasan Rumah

Sakit Panti Waluyo Surakarta”. Dalam analisa tersebut diperoleh

kesimpulan bahwa evaluasi proyek Perluasan Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta secara ekonomis menguntungkan dan layak serta investasi awal dapat terbayar sebelum umur ekonomis proyek tersebut berakhir.

Dari hasil analisis perhitungan tersebut diperoleh :

a. Net Present Value dari proyek tersebut adalah Rp. 2.150.099.455 > 0. b. Internal Rate of Return dari proyek tersebut adalah 12 % atau > dari

(48)

c. Benefit Cost Ratio adalah 6,70 > 1. d. PV/K adalah sebesar 1,00063 > 1.

e. Payback Periods dari proyek tersebut adalah 22 tahun.

3. Iryadefrid A’Rof Nugroho yang berjudul “Analisis Finansial Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Surakarta

2005”. Dalam analisa tersebut diperoleh kesimpulan bahwa evaluasi proyek Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) secara ekonomis menguntungkan (profitable) dan layak (feasible) dan investasi awal dapat terbayar sebelum umur ekonomis proyek tersebut berakhir. Dari hasil analisis perhitungan tersebut diperoleh :

a. Net Present Value dari proyek tersebut adalah Rp. 850.209.037,00 > 0. b. Internal Rate of Return dari proyek tersebut adalah 15,60 % > 12 %. c. Benefit Cost Ratio adalah 1,39 > 1.

d. PV/K adalah sebesar 1,45 > 1.

e. Payback Periods dari proyek tersebut adalah 21 tahun 3 bulan.

4. Yonida Ari P. yang berjudul “Evaluasi Proyek Revitalisasi Pasar Hewan

Purbalingga”. Dalam analisa tersebut diperoleh kesimpulan bahwa

evaluasi proyek Revitalisasi Pasar Hewan Purbalingga secara ekonomis tidak layak untuk dijalankan dan investasi awal belum dapat terbayar kembali sebelum umur ekonomis proyek berakhir.

Dari hasil analisis perhitungan tersebut diperoleh :

(49)

c. Benefit Cost Ratio adalah 0,96 < 1. d. PV/K adalah sebesar 0,94 < 1.

e. Payback Periods dari proyek tersebut adalah > 25 tahun.

C. Kerangka Pemikiran

Untuk mempermudah dan membantu pelaksanaan dan penganalisaan maka dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Rencana Proyek Revitalisasi Pasar Gading Surakarta

Revitalisasi Tanpa Revitalisasi

1. Ekonomi berkembang 2. Menyerap tenaga kerja 3. Peningkatan PAD

1. Ekonomi kurang berkembang 2. Penyerapan tenaga kerja kurang 3. PAD kurang optimal

Investasi

Analisis Investasi NPV, IRR, B/C Ratio, PV/K, PBP

Layak Tidak Layak

(50)

Dari kerangka pemikiran di atas, Proyek Revitalisasi Pasar Gading Surakarta terbagi menjadi dua kemungkinan, yaitu proyek jadi dilaksanakan dan proyek tidak jadi dilaksanakan. Apabila proyek Revitalisasi Pasar Gading Surakarta jadi dilaksanakan maka kemungkinan yang terjadi adalah berkembangnya kegiatan ekonomi baik itu di dalam maupun di sekitar Pasar Gading, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surakarta. Tetapi apabila proyek Revitalisasi Pasar Gading Surakarta ini tidak jadi dilaksanakan maka yang terjadi adalah kurang berkembangnya kegiatan ekonomi baik itu di dalam maupun di sekitar Pasar Gading, kurangnya penyerapan tenaga kerja, dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surakarta kurang optimal.

D. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Investasi yang dilakukan untuk proyek Revitalisasi Pasar Gading Surakarta tersebut diduga menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan. 2. Investasi awal diduga dapat terbayar sebelum umur ekonomis proyek

berakhir.

(51)

51 A. Ruang Lingkup Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian ini adalah kawasan di sekitar Proyek Revitalisasi Pasar Gading Surakarta.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan untuk kemudian diolah dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer.

Menurut Sekaran (2006:77) yang dimaksud dengan data primer adalah data yang dikumpulkan untuk penelitian dari tempat aktual terjadinya peristiwa.

Dalam penelitian ini data diperoleh melalui teknik wawancara langsung kepada masyarakat di sekitar lingkungan proyek yang memanfaatkan keramaian proyek. Data primer yang diambil meliputi jenis usaha, besarnya modal awal, omset penjualan, biaya operasional, dan besarnya keuntungan yang diperoleh.

2. Data Sekunder.

(52)

investasi awal, biaya operasional dan pemeliharaan, sumber pendapatan, dan lain-lain. Data tersebut diperoleh dari :

a. Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Kota Surakarta.

b. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) Kota Surakarta.

c. Pengelola Pasar Gading Surakarta.

d. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara.

Wawancara (interview) atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari pihak yang diwawancarai (Wirartha, 2006:227). Dimana sebelumnya pewawancara (peneliti) sudah menyiapkan beberapa pertanyaan yang lengkap dan terperinci. Wawancara bisa dilakukan secara langsung (personal interview) maupun tidak langsung (misalkan melalui telepon atau e-mail).

(53)

sehingga manfaat pembicaraan lebih dimiliki oleh pewawancara (Sumarni, 2006:85-86).

2. Studi Pustaka.

Yaitu dengan cara mencari literatur-literatur yang diperlukan yang berupa data dan teori yang hubungannya dengan masalah yang akan diteliti. Data-data tersebut diperoleh dari Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Kota Surakarta, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) Kota Surakarta, Pengelola Pasar Gading Surakarta dan Badan Pusat Statistik (BPS) Surakarta.

D. Teknik Pengambilan Sampel

(54)

memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel (Sekaran, 2000:271).

E. Definisi Operasional Variabel

1. Capital (Modal)

Capital adalah modal awal yang digunakan untuk investasi proyek

revitalisasi Pasar Gading Surakarta yang diukur dalam satuan rupiah. 2. Benefit (Manfaat)

Benefit adalah manfaat yang diperoleh dari kegiatan proyek yang diukur dalam satuan rupiah. Manfaat tersebut adalah manfaat langsung yang meliputi pendapatan dari retribusi pasar, retribusi parkir, pendapatan

lavatory dan pajak reklame.

Pada penelitian sebelumnya yaitu Evaluasi Proyek Revitalisasi Pasar Hewan Purbalingga, benefit yang digunakan adalah manfaat langsung yang meliputi pendapatan dari retribusi pasar, retribusi parkir, dan pendapatan kamar mandi/toilet.

3. Cost (Biaya)

Cost adalah pengeluaran yang dilakukan pada saat revitalisasi, biaya penggantian serta biaya operasional dan pemeliharaan pasar sehari-hari yang diukur dalam satuan rupiah.

(55)

dilakukan pada saat pembangunan proyek, biaya operasional, dan biaya pemasaran.

4. Social Discount Rate (Tingkat Bunga)

Tingkat bunga yang digunakan adalah tingkat bunga yang berlaku pada saat investasi awal dilakukan yang diukur dalam satuan persen.

F. Alat Analisis Data

Untuk membuktikan hipotesis pertama, yang menyatakan bahwa Proyek Revitalisasi Pasar Gading secara ekonomis diduga profitable dan

feasible, digunakan analisis kelayakan investasi yang terdiri : 1. Net Present Value (NPV) (Clive Gray, 2005:65).

Merupakan selisih antara benefit (penerimaan) dengan cost

(pengeluaran) yang telah dipresent-valuekan.

NPV =

å

Investasi dianggaap layak (feasible) apabila NPV > 0. 2. Internal Rate of Return (IRR) (Gray, 2005:69).

Adalah suatu tingkat bunga yang menggambarkan bahwa antara

(56)

IRR= (" ')

i’ = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif.

i” = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif.

NPV’ = NPV positif.

NPV” = NPV negatif.

Investasi dianggap layak (feasible) apabila IRR > Tingkat Bunga. 3. Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio) (Gray, 2005:75).

Merupakan perbandingan antara benefit yang telah di present-valuekan dengan biaya yang telah dipresent-valuekan.

B/C Ratio =

Investasi dianggap menguntungkan (profitable) apabila BCR > 1. 4. Profitability Ratio (PV/K) (Gray, 2005:77).

(57)

PV/K =

EPt = Biaya eksploitasi dan pemeliharaan atau biaya rutin pada tahun t.

Kt = Biaya modal pada tahun t.

n = Umur ekonomis proyek.

i = Discount rate sosial.

Investasi dianggap menguntungkan (profitable) apabila PV/K > 1. Untuk membuktikan hipotesis kedua bahwa investasi awal diduga dapat terbayar kembali sebelum umur ekonomis proyek tersebut berakhir, digunakan alat sebagai berikut :

5. Payback Periods (PBP) (Pudjosumarto, 1995:51-52).

Merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Metode ini tidak memperhitungkan periode setelah periode payback dan belum memperhatikan time value of money.

PBP= b

A I

Dimana :

I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan.

(58)

58 A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

1. Letak Geografis

Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang dan Yogyakarta. Wilayah Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan “Kota Solo” merupakan dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan Lawu dan pegunungan Merapi dengan ketinggian ± 92 meter dari permukaan laut. Kota Surakarta terletak antara 110º 45’ 15” - 110º 45’ 35’’ Bujur Timur dan antara 7º 36’ 00” - 7º 56’ 00” Lintang Selatan.

Batasan fisik Kota Surakarta meliputi :

a. Sebelah Utara :Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali. b. Sebelah Timur :Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo. c. Sebelah Selatan :Kabupaten Sukoharjo.

d. Sebelah Barat :Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar. 2. Luas Daerah dan Pembagian Administratif

(59)

tingkat kepadatan tiap kecamatan di Kota Surakarta tahun 2008 terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2008

No. Kecamatan

Sumber : BPS Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2008

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa Kecamatan Banjarsari merupakan kecamatan terluas di Kota Surakarta dengan luas 14,81 km2 atau menempati 33,63 persen dari seluruh wilayah Kota Surakarta. Tingkat kepadatan menunjukkan jumlah penduduk yang mendiami tiap km2 luas wilayah. Tingkat kepadatan penduduk Kota Surakarta pada tahun 2008 mencapai 12.849 jiwa/km2. Tahun 2008 tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Serengan yang mencapai angka 19.899 jiwa/km2. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk yang terendah adalah di Kecamatan Banjarsari sebesar 10.945 jiwa/km2. Dengan tingkat kepadatan yang tinggi akan berdampak pada masalah-masalah sosial seperti perumahan, kesehatan dan juga tingkat kriminalitas. 3. Keadaan Alam

(60)

persen sampai dengan 85 persen. Hari hujan terbanyak jatuh pada bulan Februari dengan jumlah hari hujan sebanyak 25. Sedangkan curah hujan terbanyak sebesar 699 mm jatuh pada bulan Oktober. Sementara itu rata-rata curah hujan saat hari hujan terbesar jatuh pada bulan Nopember sebesar 33,1 mm per hari hujan.

4. Aspek Demografi

Penduduk adalah salah satu unsur penting untuk terciptanya suatu negara. Salah satu modal dasar pembangunan nasional adalah jumlah besar penduduk sebagai sumberdaya manusia yang potensial dan produktif bagi terwujudnya pembangunan.

Tabel 4.2 Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2004-2008

Tahun

Sumber : BPS Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2008

Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 penduduk Kota Surakarta mengalami pertumbuhan penduduk 1,47 persen bila dibandingkan tahun 2007. Dampak dari pertumbuhan penduduk salah satunya adalah tingkat kepadatan penduduk yang semakin meningkat.

(61)

terjadi pada tahun 2006 yang mengalami penurunan penduduk sebesar 21.642 atau 4,05 persen.

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin Tahun 2004 – 2008

Jenis Kelamin Tahun

Laki-laki Perempuan Jumlah

Rasio Jenis

Sumber : BPS Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2008

Berdasarkan hasil Estimasi Survei Penduduk Antar Sensus (2005) tahun 2008 penduduk Kota Surakarta mencapai 522.935 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 89,68 yang artinya bahwa pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat sebanyak 89 penduduk laki-laki.

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2008

Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

Laweyan 54,164 55,766 109,930

Serengan 31,263 32,295 63,558

Pasar Kliwon 43,172 44,808 87,980

Jebres 70,466 71,826 142,292

Banjarsari 80,259 81,834 162,093

Jumlah 279,324 286,529 565,853

Sumber : BPS Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2008

(62)

terdapat di Kecamatan Serengan yaitu sebesar 63.558 jiwa atau hanya 11,23 persen dari jumlah penduduk Kota Surakarta.

5. Aspek Sosial Ekonomi

a. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Komposisi berdasarkan tingkat pendidikan adalah jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan yang telah dan sedang ditempuh, dalam hal ini pendidikan formal. Berdasarkan data dari BPS, komposisi penduduk dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini. Tabel 4.5 Banyaknya Penduduk Umur 5 Tahun Ke atas Menurut

Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2007 – 2008

No. Tingkat Pendidikan 2007 2008 Perkembangan Prosentase 1. Tamat Akademi/PT 30,090 35,639 5,549 18.44

2. Tamat SLTA 83,364 71,143 -12,221 -14.66

3. Tamat SLTP 77,830 101,351 23,521 30.22

4. Tamat SD 77,029 98,118 21,089 27.38

5. Tidak Tamat SD 28,018 44,051 16,033 57.22

6. Belum Tamat SD 49,199 66,799 17,600 35.77

7. Tidak Sekolah 12,468 32,192 19,724 158.20

Jumlah 357,998 449,293

Sumber : BPS Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2008

(63)

b. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Komposisi penduduk menurut mata pencaharian merupakan jumlah penduduk yang bekerja menurut pekerjaan yang dijalaninya. Berdasarkan data dari BPS, pada tahun 2008 jenis pekerjaan yang ditekuni penduduk Kota Surakarta ada berbagai macam, seperti tabel di bawah ini.

Tabel 4.6 Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta Tahun 2008

No. Mata Pencaharian 2007 2008

1. Petani Sendiri 450 456

2. Buruh tani 438 429

3. Pengusaha 8,752 8,254

4. Buruh Industri 74,655 70,034

5. Buruh Bangunan 63,114 62,759

6. Pedagang 32,710 32,374

7. Angkutan 15,347 15,776

8. PNS/TNI/POLRI 26,445 26,424

9. Pensiunan 16,974 22,683

10. Lain-lain 162,526 162,290

Jumlah 401,411 401,479

Sumber : BPS Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2008 c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

(64)

Tabel 4.7 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000, Kota Surakarta Tahun 2008 (Jutaan Rupiah)

No. Lapangan Usaha 2007 2008

1. Pertanian 2,899.10 2,866.18

2. Penggalian 1,828.17 1,905.23

3. Industri Pengolahan 1,173,422.60 1,200,606.83 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 96,867.33 103,020.58

5. Bangunan 528,770.39 583,069.88

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,126,471.69 1,211,208.49 7. Pengangkutan dan Komunikasi 428,864.77 449,973.94 8. Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 425,590.18 449,992.44

9. Jasa-jasa 519,573.14 546,699.38

Produk Domestik Regional Bruto 4,304,287.37 4,549,342.95 Penduduk Pertengahan Tahun (Orang) 515,372 522,935

PDRB Per Kapita 8,351,806.79 8,699,633.71

Sumber : BPS Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2008 d. Realisasi Pendapatan

Selain memerlukan biaya untuk pemeliharaan, pasar juga memberikan kontribusi terhadap pemerintah daerah. Kontribusi ini berupa retribusi pasar. Yang dimaksud dengan retribusi pasar adalah pembayaran atas penyediaan fasilitas pasar tradisional yang berupa tempat dasaran, los, dan toko/kios/ruko yang dikelola Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang dan atau badan hukum.

(65)

Tabel 4.8 Target dan Realisasi Pendapatan Pasar Gading Kota Surakarta Tahun 2009

No. Keterangan Target Realisasi

1. Retribusi

Plataran 14,200,000 14,928,950

Kios 19,109,000 8,275,980

Los 30,404,000 16,297,250

2. Rupa-rupa

Listrik 21,820,000 10,604,950

Tunggakan - 15,120

Herregistrasi 3,300,000 975,000

Balik Nama 17,500,000 3,741,000

Lain-lain 430,000 2,880,000

Penjualan Kios 2,800,000,000 1,137,500,000

Total 2,906,763,000 1,195,218,250

Sumber : Pengelola Pasar Gading Surakarta

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa target los, kios, dan listrik pada tahun 2009 tidak tercapai. Hal ini terjadi karena kondisi pasar yang masih dalam penyesuaian kelas pasar. Target yang ditetapkan telah mengacu pada pasar kelas I/B, sementara untuk meraih pungutan di lapangan baik los, kios, listrik, maupun herregistrasi masih mengacu pada pungutan pasar kelas III/A (Interview dengan Pengelola Pasar Gading).

(66)

yang baru mengenai pasar tradisional ini pada pertengahan tahun 2010 (Interview dengan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta).

Realisasi Pendapatan Pasar Gading Surakarta Bulan September-Desember Tahun 2009 dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 4.9 Realisasi Pendapatan Pasar Gading Surakarta Bulan

September - Desember Tahun 2009

Pendapatan No. Keterangan

September Oktober Nopember Desember

1. Retribusi

Pelataran 986,250 1,270,500 1,239,000 1,334,000 Los 1,339,500 1,384,150 1,339,500 1,384,150

Total 4,222,850 4,806,020 4,910,100 143,689,020 Sumber : Pengelola Pasar Gading Surakarta

(67)

6. Deskripsi Lokasi

Pasar Gading terletak di daerah pinggiran Kota Surakarta dimana berbatasan langsung dengan daerah Wonogiri dan Sukoharjo. Kawasan Pasar Gading sangat ramai dan sering dilintasi oleh berbagai macam angkutan umum yang ditumpangi oleh masyarakat sekitar Kota Surakarta. Jalur pasar ini merupakan titik pertemuan antar daerah. Dahulu pada awalnya di kawasan ini banyak para pembeli dan penjual yang bertemu secara tidak sengaja dan lambat laun menjadi pasar krempyeng (pasar musiman) yang hanya ada di pagi hari saja dan hingga sekarang ini dikenal dengan nama Pasar Gading.

(68)

Sedangkan di lantai dua digunakan untuk berjualan pakaian, kelontong, makanan, roti, dan terdapat juga tukang penjahit pakaian. Di lantai atas ini juga terdapat kantor paguyuban yang terletak di sisi timur dan kantor dinas pasar tepat berada di sisi utara. Di sisi timur lantai atas ini juga terdapat mushola yang cukup bersih dan memadai untuk para pedagang dan para pengunjung yang datang ke pasar ini. Di lantai atas juga terdapat fasilitas kamar kecil baik di sisi timur maupun di sisi barat, namun pada sisi timur hanya terdapat dua toilet wanita dan satu toilet pria dengan banyak pispot, sedangkan di sisi barat terdapat tiga toilet wanita dan satu toilet pria. Untuk menggunakan toilet ini, masing-masing harus membayar uang kebersihan sebesar Rp 1.000,00. Di lantai atas ini juga terdapat satu unit televisi yang dibeli secara swadaya oleh para pedagang untuk sarana hiburan bagi mereka. Selain itu di belakang pasar ini terdapat sebuah sumur tradisional yang sengaja dibangun atau dibuka kembali oleh Pengelola Pasar Gading Surakarta untuk sarana penyedia air bersih bagi para pedagang.

(69)

bahan-bahan makanan seperti sayur, buah-buahan dan daging berada di dalam pasar, sehingga dapat terjaga kebersihannya dari debu jalan raya yang tepat berada di depan Pasar Gading.

Untuk bongkar muat, pasar ini tidak terlalu membutuhkan ruang yang begitu besar karena transaksi di pasar ini bisa dikatakan tidak terlalu besar dan masih didominasi oleh pembeli eceran yang biasanya hanya untuk konsumsi sendiri. Bongkar muat biasanya hanya dilakukan pada dini hari sekitar pukul 03.00 WIB dari sebelah pintu barat maupun dari pintu utama depan pasar. Pasar ini biasanya ramai pada pukul 04.00 – 08.00 dan sudah mulai sepi pada pukul 12.00, hingga ditutup pukul 18.00 WIB.

B. Gambaran Umum Proyek

1. Latar Belakang Proyek

(70)

terutama Menteri Perdagangan Republik Indonesia Mari Elka Pangestu yang sangat mendukung rencana pembangunan pasar ini.

Kemudian Pemerintah Kota Surakarta memilih proyek pembangunan pasar tradisional dengan pengelolaan yang modern ini di Pasar Gading. Dimana pembangunan pasar khusus tersebut adalah pertama kali diterapkan di Kota Surakarta, dengan kata lain proyek ini dijadikan proyek percontohan bagi program revitalisasi pasar-pasar tradisional yang lainnya. Tujuannya adalah menjadikan pasar bukan hanya sebagai tempat untuk transaksi jual beli saja, tapi bisa juga dijadikan untuk tujuan wisata (Interview dengan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta).

Gambar

Gambar 2.1 Siklus Proyek
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2008
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian eksplorasi dan introduksi dari kedua wilayah tersebut dapat memberikan variasi yang lebih beragam pada plasma nutfah kelapa sawit Indonesia.. Kamerun

serta pemecahan masalah susut pasca panen. Tujuan umum penelitian ini adalah 1 ) memilih cara panen dan perontokan yang menguntungkan baik secara teknis maupun

Berdasarkan hasil pembahasan, commodity image memiliki nilai mean yang rendah dibanding indikator lainnya, maka peningkatan corporate image dapat dilakukan

Tambahan Lembaran  Negara Republik Indonesia Nomor  5105) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah  Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan

Kita tlapat nengerti sikap Belanda terhadap hal2 jang tidak diharapkan nanti.. j ang nenolak terhadap keinginan J a- Dalau pad.a i toe, tidak perloe ki ta

sedang dihadapi. Suatu masalah dikatakan sebagai problem solving apabila masalah itu pemecahannya berhubungan dengan masalah-masalah lain, saling mengait. Masalah itu

Setelah dilakukan rancang bangun sistem pendukung keputusan pemilihan siswa berprestasi di SMP Taruna Jaya I Surabaya menggunakan metode VIKOR dan TOPSIS maka

Judul Tesis : HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DAN INTAKE ZAT GIZI DENGAN TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH (TBABS) PADA DAERAH ENDEMIS GAKY DI KECAMATAN PARBULUAN