• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Jigsaw bagi Siswa Kelas V SDN 1 Tawangharjo Tahun Pelajaran 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Jigsaw bagi Siswa Kelas V SDN 1 Tawangharjo Tahun Pelajaran 2016/2017"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

50 4.1 Pelaksanaan Penelitian

Pada bagian ini peneliti akan membahas hasil penelitian yang telah dilakukan, meliputi rencana tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi dan refleksi. Selain itu pada bagian ini juga membahas analisis data hasil belajar yang diperoleh setelah penerapan pembelajaran jigsaw. Secara rinci pembahasan terhadap hasil penelitian adalah sebagai berikut.

4.1.1 Pelaksanaan Siklus I

Pada deskripsi siklus I akan diuraikan mengenai tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, hasil tindakan, dan refleksi. Kegiatan pembelajaran pada Siklus I dilaksanakan selama 3 pertemuan dengan alokasi waktu @ 2 x 35 menit.

4.1.1.1 Rencana Tindakan

Perencanaan tindakan siklus I didasarkan pada hasil observasi terhadap hasil belajar siswa yang rendah. Peneliti kemudian berdiskusi dengan guru kelas 5 SDN 1 Tawangharjo Wedarijaksa Kabupaten Pati untuk melakukan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Setelah peneliti dan guru kelas menentukan SK dan KD, kemudian peneliti melakukan perencanaan tindakan penelitian dengan membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pelaksanaan tindakan Siklus I terdiri dari 3 pertemuan yang secara rinci diuraikan sebagai berikut.

1) Pertemuan Pertama

(2)

penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap. Indikator yang dipakai pada pertemuan pertama yakni siswa dapat menjelaskan perubahan sifat benda dan penyebab perubahan sifat benda. Peneliti juga menyiapkan alat peraga, media, sumber belajar, dan alat evaluasi.Peneliti juga menyiapkan lembar observasi untuk mengetahui dampak positif penerapan model pembelajaran jigsaw baik bagi guru dan siswa. Melalui lembar observasi, peneliti dapat mengamati lebih jelas kesesuaian tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2) Pertemuan kedua

Rencana tindakan pada Siklus I pertemuan kedua merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama, indikator yang digunakan pada pertemuan indikator yang digunakan pada pertemuan ke dua masih sama seperti pada pertemuan pertama, yakni menjelaskan sifat perubahan benda dan penyebab perubaha sifat benda. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 20 Oktober 2016.

3) Pertemuan ketiga

Rencana tindakan pada pertemuan ketiga merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Pertemuan ketiga digunakan sebagai tes evaluasi untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi pada Siklus I. Peneliti menyiapkan lembar soal tes tertulis berupa 10 soal pilihan ganda, 3 soal isian dan 2 soal berbentuk uraian. Hasil belajar pada Siklus I dijadikan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan pembelajaran Siklus II.

4.1.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus I 4.1.2.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu @ 2x35 menit atau 2 jam pelajaran. Secara rinci pelaksanaan Siklus I diuraikan sebagai berikut.

1. Pertemuan Pertama

(3)

kegiatan akhir. Dalam kegiatan pembelajaran, peneliti meminta bantuan kepada guru kelas 5 untuk melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan penelitian. Fokus pengamatan adalah kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran jigsaw berlangsung.

Langkah – langkah pelaksanaan pembelajaran jigsaw pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut:

a) Kegiatan Awal

Sebelum memulai pelajaran, guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan selama pembelajaran dan melakukan pengkondisian kelas. Setelah semua siswa siap mengikuti pembelajaran, guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa menurut agama dan kepercayaan masing – masing dipimpin oleh ketua kelas, dan melakukan absensi. Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan perubahan wujud dan sifat benda. “Pernahkah kalian makan es krim?”, “Apa yang terjadi terhadap es krim jika berada di tempat terbuka?” dan “Tahukah kamu, mengapa saat makan es krim, lama kelamaan es krim tersebut akan mencair?”. Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang materi perubahan sifat benda. Guru juga memberikan motivasi kepada siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh, kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

b) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru meminta siswa untuk menemukan informasi tentang perubahan sifat benda dengan membaca buku materi pelajaran IPA. Kemudian siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dibaca. Selanjutnya guru memberikan penjelasan materi dengan menggunakan media dan alat peraga yang telah disediakan. Penjelasan materi guru disertai dengan demonstrasi tentang proses pemanasan dan pembakaran untuk mengetahui akibat suatu benda mengalamu perubahan wujud dan sifatnya.

Kegiatan selanjutnya adalah implementasi/penerapan pembelajaran jigsaw. Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan menjelaskan alur

(4)

@ 5-6 orang. Kelompok yang terbentuk adalah sebanyak 5 kelompok, satu kelompok ditentukan sebagai kelompok ahli san 4 kelompok lainnya sebagai kelompok asal. Masing-masing kelompok asal diberikan tugas materi yang yang sama, sedangkan kelompok asal mendapatkan bab/materi yang berbeda dengan kelompok asal. Masing-masing kelompok diberikan waktu untuk berdiskusi dan menyelesaikan tugasnya. Setelah masing-masing kelompok asal menyelesaikan tugasnya, kemudia siswa yang ditunjuk untuk memawakili kelompok asal menuju ke kelompok ahli untuk mempelajari bab/materi yang berbeda. Anggota kelompok inti diminta untuk membimbing dan membantu perwakilan kelompok asal dalam memahami materi yang diberikan. Selanjutnya perwakilan kelompok asal kembali ke masing-masing kelompoknya untuk menjelaskan materi yang baru kepada anggotanya.

Pada akhir kegiatan diskusi, guru meminta siswa untuk melaporkan hasil diskusi di depan kelas secara bergantian, sedangkan siswa yang lain diminta untuk menanggapi laporan. Guru memberikan bimbingan dan arahan selama kegiatan diskusi dan presentasi dan memberikan apresiasi terhadap kinerja siswa. Setelah kegiatan presentasi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang masih sulit dan meminta siswa untuk mengumpulkan Lembar Kerja Siswa (LKS).

c) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa membuat rangkuman tentang materi yang baru saja dipelajari. Dilanjutkan refleksi dengan melakukan tanya jawab dengan siswa dan guru menyampaikan pesan untuk selalu menjaga lingkungan sekitar. Guru memberikan informasi tentang kegiatan yang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya.

2. Pertemuan Kedua

(5)

Materi pada siklus pertama pertemuan ke dua yakni perubahan sifat benda yang diakibatkan oleh perkaratan dan pembusukan.

a) Kegiatan Awal

Sebelum memulai pelajaran guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan selama pembelajaran dan melakukan pengkondisian kelas agar siswa siap mengikuti pembelajaran. Setelah berdoa, dan persensi, kemudian guru melakukan apersepsi untuk mengingat materi sebelunya.

b) Kegiatan Inti

(6)

penjelasan singkat tentang hasil kinerja siswa. guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang dianggap masih sulit.

c) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa membuat rangkuman tentang materi yang baru saja dipelajari. Dilanjutkan refleksi berupa pemahaman tentang cara menjaga keawetan dan keaslian benda agar tidak mengalami perubahan wujud yang disebabkan oleh perkaratan dan pembusukan. Guru memberikan informasi bahwa pada pertemuan selanjutnya akan dilaksanakan evaluasi pembelajaran, untuk mengukur keberhasilan siswa selama mempelajari materi tentang perubahan sifat benda.

3. Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga merupakan akhir pelaksanaan dari siklus I yang dilaksanakan pada hari Rabu, 9 Nopember 2016. Pelaksanaan tindakan Siklus I pertemuan ketiga sebagai tindak lanjut, penyempurnaan, dan perbaikan proses pembelajaran pertemuan kedua pada sikus 1. Pada pertemuan ketiga Siklus I, dilaksanakan evaluasi pembelajaran untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan pembelajaran kooperatif jigsaw.

Evaluasi yang diberikah berupa tes tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda sebanyak 10 soal, soal isian sebanyak 3 soal, dan 2 soal berbentuk uraian. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan ketiga yakni diawali dengan memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti evaluasi pembelajaran. Sebelum membagikan membagikan soal evaluasi, guru menata tempat duduk siswa agar siswa tidak terlalu dekat duduknya kemudian guru menjelaskan pada siswa tentang tata cara mengerjakan soal evaluasi dan peraturan selama siswa mengerjakan soal. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu dan guru mengawasi jalannya tes dari awal sampai akhir

4.1.2.2 Pelaksanaan Observasi Siklus I

(7)

pembelajaran melalui pendekatan kooperatif jigsaw. Pertemuan ketiga adalah kegiatan pembelajaran berupa tes evaluasi untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran jigsaw.

Observasi Siklus Idilaksanakan oleh salah satu guru yang bertindak sebagai observer untuk mengetahui kesesuaian tindakan guru dan respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw. Secara rinci hasil pengamatan terhadap aktifitas guru dan respon siswa diuraian sebagai berikut. A. Observasi terhadap Kegiatan Guru

Observasi terhadap kegiatan guru dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dilakukan selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Hasil dari observasi terhadap kegiatan guru Siklus I menunjukkan bahwa guru sudah cukup baik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran jigsaw. Secara rinci hasil observasi terhadap aktifitas guru dalam implementasi tindakan pembelajaran jigsaw dapat dilihat pada Tabel 18 Hasil Keterlaksanaan Aktifitas GuruTerhadap Implementasi Pembelajaran Jigsaw Siklus I berikut ini.

Tabel 18

Hasil Keterlaksanaan Aktifitas Guru Terhadap Implementasi Pembelajaran Jigsaw Siklus I

No Aktivitas Pertemuan 1 Pertemuan 2

Ya Tidak Ya Tidak

1. Guru melakukan apersepsi. √ √

2. Guru memberikan motivasi pembelajaran. √ √ 3. Guru melakukan pengkondisian kelas (tempat

duduk siswa, alat peraga dan media pembelajaran)

√ √

4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. √ √ 5. Guru menjelaskan materi pembelajaran. √ √ 6. Guru menggunakan media, alat peraga dan

sumber belajar yang relevan dengan tujuan pembelajaran

√ √

7. Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw.

10. Guru memberikan tugas yang berbeda melalui LKS

(8)

11. Guru membimbing siswa dalam melakukan diskusi kelompok.

√ √

12. Guru mengarahkan masing-masing anggota kelompok asal untuk belajar bersama tim ahli.

√ √

13. Guru memantau kegiatan belajar siswa bersama kelompok ahli

√ √

14. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan dan menanggapi laporan diskusi

√ √

15. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang sulit dan belum dipahami

√ √

16. Guru mengapresiasi kinerja siswa √ √

17. Guru bersama dengan siswa menarik kesimpulan materi yang telah dipelajari.

√ √

18. Guru bersama dengan siswa melakukan refleksi.

√ √

19. Guru memberikan evaluasi / tes formatif √ √ 20. Guru memberikan tindak lanjut berupa

perbaikan dan pengayaan

√ √

21. Guru memotivasi siswa untuk lebih tekun dalam belajar dan meningkatkan prestasi hasil belajar

√ √

Jumlah 16 5 19 2

Persentase 76,2% 23,8% 90,5% 9,5%

Berdasarkan tabel 18 tersebut, hasil observasi yang dilakukan terhadap aktifitas guru Siklus I pada pertemuan 1 dalam menerapkan pembelajarankooperatif jigsaw, guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan cukup baik. Kondisi nampak pada jumlah butir instrumen observasi yang

sudah dilaksanakan oleh guru sebanyak 16 butir (76,2 %), dan hanya 5 butir (23,8 %) yang masih belum terlaksana. Kegiatan yang masih belum mendapatkan

perhatian dari guru untuk dilaksanakan diantaranya adalah, guru belum melaksanakan pengaturan kelas, seperti mengatur tempat diskusi untuk kelompok ahli dan kelompok asal. Hal ini nampak kegiatan yang ditunjukkan oleh aktifitas siswa ketika mencari tempat diskusi bagi kelompoknya sendiri-sendiri. Hendaknya guru sudah memposisikan masing-masing kelompok sesuai dengan nomor maupun tanda lain yang telah dipersiapkan guru sebelum pembelajaran berlangsung.

(9)

terhadap kelompok ahli dan perwakilan kelompok asal yang bersikusi dengan kelompok ahli. Hal ini berdampak terhadap kondisi siswa yang tidak mengikuti diskusi bersama kelompok ahli. Siswa cenderung gaduh dan berbicara dan beraktifitas sendiri. Kondisi ini seharusnya diperhatikan oleh guru dengan cara memberikan tugas belajar/membaca buku bagi siswa selama perwakilan kelompok mereka berdiskusi bersama kelompok ahli.

B. Observasi terhadap Kegiatan Siswa

Observasi juga dilakukanterhadap kegiatan dan respon siswa dalam mengikuti pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe jigsaw.Hasil observasi terhadap kegiatan belajar siswa kelas 5 SDN 1 Tawangharjo Wedarijaksa Kabupaten Pati pada Siklus I nampak pada tabel 19 berikut ini.

Tabel 19

Hasil Keterlaksanaan Kegiatan Siswa Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus I

No Aktivitas Pertemuan 1 Pertemuan 2

Ya Tidak Ya Tidak 1. Siswa menjawab pertanyaan appersepsi √ √

2. Siswa antusias dan semangat untuk belajar √ √ 3. Siswa kondusif dan tertib dalam

pembelajaran

√ √

4. Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan guru.

√ √

5. Siswa menyimak materi pembelajaran. √ √ 6. Siswa menyimak langkah-langkah

pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw

√ √

7. Siswa membentuk kelompok sesuai arahan dari guru

√ √

8. Siswa yang berperan sebagai tim ahli menempati tempat yang telah disediakan

√ √

9. Siswa melakukan kegiatan diskusi bersama kelompok asal

√ √

10. Siswa aktif dan tertib dalam mengikuti kegiatan diskusi kelompok

√ √

11. Perwakilan siswa masing-masing kelompok asal menuju kelompok ahli untuk mempelajari materi baru.

√ √

12. Perwakilan siswa menjelaskan materi baru pada anggota kelompok asal

(10)

13. Siswa mempresentasikan laporan hasil

diskusi

√ √

14. Siswa saling menanggapi hasil laporan diskusi

√ √

15. Siswa menanyakan materi yang dianggap sulit

√ √

16. Siswa mengumpulkan LKS √ √

17. Siswa menyimpan LKS dalam portofolio/artefak

√ √

18. Siswa bersama guru membuat kesimpulan materi pembelajaran

√ √

19. Siswa bersama guru melakukan refleksi √ √ 20. Siswa mengerjakan tes formatif dengan

tertib

√ √

21. Siswa mengerjakan tes perbaikan dan pengayaan.

√ √

22. Siswa menyimak informasi yang diberikan guru mengenai materi yang akan dipelajari selanjutnya.

√ √

Jumlah 10 12 17 5

Persentase 45,5% 54,5% 77,3% 22,7%

Berdasarkan tabel 19, nampak bahwa hasil pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan siswa pada implementasi pembelajaran jigsaw siklus I pertemuan pertama hanya 10 indikator (45,5%) yang belum terlaksana dengan baik. Diantaranya adalah, siswa nampak masih belum antusias dalam menjawab pertanyaan appersepsi dari guru, siswa juga masih kelihatan bingung dan kurang memahami praktek pembelajaran jigsaw. Hal ini nampak pada diskusi kelompok asal yang masih belum hidup dan didomonasi oleh siswa yang pandai, dan siswa belum mampu menjelaskan materi yang diperoleh dari kelompok ahli kepada anggota kelompok asal. Beberapa siswa sudah mampu dalam mempresentasikan laporan diskusi, akan tetapi dalam menanggapi laporan diskusi siswa masih sangat pasif. Kondisi ini harus diperbaiki oleh guru dengan cara memberikan contoh tentang bagaimana cara menanggapi laporan diskusi.

(11)

pembelajaran jigsaw lebih mudah dan bersemangat. Selain itu, dalam pembelajaran guru melakukan bimbingan dan arahan terhadap siswa yang mengalami kesulitan dan cenderung pasif dalam diskusi. Setelah dilakukan perbaikan terhadap cara atau teknik pembelajaran jigsaw pada pertemuan kedua, hasil observasi menunjukkan bahwa sebanyak 17 indikator (77,3%) instrumen observasi kegiatan siswa telah terlaksana dan masih 5 indikator (22,7%) yang belum dilaksanakan oleh siswa. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan respon siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Adapun kekurangan dan kelemahan yang masih terjadi pada Siklus I baik pertemuan kesatu maupun pertemuan kedua, akan diperbaiki pada pertemuan siklus berikutnya.

4.1.3 Hasil Tindakan Siklus I

Hasil tindakan pada siklus I diperoleh dari hasil observasi terhadap keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Tawangharjo dengan penerapan pembelajaran jigsaw oleh guru.

1) Hasil Belajar IPA

Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada Siklus I dengan menerapkan pembelajaran kooperatif jigsaw, maka dilakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa. ketuntasan belajar siswa ditentukan dengan pencapaian Nilai Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu sama dengan atau lebih besar dari 65. Pembelajaran dinyatakan dinyatakan berhasil jika jumlah siswa yang tuntas belajar mencapai 85% dari keseluruhan jumlah siswa kelas V SDN 1 Tawangharjo Wedarijaksa Kabupaten Pati.

(12)

Tabel 20

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus I

Nilai Frekuensi Persentase (%)

50-54 2 7,69

55-60 2 15,38

61-64 4 23,07

65-70 7 19,23

71-74 2 7,69

75-79 4 7.69

≥80 5 19,23

Rata-rata 67,92

Nilai tertinggi 90

Nilai terendah 53

Berdasarkan tabel 20, dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai interval 50-54, 55-60, dan 71-74 masing-masing adalah sebanyak 2 siswa (7,69%), nilai interval61-64 dan 75-79 masing-masing sebanyak 4 siswa(15,38%), nilai interval 65-70sebanyak 7 siswa (26,92%), dan nilai ≥80 adalah sebanyak 5 siswa (19,23%). Dari tabel 4.4 tersebut juga dapat diketahui nilai rata-rata yakni 70,20 nilai terendah sebesar 53 dan nilai tertinggi sebesar 90.

Secara jelas perolehan nilai hasil belajar Siklus I nampak pada gambar diagram batang seperti pada gambar 3 berikut ini.

(13)

Dari data mengenai hasil belajar siswa siklus I kemudian peneliti melakukan analisis mengenai ketuntasan hasil belajar siswa Siklus I. Adapun hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 1 Tawangharjo Wedarijaksa Kabupaten Pati dapat dilihat pada tabel 21 berikut ini.

Tabel 21

Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Siklus I

Kategori Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Tuntas ≥65 17 65,38

Tidak Tuntas <65 9 34,62

Jumlah 26 100

Rata-rata 70,20

Nilai tertinggi 90

Nilai terendah 53

Dari tabel 21 tersebut, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan pembelajaran menggunakan pendekatan jigsaw, dari jumlah keseluruhan siswa kelas V SDN 1 Tawangharjo Wedarijaksa Kabupaten pati sebanyak 26 orang, 17 siswa (65,68%) sudah tuntas belajar dengan mencapai KKM lebih dari atau sama dengan 65. Sedangkan sebanyak 9 siswa (34,62%) dinyatakan belum tuntas belajar. Rata-rata hasil belajar IPA siswa pada Siklus I adalah 70,20, nilai tertinggi 90, dan nilai terendah 53. Berdasarkan ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Kebondowo 01 Siklus Isebagaimana tersaji pada tabel 21, maka ketuntasan belajar siswa kelas V SDN 1 Tawangharjo Kabupaten Pati dapat digambarkan dalam diagram lingkaran sebagai berikut.

(14)

Berdasarkan gambar 4 tentang persentase ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 1 Tawangharjo Wedarijaksa Kabupaten Pati semester 1 tahun ajaran 2016-2017Siklus Imelalui penerapan pembelajaran jigsaw mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil belajar IPA yang diperoleh pada pretest. Pada Siklus I, terdapat17 siswa atau 65,68% siswa sudah mencapai KKM dan 9 siswa atau 34,62% belum tuntas. Berdasarkan hasil analisis ketuntasan belajar tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan penelitian dinyatakan masih belum berhasil. Hal ini didasarkan pada indikator keberhasilan pennelitian yang harus mencapai ≥ 85% siswa tuntas belajar dengan mencapai KKM ≥65.Oleh karena itu, penelitian dilanjutkan dengan pelaksanaan perbaikan pembelajaran jigsaw pada Siklus II.

4.1.4 Refleksi Siklus I

Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I, peneliti melakukan refleksi terhadap keseluruhan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi kelebihan dan kelemahan dari tindakan penelitian yang telah dilakukan. Hasil refleksi berguna untuk menentukan apakah tindakan yang telah dilakukan sudah berhasil mencapai target indikator kinerja yang telah ditetapkan. Selain itu, hasil refleksi juga dijadikan sebagai acuan untuk menyusun rencana kegiatan Siklus II.

Dalam pelaksanaan pembelajaran model kooperatif jigsaw yang telah dilaksanakan pada Siklus I, masih ditemukan beberapa kendala, antara lain yaitu: 1. Guru belum melakukan penataan kelas sesuai dengan alur pembelajaran

jigsaw..

2. Pada saat guru melakukan tanya jawab kegiatan appersepsi, tidak semua siswa menjawab pertanyaan guru. Hanya beberapa siswa saja yang menjawab pertanyaan guru.

3. Guru kurang maksimal dalam mengawasi dan membimbing aktivitas siswa selama permainan berlangsung.

4. Sebagian siswa masih belum aktif dalam kegiatan diskusi,

(15)

6. Siswa masih tampak kebingungan dalam pelaksanaan pembelajaran jigsaw. Solusi yang dilakukan untuk mengatasi kendala pada siklus I, maka dilakukan perbaikan tindakan pembelajara, sehingga pelaksanaan pembelajaran pada Siklus II berjalan lebih baik dan hasil belajar optimal. Upaya perbaikan yang dilakukan pada Siklus II antara lain adalah sebagai berikut.

1. Guru melakukan pengkondisisn kelas meliputi, tempat duduk siswa disesuaikan dengan kelompok diskusi dalam pembelajaran jigsaw, alat peraga dan media belajar mudah diletakkan lebih dekat dengan siswa.

2. Pertanyaan yang diajukan kepada siswa disesuaikan dengan materi yang akan atau telah diajarkan.

3. Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran jigsaw secara rinci disertai dengan simulasi sederhana melalui media gambar, sehingga siswa akan lebih mudah memahami dan belajar sesuai sintaks dan tujuan pembelajaran jigsaw. 4. Dalam pembentukan kelompok jigsaw, guru membentuk kelompok secara

heterogin sesuai dengan karakteristik siswa. Siswa yang memiliki tingkat keaktifan dan akademik tinggi ditempatkan dimasing-masing kelompok baik asal maupun ahli agar suasana diskusi lebih berkualitas.

5. Dalam pelaksanaan pembelajaran melalui pembelajaran jigsaw, guru melakukan bimbingan dan pengawasan agar kegiatan berjalan dengan tertib dan lancar.

6. Guru memberikan contoh dan bimbingan tentang bagaimana cara mempresentasikan dan memberikan tanggapan terhadap laporan hasil diskusi.

4.2 Pelaksanaan Siklus II

(16)

pembelajaran yang mendapat tindakan perbaikan secara khusus adalah tentang kelemahan siswa dalam melakukan presentasi dan tanggapan laporan hasil diskusi dan rendahnya partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi. Hal ini dilakukan agar keaktifan dan hasil belajar siswa dapat meningkata serta catatan-catatan kelemahan pembelajaran siklus I tidak terulang kembali pada siklus II.

4.2.1 Rencana Tindakan

Rencana tindakan siklus II dilaksanakan melalui 3 pertemuan dengan alokasi waktu @ 2 x 35 menit. Rencana tindakan pada pembelajaran siklus II diuraikan sebagai berikut:

1) Pertemuan pertama

Perbaikan pembelajaran pertemuan pertama peneliti menyiapkan RPP beserta perangkat pembelajaran dan lembar observasi. RPP dibuat dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw dengan standar Kompetensi (SK):4. Memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan perubahan sifat benda sebagai suatu proses, dengan Kompetensi Dasar (KD): 4.2 Mengumpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap. Perbedaan yang nampak pada antara siklus I dan II adalah tentang materi siklus II yang menggunakan pokok bahasan menjelaskan dan mengidentifikasi perubahan sifat benda yang bersifat sementara dan tetap. Peneliti juga mempersiapkan media, alat peraga, sumber belajar, dan lembar observasi seperti pada siklus I. 2) Pertemuan ke dua

(17)

3) Pertemuan ketiga

Rencana tindakan pada pertemuan ke tiga merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Pertemuan ke tiga digunakan sebagai tes evaluasi untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi pada siklus II. Dalam pertemuan ketiga peneliti menyiapkan lembar soal tes yang berisi dengan bentuk soal sama seperti siklus 1 yakni, 10 soal pilihan ganda, 3 soal isian, dan 2 soal uraian.

4.2.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus II 4.2.2.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan melalui 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu @ 2 x 35 menit atau 2 jam pelajaran. Adapun pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah sebagai berikut.

1. Pertemuan Pertama

Pelaksanaan tindakan pada pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 12 Nopember 2016. Dalam pelaksanaan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Adapun uraian langkah– langkah pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut.

a) Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal, sebelum sebelum memulai pelajaran guru melakukan pengkondisian kelas agar siswa siap mengikuti pembelajaran. Setelah berdoa dan persensi, guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan berkaitan dengan perubahan benda yang bersifat sementara. Selanjutnya guru memberikan motivasi belajar dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

b) Kegiatan Inti

(18)

untuk mengamati gambar tentang proses perubahan benda yang bersifat sementara dan tetap. Setelah semua siswa memahami materi, guru membentuk kelompok diskusi sesuai dengan sintaks pembelajaran jigsaw. Masing-masing kelompok diberikan tugas yang berbeda untuk didiskusikan. Dalam pembagian kelompok asal dan kelompok ahli, pada siklus II guru memperhatikan keragaman siswa berdasarkan kemampuan akademik dan keaktifan siswa. siswa yang memiliki aktif dan panda dibagi secara merata pada tiap-tiap kelompok diskusi. Hal ini bertujuan agar proses pelaksanaan diskusi dapat berjalan lebih hidup dan masing-masing kelompok aktif dalam berdiskusi. Dalam kegiatan diskusi guru membimbing dan membantu siswa baik secara individu maupun kelompok. Siswa yang kurang aktif selalu diberikan teguran dan arahan untuk turut berpartisipasi aktif dalam diskusi. Setelah masing-masing kelompok selesai melakukan kegiatan diskusi bai bersama kelompok asal maupun ahli, guru memberikan kesempatan kepada ketua kelompok untuk melaporkan hasil diskusi. Laporan diskusi dilakukan dengan membacakan hasil kinerja kelompok didepan kelas secara bergantian. Kelompok yang tidak mendapat giliran untuk mempresentasikan diminta memberikan tanggapan dan masukan terhadap laporan diskusi. Pada kegaitan ini, guru menunjuk siswa secara bergantian untuk menanggapi laporan diskusi. Hal ini dilakukan agar keseluruhan kelompok diskusi aktif dalam memberikan tanggapan terhadap laporan kelompok lain. Tanggapan yang diberikan siswa berupa pertanyaan terhadap hasil kinerja kelompok dan materi-materi yang belum dipahami. Pada akhir kegiatan inti guru memberikan apresiasi kinerja siswa dan meluruskan jawaban-jawaban siswa untuk menguatkan pemahaman materi pembelajaran.

c) Kegiatan Akhir

(19)

2. Pertemuan Kedua

Tindakan pembelajaran dan observasi siklus II pada pertemuan kedua dilaksanaan pada hari Rabu tanggal 16 Nopember 2016. Tahapan kegiatan pembelajaran adalah sama seperti pada pertemuan-pertemuan sebelumnya, yakni; kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Tindakan pembelajaran adalah mengacu pada RPP yang telah dipersiapkan dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif jigsaw. Selain itu guru juga mempersiapkan perangkat pembelajaran meliputi; alat peraga, media pembelajaran, sumber belajar, LKS dan lembar observasi.

Secara rinci langkah–langkah pembelajaran pada siklus II pertemuan kedua adalah sebagai berikut.

a) Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal, guru mengawali pembelajaran dengan mengucap salam, berdoa, absensi dan appersepsi seperti pada pertemuan pertama. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran jigsaw.

b) Kegiatan Inti

(20)

tersebut bertujuan untuk menyamakan hasil laporan diskusi sesuai dengan materi pembelajaran yang telah dipelajari. Dalam kegiatan diskusi guru selalu memberikan bimbingan secara menyeluruh. Setelah berdiskusi, siswa diminta untuk mempresentasikan dan memberikan tanggapan terhadap laporan diskusi. Kegiatan presentasi dan tanggapan diskusi pada pertemuan kedua siklus II ini berbeda dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya. Pertama-tama masing-masing kelompok diminta untuk memajang hasil diskusi di tempat pajangan yang telah ditentukan oleh guru. Kemudian masing-masing kelompok diminta untuk mengunjungi tempat pemajangan hasil kinerja kelompok secara bergantian. Kunjungan tersebut bertujuan untuk memberikan tanggapan dan masukan terhadap hasil laporan kegiatan diskusi tiap-tiap kelompok. Pada akhir kegiatan inti, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum dipahami. Guru memberikan apresiasi dan meminta siswa untuk mengumpulkan LKS.

c) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa membuat rangkuman tentang materi yang baru saja dipelajari. Dilanjutkan refleksi tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan tentang materi perubahan sifat benda melalui pembelajaran jigsaw.

3. Pertemuan ketiga

(21)

4.2.2.2 Pelaksanaan Observasi Siklus II

Pelaksanaan observasi siklus II dilakukan sama persis seperti siklus I, yakni hanya pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Fokus observasi Siklus II adalah observasi terhadap kegiatan guru dan kegiatan siswa. Secara rinci hasil dari observasi terhadap kegiatan guru dan kegiatan siswa dijelaskan sebagai berikut:

a) Observasi terhadap Kegiatan Guru

Observasi terhadap kegiatan guru dalam penerapan pembelajaran kooperatif jigsaw dilakukan selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan guru siklus II menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran jigsaw sudah terlaksana dengan baik. Adapun hasil rekapitulasi observasi kegiatan guru pada Siklus IIsecara rinci disajikan pada tabel 22 berikut ini.

Tabel 22

Hasil Observasi Keterlaksanaan Aktifitas Guru Penerapan Pembelajaran Jigsaw SiklusII

No Aktivitas Pertemuan 1 Pertemuan 2

Ya Tidak Ya Tidak

1. Guru melakukan apersepsi. √ √

2. Guru memberikan motivasi pembelajaran. √ √ 3. Guru melakukan pengkondisian kelas

(tempat duduk siswa, alat peraga dan media pembelajaran)

√ √

4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. √ √ 5. Guru menjelaskan materi pembelajaran. √ √ 6. Guru menggunakan media, alat peraga dan

sumber belajar yang relevan dengan tujuan pembelajaran

√ √

7. Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw.

√ √

8. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok @ 4-5 siswa.

√ √

9. Guru menentukan satu kelompok sebagai tim ahli

12. Guru mengarahkan masing-masing anggota kelompok asal untuk belajar bersama tim ahli.

√ √

13. Guru memantau kegiatan belajar siswa bersama kelompok ahli

(22)

14. Guru meminta siswa untuk

mempresentasikan dan menanggapi laporan diskusi

√ √

15. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang sulit dan belum dipahami

√ √

16. Guru mengapresiasi kinerja siswa √ √

17. Guru bersama dengan siswa menarik kesimpulan materi yang telah dipelajari.

√ √

18. Guru bersama dengan siswa melakukan refleksi.

√ √

19. Guru memberikan evaluasi / tes formatif √ √ 20. Guru memberikan tindak lanjut berupa

perbaikan dan pengayaan

√ √

21. Guru memotivasi siswa untuk lebih tekun dalam belajar dan meningkatkan prestasi hasil belajar

√ √

Jumlah 17 4 21 0

Persentase 80,9% 19,1% 100% 0%

(23)

Catatan pembelajaran yang masih merupakan kekurangan pada siklus II adalah dalam membimbing diskusi guru hanya memfokuskan perhatian terhadap diskusi bersama kelompok ahli. Hal ini dikarenakan guru beranggapan bahwa dalam kegiatan diskusi kelompok asal, siswa sudah memahami tekhnik diskusi sesuai pengalaman siswa pada pembelajaran siklus I. Akan tetapi hal ini bukan merupakan permasalahan berarti sehingga pelaksanaan pembelajaran siklus II dianggap telah terlaksana dengan baik.

b) Observasi Terhadap Kegiatan Siswa

Selain melakukan observasi terhadap kegiatan guru dalam penerapan pembelajaran jigsaw, observasi juga dilakukan untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa pada siklus II. Hasil observasi terhadap kegiatan belajar siswa kelas V SDN 1 Tawangharjo Wedarijaksa Kabupaten Pati siklus II dapat dilihat pada tabel 23 berikut ini:

Tabel 23

Hasil Keterlaksanaan Kegiatan Siswa dalam Penerapan Pembelajaran Jigsaw Siklus II

No Aktivitas Pertemuan 1 Pertemuan 2

Ya Tidak Ya Tidak 1. Siswa menjawab pertanyaan appersepsi √ √

2. Siswa antusias dan semangat untuk belajar √ √ 3. Siswa kondusif dan tertib dalam

pembelajaran

√ √

4. Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan guru.

√ √

5. Siswa menyimak materi pembelajaran. √ √ 6. Siswa menyimak langkah-langkah

pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw

√ √

7. Siswa membentuk kelompok sesuai arahan dari guru

√ √

8. Siswa yang berperan sebagai tim ahli menempati tempat yang telah disediakan

√ √

9. Siswa melakukan kegiatan diskusi bersama kelompok asal

√ √

10. Siswa aktif dan tertib dalam mengikuti kegiatan diskusi kelompok

√ √

11. Perwakilan siswa masing-masing kelompok asal menuju kelompok ahli untuk mempelajari materi baru.

√ √

(24)

pada anggota kelompok asal

13. Siswa mempresentasikan laporan hasil diskusi

√ √

14. Siswa saling menanggapi hasil laporan diskusi

√ √

15. Siswa menanyakan materi yang dianggap sulit

√ √

16. Siswa mengumpulkan LKS √ √

17. Siswa menyimpan LKS dalam portofolio/artefak

√ √

18. Siswa bersama guru membuat kesimpulan materi pembelajaran

√ √

19. Siswa bersama guru melakukan refleksi √ √ 20. Siswa mengerjakan tes formatif dengan tertib √ √ 21. Siswa mengerjakan tes perbaikan dan

pengayaan.

√ √

22. Siswa menyimak informasi yang diberikan guru mengenai materi yang akan dipelajari selanjutnya.

√ √

16 6 20 2

72,7% 27,3% 90,9% 9,1%

(25)

hasil kegiatan diskusi. Demikian juga dengan kegiatan siswa dalam menanggapi laporan diskusi, siswa nampak mulai berebut memberikan tanggapan terhadap ;aporan diskusi.

Kelemahan-kelemahan yang masih nampak pada siklus 2 adalah masih ada 5 (lima) orang siswa yang belum berani mengemukakan pendapat dan memberikan tanggapan terhadap laporan diskusi. Hal ini dikarenakan keterbatasan siswa dalam berkomunikasi dan siswa cenderung takut jika terjadi kesalahan dalam memberikan tanggapan. Hal ini bukan merupakan hambatan yang berarti, karena siswa-siswa tersebut memiliki karakteristik pendiam dan pemalu. Solusi yang diberikan guru adalah meminta siswa tersebut untuk menuliskan tanggapan mereka terhadap laporan yang dibacakan. Aktifitas yang juga kurang terlaksana dalam pertemuan kedua adalah sedikit siswa yang mengajukan pertanyaan terhadap materi yang sulit. Karena dalam pembelajaran siklus II yang dilakukan dengan metode demonstrasi dan pengamatan terhadap kegiatan manusia yang mengakibatkan perubahan sifat benda, sangat mudah dipahami oleh siswa. sehingga siswa merasa mudah dan tidak mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran. Oleh karena itu, sebanyak 2 indikator yang masih belum terlaksana dianggap bukan merupakan suatu kekurangan yang memerlukan perbaiakan. Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan guru dan siswa pada siklus II dapat disimpulkan bahwa, implementasi pembelajaran jigsaw pada siklus II telah berjalan baik dan sempurna.

4.2.3 Hasil Tindakan Siklus II

(26)

1) Hasil Belajar IPA

Hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 1 Tawangharjo Wedarijaksa Kabupaten Pati Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus II dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw, maka dilakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dinyatakan dengan perolehan skor hasil belajar mencapai KKM ≥ 65. Adapun soal evaluasi yang digunakan untuk mengukur pengetahuan siswa terhadap penerapan pembelajaran jigsaw pada pembelajaran IPA adalah soal berbentuk pilihan ganda sebanyak 10 item soal, soal isian sebanyak 3 item soal, dan soal uraian sebanyak 2 item soal. Hasil belajar siswa kelas V SDN 1 Tawangharjo Wedarijaksa Kabupaten Pati pada siklus secara rinci dapat dilihat pada tabel 24 berikut ini.

Tabel 24

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus II

Nilai Frekuensi Persentase (%)

60-64 3 11,53

65-70 5 19,23

71-74 4 15,38

75-80 7 26,92

81-90 3 11,53

91-100 4 15,38

Rata-rata 77,38

Nilai tertinggi 100

Nilai terendah 60

(27)

perolehan skor hasil belajar siswa kelas V SDN 1 Tawangharjo Wedarijaksa Kabupeten Pati siklus II disajikan dalam gambar grafik batang berikut ini.

Gambar 5 Hasil Belajar Siswa Siklus II

Berdasarkan hasil belajar sebagaimana tersaji pada tabel 24 dan gambar 5, II kemudian peneliti melakukan analisis terhadap ketuntasan belajar siswa yang disajikan dalam tabel 25 berikut ini.

Tabel 25

Analisis Ketuntasan Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 1 Tawangharjo Pati Siklus II

Kategori Frekuensi Persentase

(%)

Tuntas 23 88,46

Tidak Tuntas 3 11,54

Rata-Rata 76,15

Nilai Terendah 60

Nilai Tertinggi 100

(28)

Gambar 6 Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II

Dari gambar 6 mengenai persentase ketuntasan hasil belajar IPA siklus II nampak bahwa hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 1 Tawangharjo telah mencapai 88,46% tuntas belajar.Berdasarkan ketuntasan belajar yang telah mencapai 88,46% tersebut, maka penelitian tindakan perbaikan pembelajaran dinyatakaan telah berhasil meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN 1 Tawangharjo Wedarijaksa Kabupaten Pati. Hal ini didasarkan pada indikator keberhasilan penelitian yang menyatakan, penelitian dinyatakan berhasil jika siswa yang tuntas belajar telah mencapai lebih dari atau sama dengan 85% dari jumlah keseluruhan siswa. oleh karena itu, setelah pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran siklus II selesai, maka penelitian telah dinyatakan selesai dan berhasil dengan cukup memuaskan.

4.2.4 Refleksi Siklus II

(29)

memiliki motivasi untuk memahami materi yang disampaikan guru. Selain itu, mengacu pada hasil rekapitulasi observasi terhadap kegiatan siswa, pada siklus II telah peningkatan aktifitas siswa ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah keterlaksanaan butir indikator kegiatan siswa jika dibandingkan dengan siklus I.

Berdasarkan hasil evaluasi ketuntasan belajar IPA yang diperoleh siswa melalui tes formatif, sebanyak 88,46% (23 siswa) sudah tuntas belajar, sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar hanya 11,54% (3 siswa). Hasil analisis terhadap ketuntasan hasil belajar tersebut menunjukkan bahwa, hasil belajar IPA siswa sudah mencapai indikator kinerja yang sudah ditetapkan penulis yaitu minimal 85% siswa mencapai KKM.

4.3 Hasil Analisis Data

Berikut ini akan dipaparkan mengenai hasil analisis data prasiklus, siklus I dan siklus II mengenai keaktifan belajar dan hasil belajar siswa.

4.3.1 Hasil Belajar IPA

(30)

ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel 26 berikut ini:

Tabel 26

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

Kategori

Prasiklus Siklus I Siklus II

F (%) F (%) F (%)

Tidak tuntas 12 46,15 9 34,62 3 11,54

Tuntas 14 53,85 17 65,38 23 88,46

Jumlah 26 100 26 100 26 100

Nilai Rata-Rata 65,7 70,2 76,11

Nilai Tertinggi 85 90 100

Nilai Terendah 45 53 60

(31)

14 17

23

12

9

3

0 5 10 15 20 25 30

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Tuntas

Tidak Tuntas

Gambar 7

Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

Berdasarkan tabel 26 juga terlihat adanya peningkatan nilai rata-rata, nilai tertinggi dan nilai terendah pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 yang secara jelas disajikan dalam gambar berikut ini.

Gambar 8

Perbandingan Nilai Terendah, Nilai Tertinggi, dan Nilai Rata-Rata Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

4.4 Pembahasan

(32)

observasi yang dilakukan terhadap kegiatan dan respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan data hasil observasi terhadap kegiatan siswa selama kegiatan pra siklus, siswa masih cenderung diam dan hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Siswa tidak aktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, siswa hanya menulis materi yang disampaikan oleh guru. Siswa juga belum berani untuk mengutarakan pendapatnya terkait dengan materi pembelajaran yang dilakukan melalui diskusi kelompok. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada kondisi awal sebagian besar siswa belum aktif selama kegiatan pembelajaran.

Kondisi pembelajaran awal tersebut mendorong peneliti untuk melakukan tindakan pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Selanjutnya peneliti melakukan identifikasi dan analisis permasalahan yang muncul pada kegiatan pembelajaran prasiklus. Berdasarkan identifikasi dan analisis terhadap penyebab rendahnya hasil belajar siswa, peneliti kemudian melaksanakan tindakan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Tindakan yang dilakukan melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran jigsaw pada siklus I dan siklus II. Setelah penerapan metode pembelajaran jigsaw, nampak adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa. Pada siklus I, peningkatan keaktifan siswa ditunjukkan oleh jumlah keterlaksanaan kegiatan siswa, yakni sebanyak 17 butir indikator telah dilaksanakan dengan baik, dan hanya 5 butir indikator yang belum dilakukan oleh siswa. Selain itu, hasil pengamatan terhadap aktifitas guru dalam menerapkan pembelajaran jigsaw sudah cukup baik. Kondisi ini terlihat dari hasil rekapitulasi hasil observasi aktifitas guru yang menunjukkan adanya upaya guru untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif jigsaw. Dari jumlah indikator instrumen observasi sebanyak 21 butir, 19 butir telah dilaksanakan guru, dan hanya 2 butir indikator yang masih belum dilakukan secara sempurna.

(33)

(65,38%). Sedangkan siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 9 siswa (34,62%). Akan tetapi, hasil belajar pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan penelitian yang ditetapkan oleh peneliti, yakni minimal 85% siswa sudah mencapai KKM. Sehingga pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran dilanjutkan dengan pembelajaran siklus II dengan menggunakan metode pembelajaran yang sama seperti siklus I. Hasil observasi dan refleksi siklus I dijadikan acuan untuk melakukan tindakan pada pembelajaran siklus II. Pembelajaran siklus II dilakukan dengan memberikan perhatian dan tindakan khusus terhadap kelemahan-kelemahan yang masih timbul pada pelaksanaan tindakan siklus I.

Hasil observasi keaktifan siswa pada siklus II diperoleh data, yakni sebanyak 21 butir indikator telah dilakukan oleh guru secara sempurna. Adapun peningkatan keaktifan siswa pada siklus II ditunjukkan oleh keterlaksanaan indikator kegiatan siswa sebanyak 21 butir (90,9%) dan hanya 2 butir (9,1%) yang belum dilaksanakan oleh siswa secara baik. Peningkatan jumlah keterlaksanaan aktifitas guru dan siswa pada siklus II menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran jigsawdapat meningkatkan kualitas pembelajaran, keaktifan dan hasil belajar siswa. Keberhasilan pembelajaran siklus II telah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan oleh peneliti yakni, lebih dari atau sama dengan 85% siswa tuntas belajar.

(34)

kemampuan berpikirnya. Pembelajaran jigsaw juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat serta berinteraksi dengan siswa yang menjadikan aktif dalam kelas. Keunggulan pembelajaran jigsaw menurut Hamdani (2011:92) aktivitas belajar dengan model jigsawmemungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar dalam bentuk permainan. Pembelajaran jigsaw memiliki kelebihan: 1) siswa memiliki motivasi untuk berpikir dan belajar kreatif baik secara individu maupun kelompok; 2) proses pembelajaran tidak didominasi oleh siswa tertentu akan tetap semua siswa dapat berperan aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar; 3) jigsaw dapat mendorong siswa untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan siswa lain dalam satu kelompok yang sama maupun kelompok yang berbeda; 4) jigsaw memupuk tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan kelompok; dan 5) keterlibatan siswa dalam belajar bersamaakan meningkat. lebih tinggi. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pebelajar dituntut untuk aktif. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri (Dimyati dan Mudjiono, 2009:44). Mc Keachie (Dimyati dan Mudjiono, 2009:45) mengemukakan bahwa individu merupakan manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu, sosial. Guru yang memberikan kesempatan belajar pada siswa berarti mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan di dalam kondisi yang ada. Hal ini berarti kesempatan belajar yang diberikan oleh guru kepada siswa, akan menuntut siswa selalu aktif mencari, memperoleh, dan mengolah perolehan belajarnya (Dimyati dan Mudjiono, 2009:62).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Juliana(2015), dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Muatan Matematika Pada Siswa Kelas 2SDN Kutoharjo 02 Pati Semester

ITahun Ajaran 2014/2015”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan

(35)

hasilbelajar tematik siswa kelas 2 SDN Kutoharjo 02 Kabupaten Pati semester 1 tahun ajaran 2014/2015. Hal ini nampak pada perbandingan ketuntasan belajar Matematika prasiklus semula 52,94%, siklus 1 meningkat menjadi 70,59% dan kemudian pada siklus 2 meningkat 88,24%. Besarnya skor minimum muatan Matematika semula hanya 50 pada prasiklus, siklus 1 naik menjadi 55 dan siklus 2 naik menjadi 65. Sedangkan skor maksimum pra siklus 85, pada siklus 1 naik menjadi 91 dan siklus 2 naik menjadi 100. Skor rata-rata sebesar 60,0 pada pra siklus, siklus 1 meningkat sebesar 79,4 dan siklus 2 sebesar 86,1. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥80. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan pembelajaran jigsawdapat meningkatkanhasil belajar siswa.

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Syahri, (2015), dalam skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Bagi Siswa Kelas 3 SDN Sugihan Kecamatan Winong Kabupaten Pati Semester I Tahun Ajaran 2014/2015”.Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar Matematika dengan KD Menggunakan Alat Ukur dalam Pemecahan Masalah siswa kelas 3SDN Sugihan Kecamatan Winong Kabupaten Pati semester 1 tahun ajaran 2014/2015 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Peningkatan hasil belajar diketahui dari ketuntasan hasil belajar siswa pra siklus, siklus 1 dan siklus 2. Pada kegiatan pra siklus siswa mencapai KKM ≥75 hanya sebesar 54,84%, siklus 1 naik menjadi 80,65%, kemudian siklus 2 naik menjadi 93,55%. Peningkatan hasil belajar juga ditunjukkan dengan meningkatnya perolehan besarnya skor minimal, skor maksimal dan skor rata-rata prasiklus, siklus 1 dan siklus 2. Secara berturut-turut skor minimal pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 adalah 55; 60; 65, skor maksimal 85; 95; 100 dan skor rata-rata yaitu; 75,0; 80,0; 85,4. Mendasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapatmeningkatkan hasil belajar Matematika materi Menggunakan Alat Ukur dalam Pemecahan Masalah siswa kelas 3 SDN Sugihan Kecamatan Winong Kabupaten Pati semester 1 tahun ajaran 2014/2015.

(36)

Gambar

Tabel 18 Hasil Keterlaksanaan Aktifitas Guru Terhadap
Tabel 19 Hasil Keterlaksanaan Kegiatan Siswa Penerapan Pembelajaran
Tabel 20 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus I
Gambar 4 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah dan barang-barang yang

Edna K., The Management, Quality Health Information Management, Tenth Edition AHIMA, (Berwyn, Illionis: Physician Record. Company ,

Capaian Pembelajaran : Mahasiswa mampu menerapkan pelaksanaan audit pendokumentasian rekam medis dengan model analisis secara kuantitatif dari berbagai kasus pelayanan

Faktor penyebab rendahnya pemaham- an konsep energi panas dan bunyi pada siswa kelas IVB SD Negeri Pucangan 03 Sukoharjo yaitu dalam pembelajaran cenderung berpusat pada guru

Pada tahun 1968, dilaksanakan Rakernas yang menetapkan Puskesmas merupakan sistem pelayanan terpadu yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah menjadi

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul

Setelah proses sintesa bahan dilakukan karakterisasi menggunakan X-ray Diffractometer (XRD) dan Brunauer, Emmet, Teller (BET).. Hasil identifikasi menggunakan XRD menunjukkan

Dengan adanya macam-macam salon, justru mendorong persaingan antar salon agar memberikan suatu ketertarikan bagi masyarakat untuk memilih salon yang tepat bagi mereka. Dimana