STUDI PENDUGAAN STOK IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) YANG TERTANGKAP DENGAN PURSE SEINE DAN DIDARATKAN
DI “TANGKAHAN” KAPAL IKAN KOTA SIBOLGA
PROVINSI SUMATERA UTARA
Zulham Efendi*), Eni Kamal**), Yuspardianto**)
*)
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, email: zulham_efendi03@yahoo.co.id
**)
Staf Pengejar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta
ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan Cakalang yang didaratkan di Kota Sibolga pantai Barat Sumatera Utara. Metoda dalam penelitian ini menggunakan metode survey. Analisa data dilakukan berdasarkan jumlah hasil tangkapan per unit upaya (Cacth Per Unit Effort). Dugaan jumlah stok dianalisa dengan
metode delury, sedangkan potensi lestari dan tingkat upaya optimum dianalisa menurut
Model Surplus Produksi Gulland-Fox. Hasil penelitian analisis regresi menunjukkan bahwa dalam tiga bulan jumlah stok awal (No) sebesar 385,812 ton per bulan dengan potensi lestari (MSY) sebesar 141,932 ton per bulan dan tingkat upaya optimum (Fopt) ± 62 trip. Berdasarkan rata-rata tingkat pemanfaatan yaitu 84,3 % terhadap nilai TAC (Total Allowable Catch) sebesar 80% dari nilai MSY maka dapat disimpulkan bahwa menunjukkan kapasitas tangkapan berlebih dari ketentuan CCRF (Code of Conduct for Responsible Fisheries), dengan kata lain terjadi overfishing.
Kata Kunci: Cakalang, MSY, Tingkat Pemanfaatan, TAC, CCRF
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the potential and the utilizition rate of natural resources of Cakalang fish disembarked at Sibolga on the west coats of North Sumatra. The method of the study was survey research. Analyses of the data were done based on the amount of catch effort per unit. The nation of stock amount was analyzed by delury method
Meanwhile, Gulland-fox Product Surplus model was applied to examine the eternal potential and the optimum level of the effort. The results of regression analysis reveal that the number of initial stock (N0) was 385, 812 tons pr month, the eternal potential (MSY) was 141,932 tons per month and the optimum level of the effort (Fopt) was about 62 trips in three years. Based on the utilization rate in average 84,3% toward TAC valve (Total Allowable Catch) 80% from MSY value, it can be concluded that the capture or catch capacity was more than CCRF determination (Code of Conduct for Responsible Fisheries). In other words, overfhising was aceured.
Pendahuluan
Negara Kesatuan Republik
Indonesia merupakann negara kepulauan
terbesar di dunia, yang memiliki ± 18.100
pulau dengan garis pantai sepanjang
108.000 km, serta memiliki kawasan pesisir
dan laut yang kaya dengan sumberdaya
hayati. Berdasarkan konvensi Hukum Laut
(United Nation Convension of Law of the
Sea, UNCLOS) 1982, Indonesia memiliki
kedaulatan atas wilayah perairan seluas 3,2
juta km², yang terdiri dari perairan
kepulauan seluas 2,9 juta km² dan laut
teritorial seluas 0,3 juta km². Selain itu
Indonesia juga mempunyai hak eksklusif
untuk memanfaatkan sumberdaya kelautan
dan berbagai kepentingan terkait seluas
2,7 juta km² pada perairan ZEE.
Potensi lestari sumberdaya ikan laut
Indonesia diperkirakan 6,4 juta ton/tahun,
dengan jumlah tangkapan yang diperolehkan
(Total Allowable Catch) sebesar 5,12 juta
ton per tahun (80%) dari total MSY
(Saifuddin, 2009). Sebagian besar dari stok
tersebut didominasi oleh sumberdaya ikan
pelagis sebesar 4,7 juta ton/tahun
(Anonimous, 2005).
Pantai Barat Sumatera Utara
memiliki garis pantai sepanjang 763,47 km
(temaksud Pulau Nias). Potensi lestari
(MSY) beberapa jenis ikan di Perairan
Pantai Barat terdiri dari: ikan pelagis
115.000 ton per tahun, ikan demersal
78.700 ton per tahun, ikan karang 5,144 ton
per tahun dan udang 21.000 ton/tahun.
Tangkahan adalah suatu kegiatan
usaha penangkapan ikan swasta yang
bertujuan sebagai tempat aktifitas
pendaratan hasil tangkapan/tempat bongkar
ikan, dimana fasilitas dan aktifitasnya
menyerupai pelabuhan perikanan dan
pengelolaannya umumnya dilakukan secara
perorangan atau swasta.
Berdasarkan data statistik perikanan
dan kelautan Indonesia, diketahui jumlah
produksi ikan Cakalang (Skipjack tunas)
Nasional pada tahun 2009 sebesar 338.034
ton pada Indeks Statistik perikanan
Indonesia tahun 2011. Kalau dibandingkan
dengan jumlah produksi ikan cakalang
Sumatera Utara, pada tahun 2009 adalah
25.474 ton (7,54%) dari total produksi ikan
cakalang secara nasional (Kelautan dan
Perikanan, 2011).
Pemanfaatan sumberdaya ikan
berbagai wilayah di Indonesia tidak merata.
Diberapa wilayah perairan masih terbuka
pelung besar untuk pengembangan
pemenfaatannya, sedangkan di beberapa
wilayah lainnya sudah mencapai kondisi
perairan Selat Melaka, Laut Jawa dan Laut
Banda (Anonimous, 2005).
Oleh sebab itu, perlu dilakukan
pembatasan armada tangkap melalui ijin
yang ketat, sehingga upaya pemanfaatan
sumberdaya ikan dapat berjalan terus
menerus dan digunakan pendekatan biologi
dan ekonomi dalam melakukan usaha
penangkapan ikan. Pada awalnya,
pengelolaan sumberdaya ini banyak
didasarkan pada faktor biologis semata,
dengan pendekatan yang disebut Maximum
Sustainable Yield (MSY), bertujuan untuk
mengetahui potensi lestari sumberdaya ikan
dan upaya penangkapan yang optimum.
Ikan Cakalang merupakan salah satu
dari kelompok ikan pelagis besar yang
memiliki nilai ekonomis tinggi baik di pasar
domestik maupun pasar Internasional.
Tingginya kebutuhan terhadap ikan akan
mendorong para pengusaha sektor
perikanan tangkap untuk meningkatkan
jumlah produksi. Dalam hal ini perlu
disadari bahwa sumberdaya ikan sebagai
sumberdaya yang dapat pulih (Renewable
resourcer) memilki keterbatasan untuk
melestarikan generasinya apabila stok yang
ada dieksploitasi terus tanpa
mempertimbangkan daya dukung (carrrying
capacity) dari populasi ikan .
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis hasil tangkapan (catch)
dengan upaya penagkapan (effort) ikan
cakalang prediksi untuk satu tahun.
2. Potensi sumberdaya ikan cakalang yang
didaratkan di Kota Sibolga pantai Barat
Sumatera Utara dan Upaya
penangkapan Optimum.
3. Mengetahui dan menganalisis status
tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan
cakalang yang didaratkan di Kota
Sibolga pantai Barat Sumatera Utara.
Bahan dan Metoda
Penelitian ini dilakukan selama tiga
bulan di mulai dari Mei – Juli 2014 di
tangkahan kapal ikan Kota Sibolga
(Gambar 1).
a) Tangkahan CV. Horizon Group b) Tangkahan Harapan Sari Laut
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
survey. Dalam penelitian ini, metode survey
digunakan untuk mengetahui dan
menganalisa potensi sumberdaya ikan
Cakalang dengan cara mengambil objek
data jumlah hasil tangkapan ikan Cakalang
Seine serta jumlah produksi per tahun dalam
data Statistik Perikanan.
Data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa data primer dan data
skunder. Data primer dikumpulkan secara
langsung dilokasi penelitian di Tangkahan
yang meliputi jumlah hasil tangkapan ikan
Cakalang dan jumlah penangkapan. Jumlah
hasil tangkapan dinyatakan dalam berat total
(kg) dan jumlah upaya dalam satuan trip.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari
kantor Dinas Statistik Perikanan Kota
Sibolga dan instansi terkait, serta berbagai
literatur dalam bentuk catatan bulanan atau
laporan tahunan, data yang menggambarkan
kondisi umum daerah penelitian data lain
yang mendukung tujuan penelitian.
Untuk memperoleh dugaan jumlah
stok ikan Cakalang dilakukan analisa secara
regresi menurut metode Delury, dimana
yang menjadi variabel X (independen)
adalah kumulatif usaha penangkapan, dan
variabel Y (dependen) adalah logaritma
natural hasil tangkapan per satuan usaha.
Dalam metode Delury, hubungan
penangkapan per satuan usaha terhadap
kepadatan populasi dapat diketahui dengan
rumus sebagai berikut (Effendie, 1997) :
Bentuk logaritma natural
(eksponensial) dari rumuss di atas adalah:
Persamaan di atas menunjukkan
hubungan yang linier. Dengan memplotkan
ln Ct/Ft terhadap hasil tangkapan yang
kumulatif sampai waktu t harus merupakan
garis lurus dengan suatu sudut catchability,
dan interceptnya ln qNo maka dugaan
jumlah stok ikan cakalang diketahui dengan
rumus :
Keterangan:
Ct = hasil tangkapan yang diambil selama
interval waktu t (kg)
Ft = jumlah usaha penangkapan selama
interval waktu t (trip)
Gt = kumulatif usaha penangkapan (trip)
No = jumlah stok ikan awal periode (kg)
q = catchability atau bagian stok yang di
ambil dengan satu unit alat tangkap (kg)
e = logaritma natural (ln)
a,b = konstanta
Untuk mendapatkan nilai konstanta
a dan b maka digunakan anilisis regresi
dimana:
Untuk menduga potensi lestari sumberdaya
ikan cakalang dan tingkat optimum
digunakan analisa menurut Model Surplus
Produksi Gulland-Fox. Dalam model ini,
hasil tangkapan per unit upaya dengan
upaya (CPUE) dengan upaya penangkapan
(Effort) merupakan bentuk eksponensial
(Sparre dan Venema, 1999). Untuk
mengetahui besarnya hasil tangkapan per
unit upaya dihitung dengan rumus :
Hubungan antara hasil tangkapan
per unit upaya (CPUE) dengan upaya
penangkapan (effort) dapat diperoleh
dengan persamaan:
Dimana:
Y = hasil tangkapan per unit upaya
(CPUE) (kg/trip)
= upaya penangkapan (subtitusi dari
fungsi x ) (trip)
Hubungan antara hasil tangkapan
(catch) dengan upaya penangkapan (effort)
dapat diperoleh dengan persamaan:
Dimana:
ln y = hasil tangkapan (kg)
Dengan demikian maka:
Keterangan:
C = hasil tangkapan (Catch)
E = upaya penangkapan (effort)
x = kumulatif hasil tangkapan (kg)
y = kumulatif upaya penangkapan (trip)
= rata-rata upaya penangkapan (trip)
= rata-rata hasil tangkapan (kg)
n = periode pengambilan data (n bulan)
Analisa data dilakukan menurut
waktu (bulan) pengambilan data. Hasil
perhitungan yang diperoleh per bulan
selanjutnya digunakan untuk memperoleh
dugaan jumlah dugaan stok awal (No),
potensi lestari (MSY) dan upaya
penangkapan optimum (Fopt) per tahun.
Perhitungan dilakukan dengan cara
membandingkan nilai total masing-masing
jumlah stok, potensi lestari dan upaya
penangkapan optimum yang diperoleh
selama tiga bulan dengan lama waktu
tersebut selanjutnya dikalikan dengan
jumlah bulan dalam satu tahun.
Asumsi yang digunakan untuk
Metode Delury dan Model Surplus
Produksi di atas adalah :
Tingkat pemanfaatan sumberdaya
ikan cakalang dapat diketahui dengan
menggunakan rumus (Saifuddin, 2009):
Dimana:
TP = Tingkat pemanfaatan (%)
Hasil Dan Pembahasan
Kota Sibolga terletak di pantai Barat
Sumatera Utara yaitu berada pada sisi
pantai Teluk Tapian Nauli menghadap ke
arah lautan Hindia, ± 350 km Selatan Kota
Medan. Bentuk kota memanjang dari Utara
ke Selatan mengikuti garis pantai ke
pengunungan sangat sempit hanya kurang
3,4 km sedangkan panjangnya adalah 8,52
km. Secara geografis wilayah Kota Sibolga
terletak antara 1042’ – 1046’ Lintang Utara
dan 980 - 44’ – 980 48’ Bujur Timur.
Produksi Sumberdaya Perikanan
Hasil perikanan tangkap Kota
Sibolga menunjukkan bahwa produksi ikan
selama lima tahun terakhir (2009 – 2013)
cendrung mengalami perubahan secara
fluktuatif dengan kenaikan persentasi dalam
tabel 1.
Tabel 1. Produksi Hasil Tangkapan Ikan Tahun 2009 - 2013
No. Tahun Jumlah (Ton)
Kenaikan %
1 2009 52.217,51 --
2 2010 52.694,34 0,91
3 2011 53.902,38 2,29
4 2012 54.880,24 1,81
5 2013 54.098,68 -1,4
Sumber: Dinas Kelautan Perikanan, 2014
Produksi perikanan Kota Sibolga
pada tahun 2009 – 2012 mengalami
peningkatan bervariasi persentasinya
sebesar 5,1 %. Faktor- faktor penyebab
peningkatan produksi ialah keadaan laut
yang cukup kondusif bagi nelayan untuk
melaut, penambahan armada kapal
penangkapan ikan, bertambahnya bagan
pancang serta adanya rekondisi alat tangkap
nelayan dengan adanya bantuan dari
pemerintahan Kota Sibolga kepada nelayan.
Pada tahun 2013 terjadi penurunan sebesar
1,4 % dari produksi tahun 2012 sebesar
54.880 ton per tahun, disebabkan
kurangnya pemasokan bahan bakar minyak
dan jarangnya nelayan melakukan
penangkapan pergi ke laut.
Jenis - jenis ikan hasil tangkapan
besar, ikan pelagis kecil, ikan demersal, ikan
karang dan jenis lainya.
Daerah Penangkapan
Daerah penangkapan ikan (fishing
capture area) merupakan perairan dimana
ikan-ikan ditangkap oleh armada
penangkapan ikan. Armada yang digunakan
adalah kapal motor yang berukuran tonase
berkisar antara 30 GT – 120 GT dengan
menggunakann alat tangkap yang
dioperasikan purse seine. Wilayah operasi
armada kapal motor (inboard) meliputi
wilayah Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Periaran Aceh, Bengkulu sampai Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia bagian
pantai Barat Sumatera pada wilayah
Pengelolaan Perikanan (WWP-RI 572)
Samudera Hindia.
Dimana daerah penangkapan ikan
haruslah mempunyai cangkupan yang dapat
dengan leluasa digunakan untuk
pengoperasikan alat tangkap. Adapun untuk
mengetahui tujuan fishing ground perlu
adanya titik koordinat dengan alat bantu
seperti GPS pada tabel 2.
Tabel 2. Daerah penangkpan Kapal Purse Seine Kota Sibolga
No. Perairan Pantai Barat Sumatera Bujur Timur Lintang Selatan
1. Perairan Pagai Selatan 99036’ 40” 03013’ 20” 2. Perairan Sipura 99057’ 10” 02001’ 40” 3. Perairan Pulau Baringin 100040’ 00” 03033’ 00” 4. Perairan Pulau Stupai 100045’ 43” 03027’ 00” 5. Perairan Aer Bulih 101024’ 00” 03020’ 00” 6. Perairan Pulau Pini 98028’ 40” 01022’ 00” 7. Perairan Pulau Banyak 97007’ 00” 02004’ 00” Sumber : Hasil Penelitian
Tabel 3. Jenis Ikan Tangkapan Purse Pada Bulan Mei – Juli 2014
No. Jenis Ikan Bulan Pendaratan Jumlah
(Ton)
Mei Juni Juli
1 Cakalang (Katsuwonus. p) 160,926 107,268 90,538 358,732
2 Layang (Decapterus spp) 79,273 51,377 37,086 167,736 3 Tuna Albacore (Thunnus. a) 78,922 67,536 58,463 204,921
4 Sunglir (Elagatis. b) 10,637 5,258 6,321 22,216
Total 329,758 231,439 192,408 753,605
Pada tabel 3 terlihat jenis ikan yang
dominan didaratkan ialah jenis ikan pelagis
besar dan pelagis kecil. Dari beberapa jenis
ikan yang disajikan pada tabel di atas, hasil
tangkapanyang dominan tertangkap dengan
alat tangkap purse seine ialah ikan cakalang,
Layang, Tuna Albacore dan Sunglir.
Jumlah Produksi dan Upaya penangkapan
Fluktuasi hasil tangkapan ikan di
perairan Samudera Hindia tidak selalu
disebabkan oleh penangkapan tetapi bisa
disebabkan oleh perubahan kondisi lingkungan.
Pengaruh kondisi lingkungan bisa bersifat
langsung maupun tidak langsung terhadap suatu
jenis ikan (Nugraha, 2011).
Tabel 4. CPUE Ikan Cakalang Yang Didaratkan Bulan Mei – Juli 2014
Bulan Upaya Penangkapan (trip) Hasil Tangkapan (ton)
CPUE (ton per trip)
Mei 2014 26 160,926 6,189
Juni 2014 20 107,268 5,363
Juli 2014 17 90,538 5,326
Total 63 358,732 16,878
Rata-rata 21 119,578 5,626
Sumber: Hasil Penelitian
Hubungan antara upaya penangkapan
dengan CPUE adalah nilai CPUE cendrung
menurun seiring bertambahnya upaya seperti
pada tabel 4. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sparre dan Venema (1999) yang menyatakan
bahwa, pada umumnya total upaya
menunjukkan hubungan linier terhadap laju
hasil tangkapan atau upaya sebanding dengan
mortalitas penangkapan. Hubungan CPUE
dengan upaya adalah linier tetapi bersifat
negatif, dalam arti setiap penambahan upaya
penangkapan akan menurun nilai (Catch per
Unit Effort, CPUE).
Hasil perbandingan antara jumlah
upaya penangkapan dengan jumlah hasil
tangkapan pada tabel 4 diatas juga
memperlihatkan bahwa angka CPUE pada
bulan Mei lebih besar dari dua bulan berikutnya
yaitu sebesar 6,189 ton per trip. Pada bulan
Juni, angka CPUE menurun menjadi 5,363 ton
per trip dan pada bulan Juli CPUE menurun
menjadi 5,326 ton per trip. Hal ini menunjukkan
terjadi penurunan yang di akibatkan jumlah
upaya penangkapan sedikit sehingga jumlah
hasil tangkapan menurun. Adapaun hasil
tangkapan ikan cakalang terbanyak per trip
diperoleh pad bulan Mei 2014.
Adriani (2011) mengatakan jika antara
CPUE akan semakin berkurang, sehingga
produksi semakin berkurang. Artinya
bahwaCPUE berbanding terbalik dengan
effort dimana dengan setiap penambahan
effort maka semakin rendah CPUE. Hal ini
disebabkan meningkatnya kompetisi antara
alta tangkap yang beroperasi dimana
kapasitas sumberdaya yang terbatas dan
cenderung mengalami penurunan akibat
usaha penangkapan yang terus meningkat.
Hubungan antara hasil tangkapan
per unit upaya dan upaya penangkapan
(effort) ikan cakalang selama tiga bulan
operasi penangkapan dapat diketahui
melalui persamaan ln y = a – bx, bila mana
ln y merupakan hasil tangkapan per unit
upaya dan x merupakan jumlah upaya (trip)
penangkapan. Dari persamaan tersebut
dapat dijelaskan bahwa setiap penambahan
upaya sebesar x (satuan trip), maka hasil
tangkapan per unit akan berkurang sebesar
0,012 kg per trip pada bulan Mei, 0,28 kg
per trip pada bulan Juni dan 0,015 kg per
trip pada bulan Juli 2014.
Apabila tingkat eksploitasi dalam
satu bulan melebihi kapasitas potensi lestari
per bulan maka stok ikan cakalang akan
mengalami kondisi tangkap lebih (over
fishing), sebaliknya hasil tangkapan bulan
berikutnya akan mengalami penurunan.
Dugaan Jumlah Stok Ikan Awal, Potensi Lestari Dan Upaya Optimum
Berdasarkan hasil anlisis regresi
menurut Metode Delury diperoleh dugaan
jumlah stok awal (N0) sumberdaya ikan
cakalang pada tahun 2014 sebesar
4.629,736 ton per tahun. Dalam model
Surplus Produksi Gulland-fox diperoleh
dugaan potensi lestari (MSY) tahun 2014
sebesar 1.703,182 ton per tahun dengan
upaya penangkapan optimum (Fopt) ± 744
trip per tahun pada gambar 2.
Gambar 2. Hubungan Catch dan Effort Ikan Cakalang Setelah Di Prediksi Untuk Satu Tahun
Pada tahun 2014, stok ikan cakalang
yang didaratkan di tangkahan kapal ikan
Kota Sibolga pantai Barat Sumatera belum
mengalami kondisi tangkapan lebih. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa dalam satu bulan,
jumlah stok ikan cakalang yang dapat
dimanfaatkan yaitu sebesar 141,931 ton
(lampiran 1). Sedangkan rata-rata hasil
tangkapan ikan cakalang yang didaratkan di
tangkahan kapal ikan Kota Sibolga pada
bulan Mei – Juli 2014 baru mencapai
tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan
cakalang masih dalam kondisi lestari yaitu
masih di bawah kondisi over fishing.
Tingkat Pemanfaatan
Tingkat pemanfaatan sumberdaya
ikan cakalang dapat diketahui setelah
didapatkan CMSY. Kemudian dihitung
dengan cara mempersenkan jumlah hasil
tangkapan pada bulan tertentu terhadap nilai
Total Allowable Catch atau jumlah
tangkapan yang diperbolehkan FAO Code
of Conduct for Responsible Fisheries
(CCRF) tahun 1995 tersebut adalah 80%
dari poensi maksimum lestari CMSY
(Dahruri, 2010). Tingkat pemanfaatan
sumberdaya ikan cakalang yang didaratkan
di tangkahan kapal ikan Kota Sibolga dapat
di lihat pada tabel 5.
Tabel 5. Tingkat Pemanfaatan Ikan Cakalang Bulan Mei – Juli 2014
Waktu Pendaratan
Pada tabel terlihat rata-rata tingkat
pemanfaatan stok ikan cakalang perbulan
yaitu sebesar 84,3%, yang artinya tingkat
pemanfaatan sumberdaya ikan di daratkan di
pantai Barat Sumatera Utara melebihi
jumlah tangkapan yang diperbolehkan
(JBT/TAC) adalah 80% dari potensi
maksimum lestari (MSY). Hal ini
mengindikasikan bahwa keadaan pantai
Barat Sumatera pesisir Kota Sibolga terjadi
over fishing.
Untuk itu harus adanya pengambilan
langkah agar tingkat pemanfaatan
sumberdaya ikan di wilayah pesisir Sibolga
yang telah berlebih dapat diturunkan pada
tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan yang
lestari.
Kesimpulan
1. Hasil dugaan jumlah stok awal (N0)
sumberdaya ikan cakalang pada
tahun 2014 didaratkan di Kota
Sibolga pantai Barat Sumatera Utara
yaitu sebesar 4.629,736 ton per
tahun, dengan potensi lestari (MSY)
sebesar 1.703,182 ton per tahun dan
2. Tingkat berdasarkan rata-rata
tingkat pemanfaatan sumberdaya
ikan sebesar 84,3% dari bulan
Mei-Juli 2014, sedangkan jumlah
tangkapan yang diperbolehkan
(JBT/TAC) yaitu sebesar 80%.
Sehingga pengelolaan sumberdaya
ikan cakalang sudah melebihi batas
(over fishing)
Saran
Untuk mendukung upaya
optimalisasi sumberdaya ikan cakalang
didaratkan di Kota Sibolga pantai Barat
Sumatera Utara, perlu dilakukan
pengamatan pada alat tangkap yang tiap
tahunnya terus bertambah.
Daftar Pustaka
Andriani, N.L., 2011. Potensi dan Tingkat
Pemanfaatan Sumberdaya Ikan
Demersal di Perairan Kabupaten
Pekalongan. Journal Ilmu Kelautan
dan Perikanan Vol 1. No. 1 tahun
2012. Halaman 1-14
Anonimous, 2005. Buletin Kawasan Edisi
XIII. Direktorat kewilayahan II,
deputi Otonomi Daerah dan
Pengembangan Regional, Bappenas.
32 Halaman
Dahruri, R., 2010. Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat Perikanan
Secara Berkelanjutan. Majalah
Samudra. Edisi 82
Dinas Kelautan dan Perikanan, 2011. Data
Statistik
Effendie, M.I., 1997. Biologi Perikanan.
Yayasan Pustaka Nusantara,
Yogyakarta. 163 Halaman
Nugraha, E., 2011. Potensi Lestari dan
Tingkat Pemanfaatan Ikan Kurisi
(Nemipretus Japonicus) di Perairan
Teluk Banten. Journal Perikanan dan
Kelautan. Vol.3 No. 1, Maret 2012:
Halaman 91-98
Saifuddin, 2009. Indonesia Fisheries Book.
Kerjasama Kementrian Republik
Indonesia dengan Jepang
Internasional Cooperation Agency
(JICA). 84 Halaman
Sparre, P. Dan Venema, S.C., 1999.
Intodustion To Tropical Fish Stock
Assement. Part I Manual. Fao
Fisheries Technical Paper. 306/1 Rev.
Lampiran 1. Hasil Analisi Regresihasl Tangkapan Per Unit Upaya Ikan Cakalang Bulan Mei – Juli 2014 (3 Bulan) Dan Dihitung Dikonversi Selama 1 Tahun
Bulan (n)
Intercept
ɑ Slope b No Aktual MSY Aktual F
opt Aktual
(kg) (kg) (kg)
Mei 8,802 0,012 553.961,00 203.791,00 84
Juni 8,820 0,028 241.724,00 88.925,36 36 Juli 8,599 0,015 361.749,00 133.079,00 67
Total 1.157.434,00 425.795,36 187
1) Dugaan jumlah stok ikan cakalang
(N0) adalah:
2) Dugaan jumlah potensi lestari
(MSY) adalah:
3) Dugaan jumlah upaya opimum
(Fopt) adalah: