• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2010"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

No. Katalog BPS : 4102002.05 Ukuran Buku : 16,5 cm x 22 cm Jumlah Halaman : xi + 76

Naskah : Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Visual Design : Eling Kusnandar H.

Publikasi Bersama Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas

TIM PENYUSUN

Penanggung Jawab

Ir. Syarifuddin

Drs. H. Syafril Said

Peneliti

M. Taufiq, DP.Sc., M.Si

Budi Zulfachri, M.Si.

AsistenPeneliti

Edy Purnomo

(3)

Assalammulaikum Wr. Wb.

Salam Sejahtera Untuk Kita Semua

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas dalam memasuki usianya yang ketiga sedang berupaya keras memaksimalkan berbagai potensi yang ada dalam rangka mengakselerasi pembangunan di wilayah ini.

Human Development Index (HDI) atau yang lazim kita kenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu tolak ukur yang dapat digunakan untuk menilai sejauh mana akselerasi pembangunan tersebut telah dilaksanakan dengan baik, khususnya untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.

Melalui IPM kita dapat secara internal mengklasifikasikan apakah daerah ini termasuk daerah otonom yang maju, berkembang, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas dalam memasuki usianya yang ketiga sedang berupaya keras memaksimalkan berbagai mengakselerasi pembangunan di atau yang lazim kita kenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu tolak ukur yang dapat digunakan untuk menilai sejauh mana dilaksanakan dengan baik, khususnya untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi elalui IPM kita dapat secara internal mengklasifikasikan apakah daerah ini termasuk daerah otonom yang maju, berkembang,

(4)

dilakukan bersama-sama oleh Pemerintah Daerah, sektor privat dan jugacivil society.

Kami menyambut baik publikasi IPM Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2010 ini, dan disaat yang sama terbentang harapan besar agar kedepan kita dapat lebih meningkatkan kualitas dan sinergisitas pembangunan di daerah ini. Sehingga kedepan IPM Kabupaten Kepulauan Anambas dapat meningkat lagi. Terimakasih atas bantuan semua pihak, semoga informasi ini bermanfaat.

Wabillahi Taufik Walhidayah Wassalammualaikum Wr. Wb.

Tarempa, Desember 201 Bupati Kepulauan Anambas

Drs. T. MUKHTARUDDIN sama oleh Pemerintah Daerah, sektor privat dan Kami menyambut baik publikasi IPM Kabupaten Kepulauan 0 ini, dan disaat yang sama terbentang harapan besar agar kedepan kita dapat lebih meningkatkan kualitas dan sinergisitas pembangunan di daerah ini. Sehingga kedepan IPM Kabupaten Kepulauan Anambas dapat meningkat lagi. Terimakasih

, semoga informasi ini bermanfaat.

Tarempa, Desember 2011 Bupati Kepulauan Anambas

(5)

KATA SAMBUTAN

Assalammulaikum Wr. Wb.

Salam Sejahtera Untuk Kita Semua

Data dan Informasi merupakan hal yang penting dalam proses legislasi dan penganggaran. Demikian juga dengan aktivitas mengawasi kegiatan pembangunan yang menjadi bagian dari tugas pokok DPRD, data dan informasi yang akurat dan kredibel adalah salah satu referensi kunci bagi DPRD dalam

menetapkan kebijakan.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada prinsipnya mengukur tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar penduduk, yakni panjang dan sehat yang mengukur peluang hidup, berpengetahuan

KATA SAMBUTAN

merupakan hal yang penting dalam proses legislasi dan penganggaran. Demikian juga dengan aktivitas mengawasi kegiatan pembangunan yang menjadi bagian dari tugas pokok DPRD, data dan informasi yang akurat dan kredibel adalah DPRD dalam melakukan penilaian dan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada prinsipnya mengukur tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar penduduk, yakni umur r peluang hidup, berpengetahuan

(6)

keberadaan IPM menjadi penting bagi kita sebagai bahan evaluasi dan refleksi sejauh manadevelopment act

selama ini memberi impak pada kualitas hidup masyarakat kita. Atas nama DPRD kami menyambut baik penerbitan buku IPM Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2010 ini, semoga informasi ini bermanfaat, dan pembangunan kita kedepan lebih

Wabillahi Taufik Walhidayah Wassalammualaikum Wr. Wb.

Tarempa, Desember 201 Kabupaten Kepulauan Anambas keberadaan IPM menjadi penting bagi kita sebagai bahan evaluasi

development activityyang telah dilakukan impak pada kualitas hidup masyarakat kita. Atas nama DPRD kami menyambut baik penerbitan buku IPM Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2010 ini, semoga informasi ini

pembangunan kita kedepan lebih bermaslahat.

Tarempa, Desember 2011 Ketua DPRD

Kabupaten Kepulauan Anambas

(7)

KATA SAMBUTAN

Assalammulaikum Wr. Wb.

Salam Sejahtera Untuk Kita Semua

Pembangunan yang ideal sejatinya tidak hanya melihat keberhasilan dari sisi peningkatan PDRB dan pertumbuhan ekonomi (growth) semata, tetapi juga sisi pembangunan

meliputi harapan hidup, akses terhadap pendidikan maupun akses terhadap sumberdaya untuk menjadikan hidup lebih layak. Komprehensifitas sisi ekonomi dan sisi masyarakat

dari pembangunan yang ramah dan bervisi, sebab pada esensinya pembangunan adalah pergerakan kedepan dari seluruh sistem sosial.

Menyadari pentingnya pembangunan yang

masyarakat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Kepulauan Anambas bertekad untuk

KATA SAMBUTAN

Pembangunan yang ideal sejatinya tidak hanya melihat keberhasilan dari sisi peningkatan PDRB dan pertumbuhan ekonomi semata, tetapi juga sisi pembangunan masyarakat yang , akses terhadap pendidikan maupun akses rdaya untuk menjadikan hidup lebih layak. masyarakat adalah cerminan bangunan yang ramah dan bervisi, sebab pada esensinya pembangunan adalah pergerakan kedepan dari seluruh sistem sosial.

pembangunan yang berwawasan , Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Kepulauan Anambas bertekad untuk mendorong

(8)

lebih berkualitas dan berorientasi pada peningkatan kes

dari semua aspek. Untuk itu melalui kerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS), Bappeda berkenan mempublikasikan buku Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

Kepada semua pihak yang telah membantu dalam publikasi ini kami ucapkan terimakasih yang sebesar

kami buku ini menjadi salah informasi dan referensi bagi seluruh SKPD, sektor swasta, dan masyarakat tentunya dalam menggesa pembangunan Anambas dimasa-masa selanjutnya.

Wabillahi Taufik Walhidayah Wassalammualaikum Wr. Wb.

Tarempa, Desember 201 Kepala Badan Perencanaan

Kabupaten Kepulauan Anamba

Ir. SYARIFUDDIN NIP. 19600416 199203 1 011

peningkatan kesejahteraan Untuk itu melalui kerjasama dengan Badan Pusat , Bappeda berkenan mempublikasikan buku Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas Tahun 2010.

Kepada semua pihak yang telah membantu dalam publikasi pkan terimakasih yang sebesar-besarnya, dan harapan kami buku ini menjadi salah informasi dan referensi bagi seluruh SKPD, sektor swasta, dan masyarakat tentunya dalam menggesa

masa selanjutnya.

Tarempa, Desember 2011

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas

Ir. SYARIFUDDIN NIP. 19600416 199203 1 011

(9)

Publikasi “INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2010” merupakan salah satu kewajiban BPS Provinsi Kepulauan Riau yang harus dibuat berdasarkan kegiatan hasil kerja sama antara Badan

Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas dengan Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau,

Kesepahaman antara Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, Pengembangan dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas dengan Badan Pusat Statistik

Nomor MOU.01/BPPD/IV/2010 dan Nomor 21000.018 tanggal 08 April 2010 tentang Penyusunan, Penyediaan dan Publikasi Data Statistik Kabupaten Kepulauan Anambas. Pekerjaan ini dimaksudkan untuk menyusun angka Indeks Pembangunan Manus

akan digunakan sebagai dasar evaluasi keberhasilan pelaksanaan pembangunan sumber daya manusia, utamanya yang berkaitan dengan masalah kesehatan, pendidikan, dan kemampuan daya beli penduduk.

Pada publikasi ini disajikan data yang tersedia se

metodologi yang akan digunakan dalam penyusunan IPM. Disamping itu juga diberikan beberapa tabel dasar dalam memperoleh beberapa hasil pengukuran yang akan dilakukan. Publikasi ini diharapkan menjadi salah landasan dalam melakukan berbagaik keb

Publikasi “INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN ” merupakan salah satu kewajiban BPS Provinsi Kepulauan Riau yang harus dibuat berdasarkan kegiatan hasil kerja sama antara Badan Perencanaan abupaten Kepulauan Anambas dengan Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, berdasarkan Nota Kesepahaman antara Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, Pengembangan dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Kepulauan Provinsi Kepulauan Riau Nomor MOU.01/BPPD/IV/2010 dan Nomor 21000.018 tanggal 08 April 2010 tentang Penyusunan, Penyediaan dan Publikasi Data Pekerjaan ini dimaksudkan Indeks Pembangunan Manusia 2010 yang akan digunakan sebagai dasar evaluasi keberhasilan pelaksanaan pembangunan sumber daya manusia, utamanya yang berkaitan dengan masalah kesehatan, pendidikan, dan kemampuan daya beli Pada publikasi ini disajikan data yang tersedia sesuai dengan metodologi yang akan digunakan dalam penyusunan IPM. Disamping itu juga diberikan beberapa tabel dasar dalam memperoleh beberapa hasil pengukuran yang akan dilakukan. Publikasi ini diharapkan menjadi salah landasan dalam melakukan berbagaik kebijakan dan

(10)

Kepulauan Anambas.

Dengan selesainya publikasi dari “Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas 20

kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi. Se saran bagi penyempurnaan selanjutnya sangat diharapkan.

Tanjungpinang, Desember 20 Badan Pusat Statistik Propinsi

NIP. :

Dengan selesainya publikasi dari “Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas 2010” ini diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi. Segala kritik dan saran bagi penyempurnaan selanjutnya sangat diharapkan.

Tanjungpinang, Desember 2011 Badan Pusat Statistik Propinsi

Kepulauan Riau Kepala,

Drs. H. Syafril Said NIP. : 19521129 197603 1 001

(11)

SAMBUTAN BUPATI KABUPATEN KEPULAUAN

SAMBUTAN KETUA DPRD KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN

ANAMBAS

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.2. Pengertian Pembangunan Manusia 1.3. Maksud dan Tujuan

1.4. Nilai Manfaat 1.5. Cakupan Isi BAB II. METODOLOGI

2.1. Ruang Lingkup dan Sumber Data 2.2. Metode Penghitungan

2.3. Tahapan Penghitungan 2.4. Komponen IPM dan Konsep BAB III. TINGKAT KESEHATAN

3.1. Derajat Kesehatan Penduduk (Angka Kematian dan Angka Harapan Hidup)

3.2. Status Kesehatan Penduduk 3.3. Pemberian ASI dan Gizi Balita 3.4. Imunisasi

3.5. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan

EPULAUAN ANAMBAS ii

SAMBUTAN KETUA DPRD KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS iv ABUPATEN KEPULAUAN vi viii x 1 1

Pengertian Pembangunan Manusia 4

5 5 6 10 10 11 13 17 19 Derajat Kesehatan Penduduk (Angka Kematian

20 21 22 23 25

(12)

4.2. Tingkat Partisipasi Sekolah 4.3. Rata-rata Lamanya Sekolah 4.4. Fasilitas Pendidikan

BAB V. PEREKONOMIAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN 5.1. Perekonomian

5.2. Tingkat Kesejahteraan dan Distribusi Pendapatan 5.3. Perkembangan Penduduk Miskin

BAB VI. INDEK PEMBANGUNAN MANUSIA 6.1. Indek Pembangunan Manusia

6.2. Menerapkan Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Kepulauan Anambas

6.3. Reduksi Shortfall LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA 37 42 43 PEREKONOMIAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN 46 46 Tingkat Kesejahteraan dan Distribusi Pendapatan 51 54

PEMBANGUNAN MANUSIA 55

55 Menerapkan Indeks Pembangunan Manusia di

56 59 61 73

(13)

1.1. Latar Belakang

Otonomi daerah yang dilaksanakan sejak 1 Januari 2001 memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah untuk menyelenggarakan

pembangunan di daerah. Untuk mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah tersebut, kepada Pemerintah Daerah diberikan kewenangan untuk mendayagunakan potensi keuangan daerah sendiri serta sumber keuangan lain, seperti perimbangan keuangan pusat d daerah, yang berupa Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Selama lima tahun terakhir, DAU merupakan salah satu sumber pendapatan utama Pemerintah Daerah. Azas kesenjangan fiskal (fiscal gap) yang mendasari penghitungan DAU memerlukan dukungan data yang valid, akurat, dan terkini sehingga pembagian DAU ke daerah menjadi adil, proporsional, dan merata. Sehubungan dengan keperluan tersebut, Badan Pusat Statisti (BPS) sesuai dengan Otonomi daerah yang dilaksanakan sejak 1 Januari 2001 memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan di daerah. Untuk mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah tersebut, kepada Pemerintah Daerah diberikan kewenangan untuk mendayagunakan potensi keuangan daerah sendiri serta sumber keuangan lain, seperti perimbangan keuangan pusat dan daerah, yang berupa Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Selama lima tahun terakhir, DAU merupakan salah satu sumber pendapatan utama Pemerintah Daerah. Azas kesenjangan mendasari penghitungan DAU memerlukan dukungan data yang valid, akurat, dan terkini sehingga pembagian DAU ke daerah menjadi adil, proporsional, dan merata. Sehubungan dengan keperluan tersebut, Badan Pusat Statisti (BPS) sesuai dengan

(14)

tentang statistik, diminta untuk menyediakan data yang akan digunakan dalam penghitungan DAU 2012

tersebut di atas. Data tersebut adalah Jumlah Penduduk, Indeks Pembangungan Manusia (IPM), Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK), dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tingkat Pro

Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia Provinsi Kepulauan Riau. Salah satu komponen penting dalam rangka penyediaan data yang akan digunakan dalam penghitungan DAU 20

Pembangunan Manusia (IPM). IPM telah dihitung BPS sejak tahun 1993 dan masih merupakan exercise. IPM yang dihasilkan pada tahun tersebut disajikan hanya sampai tingkat pro

penghitungan Dana Alokasi Umum (DAU) tahun 2 2010.

Kabupaten Kepulauan Anambas berdasarkan angka Penduduk 2010 mempunyai jumlah penduduk sebesar

Nilai IPM Kabupaten Kepulauan Anambas cukup tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota di Indonesia yaitu sebesar 67,44 (kelompok tinggi IPM 66-70), tetapi pada Provinsi Kepulauan Riau masih pada urutan terakhir (urutan ke-7).

Angka harapan hidup penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas mencapai 67,40 tahun. Ini mengandung arti bahwa bayi yang lahir pada tahun 2010 diperkirakan dapat mencapai usia tentang statistik, diminta untuk menyediakan data yang akan 12 dengan kualifikasi seperti tersebut di atas. Data tersebut adalah Jumlah Penduduk, Indeks M), Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK), dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tingkat Provinsi dan

insi Kepulauan Riau. Salah satu komponen penting dalam rangka penyediaan data

an DAU 2012 adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM telah dihitung BPS sejak tahun . IPM yang dihasilkan pada tahun tersebut disajikan hanya sampai tingkat provinsi. Untuk penghitungan Dana Alokasi Umum (DAU) tahun 2012, digunakan IPM

Kabupaten Kepulauan Anambas berdasarkan angka Sensus i jumlah penduduk sebesar 37.411 orang. Nilai IPM Kabupaten Kepulauan Anambas cukup tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota di Indonesia yaitu sebesar 67,44 (kelompok 70), tetapi pada Provinsi Kepulauan Riau masih pada

nduduk Kabupaten Kepulauan tahun. Ini mengandung arti bahwa bayi diperkirakan dapat mencapai usia

(15)

67 tahun. Sedangkan angka harapan hidup Provinsi Kepulauan Riau secara keseluruhan mencapai 69,70 tahun, sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas mempunyai harapan hidup lebih pendek dibandingkan dengan harapan hidup penduduk Provinsi Kepulauan Riau secara keseluruhan. Ini menunjukkan perlunya ditingkatkan pemba bidang kesehatan di Kabupaten Kepulauan Anambas.

Selain sehat, ternyata penduduk Kepulauan Anambas juga mempunyai tingkat pengetahuan yang masih rendah, hal ini dapat dilihat misalnya dari besarnya angka rata-rata lama sekolahnya, yaitu mencapai 5,25 tahun, atau secara umum dapat dikatakan bahwa penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas masih menduduki bangku sekolah sampai dengan kelas 6 SD, angka ini sangat rendah dibandingkan dengan rata-rata lamanya sekolah penduduk Provinsi Kepulauan Riau secara keseluruhan, yaitu hanya mencapai 8,94 tahun, atau mencapai kelas dua SLTP.

Keberhasilan pembangunan manusia di Kabupaten Kepulauan Anambas diharapkan lebih dapat dipacu lagi, sehingga kemajuan sosial dan ekonomi dapat benar

seluruh masyarakat. Tantangan yang dihadapi oleh Pimpinan Daerah dan jajarannya untuk dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat cukup banyak, di antaranya jumlah penduduk miskin yang jumlahnya 67 tahun. Sedangkan angka harapan hidup Provinsi Kepulauan Riau tahun, sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas mempunyai harapan hidup lebih pendek dibandingkan dengan harapan hidup penduduk Provinsi Kepulauan Riau secara keseluruhan. Ini menunjukkan perlunya ditingkatkan pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Kepulauan Anambas.

Selain sehat, ternyata penduduk Kepulauan Anambas juga mempunyai tingkat pengetahuan yang masih rendah, hal ini dapat rata lama sekolahnya, yaitu 5 tahun, atau secara umum dapat dikatakan bahwa penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas masih menduduki bangku sekolah sampai dengan kelas 6 SD, angka ini sangat rendah rata lamanya sekolah penduduk Provinsi luruhan, yaitu hanya mencapai 8,94

Keberhasilan pembangunan manusia di Kabupaten Kepulauan Anambas diharapkan lebih dapat dipacu lagi, sehingga kemajuan sosial dan ekonomi dapat benar-benar dirasakan oleh Tantangan yang dihadapi oleh Pimpinan Daerah dan jajarannya untuk dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat cukup banyak, di antaranya jumlah penduduk miskin yang jumlahnya

(16)

masih sekitar 1,80 ribu jiwa (susenas 2010)

geografisnya yang berpulau-pulau yang berjumlah 217 pulau

luas daratannya hanya 5,57 persen (menurut Biro Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau).

1.2. Pengertian Pembangunan Manusia

Pembangunan manusia adalah proses agar manusia mampu memiliki lebih banyak pilihan dalam hal pendapatan, kesehatan, pendidikan, lingkungan fisik dan sebagainya.

Konsep Indeks Pembangunan Manusia adalah mengukur pencapaian keseluruh negara atau provinsi atau kabupaten/kota. Dengan demikian IPM mengukur pencapaian kemajuan pembangunan sosial dan ekonomi di negara atau propinsi tertentu.

IPM direpresentasikan oleh 3 dimensi, yaitu umur panjang dan sehat (longevity), pengetahuan (knowledge

layak (standard of living). Indikator yang digunakan untuk mengukur dimensi umur panjang dan sehat adalah angka harapan hidup. Untuk mengukur dimensi pengetahuan adalah angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, sedangkan dimensi kehidupan yang layak diukur dengan paritas daya beli (purchsing power parity/PPP

jiwa (susenas 2010), dengan wilayah yang berjumlah 217 pulau, di mana (menurut Biro Pemerintahan

Pengertian Pembangunan Manusia

Pembangunan manusia adalah proses agar manusia mampu pilihan dalam hal pendapatan, kesehatan, pendidikan, lingkungan fisik dan sebagainya.

Konsep Indeks Pembangunan Manusia adalah mengukur insi atau kabupaten/kota. Dengan demikian IPM mengukur pencapaian kemajuan

unan sosial dan ekonomi di negara atau propinsi tertentu. IPM direpresentasikan oleh 3 dimensi, yaitu umur panjang

knowledge) dan hidup yang ). Indikator yang digunakan untuk mengukur r panjang dan sehat adalah angka harapan hidup. Untuk mengukur dimensi pengetahuan adalah angka melek huruf dan rata lama sekolah, sedangkan dimensi kehidupan yang layak

(17)

1.3. Maksud dan Tujuan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menghitung angka IPM Kabupaten Kepulauan Anambas, sehingga dapat diketahui sejauh mana keberhasilan pembangunan manusia yang dilakukan oleh Kabupaten Kepulauan Anambas. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dengan adanya peningkatan atau penurunan dari tahun ke tahun atas angka IPM. Peningkatan angka IPM berarti menunjukkan keberhasilan, sebaliknya stagnansi atau bahkan penurunan angka IPM menunjukkan ketidak berhasilan pembangunan manusia.

1.4. Nilai Manfaat

Hasil penghitungan IPM tingkat pro

kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau sangat bermanfaat bagi Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau dan Pemerintah Kabupaten/Kota, utamanya yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan manusia yang meliputi tiga aspek, yaitu pendidikan, kesehatan, dan kemampuan daya beli. Selain itu angka IPM dapat digunakan untuk memperoleh perkiraan besarnya dana alokasi umum yang akan diterima oleh Pemerintah Daerah.

Dari sisi perencanaan pembangunan, angka IPM yang Kegiatan ini dimaksudkan untuk menghitung angka IPM Kabupaten Kepulauan Anambas, sehingga dapat diketahui sejauh mana keberhasilan pembangunan manusia yang dilakukan oleh Kabupaten Kepulauan Anambas. Keberhasilan tersebut dapat dilihat eningkatan atau penurunan dari tahun ke tahun atas angka IPM. Peningkatan angka IPM berarti menunjukkan keberhasilan, sebaliknya stagnansi atau bahkan penurunan angka IPM menunjukkan ketidak berhasilan pembangunan manusia.

ungan IPM tingkat provinsi dan tingkat insi Kepulauan Riau sangat bermanfaat bagi insi Kepulauan Riau dan Pemerintah Kabupaten/Kota, utamanya yang berkaitan dengan perencanaan ga aspek, yaitu pendidikan, kesehatan, dan kemampuan daya beli. Selain itu angka IPM dapat digunakan untuk memperoleh perkiraan besarnya dana alokasi umum yang akan diterima oleh Pemerintah Daerah.

(18)

sumber daya manusia, sebaliknya angka IPM yang semakin rendah menunjukkan kekurang berhasilan di dalam pembangunan sumber daya manusia.

Dana alokasi umum yang tinggi yang diperoleh dari besaran nilai IPM yang rendah mestinya justru disikapi oleh Pemerintah Daerah untuk sangat berhati-hati. Jika dalam jangka waktu menengah, misalnya 5 tahun, pemerintah daerah

meningkatkan nilai IPM berarti pemerintah daerah tersebut telah gagal dalam upaya pembangunan sumber daya manusianya. Sebaliknya jika dalam waktu tersebut pemerintah dapat meningkatkan nilai IPMnya, maka pemerintah daerah tersebut berhasil atau sangat berhasil dalam melakukan upaya pembangunan sumber daya manusia, walaupun itu berarti pors

yang diterima menjadi lebih sedikit.

1.5. Cakupan Isi

Buku Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Kepulauan Anambas 2010 tahun anggaran 20

bab, yang didahului dengan Bab pertama yang menerangkan tentang latar belakang disusunnya buku ini dan diuraikan pula pengertian sumber daya manusia, sebaliknya angka IPM yang semakin rendah menunjukkan kekurang berhasilan di dalam pembangunan sumber

Dana alokasi umum yang tinggi yang diperoleh dari besaran M yang rendah mestinya justru disikapi oleh Pemerintah hati. Jika dalam jangka waktu menengah, misalnya 5 tahun, pemerintah daerah tidak dapat meningkatkan nilai IPM berarti pemerintah daerah tersebut telah bangunan sumber daya manusianya. Sebaliknya jika dalam waktu tersebut pemerintah dapat meningkatkan nilai IPMnya, maka pemerintah daerah tersebut berhasil atau sangat berhasil dalam melakukan upaya pembangunan sumber daya manusia, walaupun itu berarti porsi dana alokasi umum

Buku Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten tahun anggaran 2011 disusun atas enam bab, yang didahului dengan Bab pertama yang menerangkan tentang ang disusunnya buku ini dan diuraikan pula pengertian

(19)

pembangunan manusia, maksud dan tujuan disusunnya buku ini, nilai manfaat dari buku ini serta cakupan isi.

Bab kedua menerangkan metodologi yang digunakan di dalam penyusunan buku ini, antara lain mene

lingkup dan sumber data utama yang digunakan untuk penghitungan indikator-indikator yang terkait dengan masalah kesehatan, pendidikan, dan kemampuan daya beli, serta indeks pembangunan manusia. Selain itu, di dalam bab dua ini juga di

penghitungan IPM, konsep-konsep dan komponen IPM.

Bab ketiga menyoroti beberapa indikator yang berkaitan dengan masalah kesehatan, di antaranya adalah angka kematian bayi dan angka harapan hidup yang digunakan untuk mengetahui derajat kesehatan penduduk, selain itu diulas pula tentang status kesehatan penduduk yang di antaranya dapat dikemukakan berdasarkan besar kecilnya angka kesakitan, rata-rata lamanya sakit. Di dalam bab ini juga di bahasa mengenai pemanfaatan fasilitas kesehatan, baik berupa berobat sendiri menurut jenis atau cara pengobatannya, maupun berobat jalan ke berbagai fasilitas kesehatan. Hal penting lainnya yang dibahas dalam bab tiga adalah tentang keadaan bayi atau balita, yaitu dengan menerangkan rata

balita disusui, status gizi balita, serta imunisasi yang diberikan kepada mereka.

pembangunan manusia, maksud dan tujuan disusunnya buku ini, nilai

Bab kedua menerangkan metodologi yang digunakan di dalam penyusunan buku ini, antara lain menerangkan tentang ruang lingkup dan sumber data utama yang digunakan untuk penghitungan indikator yang terkait dengan masalah kesehatan, pendidikan, dan kemampuan daya beli, serta indeks pembangunan manusia. Selain itu, di dalam bab dua ini juga disajikan tahapan

konsep dan komponen IPM.

Bab ketiga menyoroti beberapa indikator yang berkaitan dengan masalah kesehatan, di antaranya adalah angka kematian bayi dan angka harapan hidup yang digunakan untuk mengetahui derajat atan penduduk, selain itu diulas pula tentang status kesehatan penduduk yang di antaranya dapat dikemukakan berdasarkan besar rata lamanya sakit. Di dalam bab ini juga di bahasa mengenai pemanfaatan fasilitas kesehatan, baik itu berupa berobat sendiri menurut jenis atau cara pengobatannya, maupun berobat jalan ke berbagai fasilitas kesehatan. Hal penting lainnya yang dibahas dalam bab tiga adalah tentang keadaan bayi atau balita, yaitu dengan menerangkan rata-rata lamanya (bulan) balita disusui, status gizi balita, serta imunisasi yang diberikan kepada

(20)

Bab keempat membahas beberapa indikator yang berkaitan dengan masalah pendidikan, di antaranya adalah tingkat melek huruf yang merupakan ukuran yang sangat mendasar yang

dengan tingkat pendidikan, juga dibahas tentang tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan sebagai barometer untuk mengetahui kualitas mutu sumber daya manusia. Selain itu, dibahas pula tingkat partisipasi sekolah dari anak-anak usia sekolah me

pendidikan sekolah dasar, lanjutan tingkat pertama, dan lanjutan tingkat atas. Rata-rata lama sekolah yang merupakan salah satu indikator kunci di dalam penyusunan IPM juga dibahas di dalam bab keempat ini. Selain itu untuk mengetahui seberap

sekolah dan guru untuk dapat turut serta mensukseskan upaya pembangunan di bidang pendidikan juga dibahas di sini, utamanya yang berkaitan dengan rasio murid guru dan rasio murid sekolah.

Bab kelima menerangkan perkembangan perekonomian di Kabupaten Kepulauan Anambas dari tahun 2007 sampai tahun 20 dalam hal ini dikemukakan besarnya nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, baik dengan migas maupun tanpa migas, di sini di ulas pula laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

maupun peranan beberapa sektor di dalam menentukan naik turunnya nilai PDRB. Selain itu dibahas pula tingkat kesejahteraan penduduk yang dicerminkan dari besarnya kemampuan daya beli Bab keempat membahas beberapa indikator yang berkaitan dengan masalah pendidikan, di antaranya adalah tingkat melek huruf yang merupakan ukuran yang sangat mendasar yang berkaitan dengan tingkat pendidikan, juga dibahas tentang tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan sebagai barometer untuk mengetahui kualitas mutu sumber daya manusia. Selain itu, dibahas pula tingkat anak usia sekolah menurut jenjang pendidikan sekolah dasar, lanjutan tingkat pertama, dan lanjutan rata lama sekolah yang merupakan salah satu indikator kunci di dalam penyusunan IPM juga dibahas di dalam bab keempat ini. Selain itu untuk mengetahui seberapa besar peranan sekolah dan guru untuk dapat turut serta mensukseskan upaya pembangunan di bidang pendidikan juga dibahas di sini, utamanya yang berkaitan dengan rasio murid guru dan rasio murid sekolah.

Bab kelima menerangkan perkembangan perekonomian di aten Kepulauan Anambas dari tahun 2007 sampai tahun 2010, dalam hal ini dikemukakan besarnya nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, baik dengan migas maupun tanpa migas, di sini di ulas Kabupaten Kepulauan Anambas maupun peranan beberapa sektor di dalam menentukan naik turunnya nilai PDRB. Selain itu dibahas pula tingkat kesejahteraan penduduk yang dicerminkan dari besarnya kemampuan daya beli

(21)

penduduk dan dilihat pula ada tidaknya ketimpangan di dalam distribusi pendapatan penduduk dengan menggunakan kriteria bank dunia maupun angka gini ratio. Pada bagian te

disampaikan pula sisi lain dari pada keberhasilan perekonomian di Kabupaten Kepulauan Anambas, yaitu ketidakberhasilan yang utamanya disoroti dengan masih cukup tingginya penduduk atau rumah tangga miskin.

Bab keenam menerangkan inti dari pada disusunnya buku ini, yaitu Indeks Pembangunan Manusia, baik angka pro

kabupaten/kota tahun 2010. Di dalam bab ini diterangkan pula bagaimana penerapan IPM di Kabupaten Kepulauan Anambas. penduduk dan dilihat pula ada tidaknya ketimpangan di dalam

pendapatan penduduk dengan menggunakan kriteria bank dunia maupun angka gini ratio. Pada bagian terakhir dari bab ini pula sisi lain dari pada keberhasilan perekonomian di Kabupaten Kepulauan Anambas, yaitu ketidakberhasilan yang roti dengan masih cukup tingginya penduduk atau

Bab keenam menerangkan inti dari pada disusunnya buku ini, yaitu Indeks Pembangunan Manusia, baik angka provinsi maupun Di dalam bab ini diterangkan pula bagaimana penerapan IPM di Kabupaten Kepulauan Anambas.

(22)

2.1. Ruang Lingkup dan Sumber Data

Penyusunan IPM Kabupaten Kepulauan Anambas tahun 2010, di samping menyajikan data IPM tingkat Kabupaten, juga disajikan beberapa gambaran yang terkait per Kecamatan.

Sumber data yang digunakan untuk menghitung IPM utamanya adalah data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Untuk IPM 2010 data yang digunakan meliputi Susenas Kor 20 Sensus Penduduk 2010, Susenas Modul Konsumsi 20

2010. Susenas Kor 2010 digunakan untuk menghitung indikator seperti Angka Melek Huruf (AMH),

Rata-dan pengeluaran per kapita per bulan, seRata-dangkan data

Penduduk 2010 digunakan untuk menghitung Angka Harapan Hidup (e0), Selanjutnya Susenas Modul Konsumsi 20

menghitung daya beli yang didasarkan pada 27 komoditi. Harga Konsumen (IHK) 2010 digunakan untuk men implisit dari 27 komoditi pada Susenas Modul Konsumsi 20

Penyusunan IPM Kabupaten Kepulauan Anambas tahun , di samping menyajikan data IPM tingkat Kabupaten, juga

terkait per Kecamatan.

Sumber data yang digunakan untuk menghitung IPM utamanya adalah data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). data yang digunakan meliputi Susenas Kor 2010, , Susenas Modul Konsumsi 2010, dan IHK digunakan untuk menghitung indikator rata Lama Sekolah (MYS) dan pengeluaran per kapita per bulan, sedangkan data Sensus digunakan untuk menghitung Angka Harapan Hidup Selanjutnya Susenas Modul Konsumsi 2010 digunakan untuk menghitung daya beli yang didasarkan pada 27 komoditi. Indeks digunakan untuk men-deflate harga implisit dari 27 komoditi pada Susenas Modul Konsumsi 2010 untuk

(23)

memperoleh harga pada kondisi tahun 2010

oleh observasi lapangan pada tahun 2010 serta data primernya.

2.2. Metode Penghitungan

 Angka Harapan Hidup dihitung dengan menggunakan paket program MORTPACK (metodeTrussel

dengan input Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH).

 Angka Melek Huruf, menghitung proporsi penduduk yang dapat membaca dan menulis

 Rata-rata Lama Sekolah, menghitung rata

yang dihabiskan penduduk untuk menjalani sekolah  Paritas Daya Beli, dengan proses penghitungan sbb:

1. Y : Pengeluaran per kapita 2. Y1: Y + (Y*20%)

3. Y2: Nilai Riil Y1deflasi, IHK

4. PPPdidasarkan 27 komoditi (lihat tabel 2.2)

10. Selain itu juga didukung serta data primernya.

Angka Harapan Hidup dihitung dengan menggunakan paket Trusseldengan modelWest), n input Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup

Angka Melek Huruf, menghitung proporsi penduduk yang

rata Lama Sekolah, menghitung rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan penduduk untuk menjalani sekolah

a Beli, dengan proses penghitungan sbb:

(24)

PPP = [∑E (i,j) ] / [ ∑ P(9,j)Q(i,j)] Di mana :

E(i,j) : Pengeluaran untuk komoditi j di propinsi i P(i,j) : Harga komoditi j di Jakarta Selatan

Q(i,j) : Volume komoditi j (unit) yang dikonsumsi di provinsi i 5. Y3: Y2/PPP 6. Y4: Menghitung nilai Y3 Formula Atkinson C(i)* = C(i) = Z + 2[(C(i)– Z]½ = Z + 2(Z)½ + 3 (C (i) - 2 Z)1/3 = Z + 2 (Z)½ + 3 (Z)1/3 + 4 (C(i)– 3 Z) C(i) = PPP dari nilai riil pengeluaran per kapita Z = Batas tingkat pengeluaran yang ditetapkan

sebesar Rp 549.500,- per kapita per tahun atau Rp 1.500, per kapita per hari.

: Pengeluaran untuk komoditi j di propinsi i : Harga komoditi j di Jakarta Selatan

: Volume komoditi j (unit) yang dikonsumsi di provinsi i

dengan formula Atkinson

; jika C(i) < Z : jika Z < C(i)< 2 Z ; jika 2Z < C(i)< 3 Z 3 Z)¼ ; jika 3 Z < C

(i)< 4 Z nilai riil pengeluaran per kapita

Batas tingkat pengeluaran yang ditetapkan secara arbiter per kapita per tahun atau Rp

(25)

1.500,-2.3. Tahapan Penghitungan

Untuk menghitung IPM, maka setiap komponen dihitung indeksnya. Formula penghitungannya sebagai berikut :

Indeks X(i,j)= [X(i,j)– X(i – min)] / [ X(i – maks)– X Di mana :

X(i,j) = komponen ke-i dari daerah j

X(i – min) = nilai minimum dari Xi standar UNDP X(i – maks)= nilai maksimum dari Xistandar UNDP

Dengan menggunakan formula di atas, Indeks Lama Hidup, Indeks Pendidikan, Indeks Daya Beli dapat dihitung. Nilai minimum dan maksimum merupakan angka standar UNDP (

Development Programe).  Indeks Lamanya Hidup

Indeks X1= (X1– 25)/(85-25)

 Indeks Pendidikan terdiri dari dua komponen : Melek Huruf (persen)diberi bobot 2/3

Untuk menghitung IPM, maka setiap komponen dihitung indeksnya. Formula penghitungannya sebagai berikut :

X(i – min)]

standar UNDP standar UNDP

Dengan menggunakan formula di atas, Indeks Lama Hidup, Indeks Pendidikan, Indeks Daya Beli dapat dihitung. Nilai minimum dan maksimum merupakan angka standar UNDP (United Nations for

Indeks Pendidikan terdiri dari dua komponen : diberi bobot 2/3

(26)

Rata-rata Lama Sekolahdiberi bobot 1/3

Indeks X2 = [2/3(Indeks Melek Huruf)] + [1/3 Indeks Rata

Sekolah)]

 Indeks Pengeluaran Riil

Indeks X3= (Y4-360)/(732,72-300)

 Nilai IPM dapat dihitung sebagai :

IPM = 1/3 [ Indeks X1+ Indeks X2+ Indeks X diberi bobot 1/3

= [2/3(Indeks Melek Huruf)] + [1/3 Indeks Rata2 Lama

(27)

Tabel 2.1. Nilai Maksimum dan Minimum dari Setiap Komponen IPM

Komponen IPM MaksimumNilai MinimumNilai

Angka Harapan Hidup 85 25

Angka Melek Huruf 100 0

Rata-rata Lama Sekolah 15 0

Daya Beli 732 720 360 000

Tabel 2.1. Nilai Maksimum dan Minimum dari Setiap Komponen IPM

Nilai Minimum Keterangan 25 Standar UNDP 0 Standar UNDP 0 UNDP menggunakan combined gross enrollment ratio 360 000 UNDP menggunakan

PDRB riil per kapita

yang telah

(28)

Tabel 2.2. Daftar Paket Komoditi Yang Digunakan Dalam Penghitungan PPP Komoditi Unit 1. Beras Lokal Kg 2. Tepung Terigu Kg 3. Singkong Kg 4. Tuna/Cakalang Kg 5. Teri Ons 6. Daging Sapi Kg 7. Ayam Kg 8. Telur Butir

9. Susu kental manis 397 gram

10. Bayam Kg 11. Kacang panjang Kg 12. Kacang tanah Kg 13. Tempe Kg 14. Jeruk Kg 15. Pepaya Kg 16. Kelapa Butir 17. Gula Ons 18. Kopi Ons 19. Garam Ons 20. Merica Ons

21. Mie instan 80 gram

22. Rokok kretek 10 Batang

Daftar Paket Komoditi Yang Digunakan Dalam Penghitungan PPP

Proporsi dari Total Konsumsi 7,25 0,10 0,22 0,50 0,32 0,78 0,65 1,48 0,48 0,30 0,32 0,22 0,79 0,39 0,18 0,56 1,61 0,60 0,15 0,13 0,79 2,86

(29)

23. Listrik Kwh

24. Air minum M3

25. Bensin Liter

26. Minyak tanah Liter

27. Sewa rumah Unit

2.4. Komponen IPM dan Konsep

Angka Harapan Hidup pada waktu lahir (e

rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur

Angka Melek Huruf Penduduk dewasa : Proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan

huruf lainnya

Rata-rata Lama Sekolah : Rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani

Indeks Pendidikan : Indeks ini didasarkan pada k

angka melek huruf di kalangan penduduk dewasa dan rata lama sekokah 2,06 0,46 1,02 1,74 11,56

Angka Harapan Hidup pada waktu lahir (e0) : Perkiraan lama hidup rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola

Angka Melek Huruf Penduduk dewasa : Proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau

rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani

Indeks Pendidikan : Indeks ini didasarkan pada kombinasi antara angka melek huruf di kalangan penduduk dewasa dan rata-rata

(30)

Paritas daya Beli (Purchasing Power Parity = PPP) dilakukan perbandingan harga-harga riil antar pro

kabupaten/kota mengingat nilai tukar yang biasa digunakan dapat menurunkan atau menaikkan nilai daya beli yang terukur dari konsumsi per kapita yang telah disesuaikan. Dalam konteks PPP untuk Indonesia, satu rupiah di suatu provinsi memiliki daya beli yang sama dengan satu rupiah di Jakarta.

pengeluaran riil per kapita setelah disesuaikan dengan indeks harga konsumen dan penurunan utilitas marginal yang dihitung dengan formula atkinson.

Reduksi Shortfall : mengukur keberhasilan dipandang dari jarak antara yang dicapai terhadap kondisi ideal (IPM = 100). Nilai reduksi shortfall yang lebih besar menandakan peningkatan IPM yang lebih cepat. Pengukuran ini didasarkan asumsi, laju perubahan tidak bersifat linier, tetapi laju perubahan cenderung melambat pada tingkat IPM yang lebih tinggi.

(Purchasing Power Parity = PPP): Memungkinkan harga riil antar provinsi dan antar yang biasa digunakan dapat menurunkan atau menaikkan nilai daya beli yang terukur dari konsumsi per kapita yang telah disesuaikan. Dalam konteks PPP untuk Indonesia, satu rupiah di suatu provinsi memiliki daya beli yang sama dengan satu rupiah di Jakarta. PPP dihitung berdasarkan pengeluaran riil per kapita setelah disesuaikan dengan indeks harga konsumen dan penurunan utilitas marginal yang dihitung dengan

: mengukur keberhasilan dipandang dari jarak terhadap kondisi ideal (IPM = 100). Nilai yang lebih besar menandakan peningkatan IPM yang lebih cepat. Pengukuran ini didasarkan asumsi, laju perubahan tidak bersifat linier, tetapi laju perubahan cenderung melambat

(31)

Salah satu aspek penting kesejahteraan adalah kualitas fisik penduduk yang dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk dengan menggunakan indikator utama angka kematian bayi dan angka harapan hidup. Aspek penting lainnya yang turut mempengaruhi kualitas fisik penduduk adalah status kesehatan yang antara lain diukur melalui angka kesakitan dan status gizi. Sementara untuk melihat gambaran tentang kemajuan upaya peningkata status kesehatan masyarakat dapat dilihat dari penolong persalinan bayi, ketersediaan sarana kesehatan dan jenis pengobatan yang dilakukan. Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan dan memelihara mutu pelayanan kesehatan perlu mendapat perhatian utama. Upaya tersebut antara lain melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan pengadaan atau peningkatan sarana dan prasarana dalam bidang medis tertentu, termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat.

Salah satu aspek penting kesejahteraan adalah kualitas fisik penduduk yang dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk dengan menggunakan indikator utama angka kematian bayi dan angka harapan hidup. Aspek penting lainnya yang turut mempengaruhi kualitas fisik penduduk adalah status kesehatan yang antara lain diukur melalui angka kesakitan dan status gizi. Sementara untuk melihat gambaran tentang kemajuan upaya peningkatan dan status kesehatan masyarakat dapat dilihat dari penolong persalinan bayi, ketersediaan sarana kesehatan dan jenis pengobatan yang dilakukan. Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan dan memelihara mutu pelayanan kesehatan perlu mendapat perhatian ma. Upaya tersebut antara lain melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan pengadaan atau peningkatan sarana dan prasarana dalam bidang medis tertentu, termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat.

(32)

3.1. Derajat Kesehatan Penduduk (Angka Kematian dan Angka Harapan Hidup)

Angka harapan hidup penduduk merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Semakin tinggi angka harapan hidup suatu wilayah menunjukkan semakin tinggi derajat kesehatan masyarakat di wilayah tersebut. Angka harapan hidup penduduk Kabupaten Kepulaua Anambas pada tahun 2010 adalah 67,40 tahun. Ini berarti bahwa bayi yang lahir pada tahun 2010 diperkirakan akan dapat hidup selama 67,4

besarnya kematian atau kondisi kesehatan yang ada tidak berubah. Angka harapan hidup ini lebih rendah dibandingkan angka harapan hidup penduduk di Provinsi Kepulauan Riau.

Tabel 3.1. Perkembangan Angka Harapan Hidup di Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Kepulauan Anambas, Tahun

2009dan 2010

Sumber : BPS, Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional, 200 Angka Harapan Hidup (tahun) 200

(1) (2)

Kepulauan Riau 69,75

Kepulauan Anambas 67,2

Penduduk (Angka Kematian dan Angka

Angka harapan hidup penduduk merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Semakin tinggi angka harapan hidup suatu wilayah menunjukkan semakin tinggi derajat h tersebut. Angka harapan hidup bas pada tahun 2010 adalah tahun. Ini berarti bahwa bayi yang lahir pada tahun 2010 an akan dapat hidup selama 67,40 tahun dengan syarat n yang ada tidak berubah. Angka harapan hidup ini lebih rendah dibandingkan angka harapan hidup penduduk di Provinsi Kepulauan Riau.

Tabel 3.1. Perkembangan Angka Harapan Hidup di Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Kepulauan Anambas, Tahun

ei Sosial Ekonomi Nasional, 2009 dan 2010

2009 2010

(2) (3)

69,75 69,80

(33)

3.2. Status Kesehatan Penduduk

Informasi tentang status kesehatan penduduk

memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan penduduk, informasi tersebut di antaranya dapat dilihat melalui indikator angka kesakitan, yaitu persentase penduduk yang mengalami gangguan kesehatan hingga mengganggu aktivitas sehari

sebelum kegiatan pencacahan Survei Sosial Ekonomi Nasional. Tabel 3.2. menunjukkan bahwa persentase penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas yang mengalami keluhan kesehatan dan merasa terganggu aktivitas sehari-harinya pada tahun 2010 adalah sebesar 24,87 persen. Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal, ternyata angka kesakitan penduduk yang tinggal di daerah pedesaan (25,13 persen), persentasenya relatif lebih besar

mereka yang tinggal di daerah perkotaan (24

Tabel 3.2. Angka Kesakitan dan Rata2 Lamanya Sakit, Tahun 2010

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil Keterangan Perkotaan Perdesaan

(1) (2)

Angka Kesakitan 24,65

Rata2 Lama Sakit

(hari) 6,54

Informasi tentang status kesehatan penduduk dapat memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan penduduk, informasi tersebut di antaranya dapat dilihat melalui indikator angka kesakitan, yaitu persentase penduduk yang mengalami gangguan kesehatan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari selama sebulan sebelum kegiatan pencacahan Survei Sosial Ekonomi Nasional. Tabel 3.2. menunjukkan bahwa persentase penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas yang mengalami keluhan kesehatan dan merasa harinya pada tahun 2010 adalah sebesar persen. Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal, ternyata angka kesakitan penduduk yang tinggal di daerah pedesaan ersentasenya relatif lebih besar dibandingkan

ah perkotaan (24,65 persen).

Angka Kesakitan dan Rata2 Lamanya Sakit,

insi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

(3) (4)

25,13 24,87

(34)

Diantara mereka yang terganggu kesehatannya, rata lamanya sakit penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas adalah selama 6,34 hari, penduduk di daerah perkotaan rata

sakit sedikit lebih lama, yaitu 6,54 hari dibandingkan penduduk di daerah perdesaan, di mana rata-rata lamanya sakit hanya

3.3. Pemberian ASI dan Gizi Balita

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan

bagi pertumbuhan dan kesehatan bayi, karena selain mengandung nilai gizi yang cukup tinggi juga mengandung zat kekebalan tubuh terhadap penyakit. Oleh karena itu, semakin lama seorang anak disusui akan semakin baik tingkat pertumbuhan

Pada tahun 2010, rata-rata lamanya balita disusui adalah 14,26 bulan, untuk balita yang tinggal di daerah pe

lebih lama disusui, yaitu 14,51 bulan dibandingkan dengan balita di daerah perdesaan yang disusui rata-rata selama

Pemberian ASI saja tanpa makanan tambahan sangat penting bagi bayi sampai dengan usia 6 bulan, hal tersebut dikenal dengan istilah ASI eksklusif. Dari hasil pengolahan data Survei Sosial Ekonomi Nasional pada tahun 2010 dapat diketahui bahwa balita yang hanya diberikan ASI saja tanpa makanan tambahan adalah selama Diantara mereka yang terganggu kesehatannya, rata-rata lamanya sakit penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas adalah hari, penduduk di daerah perkotaan rata-rata lamanya hari dibandingkan penduduk di rata lamanya sakit hanya 6,10 hari.

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang paling penting bagi pertumbuhan dan kesehatan bayi, karena selain mengandung nilai gizi yang cukup tinggi juga mengandung zat kekebalan tubuh terhadap penyakit. Oleh karena itu, semakin lama seorang anak disusui akan semakin baik tingkat pertumbuhan dan kesehatannya. rata lamanya balita disusui adalah bulan, untuk balita yang tinggal di daerah perkotaan sedikit 1 bulan dibandingkan dengan balita di

rata selama 14,07 bulan.

Pemberian ASI saja tanpa makanan tambahan sangat penting bagi bayi sampai dengan usia 6 bulan, hal tersebut dikenal dengan istilah ASI eksklusif. Dari hasil pengolahan data Survei Sosial Ekonomi ketahui bahwa balita yang hanya diberikan ASI saja tanpa makanan tambahan adalah selama

(35)

4,00 bulan, ini berarti penerapan ASI Ekslusif

dengan baik. Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal nampak bahwa bayi di daerah perdesaan sedikit lebih lama diberikan ASI saja tanpa makanan tambahan (4,47 bulan) dibandingkan dengan bayi yang tinggal di daerah perkotaan (3,35 bulan).

Tabel 3.3. Rata-Rata Lama (bulan) Balita Disusui Menurut Daerah Tempat Tinggal, 2009 dan 20

Daerah Tempat Tinggal

Lama Mendapat ASI 2009 201 (1) (2) (3) Perkotaan 16,43 14, Pedesaan 13,30 14, Perkotaan + Pedesaan 13,76 14,

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 20

3.4. Imunisasi

Untuk mencegah berbagai penyakit menular pemerintah memberikan beberapa antigen untuk balita dan anak

antigen yang dianggap penting adalah BCG, DPT, Polio, dan Campak serta Hepatitis untuk mencegah penyakit yang biasanya menyerang anak-anak yang diduga dapat menyebabkan kematian pada bayi. Imunisasi sangat penting bagi upaya pencegahan bayi atau balita ,00 bulan, ini berarti penerapan ASI Ekslusif masih belum terpenuhi dengan baik. Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal nampak h perdesaan sedikit lebih lama diberikan ASI saja bulan) dibandingkan dengan bayi

bulan).

Rata Lama (bulan) Balita Disusui Menurut Daerah dan 2010

Lama Mendapat ASI Tanpa Makanan

Tambahan 10 2009 2010 (3) (4) (5) ,51 5,23 3,35 ,07 4,75 4,47 14,26 4,82 4,00

Provinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2009 dan 2010

Untuk mencegah berbagai penyakit menular pemerintah memberikan beberapa antigen untuk balita dan anak-anak. Adapun adalah BCG, DPT, Polio, dan Campak serta Hepatitis untuk mencegah penyakit yang biasanya menyerang anak yang diduga dapat menyebabkan kematian pada bayi. Imunisasi sangat penting bagi upaya pencegahan bayi atau balita

(36)

yang pernah diimunisasi maka diharapkan akan semakin baik pula tingkat atau derajat kesehatan bayi atau balita. Pada tahun 20 balita di Kabupaten Kepulauan Anambas yang pernah diimunisasi ada sebanyak 88,91 persen, artinya ada sekitar 11

belum pernah diimunisasi, padahal Pemerintah melalui Program bulan PIN Gratis telah mewajibkan orang tua untuk membawa balitanya untuk diimunisasi secara gratis. Masih adanya balita yang belum pernah diimunisasi diduga karena sulitnya akses masyarakat yang tinggal di pulau-pulau terpencil untuk membawa balitanya ke posyandu atau karena adanya keengganan dari sebagian orang tua untuk memberikan imunisasi kepada balitanya dikarenakan takut balitanya menjadi sakit. Dari Tabel 3.4. juga dapat dilihat bahwa balita di daerah perkotaan relatif lebih banyak yang tidak pernah diimunisasi, yaitu 17,05 persen dibandingkan balita di daerah perdesaan, 7,14 persen.

Tabel 3.4. Persentase Balita Yang Pernah Diimunisasi Menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 20 Jenis Kelamin Perkotaan Perdesaan

(1) (2)

Laki-Laki 88,89

Perempuan 76,74

Laki2+Perempuan 82,95

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil SUSENAS tahun 2010

yang pernah diimunisasi maka diharapkan akan semakin baik pula tingkat atau derajat kesehatan bayi atau balita. Pada tahun 2010, balita di Kabupaten Kepulauan Anambas yang pernah diimunisasi ada tinya ada sekitar 11,09 persen balita yang belum pernah diimunisasi, padahal Pemerintah melalui Program bulan PIN Gratis telah mewajibkan orang tua untuk membawa balitanya untuk diimunisasi secara gratis. Masih adanya balita yang iduga karena sulitnya akses masyarakat pulau terpencil untuk membawa balitanya ke posyandu atau karena adanya keengganan dari sebagian orang tua untuk memberikan imunisasi kepada balitanya dikarenakan takut . juga dapat dilihat bahwa relatif lebih banyak yang tidak pernah persen dibandingkan balita di daerah

. Persentase Balita Yang Pernah Diimunisasi dan Daerah Tempat Tinggal, 2010

Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

(3) (4)

89,66 89,35

96,30 88,44

92,86 88,91

(37)

3.5. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan

Untuk mewujudkan peningkatan derajat dan status kesehatan penduduk, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan merupakan salah satu faktor

Puskesmas dan puskesmas pembantu merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan karena dapat dijangkau oleh penduduk yang tinggal di pelosok. Hal penting lainnya adalah ketersediaan pelayanan kesehatan reproduksi yang diupayakan agar persalinan

oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan tenaga kese

Pada tahun 2010, terdapat 65,05 persen persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, namun terdapat perbedaan antara daerah perkotaan dan pedesaan, untuk daerah perko

71,59 persen persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, n di daerah pedesaan hanya 60,71 persen persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, hal ini karena masih banyaknya persalinan yang ditolong oleh dukun tradisional dan lainnya, yaitu mencapai 39,29 persen.

Kesadaran di dalam meminta pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dokter, bidan atau tenaga kesehatan lainnya sangat penting dalam upaya mencegah menurunnya angka kematian ibu, di daerah perkotaan persalinan yang ditolong oleh dokter mencapai 9,09 persen sedangkan di daerah pedesaan baru mencapai Untuk mewujudkan peningkatan derajat dan status kesehatan penduduk, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan merupakan salah satu faktor penentu utama. Puskesmas dan puskesmas pembantu merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan karena dapat dijangkau oleh penduduk yang tinggal di pelosok. Hal penting lainnya adalah ketersediaan pelayanan kesehatan reproduksi yang diupayakan agar persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya). persen persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, namun terdapat perbedaan antara daerah perkotaan dan pedesaan, untuk daerah perkotaan terdapat persen persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, namun persen persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, hal ini karena masih banyaknya persalinan an lainnya, yaitu mencapai

Kesadaran di dalam meminta pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dokter, bidan atau tenaga kesehatan lainnya sangat penting dalam upaya mencegah menurunnya angka kematian ibu, di itolong oleh dokter mencapai persen sedangkan di daerah pedesaan baru mencapai

(38)

sepertiganya, atau hanya 3,57 persen. Sedangkan persalinan yang ditolong oleh bidan, antara daerah perkotaan dan pedesaan persentasenya tidak berbeda jauh, yaitu

daerah perkotaan dan 55,36 persen untuk daerah pedesaan. Peran tenaga kesehatan lainnya di daerah pedesaan

yaitu sekitar 1,79 persen dibandingkan di daerah perkotaan, yaitu 3,41 persen.

Tabel 3.5. Distribusi Persentase Bayi Menurut Penolong Persalinan Bayi Tahun 20

Penolong Persalinan Perkotaan Perdesaan

(1) (2)

Tenaga Kesehatan 71,59

Dokter 9,09

Bidan 59,09

Nakes Lainnya 3,41

Bukan Tenaga Kesehatan 28,41

Dukun

Tradisional 27,27

Lainnya 1,14

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil SUSENAS tahun 2010

persen. Sedangkan persalinan yang ditolong oleh bidan, antara daerah perkotaan dan pedesaan berbeda jauh, yaitu 59,09 persen untuk di persen untuk daerah pedesaan. Peran tenaga kesehatan lainnya di daerah pedesaan juga belum menonjol, 9 persen dibandingkan di daerah perkotaan, yaitu

Bayi Menurut Penolong Persalinan Bayi Tahun 2010

Perdesaan Perkotaan +Perdesaan

(3) (4) 60,71 65,05 3,57 5,77 55,36 56,84 1,79 2,43 39,29 34,95 39,29 34,50 0,00 0,45

(39)

Pada tahun 2010 banyaknya dokter d

Anambas 30 orang, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk maka setiap 10 000 penduduk baru bisa dilayani oleh 8

Demikian pula jumlah puskesmas sebanyak 43

puskesmas pembantu. Disamping itu juga Kabupaten Kepulauan Anambas baru memiliki 1 rumah sakit di Kecamatan Palmatak.

Tabel 3.6. Indikator Ketersediaan Berbagai Sarana Kesehatan di Kabupaten Kepulauan Anambas,

Tenaga/Sarana Kesehatan

(1) Jumlah dokter

Jumlah dokter per 10.000 penduduk Jumlah puskesmas*)

Jumlah rumah sakit

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Anambas, 20 Keterangan : *) termasuk puskesmas pembantu dan puskesmas keliling

Penduduk yang mengalami gangguan kesehatan pada umumnya melakukan upaya pengobatan, baik dengan berobat sendiri maupun berobat jalan. Tabel 3.7. menyajikan data persentase penduduk yang berobat sendiri menurut jenis pengobatan. Penduduk banyaknya dokter di Kabupaten Kepulauan orang, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk maka nduduk baru bisa dilayani oleh 8,0 orang dokter. ula jumlah puskesmas sebanyak 43 buah termasuk puskesmas pembantu. Disamping itu juga Kabupaten Kepulauan

iki 1 rumah sakit di Kecamatan Palmatak.

. Indikator Ketersediaan Berbagai Sarana Kesehatan di Kabupaten Kepulauan Anambas, Tahun 2010

2009 2010 (2) (3) 29 30 8,1 8,0 28 43 1 1

bupaten Kepulauan Anambas, 2010 Keterangan : *) termasuk puskesmas pembantu dan puskesmas keliling

Penduduk yang mengalami gangguan kesehatan pada umumnya melakukan upaya pengobatan, baik dengan berobat . menyajikan data persentase penduduk yang berobat sendiri menurut jenis pengobatan. Penduduk

(40)

Kabupaten Kepulauan Anambas yang mengalami gangguan kesehatan yang berobat sendiri ada sebanyak 83

dilihat menurut daerah tempat tinggal, penduduk di daerah

perdesaan sedikit lebih banyak yang berobat sendiri, yaitu 87,53 persen dibandingkan mereka yang tinggal di daerah pe

di mana persentasenya hanya mencapai 77 Secara umum, ada sebanyak

Kabupaten Kepulauan Anambas yang berobat sendiri dengan cara pergi ke pengobatan modern, terlihat ada perbedaan antara mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan pedesaan. Sebanyak 91,79 persen penduduk di daerah perkotaan yang mempunyai keluhan kesehatan berobat sendiri ke pengobatan modern, sedang mereka yang tinggal di daerah pedesaan sebanyak

Begitu pula, mereka yang tinggal di daerah pedesaan lebih besar yang berobat ke pengobatan tradisional, yaitu 48

mereka yang tinggal di perkotaan, 28,72 persen.

n Anambas yang mengalami gangguan berobat sendiri ada sebanyak 83,95 persen. Jika

dilihat menurut daerah tempat tinggal, penduduk di daerah

ak yang berobat sendiri, yaitu ka yang tinggal di daerah perkotaan, persentasenya hanya mencapai 77,69 persen.

Secara umum, ada sebanyak 93,33 persen penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas yang berobat sendiri dengan cara pergi ke pengobatan modern, terlihat ada perbedaan antara mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan pedesaan. Sebanyak persen penduduk di daerah perkotaan yang mempunyai keluhan kesehatan berobat sendiri ke pengobatan modern, sedang mereka yang tinggal di daerah pedesaan sebanyak 94,12 persen. , mereka yang tinggal di daerah pedesaan lebih besar yang pengobatan tradisional, yaitu 48,61 persen dibandingkan

(41)

Tabel 3.7. Persentase Penduduk Yang Berobat Sendiri Menurut Jenis PengobatanYang Digunakan,

Tahun 2010

Jenis Pengobatan Perkotaan

(1) (2) Modern 91,79 Tradisional 28,72 Lainnya 16,92 Modern + Tradisional 21,03 Modern + Lainnya 14,36 Tradisional + Lainnya 8,72 Modern + Tradisional + Lainnya 6,67 Persentase Penduduk

Yang Berobat Sendiri 77,69

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil SUSENAS tahun 2010

Menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2010, dari penduduk yang mengeluh sakit di Kabup

Anambas, hanya 35,43 persen penduduk yang melakukan berobat jalan. Jika dilihat menurut urutan paling banyak, yang paling besar persentasenya adalah mereka yang berobat jalan ke

(40,92 persen), disusul oleh mereka yang berobat jalan ke

. Persentase Penduduk Yang Berobat Sendiri PengobatanYang Digunakan,

Pedesaan Perkotaan+Perdesaan

(3) (4) 94,12 93,33 48,61 41,90 16,72 16,79 43,96 36,23 15,17 14,90 12,69 11,35 12,38 10,46 87,53 83,95 insi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil

Ekonomi Nasional (Susenas) , dari penduduk yang mengeluh sakit di Kabupaten Kepulauan persen penduduk yang melakukan berobat jalan. Jika dilihat menurut urutan paling banyak, yang paling besar persentasenya adalah mereka yang berobat jalan ke puskesmas persen), disusul oleh mereka yang berobat jalan ke rumah

(42)

penduduk perkotaan paling banyak berobat jalan ke

praktek dokter, sedangkan penduduk perdesaan paling banyak berobat jalan ke puskesmas dan ke rumah sakit.

Tabel 3.8. Persentase Penduduk Yang Berobat Jalan Menurut Tempat Berobat, Tahun 20

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, diolah dari hasil Susenas 2010.

Tempat Berobat Perkotaan Perdesaan

(1) (2) Rumah Sakit 31,58 38,43 Praktek Dokter 28,95 Puskesmas 27,63 46,76 Petugas Kesehatan 1,32 Pengobatan Tradisional 0,00 Dukun 0,00 Lainnya 10,53 Berobat jalan 43,82 30,62

penduduk perkotaan paling banyak berobat jalan ke rumah sakit dan , sedangkan penduduk perdesaan paling banyak berobat jalan ke puskesmas dan ke rumah sakit.

. Persentase Penduduk Yang Berobat Jalan Menurut pat Berobat, Tahun 2010

insi Kepulauan Riau, diolah dari hasil Perdesaan Perkotaan +Perdesaan

(3) (4) 38,43 34,42 4,17 13,98 46,76 40,92 1,85 1,66 1,85 1,17 2,78 1,76 4,17 6,09 30,62 35,43

(43)

Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subyek sekaligus sebagai obyek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Mengingat pendidikan sangat berperan sebagai faktor kunci dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka pembangunan di bidang pendidikan meliputi pembangunan pendidikan secara formal maupun non formal. Pembangunan di bidang pendidikan memerlukan peran serta yang aktif tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga dari masyarakat. Karena belum semua anak Indonesia dapat menikmati kesempatan pendidikan dasar, antara lain karena faktor kemiskinan keluarga. Sebagai upaya untuk menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan kepedulian masyarakat dalam

pendidikan, antara lain terlihat dari Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA), yang menghimpun dana dari masyarakat untuk membantu keluarga miskin agar anak mereka tetap memperoleh pendidikan.

Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subyek sekaligus sebagai obyek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Mengingat pendidikan sangat berperan faktor kunci dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka pembangunan di bidang pendidikan meliputi pembangunan pendidikan secara formal maupun non formal. Pembangunan di bidang pendidikan memerlukan peran serta yang intah, tetapi juga dari masyarakat. Karena belum semua anak Indonesia dapat menikmati kesempatan pendidikan dasar, antara lain karena faktor kemiskinan keluarga. Sebagai upaya untuk menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan kepedulian masyarakat dalam pembangunan pendidikan, antara lain terlihat dari Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA), yang menghimpun dana dari masyarakat untuk membantu keluarga miskin agar anak mereka tetap memperoleh

(44)

Titik berat pendidikan formal adalah peningkatan mu pendidikan dan perluasan pendidikan dasar. Selain itu, ditingkatkan pula kesempatan belajar pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk mencapai sasaran tersebut, berbagai upaya dilakukan pemerintah, misalnya dengan meningkatkan sarana dan pra sara pendidikan, perbaikan kurikulum, bahkan semenjak tahun 1994 pemerintah juga telah melaksanakan program wajib belajar 9 tahun. Untuk mendukung hal ini, melalui Program BOS, disalurkan dana langsung ke sekolah (baik SD maupun SLTP) dengan maksud peserta didik dibebaskan dari kewajiban membayar uang sekolah demi tercapainya program wajar 9 tahun. Sehingga nantinya dengan semakin lamanya usia wajib belajar diharapkan tingkat pendidikan anak akan semakin membaik, dan tentunya akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan penduduk.

4.1. Tingkat Pendidikan

Ukuran yang sangat mendasar dari tingkat pendidikan, adalah kemampuan baca-tulis penduduk dewasa. Kemampuan baca tulis tercermin dari data angka melek huruf, dalam hal ini merupakan persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Persentase penduduk dewasa yang dapat membaca dan menulis huruf latin tahun 2010

Titik berat pendidikan formal adalah peningkatan mutu pendidikan dan perluasan pendidikan dasar. Selain itu, ditingkatkan pula kesempatan belajar pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk mencapai sasaran tersebut, berbagai upaya dilakukan pemerintah, misalnya dengan meningkatkan sarana dan pra sarana pendidikan, perbaikan kurikulum, bahkan semenjak tahun 1994 pemerintah juga telah melaksanakan program wajib belajar 9 tahun. Untuk mendukung hal ini, melalui Program BOS, disalurkan dana langsung ke sekolah (baik SD maupun SLTP) dengan maksud peserta idik dibebaskan dari kewajiban membayar uang sekolah demi tercapainya program wajar 9 tahun. Sehingga nantinya dengan semakin lamanya usia wajib belajar diharapkan tingkat pendidikan anak akan semakin membaik, dan tentunya akan berpengaruh pada

Ukuran yang sangat mendasar dari tingkat pendidikan, tulis penduduk dewasa. Kemampuan baca tulis tercermin dari data angka melek huruf, dalam hal ini merupakan ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Persentase penduduk dewasa n menulis huruf latin tahun 2010 di

(45)

Kabupaten Kepulauan Anambas mencapai sebanyak 10,00 persen penduduk dewasa

Anambas yang buta huruf. Angka melek huruf ini berbeda menurut jenis kelamin dan kelompok umur. Dari Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa angka melek huruf penduduk dewasa laki

91,54 persen, sedangkan angka melek huruf pen

perempuan tidak berbeda jauh dengan penduduk dewasa laki hanyalah 84,38 persen. Ini berarti bahwa angka buta huruf penduduk dewasa perempuan jauh lebih banyak dibandingkan angka buta huruf penduduk dewasa laki-laki, yaitu 15,62 persen untuk perempuan dan 8,46 persen untuk laki-laki.

Kemudian kalau dilihat menurut kelompok umur, ternyata angka melek huruf untuk penduduk usia muda cenderung mendekati seratus persen, sebaliknya angka melek huruf penduduk usia tua cenderung jauh dari angka seratus, misalnya angka melek huruf penduduk usia 15 – 19 tahun mencapai 98,17

angka melek huruf penduduk usia 50 tahun atau lebih hanya 74,63 persen, artinya kecenderungan buta huruf lebih menonjol pada penduduk usia tua, dibandingkan penduduk usia muda.

ten Kepulauan Anambas mencapai 90,00 persen, artinya ada persen penduduk dewasa di Kabupaten Kepulauan Anambas yang buta huruf. Angka melek huruf ini berbeda menurut jenis kelamin dan kelompok umur. Dari Tabel 4.1. dapat dilihat duk dewasa laki-laki mencapai persen, sedangkan angka melek huruf penduduk dewasa perempuan tidak berbeda jauh dengan penduduk dewasa laki-laki persen. Ini berarti bahwa angka buta huruf penduduk dewasa perempuan jauh lebih banyak dibandingkan angka buta huruf persen untuk perempuan dan

Kemudian kalau dilihat menurut kelompok umur, ternyata angka melek huruf untuk penduduk usia muda cenderung mendekati seratus persen, sebaliknya angka melek huruf penduduk usia tua i angka seratus, misalnya angka melek huruf 19 tahun mencapai 98,17 persen sedangkan angka melek huruf penduduk usia 50 tahun atau lebih hanya persen, artinya kecenderungan buta huruf lebih menonjol pada

(46)

Tabel 4.1. Angka Melek Huruf menurut Kelompok Umur, Tahun 2010

Kelompok

Umur Perkotaan Perdesaan

(1) (2) (3) 15 – 19 98,55 97,94 20 – 24 95,24 95,88 25 – 34 91,52 93,12 35 – 49 92,09 83,84 50 + 74,80 74,51 Laki-Laki 92,54 90,87 Perempuan 85,50 83,67

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil SUSENAS tahun 20

Angka melek huruf selain berbeda menurut jenis

kelompok umur, ternyata tidak berbeda nyata menurut daerah tempat tinggal. Untuk penduduk dewasa yang tinggal di daerah perkotaan, angka melek hurufnya sedikit lebih rendah dibandingkan penduduk dewasa yang tinggal di daerah pedesaan. Dari Tab dapat dilihat khusus untuk penduduk pada usia 50 tahun atau lebih, angka melek hurufnya adalah sebesar 74,80

perkotaan dan 74,51 persen untuk di daerah pedesaan, atau dapat dikatakan bahwa angka buta huruf untuk penduduk usi

Tabel 4.1. Angka Melek Huruf menurut Kelompok Umur,

Perdesaan Perkotaan +Perdesaan

(3) (4) 97,94 98,17 95,88 95,65 93,12 92,44 83,84 87,10 74,51 74,63 90,87 91,54 83,67 84,38

insi Kepulauan Riau, diolah tahun 2010

Angka melek huruf selain berbeda menurut jenis kelamin dan kelompok umur, ternyata tidak berbeda nyata menurut daerah tempat tinggal. Untuk penduduk dewasa yang tinggal di daerah perkotaan, angka melek hurufnya sedikit lebih rendah dibandingkan penduduk dewasa yang tinggal di daerah pedesaan. Dari Tabel 4.1. dapat dilihat khusus untuk penduduk pada usia 50 tahun atau lebih, 80 persen untuk di daerah persen untuk di daerah pedesaan, atau dapat dikatakan bahwa angka buta huruf untuk penduduk usia 50 tahun

(47)

atau lebih adalah 25,20 persen di daerah perkotaan dan 2 di daerah pedesaan.

Gambaran mengenai mutu sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk berusia 10 tahun ke atas. Dari Tabel

bahwa hanya 27,73 persen penduduk berusia 10 tahun ke atas yang tamat pendidikan SLTP atau pendidikan yang lebih tinggi, namun jika dibedakan menurut daerah tempat tinggal, nampak bahwa mutu sumber daya manusia di daerah pedesaan relati

terbukti di mana penduduk usia 10 tahun ke atas yang menamatkan pendidikan SLTP atau pendidikan yang l

mencapai 20,53 persen, walaupun untuk mereka yang tinggal di daerah perkotaan persentasenya mencapai 38

Jika ditinjau menurut tingkat pendidikannya, penduduk usia 10 tahun ke atas di daerah pedesaan yang tamat SLTA hanya 8,03 persen, walaupun untuk mereka yang tinggal di daerah perkotaan telah mencapai 18,79 persen. Demikian pula untuk mereka yang tamat pendidikan Diploma I/II dan pendidikan lainnya yang lebih tinggi tingkatannya, untuk

mencapai 1,95 persen. Sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan penduduk Kabupaten Kepulaua

persen di daerah perkotaan dan 25,49 persen

Gambaran mengenai mutu sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk berusia 10 tahun ke atas. Dari Tabel 4.2. dapat dilihat 3 persen penduduk berusia 10 tahun ke atas yang tamat pendidikan SLTP atau pendidikan yang lebih tinggi, namun jika dibedakan menurut daerah tempat tinggal, nampak bahwa mutu sumber daya manusia di daerah pedesaan relatif masih rendah, yaitu terbukti di mana penduduk usia 10 tahun ke atas yang menamatkan pendidikan SLTP atau pendidikan yang lebih tinggi hanyalah 3 persen, walaupun untuk mereka yang tinggal di kotaan persentasenya mencapai 38,76 persen.

Jika ditinjau menurut tingkat pendidikannya, penduduk usia pedesaan yang tamat SLTA hanya 3 persen, walaupun untuk mereka yang tinggal di daerah persen. Demikian pula untuk mereka yang tamat pendidikan Diploma I/II dan pendidikan lainnya daerah pedesaan baru persen. Sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas relatif

(48)

masih rendah, dan tingkat pendidikan penduduk di daerah perkotaan lebih baik dibandingkan mereka yang tinggal di daerah pedesaan.

Tabel 4.2. Persentase Penduduk 10 tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2010 Tingkat Pendidik Perkotaan Perdesaan

(1) (2) Tidak/Belum Pernah Sekolah 10,50 Tidak/Belum Tamat SD 17,31 Sekolah Dasar 33,43 SLTP 11,24 Sekolah Menengah Tingkat Atas 18,79 Diploma I/II 1,78 Diploma III/Sarjana Muda 1,33 Diploma IV/S1/S2/S3 5,62 SLTP + 38,76

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil SUSENAS tahun 2010

masih rendah, dan tingkat pendidikan penduduk di daerah perkotaan lebih baik dibandingkan mereka yang tinggal di daerah pedesaan.

Tabel 4.2. Persentase Penduduk 10 tahun Keatas Menurut Tertinggi yang Ditamatkan, 2010

Perdesaan Perkotaan + Perdesaan (3) (4) 13,07 12,06 16,51 16,83 49,89 43,38 10,55 10,82 8,03 12,28 0,80 1,19 0,46 0,80 0,69 2,64 20,53 27,73

Gambar

Tabel 2.1. Nilai Maksimum dan Minimum dari Setiap Komponen IPM Komponen IPM MaksimumNilai MinimumNilai
Tabel 2.2. Daftar Paket Komoditi Yang Digunakan Dalam Penghitungan PPP Komoditi Unit 1
Tabel 3.1. Perkembangan Angka Harapan Hidup di Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Kepulauan Anambas, Tahun
Tabel 3.2. Angka Kesakitan dan Rata2 Lamanya Sakit, Tahun 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

DI HADAPAN YANG ARIF PESURUHJAYA KEHAKIMAN DATUK HALIJAH BINTI ABBAS ( AKAN DISEBUT DI HADAPAN TIMBALAN PENDAFTAR. PUAN RADZILAWATEE BTE ABDUL RAHMAN

5 Selain itu, penelitian lain di Lombok pasca gempa bumi Juli 2018 juga menunjukkan hal yang sama, adanya implementasi solidaritas sosial pasca gempa dalam

limnocharis Malaysia dan Jepang dan Fauzan (2009) telah melaporkan bahwa secara morfometri salah satu genus dari Famili Ranidae yang terdapat di Sumatera

Dalam agenda Conference beberapa hal yang perlu mendapat perhatian adalah item mengenai kesiapan Suriah menjadi tuan rumah sidang the 8 th Conference of PUIC,

SubBag Keuangan membayarkan biaya wisuda dari para wisudawan secara kolektif.. ke Bank

The ten-step APELL process, as set out in the APELL Hand- book, is described, together with the roles of the APELL partners and ways of starting APELL. An account of UNEP’s

Mahasiswa mendaftar dengan menyerahkan dokumen persyaratan antara lain: Biodata, Kuitansi pembayaran biaya wisuda, dll., ke SubBag Akademik.. SubBag Akademik mengirim Biodata

The review of Amir is best read linearly, from beginning to end for he has organised it in a chronological manner. Following the journey of Amir's review, one begins