Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 1
Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157
PENGGUNAAN KEMOSENSOR UNTUK MENDETEKSI ION LOGAM
Sri Wahyuni, Rimadani Pratiwi
Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran,
Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Sumedang 45363, Indonesia Email: sri.wahyuni0709@gmail.com
ABSTRAK
Kemosensor adalah senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya ion logam di dalam suatu sampel atau analit. Penelitian mengenai pengembangan metode ini terusdilakukan untuk memudahkan mendeteksi ion logam di dalam sampel yang memiliki syarat atau batas kadar logam yang diperbolehkan seperti pada makanan dan air minum. Artikel review ini dibuat dari 10 jurnal sebagai referensi dengan tahun terbitan dari tahun 2012. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa kemosensor memliki sensitifitas dan selektifitas yang tinggi untuk mendeteksi ion logam tertentu. Selain itu, pembentukan kompleks antara kemosensor dan ion logam tertentu yang menyebabkan adanya perubahan warna dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan kemosensor menjadi indikator dalam bentuk test stripyang dapat berubah warna jika sampel mengandung logam.
Kata Kunci: Kemosensor, Ion logam, Test strip
ABSTRACT
Chemosensor is a chemical compound that can be used to detect the presence of metal ions in a sample or analyte. Research on the development of this method continues to be done to facilitate the detection of metal ions in the sample that has limit the permissible levels of metals in food and drinking water. This review article is made of 10 journals published as a reference since 2012. Many studies show that chemosensor has high sensitivity and selectivity to detect certain metal ions. In addition, the complex formation between chemosensor and specific metal ions that cause a color change, that can be used as a basis for developing chemosensor to be an indicator in the form of a test strip, that changes color if the sample contains metal ion.
Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 2
Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157 PENDAHULUAN
Pencemaran logam berat terhadap
lingkungan merupakan suatu proses yang
erat hubungannya dengan penggunaan
logam tersebut oleh manusia. Akhir-akhir
ini kasus keracunan logam berat yang
berasal dari pangan semakin meningkat
jumlahnya. Pencemaran lingkungan oleh
logam berat dapat terjadi jika industri yang
menggunakan logam tersebut tidak
memperhatikan keselamatan lingkungan,
terutama saat pembuangan limbah industri.
Logam-logam tertentu dalam konsentrasi
yang tinggi akan sangat berbahaya bagi
kehidupan manusia bila ditemukan
didalam lingkungan seperti air, tanah, dan
udara.1
Darmono (1995) menyatakan
bahwa toksisitas logam pada manusia
dapat menyebabkan timbulnya kerusakan
organ, terutama organ eksresi seperti hati
dan ginjal. Beberapa logam juga memiliki
sifat karsinogenik (penyebab kanker),
maupun teratogenik (toksik pada janin).2
Oleh karena itu, sangatlah penting
untuk mendeteksi ion logam didalam suatu
makanan atau minuman agar kita dapat
terhindar dari bahaya dan resiko keracunan
logam berat. Metode konvensional yang
digunakan untuk menganalisis logam
adalah titrasi kompleksometri.3 Tetapi
penggunaannya tergeser dengan adanya
instrumen seperti Spektro UV-Vis,
Spektrofluorometri dan Spektrometri
Serapan Atom (SSA). Banyak penelitian
yang mengembangkan metode untuk
mempermudah analisis logam dengan
menggunakan spektro UV-Vis dan
spektrofluorometri karena selain mudah
penggunaannya, harganya pun lebih
murah4 dibandingkan dengan SSA. Salah
satu pengembangannya adalah dengan
penambahan suatu zat kimia yang dapat
membuat suatu ion logam dapat
memberikan serapan didaerah UV/Vis
dan/atau dapat berfluoresensi yang disebut
dengan kemosensor.
Kemosensor merupakan senyawa
Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 3
Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157 untuk analisis logam. Sensor tersebut akan
bekerja dan berinteraksi dengan logam
yang terdapat pada analit sehingga
membentuk kompleks berwarna yang
dapat dianalisis dengan spektrofotometri
ataupun spektrofluorometri.
Beberapa penelitian menunjukkan
penggunaan kemosensor memiliki
selektifitas dan sensitifitas yang tinggi
terhadap ion logam tertentu. Selain itu,
kemosensor juga dapat dijadikan sebagai
indikator untuk mendeteksi adanya ion
logam dalam suatu sampel.
Dalam artikel review ini akan
dibahas mengenai beberapa jenis
kemosensor yang telah diaplikasikan untuk
analisis logam seperti yang terangkum
dalam Tabel 1 dan sintesisnya terangkum
dalam Tabel 2.
METODE
Pencarian artikel dilakukan dengan
mengakses database elektronik Google
Scholar menggunakan kata kunci
“chemosensor”, “chemosensor for metal
ion” pada Juni 2016. Diambil sebanyak 6
jurnal dari situs Science Direct. Sedangkan
3 jurnal lagi diperoleh dari The Journal of
Organic Chemistry (JOC), The Journal of
Biological and Chemical Luminescence,
dan Tetrahedron.
Dimethylaminocinnamaldehyde-aminothiourea (DA) based
Logam yang dapat dianalisis
dengan menggunakan kemosensor ini
adalah Ag2+, Hg2+, dan Cu2+ .5,6
Aminothiourea merupakan reseptor yang
baik karena memiliki afinitas yang tinggi.
Kemosensor ini juga dilaporkan memiliki
potensi untuk mendeteksi dan
memonitoring ion logam pada sampel air
minum berdasarkan peraturan WHO.7
Saat ion Ag2+, Hg2+, dan Cu2+
ditambahkan kedalam larutan DA,
intensitas fluorescence meningkat. Hal ini
mungkin disebabkan karena pada reaksi
tersebut terbentuk [Hg(S2O3)4]-6 dan
[CuEDTA]-2 yang sangat stabil dengan
Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 4
Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157 campuran logam, untuk mengukur ion
Hg2+ dapat dilakukan dengan mengambil
atau menghilangkan Na2S2O3, sedangkan
untuk mengukur ion Cu2+ yang harus
dihilangkan adalah EDTA. Sedangkan
untukmengukur ion Ag2+ menggunakan
Na2S2O3 dan EDTA untuk menghambat
reaksi antara Hg2+ dan Cu2+ dengan DA.6
Penelitian mengenai pengaruh pH
juga telah dilakukan. Hasil menunjukkan
bahwa pH ideal untuk mendeteksi ion
Ag2+, Hg2+, dan Cu2+ berada pada rentang
pH 5-9. Rentang pH yang luas
menyebabkan DA dapat digunakan untuk
berbagai sampel, termasuk mendeteksi ion
logam berat pada air limbah, industri
perdagangan, dan proses fisiologis.6
Pyridine Based
Logam yang dapat dinalisis dengan
menggunakan kemosensor ini adalah Cu2+,
Zn2+, Ni2+, UO2+, dan Fe3+4,11. Dalam
penelitian yang sudah dilakukan Cu2+
dianalisis dengan menggunakan turunan
carbazole-pyridine yang disintesis dengan
metode Heck coupling dan reaksi
Wadsworth-Emmons.4
Studi dengan spektroskopi,
elektrokimia, dan metal-cation-binding
menunjukkan bahwa rangkaian dari
kromofor ini dapat menghubungkan
elektron antara carbazole dan pyridine
yang menyebabkan transfer muatan
intramolekular (ICT).
Interaksiantaraderivatkarbazoldengan ion
logam dapat secara signifikan memodulasi
keadaan ICT, sehingga spektrum pada
UV-Vis dan fluoresensi, pergeseran kimia
proton dan siklus voltamogram. Diantara
rangkaian bahan V3 menunjukkan
selektivitas tinggi untuk Cu2+ .4
Untuk deteksi Zn2+ dan Ni2+
menggunakan sensor Imine based
chemosensors 2-((5-methylpyridin-2
ylimino)methyl)phenol (L1). Reaksinya
menyebabkan perubahan warna dari yang
tidak berwarna menjadi kuning terang.11
Begitu juga untuk deteksi UO2+ dan
1-((5-methylpyridin-2-Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 5
Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157
ylimino)methyl)naphthalen-2-ol (L2)
Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 6
Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157 Tabel 1. Deteksi Ion Logam menggunakan Kemosensor
Ion Logam
Kemosensor Instrumen Kondisi Spektrum Limit
deteksi
Cu2+ Carbazole-pyridine derivatives (V3) deionisasi (1:9) pH 7 (5 sampai 9)
- 510 - - 5
Ag2+ Dimethylaminocinnamaldehyde-aminothiourea (DA)
Hg2+ Dimethylaminocinnamaldehyde-aminothiourea (DA)
Cu2+ Dimethylaminocinnamaldehyde-aminothiourea (DA)
Al2+ methyl pyrazinylketone benzoyl hydrazone (MPBH)
spektrofluorometri Sampel dan MBPH dilarutkan di etanol; bonding agent EDTANa2
390 506 - 0,1-0,5
M ; 10
-7 M
8
Pd2+ phosphine–rhodamine
conjugate
Spektrofluorometri Etanol:air (4:1) 530 587 10-9 M 7
Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 7
Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157
Tetraphenylethylene) spektrofluorometri Ni2+ Imine based chemosensors
2-((5-methylpyridin-2
Zn2+ Imine based chemosensors
2-((5-methylpyridin-2
UO2+
1-((5-methylpyridin-2-ylimino)methyl)naphthalen-2-ol
Fe3+
1-((5-methylpyridin-2-ylimino)methyl)naphthalen-2-ol
Ni2+
2-[(1-methyl-2-benzimidazolyl)azo] -p-cresol (HL)
UV-Vis DMSO-HEPES
buffer (1:1, v/v, pH 7,4)
600 - - - 12
yl)methyl)quinoline-2-Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 8
Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157 Tabel 2. Sintesis Kemosensor
Kemosensor Reaksi Reagen dan Prosedur Hasil Referen
si
Carbazole-pyridine derivatives (V3)
Heck coupling
S2 67% V2 78% S3 84% V3 74%
Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 9
Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157
dimethylaminocinnamaldeh ydeaminothiourea
(DA)
Schiff base 1. 4-N,N’-Dimethylaminocinnamaldehyde dan aminothiourea
dilarutkan pada etanol
2. Refluks selama 6 jam dibawah atmosfer N2
3. Aduk selama 2 jam pada suhu ruang sampai terbentuk
endapan
4. Endapan disaring dan dicuci dengan etanol sebanyak 3 kali 5. Purifikasi dengan cara rekristalisasi agar tidak mengandung
etanol
83.0% 5
methyl pyrazinylketone benzoyl
Schiff base 1. Asam hidrazid benzen dan acetyl pyrazine yang sudah dilarutkan ke dalam etanol, dicampur menjadi satu
Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 10
Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157
hydrazone (MPBH) 2. Refluks selama 10 jam
3. Dinginkan pada suhu ruang dan pelarut akan teruapkan 4. Rekristalisasi hingga terbentuk produk berwarna kuning
terang
Phospine-rhodamine conjugate
- - 7
Rhodamine B-based chemosensor (RF)
Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 11
Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157
RbTPE - 65% 10
Imine based chemosensors 2-((5-methylpyridin-2 ylimino)methyl)phenol (L1) dan 1-((5-methylpyridin-2- ylimino)methyl)naphthalen-2-ol (L2)
2-((5- methylpyridin-2-ylimino)methyl)p henol (L1): Yield:76%
1-((5- methylpyridin-2-ylimino)methyl)n aphthalene-2-ol(L2): Yield: 78%)
Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 12
Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157
2-[(1-methyl-2-benzimidazolyl)azo] -p-cresol (HL)
- 12
N-((1H-benzo[d] imidazol- 2-yl)methyl)quinoline-2-carboxamide
- Yield: 0.42 g,
70%
Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 13
Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157 dengan perubahan warna dari kuning
terang menjadi tidak berwarna (L2+ Fe3+).
Sementra itu, untuk kompleks antara L2+
UO2+ merubah larutan menjadi kuning
gelap. Hal ini menunjukkan bahwa L1 dan
L2 dapat dijadikan indikator naked eye
untuk Zn2+, Ni2+, UO2+, dan Fe3+ .11
Benzimidazole based
Logam yang dapat dianalisis
dengan menggunakan kemosensor ini
adalah Ni2+ dan Ag+ .12,13 Dalam penelitian,
Ni2+ dipasangkan dengan
2-[(1-methyl-2-benzimidazolyl)azo] -p-cresol (HL)
sehingga dengan mudah dapat dianalisis
dan dideteksi. Kemosensor HL disintesis
dengan menggunakan prosedur dari
penelitian D. Sarkar et al. 12
Sensor HL memberikan serapan
pada panjang gelombang 403 nm.
Penambahan larutan NiCl2 (100 M)
menyebabkan penurunan intensitas
absorpsi pada 403 nm dan serapan yang
baru terjadi pada panjang gelombang 600
nm dengan isosbetic sekitar 500 nm. Hal
ini mengindikasikan bahwa antara HL dan
Ni2+ terbentuk kompleks. Kompleks antara
Ni2+ dan HL meyebabkan perubahan warna
dari orange kekuningan menjadi biru.
Selain itu, kemampuan kemosensor HL
dengan Ni2+ pada berbagai pH juga telah
diteliti. Pada pH rendah, reseptor L tidak
secara signifikan menanggapi Ni2+ pada
penyerapan spektroskopi hal ini mungkin
disebabkan karena terjadi protonasi HL.
Absorbansi pada panjang gelombang 600
nm adalah maksimum dan konstan pada
kisaran pH 7,0 sampai 9,0, diatas 9,0
absorbansi secara bertahap menurun. Hal
ini menunjukkan bahwa reseptor HL tidak
cocok untuk aplikasi biologis pada pH
fisiologis. Sedangkan untuk analisis dan
deteksi Ag+ menggunakan kemosensor
N-((1H-benzo[d]
imidazol-2-yl)methyl)quinoline-2-carboxamide (L).13
Rhodamine based
Logam yang dideteksi
menggunakan kemosensor ini adalah Cr3+
Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 14
Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157 rhodamine based kemosensor secara
selektif dapat mendeteksi kedua logam
tersebut.
Cr3+ dideteksi dengan
menggunakan kemosensor rhodamine
B-based (RF). Pada studi UV-Vis RF
memberikan serapan yang sangat lemah di
panjang gelombang 500 nm. Ketika Cr3+
ditambahkan, terbentuk chelate dengan RF
yang menginduksi pembukaan cincin pada
ikatan C-N dalam spirolaktam dan serapan
yang kuat pada 500-600 nm serta warna
merah muda yang dapat terlihat dengan
mata telanjang. Begitu juga pada
fluorescence spectral, terjadi peningkatan
fluorescence pada 590 nm setelah
penambahan Cr3+. Hal ini menunjukkan
bahwa RF memiliki sensitifitas dan
selektivitas yang sangat baik untuk ion
Cr3+ dalam larutan.9
Untuk deteksi Pd2+ menggunakan
kemosensor L (conjugate phospine dan
rhodamine B) yang disintesis dari hasil
rekasi antara rhodamine dan POCl3. Ketika
kemosensor ditambahkan dengan larutan
Pd2+, larutan berubah dari tidak berwarna
menjadi pink-merah yang mengindikasikan
bahwa kemosensor L dapat menjadi
indikator untuk Pd2+. Selain itu, absorbansi
meningkat pada 544 nm ketika ion Pd2+
ditambahkan. Hal ini menandakan bahwa
terbentuk kompleks antara L dan Pd2+ .7
Selain Cr3+ dan Pd2+, Fe3+ dan Cu2+
juga dapat dideteksi dengan menggunakan
kemosensor dengan rhodamine based. 10
Kemosensor yang digunakan adalah
RbTPE (Rhodamine B
Tetraphenylethylene). Adanya ion Fe3+
dalam sampel menyebabkan perubahan
warna dari tidak berwarna menjadi merah
muda sedangan adanya ion Cu2+
menyebabkan perubahan warna dari tidak
berwarna menjadi ungu. Ini menandakan
bahwa RbTPE selektif dan sensitif
terhadap kedua ion logam tersebut.10
Methyl Pyrazinylketone Benzoyl
Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 15
Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157 Penelitian Liao (2013),
menunjukkan bahwa kemosensor ini
memiliki sensitifitas dan selektifitas yang
tinggi untuk ion Al3+. Penelitian kompetisi
digunakan untuk menguji tingkat
keselektifan terhadap ion Al3+ di dalam
etanol. Untuk tujuan tersebut, MBPH 1
equiv dengan Al3+ dicampurkan dengan 1
equiv ion logam lainnya. Kehadiran Ion
logam Ni2+, Fe3+, Cu2+, Co2+ terdeteksi
rendah tetapi secara total dapat terdeteksi.
Selain ion tersebut, tidak mengganggu
deteksi dari ion Al3+. Hal ini menunjukkan
bahwa MBPH merupakan kemosensor
yang selektif untuk Al3+ walaupun terdapat
ion logam lainnya.8
SIMPULAN
Artikel Review ini memperlihatkan
bahwa kemosensor dapat secara selektif
mendeteksi ion logam tertentu. Hal
tersebut dapat terlihat dari peningkatan
intensitas absorbansi atau fluorescence
serta perubahan warna pada saat ion logam
direaksikan dengan kemosensor.
Kemosensor yang memiliki sensitifitas dan
selektifitas yang tinggi adalah
Dimethylaminocinnamaldehyde-aminothiourea (DA) yang dapat
mendeteksi ion Ag2+, Hg2+, dan Cu2+serta
phosphine–rhodamine conjugate untuk
mendeteksi ion Pd2+ dengan batas deteksi
pada tingkat ppb (10—9). Selain itu,
kemosensor juga dapat digunakan sebagai
indikatoryang dapat dikembangkan dalam
bentuk test strip yang dapat berubah warna
jika sampel mengandung logam.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Rimadani Pratiwi M.Si., Apt
selaku pembimbing dan Bapak Rizky
Abdulah, PhD., Apt selaku dosen mata
kuliah Metodelogi Penelitian.
KONFLIK KEPENTINGAN
Seluruh penulis menyatakan tidak
terdapat potensi konflik kepentingan
dengan penelitian, kepenulisan
Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 16
Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157 DAFTAR PUSTAKA
1. Agustina, Titin. Kontaminasi Logam
Berat Pada Makanan dan Dampaknya
Pada Kesehatan. Teknubuga.
2010:2(2) 54.
2. Darmono. Logam Dalam Sistem
Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: UI
Press;1995.
3. Putjaatmaka, A. Handayana. Kamus
Kimia. Jakarta: Balai Pustaka;2002.
4. Xin Jiang Feng, Pin Zhan Tian, Zheng
Xu, Shao Fu Chen, and Man Shing
Wong. Fluorescence-Enhanced
Chemosensor for Metal Cation
Detection Based on Pyridine and
Carbazole. The J Org Chem. 2013:78,
11318−11325.
5. Duong Tuan Quang, Nguyen Van
Hop, Nguyen Dinh Luyen, Ha Phuong
Thu, Doan Yen Oanh, Nguyen Khoa
Hien, et al. A new fluorescent
chemosensor for Hg2+ in aqueous
solution. The Journal of Biological
and Chemical Luminescence. 2012:
DOI 10.1002/bio.2368.
6. Nguyen Khoa Hien, Nguyen Chi Bao,
Nguyen Thi Ai Nhung, Nguyen Tien
Trung,Pham Cam Nam, Tran Duong,
et al. A highly sensitive fluorescent
chemosensor for simultaneous
determination of Ag(I), Hg(II), and
Cu(II) ions: Design, synthesis,
characterization and application. Dyes
and Pigments. 2015: 116, 89-96.
7. Songtao Cai,Yan Lu, Song He,
Fangfang Wei, Liancheng Zhao,
Xianshun Zeng. A highly sensitive and
selective turn-on fluorescent
chemosensor for palladium based on a
phosphine–rhodamine conjugate.
Chem. Commun..2013: 49, 822.
8. Zhen-Chuan Liao, Zheng-Yin Yang,
Yong Li, Bao-Dui Wang, Qiao-Xia
Zhou. A simple structure fluorescent
chemosensor for high selectivity and
sensitivity of aluminum ions. Dyes
and Pigments. 2013:97, 124-128.
9. Yanmei Zhou, Junli Zhang, Lin
Zhang, Qingyou Zhang, Tongsen Ma,
Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 17
Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157 fluorescent enhancement chemosensor
for the detection of Cr3+ in aqueous
media. Dyes and Pigments. 2013:97,
148-154.
10. Yang Yang, Chao-Ying Gao, Ning
Zhang, Dewen Dong.
Tetraphenylethene functionalized
rhodamine chemosensor for Fe3+and
Cu2+ions in aqueous media. Sensors
and Actuators B. 2016:222, 741–746.
11. Vinod Kumar Gupta, Ashok Kumar
Singh, Lokesh Kumar Kumawat,
Naveen Mergu. An easily accessible
switch-on optical chemosensor for the
detectionof noxious metal ions Ni(II),
Zn(II), Fe(III) and UO2(II). Sensors
and Actuators B. 2016:222, 468–482.
12. Deblina Sarkar, Ajoy Kumar
Pramanik, Tapan Kumar Mondal.
Benzimidazole based ratiometric and
colourimetric chemosensor for Ni(II).
Spectrochimica Acta Part A:
Molecular and Biomolecular
Spectroscopy. 20016:153, 397–401.
13. Changjun Chen, Haiyang Liu, Bin
Zhang, Yanwei Wang, Kai Cai, Ying
Tan. A simple benzimidazole
quinoline-conjugate fluorescent
chemosensor for highly selective
detection of Ag+. Tetrahedron. 2016: