Integrasi Tasawuf Dan Sains
Maliha Anjely Putri Sinaga
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Fakultas Sains Dan Teknologi
Email : [email protected] Pendahuluan
Artikel ini mengkaji tentang Integrasi Tasawuf Dan Sains. Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui tentang Integrasi Tasawuf Dan Sains. Kajian ini menggunakan metode deskriptif analitis.
Pembahasan
A.Integrasi dalam Sejarah Islam
Dalam sejarah intelektual Islam klasik, budaya integrasi keilmuan telah dikenal dan dikembangkan dengan canggih. Dalam sejarah Islam, ditemukan seorang astronom, ahli biologi, ahli matematika, dan ahli arsitektur yang mempuni dalam bidang ilmu-ilmu keislaman seperti tauhid, fikih, tafsir, hadist, dan tasawuf.
Para filsuf dari mazhab Peripatetik merupakan pemikir Muslim yang berhasil mengintegrasikan filsafat Yunani dengan ajaran Islam yang bersumberkan kepada Al-quran dan hadist, lanteran tema-tema filsafat Yunani disilamisasikan dan disesuaikan dengan paradigma Islam.1
Selain dari mazhab Peripatik, sejarah Islam menyebutkan keberadaan para filsuf dari amzhab isyraqiyah dan mazhab Hikmah al-Muta’aliyah yang sukses mengintegrasikan ilmu-ilmu rasional dengan ilmu-ilmu kewahyuan. Banyak Ilmuan Muslim terdahulu yang kehidupan mereka sangat religious dan sufistik, tetapi mereka menguasai filsafat dengan segala cabangnya seperti metafisika, matematika, fisika, astronomi, biologi, kedokteran dan teknologi terstruktur.
Integrasi ilmu dalam islam bukan hal yang baru, sebab para ilmuan muslim klasik telah mengerjakan proyek keilmuan tersebut sepanjang masa keemasan islam.2
1
Jafar , Gerbang Tasawuf (Medan: Perdana Publishing, 2016;102)
2
B.Integrasi dalam Ranah Ontologi
Istilah ontologi berasal dari Yunani, ont yang bermakna keberadaan, dan logos bermakna teori, sedangkan dalam bahasa Latin disebut ontologia, sehingga ontologi bermakna teori keberadaan sebagaimana keberadaan tersebut. Ontologi adalah ilmu tentang teori keberadaan, dan istilah ontologi ditujukan kepada pembahasaan tentang objek kajian.3
Para sufi awal memang lebih banyak memfokuskan kepada masalah kedekatan kepada Allah Swt, tetapi belakangan mereka meluaskan objek kajian tasawuf sampai kepada persoalan wujud, selain tasawuf juga mulai bersinggungan dengan filsafat, sehingga mereka tidak ssaja membahas dan menyibak hakikat wujud-Nya, tetapi juga wujud alam dan manusia. Alam merupakan bayangan dari wujud Allah Swt, penampakan dari nama dan sifat-Nya, sedangkan manusia telah mencapai kedudukan insan al-kamil merupakan wadah tajalli- Nya, selain berkedudukan sebagai khalifah- Nya dan wali tertinggi (quthb).4
C.Integrasi dalam Ranah Epistemologi
Istilah epistemologi berasal dari baha Yunani, episteme yang bermakna pengetahuan, dan logos yang bermakna ilmu atau eksplanasi, sehingga epistemologi berarti teori pengetahuan. Epistemologi dimaknai sebagai cabang filsafat yang membahas pengetahuan dan pembenaran, dan kajian pokok epeistemologi adalah makna pengetahuan, kemungkinan manusia meraih pengetahuan dan hal-hal yang dapat diketahui.
Kajian-kajian ilmu-ilmu alam mengandalkan metode observasi dan eksperimen yang disebut dalam epistemologi Islam sebagai metode tajribi, sedangkan kajian tasawuf mengandalkan metode ‘irfani yang biasa disebut metode tazkiyah al-nafs. Meskipun ada perbedaan metode, tetapi kedua metode bisa melengkapi dan mendukung satu sama lain.5
D.Integrasi dalam Ranah Aksiologi
Istilah Aksiologi bersal dari bahasa Yunani, axios yang bermakna nilai dan logos yang berarti teori. Aksiologi bermakna teori nilai, investigasi terhadap asal, kriteria, dan status metafisik dari nilai tersebut.
Dari Aspek etika akademik, nilai-nilai luhur tasawuf dapat menjadi landasan etis seorang ilmuwan dalam pengembangan sains dan teknologi. Konsep al-maqamat dan al-ahwal dapat menjadi semacam etika profesi seorang saintis sebagai ilmuwan Muslim. Seorang saintis Muslim harus tawakal, artinya menyerahkan hasil kegiatan akademik dan sosialnya hanya kepada Allah Swt setelah berbagai usaha yang dilandasi syariat telah dilakukan secara maksimal. Seorang saintis Muslim harus memiliki sifat cinta, artinya ia hanya melakukan seluruh aktivitas
3
Jafar , Gerbang Tasawuf (Medan: Perdana Publishing, 2016;105)
4
Jafar , Gerbang Tasawuf (Medan: Perdana Publishing, 2016;106-107)
5
keilmuwan dan sosialnya atas dasar kecintaan kepada Allah Swt, dan seorang saintis Muslim juga harus memilki sifat rida, yang artinya menerima dengan tentram, tenang dan bahagia atas segala capaian dan hasildari kegiatan akademik dan sosialnya.6
Penutup
Dari Artikel ini pembaca dapat mengetahui berbagai macam aspek mengenai integrasi tasawuf dan sains . Baik itu dari sejak sejarah keemasan islam sampai ke beberapa ranah lainnya. Serta banyak pendapat-pendapat ahli maupun ulama mengenai topic tersebut.
Daftar Pustaka
Dr. Jafar, Ma Gerbang Tasawuf : Dimensi Teoritis Dan Praktis Ajaran Kaum Sufi ( Medan : Perdana Publishing : 2016)
6