• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membangun Komunikasi Perpajakan Yang Ide

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Membangun Komunikasi Perpajakan Yang Ide"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Membangun Komunikasi Perpajakan Yang Ideal

"The most important thing in communication is hearing what is not said. " – Peter F. Drucker

ada bulan Maret 2015, DPR telah mengesahkan RUU APBN 2015 dengan menetapkan target penerimaan pajak di luar pendapatan Bea dan Cukai sebesar Rp. 1.295.642,8 miliar atau sekitar Rp. 1.296 triliun. Di tahun yang sama IMF Memperkirakan kinerja perekonomian Indonesia di 2015 bisa mencapai 5,8% atau lebih baik daripada perkiraan pertumbuhan ekonomi di Amerika 3%, Eropa 1,5%, Jepang 1,1%, Negara-Negara Maju umumnya 2,4%, Negara-Negara Berkembang Umumnya 5,2%, ASEAN 5,6% dan pertumbuhan ekonomi global dunia yang diperkirakan hanya tumbuh sebesar 4,0%1. Untuk mendukung upaya pencapaian, DJP juga menetapkan target penerimaan pajak melalui kegiatan extra effort sebesar Rp. 390,2 triliun yang diperoleh melalui tindakan pengawasan maupun tindakan penegakan hukum wajib pajak. Melihat data-data ekonomi makro yang ada serta memperhatikan upaya ekstra DJP sebetulnya target penerimaan pajak sebesar Rp. 1.296 triliun cukup realistis untuk dicapai. Namun pada kenyataannya perekonomian Indonesia melambat sebesar 4,7% pada kuartal I 2015 dan realisasi kegiatan extra effort DJP masih dibawah 20% pada 4 bulan pertama di tahun 2015. Dengan kondisi ini diproyeksikan penerimaan pajak melalui kegiatan rutin akan menurun dan mengindikasikan adanya hambatan dalam upaya ekstra yang dilakukan DJP. Upaya penegakan hukum dalam kegiatan extra effort DJP seringkali terbentur perlawanan dimana masing-masing pihak baik fiskus dan wajib pajak merasa paling benar. Banyak sekali kasus sengketa perpajakan yang memerlukan waktu bertahun-tahun hingga selesai diputuskan. Hal ini tentu sangat merugikan baik dari segi waktu, tenaga, dan biaya apalagi DJP harus menghadapi perkembangan target penerimaan setiap tahunnya. Jika ditelusuri lebih mendalam, permasalahan ini dapat diatasi dengan membangun sisi komunikasi perpajakan. Dengan komunikasi yang efektif maka informasi terkait hal dan kewajiban perpajakan mudah dipahami oleh kedua pihak dan mengurangi sengketa. Komunikasi perpajakan dalam meningkatkan upaya kepatuhan dan pencapaian penerimaan terkonsentrasi pada tiga hal penting yaitu saluran komunikasi, bentuk komunikasi formal, dan komunikasi informal2.

P

Intensifikasi komunikasi yang pertama adalah dengan memperhatikan saluran komunikasi yang digunakan. Di era dengan perkembangan teknologi yang pesat seperti

1 World Economic Outlook Database yang dikeluarkan oleh lembaga IMF tahun 2014.

(2)

saat ini DJP harus peka dengan perkembangan komunikasi melalui perangkat-perangkat modern. Saat ini manusia pasti mencurahkan perhatian dan kebutuhan komunikasinya sepraktis mungkin yang kini semakin dipermudah dengan bantuan peralatan, aplikasi interaktif, dan bantuan jaringan. Beberapa fasilitas komunikasi yang terkesan ketinggalan jaman kini mulai dijauhi oleh manusia. Oleh karena itu DJP harus menekankan pengembangan komunikasi dengan yang lebih baru seperti media sosial, iklan, acara interaktif serta saluran-saluran komunikasi yang saat ini banyak digunakan. Tidak jarang sengketa perpajakan disebabkan oleh informasi dalam bentuk produk hukum yang terlambat sampai kepada wajib pajak, terlambatnya sosialisasi peraturan perpajakan terbaru, bahkan mungkin tidak ada sama sekali informasi yang sampai kepada wajib pajak. Meskipun akan sedikit lebih mahal namun jika DJP mampu memanfaatkan media komunikasi seoptimal mungkin dan disesuaikan dengan kemampuan setiap daerah tentu informasi terkait hak dan kewajiban perpajakan akan lebih tepat dan mengena kepada wajib pajak.

Penekanan selanjutnya adalah dengan memanfaatkan jalur komunikasi formal yang tentu saja telah disediakan dan diamanatkan melalui peraturan. Jalur komunikasi formal ini merupakan hal yang sangat penting dalam usaha fiskus menyampaikan informasi terkait kewajiban perpajakan. Komunikasi formal menjadi penting karena adanya aturan pendokumentasian dalam rangka pembuktian lebih lanjut apabila terjadi permasalahan hukum di kemudian hari. Meskipun jalur komunikasi formal ini menjadi senjata utama dan telah terformasi dengan baik dalam Undang-undang serta peraturan lainnya, jalur komunikasi ini ternyata dapat menurunkan respek wajib pajak. Kendala yang dihadapi adalah persepsi masyarakat terkait hasil komunikasi formal ini yang cenderung kaku, sulit dipahami, menggurui, dan memberi rasa takut. Banyak produk komunikasi formal berupa teguran, himbauan, ketetapan pajak, hingga surat paksa yang justru tidak dibaca oleh wajib pajak karena wajib pajak terlanjur apatis sehingga maksud dari komunikasi ini tidak tersampaikan dengan baik. Dalam mengembangkan komunikasi formal perlu diperhatikan simplifikasi format dan komprehensifitas informasi. Beberapa produk hukum DJP terbukti sangat sulit dipahami, bertele-tele dan bermakna ganda. Dengan mengubah produk hukum menjadi lebih sederhana tetapi tetap komprehensif maka akan meningkatkan atensi dari wajib pajak.

(3)

dalam mendorong sifat kemanusiaan manusia yang pada dasarnya baik, tulus, dan jujur karena tipe komunikasi informal membangun kepercayaan antara pelaku komunikasi. Komunikasi informal lebih luwes, tidak memberikan tekanan, sangat mudah dipahami, dan dampaknya dirasakan kedua pihak dalam waktu yang lama. Jika DJP mampu membina komunikasi seperti ini secara perlahan wajib pajak akan terdorong dan lebih sukarela dalam memahami informasi perpajakan yang didalamnya tentu terkandung hak dan kewajiban perpajakan mereka. Dengan dimengertinya informasi ini maka diharapkan wajib pajak secara sukarela memenuhi kewajiban perpajakannnya.

Upaya pencapaian extra effort DJP terlihat sangat sulit untuk dicapai dalam kondisi perekonomian seperti saat ini. Meski demikian DJP bisa melunakkan hambatan dengan membangun komunikasi yang baik terhadap wajib pajak. Diharapkan dengan hanya sekali saja informasi disampaikan oleh fiskus maka wajib pajak akan langsung mengerti dan melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya. Komunikasi yang demikian ini dapat dibangun dengan memanfaatkan saluran komunikasi yang tersedia, pola komunikasi formal, dan informal. Komunikasi efektif seperti ini memberi dampak yang sangat baik karena akan mengurangi durasi kerja, cakupan kinerja fiskus yang lebih luas, serta menciptakan iklim perpajakan yang lebih baik.

Referensi

Direktorat Jenderal Pajak. 2015. DJP Optimis Mencapai Target Penerimaan Rp 1.296 Triliun.

Referensi

Dokumen terkait

Strategi pengelolaan potensi sumberdaya perikanan dalam upaya penguatan sistem kelembagaan adat Suku Kuri di Kampung Sarbe Teluk Bintuni yaitu: pengembangan wilayah

Pada halaman beranda admin terdapat header , menu-menu yang terdiri dari beranda admin, forum tanya jawab, pesan, permintaan anggota, data anggota, lihat edisi lama, tambah

yang disediakan dan layout pada tempat untuk mengendalikan toko pakaian online “Onset” (sebuah ruangan yang terdapat pada rumah pemilik). Penataan

Berdasarkan uraian tersebut, karena berat badan bayi saat lahir sebagai variabel respon yang bertipe kontinu sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan

Diharapkan dengan pelatihan ini, guru dapat lebih termotivasi dalam pengembangan bahan ajar yang kreatif dan inovatif sehingga siswa lebih tertarik dan paham terhadap

Dengan perancangan sistem informasi administrasi rawat inap dan rawat jalan pada rumah sakit siti hajar medan yang baru, maka akan lebih mempermudah pengelolaan

Dari penelitian terdahulu diketahui bahwa membran alginat yang mengandung antibiotik dapat digunakan sebagai media penyampaian obat topikal untuk luka terinfeksi,

Dakwah yang disampaikan oleh Syekh Burhanuddin sangat berkesan bagi masyarakat Kuntu hingga sekarang ini dimana masyarakat Kuntu dalam kehidupan bermasyarakat