BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada dasarnya setiap perusahaan mempunyai rencana strategi dalam berusaha. Namun bisa terjadi seorang pemimpin perusahaan tidak menyadarinya. Rencana strategi merupakan tindakan yang bersifat kontinyu dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Sehingga dibutuhkan kecepatan inovasi pasar yang baru dan masa depan. sehingga dibutuhkan kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumsi para konsumen yang didukung oleh kompetensi inti perusahaan tersebut.
Rencana ini yakni sebuah rencana yang strategis atau sebuah rencana yang akan bersifat jangka panjang, komprehensif, integrasi secara baik, berskala luas dan memiliki daya tahan tinggi. Selain mengetahui rencana tersebut, persoalanya adalah bagaimana agar dapat memperoleh sebuah rancangan yang strategis yang sesuai dengan situasi, kondisi serta keadaan lingkungan yang dihadapi pada diri sendiri maupun pada perusahaan dan masyarakat serta bangsa kita sendiri.
Setiap perusahaan harus mempunyai pengetahuan serta strategi usaha yang sesuai dengan jenis usaha yang dikelolanya agar perusahaan tersebut dapat dikendalikan. Dan sebaliknya jika perusahaan tidak mempunyai pengetrahuan serta strategi yang tidak sesuai maka perusahaan akan mengalami kerugiaan.
Dan untuk mengatisipasi kerugiaan tersebut maka perusahaan harus melakukan beberapa pendekatan yang akan dijabarkan satu persatu dalam makalah ini Diantaranya ada empat pendekatan yaitu pendekatan perkembangan yang menguntungkan, pendekatan SWOT (SWOT Approach), pendekatan system (System Approach),pendekatan kesenajangan perencanaan (Planning Gap).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendekatan yang dapat dilakukan oleh seorang perusahaan agar mendapat keuntungan secara maksimal ?
PEMBAHASAN A. Pendekatan Perancanaan Strategi
1. Pendekatan Perkembangan yang Menguntungkan (Proftable Growth Approach) Pendekatan Profitable Growth Approach ini adalah cara berpikir yang paling mendasar dan dianggap sebagai pandangan yang paling tua, yang mana pendekatan Profitable Growth ini bertumpu pada upaya untuk menyusun satu program kerja yang akan dapat mendatangkan laba atau keuntungan yang sangat besar. Maksudnya, Laba atau keuntungan tersebut tidak bersifat mikro saja, tetapi juga bersifat makro yang disebut dengan “income” atau “penghasilan”.
Bagi suatu perusahaan yang bersifat mikro, income dikenal sebagai laba sedangkan keuntungan dikenal sebagai profit. Dalam hal ini, maka perlu menyusun suatu rencana kerja yang bisa memberikan penghasilan yang lebih besar untuk diri sendiri, keluarga maupun perusahaan. Kemudian, keuntungan atau penghasilan yang diperoleh diusahakan agar dapat menopang perkembangan kekayaan. Sebab, jika tidak berhati-hati dalam menggunakan penghasilan ataupun keuntungan yang diperoleh akan habis untuk keperluan yang bersifat “konsumtif” saja
Pertumbuhan yang lebih bersifat kontinyu tidak saja bisa menimbulkan perkembangan yang menguntungkan (profitable Growth) akan tetapi bisa juga membentuk “Sustainable Growth” atau “perkembangan yang berkesinambungan” maka dalam keadaan ini pertambahan aktiva kerja maupun aktiva tetap bisa menopang hal tersebut.
Perkembangan yang menguntungkan tersebut bisa dicapai apabila bisa mewujudkan adanya “keseimbangan yang menguntungkan”. Keseimbangan ini adalah keseimbangan antara “sarana atau source” yang dimiliki dengan “lingkungan atau environment” yang dihadapi.
Karna jika keseimbangan tersebut bisa diwujudkan maka keuntungan dapat diraih dan keuntungan tersebut digunakan untuk menopang pertumbuhan usaha dan tidak digunakan untuk hal-hal atau kegiatan yang besifat konsumtif.1
Begitu pula sebaliknya jika tidak dapat meraih keseimbangan tersebut yakni tidak mampu untuk menyeimbangkan sarana produksi untuk memenuhi kebutuhan lingkungan masyarakat, maka tidak dapat meraih keuntungan.
Jadi, rencana strategis yang disusun adalah program untuk dapat menciptakan keseimbangan antara segala sarana yang dimiliki baikyang berupa sarana ataupun yang beupa sumber daya alam (Natural Resouces). Semua sumber daya yang dimiliki bisa dirancang agar dapat menghasilkan suatu produk, baik yang berwujud yakni
barang ataupun yang tidak berwujud yakni jasa. Untuk mewujudkan adanya keseimbangan tersebut, maka harus melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Analisis terhadap kondisi lingkungan masyarakat.
Analisis ini adalah analisis terhadap faktor ekternal yang seringkali disebut sebagai “Environmental Scanning” yakni analisis terhadap lingkungan masyarakat. Maksudnya analisis ini melihat kondisi masyarakat yang akan menunjukkan adanya berbagai kebutuhan, keinginan atau selera serta daya beli yang berbeda antara lapisan masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya.
b. Analisis terhadap sarana atau sumber daya yang dimiliki.
Analisis ini adalah analisis terhadap faktor internal yang pada diri sendiri atau keluarga atau perusahaan. Sumber daya alam apa saja yng dimiliki, baik itu sumber daya kapital yakni kapital yang berupa uang atau modal maupun kapital yang berbentuk barang yakni mesin-mesin dan peralatan kerja yang dimiliki. Begitu juga sarana atau sumber daya manusia (SDM) yang dimilki, seperti berapa banyak tenaga kerja yang dimiliki, keterampilan apa saja yang mereka miliki, tenaga manajerila apa saja yang sudah dikuasai dan sebagainya.
c. Mengidentifikasi adanya ketidakseimbagan.
Selain melihat kondisi lingkungan masyarakat dan sarana atau sumber daya yang dimiliki, kita juga harus bisa berusaha untuk melihat adanya ketidakseimbangan antara sarana yang dimiliki dengan permintaan yang timbul di masyarakat. Jika perusahaan mengalami ketidakseimbangan, maka perusahaan tersebut mengalami gangguan kesehatan atau sakit.2
Ciri-ciri perusahaan yang mengalami ketidakseimbangan yakni kelebihan sarana ketimbang permintaanya adalah :
a) Overstock atau Persediaan digudang menumpuk b) Idle Capasity atau banyak mesin yang menganggur c) Kelebihan modal atau dana yang tersedia
d) Unemployment atau banyak tenaga kerja yang menganggur e) Semangat kerja karyawan menjadi lesu
f) Keadaan pasar atau pemasaran terasa sepi
g) Perputaran modal kerja yang terlampau lambat dan sebagainya.
Kemudian gejala jika perusahaan mengalami keadaan dimana permintaan telampau besar dibandingkan dengan sarana produksi yang dimiliki perusahaan maka :
a) Overdemand atau banyak order yang tidak terlayani
b) Sering terjadi kerusakan produk atau peluang yang timbul dari analisis faktor lingkungan masyarakat.
Setelah mampu mewujudkan keseimbangan antara sarana produksi dengan kebutuhan masyarakat yang ternyata meraih keberhasilan sehingga memperoleh keuntungan atau penghasilan yang tinggi serta pertumbuhan yang menggembirakan maka dalam kondisi yang seperti ini perlu adanya kewaspadaan. Kewaspadaan tersebut perlu karna akan adanya kondisi yang dapat mengakibatkan terganggunya keseimbangan tersebut, yakni :
1) Dinamika lingkungan. 2) Sengaja dirusak oleh pesaing.
3) Tidak ada yang cocok untuk semua orang. 2. Pendekatan SWOT (SWOT Approach)
Pendekatan SWOT adalah pendekatan yang hampir tidak ada satu manajerpunyang tidak mengenal meotode SWOT ini. Kata SWOT adalah perpendekan dari Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threaths, yang diartikan menjadi kekuatan, kelemahan, Peluang dan Ancaman. Terjemahan tersebut disingkat menjadi “KEKAPAN”, yang artinya pendekatan ini harus memikirkan tentang kekuatan apa saja yang melekat pada diri atau perusahaan, dan juga harus melihat kesempatan yang terbuka sehingga akhirnya mampu untuk mengetahui ancaman, ganguan, hambatan serta tantangan yang menghadang.
Perlu adanya dilakukan analisis SWOT ini karena kita harus berusaha memenangkan pertandingan atau persaingan bisnis tersebut. Berusaha agar dapat mengalahkan lawan tanding atau pesaing bisnis jika tidak ingin berada pada posisi bisnis yang lebih rendah. Dalam melakukan analisis SWOT atau KEKAPAN, terdapat tiga aspek :
a. Aspek Global.
Obsesi, yang mana dengan semboyan tersebut akan dapat diketahui dengan mudah arah yang akan dituju dari organisasi yang dipemimpin tersebut.
Oleh karena ituperlu adanya melakukan analisis terhadap faktor internal maupun eksternal untuk memperoleh adanya gambaran mengenai kesempatan atau opportunities yang terbuka serta ancaman, gangguan, hambatan serta tekanan yang akan menghimpit organisasi .
b. Aspek Strategis
Aspek strategis adalah penjabaran yang lebih rinci kedalam rencana kerja yang bersifat jangka menengah yakni biasanya 5 tahunan. Dalam tahap strategis ini harus mampu untuk memikirkan berbagai alternatif strategi yang mungkin dapat dilakukan utnuk merealisasikan rencangan global, dengan tetap memperhatikan SWOT yang ada pada organisasi. Dalam hal pengambilan keputusan manajer yang berkaitan dengan prinsip tersebut maka ada beberapa tipe manajer yakni :
a) Manajer yang bertipe Risk Averter
Ini merupakan manajer yang menolak rencana kerja yang akan menanggung resiko yang tinggi.
b) Manajer yang bertipe Risk Prefferent
Manajer yang seperti ini selalu mencari kegiatan yang bersifat challenging atau menantang. Maka manajer ini sering disebut sebagai manajer bertipe Risk Seeking.
c) Manajer yang bertipe Risk Neutral
Manajer ini memandang risiko sebagai sesuatu yang wajar, oleh karena itu mereka selalu memikirkan, menganalisa serta menghitung besarnya resiko yang ditanggung dengan perhitungan yang cermat terhadap hasil yang dijanjikan oleh suatu pekerjaan serta kegiatan bisinis yang dilakukan.
c. Aspek Operasional.
Merupakan aspek yang bersifat jangka pendek atau tahunan, atau bahkan kurang dari setahun. Rencana operasional ini akan menjabarkan secara operasional serta rinci terhadap rencana strategis. Operasionalisasi terhadap strategi yang telah dipilih dan ditetapkan harus ditindak lanjuti dalam bentuk penentuan keahlian maupun keterampilan yang dikuasai. Sehubungan dengan persiapan tersebut disusun pula target-target yang harus dicapai serta anggaran yang dikeluarkan untuk rencana tersebut.
Pendekatan ini adalah pendekatan yang menitikberatkan pada pengertian sistem dan kemudian mengembangkannya untuk membentuk perencanaan strategis. Sistem adalah segala sesuatu yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berinteraksi diantara komponen-komponen dan interaksi tersebut akan timbul suatu hasil atau keluaran atau output.
Sistem yang memiliki berbagai input atau komponen dibagi menjadi 3 macam yakni : input dasar, input perlengkapan, dan input lingkungan. Ketiga input ini berinteraksi dalam suatu proses. Sistem terdiri dari dua macam :
a. Sistem yang tertutup.
Adalah sistem dimana dalam sistem itu proses interaksi antar komponen-komponen hanya terjadi dalam sistem itu sendiri dan tidak dipengaruhi oleh faktor lain luar.
b. Sistem yang terbuka
Adalah sistem dimana proses interaksi antar input-input tersebut akan selalu dipengruhi oleh faktor lain dari luar dan sebagai akibat dari pengaruh dari luar maka sistem itu akan memiliki sifat yang disebut “Self Regulation”. Kedua pemikiran tersebut menghasilkan dua bentuk rencana strategis :
a) Input planning adalah sebuah rencana yang mendasarkan diri dan bertumpu pada masalah penyediaan inputnya.
b) Output planning mendasarkan diri pada produk atau output yang akan dihasilkan. Jadi output inilah yang disebut sebagai perencanaan strategis yang harus dipergunakan dalam menyusun rencana strategis.
4. Pendekatan Kesenajangan Perencanaan (Planning Gap).
Ini merupakan pendekatan baru, banyak pihak yang mencoba mempelajarinya dan mencoba untuk menerapkannya.
a. Perencanaan Generasi Pertama (Frist Generation Planning)
Cara berfikir tradisional dalam melakukan perencaan pada umumnya dilakukan dengan cara membuat “proyeksi masa depan” yang akan dihadapi oleh suatu perusahaan. Cara berpikir tradisional yang seperti ini merupakan suatu cara dimana berpikir untuk melihat apa yang akan terjadi dimasa depan terhadap perusahaan dan mempersiapkan diri seraya menyusun perencanaan ataupun program kerja. maka pola pikir ini disebut sebagai suatu bentuk “perencanaan generasi pertama” atau “first generation planning”.
b. Perencanaan Generasi Kedua (Second Generation Planing)
proaktif agar masa depan dapat dibentuk, diperbaiki, dan ditingkatkan melalui berbagai upaya.
c. Kesenjangan perencanaan (Planning Gap)
Kesenjangan atau gap merupakan suatu gap yang bersifat positif dan harus diusahakan untuk diperoleh agar dapat memperbaiki nasib maupun posisi bisnis didepan. Oleh karena itu pendekatan ini menuntu untuk selalu merencanakan adanya gap. Gap tersebut harus suatu bentuk program kerja yang benar yang digunakan sebagai rencana kerja yang strategis atau strategis plan.
d. Cara mengisi kesenjangan perencanaan.
Kesenjangan diantara perencanaan generasi pertama dan kedua harus diisi dengan berbagai upaya yang startegis dan mengandung 3 aspek yaitu :
a) Hi Tech atau high technology, dengan memanfaatkan teknologi tinggi maka program akan tidak mudah untuk di tiru oleh orang lain ataupun pesaing. Bila hal itu terjadi maka teknologi tinggi akan melindungi bisnis dari serangan dan gempuran pesaing.
b) Hi Touch merupakan suatu upaya untuk membubuhkan adanya sentuhan-sentuhan halus, artistik, estetika yang tinggi. Dengan adanya high touching atau sentuhan seni budaya yang tinggi yang diberikan kepada produk-produk kita maka akan ada jaminan atas diperolehnya keberhasilan bisnis kita.
c) Hi Thought merupakan suatu upaya untuk memberikan unsur “filosofi tinggi” terhadap produk-produk yang dihasilkan. Dengan Hi Thought akan dapat merancang suatu produk yang akan selalu memiliki konsep produk yang mengandung misi dan visi yang menciptakan image bagus terhadap produk kita.
Tiga bekal yang merupakan modal dasar untuk merancang rencana strategis yakni :
1. Ilmu pengetahuan dan teknologi 2. Kreativitas
3. Iman dan taqwa
Berbagai Bentuk Isi Bagi Kesenjangan Perencanaan.
Adapun bentuk-bentuk kegiatan yang dapat dirancang untuk mengisi gap tersebut, dalam dunia bisnis dapat dibagi 3 yakni :3
1. Pasar Baru (New Market) 2. Produk Baru (New Product)
3. Bisnis Baru (New Bussiness)
B. Teknik –teknik Analisa pembuatan strategi
Ada lima teknik analisa yang dikembangkan untuk membuat para perencana strategi dalam proses pembuatan strategi.
1. Analisa Kesenjangan (Gap Analysis)
Analisa kesenjangan memberikan suatu mekanisme untuk menyatukan berbagai variasi produk dan bisnis dalam suatu perusahaan yang memiliki lebih dari satu produk atau bisnis., cotohnya adalah Indofood.
Jika terjadi kesenjangan/perbedaan (gap) antara hasil yang telah dicapai (titik C) dengan hasil yang diproyeksikan (titik B) maka mucul yang dinamakan
Kesenjangan Strategik (Strategic Gap). Ada beberapa langkah-langkah yang dapat diambil untuk memperkecil kesenjangan ini :
a. Merubah strategi dari satu atau lebih SBU.
b. Merubah pengalokasian sumber-sumber daya diantara SBU. c. Menambah bisnis baru untuk memperkuat bisnis yang ada. d. Menghapuskan beberapa SBU yang ada.
e. Merubah tujuan dan sasaran perusahaan. 2. Matrik Startegi Umum (Grand Strategy Matrix)
Matrik Strategi Umum menjadi alat analisa yang terkenal dalam membuat strtategi alternative. Prinsipnya adalah memposisikan SBU-SBU ke dalam salah satu dari keempat kuadran yang dibentuk oleh garis horizontal dan vertical. Setelah posisi SBU dapat diketahui maka pemimpin perusahaan dapat memilih beberapa stategi alternatif yang cocok dengan posisi tersebut.
3. Grup Konsultan Boston (Boston Consulting Group)
Teknik ketiga yang dipakai dalam pembuatan strategi adalah BCG Matrix. Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan membagi sebuah daerah dengan dua garis yaitu garis vertikal dan horizontal menjadi empat daerah (kuadran). Keempat kuadran tersebut yaitu :4
a. Bintang (Star)
Adalah sebuah produk atau SBU yang berada pada tingkat pertumbuhan pangsa pasar yang tinggi dan menguasai pangsa pasar yang relatif besar.
b. Sapi Perah (Cash Cow)
Adalah SBU atau produk dengan tingkat pertumbuhan pasar yang rendah dan menguasai pangsa pasar yang relatif tinggi. Posisi ini digunkan untuk membiayai unit bisnis lain yang sedang tumbuh.
c. Tanda Tanya (Question Mark)
Adalah SBU atau produk yang berada pada tingkat pertumbuhan tinggi dimana mereka hanya menguasai pangasa pasar yang rendah. d. Anjing (Dog)
Adalah produk atau SBU yang berada pada tingkat pertumbuhan pasar yang rendah dan relatif pangsa pasar yang kecil.
4. Matrik SWOT
Teknik keempat adalah dengan menggabungkan SWOT menjadi suatu matrik dan kemudian didefinisikan semua aspek dalam SWOT. Dari kuadran tempat bertemunya SWOT tersebut kemudian dibuat strategi yang sesuai dengan aspek-aspek SWOT tersebut.
5. Analisa Daur Kehidupan Produk (Product Life Cycle)
Teknik terakhir adalah analisa daur kehidupan produk yang biasanya digunakan untuk membuat strategi pemasaran. Daur Kehidupan Produk, yang diperkenalkan tahun 1950, mencoba menganalisa suatu produk berdasarkan perubahan yang terjadi pada tingkat penjualannya.
Prinsip analisa ini mengatakan bahwa suatu produk akan melalui suatu siklus kehidupan (Life Cycle) seperti halnya manusia yaitu kelahiran, pertumbuhan, dewasa dan akhirnya masa tua (meninggal). Kehidupan suatu produk dibagi menjadi empat tahap yaitu :5
a. Tahap Perkenalan (Introduction)
Dalam masa perkenalan sebuah produk, penjualan mulai dari nol dan meningkat secara perlahan-lahan . Keutungan pada tahap ini akan menunjukkan jumlah yang negatif karena besarnya biaya yang dikeluarkan untuk penelitian dan promosi dan tidak dapat diimbangi oleh tingkat penjulan yang masih rendah.
b. Tahap Pertumbuhan (Growth)
Tahap ini merupakan suatu periode dimana suatu produk mempunyai tingkat penjualan yang tinggi serta menghasilkan keutungan yang paling maksimal. Persainagn belum begitu ketat sehingga marjin yang
dikenakan pada produk masih tinggi. Strategi yang cocok adalah Diferensiasi.
c. Tahap Dewasa (Maturity)
Pada tahap ini penjualan mencapai titk paling maksimal dan kemudian menurun sehingga keuntungan yang diperoleh menjadi kecil. Hal ini akibat dari munculnya banyak pesaing yang menjual produk serupa. d. Tahap Menurun (Decline)
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Sebuah rencana strategis yang akan bersifat jangka panjang, komprehensif, terintegrasi secara baik, berskala luas dan memiliki daya tahan tinggi maka ada empat pendekatan yaitu pendekatan perkembangan yang menguntungkan, pendekatan SWOT (SWOT Approach), pendekatan system (System Approach),pendekatan kesenajangan perencanaan (Planning Gap).
Pendekatan perkembangan yang menguntungkan bisa dicapai apabila bisa mewujudkan adanya “keseimbangan yang menguntungkan”. Keseimbangan ini adalah keseimbangan antara “sarana atau source” yang dimiliki dengan “lingkungan atau environment” yang dihadapi.
Pendekatan analisis SWOT ini perlu dilakukan karena kita harus berusaha memenangkan pertandingan atau persaingan bisnis tersebut. Berusaha agar dapat mengalahkan lawan tanding atau pesaing bisnis jika tidak ingin berada pada posisi bisnis yang lebih rendah. Dalam melakukan analisis SWOT atau KEKAPAN, terdapat tiga aspek yaitu aspek global, aspek strategis,dan aspek operasional.
Pendekatan sistem ini pendekatan menitikberatkan pada pengertian sistem dan kemudian mengembangkannya untuk membentuk perencanaan strategis. Sistem adalah segala sesuatu yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berinteraksi.
Pendekatan kesenjangan perencanaan dimulai dari cara berpikir yang tradisional di dalam melakukan perencanaan dan kemudian dikembangkan dengan cara berpikir yang lebih maju, lebih dinamis serta lebih proaktif.
Ada lima teknik analisa yang dikembangkan untuk membantu para perencana strategi dalam proses pembuatan strategi yaitu, analisa kesenjangan, matrik, strategi umum, matrik SWOT, analisa daur kehidupan produk.
Setelah melakukan analisa dengan menggunakan beberapa teknik analisa dan membuat strategi yang dianggap cocok maka semua strategi tersebut digabungkan dalam suatu laporan yang sering disebut dengan Rencana Bisnis (Business Plan).
DAFTAR PUSTAKA
Sudarsono, Gito H indriyo (management strategic) BPFE, Yogyakarta, 2008.