OLEH :
YENNI DUDIAGUNOVIANI H 34066132
PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS AGRIBISNIS
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1 NAMA Yenni Dudiagunoviani
2
NRP H 340661323
ALAMAT DI BOGOR Jl. Cidangiang Wisma D-IV, Tegallega Bogor4
ALAMAT ASAL Jl. Raya Barat Pangandaran Rt. 01 Rw. 01 No. 15 Sukamulya, Banjarsari-Ciamis5
BEBAN STUDI SEMESTERBERJALAN
7 Sks
6
BEBAN STUDI YANGDISELESAIKAN
6 Sks
7
IPK SAMPAI SEMESTERTERAKHIR
8
JUDUL Analisis Strategi PengembanganUsahatani Beras Organik Kelompok Tani Cibeureum Jempol
9
LOKASI Kel. Mulyaharja, Kec. Bogor Selatan10
LAMA PENELITIAN 2 bulan11
PERNYATAAN PERSETUJUANProposal ini telah disetujui oleh pembimbing tanggal Oktober 2008
Pembimbing
YENNI DUDIAGUNOVIANI. Analisis Strategi Pengembangan Usahatani Beras Organik Kelompok Tani Cibeureum Jempol (Studi Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor selatan, Kota Bogor) (Dibawah bimbingan JOKO PURWONO)
Saat ini perkembangan konsumsi masyarakat Indonesia akan beras organik semakin meningkat yaitu sekitar 230 juta jiwa. Hal ini seiring dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat serta kesadaran akan pentingnya kesehatan. Saat ini telah tumbuh beberapa kelompok tani yang mengembangkan usaha beras organik, terlebih lagi pada saat beras organik dijadikan sebagai komoditas unggulan selain talas bogor. Kelompok Tani Cibeureum Jempol merupakan satu-satunya kelompok yang mengusahakan beras organik dari hulu sampai hilir di bogor selatan. Besarnya permintaan akan beras organik pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol diperkirakan kurang lebih 6.000-15.000 kg perbulan hanya untuk memenuhi para pelanggan yang datang langsung serta permintaan dari Hero.
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini bertujuan : 1) Mengidentifikasi dan menganalisis faktor internal dan faktor eksternal Kelompok Tani Cibeureum Jempol Muyaharja; serta 2) Menganalisis strategi terbaik yang dapat diterapkan dalam rangka pengembangan usaha beras organik pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol Mulyaharja. Penelitian ini hanya sampai kepada tahap formulasi dari manajemen strategis. Untuk tahap implementasi dan evaluasi strategi merupakan wewenang dari manajemen Kelompok Tani Cibeureum Jempol sendiri.
Penelitian di Kelompok tani Cibeureum Jempol ini dilakukan secara sengaja (purposive), kasus di Kalurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Data dan informasi yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data analisis melalui perumusan strategi yang terdiri dari tahap masukan, tahap pemaduan dan tahap pemilihan strategi. Alat analisis yang digunakan adalah matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation), matriks IFE (Internal Factor Evaluation), matrik SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats), matriks I-E (Internal Eksternal) dan matriks QSP (Quantitative Strategic Planning).
Pada faktor eksternal peluang yang paling utama dapat dimanfaatkan adalah adanya program pemerintah “Go Organic” dengan nilai skor sebesar 0,396 dan nilai rating sebesar 4,000. Sedangkan untuk ancaman terbesar yang harus diwaspadai kelompok tani Cibeureum Jempol adalah tingkat daya beli masyarakat yang masih rendah dengan nilai skor sebesar 0,337 dan nilai rating sebesar 3,333. Dari factor EFE dan IFE dihasilkan Nilai rata-rata EFE sebesar 3,300 dan IFE sebesar 2,506 sehingga menempatkan kelompok tani Cibeureum Jempol pada sel 2. Posisi ini menggambarkan bahwa kelompok tani Cibeureum Jempol berada dalam kondisi tumbuh dan harus lebih dibina lagi.
pendidikan maupun instansi terkait guna mendapatkan teknologi pertanian yang sehat, cepat dan tepat guna.
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus Agribisnis Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
OLEH :
YENNY DUDIAGUNOVIANI H34066132
PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Strategi Pengembangan Usahatani Beras Organik Kelompok Tani Cibeureum Jempol (Studi Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor) adalah hasil karya saya sendiri yang dibuat sebenar-benarnya dan belum pernah diajukan sebagai skripsi pada perguruan tinggi atau lembaga manapun.
Bogor, Januari 2009
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan berkat, rahmat dan hidayahNya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa adanya halangan yang berarti, skripsi dengan judul Analisis Strategi Pengembangan Usahatani Beras Organik Kelompok Tani Cibeureum Jempol (Studi Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor) ini adalah prasyarat dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen , Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna dan berawal dari sini penulis berharap semoga tulisan kecil ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya. Oleh karena itu kritik dan saran sangat saya harapkan demi keberhasilan bersama.
Bogor, Januari 2009
Alhamdulilahirobilalamin saya panjatkan dan mengucap syukur yang berlimpah kepada Allah SWT yang telah memberikan berkat, rahmat dan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah diharapkan. Tidak lupa juga saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalm penyusunan skripsi ini, di antaranya :
1. Kedua orang tua saya yang sangat berperan baik dalam memberikan doa ataupun dukungan dalam bentuk materi, nenekku tercinta, serta kedua kakakku dan adikku yang tak luput selalu memberikan semangat kepada penulis.
2. Ir. Joko Purwono, MS. selaku pembimbing penulis yang telah sabar dan bijaksana dalam membimbing penulis sehingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Amin Selaku ketua Kelompok Tani Cibeureum Jempol Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di kelompok tani tersebut.
4. Ir. Popong Nurhayati, Msi. Selaku dosen evaluator kolokium proposal penulis yang telah memberikan masukan yang sangat bermanfaat untuk penyusunan skripsi ini.
7. Ibu Etriya selaku Dosen Komisi Pendidikan Sidang, yang telah memberikan masukan dalam hal teknik penulisan skripsi yang baik dan benar.
8. Seluruh Dosen Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen yang telah mengajar penulis semasa kuliah sehingga penulis dapat mengerti materi-materi yang telah diberikan dengan baik.
9. Staff sekretariat Agribisnis yang telah rela melayani penulis pada masa kuliah hingga sekarang.
10.Rekan–rekan seperjuangan Agribisnis yang sama-sama sedang menyelesaikan penulisan skipsinya semoga kalian tetap semangat.
11.Rekan kerja di BAPPENAS IbuYanti, Bapak Anwar Sunari, Bapak Arif Haryana, Bapak Nono Rusono, Mas Jarot Indarto, Mas Ali Muharam, Mas Noor avianto, Bapak Suhada, Bapak Sunarto, Mbak Ayu dan rekan-rekan lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
12.Untuk Harliyadi Bangkit Kuncoro beserta keluarga yang telah membantu penulis dalam kelancaran pembuatan bahan presentasi skripsi penulis serta memberikan support yang positif terhadap penulis.
13.Sahabat-sahabat terdekat penulis yang selalu memberikan semangat dan partisipasinya kepada penulis : Mira Apriani, De Esty, Agus, Imam Wahyudi, Firman Kamil, Desti, Ani, Mbak Yu Anita, Puteri, Chan2, Dodot, Sari dan banyak lagi sahabat-sahabatku yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. 14.Sahabat-sahabatku dikostan yang selalu berbagi berbagai hal dengan penulis:
OLEH :
YENNI DUDIAGUNOVIANI H 34066132
PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS AGRIBISNIS
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1 NAMA Yenni Dudiagunoviani
2
NRP H 340661323
ALAMAT DI BOGOR Jl. Cidangiang Wisma D-IV, Tegallega Bogor4
ALAMAT ASAL Jl. Raya Barat Pangandaran Rt. 01 Rw. 01 No. 15 Sukamulya, Banjarsari-Ciamis5
BEBAN STUDI SEMESTERBERJALAN
7 Sks
6
BEBAN STUDI YANGDISELESAIKAN
6 Sks
7
IPK SAMPAI SEMESTERTERAKHIR
8
JUDUL Analisis Strategi PengembanganUsahatani Beras Organik Kelompok Tani Cibeureum Jempol
9
LOKASI Kel. Mulyaharja, Kec. Bogor Selatan10
LAMA PENELITIAN 2 bulan11
PERNYATAAN PERSETUJUANProposal ini telah disetujui oleh pembimbing tanggal Oktober 2008
Pembimbing
YENNI DUDIAGUNOVIANI. Analisis Strategi Pengembangan Usahatani Beras Organik Kelompok Tani Cibeureum Jempol (Studi Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor selatan, Kota Bogor) (Dibawah bimbingan JOKO PURWONO)
Saat ini perkembangan konsumsi masyarakat Indonesia akan beras organik semakin meningkat yaitu sekitar 230 juta jiwa. Hal ini seiring dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat serta kesadaran akan pentingnya kesehatan. Saat ini telah tumbuh beberapa kelompok tani yang mengembangkan usaha beras organik, terlebih lagi pada saat beras organik dijadikan sebagai komoditas unggulan selain talas bogor. Kelompok Tani Cibeureum Jempol merupakan satu-satunya kelompok yang mengusahakan beras organik dari hulu sampai hilir di bogor selatan. Besarnya permintaan akan beras organik pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol diperkirakan kurang lebih 6.000-15.000 kg perbulan hanya untuk memenuhi para pelanggan yang datang langsung serta permintaan dari Hero.
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini bertujuan : 1) Mengidentifikasi dan menganalisis faktor internal dan faktor eksternal Kelompok Tani Cibeureum Jempol Muyaharja; serta 2) Menganalisis strategi terbaik yang dapat diterapkan dalam rangka pengembangan usaha beras organik pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol Mulyaharja. Penelitian ini hanya sampai kepada tahap formulasi dari manajemen strategis. Untuk tahap implementasi dan evaluasi strategi merupakan wewenang dari manajemen Kelompok Tani Cibeureum Jempol sendiri.
Penelitian di Kelompok tani Cibeureum Jempol ini dilakukan secara sengaja (purposive), kasus di Kalurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Data dan informasi yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data analisis melalui perumusan strategi yang terdiri dari tahap masukan, tahap pemaduan dan tahap pemilihan strategi. Alat analisis yang digunakan adalah matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation), matriks IFE (Internal Factor Evaluation), matrik SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats), matriks I-E (Internal Eksternal) dan matriks QSP (Quantitative Strategic Planning).
Pada faktor eksternal peluang yang paling utama dapat dimanfaatkan adalah adanya program pemerintah “Go Organic” dengan nilai skor sebesar 0,396 dan nilai rating sebesar 4,000. Sedangkan untuk ancaman terbesar yang harus diwaspadai kelompok tani Cibeureum Jempol adalah tingkat daya beli masyarakat yang masih rendah dengan nilai skor sebesar 0,337 dan nilai rating sebesar 3,333. Dari factor EFE dan IFE dihasilkan Nilai rata-rata EFE sebesar 3,300 dan IFE sebesar 2,506 sehingga menempatkan kelompok tani Cibeureum Jempol pada sel 2. Posisi ini menggambarkan bahwa kelompok tani Cibeureum Jempol berada dalam kondisi tumbuh dan harus lebih dibina lagi.
pendidikan maupun instansi terkait guna mendapatkan teknologi pertanian yang sehat, cepat dan tepat guna.
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus Agribisnis Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
OLEH :
YENNY DUDIAGUNOVIANI H34066132
PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Strategi Pengembangan Usahatani Beras Organik Kelompok Tani Cibeureum Jempol (Studi Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor) adalah hasil karya saya sendiri yang dibuat sebenar-benarnya dan belum pernah diajukan sebagai skripsi pada perguruan tinggi atau lembaga manapun.
Bogor, Januari 2009
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan berkat, rahmat dan hidayahNya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa adanya halangan yang berarti, skripsi dengan judul Analisis Strategi Pengembangan Usahatani Beras Organik Kelompok Tani Cibeureum Jempol (Studi Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor) ini adalah prasyarat dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen , Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna dan berawal dari sini penulis berharap semoga tulisan kecil ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya. Oleh karena itu kritik dan saran sangat saya harapkan demi keberhasilan bersama.
Bogor, Januari 2009
Alhamdulilahirobilalamin saya panjatkan dan mengucap syukur yang berlimpah kepada Allah SWT yang telah memberikan berkat, rahmat dan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah diharapkan. Tidak lupa juga saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalm penyusunan skripsi ini, di antaranya :
1. Kedua orang tua saya yang sangat berperan baik dalam memberikan doa ataupun dukungan dalam bentuk materi, nenekku tercinta, serta kedua kakakku dan adikku yang tak luput selalu memberikan semangat kepada penulis.
2. Ir. Joko Purwono, MS. selaku pembimbing penulis yang telah sabar dan bijaksana dalam membimbing penulis sehingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Amin Selaku ketua Kelompok Tani Cibeureum Jempol Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di kelompok tani tersebut.
4. Ir. Popong Nurhayati, Msi. Selaku dosen evaluator kolokium proposal penulis yang telah memberikan masukan yang sangat bermanfaat untuk penyusunan skripsi ini.
7. Ibu Etriya selaku Dosen Komisi Pendidikan Sidang, yang telah memberikan masukan dalam hal teknik penulisan skripsi yang baik dan benar.
8. Seluruh Dosen Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen yang telah mengajar penulis semasa kuliah sehingga penulis dapat mengerti materi-materi yang telah diberikan dengan baik.
9. Staff sekretariat Agribisnis yang telah rela melayani penulis pada masa kuliah hingga sekarang.
10.Rekan–rekan seperjuangan Agribisnis yang sama-sama sedang menyelesaikan penulisan skipsinya semoga kalian tetap semangat.
11.Rekan kerja di BAPPENAS IbuYanti, Bapak Anwar Sunari, Bapak Arif Haryana, Bapak Nono Rusono, Mas Jarot Indarto, Mas Ali Muharam, Mas Noor avianto, Bapak Suhada, Bapak Sunarto, Mbak Ayu dan rekan-rekan lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
12.Untuk Harliyadi Bangkit Kuncoro beserta keluarga yang telah membantu penulis dalam kelancaran pembuatan bahan presentasi skripsi penulis serta memberikan support yang positif terhadap penulis.
13.Sahabat-sahabat terdekat penulis yang selalu memberikan semangat dan partisipasinya kepada penulis : Mira Apriani, De Esty, Agus, Imam Wahyudi, Firman Kamil, Desti, Ani, Mbak Yu Anita, Puteri, Chan2, Dodot, Sari dan banyak lagi sahabat-sahabatku yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. 14.Sahabat-sahabatku dikostan yang selalu berbagi berbagai hal dengan penulis:
Nama : Yenni Dudiagunoviani NRP : H 34066132
Judul : Analisis Strategi Pengembangan Usahatani Beras Organik Kelompok Tani Cibeureum Jempol (Studi Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor)
dapat diterima sebagai salah satu syarat kelulusan pada program Sarjana Penyelenggaraan Khusus Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing
Ir. Joko Purwono, MS NIP. 131 578 844
Ketua
Depertemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 131 415 082
ii 4.3.3 Penentuan Bobot Setiap Variabel... 43 4.3.4 Matrix SWOT ... 45 4.3.5 Matrix QSPM ... 47 V. GAMBARAN UMUM KELOMPOK TANI ... 49 5.1 Gambaran Umum Kelompok Tani Cibeureum Jempol ... 49 5.2 Visi, Misi dan Tujuan... 50 5.3 Organisasi ... 51 5.4 Kegiatan Usaha Kelompok Tani Cibeureum Jempol... 52 5.5 Kegiatan Pemasaran Kelompok Tani Cibeureum Jempol ... 53 VI. ANALISIS LINGKUNGAN KELOMPOK TANI ... 55 6.1 Analisis Lingkungan Internal ... 55 6.1.1 Sumber Daya Manusia ... 55 6.1.2 Keuangan ... 56 6.1.3 Produksi dan Operasi... 57 6.1.4 Pemasaran ... 59 6.1.5 Pengembangan, Pembinaan dan Pelatihan ... 61 6.2 Analisis Faktor Eksternal ... 62 6.2.1 Lingkungan Makro ... 62 6.2.2 Analisis Lingkungan Industri... 70 6.3 Identifikasi Faktor-faktor Strategis Internal dan Eksternal Kelompok
iv
Nomor Halaman
1. Proyeksi Luas Lahan, Produktivitas, Produksi dan Pertumbuhan
Produksi Padi Nasional Pada Tahun 2004-2008* ... 1 2. Perkembangan Kelompok Tani, Luas Lahan dan Produksi Beras Organik di Bogor Pada Tahun 2004-2008 ... 5 3. Total Penjualan Beras Organik Setiap Bulan pada Tahun 2007-2008 Pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol Mulyaharja-Bogor Selatan ... 6 4. Luasan Lahan Pertanian Oganik di Kawasan Asia Tahun 2004 ... 17 5. Bentuk Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ... 43 6. Bentuk Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) ... 43 7. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Organisasi ... 44 8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Organisasi ... 44 9. Matriks SWOT ... 46 10. Matriks QSPM ... 48 11. Laju Pertumbuhan PDB Nasional Menurut Lapangan Usaha
v Nomor Halaman 1. Model Lima Kekuatan Porter ... 30 2. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional... 34 3. Matriks IE ... 45 4. Struktur Organisasi Kelompok Tani Cibeureum Jempol
Mulyaharja (2008) ... 52 5. Saluran Distribusi Produk Pada Kelompok Tani Cibeureum
vi Nomor Halaman 1. Luas Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi Padi Jawa Barat
Tahun 2003-2006 ... 100 2. Pembobotan Terhadap Kekuatan dan Kelemahan serta Peluang
dan Ancaman Kelompok Tani Cibeureum Jempol ... 101 3. Penilaian Bobot Rata-rata Faktor Strategis Internal
dan Eksternal... 106 4. Rating Rata-rata Faktor Strategis Internal dan Eksternal ... 108 5. Kuisioner Matriks QSP ... 117
Peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional masih sangat besar terhadap pembentukan PDB nasional yaitu sebesar 27 persen pada triwulan I tahun 2008. Produk-produk pertanian sangat berguna dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia terutama kebutuhan akan pangan. Indonesia memiliki beberapa komoditas pangan utama yaitu beras, jagung, kedelai, gandum dan kentang. 1.750 juta jiwa penduduk Asia, termasuk Indonesia yaitu sebanyak 230 juta jiwa penduduk Indonesia mengkonsumsi hasil olahan beras yaitu nasi sebagai pangan utamanya, sehingga dapat menjadi peluang bagi petani produsen beras untuk mengembangkan usahanya.
Untuk memenuhi kebutuhan akan beras, pemerintah selalu memantau perkembangan produksi, luas lahan dan produktivitas akan padi nasional agar tidak terjadi defisit. Pada Tabel 1 dapat dilihat proyeksi perkembangan produksi, produktivitas serta luas lahan padi (beras) dari tahun 2004 sampai Juni (triwulan II) 2008.
Tabel 1. Proyeksi Luas Lahan, Produktivitas, Produksi dan Pertumbuhan Produksi Padi Nasional Pada Tahun 2004 – 2008*
Berdasarkan Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa proyeksi produksi padi nasional triwulan II tahun 2008 terus meningkat hingga mencapai 59.877.219 ton Gabah Kering Giling (GKG) dengan luas lahan sekitar 12.385.242 hektar. Artinya pertumbuhan produksi padi nasional pada triwulan II tahun 2008 ikut meningkat juga meskipun tidak terlalu signifikan yaitu mencapai 4,76 persen dibandingkan dengan tahun 2006 sekitar 0,56 persen yang meningkat tajam pada tahun 2007 hingga 4,96 persen. Sedangkan tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia terus meningkat hingga 1,48 pertahun, sehingga diperkirakan pada tahun 2020 akan diperlukan beras sebanyak 40 juta ton untuk keperluan konsumsi.
Pertumbuhan akan padi nasional seiring dengan pertumbuhan akan padi di daerah bogor yang ikut berkembang dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 jumlah produksi di daerah Bogor menurun hingga angkanya mencapai 9.418.572 ton dengan luasan lahan sebesar 1.798.260 hektar sehingga tingkat produktivitasnya 4,76 ton/ha seperti yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Hal ini didukung oleh konsumsi masyarakat bogor yang masih menjadikan nasi (olahan beras) sebagai makanan pokok yang paling utama.
dapat menurunkan tingkat produksi dan produktivitas pertanian. Revolusi hijau juga akan mengakibatkan tingginya residu pestisida yang berbahaya dalam pangan atau sayuran yang dikonsumsi sehingga menjadi ancaman besar bagi kesehatan manusia. Hal tersebut mendorong diterapkannya kembali teknologi pertanian organik yaitu pertanian yang sehat dan ramah lingkungan.
Berkembangnya pertanian organik mendukung program pemerintah dalam hal keamanan pangan yaitu suatu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan manusia sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 yang menegaskan bahwa pembangunan dan perbaikan gizi dilaksanakan secara lintas sektor meliputi produksi, pengolahan, distribusi hingga konsumsi pangan dengan kandungan gizi yang cukup, seimbang serta terjamin keamanannya.
Perkembangan pertanian organik juga didukung oleh tingkat pendidikan, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka semakin besar pula keinginan masyarakat tersebut memenuhi gizinya dalam hal pangan. Tingkat pendidikan masyarakat Jawa Barat pada tahun 2008 ini cukup tinggi yaitu sebesar 18,67 persen. Hal ini mendukung peningkatan usaha agribisnis pertanian organik. Di Bogor khususnya, kini mulai tumbuh pengusaha pertanian organik, mulai dari sayuran, buah-buahan hingga beras organik.
Kelompok tani Cibeureum Jempol merupakan salah satu kelompok tani yang masih bertahan mengembangkan usaha beras organik dari mulai hulu sampai hilir sejak tahun 1997 hingga sekarang. Beras organik yang dihasilkan sesuai dengan SNI 01-b729-2002 dan telah diuji di laboratorium Agro Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat di Bandung dengan nomor 307.13/Ma/DN/XI/04 tanngal 1 Nopember 2004 yang hasilnya tidak terdeteksi residu zat kimia dari pupuk dan pestisida anorganik.
Dalam kegiatan pengembangan usahanya Kelompok tani Cibeureum Jempol menghadapi banyak permasalahan dari internal maupun eksternal diantaranya dalam hal usaha, organisasi dan manajemen, jumlah dan loyalitas sumber daya manusia, lahan yang terbatas, sarana dan prasarana yang masih sederhana serta permodalan yang masih terbatas. Penilaian terhadap strategi usaha beras organik yang tengah dikembangkan oleh Kelompok tani perlu dilakukan sehingga dapat diketahui faktor-faktor internal dan eksternal guna mengevaluasi perkembangan usahanya tersebut dan dapat dikombinasikan untuk dihasilkan prioritas pengembangan usaha beras organik tersebut.
1.2Perumusan Masalah
Program pemerintah ”Go Organik” merupakan salah satu pilihan program
ingin dicapai dari program ini adalah mewujudkan Indonesia sebagai salah satu produsen dan pengekspor pangan organik utama di dunia pada tahun 2010.
Program pemerintah ”Go Organic 2010” memberikan angin segar kepada
para pengusaha untuk mengembangkan pertanian organik, salah satunya adalah beras organik. Hal ini mendorong semakin meningkatkan produsen produk pertanian organik termasuk kelompok tani yang mengusahakan beras organik. Peningkatan jumlah kelompok tani beras organik yang paling tinggi terjadi pada tahun 2005. Perkembangan kelompok tani ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan Kelompok Tani, Luas Lahan dan Produksi Beras Organik di Bogor pada Tahun 2004-2008
Tahun Nama Kelompok Tani
Luas Lahan
(Ha)
Produksi (GKP Ton/Ha) 2004 - Cibeureum Jempol
- Lemah Duhur
100 50
7 7 2005 - Cibeureum Jempol
- Bojong Tani
2007 - Cibeureum Jempol - Mekar Tani
40 50
7 7 2008 - Cibeureum Jempol
- Mekar Tani
40 25
7 7 Sumber : Dinas Pertanian Bogor, 2008.
Keterangan : GKP (Gabah Kering Panen)
satu-satunya kelompok tani yang mengusahakan beras organik dari mulai hulu hingga hilir dengan didukung luasan lahan yang dimiliki seluas 40 hektar. Sedangkan untuk kelompok tani Mekar tani hanya memiliki lahan seluas 25 hektar dimana pada awal berdirinya memiliki lahan seluas 50 hektar.
Penurunan luas lahan pada kelompok tani Cibeureum Jempol diakibatkan karena adanya konversi lahan pada lahan milik petani anggota. Lahan dikonversi menjadi lahan non-pertanian dimana lahan tersebut diolah untuk dijadikan tempat pariwisata non-pertanian. Petani ditawarkan harga yang tinggi pada setiap penjualan lahannya dan mereka juga dipaksa serta ditakut-takuti oleh pembeli lahan tersebut akan ketersediaan air yang akan ditutup alirannya oleh pembeli lahan tersebut. Hal ini membuat para petani ketakutan sehingga sekitar 60 hektar lahan milik petani tersebut terjual.
Tabel 3. Total Penjualan Beras Organik Setiap Bulan pada Tahun 2007-2008 Pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol Mulyaharja-Bogor Selatan
Bulan Volume (Kg) Pendapatan (Rp)
Januari 2007 14.604 73.020.000
Pebruari 2007 9.714 48.570.000
Maret 2007 5.646 28.230.000
April 2007 3.562 19.591.000
Mei 2007 7.504 41.272.000
Juni 2007 5.185 28.517.500
Juli 2007 6.662 36.641.000
Agustus 2007 5.584 32.387.200
September 2007 6.567 38.088.600
Oktober 2007 6.295 36.511.000
November 2007 6.856 39.764.800
Desember 2007 9.391 54.467.800
Januari 2008 8.553 51.318.000
Pebruari 2008 8.924 53.556.000
Maret 2008 9.221 55.326.000
April 2008 6.192 37.152.000
Mei 2008 14.482 94.133.000
Juni 2008 15.135 98.377.500
Juli 2008 8.725 56.712.500
Permintaan akan beras organik di kelompok tani Cibeureum Jempol diperkirakan 6.000-15.000 kg perbulan. Permintaan ini berasal dari konsumen langganan kelompok tani ini, diantaranya konsumen sekitar yang langsung datang ke kelompok tani ini serta kepada para distributor tetap kelompok tani ini. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3. besarnya penjualan beras oganik pada bulan Januari-Juli tahun 2008.
Dalam perkembangan usaha beras organik, kelompok tani ini menghadapi berbagai permasalahan, seperti permasalahan internal yang saat ini tengah terjadi pada kelompok tani ini diantaranya pada penjualan, sarana dan prasarana, keterbatasan modal, ataupun keterbatasan pendidikan dan keterampilan yang dimiliki oleh petani anggota dalam memanfaatkan teknologi yang ada. Dengan keterbatasan yang ada tersebut mengakibatkan sistem manajemen yang ada pada kelompok tani tersebut masih sangat sederhana. Pada Tabel 3 dapat dilihat terjadi penurunan tingkat penjualan beras organik di bulan April dan Juli yang hanya mampu terjual sekitar 6.192 dan 8.725 kilogram saja.
Selain permasalahan internal juga ada beberapa permasalahan eksternal yang mempengaruhi perkembangan usaha kelompok tani Cibeureum Jempol ini. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor tersebut serta besar pengaruhnya terhadap perkembangan usaha pada kelompok tani Cibeureum tersebut. Setelah itu dapat diformulasikan strategi apa yang paling tepat yang dapat dikembangkan oleh kelompok tani Cibeureum Jempol ini.
peluang serta ancaman usahanya tersebut, sehingga dapat diajukan beberapa alternatif strategi yang tepat untuk diterapkan sebagai solusi masalah yang ada.
Berdasarkan uraian tersebut maka permasalahan yang akan diangkat adalah : 1. Faktor – faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi penentuan
strategi pengembangan usaha beras organik Kelompok Tani Cibeureum Jempol Mulyaharja?
2. Alternatif strategi apa saja yang dapat diterapkan Kelompok Tani Cibeureum Jempol Mulyaharja dalam pengembangan usaha beras organik?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini bertujuan :
1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor internal dan faktor eksternal Kelompok Tani Cibeureum Jempol Muyaharja.
2. Menganalisis strategi terbaik yang dapat diterapkan dalam rangka pengembangan usaha beras organik pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol Mulyaharja.
1.4Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian ini antara lain :
1. Sebagai objek penelitian untuk mengevaluasi kegiatan di Kelompok Tani Cibeureum Jempol Mulyaharja
2. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengembilan keputusan strategi pengembangan usahanya
1.5Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian dan pembahasan skripsi ini meliputi gambaran umum perusahaan yaitu kelompok tani, analisis faktor-faktor internal dan eksternal kelompok tani, perumusan strategi dan penentuan prioritas strategi yang dapat diterapkan pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol khususnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pertanian Organik
Pertanian organik merupakan proses budidaya pertanian yang menyelaraskan pada keseimbangan ekologi, keanekaragaman varietas, serta keharmonisan dengan iklim dan lingkungan sekitar. Pertanian organik memiliki arti bahwa pada saat melakukan proses produksi hanya digunakan pupuk kandang atau kompos saja. Di Indonesia, pertanian organik sudah dimulai semenjak tahun 1997 pada saat harga sarana produksi pertanian (saprotan) seperrti pupuk pestisida dan pestisida kimia melambung tinggi.
diperbaharui pada sistem pertanian yang dikelola secara lokal; 6) mempromosikan penggunaan tanah, air dan udara secara sehat, serta meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan oleh praktek - praktek pertanian; 7) menangani produk pertanian dengan penekanan pada cara pengolahan yang hati - hati untuk menjaga integritas organik dan mutu produk pada seluruh tahapan; dan 8) bisa diterapkan pada seluruh lahan pertanian yang ada melalui suatu periode konversi, dimana lama waktunya ditentukan oleh faktor spesifik lokasi seperti sejarah lahan serta jenis tanaman dan hewan yang akan diproduksi.
Pertanian organik memiliki kelebihan, diantaranya : 1) tidak menggunakan pupuk maupun pestisida kimia sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, air, maupun udara, serta produknya tidak mengandung racun; 2) tanaman organik mempunyai rasa yang lebih manis dibandingkan tanaman non organik; 3) produk tanaman organik lebih mahal sehingga lebih menguntungkan petani. Selain itu, pertanian organik juga memiliki kekurangan diantaranya : 1) kebutuhan tenaga kerja lebih banyak, terutama untuk pengendalian hama dan penyakit karena umumnya masih dilakukan secara manual; dan 2) penampilan fisik tanaman organik kurang bagus (misalnya berukuran lebih kecil dan daun berlubang-lubang) dibandingkan dengan tanaman non-organik.
2.2 Prinsip Pertanian Organik
memupuk dengan pupuk hijau; (3) memupuk dengan limbah yang berasal dari kandang ternak, rumah pemotongan hewan (RPH), septic tank; dan (4) mempertahankan dan melestarikan habitat tanaman dengan pola tanam polikultur.
Sedangkan pertanian organik menurut IFOAM, prinsip-prinsip pertanian organik terdiri dari :
1. Prinsip Kesehatan
Pada dasarnya, pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
2. Prinsip Ekologi
Pada prinsip ekologi, diartkan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang ekologis. Sehingga pada setiap kegiatan budidaya baik pertanian, peternakan dan pemanenan produk organik harus sesuai dengan siklus dan keseimbangan ekologi di alam.
3. Prinsip Keadilan
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihakdi segala tingkatan : seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen. Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan kemiskinan.
Dalam melakukan pertanian organik, perlindungan terhadap pelaku, pengguna maupun lingkungan juga harus diperhatikan. Oleh karena itu diperlukan ilmu pengetahuan yang akan mendukung dalam pertanian organik agar produk yang dihasilkan bersifat organik dan menyehatkan, aman serta ramah terhadap lingkungan.
2.3 Tujuan Pertanian Organik
Kegunaan dari budidaya organik yaitu meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya kimiawi dan kemungkinan resiko terhadap lingkungan (Sutanto dalam Januar, 2006) adalah : 1. Menghemat penggunaan hara, berarti memperpanjang umur produktif tanah. 2. Melindungi tanah terhadap kerusakan karena erosi dan mencegah degradasi
tanah karena kerusakan struktur tanah (pemampatan tanah).
3. Meningkatnya penyediaan lengas tanah sehingga menghindarkan kemungkinan resiko kekeringan dan memperbaiki ketersediaan hara tanah dan hara yang berasal dari pupuk mineral, berarti meningkatkan kemungkinan penggunaannya, dan sekaligus menghemat penggunaan pupuk buatan yang harganya semakin mahal.
4. Menghindarkan terjadinya ketimpangan hara, bahkan dapat memperbaiki neraca hara dalam tanah.
5. Melindungi tanah terhadap cekaman (stress) oleh unsur-unsur yang ada dalam tanah atau yang masuk kedalam tanah dari bahan-bahan pencemar.
7. Tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, khususnya atas sunberdaya air, karena zat-zat kimia yang terkandung berkadar rendah dan berbentuk senyawa yang tidak mudah larut.
8. Dapat menekan biaya produksi karena pupuk yang digunakan adalah pupuk organik yang dihasilkan dari bahan-bahan yang tersedia didalam usahatani itu sendiri dan pupuk hayati dalam jumlah yang relatif sedikit.
2.4 Pengertian Beras Organik
Beras organik merupakan beras sehat kandungan gizi dan vitamin yang tinggi karena tidak menghilangkan seluruh lapisan kulit arinya dan aman karena bebas dari kandungan Bahan Berbahaya Beracun (B3) yang dihasilkan dari padi yang ditanam tanpa menggunakan pupuk dan pestisida kimia dan telah disertifikasi oleh suatu badan mandiri. Penanamannya dilakukan menggunakan pupuk alami, hamanya dikendalikan dengan menggunakan pestisida alami yang dibuat sendiri oleh petani langsung baik padat maupun cair yang tidak membahayakan lingkungan. Beberapa tanaman yang dapat digunakan dan diolah menjadi pestisida alami yaitu tembakau, nimbi, mengkudu, mahoni, dan sebagainya (Pracaya dalam Januar, 2006). Beras organik dijamin sehat untuk dikonsumsi, rasanya lebih enak, warnanya lebih putih setelah dimasak menjadi nasi, tidak mudah basi (nasi organik tahan 24 jam sedangkan non-organik hanya 12 jam) serta aromanya lebih wangi.
1. Lokasi lahan yang akan digunakan untuk berproduksi beras organik harus jauh dari polusi seperti knalpot motor, limbah pabrik, dan lain - lain.
2. Sistem pengairan harus baik, tidak boleh bercampur dengan lahan pertanian yang belum organik (masih menggunakan pestisida).
3. Countur tanah Terasiring.
4. Lahan – lahan pertanian yang berada disekitarnya tidak boleh menggunakan pestisida.
5. Lahan yang awalnya digunakan untuk menanam tanaman an-organik, maka lahan tersebut harus diberakan (diistirahatkan) kurang lebih tiga bulan sebelum penanaman kembali.
2.5 Lahan Pertanian Organik
(Fe), dan kalsium (Ca). Luasan lahan pertanian organik kawasan Asia seluas 61.595 ha, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Pada Tabel 4 dapat dilihat luasan lahan organik yang terdapat di beberapa negara di Asia. Beberapa negara di Asia yang sudah mulai mengembangkan lahan organik yang lebih dari 1.000 ha diantaranya Srilanka, India, China, Republik Korea, Thailand dan Vietnam. Masing-masing luasan yang dimiliki yaitu 9.201 ha, 5.147 ha, 2.910 ha, 1.237 ha, 1.154 ha dan 1.022 ha. Negara Philipines, Pakistan, Israel, Azerbaijan, Bangladesh, Ukraina, Nepal, Lebanon, Jepang, Kazakstan dan Syria hanya mengembangkan lahan pertanian organik kurang dari 1.000 ha. Luasan masing-masing negara yaitu 500 ha, 405 ha, 285 ha, 100 ha, 69 ha, 26 ha, 17 ha, 4 ha, 1 ha dan 1 ha. Diantara beberapa negara di Asia yang mengembangkan lahan pertanian organik, Indonesia memiliki luasan lahan yang paling luas. Hal ini diakibatkan karena negara Indonesia merupakan negara agraris yang penghasilan utamanya bersumber dari lahan pertanian. Pada Tabel dapat dilihat bahwa begitu luasnya lahan pertanian organik yang produktif di negara Indonesia.
semakin banyak perubahan dan adopsi yang diperlukan dalam lahan pertanian, semakin tinggi pula resiko ekonomi yang ditanggung untuk perubahan – perubahan tersebut. (Prawoto, 2006).
Tabel 4. Luasan Lahan Pertanian Oganik di Kawasan Asia Tahun 2004 Country Year
2.6 Konsep Pengembangan Kelompok Tani Cibeureum Beras Organik
1. Berkelanjutan (sustainable), yaitu pada setiap berusahatani maka petani harus memperoleh keuntungan sehingga petani dapat meneruskan usahanya dalam agribisnis.
2. Berkerakyatan, yaitu setiap teknologi dapat diterapkan oleh petani untuk mengadopsi teknologi-teknologi yang diberikan oleh peneliti dengan tidak mengeluarkan biaya yang tinggi.
3. Berwawasan lingkungan, yaitu berusahatani dengan tidak merusak lingkungan dan menggunakan saprodi yang ramah lingkungan.
4. Spesifik lokal, yaitu memaksimalkan kearifan lokal (produk unggulan lokal) serta memotivasinya.
5. Usahatani yang berorientasi pada pasar, yaitu setiap petani harus mengetahui pasar mana yang akan dimasuki.
Kegiatan usaha yang dilakukan oleh Kelompok Tani Cibeureum Jempol diprioritaskan pada pengembangan produk dan usaha untuk mengenalkan dan memasarkan produk – produk beras organik. Kegiatan produksi pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol belum dilakukan secara optimal dikarenakan keterbatasan teknologi, sarana dan prasarana, lahan, ketersediaan air, sumberdaya serta sistem manajemen yang masih kurang terstruktur.
Jempol. Sedangkan faktor internal Kelompok Tani Cibeureum Jempol adalah sarana dan sumberdaya yang ada dalam kelompok tani tersebut secara langsung mempengaruhi perkembangan kemajuan usahanya.
2.7 konsep Manajemen Strategi
Setiap perusahaan atau organisasi akan selalu dihadapkan pada lingkungan yang selalu berubah dengan cepat setiap saat yang akan memberikan pengaruh positif ataupun negatif terhadap perkembangan perusahaan. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus memiliki beberapa strategi untuk menghadapi segala perubahan tersebut, sehingga perubahan tersebut akan memberikan manfaat pada perkembangan perusahaan. Manajemen pada perusahaan atau organisasi pada dasranya dimaksudkan sebagai suatu proses (aktivitas) penentuan dan pencapaian tujuan melalui pelaksanaan empat fungsi dasar yaitu : planning, organizing,
actuating, dan controlling dalam penggunaan sumberdaya perusahaan atau
organisasi.
Menurut J David Hunger dan Thomas L. Wheelen (2004) Manajemen strategis merupakan serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi (perencanaan strategi atau perencanaan jangka panjang), implementasi strategi, dan evaluasi serta pengendalian. Manajemen strategis menekankan pada pengamatan dan evaluasi peluang dan ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan kelemahan perusahaan atau organisasi.
1. Penentuan misi perusahaan
Misi organisasi adalah tujuan atau alasan mengapa organisasi atau perusahaan tersebut berdiri.
2. Menentukan tujuan yang ingin dicapai
Tujuan adalah hasil akhir aktivitas perencanaan. Beberapa bidang dan tujuan yang perlu dibuat perusahaan diantaranya : profitabilitas (laba bersih), efisiensi biaya produksi, pertumbuhan usaha perrusahaan, kekayaan pemegang saham, penggunaan sumberdaya, reputasi perusahaan, kontribusi untuk karyawan, kontribusi untuk lingkungan, kondisi pasar, kondisi perkembangan teknologi, kelangsungan hidup perusahaan dan kebutuhan pribadi manajemen puncak.
3. Pengembangan strategi
Strategi perusahaan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya.
4. Penetapan pedoman kebijakan
Kebijakan merupakan pedoman perusahaan secara luas yang menghubungkan perumusan strategi dengan implementasi.
perusahaan untuk mengantisipasi segala kemungkinan dan memperoleh manfaat dalam pencapaian tujuan.
2.8 Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Kusumah (2004) mengenai Analisis Perbandingan Usahatani dan Pemasaran antara Padi Organik dan Padi An-Organik (Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor selatan). Penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu daerah yang mengembangkan usahatani padi organik. Penelitian ini membandingkan usahatani padi organik dan an-organik. Pada kegiatan usahataninya, proses budidaya yang dilakukan oleh petani organik dan an-organik sama. Perbedaannya hanya pada waktu pembajakan. Input yang digunakan pada usahatani padi organik adalah benih, pupuk orgamik dan tenaga kerja, sedangkan pada usahatani padi an-organik adalah pupuk (Urea, TSP, KCL), pestisida, dan tenaga kerja. Jumlah benih yang digunakan oleh petani padi organik lebih sedikit dibandingkan dengan padi an-organik. Sedangkan untuk penggunaan pupuknya, petani padi organik menggunakan pupuk dalam jumlah yang lebih besar (1 ton/ha) dari padi an-organik, begitu pula dengan jumlah tenaga kerja (HOK) yang digunakannya.
hasil uji-z ternyata disimpulkan bahwa perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani padi di kelurahan Mulyaharja tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani.
Apabila dilihat dari imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio) diketahui bahwa R/C rasio atas biaya tunai yang diperoleh petani padi organik (1,95) lebih rendah dari R/C rasio yang diperoleh petani padi an-organik, yaitu 2,23. Hal ini berarti bahwa dari setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan oleh petani padi organik hanya akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 1,95 lebih rendah dari penerimaan yang diperoleh petani padi an-organik.
Dari sisi pemasarannya diketahui ternyata untuk pola pemasaran III dan IV padi organik jika dibandingkan dengan seluruh pola pemasaran padi an-organik diketahui ternyata nilai total marjin pemasarannya hampir sama dengan seluruh pola pemasaran padi an-organik. Untuk mengukur efisiensi pemasaran digunakan rasio biaya-keuntungan (п/C). Berdasarkan nilai rasio tersebut diketahui bahwa pola pemasaran padi organik lebih efisien bila dibandingkan dengan pola pemasaran padi an-organik. Adapun struktur pasar yang terbentuk untuk padi organik dan padi an-organik ini adalah sama yaitu pasar oligopsoni.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan : pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani padi organik masih lebih rendah dibandingkan dengan petani padi an-organik. Sedangkan pendapatan atas biaya total petani padi organik lebih tinggi daripada petani an-organik. Dan dilihat dari efeisiensi pemasarannya maka pola pemasaran padi organik lebih efisien daripada padi an-organik.
Buncit Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil penelitian yang didasarkan pada EFE dan IFE, dimana total skor bobot hasil dari matriks EFE sebesar 2,81 dan matriks IFE sebesar 2,35 sehingga menempatkan LPS pada matriks V. Posisi ini menggambarkan posisi LPS pada respon unit-unit usaha yang ada terhadap faktor-faktor eksternal yang dihadapinya tergolong sedang.
Hasil dari matriks analisis SWOT diperoleh alternatif SO yaitu membantu proses sertifikasi kegiatan produk organik bagi petani binaan dan menjadi pengawas kegiatan pertanian organik petani dhuafa. Strategi ST yaitu meningkatkan mutu dan kemasan produk agar sulit dipalsukan. Strategi WO yaitu menjalin kerjasama dengan kelompok tani sehat dan dinas pertanian daerah dalam sosialisasi dan promosi produk. Strategi WT yaitu meningkatkan kualitas produksi beras organik dengan penambahan sarana dan prasarana yang mendukung.
Berdasarkan hasil matriks QSP diperoleh bahwa strategi menjalin kerjasama dengan kelompok tani sehat dan dinas pertanian daerah dalam sosialisasi dan promosi roduk merupakan strategi prioritas. Dengan nilai TAS terbesar yaitu 6,19.
Penelitian yang dilakukan oleh Ridwan (2008) mengenai Analisis Usahatani Padi Ramah Lingkungan dan Padi An-Organik di kelurahan Situgede, kecamatan Bogor Barat. Berdasarkan analisis pendapatan, diketahui bahwa penerimaan total untuk usahatani padi anorganik lebih besar dibandingkan penerimaan total usahatani padi ramah lingkungan. Hal ini disebabkan oleh produktivitas padi anorganik lebih tinggi.
yang dikeluarkan petani pemilik usahatani padi ramah lingkungan dapat menghasilkan tambahan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada penerimaan oleh petani pemilik usahatani an-organik. Untuk petani penggarap nilai R/C rasio atas biaya tunai dan nilai R/C rasio atas biaya total usahatani padi ramah lingkungan lebih besar daripada nilai R/C rasio atas biaya tunai dan nilai R/C rasio atas biaya total rasio atas biaya total usahatani an-organik artinya usahatani padi ramah lingkungan lebih layak daripada usahatani an-organik.
Untuk petani pemilik, nilai B/C rasio sebesar 1,132 artinya perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani pemilik memberikan tambahan manfaat yang lebih besar daripada tambahan biaya. Untuk petani penggarap nilai B/C rasio 0,801 artinya perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani penggarap memberikan tambahan manfaat yang lebih kecil daripada tambahan biaya sehingga perubahan usahatani yang dilakukan oleh petani penggarap akan memberikan kerugian apabila dilakukan. Dari dua faktor sensitivitas yang dianalisis, faktor penurunan harga beras lebih sensitif dibandingkan faktor kenaikan harga biaya tunai.
Perbedaan dan persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut :
1. Kusumah (2004) : berbeda pada alat analisis yang digunakan. Sama-sama meneliti padi organik (padi ramah lingkungan)
2. Rohmiatin (2006) : berbeda tempat yang dijadikan studi kasusnya sehingga permasalahan juga berbeda. Sama-sama meneliti padi organik serta menggunakan alat yang sama.
3. Ridwan (2008) : berbeda alat analisis dan tempat yang dijadikan studi kasus penelitian. Sama-sama meneliti padi organik.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Lingkungan Organisasi
Lingkungan tempat organisasi itu berada, secara garis besar dibagi dalam dua kelompok yaitu lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal sifatnya berada dalam organisasi. Sedangkan lingkungan eksternal sifatnya berada diluar organisasi.
Lingkungan eksternal dapat dibagi dalam kelompok lingkungan makro yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi kinerja organisasi serta kelompok lingkungan industri atau persaingan bisnis yang berpengaruh langsung dan signifikan terhadap organisasi. Dengan mengetahui lingkungan internal dan lingkungan eksternal maka dapat dirumuskan bagaimana strategi manajemen yang dapat digunakan perusahaan untuk terus meningkatkan produksi dan memperluas usahanya.
3.1.2 Analisis Lingkungan Internal
Dalam menganalisis lingkungan internal ada beberapa unsur yang dianalisis, yaitu diantaranya :
1. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi perusahaan merupakan pola hubungan didalam perusahaan atau bentuk formal peraturan dan hubungan antar orang sehingga setiap pekerja dapat diarahkan dalam mencapai tujuan dan misi perusahaan. 2. Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan adalah sekumpulan kepercayaan, harapan dan nilai yang dipahami serta dilaksanakan oleh tiap-tiap anggota perusahaan dan akan membentuk perilaku orang-orang didalam perusahaan tersebut.
3. Sumberdaya Perusahaan
Sumberdaya perusahaan adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan guna mendukung perkembangan perusahaan, diantaranya sumberdaya manusia, sumberdaya produksi, sumberdaya keuangan, pemasaran serta penelitian dan pengembangan.
3.1.3 Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal adalah suatu proses yang digunakan para perencana strategi untuk memantau faktor lingkungan eksternal dalam menentukan peluang dan ancaman terhadap perusahaan. Dengan demikian perusahaan dapat memanfaatkan peluang dengan cara yang paling efektif dan dapat menangani ancaman dari luar. Lingkungan eksternal dibagi menjadi lingkungan makro dan lingkungan industri.
Lingkungan makro merupakan situasi dan kondisi yang berada di luar perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Lingkungan tersebut memberikan perusahaan peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Lingkungan eksternal makro terdiri atas faktor ekonomi, sosial budaya, politik dan kebijakan pemerintah, teknologi serta demografi.
Faktor Ekonomi
Keadaan ekonomi suatu negara akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan industri. Faktor ekonomi mengacu pada sifat, cara dan arah dari perekonomian dimana suatu perusahaan akan atau sedang berkompetisi. Indikator kesehatan perekonomian suatu negara antara lain adalah tingkat inflasi, tingkat suku bunga, defisit atau surplus perdagangan, ketersediaan kredit, pola konsumsi, tingkat tabungan pribadi dan bisnis serta produk domestik bruto. Misalnya jika terjadi inflasi di suatu negara maka akan berpengaruh kepada kenaikan harga-harga barang di pasar termasuk harga bahan pokok diantaranya beras sehingga akan mengancam penurunan permintaan terhadap produk perdagangan.
Faktor Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan
agen-agen), pencampuran etnis serta distribusi pendapatan. Melihat dinamisnya perubahan yang global mengikuti trend organik, bukan hanya secara domestik.
Faktor Politik dan Kebijakan Pemerintah
Arah dan stabilitas dari faktor politik merupakan pertimbangan utama dalam memformulasikan strategi perusahaan. Kendala-kendala politik diberlakukan terhadap perusahaan melalui keputusan perdagangan yang wajar, program perpajakan, perundangan gaji minimum, kebijakan polusi dan penetapan harga, batasan administratif serta banyak tindakan lain yang bertujuan untuk melindungi karyawan, konsumen, masyarakat umum dan lingkungan. Kebijakan pemerintah untuk memberi subsidi pada industri dan perusahaan tertentu akan mempengaruhi keberadaan industri atau perusahaan lain (David, 2004). Kebijakan pemerintah dalam hubungannya dengan perusahaan dapat berubah sewaktu-waktu sehingga tindakan pemerintah dapat mempengaruhi pilihan strategi usaha.
Faktor Teknologi
Untuk menghindari keusangan dan meningkatkan inovasi suatu perusahaan maka harus disadari akan perubahan teknologi yang dapat mempengaruhi industrinya. Adaptasi teknologi yang kreatif dapat memiliki dampak terhadap perencanaan perusahaan melalui pengembangan proses produksi dan pemasaran produk suatu perusahaan.
Pesaing
strategi itu menyediakan keunggulan bersaing atas strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing. Persaingan ini terjadi karena satu atau lebih pesaing melihat peluang untuk memperbaiki posisi. Intensitas persaingan cenderung meningkat kalau jumlah pesaing bertambah karena perusahaan yang bersaing menjadi setara dalam ukuran dan kemampuan (David, 2004).
2. Lingkungan Industri
Dalam menganalisis suatu perusahaan, aspek persaingan industri dimana bisnis perusahaan berada menjadi hal yang sangat penting. Akibatnya, faktor- faktor yang mempengaruhi kondisi persaingan, seperti ancaman pada perusahaan dan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan termasuk kondisi persaingan industri tersebut meliputi pendatang baru, produk pengganti, pembeli, pemasok dan pesaing seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Model Lima Kekuatan Porter Sumber : Kotler, 2002
Pendatang Baru Potensial (Ancamanmobilitas)
Pesaing-Pesaing Industri (Rival Segmen) Pemasok
(Kekuatan Pemasok)
Pengganti/Substitusi (Ancaman Substitusi)
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Proses manajemen strategi diawali dengan visi dan misi yang dibangun oleh Kelompok Tani Cibeureum Jempol. Selanjtnya, diidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi perkembangan Kelompok Tani Cibeureum Jempol. Pada tahap ini dilakukan analisis faktor eksternal dan internal untuk menetapkan strategi pengembangan kelompok tani agar dapat meningkatkan kinerja dan daya saingnya. Analisis lingkungan internal kelompok tani berguna untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki kelompok tani tersebut. Sedangkan analisis eksternal kelompok tani berguna untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi Kelompok Tani Cibeureum Jempol.
Hadirnya kelompok tani yang sejenis seperti Lemah Duhur dan Alam Lestari yang sama-sama mengembangkan usahatani beras organik merupakan kendala yang menuntut Kelompok Tani Cibeureum Jempol untuk dapat menentukan strategi pengembangan usaha yang tepat agar dapat bersaing dengan keadaan apapun. Untuk menetapkan strategi yang tepat bagi pengembangan usaha, perusahaan perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal khususnya kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dimilikinya. Faktor internal ini terdiri dari struktur organisasi perusahaan, budaya perusahaan, dan sumberdaya perusahaan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor ekonomi, sosial, politik, kebijakan pemerintah, teknologi, pendatang baru, pembeli, produk pengganti dan pesaing. Dari hasil identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal dapat diketahui apakah saat ini usaha dari Kelompok Tani Cibeureum Jempol memiliki potensi untuk dikembangkan dan terus bertahan di masa yang akan datang.
kekuatan dan ancaman, serta strategi penyesuaian kelemahan dan ancaman. Keempat alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks akan dipilih strategi yang terbaik untuk dapat diterapkan dalam manajemen Kelompok Tani Cibeureum Jempol dalam pengembangan usaha beras organik dengan analisis yang lebih objektif dengan intuisi yang baik dalam matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) dengan alat analisis ini nantinya dapat diketahui prioritas strategi yang akan diusahakan Kelompok Tani Cibeureum Jempol dilihat dari nilai/skor totalnya (Weighted Actractiveness Score/WAS).
Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Visi dan Misi Kelompok Tani Cibeureum Jempol
Faktor Eksternal
Analisis Posisi Kelompok Tani Cibeureum Jempol dengan matriks Internal-Eksternal
Formulasi Strategi dengan matriks SWOT
Pemilihan Strategi Terbaik Untuk Kelompok Tani Cibeureum Jempol dengan matriks QSP
- Penurunan produksi beras organik - Penurunan penjualan
- Keterbatasan sarana dan prasarana - Keterbatasan pendidikan anggota dalam teknologi
- Semakin menyempitnya lahan produktif
Analisis Lingkungan Perusahaan
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada kelompok tani Cibeureum Jempol di Kelurahan
Muyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Penelitian di kelompok tani ini
sengaja dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa kelompok tani Cibeureum Jempol
ini merupakan salah satu kelompok tani di Kelurahan Mulyaharja yang tetap
berusahatani beras organik dari mulai hulu hingga hilir. Pengambilan data ini
dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2008.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan tiga orang responden yang terdiri dari
ketua kelompok tani, pesaing sekaligus rekanan kelompok tani Cibeureum Jempol, serta
pihak penyuluh yang merangkap agen pemasar ke swalayan-swalayan seperti Hero dan
Giant. Sejumlah responden dipilih berdasarkan tingkat pengaruhnya terhadap
perkembangan usaha kelompok tani Cibeureum Jempol. Data sekunder diperoleh dari
laporan-laporan lembaga yang erat kaitannya dengan produksi beras organik. Data
penunjang lainnya didapat dari situs internet, artikel majalah, surat kabar, dan
penelitian-penelitian terdahulu sebagai bahan pembanding. Data internal yang
dibutuhkan antara lain:
1) Gambaran Umum Kelompok Tani Cibeureum Jempol
Nama, sejarah, perkembangan dan keadaaan umum kelompok tani.
Nama pendiri dan jumlah anggota awal kelompok tani.
Kelengkapan untuk usaha pertanian secara organik
Struktur organisasi kelompok tani beserta tugas dan tanggungjawabnya
Tingkat keterampilan anggota kelompok tani serta karyawan
Tingkat pendidikan anggota kelompok tani serta karyawan
Jumlah anggota kelompok tani serta karyawan
Pelayanan yang diberikan kepada kelompok tani
Intensif yang diberikan untuk memotivasi karyawan
Pelatihan-pelatihan yang pernah dan sering diikuti.
2) Keuangan
Sumber dan jumlah modal awal kelompok tani Cibeureum Jempol.
Perkembangan modal hingga sekarang
Kondisi keuangan kelompok tani
Sistem manajemen keuangan kelompok tani
Biaya-biaya
3) Produksi dan Operasi
Proses produksi
Luas lahan
Sarana dan prsarana produksi on-farm dan off-farm
Bahan baku
Tenaga kerja
Kapasitas sarana dan prasarana
Perkembangan teknologi yang dimiliki
Kualitas produk yang dihasilkan
4) Pemasaran
Jenis produk yang dihasilkan beserta dengan harga pada masing-masing produk
yang dihasilkan
Jumlah penjualan produk setiap periode (perbulan atau pertahun)
Kemampuan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan mengenai pasar
Saluran distribusi
Daerah pemasaran
Strategi penetapan harga dan fleksibilitas penetapan harga
Promosi penjualan dan periklanan
Pengembangan produk-jasa atau pasar baru
Variasi kemasan
5) Penelitian dan Pengembangan
Intensitas pelaksanaan litbang
Inovasi teknologi
Pengembangan produk
Jumlah karyawan bagian litbang
Anggaran pelaksanaan litbang
Jenis data yang dikumpulkan untuk melakukan analisis faktor lingkungan
eksternal adalah :
1) Sosial, Budaya dan Demografi
Budaya daerah sekitar atas makanan pokok
Tanggung jawab sosial kelompok tani terhadap angggota dan masyarakat sekitar
Laju pertumbuhan penduduk
2) Ekonomi
Keadaan perekonomian secara umum
Tingkat pendapatan masyarakat
Perkembangan tingkat harga produk
Perkembangan tingkat bahan baku
3) Politik dan Kebijakan Pemerintah
Stabilitas politik dan keamanan
Perundang-undangan serta peraturan dalam perdagangan
Kebijakan pemerintah
4) Teknologi
Perkembangan teknologi produksi
Perkembangan teknologi informasi
Biaya aplikasi teknologi
5) Pelanggan
Loyalitas pelanggan terhadap produk perusahaan
Harga yang diterima pelanggan
Kualitas produk yang dibeli pelanggan
Kekuatan tawar menawar pelanggan
6) Pesaing
Adanya produk substitusi
Jumlah pesaing
Kekuatan pesaing
Sasaran dan strategi pesaing
7) Pemasok
Jumlah pemasok
Kemampuan pemasok memenuhi bahan baku
Keberadaan pemasok lain
Kekuatan tawar menawar pemasok
Lokasi pemasok
Bentuk kerjasama
4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Perumusan alternatif strategi bagi Kelompok Tani Cibeureum Jempol dilakukan
dengan menggunakan matriks. Proses perumusan alternatif strategi melalui tiga tahap
yaitu : 1) Tahap pengumpulan data (Input Stage); 2) Tahap analisis (Matching Stage);
dan 3) Tahap pengambilan keputusan (Decision Stage).
4.3.1 Proses Perumusan Alternatif Strategi
1. Tahap Pengumpulan Data
Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi
juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analsis. Pada tahap ini data
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal. Penjelasan
mengenai data eksternal dan internal telah disebutkan pada bab kerangka pemikiran.
Dimana hal pertama yang dilakukan dalam tahap ini adalah menetapkan visi, misi dan
tujuan organisasi, selanjutnya dilakukan identifikasi data internal dan eksternal
Data eksternal dan internal organisasi yang teridentifikasi akan dirangkum dalam
suatu matriks External Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation(IFE)
dimana data-data tersebut merupakan faktor strategis. Matriks EFE digunakan untuk
mengetahui peluang terbesar dan terkecil yang dimiliki perusahaan dan ancaman
terbesar maupun ancaman yang tidak mempengaruhi perusahaan, sedangkan matriks
IFE digunakan untuk mengetahui kekuatan paling besar dan terkecil yang dimiliki
maupun kelemahan terbesar dan terkecil yang dimiliki prusahaan. Setelah diketahui
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada pada perusahaan maka kita dapat
mengetahui bagaimana efektivitas strategi yang dilakukan oleh perusahaan selama ini
juga dapat menentukan strategi yang dapat memanfaatkan faktor internal dan eksternal
yang ada sehingga dapat lebih meningkatkan usaha.
2. Tahap Analisis
Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan
perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam
model-model kuantitatif untuk menganalsis perumusan strategi. Model-model yang
dapat digunakan sebagai alat analisis adalah matriks SWOT (Strength, Weakness,
Opportunities, Threats) (David, 2004).
Matriks SWOT merupakan alat analisis penting yang dapat membantu manajer
dalam mengembangkan empat macam strategi, yaitu strategi kekuatan-peluang (S-O
strategies), strategi kelemahan-peluang (W-O strategies), strategi kelemahan-ancaman
(W-T strategies) dan strategi kekuatan-ancaman (S-T strategies). Masing-masing strategi
a. Strategi S-O, startegi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya.
b. Strategi S-T, strategi dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan
untuk mengatasi ancaman.
c. Strategi W-O, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi W-T, strategi ini berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
3. Tahap Pengambilan Keputusan
Tahap terakhir adalah tahap pengambilan keputusan. Setelah berhasil
mengembangkan sejumlah alternatif strategi, perusahaan harus mampu mengevaluasi
dan kemudian memilih strategi terbaik, yang paling cocok dengan kondisi internal
perusahaan serta lingkungan eksternal. Untuk itu alat analisis yang dapat digunakan
adalah Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).
4.3.2 Matrix IFE dan EFE
Menurut David (2004) tahapan dalam membuat matriks IFE/EFE adalah sebagai
berikut :
1) Tuliskan daftar semua kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman suatu
organisasi. Peluang dan kekuatan didaftar terlebih dahulu baru kemudian ancaman
dan kelemahan dari organisasi. Daftar dibuat secara rinci pada kolom pertama.
2) Berikan bobot terhadap daftar yang telah dibuat untuk menunjukkan relatif tingkat