• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

3. Tahap Pengambilan Keputusan

4.3.5 Matriks QSPM

Setelah berhasil mengembangkan sejumlah alternatif strategi, perusahaan harus

mampu mengevaluasi dan kemudian memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan

kondisi internal perusahaan serta situasi lingkungan eksternal. Untuk itu dapat

digunakan matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Ada 6 langkah yang

harus diikuti untuk membuat matriks QSPM, yaitu :

1. Tuliskan peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan

2. Berikan bobot untuk masing-masing peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan.

Bobot ini harus identik dengan bobot yang diberikan pada matriks IFE dan EFE

3. Tuliskan alternatif strategi yang dievaluasi

4. Bila faktor yang bersangkutan ada pengaruhnya terhadap alternatif strategi yang

sedang dipertimbangkan berikan nilai AS (Atractiveness Score) yang berkisar antara

1 sampai dengan 4, nilai 1 = tidak dapat diterima, nilai 2 = mungkin dapat diterima,

nilai 3 = kemungkinan besar dapat diterima dan nilai 4 = dapat diterima. Bila tidak

ada pengaruhnya terhadap alternatif strategi yang sedang dipertimbangkan dangan

5. Kalikan bobot dengan nilai AS

6. Hitung nilai totalnya (Weighted Atractiveness Score/WAS)

Alternatif strategi yang memiliki nilai total terbesar merupakan strategi yang paling

baik. Matriks QSPM dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Matriks QSPM

Fakator Kunci Bobot

Alternatif Strategi

Strategi I Strategi II Strategi III

AS WAS AS WAS AS WAS

Peluang - - Ancaman - - Kekuatan - - Kelemahan - - Total Sumber :David, 2004

2.1 Pengertian Pertanian Organik

Pertanian organik merupakan proses budidaya pertanian yang menyelaraskan pada keseimbangan ekologi, keanekaragaman varietas, serta keharmonisan dengan iklim dan lingkungan sekitar. Pertanian organik memiliki arti bahwa pada saat melakukan proses produksi hanya digunakan pupuk kandang atau kompos saja. Di Indonesia, pertanian organik sudah dimulai semenjak tahun 1997 pada saat harga sarana produksi pertanian (saprotan) seperrti pupuk pestisida dan pestisida kimia melambung tinggi.

Menurut IFOAM 2004 dalam Januar 2006, pertanian organik adalah sistem pertanian yang mengedepankan daur ulang unsur hara dan proses alami dalam pemeliharaan kesuburan tanah dan keberhasilan produksi. Lebih jauh menurut Badan Standarisasi Nasional Indonesia (SNI, 2002), sistem pertanian organik merupakan suatu sistem produksi pangan organik yang dirancang untuk : 1) mengembangkan keanekaragaman hayati dalam sistem secara keseluruhan; 2) meningkatkan aktivitas biologis tanah; 3) menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang; 4) mendaur ulang limbah yang berasal dari tumbuhan dan hewan untuk mengembalikan nutrisi ke lahan sehingga meminimalkan penggunaan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui; 5) mengandalkan sumberdaya yang dapat diperbaharui pada sistem pertanian yang dikelola secara lokal; 6) mempromosikan penggunaan tanah, air dan udara secara sehat, serta meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan oleh praktek - praktek pertanian; 7) menangani produk pertanian dengan penekanan pada cara pengolahan yang hati - hati untuk menjaga

integritas organik dan mutu produk pada seluruh tahapan; dan 8) bisa diterapkan pada seluruh lahan pertanian yang ada melalui suatu periode konversi, dimana lama waktunya ditentukan oleh faktor spesifik lokasi seperti sejarah lahan serta jenis tanaman dan hewan yang akan diproduksi.

Pertanian organik memiliki kelebihan, diantaranya : 1) tidak menggunakan pupuk maupun pestisida kimia sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, air, maupun udara, serta produknya tidak mengandung racun; 2) tanaman organik mempunyai rasa yang lebih manis dibandingkan tanaman non organik; 3) produk tanaman organik lebih mahal sehingga lebih menguntungkan petani. Selain itu, pertanian organik juga memiliki kekurangan diantaranya : 1) kebutuhan tenaga kerja lebih banyak, terutama untuk pengendalian hama dan penyakit karena umumnya masih dilakukan secara manual; dan 2) penampilan fisik tanaman organik kurang bagus (misalnya berukuran lebih kecil dan daun berlubang-lubang) dibandingkan dengan tanaman non-organik.

2.2 Prinsip Pertanian Organik

Prinsip pertanian organik menurut Pracaya dalam Januar 2006, yaitu pertanian yang berteman akrab dengan lingkungan, tidak merusak ataupun mencemaran lingkungan hidup sekitarnya. Cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut diantaranya : (1) memupuk dengan kompos, pupuk kandang; (2) memupuk dengan pupuk hijau; (3) memupuk dengan limbah yang berasal dari kandang ternak, rumah pemotongan hewan (RPH), septic tank; dan (4) mempertahankan dan melestarikan habitat tanaman dengan pola tanam polikultur.

Sedangkan pertanian organik menurut IFOAM, prinsip-prinsip pertanian organik terdiri dari :

1. Prinsip Kesehatan

Pada dasarnya, pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

2. Prinsip Ekologi

Pada prinsip ekologi, diartkan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang ekologis. Sehingga pada setiap kegiatan budidaya baik pertanian, peternakan dan pemanenan produk organik harus sesuai dengan siklus dan keseimbangan ekologi di alam.

3. Prinsip Keadilan

Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihakdi segala tingkatan : seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen. Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan kemiskinan.

4. Prinsip Perlindungan

Dalam melakukan pertanian organik, perlindungan terhadap pelaku, pengguna maupun lingkungan juga harus diperhatikan. Oleh karena itu diperlukan ilmu pengetahuan yang akan mendukung dalam pertanian organik agar produk yang

dihasilkan bersifat organik dan menyehatkan, aman serta ramah terhadap lingkungan.

2.3 Tujuan Pertanian Organik

Kegunaan dari budidaya organik yaitu meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya kimiawi dan kemungkinan resiko terhadap lingkungan (Sutanto dalam Januar, 2006) adalah : 1. Menghemat penggunaan hara, berarti memperpanjang umur produktif tanah. 2. Melindungi tanah terhadap kerusakan karena erosi dan mencegah degradasi

tanah karena kerusakan struktur tanah (pemampatan tanah).

3. Meningkatnya penyediaan lengas tanah sehingga menghindarkan kemungkinan resiko kekeringan dan memperbaiki ketersediaan hara tanah dan hara yang berasal dari pupuk mineral, berarti meningkatkan kemungkinan penggunaannya, dan sekaligus menghemat penggunaan pupuk buatan yang harganya semakin mahal.

4. Menghindarkan terjadinya ketimpangan hara, bahkan dapat memperbaiki neraca hara dalam tanah.

5. Melindungi tanah terhadap cekaman (stress) oleh unsur-unsur yang ada dalam tanah atau yang masuk kedalam tanah dari bahan-bahan pencemar.

6. Tidak membahayakan flora dan fauna tanah, bahkan seharusnya dapat menyehatkannya. Itu berarti pertanian organik mempunyai daya untuk memelihara tanah.

7. Tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, khususnya atas sunberdaya air, karena zat-zat kimia yang terkandung berkadar rendah dan berbentuk senyawa yang tidak mudah larut.

8. Dapat menekan biaya produksi karena pupuk yang digunakan adalah pupuk organik yang dihasilkan dari bahan-bahan yang tersedia didalam usahatani itu sendiri dan pupuk hayati dalam jumlah yang relatif sedikit.

2.4 Pengertian Beras Organik

Beras organik merupakan beras sehat kandungan gizi dan vitamin yang tinggi karena tidak menghilangkan seluruh lapisan kulit arinya dan aman karena bebas dari kandungan Bahan Berbahaya Beracun (B3) yang dihasilkan dari padi yang ditanam tanpa menggunakan pupuk dan pestisida kimia dan telah disertifikasi oleh suatu badan mandiri. Penanamannya dilakukan menggunakan pupuk alami, hamanya dikendalikan dengan menggunakan pestisida alami yang dibuat sendiri oleh petani langsung baik padat maupun cair yang tidak membahayakan lingkungan. Beberapa tanaman yang dapat digunakan dan diolah menjadi pestisida alami yaitu tembakau, nimbi, mengkudu, mahoni, dan sebagainya (Pracaya dalam Januar, 2006). Beras organik dijamin sehat untuk dikonsumsi, rasanya lebih enak, warnanya lebih putih setelah dimasak menjadi nasi, tidak mudah basi (nasi organik tahan 24 jam sedangkan non-organik hanya 12 jam) serta aromanya lebih wangi.

Beras organik merupakan beras yang ditanam tanpa adanya kandungan pestisida atau pupuk kimia dan ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan agar menghasilkan beras organik yang berkualitas diantaranya :

1. Lokasi lahan yang akan digunakan untuk berproduksi beras organik harus jauh dari polusi seperti knalpot motor, limbah pabrik, dan lain - lain.

2. Sistem pengairan harus baik, tidak boleh bercampur dengan lahan pertanian yang belum organik (masih menggunakan pestisida).

3. Countur tanah Terasiring.

4. Lahan – lahan pertanian yang berada disekitarnya tidak boleh menggunakan pestisida.

5. Lahan yang awalnya digunakan untuk menanam tanaman an-organik, maka lahan tersebut harus diberakan (diistirahatkan) kurang lebih tiga bulan sebelum penanaman kembali.

2.5 Lahan Pertanian Organik

Karakteristik lahan yang dapat dijadikan lahan pertanian organik adalah lahan yang benar–benar aman, bebas dari kandungan pupuk kimia dan sisa pestisida. Ada dua jenis lahan yang dapat digunakan untuk berproduksi beras organik yaitu : 1) lahan pertanian yang baru dibuka dan belum pernah digunakan untuk berproduksi padi organik; atau 2) lahan pertanian yang sudah pernah digunakan untuk berproduksi tanaman an-organik yang harus dikonversi secara intensif terlebih tergantung sejarah penggunaan lahan, pupuk, pestisida dan jenis tanaman yang diproduksi. Lahan yang bisa digunakan untuk mendukung pertanian organik adalah lahan yang tekstur tanahnya lunak dan halus yang lazim disebut koloid. Di dalam koloid tersebut terkandung berbagai unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman organik. Adapun unsur – unsur hara yang tersebut diantaranya nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), sulfur (S), magnesium (Mg), besi (Fe), dan kalsium (Ca). Luasan lahan pertanian organik kawasan Asia seluas 61.595 ha, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Pada Tabel 4 dapat dilihat luasan lahan organik yang terdapat di beberapa negara di Asia. Beberapa negara di Asia yang sudah mulai mengembangkan lahan organik yang lebih dari 1.000 ha diantaranya Srilanka, India, China, Republik

Korea, Thailand dan Vietnam. Masing-masing luasan yang dimiliki yaitu 9.201 ha, 5.147 ha, 2.910 ha, 1.237 ha, 1.154 ha dan 1.022 ha. Negara Philipines, Pakistan, Israel, Azerbaijan, Bangladesh, Ukraina, Nepal, Lebanon, Jepang, Kazakstan dan Syria hanya mengembangkan lahan pertanian organik kurang dari 1.000 ha. Luasan masing-masing negara yaitu 500 ha, 405 ha, 285 ha, 100 ha, 69 ha, 26 ha, 17 ha, 4 ha, 1 ha dan 1 ha. Diantara beberapa negara di Asia yang mengembangkan lahan pertanian organik, Indonesia memiliki luasan lahan yang paling luas. Hal ini diakibatkan karena negara Indonesia merupakan negara agraris yang penghasilan utamanya bersumber dari lahan pertanian. Pada Tabel dapat dilihat bahwa begitu luasnya lahan pertanian organik yang produktif di negara Indonesia.

Di Indonesia luasan lahan yang dapat digunakan sebagai lahan pertanian organik (seluruh tanaman organik) adalah seluas 45.000 ha. Potensi ekonomi lahan pertanian yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang berperan dalam perubahan biaya dan pendapatan ekonomi lahan. Setiap lahan memiliki potensi ekonomi yang bervariasi yang mendukung kondisi produksi dan pemasaran, karena lahan pertanian memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan kondisi lahan tersebut. Oleh karena itu, faktor – faktornya juga bervariasi dari satu lahan ke lahan yang lain dan dari satu negara ke negara yang lain. Secara umum, semakin banyak perubahan dan adopsi yang diperlukan dalam lahan pertanian, semakin tinggi pula resiko ekonomi yang ditanggung untuk perubahan – perubahan tersebut. (Prawoto, 2006).

Tabel 4. Luasan Lahan Pertanian Oganik di Kawasan Asia Tahun 2004 Country Year Organic Farms % of all Farms Organics Hectares % of Agricultural Area Azerbaijan 2002 285 0,75 2.540 0,2 Bangladesh 2002 100 177.700 7 China 2001 2.910 901.295 0,06 India 2002 5.147 97.050 0,03 Indonesia 2001 45.000 40.000 0,09 Israel 2002 420 5.000 0,90 Japan 1999 4 5.003 0,09 Kazakhstan 2002 1 26.992 Rep. of Korea 1999 1.237 902 0,05 Laos 2001 150 0,01 Lebanon 2001 17 0,01 250 0,07 Malaysia 2002 4 Nepal 2001 26 45 0,001 Pakistan 2001 405 0,06 2.009 0,09 Philippines 2000 500 2.000 0,02 Russia 2002 5.276 0,003 Sri Lanka 2001 9.201 15.215 0,65 Syria 2000 1 74 0,001 Thailand 2002 1.154 0,02 3.993 0,02 Ukraina 2002 69 239.542 0,09 Vietnam 2002 1.022 6.475 0,09 SUM 61.595

Sumber : SOEL – Survey, 2004

2.6 Konsep Pengembangan Kelompok Tani Cibeureum Beras Organik

Lima konsep utama pengembangan usahatani pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol (Wawan, 2008) diantaranya :

1. Berkelanjutan (sustainable), yaitu pada setiap berusahatani maka petani harus memperoleh keuntungan sehingga petani dapat meneruskan usahanya dalam agribisnis.

2. Berkerakyatan, yaitu setiap teknologi dapat diterapkan oleh petani untuk mengadopsi teknologi-teknologi yang diberikan oleh peneliti dengan tidak mengeluarkan biaya yang tinggi.

3. Berwawasan lingkungan, yaitu berusahatani dengan tidak merusak lingkungan dan menggunakan saprodi yang ramah lingkungan.

4. Spesifik lokal, yaitu memaksimalkan kearifan lokal (produk unggulan lokal) serta memotivasinya.

5. Usahatani yang berorientasi pada pasar, yaitu setiap petani harus mengetahui pasar mana yang akan dimasuki.

Kegiatan usaha yang dilakukan oleh Kelompok Tani Cibeureum Jempol diprioritaskan pada pengembangan produk dan usaha untuk mengenalkan dan memasarkan produk – produk beras organik. Kegiatan produksi pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol belum dilakukan secara optimal dikarenakan keterbatasan teknologi, sarana dan prasarana, lahan, ketersediaan air, sumberdaya serta sistem manajemen yang masih kurang terstruktur.

Perkembangan Kelompok Tani Cibeureum Jempol juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, baik lingkungan internal organisasi terkait dengan permasalahan usaha yang dihadapi oleh Kelompok Tani Cibeureum Jempol serta lingkungan eksternal. Faktor lingkungan eksternal Kelompok Tani Cibeureum Jempol adalah faktor – faktor luar organisasi yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perkembangan kemajuan Kelompok Tani Cibeureum Jempol. Sedangkan faktor internal Kelompok Tani Cibeureum Jempol adalah sarana dan sumberdaya yang ada dalam kelompok tani tersebut secara langsung mempengaruhi perkembangan kemajuan usahanya.

2.7 konsep Manajemen Strategi

Setiap perusahaan atau organisasi akan selalu dihadapkan pada lingkungan yang selalu berubah dengan cepat setiap saat yang akan memberikan pengaruh

positif ataupun negatif terhadap perkembangan perusahaan. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus memiliki beberapa strategi untuk menghadapi segala perubahan tersebut, sehingga perubahan tersebut akan memberikan manfaat pada perkembangan perusahaan. Manajemen pada perusahaan atau organisasi pada dasranya dimaksudkan sebagai suatu proses (aktivitas) penentuan dan pencapaian tujuan melalui pelaksanaan empat fungsi dasar yaitu : planning, organizing,

actuating, dan controlling dalam penggunaan sumberdaya perusahaan atau

organisasi.

Menurut J David Hunger dan Thomas L. Wheelen (2004) Manajemen strategis merupakan serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi (perencanaan strategi atau perencanaan jangka panjang), implementasi strategi, dan evaluasi serta pengendalian. Manajemen strategis menekankan pada pengamatan dan evaluasi peluang dan ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan kelemahan perusahaan atau organisasi.

Manajemen startegi dibuat melalui perumusan strategi. Perumusan strategi meliputi empat (David, 2004) diantaranya :

1. Penentuan misi perusahaan

Misi organisasi adalah tujuan atau alasan mengapa organisasi atau perusahaan tersebut berdiri.

2. Menentukan tujuan yang ingin dicapai

Tujuan adalah hasil akhir aktivitas perencanaan. Beberapa bidang dan tujuan yang perlu dibuat perusahaan diantaranya : profitabilitas (laba bersih),

efisiensi biaya produksi, pertumbuhan usaha perrusahaan, kekayaan pemegang saham, penggunaan sumberdaya, reputasi perusahaan, kontribusi untuk karyawan, kontribusi untuk lingkungan, kondisi pasar, kondisi perkembangan teknologi, kelangsungan hidup perusahaan dan kebutuhan pribadi manajemen puncak.

3. Pengembangan strategi

Strategi perusahaan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya.

4. Penetapan pedoman kebijakan

Kebijakan merupakan pedoman perusahaan secara luas yang menghubungkan perumusan strategi dengan implementasi.

Manajemen strategi paling utama adalah untuk membuat strategi pengembangan usaha yang dilakukan oleh para perencana strategi guna menentukan sasaran dalam membuat kesimpulan strategis yang bersifat dinamis dan berkesinambungan. Adapun pengertian dari bersifat dinamis karena suatu perusahaan selalu berubah sesuai dengan lingkungan yang dihadapi baik lingkungan internal maupun eksternal perusahaan. Berkesinambungan maksudnya karena proses manajemen strategi akan lebih baik jika terus dilakukan oleh setiap perusahaan untuk mengantisipasi segala kemungkinan dan memperoleh manfaat dalam pencapaian tujuan.

2.8 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Kusumah (2004) mengenai Analisis Perbandingan Usahatani dan Pemasaran antara Padi Organik dan Padi An-Organik (Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor selatan). Penelitian ini

didasarkan atas pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu daerah yang mengembangkan usahatani padi organik. Penelitian ini membandingkan usahatani padi organik dan an-organik. Pada kegiatan usahataninya, proses budidaya yang dilakukan oleh petani organik dan an-organik sama. Perbedaannya hanya pada waktu pembajakan. Input yang digunakan pada usahatani padi organik adalah benih, pupuk orgamik dan tenaga kerja, sedangkan pada usahatani padi an- organik adalah pupuk (Urea, TSP, KCL), pestisida, dan tenaga kerja. Jumlah benih yang digunakan oleh petani padi organik lebih sedikit dibandingkan dengan padi an-organik. Sedangkan untuk penggunaan pupuknya, petani padi organik menggunakan pupuk dalam jumlah yang lebih besar (1 ton/ha) dari padi an- organik, begitu pula dengan jumlah tenaga kerja (HOK) yang digunakannya.

Berdasarkan hasil analisis pendapatan diketahui ternyata pendapatan atas biaya tunai petani padi organik lebih rendah dari petani an-organik. Hal ini didukung oleh hasil uji-z yang menyimpulkan bahwa perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani padi ternyata tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani. Sedangkan apabila dilihat dari pendapatan atas biaya totalnya diketahui ternyata pendapata atas biaya total petani padi organik lebih besar dari pendapatan atas biaya total petani padi an-organik. Namun apabila dilihat dari hasil uji-z ternyata disimpulkan bahwa perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani padi di kelurahan Mulyaharja tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani.

Apabila dilihat dari imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio) diketahui bahwa R/C rasio atas biaya tunai yang diperoleh petani padi organik (1,95) lebih rendah dari R/C rasio yang diperoleh petani padi an-organik, yaitu 2,23. Hal ini

berarti bahwa dari setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan oleh petani padi organik hanya akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 1,95 lebih rendah dari penerimaan yang diperoleh petani padi an-organik.

Dari sisi pemasarannya diketahui ternyata untuk pola pemasaran III dan IV padi organik jika dibandingkan dengan seluruh pola pemasaran padi an-organik diketahui ternyata nilai total marjin pemasarannya hampir sama dengan seluruh pola pemasaran padi an-organik. Untuk mengukur efisiensi pemasaran digunakan rasio biaya-keuntungan (п/C). Berdasarkan nilai rasio tersebut diketahui bahwa pola pemasaran padi organik lebih efisien bila dibandingkan dengan pola pemasaran padi an-organik. Adapun struktur pasar yang terbentuk untuk padi organik dan padi an-organik ini adalah sama yaitu pasar oligopsoni.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan : pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani padi organik masih lebih rendah dibandingkan dengan petani padi an-organik. Sedangkan pendapatan atas biaya total petani padi organik lebih tinggi daripada petani an-organik. Dan dilihat dari efeisiensi pemasarannya maka pola pemasaran padi organik lebih efisien daripada padi an-organik.

Penelitian yang dilakukan oleh Rohmiatin (2006) mengenai Analisis Strategi Pengembangan Usaha Beras Organik Lembaga Pertanian sehat di desa Pasir Buncit Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil penelitian yang didasarkan pada EFE dan IFE, dimana total skor bobot hasil dari matriks EFE sebesar 2,81 dan matriks IFE sebesar 2,35 sehingga menempatkan LPS pada matriks V. Posisi ini menggambarkan posisi LPS pada respon unit-unit usaha yang ada terhadap faktor-faktor eksternal yang dihadapinya tergolong sedang.

Hasil dari matriks analisis SWOT diperoleh alternatif SO yaitu membantu proses sertifikasi kegiatan produk organik bagi petani binaan dan menjadi pengawas kegiatan pertanian organik petani dhuafa. Strategi ST yaitu meningkatkan mutu dan kemasan produk agar sulit dipalsukan. Strategi WO yaitu menjalin kerjasama dengan kelompok tani sehat dan dinas pertanian daerah dalam sosialisasi dan promosi produk. Strategi WT yaitu meningkatkan kualitas produksi beras organik dengan penambahan sarana dan prasarana yang mendukung.

Berdasarkan hasil matriks QSP diperoleh bahwa strategi menjalin kerjasama dengan kelompok tani sehat dan dinas pertanian daerah dalam sosialisasi dan promosi roduk merupakan strategi prioritas. Dengan nilai TAS terbesar yaitu 6,19.

Penelitian yang dilakukan oleh Ridwan (2008) mengenai Analisis Usahatani Padi Ramah Lingkungan dan Padi An-Organik di kelurahan Situgede, kecamatan Bogor Barat. Berdasarkan analisis pendapatan, diketahui bahwa penerimaan total untuk usahatani padi anorganik lebih besar dibandingkan penerimaan total usahatani padi ramah lingkungan. Hal ini disebabkan oleh produktivitas padi anorganik lebih tinggi.

Nilai R/C rasio atas biaya tunai untuk petani pemilik usahatani padi ramah lingkungan sebesar 2,932 sedangkan nilai R/C rasio atas biaya tunai untuk petani pemilik usahatani an-organik hanya sebesar 2,275. Artinya dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan petani pemilik usahatani padi ramah lingkungan dapat menghasilkan tambahan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada penerimaan oleh petani pemilik usahatani an-organik. Untuk petani penggarap nilai R/C rasio atas biaya tunai dan nilai R/C rasio atas biaya total usahatani padi ramah lingkungan lebih besar daripada nilai R/C rasio atas biaya tunai dan nilai

R/C rasio atas biaya total rasio atas biaya total usahatani an-organik artinya usahatani padi ramah lingkungan lebih layak daripada usahatani an-organik.

Untuk petani pemilik, nilai B/C rasio sebesar 1,132 artinya perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani pemilik memberikan tambahan manfaat yang lebih besar daripada tambahan biaya. Untuk petani penggarap nilai B/C rasio 0,801 artinya perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani penggarap memberikan tambahan manfaat yang lebih kecil daripada tambahan biaya sehingga perubahan usahatani yang dilakukan oleh petani penggarap akan memberikan kerugian apabila dilakukan. Dari dua faktor sensitivitas yang dianalisis, faktor penurunan harga beras lebih sensitif dibandingkan faktor kenaikan harga biaya tunai.

Sistem usahatani padi ramah lingkungan yang dilakukan di kelurahan Situgede memiliki produktivitas lebih rendah daripada produktivitas padi anorganik. Hal ini disebabkan karena petani belum menguasai teknik budidaya padi secara padi ramah lingkungan. Sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut yang membuktikan bahwa padi ramah lingkungan tidak hanya sebagai komoditi sumber karbohidrat tetapi lebih dari itu, padi ramah lingkungan sebagai padi yang sehat.

Perbedaan dan persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah

Dokumen terkait