• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.8 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Kusumah (2004) mengenai Analisis Perbandingan Usahatani dan Pemasaran antara Padi Organik dan Padi An-Organik (Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor selatan). Penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu daerah yang mengembangkan usahatani padi organik. Penelitian ini membandingkan usahatani padi organik dan an-organik. Pada kegiatan usahataninya, proses budidaya yang dilakukan oleh petani organik dan an-organik sama. Perbedaannya hanya pada waktu pembajakan. Input yang digunakan pada usahatani padi organik adalah benih, pupuk orgamik dan tenaga kerja, sedangkan pada usahatani padi an- organik adalah pupuk (Urea, TSP, KCL), pestisida, dan tenaga kerja. Jumlah benih yang digunakan oleh petani padi organik lebih sedikit dibandingkan dengan padi an-organik. Sedangkan untuk penggunaan pupuknya, petani padi organik menggunakan pupuk dalam jumlah yang lebih besar (1 ton/ha) dari padi an- organik, begitu pula dengan jumlah tenaga kerja (HOK) yang digunakannya.

Berdasarkan hasil analisis pendapatan diketahui ternyata pendapatan atas biaya tunai petani padi organik lebih rendah dari petani an-organik. Hal ini didukung oleh hasil uji-z yang menyimpulkan bahwa perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani padi ternyata tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani. Sedangkan apabila dilihat dari pendapatan atas biaya totalnya diketahui ternyata pendapata atas biaya total petani padi organik lebih besar dari pendapatan atas biaya total petani padi an-organik. Namun apabila dilihat dari

hasil uji-z ternyata disimpulkan bahwa perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani padi di kelurahan Mulyaharja tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani.

Apabila dilihat dari imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio) diketahui bahwa R/C rasio atas biaya tunai yang diperoleh petani padi organik (1,95) lebih rendah dari R/C rasio yang diperoleh petani padi an-organik, yaitu 2,23. Hal ini berarti bahwa dari setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan oleh petani padi organik hanya akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 1,95 lebih rendah dari penerimaan yang diperoleh petani padi an-organik.

Dari sisi pemasarannya diketahui ternyata untuk pola pemasaran III dan IV padi organik jika dibandingkan dengan seluruh pola pemasaran padi an-organik diketahui ternyata nilai total marjin pemasarannya hampir sama dengan seluruh pola pemasaran padi an-organik. Untuk mengukur efisiensi pemasaran digunakan rasio biaya-keuntungan (п/C). Berdasarkan nilai rasio tersebut diketahui bahwa pola pemasaran padi organik lebih efisien bila dibandingkan dengan pola pemasaran padi an-organik. Adapun struktur pasar yang terbentuk untuk padi organik dan padi an-organik ini adalah sama yaitu pasar oligopsoni.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan : pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani padi organik masih lebih rendah dibandingkan dengan petani padi an-organik. Sedangkan pendapatan atas biaya total petani padi organik lebih tinggi daripada petani an-organik. Dan dilihat dari efeisiensi pemasarannya maka pola pemasaran padi organik lebih efisien daripada padi an-organik.

Penelitian yang dilakukan oleh Rohmiatin (2006) mengenai Analisis Strategi Pengembangan Usaha Beras Organik Lembaga Pertanian sehat di desa Pasir

Buncit Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil penelitian yang didasarkan pada EFE dan IFE, dimana total skor bobot hasil dari matriks EFE sebesar 2,81 dan matriks IFE sebesar 2,35 sehingga menempatkan LPS pada matriks V. Posisi ini menggambarkan posisi LPS pada respon unit-unit usaha yang ada terhadap faktor-faktor eksternal yang dihadapinya tergolong sedang.

Hasil dari matriks analisis SWOT diperoleh alternatif SO yaitu membantu proses sertifikasi kegiatan produk organik bagi petani binaan dan menjadi pengawas kegiatan pertanian organik petani dhuafa. Strategi ST yaitu meningkatkan mutu dan kemasan produk agar sulit dipalsukan. Strategi WO yaitu menjalin kerjasama dengan kelompok tani sehat dan dinas pertanian daerah dalam sosialisasi dan promosi produk. Strategi WT yaitu meningkatkan kualitas produksi beras organik dengan penambahan sarana dan prasarana yang mendukung.

Berdasarkan hasil matriks QSP diperoleh bahwa strategi menjalin kerjasama dengan kelompok tani sehat dan dinas pertanian daerah dalam sosialisasi dan promosi roduk merupakan strategi prioritas. Dengan nilai TAS terbesar yaitu 6,19.

Penelitian yang dilakukan oleh Ridwan (2008) mengenai Analisis Usahatani Padi Ramah Lingkungan dan Padi An-Organik di kelurahan Situgede, kecamatan Bogor Barat. Berdasarkan analisis pendapatan, diketahui bahwa penerimaan total untuk usahatani padi anorganik lebih besar dibandingkan penerimaan total usahatani padi ramah lingkungan. Hal ini disebabkan oleh produktivitas padi anorganik lebih tinggi.

Nilai R/C rasio atas biaya tunai untuk petani pemilik usahatani padi ramah lingkungan sebesar 2,932 sedangkan nilai R/C rasio atas biaya tunai untuk petani pemilik usahatani an-organik hanya sebesar 2,275. Artinya dari setiap satu rupiah

yang dikeluarkan petani pemilik usahatani padi ramah lingkungan dapat menghasilkan tambahan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada penerimaan oleh petani pemilik usahatani an-organik. Untuk petani penggarap nilai R/C rasio atas biaya tunai dan nilai R/C rasio atas biaya total usahatani padi ramah lingkungan lebih besar daripada nilai R/C rasio atas biaya tunai dan nilai R/C rasio atas biaya total rasio atas biaya total usahatani an-organik artinya usahatani padi ramah lingkungan lebih layak daripada usahatani an-organik.

Untuk petani pemilik, nilai B/C rasio sebesar 1,132 artinya perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani pemilik memberikan tambahan manfaat yang lebih besar daripada tambahan biaya. Untuk petani penggarap nilai B/C rasio 0,801 artinya perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani penggarap memberikan tambahan manfaat yang lebih kecil daripada tambahan biaya sehingga perubahan usahatani yang dilakukan oleh petani penggarap akan memberikan kerugian apabila dilakukan. Dari dua faktor sensitivitas yang dianalisis, faktor penurunan harga beras lebih sensitif dibandingkan faktor kenaikan harga biaya tunai.

Sistem usahatani padi ramah lingkungan yang dilakukan di kelurahan Situgede memiliki produktivitas lebih rendah daripada produktivitas padi anorganik. Hal ini disebabkan karena petani belum menguasai teknik budidaya padi secara padi ramah lingkungan. Sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut yang membuktikan bahwa padi ramah lingkungan tidak hanya sebagai komoditi sumber karbohidrat tetapi lebih dari itu, padi ramah lingkungan sebagai padi yang sehat.

Perbedaan dan persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut :

1. Kusumah (2004) : berbeda pada alat analisis yang digunakan. Sama-sama meneliti padi organik (padi ramah lingkungan)

2. Rohmiatin (2006) : berbeda tempat yang dijadikan studi kasusnya sehingga permasalahan juga berbeda. Sama-sama meneliti padi organik serta menggunakan alat yang sama.

3. Ridwan (2008) : berbeda alat analisis dan tempat yang dijadikan studi kasus penelitian. Sama-sama meneliti padi organik.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang ada dimana pada kelompok tani ini memiki kelebihan yang tidak dimiliki oleh bebrapa kelompok tani yang telah diteliti sebelumnya. Secara sepintas kelompok tani ini sepertinya sudah berada pada titik kejenuhan karena usianya yang sudah lama serta perkembangan lahan dan kelompok tani yang ada. Tetapi kenyataannya tidak demikian. Hal inilah yang membuat penelitian ini menjadi lebih menarik untuk dikaji dan beda dengan skripsi-skripsi yang ada sebelumnya.

Dokumen terkait