ABSTRAK
STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DI WILAYAH
PESISIR KECAMATAN PUNDUH PIDADA
Oleh
Annisa Alifa Ramadhani
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan strategi yang tepat dalam pembangunan
daerah tertinggal di wilayah pesisir Kecamatan Punduh Pidada. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah matriks IFE
(Internal Factor Evaluation)
dan matriks EFE
(External Factor Evaluation)
, matriks
Strenght-
Weakness-O
pportunity
-
Threats
(SWOT), dan QSPM
(Quantitative Strategic Planning
Matrix).
Hasil dari penelitian ini diperoleh lima prioritas strategi tertinggi atau
strategi utama pembangunan daerah tertinggal di wilayah pesisir Kecamatan
Punduh Pidada yakni : 1) mengembangkan forum komunikasi dan koordinasi
antar instansi terkait dalam pengelolaan wilayah pesisir; 2) mengembangkan
program penyuluhan dan pelatihan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan
sumber daya alam wilayah pesisir; 3) meningkatkan peran pemangku kepentingan
dalam pembangunan sarana dan prasarana dasar wilayah pesisir; 4) meningkatkan
akses masyarakat terhadap informasi
,
modal, pemasaran dan teknologi; 5)
ABSTRACT
THE STRATEGY OF OUTLYING DISTRICT DEVELOPMENT IN
COASTAL AREA PUNDUH PIDADA SUBDISTRICT
By
Annisa Alifa Ramadhani
This study aims to to determine the strategy of outlying district development in
coastal area punduh pidada subdistrict. The analytical tool used in this study is
IFE
(Internal Factor Evaluation) Matrix and
EFE
(External Factor Evaluation)
Matrix
,
Strenght- Weakness-
O
pportunity
-
Threats
(SWOT)
Matrix
,
and
QSPM
(Quantitative Strategic Planning Matrix).
The result of this research was gained
five priorities the highest strategy: 1) to develop communication and coordination
between the agencies involved in the coastal area; 2) to develop a public
information and technical skill in the management of resources in the coastal area;
3) enhancing the role of stakeholders in the development of facilities and basic
infrastructures in the coastal areas; 4) to improve public access to information
capital marketing and technology; 5) develop public participation in the
management of coastal areas.
STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DI WILAYAH
PESISIR KECAMATAN PUNDUH PIDADA
Oleh
ANNISA ALIFA RAMADHANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis yang bernama Annisa Alifa Ramadhani dilahirkan di Pringsewu pada
tanggal 26 Februari 1994, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari
pasangan Bapak Edi Sutrisno dan Ibu Siti Aspiah.
Penulis memulai pendidikannya pada tahun 1999 di TK Islam KH.Gholib
Pringsewu, kemudian pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikannya di SD
Muhammadiyah Pringsewu, pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikannya
di SMPN 1 Pringsewu yang diselesaikan pada tahun 2009, pada tahun yang sama
penulis melanjutkan pendidikannya di SMAN 1 Gadingrejo di kelas Akselerasi
yang diselesaikan pada tahun 2011. Pada tahun 2011, penulis diterima melalui
jalur SNMPTN tertulis pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Lampung.
Pada tahun 2012 penulis melaksanakan Kuliah Kunjungan Lapangan (KKL) di
Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kementrian Koperasi dan UMKM, dan Bank
Indonesia. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada bulan Januari
2014 selama 40 hari di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai,
Kabupaten Lampung Timur.
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT, sebagai rasa syukur atas ridho serta karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Kupersembahkan skripsi ini kepada:
Untuk Kedua orangtuaku, Ibu Siti Aspiah dan Bapak Edi Sutrisno, terima kasih
atas doa, kesabaran, motivasi, bimbingan dan saran yang selama ini tak henti
diberikan.
Kedua adik perempuanku, Sabila Lelly Hidayah dan Tiara Aprilia Zahra, terima
kasih atas doa, motivasi dan keceriaannya.
Dosen-dosen serta sahabat-sahabat terbaik yang turut memberikan saran,
motivasi, juga doa yang menambahkan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
Juga almamater tercinta. Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
MOTO
“Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran
(yang kau
jalani) yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa pedihnya rasa sakit”
(Imam Ali Bin Abi Thalib AS)
“Barangsiapa bertakwa pada Allah, maka Allah memberikan jalan keluar
kepadanya dan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Barangsiapa
yang bertaqwa pada Allah, maka Allah jadikan urusannya menjadi mudah.
barangsiapa yang bertaqwa pada Allah akan dihapuskan dosa-dosa nya dan
SANWACANA
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin
, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,
karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul
“
Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal Di Wilayah Pesisir
Kecamatan Punduh Pidada”
. Sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana
Ekonomi.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak terbantu dan didukung oleh
beberapa pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan ketulusan hati
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
2.
Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si., selaku Ketua dan Ibu Asih Murwiati,
S.E., M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang membantu mengarahkan dan
memberikan saran;
4.
Bapak Dr. I Wayan Suparta, S.E., M.Si., selaku Penguji Utama pada ujian
skripsi.
5.
Ibu Dr. Marselina Muchtar, S.E., M.P.M., selaku Pembimbing Akademik;
6.
Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si., selaku dosen yang meluangkan waktunya
memberikan kritik dan saran, serta bapak dan ibu dosen yang telah
memberikan ilmunya selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Lampung.
7.
Staf dan pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang
telah membantu kelancaran proses penyelesaian skripsi ini.
8.
Pimpinan dan seluruh jajaran Kecamatan Punduh Pidada, BPS Kabupaten
Pesawaran, Bappeda Kabupaten Pesawaran,Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Pesawaran yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9.
Ayahanda Edi Sutrisno dan Ibunda Siti Aspiah yang dengan sabarnya telah
mendidik penulis, yang dengan keikhlasannya selalu mendoakan, yang
dengan segala kemampuannya selalu mengupayakan membantu penulis
hingga menjadi seperti sekarang;
10.
Adikku Sabilla Lelly Hidayah dan Tiara Aprilia Zahra dan Keluarga Besar
yang selalu memotivasi penulis sampai sekarang;
11.
Satria Dharma Setiawan, S.Ked yang telah meluangkan waktu, memberi
semangat
dan do’a.
13.
Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2011 Nurul, Gita, Dewi, Tari, Ari,
Ika, Ria, Gondol, Aming, Windy, Yessi, Gino, Devi, Desi, Zahara, Ochi,
Caca, Suci, Mul, Defti, Ayuni, Putri, Wiwid, Nina, Sunarmo, Genio dan
seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu- persatu;
14.
Keluarga besar UKM Rakanila (Radio Kampus Unila) atas doa dan
semangat kepada penulis;
15.
Keluarga KKN Margasari, Bapak Suyani beserta jajarannya, dan semua
teman-teman kelompok KKN Margasari;
16.
Kakak tingkat EP 2009 dan 2010 serta adik tingkat EP 2012, 2013, dan
2014.
17.
Tim Surveyor Konsumen Bank Indonesia.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua
pihak yang telah membantu tetapi namanya tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, kiranya Allah SWT memberi balasan yang tak terhingga. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, meskipun demikian semoga
hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, 6 April 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ...
i
DAFTAR GAMBAR ...
iii
DAFTAR TABEL ...
iv
DAFTAR LAMPIRAN ...
v
I.
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ...
1
B.
Rumusan Masalah ...
8
C.
Tujuan Penelitian ...
9
D.
Manfaat Penelitian ...
9
E.
Kerangka Pemikiran ...
9
F.
Sistematika Penulisan ...
14
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.Teori Pembangunan Ekonomi ...
15
B.
Konsep Perwilayahan dalam Pembangunan ...
17
C.
Pembangunan Wilayah Pesisir ...
19
D.
Konsep dan Definisi Strategi ...
23
1.
Perencanaan strategis ...
23
2.
Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah ...
25
E.
Hasil Penelitian Terdahulu ...
27
III.
METODE PENELITIAN
A.Lokasi dan Waktu Penelitian ...
35
B.
Jenis dan Sumber Data ...
35
C.
Teknik Pengambilan Sampel Responden ...
36
D.
Metode Analisis Data ...
37
1.
Analisis Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal
(IFE- EFE) ...
38
2.
Matriks SWOT (
Strengths, Weakness, Opportunities, Threats
) ...
43
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Wilayah ...
48
1.
Kondisi Geografis dan Administrasi ...
48
2.
Kondisi Demografis ...
50
3.
Pendidikan ...
51
4.
Kesehatan ...
52
5.
Perumahan ...
53
6.
Transportasi ...
54
7.
Sarana Koperasi dan Perdagangan ...
55
8.
Industri Pengolahan ...
55
9.
Potensi Wilayah ...
56
B.
Perumusan Strategi ...
61
1.
Perumusan Faktor Internal dan faktor Eksternal ...
61
2.
Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal ...
65
2.1
Evaluasi Faktor Internal ...
65
2.2
Evaluasi Faktor Eksternal ...
67
3.
Perumusan Strategi ...
69
4.
Penentuan Prioritas Strategi ...
74
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan ...
81
B.
Saran ...
83
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Desa Tertinggal dan Jumlah Rumah Tangga Miskin Per Kecamatan
di Kabupaten Pesawaran ...
5
2.
Penilai Bobot Faktor Strategis Eksternal Wilayah ...
39
3.
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal ...
40
4.
Penilai Bobot Faktor Strategis Internal Wilayah ...
41
5.
Matriks Evaluasi Faktor Internal ...
43
6.
Matriks SWOT ...
44
7.
Matriks Perencanaan Strategik Kuantitatif
–
QSPM ...
47
8.
Statistik geografi kecamatan punduh pidada tahun 2011-2013 ...
49
9.
Jumlah Kepala Keluarga dan Jiwa Kecamatan Punduh Pidada
menurut Desa dan Jenis Kelamin Per Desember 2014 ...
50
10.
Indikator Pendidikan Punduh Pidada Tahun 2011-2013 ...
52
11.
Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Punduh Pidada Tahun 2011-2013
53
12.
Banyaknya Bangunan Rumah Menurut Kualitasnya Tahun 2011-2013 54
13.
Potensi, Pemanfaatan dan Produksi Tambak di Kecamatan Punduh
Pidada, 2013 ...
57
14.
Potensi, Pemanfaatan dan Produksi Budidaya Laut (KJA) Kerapu di
Kecamatan Punduh Pidada, 2013 ...
58
15.
Potensi Pemanfaatan dan Produksi Budidaya Kolam di Kecamatan
Punduh Pidada, 2013 ...
58
16.
Produksi Perikanan Tangkap di Kecamatan Punduh Pidada
2012-2013 (Dalam Ton) ...
59
17.
Perumusan Identifikasi Faktor Internal ...
62
18.
Perumusan Identifikasi Faktor Eksternal ...
63
19.
Perumusan Identifikasi Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Sesudah
Konfirmasi Responden ...
64
20.
Evaluasi Faktor Internal (IFE) Pembangunan Daerah Tertinggal di
Wilayah Pesisir Kecamatan Punduh Pidada ...
66
21.
Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Pembangunan Daerah Tertinggal
di Wilayah Pesisir Kecamatan Punduh Pidada ...
68
22.
Matriks SWOT Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah Pesisir
Kecamatan Punduh Pidada ...
70
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Nilai Bobot Faktor Strategi Internal dan Eksternal Pembangunan Daerah
Tertinggal di Wilayah Pesisir Kecamatan Punduh Pidada ... L-1
2. Rating Faktor Strategi Internal dan Eksternal Pembangunan Daerah
Tertinggal di Wilayah Pesisir Kecamatan Punduh Pidada ... L-4
3. Matriks IFE dan EFE Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah
Pesisir Kecamatan Punduh Pidada ... L-6
4. Matriks SWOT Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah
Pesisir Kecamatan Punduh Pidada ... L-8
5. Matriks QSP Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
maka diperlukan pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan distribusi
pendapatan yang lebih merata (Masli, 2008). Pelaksanaan pembangunan di daerah
selama ini belum mampu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama
yang berdiam di daerah pedesaan. Terjadinya kesenjangan antara daerah pedesaan
dan perkotaan disebabkan karena bias dan distorsi pembangunan yang lebih
banyak berpihak kepada ekonomi perkotaan. Akibatnya timbul daerah-daerah
tertinggal yang miskin dan terkebelakang, terutama di wilayah pesisir (Syahza,
2012).
Kawasan pesisir merupakan wilayah yang sangat berarti bagi kehidupan manusia
di bumi. Sebagian besar penduduk tinggal di wilayah pesisir. Diberlakukannya
secara efektif Konvensi Hukum Laut Internasional (
The Law of the Sea
Convention
) pada tahun 1994 menetapkan Indonesia sebagai suatu negara
kepulauan yang terbesar di dunia, secara hukum internasional. Indonesia memiliki
17.506 pulau besar dan kecil. Dengan total garis pantai yang diperkirakan
2
memiliki panjang garis pantai terpanjang nomor dua di dunia, di bawah Kanada
(Dirhamsyah, 2006). Menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia adalah
sebuah visi yang didengungkan oleh pemerintahan baru Indonesia yang dipimpin
Presiden Jokowi. Namun demikian, pembangunan bidang kelautan dan perikanan
hingga saat ini masih jauh dari harapan. Padahal wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil dan lautan kepulauan Indonesia disimpan potensi sumber daya alam dan jasa
lingkungan yang sangat besar dan belum dimanfaatkan secara optimal (Lasabuda,
2013).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, wilayah pesisir adalah daerah
peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di
darat dan laut. Wunani (2014) mengemukakan bahwa wilayah pesisir mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
1.
Memiliki habitat dan ekosistem (seperti estuari, terumbu karang, padang
lamun) yang dapat menyediakan suatu (seperti ikan, minyak bumi, mineral)
dan jasa (seperti bentuk perlindungan alam dan badai, arus pasang surut,
rekreasi) untuk masyarakat pesisir.
2.
Dicirikan dengan persaingan dalam pemanfaatan sumberdaya dan ruang oleh
berbagai
stakeholders
, sehingga sering terjadi konflik yang berdampak pada
menurunnya fungsi sumberdaya.
3
Salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki daerah pesisir yang cukup luas
adalah Provinsi Lampung. Daerah Lampung memiliki luas daratan 35.376 km
2,
panjang garis pantai Lampung 1.105 km
2(termasuk beberapa pulau), memiliki
sekitar 69 buah pulau. Wilayah pesisirnya dapat dibagi atas 4 wilayah, yaitu
Pantai Barat (210 km), Teluk Semangka (200 km), Teluk Lampung dan Selat
Sunda (160 km), dan Pantai Timur (270 km) (Atlas Sumberdaya Wilayah
Pesisir Lampung, 1999). Potensi wilayah pesisir sampai saat ini belum dikelola
secara optimal, karena pemanfaatan yang dilakukan cenderung eksploitatif dan
bersifat sektoral.
Salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang memiliki wilayah pesisir yang
cukup luas dan potensial adalah Kabupaten Pesawaran. Kabupaten Pesawaran
juga ditetapkan sebagai kawasan minapolitan melalui Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan dengan Keputusan Nomor KEP 32/MeN/2010, memiliki
luas perairan laut 689 km
2atau 68900 Ha dengan panjang garis pantai 96 km
dengan kedalaman rata-rata 50 meter (Dinas Kelautan dan Perikanan Pesawaran,
2010).
4
terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Namun sampai saat ini belum dilakukannya upaya
pemerdayaan potensi wilayah pesisir sesuai amanat Undang-Undang tersebut, dan
berdasarkan penetapan dalam RPJMN Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi RI 2010-2014 Kabupaten Pesawaran ditetepkan
sebagai kabupaten tertinggal.
Kabupaten Pesawaran memiliki kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Punduh
Pidada dan Kecamatan Padang Cermin. Berdasarkan data dari Badan
5
Tabel 1. Desa Tertinggal dan Jumlah Rumah Tangga Miskin Per
Kecamatan di Kabupaten Pesawaran
NO KECAMATAN
Desa Tertinggal (Bappeda, BPS &PMD) Desa Tertinggal Menurut Kementerian DPDTT JUMLAH RTM 2010 JUMLAH RTM 2011 1 Padang Cermin
1.Bunut Seberang
2.Gebang
3.Hanau Berak
4.Paya
5.Sidodadi
6.Sumber Jaya
7.Suka Jaya
Lempasing
8.Banjaran
1. Banjaran
2. Bunut Seberang
3. Sumber Jaya
4. Gunung Rejo
5. Pesawaran Indah
6. Tambangan
7. Sidodadi
8. Hurun
9. Tanjung Agung
10.Suka Jaya
Lempasing
11.Harapan Jaya
11.746 11.039
2 Punduh Pidada 1. Sukajaya Pundu
2. Maja
3. Penyandingan
4. Tajur
5. Umbul Limus
6. Pekon Ampal
7. Kunyayang
8. Kekatang
9. Pulau Pahawang
10.Sukarame
11.Kota Jawa
12.Rusaba
13.Sukajaya Pidada
14.Banding Agung
15.Batu Raja
16.Pulau Legundi
17.Pagar Jaya
18.Bawang
1. Sukamaju
2. Pagar Jaya
3. Pulau Legundi
4. Sukarame
5. Kota Jawa
6. Rusaba
7. Sukajaya Pidada
8. Baturaja
9. Banding Agung
10.Kampung Baru 11.Kekatang 12.Pekon Ampal 13.Kunyayang 14.Umbul Limus 15.Tajur 16.Penyandingan 17.Sukajaya Pundu 18.Pulau Pahawang 4.340 4.147
3 Kedondong 1. Penengahan
2. Sukajaya
3. Padang Cermin
4. Kota Jawa
5. Kubu Batu
6. Way Kepayang
7. Sukamaju
8. Kartasana
9. Gunung Sugih
10.Bayas Jaya
1. Bayas Jaya
2. Suka Jaya
3. Penengahan
4. Tanjung Kerta
5. Kota Jawa
6. Mada Jaya
7. Kubu Batu
8. Suka Maju
9. Sinar Harapan
10. Kertasana
11. Gunung Sugih
12. Babakan Loa
13. Pesawaran
14. Teba Jaya
6
NO KECAMATAN
Desa Tertinggal (Bappeda, BPS &PMD) Desa Tertinggal Menurut Kementerian DPDTT JUMLAH RTM 2010 JUMLAH RTM 2011
4 Way Lima 1. Padang Manis
2. Sidodadi
3. Pekondoh
Gedung
4. Pekondoh
5. Gedung Dalam
6. Sindang Garut
7. Baturaja
8. Way Harong
9. Gunung Rejo
10.Margodadi
1. Way Lima
2. Cimanuk
3. Sukamandi
4. Margodadi
5. Tanjung Agung
6. Sindang Garut
7. Pekon Doh
Gedung
8. Banjar Negeri
9. Padang Manis
5.195 5.213
5 Gedong Tataan 1. Padang Ratu
2. Cipadang
3. Bogorejo
1. Cipadang
2. Kutaarjo
3. Karang Anyar
4. Taman Sari
5. Bernung
6. Sungai Langka
8.644 8.271
6 Negeri Katon 1. Halangan Ratu
2. Negara Saka
3. Sinar Bandung
4. Tanjung Rejo
5. Lumbirejo
1. Pujo Rahayu
2. Tanjung Rejo
3. Negeri Katon
4. Negara Saka
5. Halangan Ratu
6. Lumbirejo
7. Sidomulyo
8. Poncokresno
9. Tri Rahayu
10.Sinar Bandung
11.Bangun Sari
12.Karang Rejo
8.037 7.176
7 Tegineneng 1. Gunung Sugih 2. Sinar Jati
3. Margorejo
4. Pancabakti
1. Gedung Gumanti
2. Bumi Agung
3. Batang Hari
Ogan
4. Rejo Agung
5. Kota Agung
6. Negara Ratu
Wates
7. Gunung Sugih
Baru
8. Margomulyo
9. Sinar Jati
10.Mergorejo
11.Germing
6.099 5.971
JUMLAH 58 81 50.389 47.389
7
Gambar 1 menjelaskan grafik persebaran penduduk di Kabupaten Pesawaran.
Kecamatan Punduh Pidada memiliki jumlah penduduk paling sedikit diantara
kecamatan lain, yaitu hanya 6% dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten
Pesawaran atau 26.225 jiwa, dengan Jumlah Rumah Tangga yaitu 6.676 Kepala
Keluarga (BPS,2012). Menurut Syahza (2012), masyarakat di daerah tertinggal
terutama di wilayah pesisir relatif terisolir dengan jumlah penduduk yang relatif
jarang, sehingga potensinya untuk berkembang menjadi terhambat.
Gambar 1. Grafik Persebaran Penduduk di Kabupaten Pesawaran
Sumber : BPS , Pesawaran Dalam Angka, Tahun 2012
Kecamatan punduh pidada merupakan daerah pesisir dengan luas 110,46 km
2(Statistik Kecamatan Punduh Pidada, 2013). Kecamatan ini ditetapkan sebagai
kawasan minapolitan yang memiliki banyak
potensi sumberdaya yang besar.
Kecamatan ini memiliki potensi tangkapan dan budidaya hasil laut yang cukup
besar. Wilayah Kecamatan Punduh Pidada memiliki potensi untuk dikembangkan
sebagai sentra tambak udang. Tambak udang dapat dikelola menjadi keunggulan
Padang Cermin 22%
Punduh Pidada
6%
Kedondong 15% Way Lima
8% Gedong Tatan
21% Negeri Katon
15%
8
tersendiri, karena udang yang dihasilkan adalah untuk orientasi ekspor. Selain itu,
menyasar pasar ekspor, ikan kerapu adalah jenis komoditi primadona di
kecamatan ini. Ikan kerapu adalah jenis komoditi yang amat tinggi nilai
ekonomisnya, tentu saja tinggi kandungan gizinya. Begitu juga potensi budidaya
perikanan perairan darat atau ikan air tawar.
Untuk potensi pariwisata, kegiatan pariwisata di Kabupaten Pesawaran lebih
banyak berkembang di Kecamatan Padang Cermin. Sedangkan Pariwisata di
Kecamatan Punduh Pidada belum banyak dikembangkan (Prastiwi, 2013). Potensi
pariwisata di Kecamatan Punduh Pidada tidak kalah menarik, bila dapat terkelola
dengan baik. Beberapa desa di Kecamatan Punduh Pidada memiliki pantai putih
bersih nan eksotis, tetapi karena sulitnya akses jalan untuk mencapainya, potensi
tersebut belum tersentuh secara profesional, dan masih banyak lagi potensi
sumber daya alam lainnya yang belum termanfaatkan dan dikelola secara optimal.
Pembangunan di Kecamatan Punduh Pidada memerlukan penanganan yang
optimal guna mendukung perkembangan wilayah berbasis sumberdaya lokal agar
sejajar dengan daerah lain yang telah berkembang. Oleh karena itu diperlukan
suatu kajian mengenai strategi pembangunan daerah tertinggal di wilayah pesisir
Kecamatan Punduh Pidada.
B.
Rumusan Masalah
9
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk
menentukan strategi yang tepat dalam pembangunan daerah tertinggal di wilayah
pesisir Kecamatan Punduh Pidada.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Bahan pertimbangan dalam rangka perencanaan dan penentuan strategi
kebijakan pembangunan di wilayah pesisir Kecamatan Punduh Pidada.
2.
Bahan pertimbangan dan informasi bagi pihak-pihak yang berminat dalam
pengembangan wilayah pesisir Kecamatan Punduh Pidada.
3.
Sebagai bahan informasi bagi penelitian yang akan datang.
E.
Kerangka Pemikiran
Pembangunan wilayah pesisir dalam kaitannya dengan menumbuhkan ekonomi
Kecamatan Punduh Pidada, dan kerangka pemikiran parsialnya ialah
pembangunan wilayah dan pembangunan ekonomi. Perbedaan mendasar ilmu
ekonomi dan ilmu wilayah ialah pada masalah ruang (Budiharsono, 2001). Ruang
merupakan hal yang penting dalam pembangunan wilayah. Konsep ruang sangat
berkaitan dengan waktu, karena pemanfaatan bumi dan segala kekayaannya
membutuhkan organisasi/pengaturan unit tata ruang yang disebut wilayah
(Ekaputra, 2009).
10
yang tergabung di bawah garis kemiskina. Sebagai wilayah nodal, wilayah pesisir
seringkali sebagai wilayah belakang dengan wilayah perkotaan sebagai intinya.
Bahkan seringkali wilayah pesisir dianggap sebagai halaman belakang
(back yard)
yang merupakan tempat pembuangan segala macam limbah. Sehubungan dengan
fungsinya sebagai wilayah belakang, maka wilayah pesisir merupakan penyedia
input
(pasar
input
) bagi inti dan pasar bagi barang-barang jadi (
output
).
Sebagai wilayah administrasi, wilayah pesisir dapat berupa wilayah administrasi
yang relatif kecil yaitu kecamatan atau desa, namun dapat pula berupa
kabupaten/kota dalam bentuk pulau kecil. Sedangkan sebagai wilayah
perencanaan, batas wilayah pesisir lebih ditentukan oleh kriteria ekologis,
sehingga melewati batas-batas wilayah administratif. Terganggunya
keseimbangan bofisik-ekologis dalam wilayah ini akan berdampak negatif yang
tidak hanya dirasakan oleh daerah tersebut tetapi juga daerah sekitarnya yang
merupakan kesatuan wilayah sistem (kawasan). Oleh Karen itu dalam
pembangunan dan pengembangan wilayah ini diperlukan suatu perencanaan
terpadu yang tidak menutup kemungkinan adanya lintas batas administratif
(Budiharsono, 2001).
11
perhatian yang serius dari pemerintah, dengan melibatkan masyarakat di dalam
proses pembangunan.
Untuk itu diperlukan suatu kajian yang menyeluruh dan mendalam tentang
prospek pengembangan di wilayah pesisir Kecamatan Punduh Pidada, sesuai
dengan potensi sumberdaya yang dimiliki, kemauan masyarakat dan kepentingan
semua
stakeholders
, supaya berkelanjutan. Pendekatan kerangka pikir penelitian
yang akan dilakukan diarahkan pada strategi pembangunan daerah tertinggal di
wilayah pesisir Kecamatan Punduh Pidada.
Dalam penelitian ini disusun perumusan strategi dengan melalui tiga tahap yakni
tahap masukan, tahap pemaduan, dan tahap keputusan. Kajian ini diawali dengan
menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal. Hasil analisis internal
menghasilkan
Strenght
dan
Weakness
,dan analisis eksternal menghasilkan
Opportunity
dan
Threats
dalam bentuk matriks IFE
(Internal Factor Evaluation)
dan matriks EFE
(External Factor Evaluation)
.
Setelah melalui tahapan kerja matriks IFE
(Internal Factor Evaluation)
maka
akan diperoleh
nilai rata-rata skor total bagi wilayah yang dinilai. Jika nilainya
dibawah 2,5 menandakan bahwa secara internal, wilayah adalah lemah, sedangkan
yang berada di atas 2,5 menunjukan posisi internal yang kuat. Nilai rata-rata
adalah 2,5 (Umar,2001).
12
dan menghindari ancaman-ancaman. Sementara itu, skor total sebesar 1,0
menunjukan bahwa wilayah tidak memanfaatkan peluang-peluang yang ada atau
tidak menghindari ancaman-ancaman eksternal (Umar,2001).
Hasil dari identifikasi matriks ini digunakan untuk menyusun suatu matriks
Strenght- Weakness-
O
pportunity
-
Threats
(SWOT) yang akan menghasilkan
berbagai alternatif strategi. Yang kemudian akan dianalisis dengan menggunakan
matriks
Quantative Strategies Planning
(QSP). Pada tahap akhir dari matriks
Quantative Strategies Planning
(QSP) adalah mendapatkan
Total Attractiveness
Scores
(TAS) yang didapat dari perkalian bobot dengan nilai yang menunjukan
kemenarikan relatif untuk masing-masing strategi yang terpilih (
Attractive Score).
Dari nilai TAS yang didapat, nilai TAS
dari alternatif strategi yang tertinggilah
yang menunjukan bahwa alternatif strategi itu yang menjadi piihan utama. Nilai
TAS terkecil menunjukan bahwa alternatif strategi ini menjadi pilihan terakhir.
Sehingga akan didapatkan strategi terbaik dari pembangunan wilayah di masa
yang akan datang.
13
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Sumber : Umar, 2001
Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah
Pesisir Kecamatan Punduh Pidada
Identifikasi Lingkungan
Internal & Eksternal
Tahap Masukan (Matriks IFE dan EFE)
Analisa Faktor Eksternal
Tahap Pemaduan
(Matriks SWOT)
Analisa Faktor InternalTahap Pemilihan
Strategi
(Matriks QSP)
Strategi Pembangunan Daerah
Tertinggal di Wilayah Pesisir
14
F.
Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini penulisan akan dibagi menjadi lima bab, yaitu :
BAB I
Pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang, permasalahan,
tujuan penulisan, manfaat penelitian, kerangka pemikiran dan
sistematika penulisan.
BAB II
Tinjauan pustaka yang berisikan berbagai teori yang berkaitan
dengan penelitian ini.
BAB III
Metode penelitian yang berisikan tentang bahan dan metode yang
digunakan dalam penelitian ini.
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Teori Pembangunan Ekonomi
Pengertian pembangunan dalam sejarah dan strateginya telah mengalami evolusi
perubahan, mulai dari strategi pembangunan yang menekankan kepada
pertumbuhan ekonomi, kemudian pertumbuhan dan kesempatan kerja,
pertumbuhan dan pemerataan, penekanan kepada kebutuhan dasar (
basic
needapproach
), pertumbuhan dan lingkungan hidup, dan pembangunan yang
berkelanjutan (
suistainable development
). Perubahan evolutif dari pengertian di
atas didasarkan atas banyak kekecewaan dan hasil umpan balik dari pelaksanaan
pembangunan yang tidak mencapai sasaran-sasaran yang diinginkan serta
kekurangan informasi dalam memahami persoalan-persoalan yang timbul yang
sebelumnya tidak dapat diramalkan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya
(Ekaputra, 2009).
Pembangunan secara garis besar adalah suatu proses multidimensi yang
melibatkan perubahan struktur sosial, kelembagaan nasional, percepatan
16
Menurut Todaro (2000), Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara
ditunjukan oleh tiga nilai pokok yaitu :
1)
Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya
(sustenance)
2)
Meningkatkan rasa harga diri
(self-esteem)
masyarakat sebagai manusia
3)
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memilih
(freedom from
servitude)
yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia.
Pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses agar pola
keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor dalam pembangunan
ekonomi dapat diamati dan dianalisis. Dengan cara tersebut dapat diketahui
runtutan peristiwa yang terjadi dan dampaknya pada peningkatan kegiatan
ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembangunan ke
tahap pembangunan berikutnya (Arsyad, 2010).
Dalam proses pembangunan ekonomi, masalah percepatan pertumbuhan ekonomi
antardaerah adalah berbeda, sehingga mengakibatkan ketimpangan regional tidak
dapat dihindari mengingat adanya perbedaan dalam kekayaan sumber daya yang
dimiliki antara daerah yang satu dengan daerah yang lainya. Dasar pelaksanaan
pembangunan itu sendiri serta konsentrasi kegiatan ekonomi juga berbeda.
Menurut Anwar (1996), teori-teori yang menjelaskan tentang pertumbuhan suatu
daerah dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
17
2.
Output Oriented Theories
. Teori ini mengangap bahwa adanya mekanisme
yang mendasari fenomena pertumbuhan daerah dari satu daerah ke daerah
lainnya.
Teori mengenai pembangunan regional dapat dikelompokan ke dalam tiga
kategori yaitu :
1.
Proses pembangunan wilayah dan ketimpangan antardaerah;
2.
Penyebab terjadinya ketimpangan;
3.
Alokasi intervensi antardaerah.
Kategori-kategori tersebut bukan suatu pengelompokan yang mutlak tetapi antara
yang satu dengan yang lainya dapat saling melengkapi. Ketimpangan
pembangunan antara daerah dengan pusat atau daerah dengan daerah adalah
merupakan hal yang wajar. Hal ini disebabkan adanya faktor
endowment
dan awal
dari pelaksanaan pembangunan serta investasi. Bagi daerah yang sudah terlebih
dahulu membangun tentunya dapat lebih banyak menyediakan sarana dan
prasarana, sehingga menarik minat investor untuk berinvestasi. Proses tersebut
menunjukkan ketimpangan pembangunan antardaerah sebenarnya merupakan
akibat dari adanya proses pembangunan itu sendiri.
B.
Konsep Perwilayahan dalam Pembangunan
18
kesatuan agar bisa dibedakan dengan kesatuan lain (Tarigan, 2004).
Sjafrizal (2012), menjelaskan bahwa secara umum terdapat empat bentuk wilayah
yang banyak digunakan dalam analisis wilayah, yaitu:
1.
Homogeneous Region
yaitu kesatuan wilayah dibentuk dengan memperhatikan
kesamaan karakteristik sosial ekonomi dalam wilayah yang bersangkutan.
Termasuk dalam wilayah seperti ini antara lain adalah provinsi, kota, kabupaten,
dan desa. Sedang pada tingkat internasional termasuk dalam wilayah ini adalah
kesatuan beberapa negara seperti ASEAN (
Association Of Southeast Asian
Nations), European Union
dan lain lain.
2.
Nodal Region
yaitu kesatuan wilayah yang dibentuk berdasarkan keterkaitan
sosial
–
ekonomi yang erat atar daerah. Keterkaitan ini menjadi penting karena
dapat mendorong terbentuknya kesatuan yang erat antara beberapa daerah atau
negara terkait. Termasuk ke dalam wilayah seperti ini antara lain adalah :
JABODETABEK ( Kesatuan wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan
Bekasi ) SJORI ( Singapur-Johor- Riau) dan segitiga pertumbuhan ( Growth
Triagle ) baik IMS- GT (Indonesia
–
Malaysia
–
Singapur
–
Growth Triagle) dan
IMT-GT ( Indonesia
–
Malaysia
–
Thailan
–
Growt Triangle).
19
4.
Administrative Region
yaitu kesatuan wilayah yang dibentuk berdasarkan
pertimbangan kemampuan dan kebutuhan administrasi pemerintah. Termasuk ke
dalam wilayah ini adalah provinsi, kabupaten, kota, kecamatan, dan desa. Tidak
dapat disankal bahwa adakalanya pengelompokan wilayah administrasi ini sama
dengan wilayah homogeneus khususnya dalam penentuan wilayah provinsi atau
kota.
C.
Pembangunan Wilayah Pesisir
Salah satu ruang lingkup kajian pembangunan wilayah adalah wilayah pesisir dan
laut. Wilayah pesisir dalam pengertian ekosistem didefinisikan sebagai suatu zona
yang kearah darat dibatasi sampai dimana pengaruh laut masih ada dan kearah
laut sampai dimana pengaruh darat masih ada. Secara ekstrim wilayah pesisir
dapat dibatasi sampai garis pantai dan unsur-unsur geomorfolgis yang
berdekatan/berbatasan dengannya, yang ditentukkan oleh aksi laut terhadap batas
darat (Rais, 2001).
Menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007, bahwa Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil merupakan bagian dari sumberdaya alam yang dianugerahkan
oleh Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan kekayaan yang dikuasai oleh negara,
yang perlu dijaga kelestariannya dan dimanfaatkan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat, baik bagi generasi sekarang maupun bagi generasi yang akan
datang.
20
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil mendefinisikan wilayah pesisir adalah
daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan
di darat dan laut.
Menurut Budiharsono (2001), wilayah pesisir ditinjau dari konsep wilayah
termasuk dalam wilayah homogen, wilayah nodal, wilayah administratif dan
wilayah perencanaan. Sebagai wilayah homogen, wilayah pesisir merupakan
wilayah sentra produksi ikan, namun biasanya juga dikatakan sebagai wilayah
dengan tingkat pendapatan penduduk tergolong di bawah garis kemiskinan.
Sebagai wilayah nodal, wilayah pesisir seringkali sebagai wilayah belakang
dengan wilayah perkotaan sebagai intinya. Bahkan seringkali wilayah pesisir
dianggap sebagai halaman belakang
(back yard)
yang merupakan tempat
pembuangan segala macam limbah. Sehubungan dengan fungsinya sebagai
wilayah belakang, maka wilayah pesisir merupakan penyedia
input
(pasar
input
)
bagi inti dan pasar bagi barang-barang jadi (
output
).
Sebagai wilayah administrasi, wilayah pesisir dapat berupa wilayah administrasi
yang relatif kecil yaitu kecamatan atau desa, namun dapat pula berupa
kabupaten/kota dalam bentuk pulau kecil. Sedangkan sebagai wilayah
perencanaan, batas wilayah pesisir lebih ditentukan oleh kriteria ekologis,
sehingga melewati batas-batas wilayah administratif. Terganggunya
21
pembangunan dan pengembangan wilayah ini diperlukan suatu perencanaan
terpadu yang tidak menutup kemungkinan adanya lintas batas administratif
(Budiharsono, 2001).
Menurut Kusumastanto (2003), bahwa perspektif ekonomi regional, wilayah
pesisir dan laut memiliki pilar-pilar penting untuk menjadi kekuatan dalam
pembangunan wilayah yang berbasiskan kekuatan ekonomi lokal.
Kekuatan-kekuatan tersebut adalah :
1) natural resources advantages
dan
inperfect factor mobility.
Artinya di wilayah pesisir terdapat konsentrasi
keunggulan wilayah yang tidak dimiliki oleh wilayah lain, seperti sumberdaya
alam, kultur dan adanya keterkaitan masyarakat dengan sumberdaya;
2) economic
of concentration
atau
imperfect diversibility.
Artinya secara spasial kegiatan usaha
berdasarkan skala ekonomi, umumnya terjadi pengelompokan industri sejenis
(
cluster of industry
), jika tidak masuk skala ekonomi, kegiatan ini akan keluar
cluster
yang ada; dan 3) mobilitas adalah pengorbanan. Artinya setiap pergerakan
barang dan jasa memerlukan biaya transpotasi dan komunikasi. Sehingga
kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan laut diarahkan pada upaya untuk
meminimalkan jarak dan memaksimumkan akses.
22
Daerah yang batasannya ditentukan secara administratif lebih mudah dianalisis,
Karena biasanya pengumpulan data diberbagai daerah dalam suatu negara,
pembagiannya didasarkan pada satuan administratif.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, asas pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil adalah berasaskan keberlanjutan, konsistensi,
keterpaduan, kepastian hokum, kemitraan, pemerataan, peran serta masyarakat,
keterbukaan, desentralisasi, akuntabilitas, dan berasaskan keadilan. Adapun tujuan
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah: a) melindungi,
mengonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan memperkaya sumberdaya
pesisir dan pulau-pulau kecil serta system ekologisnya secara berkelanjutan; b)
menciptakan keharmonisan dan sinergi antara pemerintah dan pemerintah daerah
dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil; c) memperkuat
peran serta masyarakat dan lembaga pemerintah serta mendorong inisiatif
masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil agar
tercapai keadilan, keseimbangan, dan keberkelanjutan; dan d) meningkatkan nilai
sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat melalui peran serta masyarakat dalam
pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil. Pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil harus dilakukan dengan cara mengintegrasikan
kegiatan:
a.
Antara pemerintah dan pemerintah daerah;
b.
Antar pemerintah daerah;
c.
Antar sektor;
23
e.
Antara ekosistem darat dan ekosistem laut; dan
f.
Antara ilmu pengetahuan.
D.
Konsep dan Definisi Strategi
Pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana dikemukakan oleh para ahli.
Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin
puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan
suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai (Umar, 2001).
Strategi berasal dari kata Latin
strategia
yang artinya kantor dari jenderal, selain
itu strategi bisa juga diartikan sebagai seni memperalat atau memperkerjakan
tindakan-tindakan yang berasal dari kata Perancis
strategos
, arti lain dari kata
strategi adalah
strategems
atau menuju ke arah sebuah tujuan (Soesilo, 2002).
Strategi adalah sekumpulan cara-cara untuk mencapai tujuan, dan strategi adalah
suatu pendekatan logis yang akan menentukan arah sebuah aksi (Sitinjak, 2000).
1.
Perencanaan strategis
24
Pemerintah kecamatan termasuk organisasi nirlaba. Seperti halnya dunia
usaha, pemerintah Kecamatan pun perlu tanggap terhadap perubahan yang
terjadi di lingkungannya, baik internal maupun eksternal. Orientasi dunia
usaha lebih menuju ke pencarian keuntungan atau laba, sedangkan
pemerintah kecamatan menekankan pada penyediaan layana dengan sejumlah
sumber daya yang dimiliki dan dengan motivasi bukan untuk mencari laba.
Dunia usaha membuka atau menutup bidang layanannya tergantung pada
pasar dan margin keuntungan, sedangkan pemerintah kecamatan tidak boleh
menutup suatu bidang layanan yang ditugaskan kepadanya oleh masyarakat
(Djunaedi, 2002)
.
Pemerintah daerah harus mampu mengatisipasi berbagai perubahan baik
regional, nasional maupun internasional. Sebagai sebuah organisasi
pemerintah daerah di tuntut untuk dapat bergerak cepat mengikuti perubahan
yang terjadi. Untuk itu diperlukan sebuah perencanaan strategis untuk
mengikuti perubahan tersebut. Proses perencanaan strategi untuk mengikuti
perubahan tersebut. Proses perencanaan strategi dimulai dari visi dan misi
organisasi yang menghasilkan isu-isu strategis, kemudian mengidentikfikasi
dan mengevaluasi faktor internal maupun eksternal. Faktor internal seperti
sumber daya strategi, kemudian mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor
internal maupun ekternal. Faktor internal seperti sumber daya, strategi yang
telah ada termasuk di dalamnya adalah kinerja organisasi selama ini.
25
dalam rangka melakukan tindakan tindakan guna mencapai tujuan organisasi
(Rahmat, 2009).
2.
Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah
Stiglitz (1998) menyatakan bahwa strategi pembangunan lebih ambisius dari
pada dokumen perencanaan, karena strategi pembangunan menyiapkan
strategi bukan hanya untuk akumulasi modal dan penempatan sumber daya,
tapi juga strategi untuk transformasi masyarakat. Strategi pembangunan
memiliki peran penting sebagai pemercepat terjadinya transformasi
masyarakat yang bisa dilakukan dengan mengidentifikasikan area keuntungan
komparatif negara. Mengidentifikasikan area ini dan mempublikasikannya
sebagai barang publik adalah tanggung jawab pemerintah.
Strategi pembangunan perlu memajukan wacana (
vision
) tentang transformasi,
akan seperti apa masyarakat kita 20 tahun mendatang. Wacana ini tentu
mengandung tujuan-tujuan kuantitatif, seperti mengurangi kemiskinan
(sebanyak setengah) dan memperhatikan pendidikan, namun hal tersebut
merupakan elemen-elemen atau target dalam proses transformasi, bukan
wacana dari transformasi itu sendiri. Strategi pembangunan kadang dilihat
sebagai
blueprint
, sebuah peta yang menggambarkan kemana masyarakat
akan menuju.
Dalam membuat strategi kebijakan perlu diperhatikan beberapa aspek,
26
adalah keterbatasan kemampuan (
capacity
) pemerintah, oleh karena itu,
strategi pembangunan perlu menetapkan prioritas. Kunci utama dari prioritas
adalah kesadaran akan tahapan: hal apa yang perlu dikerjakan terlebih dahulu
sebelum hal yang lain (Stiglitz, 1998).
Menurut Arsyad (1999), strategi pembangunan ekonomi daerah dapat
dikelompokan menjadi empat kelompok besar yaitu :
1)
Strategi pengembangan fisik/lokalitas
(locality or physical development
strategy)
2)
Strategi pengembangan dunia usaha
(bussiness development strategy)
3)
Strategi pengembangan sumber daya manusia
(human resource development
strategy)
4)
Strategi pengembangan masyarakat
(community based development
strategy)
Strategi pengembangan fisik/lokal ini ditujukan untuk menciptakan identitas
daerah/kota, memperbaiki basis pesona
(amenity bases)
atau kualitas hidup
masyarakat dan memperbaiki daya tarik daerah/kota dalam upaya memperbaiki
dunia usaha daerah. Sedangkan strategi pengembangan daerah antara lain melalui
penciptaan iklim usaha yang baik bagi dunia usaha dengan pengaturan dan
kebijakan yang memberi kemudahan bagi dunia usaha dan pada saat yang sama
mencegah penurunan kualitas lingkungan.
27
costumized trainning
atau pelatihan yang dirancang khusus untuk memenuhi
kebutuhan dan harapan pemberi kerja. Sementara itu strategi pengembangan
ekonomi masyarakat merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mengembangkan
suatu kelompok tertentu disuatu daerah. Kegiatan tersebut juga sering disebut
dengan pemberdayaan
(empowerment)
masyarakat. Tujuan dari kegiatan ini
adalah untuk menciptakan manfaat sosial, misalnya dengan menciptakan
proyek-proyek padat karya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka atau memperoleh
keuntungan usahanya (Arsyad, 1999).
E.
Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian Nofidi H. Ekaputra (2009), Kajian Pengembangan Strategi Di Wilayah
Pesisir Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau, dalam penelitiannya bertujuan untuk
mengkaji permasalahan yang ada di wilayah pesisir Kabuaten Pelalawan dan
memberikan rancangan program dalam mengambil kebijakan pemanfaatan
sumberdaya wilayah pesisir secara optimal. Metode analisis berupa
Multi Criteria
Decision Making
(MCDM) menggunakan
software Preferance Rations in
Multiattibute Evaluation
(PRIME). Analisis untuk menentukan sektor mana saja
yang merupakan basis dan non basis yang berkembang di Kabupaten Pelalawan,
digunakan metode
Location Quotient
(LQ).
28
fungsi kelembagaan dengan mengupayakan pemberdayaan lembaga keuangan
mikro melalui koperasi yang sudah ada; 4) meningkatkan saran dan prasarana
peraatan tangkap dengan revitalisasi sarana kapal tangkap dan perlengkapan; 5)
mengembangkan agribisnis perikanan.
Penelitian Tri Ratna Saridewi (2003), Studi Pembangunan Ekonomi Wilayah
Pesisir di Kabupaten Subang, dalam penelitiannya bertujuan untuk mengetahui
kebijakan pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan di wilayah pesisir,
mengakomodir pandangan berbagai ahli terhadap pengembangan perikanan
Kabupaten Subang, mengkaji apakah sektor perikanan laut dan tambak adalah
sektor basis, mengkaji usaha (strategi) yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
taraf hidup keluarga nelayan.
Strategi pembangunan ekonomi wilayah pesisir di Kabupaten Subang adalah
bidang budidaya tambak
silvofisheries,
dengan penerapan teknologi tambak ramah
lingkungan, dan sebagai prioritas andalan kedua adalah kegiatan pengembangan
teknologi penangkapan di Kabupaten Subang merupakan kurang penting untuk
diperhatikan, dan perlu adanya peningkatan kualitas sumberdaya manusia wilayah
pesisir,penguatan kelembagaan masyarakat,dan penguatan sarana dan prasarana.
Penelitian Almasdi Syahza (2012), Perumusan Model Pengentasan Kemiskinan
Melalui Program Dan Pemetaan Potensi Ekonomi Bagi Masyarakat Wilayah
Pesisir Di Propinsi Riau, dalam penelitian ini menjelaskan model pengetasan
kemiskinan di wilayah pesisir. Model yang dimaksudkan untuk mencoba
29
yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu data dan informasi yang diperoleh
dianalisis secara deskriptif terutama terhadap data kualitatif.
Menghasilkan kesimpulan Angka Kemiskinan dan Isu Pembangunan di
Kabupaten Kepulauan Meranti, antara lain: 1) angka kemiskinan relatif tinggi
(56,76%); 2) infrastruktur dasar belum memadai (rumah tidak layak huni, jalan,
abrasi, air bersih, banjir, pelabuhan, listrik); 3) masih rendahnya kesadaran
masyarakat tentang pentingnya pendidikan, (masih banyak anak usia sekolah yang
tidak bersekolah atau tidak melanjutkan pendidikan); 4) fasilitas serta sarana dan
prasarana pendidikan yang relatif masih terbatas; 5) angka kematian ibu dan bayi
yang relatif masih tinggi (sarana dan prasarana Kesehatan masih belum memadai);
6) penangkapan ikan masih menggunakan alat tradisional; 7) perkebunan karet
milik masyarakat yang sudah tua, sehingga diperlukan proses revitalisasi untuk
meningkatkan hasil produksi perkebunan.
Penelitian Yunizar (2013), Strategi Pengembangan Wilayah Melalui Pendekatan
Minapolitan Di Kabupaten Kepulauan Anambas, dalam penelitiannya bertujuan
untuk mengidentifikasi potensi sumberdaya perikanan di wilayah Anambas dan
merumuskan strategi pengembangan wilayah melalui pendekatan minapolitan.
Metode analisis berupa Analisis Deskriptif,
Location Quotient
(LQ), Analisis
internal dan eksternal (IFE-EFE) serta analisis Strenghts Weaknesses
30
minapolitan; 4) Meningkatkan pembinaan dan keterampilan nelayan; 5)
Menetapkan Anambas sebagai kawasan minapolitan melalui regulasi pemerintah
pusat; dan 6) Membangun jaringan kerja sama dengan berbagai lembaga.
Penelitian Teti Sri Kusvita (2013), Evaluasi dan Strategi Pengembangan Kawasan
Minapolitan Di Kabupaten Bogor, dalam penelitiannya bertujuan untuk
mengevaluasi tingkat perkembangan dan keberlanjutan program pengembangan
kawasan minapolitan, mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi kinerja pembangunan minapolitan di Kabupaten Bogor, dan
merumuskan strategi dan program untuk meningkatkan kinerja program
pengembangan minapolitan.
Analisis terhadap faktor eksternal dan internal dalam matrik SWOT
melahirkan 7 alternatif strategi dalam pengembangan Kawasan Minapolitan di
masa yang akan datang. Selanjutnya prioritas strategi tertinggi pengembangan
Kawasan Minapolitan di Kabupaten Bogor ditentukan melalui analisi Matriks
Perencanaan Strategi Kuantitatif (
Quantitative Strategic Planning Matrix
-QSPM)
yang menghasilkan tiga strategi utama yaitu: (1) Pengembangan Pasar dan
Peningkatan Daya Saing Produk, (2) Peningkatan Kapasitas Produksi dan (3)
Penguatan Kapasitas Kelembagaan Penunjang. Hasil penelitian menghendaki
penyusunan program dan kegiatan oleh instansi terkait diarahkan untuk
mendukung strategi tersebut.
31
Kabupaten Lampung Barat. Metode analisis yang digunakan adalah analisis LQ,
metode skalogram, SWOT, dan QSPM.
Hasil analisis skalogram dan LQ serta kondisi wilayah didapat kesimpulan kopi
robusta dapat diprioritaskan sebagai produk unggulan wilayah pegunungan dan
ikan merupakan produk unggulan untuk wilayah pesisir. Hasil analisis SWOT dan
QSPM didapat 9 srategi pengembangan produk unggulan Kabupaten Lampung
Barat. Hasil analisis QSPM terdapat dua grand strategi yakni pengembangan
kompetensi daerah dan pengembangan kemitraan dengan swasta/lembaga lain.
Penelitian Abdul Wahid (2006), Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal (Studi
Kasus Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat), dalam penelitian ini menjelaskan
perumusan strategi dengan mengidentifikasi tingkat ketimpangan potensi fisik
wilayah dan tingkat pemerataan pembangunan antar wilayah yang terjadi di
Kabupaten Garut. Metode analisis berupa analisis sistem hirarki potensi fisik
wilayah (HFP), sistem hirarki tingkat pemerataan pembangunan, metode
skalogram, sistem limpitan sejajar dan strategis, serta analisis matriks IFE, EFE,
SWOT, dan QSP.
Menghasilkan kesimpulan Berdasarkan analisis faktor eksternal bahwa dalam
pembangunan daerah tertinggal, menunjukkan Kabupaten Garut sedang berusaha
untuk memanfaatkan peluang eksternal dan menghindari ancaman (2.547). Hasil
analisis faktor internal menunjukan bahwa Kabupaten Garut belum sepenuhnya
mampu untuk mengatasi kelemahan dan menggunakan kekuatan untuk
32
yaitu : 1) meningkatkan akses kerjasama yang baik antara pemerintah provinsi
dengan kabupaten yang dituangkan dalam suatu kebijakan pembangunan; 2)
strategi pembangunan sarana dan prasarana; 3) memberdayakan masyarakat dan
mengentaskan kemiskinan melalui pembangunan berbasis pedesaan; 4)
meningkatkan kepastian hukum hak atas tanah kepada masyarakat secara adil dan
transparan
Penelitian Rizki Rahajuning Tyas (2006), Strategi Pembangunan Wilayah
Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur, dalam penelitiannya tentang strategi
pembangunan yang terarah disesuaikan dengan potensi wilayah di Kabupaten
Situbondo untuk mengidentifikasi penyebaran sarana dan prasarana pembangunan,
mengidentifikasi kondisi lingkungan internal dan eksternal pembangunan, serta
merumuskan strategi pembangunan wilayah Kabupaten Situbondo. Metode
analisis berupa analisis LQ, analisis skalogram, Matriks IFE, EFE, SWOT, dan
QSP.
Menghasilkan kesimpulan berdasarkan hasil analisis Matriks SWOT diperoleh 12
alternatif strategi yang dirumuskan dalam pembangunan wilayah Kabupaten
Situbondo. Berdasarkan hasil analisis Matriks QSP strategi yang menjadi prioritas
utama, adalah strategi meningkatkan potensi SDA dengan memanfaatkan
dukungan dari pemerintah daerah dan mengoptimalkan pelaksanaan otonomi
daerah, strategi meningkatkan kualitas SDM, mengoptimalkan pemanfaatan dan
pengelolaan SDA serta pengembangan Litbang melalui pemanfaatan teknologi.
33
merumuskan strategi yang harus disusun oleh
stakeholders
dalam pembangunan
wilayah tertinggal Kabupaten Pandeglang. Perumusan strategi ini didukung
dengan mengidentifikasi sektor unggulan, hirarki pusat pertumbuhan dan
pelayanan serta hirarki potensi sumberdaya wilayah. Metode analisis berupa
analisis LQ, metode skalogram, sistem hirarki potensi sumerdaya wilayah sistem
limpitan sejajar serta analisis matriks IFE, EFE, SWOT, dan QSPM.
Menghasilkan kesimpulan berdasarkan hasil analisis Matriks SWOT diperoleh 10
alternatif strategi dalam rangka pembangunan wilayah tertinggal Kabupaten
Pandeglang. Berdasarkan hasil analisis Matriks QSPM, strategi yang menjadi
prioritas utama adalah strategi meningkatkan potensi sumberdaya yang dimiliki
(SDA, letak gografis dan keadaan biofisik) untuk menarik investor dan
kemitraan/kerjasama dari pihak swasta atau pihak lain. Sedangkan strategi yang
menempati prioritas akhir adalah strategi pemberdayaan kelembagaan, aparatur
dan kebijakan pembangunan daerah untuk meningkatkan kemitraan/kerjasama
dengan pihak swasta ataupun pihak lain.
Penelitian Asri Dwi Asmarani (2010), Strategi Kebijakan Pembangunan Daerah
Kabupaten Klaten: Pendekatan Analisis SWOT Dan AHP, berfokus pada
34
Penelitian Almasdi Syahza dan Suarman (2013), Strategi Pengembangan Daerah
Tertinggal Dalam Upaya Percepatan Pembangunan Ekonomi Pedesaan, dalam
penelitian ini bertujuan menemukan model pengembangan daerah tertinggal
dalam upaya percepatam pembangunan ekonomi pedesaan di Kabupaten
Kepulauan Meranti Propinsi Riau. Penelitian ini dilakukan melalui survey dengan
metode perkembangan (
Developmental Research
). Guna mendapatkan informasi
secara umum tentang keadaan daerah-daerah yang potensial untuk dikembangkan,
penelitian ini banyak memanfaatkan data primer yang didapatkan melalui survei.
Data sekunder hanya bersifat sebagai pendukung. Untuk data primer
pengumpulan data dilakukan dengan metode Rapid Rural Appraisal (RRA),
yaitu suatu pendekatan partisipatif untuk mendapatkan data/informasi dan
penilaian (assesment) secara umum di lapangan dalam waktu yang relatif pendek.
35
III
METODE PENELITIAN
A.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,
Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pemilihan daerah penelitian dilakukan
secara sengaja (
purposive
) dengan pertimbangan. Pertimbangan pertama,
Kecamatan Punduh Pidada merupakan daerah yang berada di wilayah pesisir.
Pertimbangan kedua masih tingginya tingkat kemiskinan dan ketertinggalan
kawasan pesisir. Pertimbangan ketiga, masih banyaknya potensi ekonomi,
khususnya sumberdaya lokal yang belum dimanfaatkan oleh masyarakat.
Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015.
B.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu :
36
dan Perikanan Kabupaten Pesawaran, dan instansi atau lembaga lain yang
terkait dengan tujuan penelitian.
2.
Observasi atau penelitian lapangan, yaitu teknik pengumpulan data melalui
pengamatan secara langsung pada obyek penelitian. Teknik observasi
bertujuan untuk mengamati suatu fenomena sosial sekaligus melakukan
pengumpulan data serta mengamati keseluruhan gejala-gejala atau fenomena
yang terjadi.
3.
Wawancara, bertujuan untuk mendapatkan informasi secara langsung yang
dapat menjelaskan
atau menjawab permasalahan penelitian
yang
bersangkutan secara obyektif.
4.
Kuesioner, yakni berupa daftar pertanyaan yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian yang harus dijawab dan diisi oleh responden sebagai
sampel yang terpilih.
C.
Teknik Pengambilan Sampel Responden
37
Kabupaten Pesawaran,
Kepala Bidang Kelautan, Pesisir dan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (SDKP) Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pesawaran,c
amat Punduh Pidada , dan empat orang tokoh masyarakat di kecamatan tersebut.
D.
Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan dua jenis metode analisis, yaitu metode deskriptif
dan metode kuantitatif. Dan untuk menyusun strategi dilakukan dengan melalui
tiga tahap analisis, yakni tahap masukan, tahap penggabungan dan tahap
[image:54.595.159.425.388.655.2]keputusan. Tahap akhir analisis kasus adalah memformulasikan keputusan yang
akan diambil. Kerangka analisa penyusun strategi menurut Umar (2001) terdapat
pada Gambar 3.
Gambar 3. Kerangka Formulasi Strategi
Sumber :Umar, 2001
Stage
1:
(The Input Stage)
IFE
(Internal Factor Evaluation) Matrix
EFE
(Eksternal Factor Evaluation) Matrix
Stage
2 :
(The Matching Stage)
SWOT Matrix
(Strengths, Weakness, Opportunities, Threats)
Stage
3 :
(The Decision Stage)
QSPM
(Quantitative Strategic Planning
38
1.
Analisis Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal (IFE- EFE)
Menurut Umar (2001), matriks EFE digunakan untuk pengambilan keputusan
dalam meringkas dan mengevaluasi semua informasi lingkungan eksternal
meliputi peluang dan ancaman, sedangkan matriks IFE digunakan untuk
meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama yang dihadapi.
Beberapa langkah dalam matriks EFE adalah sebagai berikut :
1.
Buatlah daftar faktor-faktor sukses kritis yang diperoleh dari analisa
lingkungan eksternal yang mencakup perihal
opportunities
(peluang) dan
threats
(ancaman) pada kolom 1.
2.
Tentukan bobot (
weight)
untuk masing-masing faktor eksternal dengan skala
mulai dari
0,0 (tidak penting) sampai dengan 1,0 (sangat penting),jumlah
seluruh bobot harus sebesar 1,0. Pemberian bobot ini berdasarkan pengaruh
faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis wilayah dalam suatu daerah
tertentu. Penentuan bobot akan dilakukan dengan cara mengajukan
identifikasi faktor strategis eksternal tersebut kepada
stakeholders
dengan
menggunakan metode
Paired Comparison
dalam Nurjanah, 2006.
Inti darimetode paired comparison adalahmembandingkan secara bersamaan dua
variabel yang terdapat dalam seperangkat variabel dan memilih salah satu
variabel yang dinilai responden lebih penting melalui skala penilaian (Kinner,
1991 dalam Nurjanah, 2006).
Metode tersebut digunakan untuk memberikan
39
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator
vertikal.
2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal.
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator
vertikal.
[image:56.595.133.504.292.431.2]Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini :
Tabel 2. Penilai Bobot Faktor Strategis Eksternal Wilayah
Faktor Strategis Eksternal A B C D ... Total Bobot
A
B
C
D
...
Total
Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel
terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus:
Ai
=
∑ X
ii =1
Keterangan : A
i= Bobot variabel ke-i
X
i= Nilai variabel ke-i
i = 1, 2, 3...n
n = Jumlah variabel
Sumber: Kinner (1991)
3.
Tentukan
rating
setiap faktor-faktor sukses kritis antara 1 sampai 4, dimana:
1 = tidak berpengaruh,
2 = kurang kuat pengaruhnya,
3 = kuat pengaruhnya,
40
4.
Kalikan nilai bobot dengan nilai ratingnya untuk mendapatkan skor semua
faktor-faktor sukses kritis
.
[image:57.595.113.489.345.496.2]5.
Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total. Skor total 4,0
mengindikasikan bahwa wilayah merespons dengan cara yang luar biasa
terhadap peluang-peluang yang ada dan menghindari ancaman-ancaman.
Sementara itu, skor total sebesar 1,0 menunjukan bahwa wilayah tidak
memanfaatkan peluang-peluang yang ada atau tidak menghindari
ancaman-ancaman eksternal.
Tabel 3. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal
No.
Faktor Eksternal
Bobot
Rating
Skor Bobot
PELUANG
(Ai)
(Bi) = 1,2,3,4
(Ai x Bi)
1.
2.
…
ANCAMAN
1.
2.
…
TOTAL
1,0
Sumber :
Umar, 2001
Pada prinsipnya, tahapan kerja pada matriks IFE sama dengan matriks EFE.
Langkah-langkah dalam matriks IFE adalah sebagai berikut :
1.
Buatlah daftar faktor-faktor sukses kritis untuk aspek internal kekuatan
(
strengths
) dan kelemahan (
weaknesses
).
41
tertentu. Penentuan bobot akan dilakukan dengan cara mengajukan
identifikasi faktor strategis internal tersebut kepada
stakeholders
dengan
menggunakan metode
Paired Comparison
dalam Nurjanah, 2006.
Inti darimetode paired comparison adalahmembandingkan secara bersamaan dua
variabel yang terdapat dalam seperangkat variabel dan memilih salah satu
variabel yang dinilai responden lebih penting melalui skala penilaian (Kinner,
1991 dalam Nurjanah, 2006).
Metode tersebut digunakan untuk memberikan
penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal. Untuk menentukan
bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2 dan 3. Skala yang digunakan untuk
pengisian kolom adalah:
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator
vertikal.
2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal.
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator
vertikal.
[image:58.595.133.508.564.703.2]Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini :
Tabel 4. Penilai Bobot Faktor Strategis Internal Wilayah
Faktor Strategis Internal A B C D ... Total Bobot
A
B
C
D
...
42
Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variable
terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus:
Ai
=
∑ X
ii =1
Keterangan : a
1= Bobot variabel ke-i
X
i= Nilai variabel ke-i
i = 1, 2, 3...n
n = Jumlah variabel
Sumber: Kinner (1991)
3.
Beri
rating
(nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor yang
memiliki nilai:
1 = kelemahan utama/mayor,
2 = kelemahan kecil