• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN PUNDUH PIDADA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN PUNDUH PIDADA"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DI WILAYAH

PESISIR KECAMATAN PUNDUH PIDADA

Oleh

Annisa Alifa Ramadhani

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan strategi yang tepat dalam pembangunan

daerah tertinggal di wilayah pesisir Kecamatan Punduh Pidada. Alat analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah matriks IFE

(Internal Factor Evaluation)

dan matriks EFE

(External Factor Evaluation)

, matriks

Strenght-

Weakness-O

pportunity

-

Threats

(SWOT), dan QSPM

(Quantitative Strategic Planning

Matrix).

Hasil dari penelitian ini diperoleh lima prioritas strategi tertinggi atau

strategi utama pembangunan daerah tertinggal di wilayah pesisir Kecamatan

Punduh Pidada yakni : 1) mengembangkan forum komunikasi dan koordinasi

antar instansi terkait dalam pengelolaan wilayah pesisir; 2) mengembangkan

program penyuluhan dan pelatihan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan

sumber daya alam wilayah pesisir; 3) meningkatkan peran pemangku kepentingan

dalam pembangunan sarana dan prasarana dasar wilayah pesisir; 4) meningkatkan

akses masyarakat terhadap informasi

,

modal, pemasaran dan teknologi; 5)

(2)

ABSTRACT

THE STRATEGY OF OUTLYING DISTRICT DEVELOPMENT IN

COASTAL AREA PUNDUH PIDADA SUBDISTRICT

By

Annisa Alifa Ramadhani

This study aims to to determine the strategy of outlying district development in

coastal area punduh pidada subdistrict. The analytical tool used in this study is

IFE

(Internal Factor Evaluation) Matrix and

EFE

(External Factor Evaluation)

Matrix

,

Strenght- Weakness-

O

pportunity

-

Threats

(SWOT)

Matrix

,

and

QSPM

(Quantitative Strategic Planning Matrix).

The result of this research was gained

five priorities the highest strategy: 1) to develop communication and coordination

between the agencies involved in the coastal area; 2) to develop a public

information and technical skill in the management of resources in the coastal area;

3) enhancing the role of stakeholders in the development of facilities and basic

infrastructures in the coastal areas; 4) to improve public access to information

capital marketing and technology; 5) develop public participation in the

management of coastal areas.

(3)

STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DI WILAYAH

PESISIR KECAMATAN PUNDUH PIDADA

Oleh

ANNISA ALIFA RAMADHANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama Annisa Alifa Ramadhani dilahirkan di Pringsewu pada

tanggal 26 Februari 1994, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari

pasangan Bapak Edi Sutrisno dan Ibu Siti Aspiah.

Penulis memulai pendidikannya pada tahun 1999 di TK Islam KH.Gholib

Pringsewu, kemudian pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikannya di SD

Muhammadiyah Pringsewu, pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikannya

di SMPN 1 Pringsewu yang diselesaikan pada tahun 2009, pada tahun yang sama

penulis melanjutkan pendidikannya di SMAN 1 Gadingrejo di kelas Akselerasi

yang diselesaikan pada tahun 2011. Pada tahun 2011, penulis diterima melalui

jalur SNMPTN tertulis pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Lampung.

Pada tahun 2012 penulis melaksanakan Kuliah Kunjungan Lapangan (KKL) di

Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kementrian Koperasi dan UMKM, dan Bank

Indonesia. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada bulan Januari

2014 selama 40 hari di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai,

Kabupaten Lampung Timur.

(8)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT, sebagai rasa syukur atas ridho serta karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Kupersembahkan skripsi ini kepada:

Untuk Kedua orangtuaku, Ibu Siti Aspiah dan Bapak Edi Sutrisno, terima kasih

atas doa, kesabaran, motivasi, bimbingan dan saran yang selama ini tak henti

diberikan.

Kedua adik perempuanku, Sabila Lelly Hidayah dan Tiara Aprilia Zahra, terima

kasih atas doa, motivasi dan keceriaannya.

Dosen-dosen serta sahabat-sahabat terbaik yang turut memberikan saran,

motivasi, juga doa yang menambahkan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

Juga almamater tercinta. Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

(9)

MOTO

“Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran

(yang kau

jalani) yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa pedihnya rasa sakit”

(Imam Ali Bin Abi Thalib AS)

“Barangsiapa bertakwa pada Allah, maka Allah memberikan jalan keluar

kepadanya dan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Barangsiapa

yang bertaqwa pada Allah, maka Allah jadikan urusannya menjadi mudah.

barangsiapa yang bertaqwa pada Allah akan dihapuskan dosa-dosa nya dan

(10)

SANWACANA

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamin

, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,

karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul

Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal Di Wilayah Pesisir

Kecamatan Punduh Pidada”

. Sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana

Ekonomi.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak terbantu dan didukung oleh

beberapa pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan ketulusan hati

penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1.

Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2.

Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si., selaku Ketua dan Ibu Asih Murwiati,

S.E., M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang membantu mengarahkan dan

memberikan saran;

(11)

4.

Bapak Dr. I Wayan Suparta, S.E., M.Si., selaku Penguji Utama pada ujian

skripsi.

5.

Ibu Dr. Marselina Muchtar, S.E., M.P.M., selaku Pembimbing Akademik;

6.

Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si., selaku dosen yang meluangkan waktunya

memberikan kritik dan saran, serta bapak dan ibu dosen yang telah

memberikan ilmunya selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Lampung.

7.

Staf dan pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang

telah membantu kelancaran proses penyelesaian skripsi ini.

8.

Pimpinan dan seluruh jajaran Kecamatan Punduh Pidada, BPS Kabupaten

Pesawaran, Bappeda Kabupaten Pesawaran,Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Pesawaran yang telah banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9.

Ayahanda Edi Sutrisno dan Ibunda Siti Aspiah yang dengan sabarnya telah

mendidik penulis, yang dengan keikhlasannya selalu mendoakan, yang

dengan segala kemampuannya selalu mengupayakan membantu penulis

hingga menjadi seperti sekarang;

10.

Adikku Sabilla Lelly Hidayah dan Tiara Aprilia Zahra dan Keluarga Besar

yang selalu memotivasi penulis sampai sekarang;

11.

Satria Dharma Setiawan, S.Ked yang telah meluangkan waktu, memberi

semangat

dan do’a.

(12)

13.

Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2011 Nurul, Gita, Dewi, Tari, Ari,

Ika, Ria, Gondol, Aming, Windy, Yessi, Gino, Devi, Desi, Zahara, Ochi,

Caca, Suci, Mul, Defti, Ayuni, Putri, Wiwid, Nina, Sunarmo, Genio dan

seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu- persatu;

14.

Keluarga besar UKM Rakanila (Radio Kampus Unila) atas doa dan

semangat kepada penulis;

15.

Keluarga KKN Margasari, Bapak Suyani beserta jajarannya, dan semua

teman-teman kelompok KKN Margasari;

16.

Kakak tingkat EP 2009 dan 2010 serta adik tingkat EP 2012, 2013, dan

2014.

17.

Tim Surveyor Konsumen Bank Indonesia.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua

pihak yang telah membantu tetapi namanya tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu, kiranya Allah SWT memberi balasan yang tak terhingga. Penulis

menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, meskipun demikian semoga

hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 6 April 2015

Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ...

i

DAFTAR GAMBAR ...

iii

DAFTAR TABEL ...

iv

DAFTAR LAMPIRAN ...

v

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang ...

1

B.

Rumusan Masalah ...

8

C.

Tujuan Penelitian ...

9

D.

Manfaat Penelitian ...

9

E.

Kerangka Pemikiran ...

9

F.

Sistematika Penulisan ...

14

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Teori Pembangunan Ekonomi ...

15

B.

Konsep Perwilayahan dalam Pembangunan ...

17

C.

Pembangunan Wilayah Pesisir ...

19

D.

Konsep dan Definisi Strategi ...

23

1.

Perencanaan strategis ...

23

2.

Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah ...

25

E.

Hasil Penelitian Terdahulu ...

27

III.

METODE PENELITIAN

A.

Lokasi dan Waktu Penelitian ...

35

B.

Jenis dan Sumber Data ...

35

C.

Teknik Pengambilan Sampel Responden ...

36

D.

Metode Analisis Data ...

37

1.

Analisis Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal

(IFE- EFE) ...

38

2.

Matriks SWOT (

Strengths, Weakness, Opportunities, Threats

) ...

43

(14)

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Gambaran Umum Wilayah ...

48

1.

Kondisi Geografis dan Administrasi ...

48

2.

Kondisi Demografis ...

50

3.

Pendidikan ...

51

4.

Kesehatan ...

52

5.

Perumahan ...

53

6.

Transportasi ...

54

7.

Sarana Koperasi dan Perdagangan ...

55

8.

Industri Pengolahan ...

55

9.

Potensi Wilayah ...

56

B.

Perumusan Strategi ...

61

1.

Perumusan Faktor Internal dan faktor Eksternal ...

61

2.

Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal ...

65

2.1

Evaluasi Faktor Internal ...

65

2.2

Evaluasi Faktor Eksternal ...

67

3.

Perumusan Strategi ...

69

4.

Penentuan Prioritas Strategi ...

74

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan ...

81

B.

Saran ...

83

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.

Desa Tertinggal dan Jumlah Rumah Tangga Miskin Per Kecamatan

di Kabupaten Pesawaran ...

5

2.

Penilai Bobot Faktor Strategis Eksternal Wilayah ...

39

3.

Matriks Evaluasi Faktor Eksternal ...

40

4.

Penilai Bobot Faktor Strategis Internal Wilayah ...

41

5.

Matriks Evaluasi Faktor Internal ...

43

6.

Matriks SWOT ...

44

7.

Matriks Perencanaan Strategik Kuantitatif

QSPM ...

47

8.

Statistik geografi kecamatan punduh pidada tahun 2011-2013 ...

49

9.

Jumlah Kepala Keluarga dan Jiwa Kecamatan Punduh Pidada

menurut Desa dan Jenis Kelamin Per Desember 2014 ...

50

10.

Indikator Pendidikan Punduh Pidada Tahun 2011-2013 ...

52

11.

Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Punduh Pidada Tahun 2011-2013

53

12.

Banyaknya Bangunan Rumah Menurut Kualitasnya Tahun 2011-2013 54

13.

Potensi, Pemanfaatan dan Produksi Tambak di Kecamatan Punduh

Pidada, 2013 ...

57

14.

Potensi, Pemanfaatan dan Produksi Budidaya Laut (KJA) Kerapu di

Kecamatan Punduh Pidada, 2013 ...

58

15.

Potensi Pemanfaatan dan Produksi Budidaya Kolam di Kecamatan

Punduh Pidada, 2013 ...

58

16.

Produksi Perikanan Tangkap di Kecamatan Punduh Pidada

2012-2013 (Dalam Ton) ...

59

17.

Perumusan Identifikasi Faktor Internal ...

62

18.

Perumusan Identifikasi Faktor Eksternal ...

63

19.

Perumusan Identifikasi Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Sesudah

Konfirmasi Responden ...

64

20.

Evaluasi Faktor Internal (IFE) Pembangunan Daerah Tertinggal di

Wilayah Pesisir Kecamatan Punduh Pidada ...

66

21.

Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Pembangunan Daerah Tertinggal

di Wilayah Pesisir Kecamatan Punduh Pidada ...

68

22.

Matriks SWOT Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah Pesisir

Kecamatan Punduh Pidada ...

70

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Nilai Bobot Faktor Strategi Internal dan Eksternal Pembangunan Daerah

Tertinggal di Wilayah Pesisir Kecamatan Punduh Pidada ... L-1

2. Rating Faktor Strategi Internal dan Eksternal Pembangunan Daerah

Tertinggal di Wilayah Pesisir Kecamatan Punduh Pidada ... L-4

3. Matriks IFE dan EFE Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah

Pesisir Kecamatan Punduh Pidada ... L-6

4. Matriks SWOT Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah

Pesisir Kecamatan Punduh Pidada ... L-8

5. Matriks QSP Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

(18)

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

maka diperlukan pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan distribusi

pendapatan yang lebih merata (Masli, 2008). Pelaksanaan pembangunan di daerah

selama ini belum mampu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama

yang berdiam di daerah pedesaan. Terjadinya kesenjangan antara daerah pedesaan

dan perkotaan disebabkan karena bias dan distorsi pembangunan yang lebih

banyak berpihak kepada ekonomi perkotaan. Akibatnya timbul daerah-daerah

tertinggal yang miskin dan terkebelakang, terutama di wilayah pesisir (Syahza,

2012).

Kawasan pesisir merupakan wilayah yang sangat berarti bagi kehidupan manusia

di bumi. Sebagian besar penduduk tinggal di wilayah pesisir. Diberlakukannya

secara efektif Konvensi Hukum Laut Internasional (

The Law of the Sea

Convention

) pada tahun 1994 menetapkan Indonesia sebagai suatu negara

kepulauan yang terbesar di dunia, secara hukum internasional. Indonesia memiliki

17.506 pulau besar dan kecil. Dengan total garis pantai yang diperkirakan

(19)

2

memiliki panjang garis pantai terpanjang nomor dua di dunia, di bawah Kanada

(Dirhamsyah, 2006). Menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia adalah

sebuah visi yang didengungkan oleh pemerintahan baru Indonesia yang dipimpin

Presiden Jokowi. Namun demikian, pembangunan bidang kelautan dan perikanan

hingga saat ini masih jauh dari harapan. Padahal wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil dan lautan kepulauan Indonesia disimpan potensi sumber daya alam dan jasa

lingkungan yang sangat besar dan belum dimanfaatkan secara optimal (Lasabuda,

2013).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, wilayah pesisir adalah daerah

peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di

darat dan laut. Wunani (2014) mengemukakan bahwa wilayah pesisir mempunyai

karakteristik sebagai berikut :

1.

Memiliki habitat dan ekosistem (seperti estuari, terumbu karang, padang

lamun) yang dapat menyediakan suatu (seperti ikan, minyak bumi, mineral)

dan jasa (seperti bentuk perlindungan alam dan badai, arus pasang surut,

rekreasi) untuk masyarakat pesisir.

2.

Dicirikan dengan persaingan dalam pemanfaatan sumberdaya dan ruang oleh

berbagai

stakeholders

, sehingga sering terjadi konflik yang berdampak pada

menurunnya fungsi sumberdaya.

(20)

3

Salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki daerah pesisir yang cukup luas

adalah Provinsi Lampung. Daerah Lampung memiliki luas daratan 35.376 km

2

,

panjang garis pantai Lampung 1.105 km

2

(termasuk beberapa pulau), memiliki

sekitar 69 buah pulau. Wilayah pesisirnya dapat dibagi atas 4 wilayah, yaitu

Pantai Barat (210 km), Teluk Semangka (200 km), Teluk Lampung dan Selat

Sunda (160 km), dan Pantai Timur (270 km) (Atlas Sumberdaya Wilayah

Pesisir Lampung, 1999). Potensi wilayah pesisir sampai saat ini belum dikelola

secara optimal, karena pemanfaatan yang dilakukan cenderung eksploitatif dan

bersifat sektoral.

Salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang memiliki wilayah pesisir yang

cukup luas dan potensial adalah Kabupaten Pesawaran. Kabupaten Pesawaran

juga ditetapkan sebagai kawasan minapolitan melalui Keputusan Menteri

Kelautan dan Perikanan dengan Keputusan Nomor KEP 32/MeN/2010, memiliki

luas perairan laut 689 km

2

atau 68900 Ha dengan panjang garis pantai 96 km

dengan kedalaman rata-rata 50 meter (Dinas Kelautan dan Perikanan Pesawaran,

2010).

(21)

4

terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya Pesisir dan

Pulau-pulau Kecil serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Namun sampai saat ini belum dilakukannya upaya

pemerdayaan potensi wilayah pesisir sesuai amanat Undang-Undang tersebut, dan

berdasarkan penetapan dalam RPJMN Kementerian Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi RI 2010-2014 Kabupaten Pesawaran ditetepkan

sebagai kabupaten tertinggal.

Kabupaten Pesawaran memiliki kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Punduh

Pidada dan Kecamatan Padang Cermin. Berdasarkan data dari Badan

(22)

5

Tabel 1. Desa Tertinggal dan Jumlah Rumah Tangga Miskin Per

Kecamatan di Kabupaten Pesawaran

NO KECAMATAN

Desa Tertinggal (Bappeda, BPS &PMD) Desa Tertinggal Menurut Kementerian DPDTT JUMLAH RTM 2010 JUMLAH RTM 2011 1 Padang Cermin

1.Bunut Seberang

2.Gebang

3.Hanau Berak

4.Paya

5.Sidodadi

6.Sumber Jaya

7.Suka Jaya

Lempasing

8.Banjaran

1. Banjaran

2. Bunut Seberang

3. Sumber Jaya

4. Gunung Rejo

5. Pesawaran Indah

6. Tambangan

7. Sidodadi

8. Hurun

9. Tanjung Agung

10.Suka Jaya

Lempasing

11.Harapan Jaya

11.746 11.039

2 Punduh Pidada 1. Sukajaya Pundu

2. Maja

3. Penyandingan

4. Tajur

5. Umbul Limus

6. Pekon Ampal

7. Kunyayang

8. Kekatang

9. Pulau Pahawang

10.Sukarame

11.Kota Jawa

12.Rusaba

13.Sukajaya Pidada

14.Banding Agung

15.Batu Raja

16.Pulau Legundi

17.Pagar Jaya

18.Bawang

1. Sukamaju

2. Pagar Jaya

3. Pulau Legundi

4. Sukarame

5. Kota Jawa

6. Rusaba

7. Sukajaya Pidada

8. Baturaja

9. Banding Agung

10.Kampung Baru 11.Kekatang 12.Pekon Ampal 13.Kunyayang 14.Umbul Limus 15.Tajur 16.Penyandingan 17.Sukajaya Pundu 18.Pulau Pahawang 4.340 4.147

3 Kedondong 1. Penengahan

2. Sukajaya

3. Padang Cermin

4. Kota Jawa

5. Kubu Batu

6. Way Kepayang

7. Sukamaju

8. Kartasana

9. Gunung Sugih

10.Bayas Jaya

1. Bayas Jaya

2. Suka Jaya

3. Penengahan

4. Tanjung Kerta

5. Kota Jawa

6. Mada Jaya

7. Kubu Batu

8. Suka Maju

9. Sinar Harapan

10. Kertasana

11. Gunung Sugih

12. Babakan Loa

13. Pesawaran

14. Teba Jaya

(23)

6

NO KECAMATAN

Desa Tertinggal (Bappeda, BPS &PMD) Desa Tertinggal Menurut Kementerian DPDTT JUMLAH RTM 2010 JUMLAH RTM 2011

4 Way Lima 1. Padang Manis

2. Sidodadi

3. Pekondoh

Gedung

4. Pekondoh

5. Gedung Dalam

6. Sindang Garut

7. Baturaja

8. Way Harong

9. Gunung Rejo

10.Margodadi

1. Way Lima

2. Cimanuk

3. Sukamandi

4. Margodadi

5. Tanjung Agung

6. Sindang Garut

7. Pekon Doh

Gedung

8. Banjar Negeri

9. Padang Manis

5.195 5.213

5 Gedong Tataan 1. Padang Ratu

2. Cipadang

3. Bogorejo

1. Cipadang

2. Kutaarjo

3. Karang Anyar

4. Taman Sari

5. Bernung

6. Sungai Langka

8.644 8.271

6 Negeri Katon 1. Halangan Ratu

2. Negara Saka

3. Sinar Bandung

4. Tanjung Rejo

5. Lumbirejo

1. Pujo Rahayu

2. Tanjung Rejo

3. Negeri Katon

4. Negara Saka

5. Halangan Ratu

6. Lumbirejo

7. Sidomulyo

8. Poncokresno

9. Tri Rahayu

10.Sinar Bandung

11.Bangun Sari

12.Karang Rejo

8.037 7.176

7 Tegineneng 1. Gunung Sugih 2. Sinar Jati

3. Margorejo

4. Pancabakti

1. Gedung Gumanti

2. Bumi Agung

3. Batang Hari

Ogan

4. Rejo Agung

5. Kota Agung

6. Negara Ratu

Wates

7. Gunung Sugih

Baru

8. Margomulyo

9. Sinar Jati

10.Mergorejo

11.Germing

6.099 5.971

JUMLAH 58 81 50.389 47.389

(24)

7

Gambar 1 menjelaskan grafik persebaran penduduk di Kabupaten Pesawaran.

Kecamatan Punduh Pidada memiliki jumlah penduduk paling sedikit diantara

kecamatan lain, yaitu hanya 6% dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten

Pesawaran atau 26.225 jiwa, dengan Jumlah Rumah Tangga yaitu 6.676 Kepala

Keluarga (BPS,2012). Menurut Syahza (2012), masyarakat di daerah tertinggal

terutama di wilayah pesisir relatif terisolir dengan jumlah penduduk yang relatif

jarang, sehingga potensinya untuk berkembang menjadi terhambat.

Gambar 1. Grafik Persebaran Penduduk di Kabupaten Pesawaran

Sumber : BPS , Pesawaran Dalam Angka, Tahun 2012

Kecamatan punduh pidada merupakan daerah pesisir dengan luas 110,46 km

2

(Statistik Kecamatan Punduh Pidada, 2013). Kecamatan ini ditetapkan sebagai

kawasan minapolitan yang memiliki banyak

potensi sumberdaya yang besar.

Kecamatan ini memiliki potensi tangkapan dan budidaya hasil laut yang cukup

besar. Wilayah Kecamatan Punduh Pidada memiliki potensi untuk dikembangkan

sebagai sentra tambak udang. Tambak udang dapat dikelola menjadi keunggulan

Padang Cermin 22%

Punduh Pidada

6%

Kedondong 15% Way Lima

8% Gedong Tatan

21% Negeri Katon

15%

(25)

8

tersendiri, karena udang yang dihasilkan adalah untuk orientasi ekspor. Selain itu,

menyasar pasar ekspor, ikan kerapu adalah jenis komoditi primadona di

kecamatan ini. Ikan kerapu adalah jenis komoditi yang amat tinggi nilai

ekonomisnya, tentu saja tinggi kandungan gizinya. Begitu juga potensi budidaya

perikanan perairan darat atau ikan air tawar.

Untuk potensi pariwisata, kegiatan pariwisata di Kabupaten Pesawaran lebih

banyak berkembang di Kecamatan Padang Cermin. Sedangkan Pariwisata di

Kecamatan Punduh Pidada belum banyak dikembangkan (Prastiwi, 2013). Potensi

pariwisata di Kecamatan Punduh Pidada tidak kalah menarik, bila dapat terkelola

dengan baik. Beberapa desa di Kecamatan Punduh Pidada memiliki pantai putih

bersih nan eksotis, tetapi karena sulitnya akses jalan untuk mencapainya, potensi

tersebut belum tersentuh secara profesional, dan masih banyak lagi potensi

sumber daya alam lainnya yang belum termanfaatkan dan dikelola secara optimal.

Pembangunan di Kecamatan Punduh Pidada memerlukan penanganan yang

optimal guna mendukung perkembangan wilayah berbasis sumberdaya lokal agar

sejajar dengan daerah lain yang telah berkembang. Oleh karena itu diperlukan

suatu kajian mengenai strategi pembangunan daerah tertinggal di wilayah pesisir

Kecamatan Punduh Pidada.

B.

Rumusan Masalah

(26)

9

C.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk

menentukan strategi yang tepat dalam pembangunan daerah tertinggal di wilayah

pesisir Kecamatan Punduh Pidada.

D.

Manfaat Penelitian

1.

Bahan pertimbangan dalam rangka perencanaan dan penentuan strategi

kebijakan pembangunan di wilayah pesisir Kecamatan Punduh Pidada.

2.

Bahan pertimbangan dan informasi bagi pihak-pihak yang berminat dalam

pengembangan wilayah pesisir Kecamatan Punduh Pidada.

3.

Sebagai bahan informasi bagi penelitian yang akan datang.

E.

Kerangka Pemikiran

Pembangunan wilayah pesisir dalam kaitannya dengan menumbuhkan ekonomi

Kecamatan Punduh Pidada, dan kerangka pemikiran parsialnya ialah

pembangunan wilayah dan pembangunan ekonomi. Perbedaan mendasar ilmu

ekonomi dan ilmu wilayah ialah pada masalah ruang (Budiharsono, 2001). Ruang

merupakan hal yang penting dalam pembangunan wilayah. Konsep ruang sangat

berkaitan dengan waktu, karena pemanfaatan bumi dan segala kekayaannya

membutuhkan organisasi/pengaturan unit tata ruang yang disebut wilayah

(Ekaputra, 2009).

(27)

10

yang tergabung di bawah garis kemiskina. Sebagai wilayah nodal, wilayah pesisir

seringkali sebagai wilayah belakang dengan wilayah perkotaan sebagai intinya.

Bahkan seringkali wilayah pesisir dianggap sebagai halaman belakang

(back yard)

yang merupakan tempat pembuangan segala macam limbah. Sehubungan dengan

fungsinya sebagai wilayah belakang, maka wilayah pesisir merupakan penyedia

input

(pasar

input

) bagi inti dan pasar bagi barang-barang jadi (

output

).

Sebagai wilayah administrasi, wilayah pesisir dapat berupa wilayah administrasi

yang relatif kecil yaitu kecamatan atau desa, namun dapat pula berupa

kabupaten/kota dalam bentuk pulau kecil. Sedangkan sebagai wilayah

perencanaan, batas wilayah pesisir lebih ditentukan oleh kriteria ekologis,

sehingga melewati batas-batas wilayah administratif. Terganggunya

keseimbangan bofisik-ekologis dalam wilayah ini akan berdampak negatif yang

tidak hanya dirasakan oleh daerah tersebut tetapi juga daerah sekitarnya yang

merupakan kesatuan wilayah sistem (kawasan). Oleh Karen itu dalam

pembangunan dan pengembangan wilayah ini diperlukan suatu perencanaan

terpadu yang tidak menutup kemungkinan adanya lintas batas administratif

(Budiharsono, 2001).

(28)

11

perhatian yang serius dari pemerintah, dengan melibatkan masyarakat di dalam

proses pembangunan.

Untuk itu diperlukan suatu kajian yang menyeluruh dan mendalam tentang

prospek pengembangan di wilayah pesisir Kecamatan Punduh Pidada, sesuai

dengan potensi sumberdaya yang dimiliki, kemauan masyarakat dan kepentingan

semua

stakeholders

, supaya berkelanjutan. Pendekatan kerangka pikir penelitian

yang akan dilakukan diarahkan pada strategi pembangunan daerah tertinggal di

wilayah pesisir Kecamatan Punduh Pidada.

Dalam penelitian ini disusun perumusan strategi dengan melalui tiga tahap yakni

tahap masukan, tahap pemaduan, dan tahap keputusan. Kajian ini diawali dengan

menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal. Hasil analisis internal

menghasilkan

Strenght

dan

Weakness

,dan analisis eksternal menghasilkan

Opportunity

dan

Threats

dalam bentuk matriks IFE

(Internal Factor Evaluation)

dan matriks EFE

(External Factor Evaluation)

.

Setelah melalui tahapan kerja matriks IFE

(Internal Factor Evaluation)

maka

akan diperoleh

nilai rata-rata skor total bagi wilayah yang dinilai. Jika nilainya

dibawah 2,5 menandakan bahwa secara internal, wilayah adalah lemah, sedangkan

yang berada di atas 2,5 menunjukan posisi internal yang kuat. Nilai rata-rata

adalah 2,5 (Umar,2001).

(29)

12

dan menghindari ancaman-ancaman. Sementara itu, skor total sebesar 1,0

menunjukan bahwa wilayah tidak memanfaatkan peluang-peluang yang ada atau

tidak menghindari ancaman-ancaman eksternal (Umar,2001).

Hasil dari identifikasi matriks ini digunakan untuk menyusun suatu matriks

Strenght- Weakness-

O

pportunity

-

Threats

(SWOT) yang akan menghasilkan

berbagai alternatif strategi. Yang kemudian akan dianalisis dengan menggunakan

matriks

Quantative Strategies Planning

(QSP). Pada tahap akhir dari matriks

Quantative Strategies Planning

(QSP) adalah mendapatkan

Total Attractiveness

Scores

(TAS) yang didapat dari perkalian bobot dengan nilai yang menunjukan

kemenarikan relatif untuk masing-masing strategi yang terpilih (

Attractive Score).

Dari nilai TAS yang didapat, nilai TAS

dari alternatif strategi yang tertinggilah

yang menunjukan bahwa alternatif strategi itu yang menjadi piihan utama. Nilai

TAS terkecil menunjukan bahwa alternatif strategi ini menjadi pilihan terakhir.

Sehingga akan didapatkan strategi terbaik dari pembangunan wilayah di masa

yang akan datang.

(30)
[image:30.595.116.512.82.619.2]

13

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Sumber : Umar, 2001

Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah

Pesisir Kecamatan Punduh Pidada

Identifikasi Lingkungan

Internal & Eksternal

Tahap Masukan (Matriks IFE dan EFE)

Analisa Faktor Eksternal

Tahap Pemaduan

(Matriks SWOT)

Analisa Faktor Internal

Tahap Pemilihan

Strategi

(Matriks QSP)

Strategi Pembangunan Daerah

Tertinggal di Wilayah Pesisir

(31)

14

F.

Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini penulisan akan dibagi menjadi lima bab, yaitu :

BAB I

Pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang, permasalahan,

tujuan penulisan, manfaat penelitian, kerangka pemikiran dan

sistematika penulisan.

BAB II

Tinjauan pustaka yang berisikan berbagai teori yang berkaitan

dengan penelitian ini.

BAB III

Metode penelitian yang berisikan tentang bahan dan metode yang

digunakan dalam penelitian ini.

BAB IV

Hasil dan Pembahasan

(32)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Teori Pembangunan Ekonomi

Pengertian pembangunan dalam sejarah dan strateginya telah mengalami evolusi

perubahan, mulai dari strategi pembangunan yang menekankan kepada

pertumbuhan ekonomi, kemudian pertumbuhan dan kesempatan kerja,

pertumbuhan dan pemerataan, penekanan kepada kebutuhan dasar (

basic

needapproach

), pertumbuhan dan lingkungan hidup, dan pembangunan yang

berkelanjutan (

suistainable development

). Perubahan evolutif dari pengertian di

atas didasarkan atas banyak kekecewaan dan hasil umpan balik dari pelaksanaan

pembangunan yang tidak mencapai sasaran-sasaran yang diinginkan serta

kekurangan informasi dalam memahami persoalan-persoalan yang timbul yang

sebelumnya tidak dapat diramalkan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya

(Ekaputra, 2009).

Pembangunan secara garis besar adalah suatu proses multidimensi yang

melibatkan perubahan struktur sosial, kelembagaan nasional, percepatan

(33)

16

Menurut Todaro (2000), Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara

ditunjukan oleh tiga nilai pokok yaitu :

1)

Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

pokoknya

(sustenance)

2)

Meningkatkan rasa harga diri

(self-esteem)

masyarakat sebagai manusia

3)

Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memilih

(freedom from

servitude)

yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia.

Pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses agar pola

keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor dalam pembangunan

ekonomi dapat diamati dan dianalisis. Dengan cara tersebut dapat diketahui

runtutan peristiwa yang terjadi dan dampaknya pada peningkatan kegiatan

ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembangunan ke

tahap pembangunan berikutnya (Arsyad, 2010).

Dalam proses pembangunan ekonomi, masalah percepatan pertumbuhan ekonomi

antardaerah adalah berbeda, sehingga mengakibatkan ketimpangan regional tidak

dapat dihindari mengingat adanya perbedaan dalam kekayaan sumber daya yang

dimiliki antara daerah yang satu dengan daerah yang lainya. Dasar pelaksanaan

pembangunan itu sendiri serta konsentrasi kegiatan ekonomi juga berbeda.

Menurut Anwar (1996), teori-teori yang menjelaskan tentang pertumbuhan suatu

daerah dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :

(34)

17

2.

Output Oriented Theories

. Teori ini mengangap bahwa adanya mekanisme

yang mendasari fenomena pertumbuhan daerah dari satu daerah ke daerah

lainnya.

Teori mengenai pembangunan regional dapat dikelompokan ke dalam tiga

kategori yaitu :

1.

Proses pembangunan wilayah dan ketimpangan antardaerah;

2.

Penyebab terjadinya ketimpangan;

3.

Alokasi intervensi antardaerah.

Kategori-kategori tersebut bukan suatu pengelompokan yang mutlak tetapi antara

yang satu dengan yang lainya dapat saling melengkapi. Ketimpangan

pembangunan antara daerah dengan pusat atau daerah dengan daerah adalah

merupakan hal yang wajar. Hal ini disebabkan adanya faktor

endowment

dan awal

dari pelaksanaan pembangunan serta investasi. Bagi daerah yang sudah terlebih

dahulu membangun tentunya dapat lebih banyak menyediakan sarana dan

prasarana, sehingga menarik minat investor untuk berinvestasi. Proses tersebut

menunjukkan ketimpangan pembangunan antardaerah sebenarnya merupakan

akibat dari adanya proses pembangunan itu sendiri.

B.

Konsep Perwilayahan dalam Pembangunan

(35)

18

kesatuan agar bisa dibedakan dengan kesatuan lain (Tarigan, 2004).

Sjafrizal (2012), menjelaskan bahwa secara umum terdapat empat bentuk wilayah

yang banyak digunakan dalam analisis wilayah, yaitu:

1.

Homogeneous Region

yaitu kesatuan wilayah dibentuk dengan memperhatikan

kesamaan karakteristik sosial ekonomi dalam wilayah yang bersangkutan.

Termasuk dalam wilayah seperti ini antara lain adalah provinsi, kota, kabupaten,

dan desa. Sedang pada tingkat internasional termasuk dalam wilayah ini adalah

kesatuan beberapa negara seperti ASEAN (

Association Of Southeast Asian

Nations), European Union

dan lain lain.

2.

Nodal Region

yaitu kesatuan wilayah yang dibentuk berdasarkan keterkaitan

sosial

ekonomi yang erat atar daerah. Keterkaitan ini menjadi penting karena

dapat mendorong terbentuknya kesatuan yang erat antara beberapa daerah atau

negara terkait. Termasuk ke dalam wilayah seperti ini antara lain adalah :

JABODETABEK ( Kesatuan wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan

Bekasi ) SJORI ( Singapur-Johor- Riau) dan segitiga pertumbuhan ( Growth

Triagle ) baik IMS- GT (Indonesia

Malaysia

Singapur

Growth Triagle) dan

IMT-GT ( Indonesia

Malaysia

Thailan

Growt Triangle).

(36)

19

4.

Administrative Region

yaitu kesatuan wilayah yang dibentuk berdasarkan

pertimbangan kemampuan dan kebutuhan administrasi pemerintah. Termasuk ke

dalam wilayah ini adalah provinsi, kabupaten, kota, kecamatan, dan desa. Tidak

dapat disankal bahwa adakalanya pengelompokan wilayah administrasi ini sama

dengan wilayah homogeneus khususnya dalam penentuan wilayah provinsi atau

kota.

C.

Pembangunan Wilayah Pesisir

Salah satu ruang lingkup kajian pembangunan wilayah adalah wilayah pesisir dan

laut. Wilayah pesisir dalam pengertian ekosistem didefinisikan sebagai suatu zona

yang kearah darat dibatasi sampai dimana pengaruh laut masih ada dan kearah

laut sampai dimana pengaruh darat masih ada. Secara ekstrim wilayah pesisir

dapat dibatasi sampai garis pantai dan unsur-unsur geomorfolgis yang

berdekatan/berbatasan dengannya, yang ditentukkan oleh aksi laut terhadap batas

darat (Rais, 2001).

Menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007, bahwa Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil merupakan bagian dari sumberdaya alam yang dianugerahkan

oleh Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan kekayaan yang dikuasai oleh negara,

yang perlu dijaga kelestariannya dan dimanfaatkan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat, baik bagi generasi sekarang maupun bagi generasi yang akan

datang.

(37)

20

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil mendefinisikan wilayah pesisir adalah

daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan

di darat dan laut.

Menurut Budiharsono (2001), wilayah pesisir ditinjau dari konsep wilayah

termasuk dalam wilayah homogen, wilayah nodal, wilayah administratif dan

wilayah perencanaan. Sebagai wilayah homogen, wilayah pesisir merupakan

wilayah sentra produksi ikan, namun biasanya juga dikatakan sebagai wilayah

dengan tingkat pendapatan penduduk tergolong di bawah garis kemiskinan.

Sebagai wilayah nodal, wilayah pesisir seringkali sebagai wilayah belakang

dengan wilayah perkotaan sebagai intinya. Bahkan seringkali wilayah pesisir

dianggap sebagai halaman belakang

(back yard)

yang merupakan tempat

pembuangan segala macam limbah. Sehubungan dengan fungsinya sebagai

wilayah belakang, maka wilayah pesisir merupakan penyedia

input

(pasar

input

)

bagi inti dan pasar bagi barang-barang jadi (

output

).

Sebagai wilayah administrasi, wilayah pesisir dapat berupa wilayah administrasi

yang relatif kecil yaitu kecamatan atau desa, namun dapat pula berupa

kabupaten/kota dalam bentuk pulau kecil. Sedangkan sebagai wilayah

perencanaan, batas wilayah pesisir lebih ditentukan oleh kriteria ekologis,

sehingga melewati batas-batas wilayah administratif. Terganggunya

(38)

21

pembangunan dan pengembangan wilayah ini diperlukan suatu perencanaan

terpadu yang tidak menutup kemungkinan adanya lintas batas administratif

(Budiharsono, 2001).

Menurut Kusumastanto (2003), bahwa perspektif ekonomi regional, wilayah

pesisir dan laut memiliki pilar-pilar penting untuk menjadi kekuatan dalam

pembangunan wilayah yang berbasiskan kekuatan ekonomi lokal.

Kekuatan-kekuatan tersebut adalah :

1) natural resources advantages

dan

inperfect factor mobility.

Artinya di wilayah pesisir terdapat konsentrasi

keunggulan wilayah yang tidak dimiliki oleh wilayah lain, seperti sumberdaya

alam, kultur dan adanya keterkaitan masyarakat dengan sumberdaya;

2) economic

of concentration

atau

imperfect diversibility.

Artinya secara spasial kegiatan usaha

berdasarkan skala ekonomi, umumnya terjadi pengelompokan industri sejenis

(

cluster of industry

), jika tidak masuk skala ekonomi, kegiatan ini akan keluar

cluster

yang ada; dan 3) mobilitas adalah pengorbanan. Artinya setiap pergerakan

barang dan jasa memerlukan biaya transpotasi dan komunikasi. Sehingga

kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan laut diarahkan pada upaya untuk

meminimalkan jarak dan memaksimumkan akses.

(39)

22

Daerah yang batasannya ditentukan secara administratif lebih mudah dianalisis,

Karena biasanya pengumpulan data diberbagai daerah dalam suatu negara,

pembagiannya didasarkan pada satuan administratif.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, asas pengelolaan wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil adalah berasaskan keberlanjutan, konsistensi,

keterpaduan, kepastian hokum, kemitraan, pemerataan, peran serta masyarakat,

keterbukaan, desentralisasi, akuntabilitas, dan berasaskan keadilan. Adapun tujuan

pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah: a) melindungi,

mengonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan memperkaya sumberdaya

pesisir dan pulau-pulau kecil serta system ekologisnya secara berkelanjutan; b)

menciptakan keharmonisan dan sinergi antara pemerintah dan pemerintah daerah

dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil; c) memperkuat

peran serta masyarakat dan lembaga pemerintah serta mendorong inisiatif

masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil agar

tercapai keadilan, keseimbangan, dan keberkelanjutan; dan d) meningkatkan nilai

sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat melalui peran serta masyarakat dalam

pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil. Pengelolaan wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil harus dilakukan dengan cara mengintegrasikan

kegiatan:

a.

Antara pemerintah dan pemerintah daerah;

b.

Antar pemerintah daerah;

c.

Antar sektor;

(40)

23

e.

Antara ekosistem darat dan ekosistem laut; dan

f.

Antara ilmu pengetahuan.

D.

Konsep dan Definisi Strategi

Pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana dikemukakan oleh para ahli.

Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin

puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan

suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai (Umar, 2001).

Strategi berasal dari kata Latin

strategia

yang artinya kantor dari jenderal, selain

itu strategi bisa juga diartikan sebagai seni memperalat atau memperkerjakan

tindakan-tindakan yang berasal dari kata Perancis

strategos

, arti lain dari kata

strategi adalah

strategems

atau menuju ke arah sebuah tujuan (Soesilo, 2002).

Strategi adalah sekumpulan cara-cara untuk mencapai tujuan, dan strategi adalah

suatu pendekatan logis yang akan menentukan arah sebuah aksi (Sitinjak, 2000).

1.

Perencanaan strategis

(41)

24

Pemerintah kecamatan termasuk organisasi nirlaba. Seperti halnya dunia

usaha, pemerintah Kecamatan pun perlu tanggap terhadap perubahan yang

terjadi di lingkungannya, baik internal maupun eksternal. Orientasi dunia

usaha lebih menuju ke pencarian keuntungan atau laba, sedangkan

pemerintah kecamatan menekankan pada penyediaan layana dengan sejumlah

sumber daya yang dimiliki dan dengan motivasi bukan untuk mencari laba.

Dunia usaha membuka atau menutup bidang layanannya tergantung pada

pasar dan margin keuntungan, sedangkan pemerintah kecamatan tidak boleh

menutup suatu bidang layanan yang ditugaskan kepadanya oleh masyarakat

(Djunaedi, 2002)

.

Pemerintah daerah harus mampu mengatisipasi berbagai perubahan baik

regional, nasional maupun internasional. Sebagai sebuah organisasi

pemerintah daerah di tuntut untuk dapat bergerak cepat mengikuti perubahan

yang terjadi. Untuk itu diperlukan sebuah perencanaan strategis untuk

mengikuti perubahan tersebut. Proses perencanaan strategi untuk mengikuti

perubahan tersebut. Proses perencanaan strategi dimulai dari visi dan misi

organisasi yang menghasilkan isu-isu strategis, kemudian mengidentikfikasi

dan mengevaluasi faktor internal maupun eksternal. Faktor internal seperti

sumber daya strategi, kemudian mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor

internal maupun ekternal. Faktor internal seperti sumber daya, strategi yang

telah ada termasuk di dalamnya adalah kinerja organisasi selama ini.

(42)

25

dalam rangka melakukan tindakan tindakan guna mencapai tujuan organisasi

(Rahmat, 2009).

2.

Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah

Stiglitz (1998) menyatakan bahwa strategi pembangunan lebih ambisius dari

pada dokumen perencanaan, karena strategi pembangunan menyiapkan

strategi bukan hanya untuk akumulasi modal dan penempatan sumber daya,

tapi juga strategi untuk transformasi masyarakat. Strategi pembangunan

memiliki peran penting sebagai pemercepat terjadinya transformasi

masyarakat yang bisa dilakukan dengan mengidentifikasikan area keuntungan

komparatif negara. Mengidentifikasikan area ini dan mempublikasikannya

sebagai barang publik adalah tanggung jawab pemerintah.

Strategi pembangunan perlu memajukan wacana (

vision

) tentang transformasi,

akan seperti apa masyarakat kita 20 tahun mendatang. Wacana ini tentu

mengandung tujuan-tujuan kuantitatif, seperti mengurangi kemiskinan

(sebanyak setengah) dan memperhatikan pendidikan, namun hal tersebut

merupakan elemen-elemen atau target dalam proses transformasi, bukan

wacana dari transformasi itu sendiri. Strategi pembangunan kadang dilihat

sebagai

blueprint

, sebuah peta yang menggambarkan kemana masyarakat

akan menuju.

Dalam membuat strategi kebijakan perlu diperhatikan beberapa aspek,

(43)

26

adalah keterbatasan kemampuan (

capacity

) pemerintah, oleh karena itu,

strategi pembangunan perlu menetapkan prioritas. Kunci utama dari prioritas

adalah kesadaran akan tahapan: hal apa yang perlu dikerjakan terlebih dahulu

sebelum hal yang lain (Stiglitz, 1998).

Menurut Arsyad (1999), strategi pembangunan ekonomi daerah dapat

dikelompokan menjadi empat kelompok besar yaitu :

1)

Strategi pengembangan fisik/lokalitas

(locality or physical development

strategy)

2)

Strategi pengembangan dunia usaha

(bussiness development strategy)

3)

Strategi pengembangan sumber daya manusia

(human resource development

strategy)

4)

Strategi pengembangan masyarakat

(community based development

strategy)

Strategi pengembangan fisik/lokal ini ditujukan untuk menciptakan identitas

daerah/kota, memperbaiki basis pesona

(amenity bases)

atau kualitas hidup

masyarakat dan memperbaiki daya tarik daerah/kota dalam upaya memperbaiki

dunia usaha daerah. Sedangkan strategi pengembangan daerah antara lain melalui

penciptaan iklim usaha yang baik bagi dunia usaha dengan pengaturan dan

kebijakan yang memberi kemudahan bagi dunia usaha dan pada saat yang sama

mencegah penurunan kualitas lingkungan.

(44)

27

costumized trainning

atau pelatihan yang dirancang khusus untuk memenuhi

kebutuhan dan harapan pemberi kerja. Sementara itu strategi pengembangan

ekonomi masyarakat merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mengembangkan

suatu kelompok tertentu disuatu daerah. Kegiatan tersebut juga sering disebut

dengan pemberdayaan

(empowerment)

masyarakat. Tujuan dari kegiatan ini

adalah untuk menciptakan manfaat sosial, misalnya dengan menciptakan

proyek-proyek padat karya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka atau memperoleh

keuntungan usahanya (Arsyad, 1999).

E.

Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian Nofidi H. Ekaputra (2009), Kajian Pengembangan Strategi Di Wilayah

Pesisir Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau, dalam penelitiannya bertujuan untuk

mengkaji permasalahan yang ada di wilayah pesisir Kabuaten Pelalawan dan

memberikan rancangan program dalam mengambil kebijakan pemanfaatan

sumberdaya wilayah pesisir secara optimal. Metode analisis berupa

Multi Criteria

Decision Making

(MCDM) menggunakan

software Preferance Rations in

Multiattibute Evaluation

(PRIME). Analisis untuk menentukan sektor mana saja

yang merupakan basis dan non basis yang berkembang di Kabupaten Pelalawan,

digunakan metode

Location Quotient

(LQ).

(45)

28

fungsi kelembagaan dengan mengupayakan pemberdayaan lembaga keuangan

mikro melalui koperasi yang sudah ada; 4) meningkatkan saran dan prasarana

peraatan tangkap dengan revitalisasi sarana kapal tangkap dan perlengkapan; 5)

mengembangkan agribisnis perikanan.

Penelitian Tri Ratna Saridewi (2003), Studi Pembangunan Ekonomi Wilayah

Pesisir di Kabupaten Subang, dalam penelitiannya bertujuan untuk mengetahui

kebijakan pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan di wilayah pesisir,

mengakomodir pandangan berbagai ahli terhadap pengembangan perikanan

Kabupaten Subang, mengkaji apakah sektor perikanan laut dan tambak adalah

sektor basis, mengkaji usaha (strategi) yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

taraf hidup keluarga nelayan.

Strategi pembangunan ekonomi wilayah pesisir di Kabupaten Subang adalah

bidang budidaya tambak

silvofisheries,

dengan penerapan teknologi tambak ramah

lingkungan, dan sebagai prioritas andalan kedua adalah kegiatan pengembangan

teknologi penangkapan di Kabupaten Subang merupakan kurang penting untuk

diperhatikan, dan perlu adanya peningkatan kualitas sumberdaya manusia wilayah

pesisir,penguatan kelembagaan masyarakat,dan penguatan sarana dan prasarana.

Penelitian Almasdi Syahza (2012), Perumusan Model Pengentasan Kemiskinan

Melalui Program Dan Pemetaan Potensi Ekonomi Bagi Masyarakat Wilayah

Pesisir Di Propinsi Riau, dalam penelitian ini menjelaskan model pengetasan

kemiskinan di wilayah pesisir. Model yang dimaksudkan untuk mencoba

(46)

29

yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu data dan informasi yang diperoleh

dianalisis secara deskriptif terutama terhadap data kualitatif.

Menghasilkan kesimpulan Angka Kemiskinan dan Isu Pembangunan di

Kabupaten Kepulauan Meranti, antara lain: 1) angka kemiskinan relatif tinggi

(56,76%); 2) infrastruktur dasar belum memadai (rumah tidak layak huni, jalan,

abrasi, air bersih, banjir, pelabuhan, listrik); 3) masih rendahnya kesadaran

masyarakat tentang pentingnya pendidikan, (masih banyak anak usia sekolah yang

tidak bersekolah atau tidak melanjutkan pendidikan); 4) fasilitas serta sarana dan

prasarana pendidikan yang relatif masih terbatas; 5) angka kematian ibu dan bayi

yang relatif masih tinggi (sarana dan prasarana Kesehatan masih belum memadai);

6) penangkapan ikan masih menggunakan alat tradisional; 7) perkebunan karet

milik masyarakat yang sudah tua, sehingga diperlukan proses revitalisasi untuk

meningkatkan hasil produksi perkebunan.

Penelitian Yunizar (2013), Strategi Pengembangan Wilayah Melalui Pendekatan

Minapolitan Di Kabupaten Kepulauan Anambas, dalam penelitiannya bertujuan

untuk mengidentifikasi potensi sumberdaya perikanan di wilayah Anambas dan

merumuskan strategi pengembangan wilayah melalui pendekatan minapolitan.

Metode analisis berupa Analisis Deskriptif,

Location Quotient

(LQ), Analisis

internal dan eksternal (IFE-EFE) serta analisis Strenghts Weaknesses

(47)

30

minapolitan; 4) Meningkatkan pembinaan dan keterampilan nelayan; 5)

Menetapkan Anambas sebagai kawasan minapolitan melalui regulasi pemerintah

pusat; dan 6) Membangun jaringan kerja sama dengan berbagai lembaga.

Penelitian Teti Sri Kusvita (2013), Evaluasi dan Strategi Pengembangan Kawasan

Minapolitan Di Kabupaten Bogor, dalam penelitiannya bertujuan untuk

mengevaluasi tingkat perkembangan dan keberlanjutan program pengembangan

kawasan minapolitan, mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang

mempengaruhi kinerja pembangunan minapolitan di Kabupaten Bogor, dan

merumuskan strategi dan program untuk meningkatkan kinerja program

pengembangan minapolitan.

Analisis terhadap faktor eksternal dan internal dalam matrik SWOT

melahirkan 7 alternatif strategi dalam pengembangan Kawasan Minapolitan di

masa yang akan datang. Selanjutnya prioritas strategi tertinggi pengembangan

Kawasan Minapolitan di Kabupaten Bogor ditentukan melalui analisi Matriks

Perencanaan Strategi Kuantitatif (

Quantitative Strategic Planning Matrix

-QSPM)

yang menghasilkan tiga strategi utama yaitu: (1) Pengembangan Pasar dan

Peningkatan Daya Saing Produk, (2) Peningkatan Kapasitas Produksi dan (3)

Penguatan Kapasitas Kelembagaan Penunjang. Hasil penelitian menghendaki

penyusunan program dan kegiatan oleh instansi terkait diarahkan untuk

mendukung strategi tersebut.

(48)

31

Kabupaten Lampung Barat. Metode analisis yang digunakan adalah analisis LQ,

metode skalogram, SWOT, dan QSPM.

Hasil analisis skalogram dan LQ serta kondisi wilayah didapat kesimpulan kopi

robusta dapat diprioritaskan sebagai produk unggulan wilayah pegunungan dan

ikan merupakan produk unggulan untuk wilayah pesisir. Hasil analisis SWOT dan

QSPM didapat 9 srategi pengembangan produk unggulan Kabupaten Lampung

Barat. Hasil analisis QSPM terdapat dua grand strategi yakni pengembangan

kompetensi daerah dan pengembangan kemitraan dengan swasta/lembaga lain.

Penelitian Abdul Wahid (2006), Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal (Studi

Kasus Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat), dalam penelitian ini menjelaskan

perumusan strategi dengan mengidentifikasi tingkat ketimpangan potensi fisik

wilayah dan tingkat pemerataan pembangunan antar wilayah yang terjadi di

Kabupaten Garut. Metode analisis berupa analisis sistem hirarki potensi fisik

wilayah (HFP), sistem hirarki tingkat pemerataan pembangunan, metode

skalogram, sistem limpitan sejajar dan strategis, serta analisis matriks IFE, EFE,

SWOT, dan QSP.

Menghasilkan kesimpulan Berdasarkan analisis faktor eksternal bahwa dalam

pembangunan daerah tertinggal, menunjukkan Kabupaten Garut sedang berusaha

untuk memanfaatkan peluang eksternal dan menghindari ancaman (2.547). Hasil

analisis faktor internal menunjukan bahwa Kabupaten Garut belum sepenuhnya

mampu untuk mengatasi kelemahan dan menggunakan kekuatan untuk

(49)

32

yaitu : 1) meningkatkan akses kerjasama yang baik antara pemerintah provinsi

dengan kabupaten yang dituangkan dalam suatu kebijakan pembangunan; 2)

strategi pembangunan sarana dan prasarana; 3) memberdayakan masyarakat dan

mengentaskan kemiskinan melalui pembangunan berbasis pedesaan; 4)

meningkatkan kepastian hukum hak atas tanah kepada masyarakat secara adil dan

transparan

Penelitian Rizki Rahajuning Tyas (2006), Strategi Pembangunan Wilayah

Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur, dalam penelitiannya tentang strategi

pembangunan yang terarah disesuaikan dengan potensi wilayah di Kabupaten

Situbondo untuk mengidentifikasi penyebaran sarana dan prasarana pembangunan,

mengidentifikasi kondisi lingkungan internal dan eksternal pembangunan, serta

merumuskan strategi pembangunan wilayah Kabupaten Situbondo. Metode

analisis berupa analisis LQ, analisis skalogram, Matriks IFE, EFE, SWOT, dan

QSP.

Menghasilkan kesimpulan berdasarkan hasil analisis Matriks SWOT diperoleh 12

alternatif strategi yang dirumuskan dalam pembangunan wilayah Kabupaten

Situbondo. Berdasarkan hasil analisis Matriks QSP strategi yang menjadi prioritas

utama, adalah strategi meningkatkan potensi SDA dengan memanfaatkan

dukungan dari pemerintah daerah dan mengoptimalkan pelaksanaan otonomi

daerah, strategi meningkatkan kualitas SDM, mengoptimalkan pemanfaatan dan

pengelolaan SDA serta pengembangan Litbang melalui pemanfaatan teknologi.

(50)

33

merumuskan strategi yang harus disusun oleh

stakeholders

dalam pembangunan

wilayah tertinggal Kabupaten Pandeglang. Perumusan strategi ini didukung

dengan mengidentifikasi sektor unggulan, hirarki pusat pertumbuhan dan

pelayanan serta hirarki potensi sumberdaya wilayah. Metode analisis berupa

analisis LQ, metode skalogram, sistem hirarki potensi sumerdaya wilayah sistem

limpitan sejajar serta analisis matriks IFE, EFE, SWOT, dan QSPM.

Menghasilkan kesimpulan berdasarkan hasil analisis Matriks SWOT diperoleh 10

alternatif strategi dalam rangka pembangunan wilayah tertinggal Kabupaten

Pandeglang. Berdasarkan hasil analisis Matriks QSPM, strategi yang menjadi

prioritas utama adalah strategi meningkatkan potensi sumberdaya yang dimiliki

(SDA, letak gografis dan keadaan biofisik) untuk menarik investor dan

kemitraan/kerjasama dari pihak swasta atau pihak lain. Sedangkan strategi yang

menempati prioritas akhir adalah strategi pemberdayaan kelembagaan, aparatur

dan kebijakan pembangunan daerah untuk meningkatkan kemitraan/kerjasama

dengan pihak swasta ataupun pihak lain.

Penelitian Asri Dwi Asmarani (2010), Strategi Kebijakan Pembangunan Daerah

Kabupaten Klaten: Pendekatan Analisis SWOT Dan AHP, berfokus pada

(51)

34

Penelitian Almasdi Syahza dan Suarman (2013), Strategi Pengembangan Daerah

Tertinggal Dalam Upaya Percepatan Pembangunan Ekonomi Pedesaan, dalam

penelitian ini bertujuan menemukan model pengembangan daerah tertinggal

dalam upaya percepatam pembangunan ekonomi pedesaan di Kabupaten

Kepulauan Meranti Propinsi Riau. Penelitian ini dilakukan melalui survey dengan

metode perkembangan (

Developmental Research

). Guna mendapatkan informasi

secara umum tentang keadaan daerah-daerah yang potensial untuk dikembangkan,

penelitian ini banyak memanfaatkan data primer yang didapatkan melalui survei.

Data sekunder hanya bersifat sebagai pendukung. Untuk data primer

pengumpulan data dilakukan dengan metode Rapid Rural Appraisal (RRA),

yaitu suatu pendekatan partisipatif untuk mendapatkan data/informasi dan

penilaian (assesment) secara umum di lapangan dalam waktu yang relatif pendek.

(52)

35

III

METODE PENELITIAN

A.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pemilihan daerah penelitian dilakukan

secara sengaja (

purposive

) dengan pertimbangan. Pertimbangan pertama,

Kecamatan Punduh Pidada merupakan daerah yang berada di wilayah pesisir.

Pertimbangan kedua masih tingginya tingkat kemiskinan dan ketertinggalan

kawasan pesisir. Pertimbangan ketiga, masih banyaknya potensi ekonomi,

khususnya sumberdaya lokal yang belum dimanfaatkan oleh masyarakat.

Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015.

B.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu :

(53)

36

dan Perikanan Kabupaten Pesawaran, dan instansi atau lembaga lain yang

terkait dengan tujuan penelitian.

2.

Observasi atau penelitian lapangan, yaitu teknik pengumpulan data melalui

pengamatan secara langsung pada obyek penelitian. Teknik observasi

bertujuan untuk mengamati suatu fenomena sosial sekaligus melakukan

pengumpulan data serta mengamati keseluruhan gejala-gejala atau fenomena

yang terjadi.

3.

Wawancara, bertujuan untuk mendapatkan informasi secara langsung yang

dapat menjelaskan

atau menjawab permasalahan penelitian

yang

bersangkutan secara obyektif.

4.

Kuesioner, yakni berupa daftar pertanyaan yang berkaitan dengan

permasalahan penelitian yang harus dijawab dan diisi oleh responden sebagai

sampel yang terpilih.

C.

Teknik Pengambilan Sampel Responden

(54)

37

Kabupaten Pesawaran,

Kepala Bidang Kelautan, Pesisir dan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (SDKP) Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pesawaran,

c

amat Punduh Pidada , dan empat orang tokoh masyarakat di kecamatan tersebut.

D.

Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan dua jenis metode analisis, yaitu metode deskriptif

dan metode kuantitatif. Dan untuk menyusun strategi dilakukan dengan melalui

tiga tahap analisis, yakni tahap masukan, tahap penggabungan dan tahap

[image:54.595.159.425.388.655.2]

keputusan. Tahap akhir analisis kasus adalah memformulasikan keputusan yang

akan diambil. Kerangka analisa penyusun strategi menurut Umar (2001) terdapat

pada Gambar 3.

Gambar 3. Kerangka Formulasi Strategi

Sumber :Umar, 2001

Stage

1:

(The Input Stage)

IFE

(Internal Factor Evaluation) Matrix

EFE

(Eksternal Factor Evaluation) Matrix

Stage

2 :

(The Matching Stage)

SWOT Matrix

(Strengths, Weakness, Opportunities, Threats)

Stage

3 :

(The Decision Stage)

QSPM

(Quantitative Strategic Planning

(55)

38

1.

Analisis Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal (IFE- EFE)

Menurut Umar (2001), matriks EFE digunakan untuk pengambilan keputusan

dalam meringkas dan mengevaluasi semua informasi lingkungan eksternal

meliputi peluang dan ancaman, sedangkan matriks IFE digunakan untuk

meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama yang dihadapi.

Beberapa langkah dalam matriks EFE adalah sebagai berikut :

1.

Buatlah daftar faktor-faktor sukses kritis yang diperoleh dari analisa

lingkungan eksternal yang mencakup perihal

opportunities

(peluang) dan

threats

(ancaman) pada kolom 1.

2.

Tentukan bobot (

weight)

untuk masing-masing faktor eksternal dengan skala

mulai dari

0,0 (tidak penting) sampai dengan 1,0 (sangat penting),

jumlah

seluruh bobot harus sebesar 1,0. Pemberian bobot ini berdasarkan pengaruh

faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis wilayah dalam suatu daerah

tertentu. Penentuan bobot akan dilakukan dengan cara mengajukan

identifikasi faktor strategis eksternal tersebut kepada

stakeholders

dengan

menggunakan metode

Paired Comparison

dalam Nurjanah, 2006.

Inti dari

metode paired comparison adalahmembandingkan secara bersamaan dua

variabel yang terdapat dalam seperangkat variabel dan memilih salah satu

variabel yang dinilai responden lebih penting melalui skala penilaian (Kinner,

1991 dalam Nurjanah, 2006).

Metode tersebut digunakan untuk memberikan

(56)

39

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator

vertikal.

2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal.

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator

vertikal.

[image:56.595.133.504.292.431.2]

Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini :

Tabel 2. Penilai Bobot Faktor Strategis Eksternal Wilayah

Faktor Strategis Eksternal A B C D ... Total Bobot

A

B

C

D

...

Total

Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel

terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus:

Ai

=

∑ X

i

i =1

Keterangan : A

i

= Bobot variabel ke-i

X

i

= Nilai variabel ke-i

i = 1, 2, 3...n

n = Jumlah variabel

Sumber: Kinner (1991)

3.

Tentukan

rating

setiap faktor-faktor sukses kritis antara 1 sampai 4, dimana:

1 = tidak berpengaruh,

2 = kurang kuat pengaruhnya,

3 = kuat pengaruhnya,

(57)

40

4.

Kalikan nilai bobot dengan nilai ratingnya untuk mendapatkan skor semua

faktor-faktor sukses kritis

.

[image:57.595.113.489.345.496.2]

5.

Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total. Skor total 4,0

mengindikasikan bahwa wilayah merespons dengan cara yang luar biasa

terhadap peluang-peluang yang ada dan menghindari ancaman-ancaman.

Sementara itu, skor total sebesar 1,0 menunjukan bahwa wilayah tidak

memanfaatkan peluang-peluang yang ada atau tidak menghindari

ancaman-ancaman eksternal.

Tabel 3. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal

No.

Faktor Eksternal

Bobot

Rating

Skor Bobot

PELUANG

(Ai)

(Bi) = 1,2,3,4

(Ai x Bi)

1.

2.

ANCAMAN

1.

2.

TOTAL

1,0

Sumber :

Umar, 2001

Pada prinsipnya, tahapan kerja pada matriks IFE sama dengan matriks EFE.

Langkah-langkah dalam matriks IFE adalah sebagai berikut :

1.

Buatlah daftar faktor-faktor sukses kritis untuk aspek internal kekuatan

(

strengths

) dan kelemahan (

weaknesses

).

(58)

41

tertentu. Penentuan bobot akan dilakukan dengan cara mengajukan

identifikasi faktor strategis internal tersebut kepada

stakeholders

dengan

menggunakan metode

Paired Comparison

dalam Nurjanah, 2006.

Inti dari

metode paired comparison adalahmembandingkan secara bersamaan dua

variabel yang terdapat dalam seperangkat variabel dan memilih salah satu

variabel yang dinilai responden lebih penting melalui skala penilaian (Kinner,

1991 dalam Nurjanah, 2006).

Metode tersebut digunakan untuk memberikan

penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal. Untuk menentukan

bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2 dan 3. Skala yang digunakan untuk

pengisian kolom adalah:

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator

vertikal.

2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal.

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator

vertikal.

[image:58.595.133.508.564.703.2]

Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini :

Tabel 4. Penilai Bobot Faktor Strategis Internal Wilayah

Faktor Strategis Internal A B C D ... Total Bobot

A

B

C

D

...

(59)

42

Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variable

terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus:

Ai

=

∑ X

i

i =1

Keterangan : a

1

= Bobot variabel ke-i

X

i

= Nilai variabel ke-i

i = 1, 2, 3...n

n = Jumlah variabel

Sumber: Kinner (1991)

3.

Beri

rating

(nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor yang

memiliki nilai:

1 = kelemahan utama/mayor,

2 = kelemahan kecil

Gambar

Tabel 1. Desa Tertinggal dan Jumlah Rumah Tangga Miskin Per  Kecamatan di Kabupaten Pesawaran
Gambar 1. Grafik Persebaran Penduduk di Kabupaten Pesawaran
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Gambar 3. Kerangka Formulasi Strategi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aktivitas siswa secara klasikal dapat dikatakan bahwa siswa sangat aktif dalam mengikuti pembelajaran Matematika khususnya tentang penjumlahan bilangan bulat dengan

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena berkat rahmat dan karunia- Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “POTENSI MIKROALGA Chaetoceros calcitrans

Hasil penelitian pada siklus II menunjukan bahwa hasil belajar aspek kognitif mencapai persentase ketuntasan belajar 89,47%, aspek afektif mencapai persentase ketuntasan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perbankan yang

Namun demikian, dalam penulisan skripsi penulis menggunakan model kedua, yaitu baik kata sandang diikuti oleh huruf syamsiah ataupun huruf al-Qamariah tetap menggunakan

Assimilasi dapat terjadi bila dua atau lebih kelompok dengan budaya berdeda dan saling berinteraksi sehingga batas-batas antar kelompok akan hilang dan melebur menjadi suatu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf b yang selanjutnya disebut perencanaan teknis adalah suatu rencana rinci pembangunan SPAM di suatu kota atau

‘amaliah keagamaan harian, mingguan, dan tahunan. Sedangkan dalam implementasinya terintegrasi di dalam kegiatan kurikuler, baik kegiatan intrakurikuler, kokurikuler,