• Tidak ada hasil yang ditemukan

PONSEL PINTAR SEBAGAI GAYA HIDUP (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PONSEL PINTAR SEBAGAI GAYA HIDUP (1)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR MATA KULIAH

“BAHASA INDONESIA : PENULISAN KARYA ILMIAH”

PONSEL PINTAR SEBAGAI GAYA HIDUP

NAMA

: NUR AZIZAH

NIM

: 0801513071

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat-Nya sehingga saya dapat menyusun dan melaksanakan tugas akhir dari mata kuliah “Bahasa Indonesia : Penulisan Karya Ilmiah” dengan karya tulis ilmiah yang berjudul “Ponsel Pintar Sebagai Gaya Hidup”.

Ucapan terima kasih kepada Bapak Arif Susanto selaku dosen dan teman-teman dekat (Tania, Febya, Nadya, Puni, dan Rizka) atas kontribusi dan bantuan secara langsung maupun tidak langsung dalam tersusunnya karya ilmiah ini.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, disadari sepenuhnya belum sempurna bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, baik dari segi penulisan maupun materi. Untuk itu diharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun guna dapat menyempurakan kelengkapan karya tulis lainnya dimasa yang akan datang.

Semoga karya ini bermanfaat dan mencapai kehidupan yang lebih baik juga dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca .

Depok, 4 Februari 2014

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….……….……….2

DAFTAR ISI……….………3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...4

B. Rumusan Masalah...7

C. Tujuan Penulisan………...…...7

D. Metode Penulisan……….7

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Ponsel Pintar...………... ………..………8

B. Sejarah Perkembangan Ponsel Pintar………..9

C. Perilaku Konsumtif Masyarakat dalam Membeli Ponsel Pintar…….………...12

1. Asal Mula Konsumerisme………...12

2. Strategi Produsen Ponsel Pintar………...15

3. Ponsel Pintar Bukan Hanya Sebagai Kebutuhan……….17

D. Masalah yang Akan Dihadapi Masyarakat Akibat Konsumerisme…………...18

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan...20

B. Kritik dan Saran...………20

(4)

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Setiap manusia dalam hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat memang telah terjadi sejak zaman dahulu. Seiring berjalannya perubahan waktu, sekarang ini perubahan yang terjadi dalam masyarakat berjalan sangat cepat sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya. Untuk mempelajari perubahan pada masyarakat, perlu diketahui sebab-sebab yang melatari terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebih mendalam sebab terjadinya suatu perubahan masyarakat, mungkin karena adanya proses prubahan masyarakat beserta dengan kebudayaannya dari hal-hal yang bersifat tradisional ke modern yang sering disebut dengan istilah modernisasi. Serta akibat dari globalisasi yaitu penyeragaman budaya bagi seluruh masyarakat dunia. Proses globaliasi muncul sebagai akibat adanya arus informasi dan komunikasi dengan istilah online setiap saat dan dapat di jangkau dengan biaya yang relatif murah. Sebagai akibatnya adalah masyarakat dunia menjadi satu lingkungan yang seolah-olah saling berdekatan dan menjadi satu sistem pergaulan dan satu sistem budaya yang sama.

(5)

pintar terbaru dan tercanggih tanpa mengetahui fungsi lain dari ponsel pintar tersebut. Perkembangan teknologi ponsel yang demikian cepatnya dan menghasilkan berbagai macam ponsel yang selalu berganti dengan menghadirkan berbagai macam fitur dan brand membuat masyarakat modern merasa tertinggal jika tidak membeli ponsel dengan model terbaru.

Ponsel pintar dapat dikatakan sudah menjadi salah satu kebutuhan primer manusia era modern. Dimana saja, baik di Indonesia maupun di negara lain, apabila kita sedang berjalan-jalan, pasti akan menemukan orang yang sedang menggunakan ponsel pintar. Ponsel pintar yang bahkan tidak sedang digunakan, cenderung akan selalu digenggam di tangan oleh penggunanya. Ponsel pintar juga sudah menjadi salah satu aksesoris yang menjadi pelengkap berbusana seseorang.

Ponsel pintar yang harganya semakin murah, berhasil memupuk konsumerisme di kalangan masyarakat, terlebih lagi bagi mereka yang memang menggunakan ponsel pintar untuk keperluan yang berbeda-beda. Contohnya, seseorang yang membeli ponsel pintar dengar layar yang lebar hanya untuk digunakan untuk browsing dan menonton tv. Kemudian dia membeli ponsel pintar lain yang memang dikhususkan untuk meng-update sosial media dan blog, dan membeli ponsel pintar lain yang dikhususkan untuk chatting, SMS, dan telepon. Dan ada juga yang merasa apabila memiliki sponsel pintar keluaran merek ternama dan terbaru maka dia akan membeli tanpa peduli apakah ia membutuhkan atau tidak.

Dalam dunia global ini pola konsumsi sudah menjadi sebuah trend dan

(6)

Menurut Yasraf Amir Piliang1, fenomena yang menonjol dalam masyarakat global saat ini, yang menyertai kemajuan ekonomi adalah berkembangnya budaya konsumsi yang ditandai dengan berkembangnya gaya hidup. Berbagai gaya hidup yang terlahir dari kegiatan konsumsi semakin beragam pada masyarakat perkotaan. Konsumsi pada era ini diangap sebagai suatu respon terhadap dorongan homogenisasi dari mekanisasi dan teknologi. Orang-orang mulai menjadikan konsumsi sebagai upaya ekspresi diri yang penting, bahasa umum yang kita guinakan untuk mengkomunikasikan dan menginterpretasi tanda-tanda budaya.

Apabila kita kembalikan pada persoalan gaya hidup yang konsumtif, adalah suatu trend yang dibudayakan atau disebarluaskan (lebih tepatnya dipropagandakan). Bukannya suatu sistem gagasan, perilaku dan kenyataan masyarakat yang sangat heterogen namun suatu infasi kebudayaan asing yang “dipaksakan” menjadi suatu budaya homogen. Kondisi ini menurut Slavoj Zizek akan membentuk pola pikir libidius dalam hal material, akibatnya kita hidup dalam “budaya seolah-olah” dalam artian kita selalu mendapatkan lebih dari segala yang kita bayarkan tapi kita bingung untuk keperluan apa itu sebenarnya.2 Dengan demikian manusia konsumerisme hidup dalam kebebasan yang nihilistik dimana kebebasan subjek dalam memilih sudah terpropaganda oleh gaya hidup yang konsumtif. Manusia menggunakan kebebasan memilihnya bukan lagi karena kemauan lahiriahnya akan kebutuhan barang tersebut, melainkan untuk kebutuhan yang sebenarnya tidak dibutuhkan (tidak didasarkan pada pertimbangan nilai guna) akibat konsumerisme. Definisi tersebut memberi frame bagi kita dalam memahami alasan mengapa orang terus menerus berkonsumsi. Objek-objek konsumsi telah menjadi bagian yang internal pada kedirian seseorang. Sehingga sangat berpengaruh dalam pembentukan dan pemahaman konsep diri. Sebagai ilutrasi misalnya, banyak remaja yang merasa dirinya bisa benar-benar menjadi remaja ‘gaul’ jika mereka menggunakan ponsel pintar yang

1 Yasraf Amir Piliang. Dunia yang Dilipat.hlm. 180

(7)

sedang menjadi trend saat itu. Ponsel pintar yang merupakan objek konsumsi, menjadi penanda identitas mereka dibanding karakter psikis, emosional ataupun penanda fisik pada tubuh mereka. Ponsel pintar bagi sesorang mampu menentukan kedudukan, status, dan simbol-simbol sosial tertentu bagi pemakainya. Hal inilah yang membuat masyarakat cenderung konsumtif dalam pemakaian ponsel pintar. Masyarakat merasa bahwa hanya dengan satu ponsel saja tidak dapet memenuhi semua kebutuhannya.

B. Tujuan dan Manfaat Penulisan

 Untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia: Penulisan Karya Ilmiah.

 Mampu menyoroti konsumerisme ponsel pintar pada masyarakat global.

C. Rumusan Masalah

 Bagaimana produsen ponsel mampu mendorong kecenderungan perilaku konsumtif ?

 Masalah apa yang akan dihadapi masyarakat global akibat konsumerisme ?

 Bagaimana masalah konsumerisme tersebut dapat diatasi ?

D. Metode Penulisan

(8)

BAB II

Pembahasan

A. Pengertian Ponsel Pintar

Ponsel pintar adalah perangkat yang memungkinkan kita untuk melakukan panggilan telepon, sekaligus memiliki fitur yang di masa lalu hanya bisa ditemukan pada Personal Digital Assistant (PDA) atau komputer – misalnya seperti kemampuan untuk mengirim dan menerima e-mail serta

editing dokumen.

Sebelum ponsel pintar dikenal luas, pada awalnya terdapat dua produk berbeda yaitu ponsel dan Personal Digital Assistant (PDA). Ponsel terutama digunakan untuk menelpon, sementara PDA digunakan sebagai semacam asisten digital pribadi atau digital organizer.

PDA dapat menyimpan info kontak dan agenda harian serta bisa disinkronisasi dengan komputer. Namun seiring perkembangan, ponsel akhirnya memiliki fitur PDA, begitu pula sebaliknya, PDA memiliki fitur ponsel. Perkembangan ini lantas mendorong terciptanya apa yang kini dikenal sebagai ponsel pintar.

(9)

Kebanyakan alat yang dikategorikan sebagai ponsel pintar menggunakan sistem operasi yang berbeda. Dalam hal fitur, kebanyakan ponsel pintar mendukung sepenuhnya fasilitas surel dengan fungsi pengatur personal yang lengkap. Fungsi lainnya dapat menyertakan miniatur papan ketik QWERTY, layar sentuh atau D-pad, kamera, pengaturan daftar nama, penghitung kecepatan, navigasi piranti lunak dan keras, kemampuan membaca dokumen bisnis, pemutar musik, penjelajah foto dan melihat klip video, penjelajah internet, atau hanya sekedar akses aman untuk membuka surel perusahaan, seperti yang ditawarkan oleh BlackBerry. Fitur yang paling sering ditemukan dalam ponsel pintar adalah kemampuannya menyimpan daftar nama sebanyak mungkin, tidak seperti telepon genggam biasa yang mempunyai batasan maksimum penyimpanan daftar nama.

B. Sejarah Perkembangan Ponsel Pintar

Awal mulanya hanya ada ponsel dan PDA (Personal Digital Assistants). Ponsel dulunya hanya bisa untuk menelepon. Sedangkan PDA, seperti produk-produk buatan Palm, dulunya digunakan untuk pengatur jadwal pribadi. Sebuah PDA mampu menyimpan detail data dari rekan-rekan Anda, layaknya contact info atau ‘buku telepon’ di ponsel. PDA juga bisa mengatur to-do-list atau jadwal kegiatan yang harus Anda lakukan. Selain itu PDA juga juga bisa tersinkronisasi dengan komputer.

Pada perkembangannya PDA memiliki wireless connection atau koneksi tanpa kabel layaknya ponsel. Hal tersebut kemudian memungkinkan PDA untuk bisa mengirim dan menerima email. Perkembangan yang sama terjadi pada ponsel sehingga alat komunikasi itu pada akhirnya bisa digunakan untuk SMS.

Seiring berkembangnya teknologi, PDA kemudian memiliki fitur ponsel, sehingga bisa untuk menelepon dan SMS. Sebaliknya, ponsel kemudian juga mendapatkan fitur seperti yang telah ada di PDA. Dan hasil dari semua itu adalah sebuah ponsel pintar.3

(10)

Ponsel pintar pertama yang diperkenalkan adalah IBM Simon. Smartphone

ini diciptakan pada tahun 1992 dan dijual ke publik pada 1993. Ponsel ini mempunyai beberapa aplikasi tambahan seperti kalender, buku telepon, jam dunia, kalkulator, notepad, email klien, mengirim dan menerima fax, serta permainan. Ponsel ini didesain tanpa tombol fisik dan menggunakan layar sentuh. Untuk menggunakan layar sentuh, bisa digunakan stylus atau jari.

Setelah kemunculan ponsel pintar IBM Simon, Nokia meluncurkan

smartphone pertamanya, yakni Nokia Comunicater 9000 yang diluncurkan pada 1996. Communicater ini merupakan kombinasi antara PDA dari HP dengan ponsel laris manis milik Nokia. Communicator memiliki desain

clamshell yang dilengkapi dengan keyboard QWERTY dan memiliki layar resolusi 640x200 piksel.

Tahun 2000 adalah awal dari penggunaan kata smartphone alias ponsel pintar.

Ericson R380 Smartphone adalah ponsel pertama yang menggunakan kata tersebut dalam merk dagangnya. Seperti ponsel pintar pendahulunya, R380 ini menggabungkan fungsi sebuah ponsel dengan PDA. Majalah Popular Science pada Desember 1999 menobatkan R380 sebagai salah satu The Most Important Advances in Science and Technology.

Selanjutnya setelah kemunculan ponsel pintar R380, ponsel pintar lain pun berbondong-bondong memenuhi pasaran.

Pada Oktober 2001, Handspring mengeluarkan telepon pintar Palm OS Treo, dengan papan ketik penuh digabung dengan jelajah jejaring tanpa kabel, E-Mail, kalender, dan pengatur daftar nama, dengan aplikasi pihak ketiga yang dapat diunduh atau diselaraskan dengan komputer.

(11)

tahun yang sama, Handspring menjual telepon pintar terintegasi bernama Treo perusahaan ini bergabung karena penjualan PDA sudah mulai mati, tetapi telepon pintar Treo secara cepat menjadi populer sebagai telepon berfitur PDA. Pada tahun yang sama, Microsoft mengumumkan Windows CE Pocket PC OS dan dinobatkan sebagai "Microsoft Windows Powered Smartphone 2002”.

Pada tahun 2005 Nokia menerbitkan seri-N telepon pintar 3G yang dijual bukan sebagai telepon genggam tetapi sebagai komputer multimedia. Pada Tahun 2007, produsen komputer yang terkenal dengan Mac dan Apple merilis iPhone generasi pertama yang mulai dipasarkan pada 29 Juni 2007 di AS dengan harga US$499 untuk model 4GB dan US$599 untuk model 8GB (tetapi dengan syarat harus kontrak dengan AT&T selama 2 tahun). Android, OS untuk telepon pintar diluncurkan pada tahun 2008. Android didukung oleh Google, bersama pengusaha piranti keras dan lunak yang terkemuka lainnya seperti Intel, HTC, ARM, Motorola, dan eBay yang kemudian membentuk Open Handset Alliance.

Telepon pertama yang menggunakan Android OS adalah HTC Dream, merek keluran dari T-Mobile sebagai G1. Fitur telepon penuh, layar sentuh secara utuh, papan ketik QWERTY, dan bola jalur untuk menavigasikan halaman web.

Pada Juli 2008, Apple memperkenalkan App Store dengan aplikasi gratis dan dengan biaya. App store dapat menyampaikan aplikasi telepon pintar yang dikembangkan oleh pihak ketiga langsung dari iPhone atau iPod Touch dengan WiFi atau jaringan selular tanpa menggunakan komputer untuk mengunduh. App Store telah menjadi suatu kesuksesan bagi Apple dan pada Juni 2009 terdapat lebih dari 50,000 aplikasi yang ada. App store menembus satu juta unduh aplikasi pada 23 April 2009.Mengikuti popularitas App Store dari Apple, banyak yang membuat toko aplikasinya sendiri. Palm, Microsoft dan Nokia telah mengumumkan toko aplikasi yang mirip milik Apple.

(12)

operasi ini dirilis di Amerika Serikat pada tgl 8 November 2010. Windows Phone mendukung sampai 25 bahasa.4

C. Perilaku Konsumtif Masyarakat dalam Membeli Ponsel Pintar 1. Asal Mula Konsumerisme

Asal mula konsumerisme dikaitkan dengan proses industrialisasi pada awal abad ke-19. Karl Marx menganalisa buruh dan kondisi-kondisi material dari proses produksi. Menurutnya5, kesadaran manusia ditentukan oleh kepemilikan alat-alat produksi. Prioritas ditentukan oleh produksi sehingga aspek lain dalam hubungan antar manusia dengan kesadaran, kebudayaan dan politik dikatakan dikonstruksikan oleh relasi ekonomi.

Kapitalisme yang dikemukakan Marx adalah suatu cara produksi yang dipremiskan oleh kepemilikan pribadi sarana produksi. Kapitalisme bertujuan untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya dan dia melakukannya dengan mengisap nilai surplus dari pekerja. Tujuan kapitalisme adalah meraih keuntungan sebesar-besarnya, terutama dengan mengeksploitasi pekerja. Realisasi nilai surplus dalam bentuk uang diperoleh dengan menjual produk sebagai komoditas. Komoditas adalah sesuatu yang tersedia untuk dijual di pasar. Sedangkan komodifikasi adalah proses yang diasosiasikan dengan kapitalisme, diamana objek, kualitas dan tanda berubah menjadi komoditas.

Kapitalisme adalah suatu sistem dinamis dimana mekanisme yang didorong oleh laba mengarah pada revolusi yang terus berlanjut atas sarana produksi dan pembentukan pasar baru. Ada indikasi ekspansi besar-besaran dalam kapasitas produksi kaum kapitalis. Pembagian kelas yang mendasar dalam kapitalisme adalah antara mereka yang menguasai sarana produksi, yaitu kelas borjuis, dengan mereka yang

4 http://teknosorldsite.blogspot.oom/2012/05/inilah-seaarah-smartphone-di-dunia.html ,diakses pada

27 Januari 2014

5 Soott Burohill, Andres iinklater, Teori-Teori Hubungan Internasional, tera. M.Sobirin, (Bandung: Nusa

(13)

karena menjadi kleas proletar tanpa menguasai hak milik, harus menjual tenaga untuk bertahan hidup.6

Konsumsi pada era ini diangap sebagai suatu respon terhadap dorongan homogenisasi dari mekanisasi dan teknologi. Orang-orang mulai menjadikan konsumsi sebagai upaya ekspresi diri yang penting, bahasa umum yang kita gunakan untuk mengkomunikasikan dan menginterpretasi tanda-tanda budaya.

Konsumerisme juga terjadi seiring dengan meningkatnya ketertarikan masyarakat terhadap perubahan dan inovasi, sebagai respon terhadap pengulangan yang sangat cepat dari hal-hal yang lama atau pencarian terhadap hal yang baru: produk baru, pengalaman baru dan citra baru.

Kondisi masyarakat saat ini, identik dengan suatu paradigma bahwa barang produksi dapat mendefinisikan status sosial mereka. Seperti yang dikemukakan olah Karl Marx dalam bukunya yang berjudul Das Kapital II, seorang individu dalam masyarakat kapitalis modern mempercayai bahwa suatu barang hasil produksi memiliki kekuatan otonom untuk menentukan relasi sosialnya.7 Hal ini berarti dalam diri individu tersebut timbul keyakinan bahwa nilai-nilai eksistensi dirinya dalam ruang sosial bisa tersimbolisasikan dalam barang-barang produksi tersebut. Dengan menjual brand, sebuah produk menghadirkan prestise, untuk menunjukkan dimana posisi pemiliknya. Berbagai komoditas dengan segala simbol yang melekat di dalamnya telah berkembang menjadi bagian dari gaya hidup yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan masyarakat modern. Gaya hidup modern tersebut mendorong seorang individu untuk mendefinisikan sikap, nilai-nilai, dan menunjukkan kekayaan serta

6 Soott Burohill, Andres iinklater, Teori-Teori Hubungan Internasional, tera. M.Sobirin, (Bandung: Nusa

Media. 2011), h. 168

(14)

posisi sosial seseorang melalui segala properti yang dimilikinya. Gaya hidup bermewah-mewahan yang sebelumnya terbatas pada masyarakat kelas atas, kini cenderung terjadi pula pada masyarakat di kalangan menengah.

Di Indonesia misalnya, perubahan gaya hidup kelas menengah ini sangatlah terlihat dari tingkat belanja kelas menengah yang semakin meningkat. Berdasarkan Survei Nielsen yang dilakukan sepanjang tahun 2013 pada responden kelas menengah Indonesia dinilai sebagai pasar yang luar biasa kuat daya belinya (Kompas, 3 Agustus 2013). Kuatnya daya beli masyarakat kelas menengah ini salah satunya dipengaruhi oleh tingkat penggunaan media yang juga tinggi. Produsen produk apa pun dapat mengiklankan berbagai macam produknya melalui segala media, mulai dari televisi (96 persen kelas menengah menontonnya), internet (22 persen kelas menengah mengaksesnya), telepon seluler karena 71 persen kelas menengah di perkotaan memakainya, dan jejaring sosial, mengingat 94 persen kelas menengah Indonesia terkoneksi satu sama lain.

Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Mahbubani Kishore dalam bukunya, Asian: The New Hemisphere (2008), yang menggambarkan bahwa salah satu dampak modernisasi ialah merebaknya telepon seluler. Dalam laporan tahun 2010, Bank Pembangunan Asia (ADB) juga menunjuk kepemilikan ponsel sebagai salah satu indikator meningkatnya konsumerisme masyarakat.

Tidak hanya di Asia, menurut para pengamat di dunia teknologi dan para investor di Wall Street yang kemudian dipublikasikan oleh

comScore divisi MobiLens dan Mobile Metrix, laporan terbaru tersebut memberikan gambaran terhadap pasar dan tren industri ponsel pintar (smartphone) di Amerika, khususnya untuk bulan Oktober 2013.8

Sampai akhir bulan Oktober, sudah tercatat sekitar 150 juta orang di Amerika yang menggunakan ponsel pintar. Pengguna memakai

8

(15)

perangkat seluler merek Apple, Samsung, Motorola, HTC, LG, Nokia, dan BlackBerry. Aktivitas pengguna ponsel pintar termasuk berbicara, mengirim pesan teks, chatting dengan teman lewat messenger (BBM, WhatsApp), mengunjungi situs jaringan sosial (Facebook, Twitter), membaca berita, menonton video, memesan barang online, bermain games, mengambil foto digital, dan lain sebagainya. Penetrasi ponsel pintar sudah mencapai dua pertiga dari seluruh pengguna ponsel di Amerika, atau tepatnya di atas 62,5 persen. Tidak hanya itu, menurut survey di Indonesia 9, yang

dilakukan oleh Yahoo! dan Mindshare pada pertengahan 2013, terdapat 41 juta orang yang memiliki ponsel pintar di Indonesia.

2. Strategi Produsen Ponsel Pintar

Perkembangan teknologi ponsel yang demikian cepatnya dan menghasilkan berbagai macam ponsel yang selalu berganti dengan menghadirkan berbagai macam fitur dan brand membuat masyarakat modern merasa tertinggal jika tidak membeli ponsel dengan model terbaru. Masyarakat pun pada akhirnya terbentuk menjadi kelompok yang konsumtif terhadap pembelian ponsel dan didorong semakin konsumtif oleh penggunaan ponsel sehingga terjebak dalam lingkaran konsumerisme.

Pesan-pesan yang disampaikan melalui berbagai media membentuk konstruksi sosial mengenai gambaran masyarakat ideal yang didefinisikan dengan segala macam kepemilikan barang. Media, dengan segala kontennya, membangun persepsi sosial yang mempercayai bahwa gaya hidup modern adalah yang senantiasa memperbaharui diri dengan mengkonsumsi barang-barang bermerk yang paling up to date. Gencarnya informasi tentang ponsel yang disampaikan oleh media didukung pula oleh produsen ponsel itu sendiri.

9

(16)

Perusahaan ponsel pintar berlomba-lomba mengiklankan produknya dimana-mana. Tentunya dengan strategi penjualan masing-masing perusahaan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Produsen ponsel pintar jelas menyadari bahwa ponsel sudah seperti kebutuhan wajib bagi setiap orang baik kalangan atas maupun kalangan bawah, dari orang tua sampai anak-anak.

Anak-anak pra sekolah pun sudah tahu tentang ponsel. Produsen bahkan mulai memfokuskan untuk memasarkan produknya kepada para remaja yang dinilai sebagai pangsa pasar yang potensial. Alasannya antara lain karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Disamping itu, remaja biasanya lebih mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realitis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat remaja inilah yang dimafaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja. 10

Salah satu strategi lainnya untuk menarik minat adalah dengan membuat harga ponsel menjadi lebih terjangkau bagi setiap kalangan, serta fasilitas dari ponsel yang semakin canggih. Di samping itu produksi ponsel secara massal dengan jenis yang beragam membuat seseorang sulit untuk tidak memiliki ponsel lebih dari satu.

3. Ponsel Pintar Bukan Hanya Sebagai Kebutuhan

Seiring perkembangan zaman, ponsel sudah bukan sekedar alat komunikasi tetapi sudah bergeser menjadi sebuah gaya hidup. Orang yang tidak memiliki ponsel dianggap ketinggalan jaman. Adapun peralihan fungsi ponsel selain menjadi sebuah gaya hidup atau fashion diungkapkan oleh produsen ponsel Siemens. Pada tahun 2003, saat perusahaan Siemens sedang dalam masa kejayaannya, Siemens mengeluarkan ponsel yang bukan lagi berbasiss pada komunikasi tetapi pada mode, seperti yang dikatakan oleh Manager pemasaran Siemens untuk Indonesia bahwa Siemens mengeluarkan

10 A.S. Zebua & Nurdaayadi, Hubungan Anatar Konformitas dan Perilaiu Konsumtf pada Remaja Putri,

(17)

ponsel produk baru karena banyaknya permintaan atas ponsel yang mempunyai fitur fashion.11 Sejak saat itu, banyak perusahaan ponsel mengeluarkan produk barunya karena permintaan konsumen yang menginginkan ponselnya dapat digunakan sebagai aksesoris.

Menurut sebuah survei yang dilakukan LG pada 1152 pengguna ponsel pintar usia 18 tahun ke atas di Amerika pada tahun 2013 bahkan mengungkapkan kegunaan lain dari ponsel pintar selain untuk telepon, mengirim SMS, dan mengakses sosial media.12 Kegunaan tersebut antara lain:

1. Ensiklopedia mobile

Sekitar 41 persen dari koresponden tersebut mengaku jika mereka sering menggunakan smartphone untuk mencari informasi terkait topik yang tidak mereka mengerti sebelum mereka memulai sebuah pembicaraan.

2. Cermin

Selain untuk berkomunikasi, kehadiran kamera di perangkat smartphone juga membuat gadget ini beralih fungsi sebagai cermin modern. 36 persen dari koresponden tersebut juga mengungkapkan jika mereka sering menggunakan kamera ponsel pintarnya untuk melihat bagaimana tampilan mereka pada saat itu.

3. Pengalih perhatian

35 persen dari koresponden ini juga menyatakan jika mereka sering menggunakan smartphone sebagai pengalih perhatian untuk menghindari pembicaraan dengan seseorang. Selain itu, 33 persen koresponden juga menggunakan smartphone agar terlihat sibuk ketika sedang berada di bar atau restoran tanpa teman atau pasangan.

11Digioom. Edisi 34,1 Oktober 2003

12 http://sss.merdeka.oom/teknologi/fakta-unik-kegunaan-lain-dari-perangkat-smartphone.html,

(18)

Selain itu, dari data yang terlampir dalam bentuk infografik ini juga diketahui jika pengguna ponsel pintar di Amerika Serikat sering menggunakan ponsel pintar di tempat ibadah atau toilet. Mereka juga sering menggunakan ponsel pintar meski sedang kencan, berkumpul dengan keluarga, ketika berkumpul dengan teman, atau bahkan ketika mereka sedang seranjang dengan pasangannya.

D. Masalah yang Akan Dihadapi Masyarakat Akibat Konsumerisme

Konsumerisme, pada masa sekarang telah menjadi ideologi baru. Ideologi tersebut secara aktif memberi makna tentang hidup melalui mengkonsumsi material. Bahkan ideologi tersebut mendasari rasionalitas masyarakat kita sekarang, sehingga segala sesuatu yang dipikirkan atau dilakukan diukur dengan perhitungan material. Ideologi tersebut jugalah yang membuat orang tiada lelah bekerja keras mangumpulkan modal untuk bisa melakukan konsumsi.

Ideologi konsumerisme, pada realitasnya sekarang telah menyusupi hampir pada segala aspek kehidupan masyarakat, mulai dari aspek politik sampai ke sosial budaya. Menurut Trevor Norris13, konsumerisme

terkenal bersifat korosif dalam kehidupan politik. Konsumerisme dalam hal ini dipandang sebagai suatu proses dehumanisasi14 dan depolitisasi manusia karena para warga negara yang aktif dan kritis telah banyak yang berubah menjadi konsumen yang sangat sibuk dan kritikus atau peneliti pasif.

Masyarakat semakin tidak mengidentifikasi diri mereka mengikuti pola-pola pengelompokan tradisional, namun cenderung mengikuti produk-produk konsumsi, pesan dan makna yang tersampaikan. Oleh karena itu, konsumsi dilihat sebagai upaya pernyataan diri, suatu cara untuk

bertindak dalam dunia ini, cara pengekspresian identitas seseorang.

13 http://sss.ubishops.oa/baudrillardstudies/vol2e2/norris.html diakses pada 2 Februari 2014 14 Dehumanisasi merupakan suatu proses yang menaadikan manusia tdak sesuai dengan kodratnya

(19)

Konsumsi didorong oleh hasrat untuk menjadi sama dan sekaligus berbeda, menjadi serupa dengan, dan berbeda dari.

Dalam hal ini, konsumerisme dalam penggunaan ponsel pintar oleh masyarakat tidak disesuaikan dengan nilai guna dari ponsel pintar tersebut. Yang kemudian menimbulkan banyak pengeluaran yang tidak berarti.

Seseorang yang sudah memiliki ponsel pintar yang bisa melakukan semuanya mulai dari penggunaan sosial media, dilengkapi kamera dengan resolusi tinggi, dsb. Kemungkinan besar akan membeli ponsel pintar lain yang memiliki kelebihan dari segi desain tanpa tahu fungsi atau kegunaan lain dari adanya ponsel kedua tersebut. Karena memang pada dasarnya manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya dan selalu mencari yang lebih baik dari sebelumnya.

BAB III

(20)

A. Kesimpulan

Masyarakat menganggap ponsel pintar sebagai kebutuhan primer dalam kehidupan sehari-hari karena adanya kebiasaan yang dilakukan dengan menggunakan ponsel pintar tersebut. Didorong oleh strategi produsen ponsel pintar yang menjual produknya dengan harga murah dan

melibatkan media iklan yang menarik disertai dengan keunggulan yang membedakan produk ponsel tersebut dengan produk laiinya. Sehingga masyarakat cenderung membeli ponsel lebih dari satu bukan karena memang membutuhkannya, tetapi karena gaya hidup masyarakat yang menginginkan semua kegiatan dapat dilakukan dalam ponsel. Selain itu, ponsel pintar yang dimiliki seseorang dapat menentukan status sosialnya. Masyarakat yang memiliki ponsel pintar yang banyak sebaiknya bisa memaksimalkan pemanfaatan ponsel pintar yang merek apunya.

Menurut saya, untuk mengatasi masalah konsumerisme ponsel pintar ini dibutuhkan peran dari keluarga dan tentunya pengendalian dari dalam diri sendiri. Peran keluarga misalnya dari orang tua, karena orang tua menjadi orang pertama yang mengarahkan kebiasaan seorang anak, salah satunya kebiasaan dalam mengambil keputusan untuk memenuhi

kebutuhannya. Semua kalangan harus mampu memprioritaskan kebutuhan daripada hanya sekedar keinginan.

B. Kritik dan Saran

Saya selaku penyusun menyadari banyak hal yang perlu diperbaiki dari makalah ini. Sebagai pembaca anda bisa berpartisipasi dalam membantu saya untuk tugas-tugas dikemudian hari kelak. Silahkan kirim ke alamat email penyusun nurazizah.nung@yahoo.com

(21)

Amir Piliang, Yasraf, Dia yang dilipat : Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan, Bandung: Jalasutra, 2004.

Burchill, Scott, and Andrew Linklater, Teori-Teori Hubungan Internasional, terj. M.Sobirin, Bandung: Nusa Media, 2011.

Lewin, Haskell, and Jacob Morris, Marx’s Concept of Fetishism,Vol. 41, 1977

Robet, Robertus, Manusia Politik: Subjek Radikal dan Politik Emansipasi, Tangerang: Margin Kiri, 2010.

Zebua, A. S. & Nurdjayadi, R. D, Hubungan Antara Konformitas Dan Perilaku Konsumtif pada Remaja Puteri, Jakarta: Majalah Phronesis, 2001.

INTERNET

http://portal.paseban.com/news/4958/ponsel-pintar

http://teknoworldsite.blogspot.com/2012/05/inilah-sejarah-smartphone-di-dunia.html

http://www.merdeka.com/teknologi/fakta-unik-kegunaan-lain-dari-perangkat-smartphone.html

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan yang dimaksud tanggung jawab sosial perusahaan berdasarkan Pasal 15 huruf (b) Undang-undang nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanam Modal adalah tanggung

Tesis yang berjudul "Dukungan Diri, Keluarga dan Masyarakat Serta Pengaruhnya Terhadap Pemulihan Penyakit Jantung Koroner (PJK) Bagi Pasien Pria R.S..

Mata diklat teori terdiri dari mata diklat Bina Suasana Pelatihan, Peningkatan motivasi widyaiswara, pembelajaran efektif serta substansi teknis MTK IV Pengelolaan DAS yang meliputi

Saya sulit memahami segala hal yang berhubungan dengan pelajaran

Langkah-langkah dalam pelaksanaan supervisi akademik, penulis melakukan tahapan sebagai berikut: 1) Penulis menyiapkan instrumen supervisi akademik tentang pelaksanaan

Ini adalah penting bagi mengukur nilai met& prestasi pelayan Web seperti penggunaan pelayan Web, purata peket yang dihasilkan bagi setiap pelayan Web, purata

Sebagian IPCLN dibeberapa ruang rawat inap yang adalah surveilans aktif dengan sasaran khusus (target sudah pernah mendapatkan pelatihan dan sosialisasi

19 Jalan orang fasik seperti kegelapan,.. Hikmah Sulaiman 4.20 – 27 17 mereka tidak tahu apa yang.. menyebabkan