• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air - Pengaruh Penambahan Larutan Zat Kapur Terhadap Kenaikan pH Pada Air Pengolahan PDAM Tirtanadi IPA Sunggal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air - Pengaruh Penambahan Larutan Zat Kapur Terhadap Kenaikan pH Pada Air Pengolahan PDAM Tirtanadi IPA Sunggal"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air adalah zat atau unsur penting bagi semua bentuk kehidupan. Manusia

dan semua makhluk hidup butuh air. Air merupakan material yang membuat

kehidupan terjadi di bumi. Menurut dokter dan ahli kesehatan manusia wajib

minum air putih 8 gelas per hari. Tumbuhan dan binatang juga membutuhkan air

sehingga dapat dikatakan air merupakan salah satu sumber kehidupan. Semua

organisme hidup terdiri dari sel-sel yang berisi air sedikitnya 60% dan aktivitas

metaboliknya mengambil tempat di larutan air (Kodoatie, 2012).

Air sangat penting bagi kehidupan, baik manusia, hewan maupun tumbuhan.

Seluruh proses metabolisme dalam tubuh makhluk hidup berlangsung dalam

media air. air dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk berbagai keperluan

seperti keperluan rumah tangga, pertanian, transportasi bahkan sampai industri

(Darmono, 2001).

Air sebagai pelarut universal, memiliki kemampuan untuk melarutkan

berbagai zat, mulai fasa gas dari udara, fasa cair dari berbagai larutan, fasa padat

dan juga mikroorganisme. Oleh karena itu air banyak sekali mengandung berbagai

zat terlarut maupun tidal terlarut, sehingga air sangat sukar diperoleh dalam

keadaan murni. Apabila kandungan berbagai zat tersebut tidak menggangu

kesehatan manusia, maka air dianggap bersih. Air dikatakan tercemar apabila

terdapat gangguan terhadap kualitas air, dimana kandungan berbagai zat sudah

(2)

jenis air sesuai perutukkannya. Misalnya kadar zat untuk air minum berbeda

ambang batasnya dengan kadar suatu zat untuk industri. Hal ini telah diputuskan

oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Melalui penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya

di suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit

perut diharapkan bisa ditekan seminimal mungkin.Penurunan penyakit perut ini

didasarkan atas pertimbangan bahwa air merupakan salah satu mata rantai

penularan penyakit perut.Agar seseorang menjadi tetap sehat sangat dipengaruhi

oleh adanya kontak manusia tersebut dengan makanan dan minuman.Air adalah

salah satu di antara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai

kepada manusia.Supaya air yang masuk kedalam baik berupa minuman maupun

makanan tidak menyebabkan atau merupakan pembawa bibit penyakit, maka

pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah

mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai

sumber penyakit dengan air yang sangat diperlukan (Sutrisno, 2002).

Analisis penentuan kualitas air sangat penting. Analisis kualitas yang

sebenarnya harus melalui analisis laboratorium agar semua komponen yang

terdapat di dalam air dapat diketahui dengan jelas. Untuk mengetahui kualitas air

dengan tepat maka analisis dapat dilakukan melalui analisis kimia dan analisis

toksisitas yang bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercemaran air saja. Analisis

kimia dilakukan untuk mengetahui zat kimia atau jenis zat kimia di dalam air

secara umum untuk mengetahui kehadiran senyawa spesifik yang menyebabkan

(3)

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

907/Menkes/SK/VII/2002 Tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air

minum, menyatakan bahwa suhu air yang layak untuk dikonsumsi adalah suhu

udara ± 3ºC, maksudnya adalah suhu air harus lebih besar dari suhu udara sekitar

1-3 ºC. Suhu udara air sampel yang diuji sekitar 27-28 ºC, sedangkan suhu udara

saat pengukuran sekitar 25-26 ºC. Nilai suhu tersebut, sesuai dengan standar baku

mutu Menteri Kesehatan.

Berdasarkan Keputuasan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.

492/MENKES/PER/IV/2010. Tentang syart-syarat dan pengawasan kualitas air

minum, menyatakan bahwa pH air yang layak untuk dikonsumsi adalah sekitar pH

6,5-8,5. Nilai pH yang sedikit asam ini bisa disebabkan jenis tanah dan batuan di

lokasi batuan banyak mengandung kapur dan batuan karbonat, sehingga akan

menyebabkan terbentuknya asam karbonat sehingga pH tanah dan air sumber

bersifat asam

2.1.1 Pembagian Air Berdasarkan Analisis

Berdasarkan analisis air maka air digolongkan menjadi 3 (tiga), yaitu:

1. Air kotor/air tercemar

Air yang bercampur dengan satu atau berbagai campuran hasil buangan

(4)

2. Air bersih

Air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, namun bakteriologinya belum

terpenuhi. Air bersih ini diperoleh dari sumur gali, sumur bor, air hujan, air

sumber yang dari mata air.

3. Air minum

Air minum ialah air yang sudah terpenuhi sifat fisik, kimia, maupun

bakteriologi serta level kontaminasi maksimum (LKM). Level kontaminasi

maksimum meliputi kekeruhan, kandungan zat kimia organik/anorganik, dan

jumlah bakteri koliform.

2.1.2 Pencemaran Air

Definisi pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara

Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor: KEP-02/MENKLH/I/98 tentang

penetapan baku mutu lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk

hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya

tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air

turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah

tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya (pasal 1).Dalam pasal 2 air

pada sumber air menurut kegunaan dan peruntukkannya digolongkan menjadi:

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara

langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah

(5)

3. Golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan

dan peternakan.

4. Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian,

dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan listrik negara.

Menurut definisi pencemaran air tersebut diatas bila suatu sumber air yang

termasuk dalam kategori golongan A, misalnya sebuah sumur penduduk yang

kemudian mengalami pencemaran dalam bentuk rembesan limbah cair dari suatu

industri maka kategori sumur tadi bukan golongan A lagi, tapi sudah turun

menjadi golongan B, karena air sudah tidak dapat digunakan langsung sebagai air

minum tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Dengan demikian air sumur

tersebut menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

Sumber air kotor atau air tercemar menurut lokasi pencemaran maka air

tercemar ini digolongkan dalam 2 lokasi yaitu air tercemar di pedesaan. Sumber

pencemar adalah hasil sampah rumah tangga, hasil kotoran hewan, hasil industri

kecil dan air tercemar perkotaan bersumber dari hasil sampah rumah tangga, pusat

perbelanjaan, industri kecil,industri besar, hotel, dan restaurant (Gabriel, 2001).

Air yang telah tercemar, baik oleh senyawa organik maupun anorganik

akan mudah sekali menjadi media berkembangnya berbagai macam penyakit. Air

yang tercemar oleh limbah organik, terutama limbah yang berasal dari industri

olahan bahan makanan, merupakan tempat yang subur untuk berkembang biaknya

mikroorganisme, termasuk mikroba patogen. Mikroba patogen yang berkembang

biak dalam air tercemar yang menyebabkan timbulnya berbagai penyakit

(6)

Pencemaran air juga dapat merupakan masalah, regional maupun

lingkungan global, dan sangat berhubungan dengan udara serta penggunaan lahan

tanah dan daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke bumi bersama air hujan,

maka air tersebut sudah tercemar. Beberapa jenis bahan kimia untuk pupuk dan

pestisida pada lahan pertanian akan terbawa air ke daerah sekitarnya sehingga

mencemari air pada permukaan lokasi yang bersangkutan. Pengolahan tanah yang

kurang baik akan dapat menyebabkan erosi sehingga air permukaan tercemar

dengan tanah endapan. Banyak sekali penyebab terjadinya pencemaran air, yang

akhirnya bermuara ke lautan yang menyebabkan pencemaran pantai dan air laut

sekitarnya (Darmono, 2001).

2.1.3 Dampak dari Pencemaran Air

Menurut Gabriel (2001) akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air

adalah;

a) Terganggunya kehidupan organisme air.

b) Pendangkalan dasar perairan.

c) Punahnya biota air seperti ikan.

d) Menjalarnya wabah penyakit seperti muntaber.

e) Banjir akibat tersumbatnya saluran air.

Maka air yang sudah tercemar dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi

(7)

Berdasarkan garis besarnya pencemaran air dapat mengakibatkan dua hal yaitu:

1. Air menjadi tidak bermanfaat lagi

Air yang sudah tercemar tidak dapat dimanfaatkan lagi untuk berbagai

keperluan seperti keperluan rumah tangga, keperluan industri, dan untuk

keperluan pertanian. Hal ini dikarenakan air tersebut sudah tidak

memenuhi persyaratan untuk digunakan, tentu saja hal ini juga

menimbulkan dampak sosial bagi masyarakat.

2. Air menjadi penyebab penyakit

Air lingkungan yang kotor karena tercemar oleh berbagai macam

komponen dan dapat menimbulkan kerugian yang lebih jauh lagi yaitu

kematian. Kematian dapat terjadi akibat pencemaran yang terlalu parah

sehingga air menjadi penyebab berbagai macam penyakit (Wardhana,

1999).

Pengaruh langsung terhadap kesehatan tergantung sekali pada kualitas air

dan terjadi karena air berfungsi sebagai penyalur atau penyebar penyebab

penyakit ataupun sebagai sarang insekta penyebar penyakit. Kualitas air berubah

karena kapasitas air untuk membersihkan dirinya telah terlampaui. Hal ini

disebabkan bertambahnya jumlah intensitas aktifitas penduduk yang tidak hanya

meningkatkan kebutuhan air tetapi juga meningkatkan jumlah air buangan.Air

buangan inilah yang merupakan sumber pengotor perairan (Slamet, 2002).

2.2 Derajat Keasaman (pH)

pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas

(8)

menyatakan konsentrasi ion H+. Dalam penyediaan air, pH merupakan suatu

faktor yang harus dipertimbangkan mengingat bahwa derajat keasaman dari air

akan sangat mempengaruhi aktivitas pengolahan yang akan dilakukan, misalnya

dalam melakukan koagulasi kimiawi, densinfeksi, pelunakan air dan dalam

pencegahan korosi. Yang sangat penting untuk diketahui yakni bahwa konsentrasi

OH- suatu larutan tak akan dapat diturunkan sampai 0, bagaimanapun asamnya

larutan, dan bahwa konsentrasi H+ tak akan dapat diturunkan sampai 0,

bagaimanapun basanya larutan (Sutrisno, 1987).

Organisme sangat sensitif terhadap ion hidrogen. Pada proses penjernihan

air dan air limbah. pH menjadi indikator untuk meningkatkan efesiensi proses

penjernihan. Air limbah pertambangan atau pertanian akan mengakibatkan

tingginya konsentrasi ion hidrogen sehingga membahayakan kehidupan air.

Tingginya konsentrasi ion hidrogen,menunjukkan perairan bersifat asam.

Sebaliknya cairan basa menunjukkan konsentrasi ion hidroksil (OH) lebih tinggi

dari pada konsetrasi ion hidrogen (Sutrisno, 1987).

Molekul air memiliki kemampuan terurai sangat lambat. Air yang netral

memiliki konsentarsi ion hidrogen dan hidroksil yang sama. Apabila konsentrasi

ion di ukur dalam satuan molekul/liter, maka hasil perkalian kedua konsentrasi ion

selalu tetap, dan disebut produk konstan yang ada di air (Sutrisno, 1987).

Sebagai salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan atau kehidupan mikroorganisme dalam air, secara empirik pH yang

(9)

tumbuh terbaik pada pH 6,0-8,0 meskipun beberapa bentuk mempunyai pH

optimum rendah 2 dan lainnya punya pH optimum 8,5 (Sutrisno, 1987).

Pengaruh yang menyakut aspek kesehatan dari penyimpangan standard

kualitas air minum dalam hal pH ini adalah pH air normal berkisar 6,5 – 8,5

(PERMENKES NO 492/MENKES/PER/IV/2010). Apabila pH kurang dari 6,5

atau lebih besar dari 8,5 akan mengakibatkan pipa air yang terbuat dari logam

mengalami korosi pada pipa-pipa air sehingga pada akhirnya air tesebut akan

menjadi racun bagi tubuh manusia (Sutrisno, 1987).

Perlu ditekankan disini bahwa defenisi pH, skala pH, dan harga yang

ditunjukkan oleh larutan dapar untuk pembakuan ditujukan untuk memproleh

sistem operasional yang praktis, sehingga hasil dapat dibandingkan antar

laboratorium. Harga pH yang diukur disini tidak persis sama dengan yang

diproleh dengan defenisi klasik, bahwa pH= -log [H+ ] dalam air. Jika pH larutan

yang diukur mempunyai komposisi yang cukup mirip dengan larutan dapar yang

digunakan untuk pembakuan, pH yang diukur mendekati pH teoritis. Meskipun

tidak ditegaskan hubungan pengukuran kesesuaian sistem untuk aktivitas atau

kadar ion hidrogen , harga yang diproleh mendekati aktivitas ion hidrogen dalam

air (Dirjen POM, 1995).

Jika pH meter dibakukan menggunakan larutan dapar dalam air, kemudian

digunakan untuk mengukur ”pH” larutan atau suspensi dalam pelarut bukan air,

maka tetapan pengionan dari asam atau basa, tetapan dielektrik dari medium,

potensial sambungan cairan (yang dapat memberikan kesalahan lebih kurang 1

(10)

karena itu, harga yang diproleh dengan larutan yang sifatnya hanya mengandung

sebagian air, dapat dianggap hanya sebagai harga pH. Keasaman dapat diukur

seksama menggunakan elektrode dan instrumen yang dibakukan (Dirjen POM,

1995).

2.2.1 Pengaruh pH

Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan. Beberapa

contoh yang lebih penting dari garam-garam demikian dalam kimia analitik ialah

oksalat sulfida, hidroksida, karbonat dan fosfat. Ion hidroksi bereaksi dengan

anion garam untuk membentuk asam lemah, dengan demikian meningkatkan

kelarutan garam (Underwood, 1980).

Larutan Dapar Untuk Pembakuan pH Meter

Larutan dapar untuk pembakuan buat menurut petunjuk sesuai tabel.

Simpan dalam wadah tahan bahan kimia, tertutup rapat, sebaiknya dibuat dengan

interval tidak lebih dari 3 bulan. pH dari larutan dapar sebagai fungsi dari suhu.

Untuk memudahkan, petunjuk diberikan dengan pengenceran hingga volume 1000

mL, bukan dengan menyebutkan penggunaan 1000 g pelarut yang merupakan

dasar sistem molalitas dari kadar larutan. Jumlah yang disebutkan tidak dapat

secara sederhana diperhitungkan tanpa informasi tambahan (Dirjen POM, 1995).

Untuk pembakuan pH meter, pilih 2 larutan dapar untuk pembakuan yang

mempunyai perbedaan pH tidak lebih dari 4 unit dan sedemikian rupa sehingga

pH larutan uji diharapkan terletak diantaranya. Isi sel dengan salah satu larutan

dapar untuk pembakuan pada suhu yang larutan ujinya akan diukur. Pasang

(11)

larutan dapar untuk pembakuan yang kedua, kemudian isi sel dengan larutan

tersebut pada suhu yang sama dengan larutan uji. Atur ”kemiringan” atau ”suhu”

hingga pH sesuai. Ulangi pembakuan hingga kedua larutan dapar untuk

pembakuan memberikan harga pH tidak lebih dari 0,02 unit pH dari harga yang

tertera dalam tabel, tanpa pengaturan lebih lanjut dari pengendali. Jika sistem

telah berfungsi dengan baik, bilas elektrode dan sel beberapa kali dengan larutan

uji, isi sel dengan sedikit larutan uji dan baca harga pH. Gunakan air bebas karbon

dioksida P untuk pelarutan atau pengenceran larutan uji. Jika hanya diperlukan

harga pH perkiraan dapat digunakan indikator dan kertas indikator (Dirjen POM,

1995).

Distribusi Macam Zat Sebagai Fungsi pH

Adalah serasi bagi berbagai keperluan untuk dapat melihat sekilas pandang

keadaan disosiasi dari zat asam-basa sebagai fungsi pH. Grafik yang menunjukkan

hal ini, memingkinkan kita untuk menentukan mana dari beberapa zat yang

mungkin, merupakan yang unggul pada suaru ph tertentu, dan memebantu dalam

memilih jangkau kefektifan buffer untuk campuran asam atau basa dan garamnya.

Misalnya pH plasma darah dipertahankan pada sekitar 7; mungkin menarik untuk

mengetahui apakah fosfat plasma terdiri sebagai H3PO4, H2PO4-, HPO42-, PO43-,

atau sesuatu campuran dari zat-zat ini pada pH fisiologik (Underwood, 1980).

2.3 Kapur

Kapur adalah bahan kimia yang paling dikenal dan digunakan untuk

penetapan pH. Kebanyakan tersedia dipasaran dalam bentuk CaO, biasanya

(12)

kapur tersedia dengan mudah, harganya lebih relative murah, dan mudah untuk

digunakan. Walaupun demikian system pemakaian kapur dapat menimbulkan

masalah dalam pemeliharaan jika operasinya tidak memadai (Buletin Tirtanadi

No.4, 2006)..

Penambahan larutan kapur bertujuan untuk menetralisasi pH. Karena

dengan adanya kandungan alum (tawas) dalam air akan membuat pH air bersifat

asam. Penambahan larutan kapur ini dilakukan pada bak kumpulan sebelum air

menuju reservoir, sedangkan pengendapan larutan kapur dilakukan di bak dan

saturator, keseluruhan proses ini mengandalkan proses gravitasi agar getaran dan

riak dapat diminimlaisir. Saturator adalah sebuah tabung besar yang merupakan

terminal larutan kapur ke air olahan. Air kapur dari saturator inijuga masih

membawa partikel kapur yang luput mengendap, walaupun demikian reservoir

juga dapat berperan sebagai bak pengendap akhir dari hasil olahan (Buletin

Tirtanadi No.4, 2006)..

Penambahan larutan kapur ke dalam air olahan untuk menatasi keasaman

air. Di laboratorium, dosis larutan air yang dibutuhkan dapat ditentukan dengan 2

alat yaitu magnetic stir dan jar-test. Jumlah larutan kapur yang dibutuhkan untuk

mentralkan pH air tergantung pada mutu kimiawi air. Dalam air larutan kapur

akan menghasilkan reaksi sebagai berikut:

Al2(SO4)3 2Al3+ + 3SO4

2-Ion Aluminium (2Al3+) berasal dari proses koagulasi (tawas);

(13)

Ion Hidroksida (OH-) kemudian bereaksi dengan Ion Aluminium (2Al3+)

2Al3+ + OH- 2Al(OH)3

Terbentuknya endapan (flok) dan dihasilkan asam yang berasal dari ion

Untuk menetralkan ditambahkan larutan kapur (Ca(OH)2)

Ca(OH)2 Ca2+ + 2OH-

Ion hidroksida (OH-) berasal dari larutan kapur bereaksi dengan ion H+

H+ + 2OH H2O

Semakin banyak jumlah alum (tawas) yang ditambahkan dalam air maka

akan meningkatkan keasaman air, dan hal ini menyebabkan pH semakin turun.

Semakin tinggi tingkat keasaman air maka semakin besar dosis larutan kapur yang

dibutuhkan untuk menetralkan iar hasil olahan.dengan demikian, perlu dicari dosis

larutan kapur yang optimum untuk menetralkan air hasil olahan agar berada dalam

range pH 6,5 – 8,5 yang merupkan standar pH oleh Menteri Kesehatan.

2.4 Kalsium

Kalsium adalah zat yang terkandung dalam kapur.Kalsium merupakan zat

gizi esensial dengan berbagai fungsi penting dalam tubuh manusia, mineral yang

terdapat paling banyak terdapat dalam tubuh manusia sebagai senyawa dengan

fosfor di dalam tulang dan gigi.1% terdapat pada jaringan dan cairan

ekstraseluler.kalsium memberi kekokohan pada tubuh (Soehardi, 2004).

Mineral kalsium dibutuhkan dalam ekstra oleh anak-anak untuk

(14)

untuk mencegah keropos tulang (osteoporosis) serta memperlambat tanggalnya

gigi geligi, dan juga oleh ibu hamil dan menyusui (Soehardi, 2004).

2.4.1 Fungsi Kalsium

Kalsium mempunyai berbagai fungsi dalam tubuh.Pembentukan tulang dan

gigi.Kalsium dan mineral lain memberi kekuatan dan bentuk pada tulang dan

gigi.Pembentukan tulang. Kalsium di dalam tulang mempunyai dua fungsi:

1. Sebagai bagian integral dari struktur tulang

2. Sebagai tempat menyimpan kalsium.

Pada tahap pertumbuhan janin dibentuk matriks sebagai cikal bakal tulang tubuh.

Bentuknya sama dengan tulang tetapi masih lunak dan lentur hingga telah lahir.

Matriks yang merupakan sepertiga bagian dari tulang terdiri atas serabut yang

terbuat dari protein kolagen yang diselubungi oleh bahan gelatin. Segera setelah

lahir, matriks mulai menguat melalui proses kalsifikasi, yaitu terbentuk Kristal

mineral. Kristal ini terdiri atas kalsium fosfat atau kombinasi kalsium fosfat dan

kalsium hidroksida yang dinamakan hidroksiapatir [Ca3(PO4)2.Ca(OH)2]. Karena

kalsium dan fosfor merupakan mineral utama dalam ikatan dan keduanya harus

berada dalam jumlah yang cukup di dalam cairan yang mengelilingi matriks

tulang.Batang tulang yang merupakan bagian keras matriks, mengandung kalsium

fosfat, magnesium, seng, natrium karbonat dan fluor di samping hidroksiapatir

(15)

2.4.2 Absorpsi dan Ekskresi Kalsium

Dalam keadaan normal sebanyak 30-50 % kalsium yang dikomsumsi

diabsorpsi tubuh. Kemampuan absorpsi lebih tinggi pada masa pertumbuhan, dan

menurun pada proses menua. Kemampuan absorpsi pada laki-laki lenih tinggi

daripada perempuan pada semua golongan manusia.Absorpsi kalsium terutama

terjadi di bagian atas usu halus yaitu duodenum.Kalsium membutuhkan pH 6 agar

dapat berada dalam keadaan terlarut.Absorpsi kalsium terutama dilakukan secara

aktif dengan menggunakan alat angkut protein-pengikat kalsium.Absorpsi terjadi

pada permukaan saluran cerna.Banyak factor mempengaruhi absorpsi

kalsium.Kalsium hanya bisa diabsorsi bila terdapat dalam bentuk larut-air dan

tidak mengendap karena unsur makanan lain (Almatsier, 2004).

2.5 Turbiditas (Kekeruhan)

Turbiditas merupakan suatu ukuran yang menyatakan sampai seberapa

jauh cahaya mampu menembus air , dimana cahaya yang menembus air akan

mengalami pemantulan oleh bahan-bahan tersuspensi dan bahan koloidal.

Satuannya adalah Jackson Turbidity Unit (JTU), dimana 1 JTU sama dengan

turbiditas yang disebabkan oleh 1 mg/l SiO2 dalam air. Dalam danau atau perairan

lainnya yang relatif tenang, turbiditas terutama disebabkan oleh bahan koloidan

dan bahan-bahan hakus yang terdispersi dalam air. Dalam sungai yang mengalir ,

turbiditas terutama disebabkan oleh bahan-bahan kasar yang terdispersi

(16)

Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi, seperti

lumpur, zat organic, plankton dan zat-zat halus lainnya. Kekeruhan merupakan

sifat optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan absorpsi cahaya yang

melaluinya. Kekeruhan dengan kadar semua jenis zat tidak dapat dihubungkan

secara langsung, karena tergantung juga kepada ukuran dan bentuk butiran. Ada

tiga (3) metode pengukuran kekeruhan:

a. Metode nefelometrik (unit kekeruhan nefelometrik FTU atau NTU

b. Metode Hellige Turbidity (unit kekeruhan silica)

c. Metode Visuil (unit kekeruhan Jackson)

Metode visual adalah cara kuno dan lebih sesuai untuk nilai kekeruhan

yang tinggi, yaitu lebih dari 20 unit. Sedangkan metode nefelometrik lebih

sensitive dan dapat dipergunakan untuk segala tingkat kekeruhan. Prinsip metode

nefelometrik adalah perbandingan antara intensiti cahaya yang dihamburkan dari

suatu sampel air dengan intensiti cahaya yang dihamburkan oleh sesuatu larutan

keruh standar pada kondisi yang sama. Maka intensitas cahaya yang dihamburkan,

makin tinggi pula kekeruhannya.Sebagai standar kekeruhan dipergunakan

Referensi

Dokumen terkait

KB PAUD JATENG KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2015 / 2016.. Nama Lembaga

Current unifying building models such as the Industry Foundation Classes (IFC), while being comprehensive, do not directly provide data structures that focus on spatial reasoning

pelajaran; i) Usaha motivasi dalam media pendidikan”. Pembelajaran Kimia di sekolah dewasa ini, dengan kurikulum yang baru yaitu kurikulum 2013 siswa tidak hanya

Led terdiri dari delapan buah yang disusun dengan secara common katoda, di mana led tersebut berfungsi sebagai indicator cahaya yang mengindikasikan pintu tersebut dalam keadaan

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Ketika tombol saklar 1 ditekan maka stopwatch akan mulai mencacah, dan ketika tombol saklar reset dan 1 ditekan bersamaan maka mode jam akan berjalan dengan baik yang dirancang

Dynaplast, Tbk, dan untuk menganalisa perencanaan kapasitas produksi agar dapat diketahui hubungan antara perencanaan kapasitas produksi dengan tingkat ko-efisiensi, serta

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana