BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air adalah zat atau unsur penting bagi semua bentuk kehidupan. Manusia
dan semua makhluk hidup butuh air. Air merupakan material yang membuat
kehidupan terjadi di bumi. Menurut dokter dan ahli kesehatan manusia wajib
minum air putih 8 gelas per hari. Tumbuhan dan binatang juga membutuhkan air
sehingga dapat dikatakan air merupakan salah satu sumber kehidupan. Semua
organisme hidup terdiri dari sel-sel yang berisi air sedikitnya 60% dan aktivitas
metaboliknya mengambil tempat di larutan air (Kodoatie, 2012).
Air sangat penting bagi kehidupan, baik manusia, hewan maupun tumbuhan.
Seluruh proses metabolisme dalam tubuh makhluk hidup berlangsung dalam
media air. air dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk berbagai keperluan
seperti keperluan rumah tangga, pertanian, transportasi bahkan sampai industri
(Darmono, 2001).
Air sebagai pelarut universal, memiliki kemampuan untuk melarutkan
berbagai zat, mulai fasa gas dari udara, fasa cair dari berbagai larutan, fasa padat
dan juga mikroorganisme. Oleh karena itu air banyak sekali mengandung berbagai
zat terlarut maupun tidal terlarut, sehingga air sangat sukar diperoleh dalam
keadaan murni. Apabila kandungan berbagai zat tersebut tidak menggangu
kesehatan manusia, maka air dianggap bersih. Air dikatakan tercemar apabila
terdapat gangguan terhadap kualitas air, dimana kandungan berbagai zat sudah
jenis air sesuai perutukkannya. Misalnya kadar zat untuk air minum berbeda
ambang batasnya dengan kadar suatu zat untuk industri. Hal ini telah diputuskan
oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Melalui penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya
di suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit
perut diharapkan bisa ditekan seminimal mungkin.Penurunan penyakit perut ini
didasarkan atas pertimbangan bahwa air merupakan salah satu mata rantai
penularan penyakit perut.Agar seseorang menjadi tetap sehat sangat dipengaruhi
oleh adanya kontak manusia tersebut dengan makanan dan minuman.Air adalah
salah satu di antara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai
kepada manusia.Supaya air yang masuk kedalam baik berupa minuman maupun
makanan tidak menyebabkan atau merupakan pembawa bibit penyakit, maka
pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah
mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai
sumber penyakit dengan air yang sangat diperlukan (Sutrisno, 2002).
Analisis penentuan kualitas air sangat penting. Analisis kualitas yang
sebenarnya harus melalui analisis laboratorium agar semua komponen yang
terdapat di dalam air dapat diketahui dengan jelas. Untuk mengetahui kualitas air
dengan tepat maka analisis dapat dilakukan melalui analisis kimia dan analisis
toksisitas yang bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercemaran air saja. Analisis
kimia dilakukan untuk mengetahui zat kimia atau jenis zat kimia di dalam air
secara umum untuk mengetahui kehadiran senyawa spesifik yang menyebabkan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/Menkes/SK/VII/2002 Tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
minum, menyatakan bahwa suhu air yang layak untuk dikonsumsi adalah suhu
udara ± 3ºC, maksudnya adalah suhu air harus lebih besar dari suhu udara sekitar
1-3 ºC. Suhu udara air sampel yang diuji sekitar 27-28 ºC, sedangkan suhu udara
saat pengukuran sekitar 25-26 ºC. Nilai suhu tersebut, sesuai dengan standar baku
mutu Menteri Kesehatan.
Berdasarkan Keputuasan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
492/MENKES/PER/IV/2010. Tentang syart-syarat dan pengawasan kualitas air
minum, menyatakan bahwa pH air yang layak untuk dikonsumsi adalah sekitar pH
6,5-8,5. Nilai pH yang sedikit asam ini bisa disebabkan jenis tanah dan batuan di
lokasi batuan banyak mengandung kapur dan batuan karbonat, sehingga akan
menyebabkan terbentuknya asam karbonat sehingga pH tanah dan air sumber
bersifat asam
2.1.1 Pembagian Air Berdasarkan Analisis
Berdasarkan analisis air maka air digolongkan menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Air kotor/air tercemar
Air yang bercampur dengan satu atau berbagai campuran hasil buangan
2. Air bersih
Air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, namun bakteriologinya belum
terpenuhi. Air bersih ini diperoleh dari sumur gali, sumur bor, air hujan, air
sumber yang dari mata air.
3. Air minum
Air minum ialah air yang sudah terpenuhi sifat fisik, kimia, maupun
bakteriologi serta level kontaminasi maksimum (LKM). Level kontaminasi
maksimum meliputi kekeruhan, kandungan zat kimia organik/anorganik, dan
jumlah bakteri koliform.
2.1.2 Pencemaran Air
Definisi pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor: KEP-02/MENKLH/I/98 tentang
penetapan baku mutu lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya
tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah
tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya (pasal 1).Dalam pasal 2 air
pada sumber air menurut kegunaan dan peruntukkannya digolongkan menjadi:
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah
3. Golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan
dan peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian,
dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan listrik negara.
Menurut definisi pencemaran air tersebut diatas bila suatu sumber air yang
termasuk dalam kategori golongan A, misalnya sebuah sumur penduduk yang
kemudian mengalami pencemaran dalam bentuk rembesan limbah cair dari suatu
industri maka kategori sumur tadi bukan golongan A lagi, tapi sudah turun
menjadi golongan B, karena air sudah tidak dapat digunakan langsung sebagai air
minum tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Dengan demikian air sumur
tersebut menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Sumber air kotor atau air tercemar menurut lokasi pencemaran maka air
tercemar ini digolongkan dalam 2 lokasi yaitu air tercemar di pedesaan. Sumber
pencemar adalah hasil sampah rumah tangga, hasil kotoran hewan, hasil industri
kecil dan air tercemar perkotaan bersumber dari hasil sampah rumah tangga, pusat
perbelanjaan, industri kecil,industri besar, hotel, dan restaurant (Gabriel, 2001).
Air yang telah tercemar, baik oleh senyawa organik maupun anorganik
akan mudah sekali menjadi media berkembangnya berbagai macam penyakit. Air
yang tercemar oleh limbah organik, terutama limbah yang berasal dari industri
olahan bahan makanan, merupakan tempat yang subur untuk berkembang biaknya
mikroorganisme, termasuk mikroba patogen. Mikroba patogen yang berkembang
biak dalam air tercemar yang menyebabkan timbulnya berbagai penyakit
Pencemaran air juga dapat merupakan masalah, regional maupun
lingkungan global, dan sangat berhubungan dengan udara serta penggunaan lahan
tanah dan daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke bumi bersama air hujan,
maka air tersebut sudah tercemar. Beberapa jenis bahan kimia untuk pupuk dan
pestisida pada lahan pertanian akan terbawa air ke daerah sekitarnya sehingga
mencemari air pada permukaan lokasi yang bersangkutan. Pengolahan tanah yang
kurang baik akan dapat menyebabkan erosi sehingga air permukaan tercemar
dengan tanah endapan. Banyak sekali penyebab terjadinya pencemaran air, yang
akhirnya bermuara ke lautan yang menyebabkan pencemaran pantai dan air laut
sekitarnya (Darmono, 2001).
2.1.3 Dampak dari Pencemaran Air
Menurut Gabriel (2001) akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air
adalah;
a) Terganggunya kehidupan organisme air.
b) Pendangkalan dasar perairan.
c) Punahnya biota air seperti ikan.
d) Menjalarnya wabah penyakit seperti muntaber.
e) Banjir akibat tersumbatnya saluran air.
Maka air yang sudah tercemar dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi
Berdasarkan garis besarnya pencemaran air dapat mengakibatkan dua hal yaitu:
1. Air menjadi tidak bermanfaat lagi
Air yang sudah tercemar tidak dapat dimanfaatkan lagi untuk berbagai
keperluan seperti keperluan rumah tangga, keperluan industri, dan untuk
keperluan pertanian. Hal ini dikarenakan air tersebut sudah tidak
memenuhi persyaratan untuk digunakan, tentu saja hal ini juga
menimbulkan dampak sosial bagi masyarakat.
2. Air menjadi penyebab penyakit
Air lingkungan yang kotor karena tercemar oleh berbagai macam
komponen dan dapat menimbulkan kerugian yang lebih jauh lagi yaitu
kematian. Kematian dapat terjadi akibat pencemaran yang terlalu parah
sehingga air menjadi penyebab berbagai macam penyakit (Wardhana,
1999).
Pengaruh langsung terhadap kesehatan tergantung sekali pada kualitas air
dan terjadi karena air berfungsi sebagai penyalur atau penyebar penyebab
penyakit ataupun sebagai sarang insekta penyebar penyakit. Kualitas air berubah
karena kapasitas air untuk membersihkan dirinya telah terlampaui. Hal ini
disebabkan bertambahnya jumlah intensitas aktifitas penduduk yang tidak hanya
meningkatkan kebutuhan air tetapi juga meningkatkan jumlah air buangan.Air
buangan inilah yang merupakan sumber pengotor perairan (Slamet, 2002).
2.2 Derajat Keasaman (pH)
pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas
menyatakan konsentrasi ion H+. Dalam penyediaan air, pH merupakan suatu
faktor yang harus dipertimbangkan mengingat bahwa derajat keasaman dari air
akan sangat mempengaruhi aktivitas pengolahan yang akan dilakukan, misalnya
dalam melakukan koagulasi kimiawi, densinfeksi, pelunakan air dan dalam
pencegahan korosi. Yang sangat penting untuk diketahui yakni bahwa konsentrasi
OH- suatu larutan tak akan dapat diturunkan sampai 0, bagaimanapun asamnya
larutan, dan bahwa konsentrasi H+ tak akan dapat diturunkan sampai 0,
bagaimanapun basanya larutan (Sutrisno, 1987).
Organisme sangat sensitif terhadap ion hidrogen. Pada proses penjernihan
air dan air limbah. pH menjadi indikator untuk meningkatkan efesiensi proses
penjernihan. Air limbah pertambangan atau pertanian akan mengakibatkan
tingginya konsentrasi ion hidrogen sehingga membahayakan kehidupan air.
Tingginya konsentrasi ion hidrogen,menunjukkan perairan bersifat asam.
Sebaliknya cairan basa menunjukkan konsentrasi ion hidroksil (OH) lebih tinggi
dari pada konsetrasi ion hidrogen (Sutrisno, 1987).
Molekul air memiliki kemampuan terurai sangat lambat. Air yang netral
memiliki konsentarsi ion hidrogen dan hidroksil yang sama. Apabila konsentrasi
ion di ukur dalam satuan molekul/liter, maka hasil perkalian kedua konsentrasi ion
selalu tetap, dan disebut produk konstan yang ada di air (Sutrisno, 1987).
Sebagai salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan atau kehidupan mikroorganisme dalam air, secara empirik pH yang
tumbuh terbaik pada pH 6,0-8,0 meskipun beberapa bentuk mempunyai pH
optimum rendah 2 dan lainnya punya pH optimum 8,5 (Sutrisno, 1987).
Pengaruh yang menyakut aspek kesehatan dari penyimpangan standard
kualitas air minum dalam hal pH ini adalah pH air normal berkisar 6,5 – 8,5
(PERMENKES NO 492/MENKES/PER/IV/2010). Apabila pH kurang dari 6,5
atau lebih besar dari 8,5 akan mengakibatkan pipa air yang terbuat dari logam
mengalami korosi pada pipa-pipa air sehingga pada akhirnya air tesebut akan
menjadi racun bagi tubuh manusia (Sutrisno, 1987).
Perlu ditekankan disini bahwa defenisi pH, skala pH, dan harga yang
ditunjukkan oleh larutan dapar untuk pembakuan ditujukan untuk memproleh
sistem operasional yang praktis, sehingga hasil dapat dibandingkan antar
laboratorium. Harga pH yang diukur disini tidak persis sama dengan yang
diproleh dengan defenisi klasik, bahwa pH= -log [H+ ] dalam air. Jika pH larutan
yang diukur mempunyai komposisi yang cukup mirip dengan larutan dapar yang
digunakan untuk pembakuan, pH yang diukur mendekati pH teoritis. Meskipun
tidak ditegaskan hubungan pengukuran kesesuaian sistem untuk aktivitas atau
kadar ion hidrogen , harga yang diproleh mendekati aktivitas ion hidrogen dalam
air (Dirjen POM, 1995).
Jika pH meter dibakukan menggunakan larutan dapar dalam air, kemudian
digunakan untuk mengukur ”pH” larutan atau suspensi dalam pelarut bukan air,
maka tetapan pengionan dari asam atau basa, tetapan dielektrik dari medium,
potensial sambungan cairan (yang dapat memberikan kesalahan lebih kurang 1
karena itu, harga yang diproleh dengan larutan yang sifatnya hanya mengandung
sebagian air, dapat dianggap hanya sebagai harga pH. Keasaman dapat diukur
seksama menggunakan elektrode dan instrumen yang dibakukan (Dirjen POM,
1995).
2.2.1 Pengaruh pH
Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan. Beberapa
contoh yang lebih penting dari garam-garam demikian dalam kimia analitik ialah
oksalat sulfida, hidroksida, karbonat dan fosfat. Ion hidroksi bereaksi dengan
anion garam untuk membentuk asam lemah, dengan demikian meningkatkan
kelarutan garam (Underwood, 1980).
Larutan Dapar Untuk Pembakuan pH Meter
Larutan dapar untuk pembakuan buat menurut petunjuk sesuai tabel.
Simpan dalam wadah tahan bahan kimia, tertutup rapat, sebaiknya dibuat dengan
interval tidak lebih dari 3 bulan. pH dari larutan dapar sebagai fungsi dari suhu.
Untuk memudahkan, petunjuk diberikan dengan pengenceran hingga volume 1000
mL, bukan dengan menyebutkan penggunaan 1000 g pelarut yang merupakan
dasar sistem molalitas dari kadar larutan. Jumlah yang disebutkan tidak dapat
secara sederhana diperhitungkan tanpa informasi tambahan (Dirjen POM, 1995).
Untuk pembakuan pH meter, pilih 2 larutan dapar untuk pembakuan yang
mempunyai perbedaan pH tidak lebih dari 4 unit dan sedemikian rupa sehingga
pH larutan uji diharapkan terletak diantaranya. Isi sel dengan salah satu larutan
dapar untuk pembakuan pada suhu yang larutan ujinya akan diukur. Pasang
larutan dapar untuk pembakuan yang kedua, kemudian isi sel dengan larutan
tersebut pada suhu yang sama dengan larutan uji. Atur ”kemiringan” atau ”suhu”
hingga pH sesuai. Ulangi pembakuan hingga kedua larutan dapar untuk
pembakuan memberikan harga pH tidak lebih dari 0,02 unit pH dari harga yang
tertera dalam tabel, tanpa pengaturan lebih lanjut dari pengendali. Jika sistem
telah berfungsi dengan baik, bilas elektrode dan sel beberapa kali dengan larutan
uji, isi sel dengan sedikit larutan uji dan baca harga pH. Gunakan air bebas karbon
dioksida P untuk pelarutan atau pengenceran larutan uji. Jika hanya diperlukan
harga pH perkiraan dapat digunakan indikator dan kertas indikator (Dirjen POM,
1995).
Distribusi Macam Zat Sebagai Fungsi pH
Adalah serasi bagi berbagai keperluan untuk dapat melihat sekilas pandang
keadaan disosiasi dari zat asam-basa sebagai fungsi pH. Grafik yang menunjukkan
hal ini, memingkinkan kita untuk menentukan mana dari beberapa zat yang
mungkin, merupakan yang unggul pada suaru ph tertentu, dan memebantu dalam
memilih jangkau kefektifan buffer untuk campuran asam atau basa dan garamnya.
Misalnya pH plasma darah dipertahankan pada sekitar 7; mungkin menarik untuk
mengetahui apakah fosfat plasma terdiri sebagai H3PO4, H2PO4-, HPO42-, PO43-,
atau sesuatu campuran dari zat-zat ini pada pH fisiologik (Underwood, 1980).
2.3 Kapur
Kapur adalah bahan kimia yang paling dikenal dan digunakan untuk
penetapan pH. Kebanyakan tersedia dipasaran dalam bentuk CaO, biasanya
kapur tersedia dengan mudah, harganya lebih relative murah, dan mudah untuk
digunakan. Walaupun demikian system pemakaian kapur dapat menimbulkan
masalah dalam pemeliharaan jika operasinya tidak memadai (Buletin Tirtanadi
No.4, 2006)..
Penambahan larutan kapur bertujuan untuk menetralisasi pH. Karena
dengan adanya kandungan alum (tawas) dalam air akan membuat pH air bersifat
asam. Penambahan larutan kapur ini dilakukan pada bak kumpulan sebelum air
menuju reservoir, sedangkan pengendapan larutan kapur dilakukan di bak dan
saturator, keseluruhan proses ini mengandalkan proses gravitasi agar getaran dan
riak dapat diminimlaisir. Saturator adalah sebuah tabung besar yang merupakan
terminal larutan kapur ke air olahan. Air kapur dari saturator inijuga masih
membawa partikel kapur yang luput mengendap, walaupun demikian reservoir
juga dapat berperan sebagai bak pengendap akhir dari hasil olahan (Buletin
Tirtanadi No.4, 2006)..
Penambahan larutan kapur ke dalam air olahan untuk menatasi keasaman
air. Di laboratorium, dosis larutan air yang dibutuhkan dapat ditentukan dengan 2
alat yaitu magnetic stir dan jar-test. Jumlah larutan kapur yang dibutuhkan untuk
mentralkan pH air tergantung pada mutu kimiawi air. Dalam air larutan kapur
akan menghasilkan reaksi sebagai berikut:
Al2(SO4)3 2Al3+ + 3SO4
2-Ion Aluminium (2Al3+) berasal dari proses koagulasi (tawas);
Ion Hidroksida (OH-) kemudian bereaksi dengan Ion Aluminium (2Al3+)
2Al3+ + OH- 2Al(OH)3
Terbentuknya endapan (flok) dan dihasilkan asam yang berasal dari ion
Untuk menetralkan ditambahkan larutan kapur (Ca(OH)2)
Ca(OH)2 Ca2+ + 2OH-
Ion hidroksida (OH-) berasal dari larutan kapur bereaksi dengan ion H+
H+ + 2OH H2O
Semakin banyak jumlah alum (tawas) yang ditambahkan dalam air maka
akan meningkatkan keasaman air, dan hal ini menyebabkan pH semakin turun.
Semakin tinggi tingkat keasaman air maka semakin besar dosis larutan kapur yang
dibutuhkan untuk menetralkan iar hasil olahan.dengan demikian, perlu dicari dosis
larutan kapur yang optimum untuk menetralkan air hasil olahan agar berada dalam
range pH 6,5 – 8,5 yang merupkan standar pH oleh Menteri Kesehatan.
2.4 Kalsium
Kalsium adalah zat yang terkandung dalam kapur.Kalsium merupakan zat
gizi esensial dengan berbagai fungsi penting dalam tubuh manusia, mineral yang
terdapat paling banyak terdapat dalam tubuh manusia sebagai senyawa dengan
fosfor di dalam tulang dan gigi.1% terdapat pada jaringan dan cairan
ekstraseluler.kalsium memberi kekokohan pada tubuh (Soehardi, 2004).
Mineral kalsium dibutuhkan dalam ekstra oleh anak-anak untuk
untuk mencegah keropos tulang (osteoporosis) serta memperlambat tanggalnya
gigi geligi, dan juga oleh ibu hamil dan menyusui (Soehardi, 2004).
2.4.1 Fungsi Kalsium
Kalsium mempunyai berbagai fungsi dalam tubuh.Pembentukan tulang dan
gigi.Kalsium dan mineral lain memberi kekuatan dan bentuk pada tulang dan
gigi.Pembentukan tulang. Kalsium di dalam tulang mempunyai dua fungsi:
1. Sebagai bagian integral dari struktur tulang
2. Sebagai tempat menyimpan kalsium.
Pada tahap pertumbuhan janin dibentuk matriks sebagai cikal bakal tulang tubuh.
Bentuknya sama dengan tulang tetapi masih lunak dan lentur hingga telah lahir.
Matriks yang merupakan sepertiga bagian dari tulang terdiri atas serabut yang
terbuat dari protein kolagen yang diselubungi oleh bahan gelatin. Segera setelah
lahir, matriks mulai menguat melalui proses kalsifikasi, yaitu terbentuk Kristal
mineral. Kristal ini terdiri atas kalsium fosfat atau kombinasi kalsium fosfat dan
kalsium hidroksida yang dinamakan hidroksiapatir [Ca3(PO4)2.Ca(OH)2]. Karena
kalsium dan fosfor merupakan mineral utama dalam ikatan dan keduanya harus
berada dalam jumlah yang cukup di dalam cairan yang mengelilingi matriks
tulang.Batang tulang yang merupakan bagian keras matriks, mengandung kalsium
fosfat, magnesium, seng, natrium karbonat dan fluor di samping hidroksiapatir
2.4.2 Absorpsi dan Ekskresi Kalsium
Dalam keadaan normal sebanyak 30-50 % kalsium yang dikomsumsi
diabsorpsi tubuh. Kemampuan absorpsi lebih tinggi pada masa pertumbuhan, dan
menurun pada proses menua. Kemampuan absorpsi pada laki-laki lenih tinggi
daripada perempuan pada semua golongan manusia.Absorpsi kalsium terutama
terjadi di bagian atas usu halus yaitu duodenum.Kalsium membutuhkan pH 6 agar
dapat berada dalam keadaan terlarut.Absorpsi kalsium terutama dilakukan secara
aktif dengan menggunakan alat angkut protein-pengikat kalsium.Absorpsi terjadi
pada permukaan saluran cerna.Banyak factor mempengaruhi absorpsi
kalsium.Kalsium hanya bisa diabsorsi bila terdapat dalam bentuk larut-air dan
tidak mengendap karena unsur makanan lain (Almatsier, 2004).
2.5 Turbiditas (Kekeruhan)
Turbiditas merupakan suatu ukuran yang menyatakan sampai seberapa
jauh cahaya mampu menembus air , dimana cahaya yang menembus air akan
mengalami pemantulan oleh bahan-bahan tersuspensi dan bahan koloidal.
Satuannya adalah Jackson Turbidity Unit (JTU), dimana 1 JTU sama dengan
turbiditas yang disebabkan oleh 1 mg/l SiO2 dalam air. Dalam danau atau perairan
lainnya yang relatif tenang, turbiditas terutama disebabkan oleh bahan koloidan
dan bahan-bahan hakus yang terdispersi dalam air. Dalam sungai yang mengalir ,
turbiditas terutama disebabkan oleh bahan-bahan kasar yang terdispersi
Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi, seperti
lumpur, zat organic, plankton dan zat-zat halus lainnya. Kekeruhan merupakan
sifat optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan absorpsi cahaya yang
melaluinya. Kekeruhan dengan kadar semua jenis zat tidak dapat dihubungkan
secara langsung, karena tergantung juga kepada ukuran dan bentuk butiran. Ada
tiga (3) metode pengukuran kekeruhan:
a. Metode nefelometrik (unit kekeruhan nefelometrik FTU atau NTU
b. Metode Hellige Turbidity (unit kekeruhan silica)
c. Metode Visuil (unit kekeruhan Jackson)
Metode visual adalah cara kuno dan lebih sesuai untuk nilai kekeruhan
yang tinggi, yaitu lebih dari 20 unit. Sedangkan metode nefelometrik lebih
sensitive dan dapat dipergunakan untuk segala tingkat kekeruhan. Prinsip metode
nefelometrik adalah perbandingan antara intensiti cahaya yang dihamburkan dari
suatu sampel air dengan intensiti cahaya yang dihamburkan oleh sesuatu larutan
keruh standar pada kondisi yang sama. Maka intensitas cahaya yang dihamburkan,
makin tinggi pula kekeruhannya.Sebagai standar kekeruhan dipergunakan