BAB II
GAMBARAN UMUM NAGARI KAMANG HILIA
2.1. Identifikasi Nagari Kamang Hilia
2.1.2. Letak dan Akses Menuju Nagari Kamang Hilia
Nagarian Kamang Hilia terletak di Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten
Agam, Provinsi Sumatera Barat. Jarak Nagari Kamang Hilia dengan Ibukota
Kabupaten Agam yaitu Lubuk Basuang sepanjang 89 km, dengan jarak tempuk
lebih kurang dua jam perjalanan. Jarak Nagari Kamang Hilia dengan Ibukota
Provinsi Sumatera Barat sepanjang 99 km, dengan jarak tempuh sekitar lebih
kurang dua setenga jam.
Secara geografis Nagari Kamang Hilia mempunyai luas wilayah 16Km2
Nagari Kamang Hilia terletak pada ketinggian 850 dpl dengan suhu
berkisar antara 19-27
.
Ditinjau dari letak, pada bagian utara Nagari Kamang Hilia berbatasan dengan
Bukit Barisan sebagai batas dengan Kabupaten 50 kota. Pada bagian Barat
berbatasan dengan Nagari Kamang Mudiak Kecamatan Kamang Magek
Kabupaten Agam. Sebelah Timur Berbatasan dengan Nagari Salo Kecamatan
Baso Kabupaten Agam. Sedangkan selatan berbatasan dengan Nagari Magek
Kecamatan Kamang Magek Kabupaten Agam.
0
C dan kelembaban rata-rata 83%. Curah hujan Nagari
Kamang Hilia berkisar antara 2000-3000 mm. Nagari Kamang Hilia termasuk
beriklim sedang. Secara umum musim di Nagari Kamang Hilia adalah musim
hujan dan musim kemarau. Untuk musim hujan terjadi antara bulan September
BOX 2.1
Nilai Sejarah Pada Daerah Perbukitan di Nagari Kamang Hilia
Daerah perbukitan yang ada di Nagari Kamang memiliki nilai sejarah bagi masyarakat sekitar dan dijadikan tanda oleh orang-orang yang ingin masuk ke daerah ini, terutama bagi masyarakat Nagari Kamang hilia yang merantau ke luar daerah. Dimana pada lereng-lereng perbukitan tersebut memiliki ciri-ciri tersendiri yang tampak dengan jelas dan dijadikan tanda untuk mengetahui posisi nagari. Pada lereng Bukit Barisan terdapat tanda yang di beri
nama oleh masyarakat berupa Bukik
Gadang Guguak Rampisang yang terletak
di Jorong Guguak Rampisang, Bukik
Gadang Binu di Jorong Binu, Batu Bajak di
Jorong Solok, Bukik Panjang dan Bukik
Cegek yang terletak diantara Jorong Dalam Koto dengan Jorong Batu Baraguang, serta Gunuang Aru yang terletak di antara Jorong Batu Baraguang dan Jorong Bancah.
Sumber: Monografi Nagari Kamang Kecamatan Kamang Hilia tahun 1979 Namun perubahan alam yang terjadi sekarang ini akibat pemanasan global, musim
di Nagari Kamang Hilia menjadi tidak menentu. Lebih jelas akan diuraikan pada
bab mengenai Pnegetahuan Petani dalam Mengenali Musim di Nagari Kamang
Hilia.
Nagari Kamang Hilia memiliki
topografi yang beragam mulai dari datar 0-3%,
landai 3-4%, berombak 8-15%, bergelombang
15-25%, berbukit 25-45%, dan terjal >45%.
Wilayah datar dengan kemiringan 0-3% dan
wilayah landai dengan kemiringan 3-8%, pada
umumnya terletak pada bagian tengah. Untuk
wilayah berombak dengan kemiringan 8-15%,
wilayah bergelombang dengan kemiringan
15-25%, wilayah berbukit dengan kemiringan
25-45%, dan wilayah dengan kemiringan >45%
terletak pada bagian barat dan timur Nagari
Kamang Hilia.
Untuk mencapai Nagari Kamang Hilir hanya dapat menggunakan jalur
perhubungan darat. Ada beberapa jalur untuk dapat masuk ke Nagari Kamang
Hilia, yaitu melewati Nagari Magek, Kamang Mudiak, dan Salo. Akses melalui
Nagari Magek merupakan jalur selatan. Melalui akses inilah dapat dilihat tanda
dari perbukitan Bukit Barisan berupa Batu Bajak dan Gunuang Aru.
Setelah masuk ke wilayah Nagari Kamang Hilia yang akan dijumpai
Magek yaitu Pakan Salasa. Pakan
Salasa masuk ke dalam wilayah
Jorong Pintu Koto. Selepas pasar
rakyat tersebut akan ditemukan
simpang empat yang
ditengah-tengahnya terdapat tugu pejuang pada
Perang Kamang yang bernama
Simpang Pintu Koto/ Simpang Tugu
Angkasa. Jika berbelok ke kanan,
jalan tersebut akan mengarah ke
Jorong Nan VII. Disepanjang jalan
kita akan melihat beberapa kelompok
areal perumahan dan areal
persawahan. Jika berbelok kearah
kiri, maka akan masuk ke Jorong
Joho, dimana Jorong Joho merupakan
salah satu jorong yang memiliki areal
sawah terluas di Nagari Kamang.
Apabila mengambil jalan lurus dari
simpang tugu tadi, maka akan
memasuki Jorong IV Kampuang.
Akses melalui Nagari Kamang
Mudiak merupakan jalur barat, dimana dapat dilihat dari tanda perbukitan yaitu
bukik panjang dan bukik cegek. Daerah Nagari Kamang Hilia yang pertama BOX 2.2
Jembatan di Nagari Kamang Hilia
Jalan-jalan desa yang ada di nagari sepanjang 12,5 Km, 75 % diantaranya telah diperkeras dengan bantuan BangDes semenjak 1975, sedang 25 % lagi masih tanah. Sisanya yang 26 % itu direncanakan akan diperkeras dengan BangDes 1979/1980 yang akan diterima.
Jembatan-jembatan yang terdapat di Nagari Kamang Hilia, yaitu :
-Jembatan Koto Panjang dari simpang Koto Panjang
menuju Pekan Sinayan, jembatan semi permanen, tiang dari beton, leger dari besi, lantai papan arikir, dibangun oleh Pemerintah Tingkat II Agam.
-Jembatan di Koto Panjang yang terletak dekat
simpang Koto Panjang yang menuju ke Pudung pada jalan desa, bangunan permanen.
-Jembatan Dalam Koto terletak pada jalan desa
Dalam Koto menuju Batu Balasiong, bangunannya permanen.
-Jembatan Joho terletak pada jalan kelas IV di Joho,
dibangun dengan Inpres Dati II Agam.
-Jembatan Tanah Panyurek, dahulunya sebuah
jembatan darurat dari batang kelapa sebagai legernya, lantainya dari bambu, yang sekarang telah diganti dengan jembatan permanen.
-Jembatan solok, penting bagi penduduk Solok,
satu-satunya jalan keluar bagi mereka, begitu pun untuk membawa hasil kerajinan mobiler dari Solok.
-Jembatan Guguk Rang Pisang, hanya dapat dilalui
oleh kendaraan ukuran Jeep. Jembatan ini satu-satunya pula hubungan keluar bagi penduduk kampung Guguk Rang Pisang.
-Jembatan Binu, dibangun oleh penduduk kampung
Binu dengan leger batang kelapa dan lantai bamboo beranyam, satu-satunya pula jalan keluar bagi pnduduk kampung Binu.
-Jembatan Ladang Panjang, termasuk kampong Binu
merupakan satu titisan yang semenjak dahulu sampai sekarang berlegerkan batang bambu, lantai bamboo anyaman dan tiang pondasinya tanah.
-Jembatan Bancah menuju Bungo Tanjung, dibangun
dengan BangDes 1966/1977.
-Jembatan Rawang dibangun dengan BangDes
dijumpai adalah Jorong Koto Panjang. Ketika kita memasuki Jorong Koto panjang
akan ditemukan jembatan penghubung untuk masuk ke Nagari Kamang Hilia.
Selanjutnya akan ditemui persimpangan yang bernama Simpang Koto Panjang.
Dari simpang ini, diambil jalur jalan lurus untuk memasuki wilayah Nagari
Kamang lainnya yaitu Jorong Dangau Baru. Di Jorong dangau Baru ini terdapat
Kantor Kecamatan kamang Magek.Apabila melewati jalur timur yaitu melewati
Nagari Salo maka daerah Kamang Hilir yang pertama dimasuki adalah Jorong
Nan VII dengan tanda dari perbukitan berupa Bukik Gadang Guguak Rampisang.
Untuk sebelah timur langsung dibatasi oleh perbukitan yaitu Bukit Barisan. Dari
semua akses jalan tersebut sudah beraspal dan dalam kondisi yang bisa dikatakan
baik, karena tidak ada ditemukan jalan yang berlobang-lobang. jarak pengguna
jasa antara 1000-5000 rupiah.Dinagari Kamang Hilia didapati jalan kelas IV
sepanjang 6,9 Km. Dimulai dari batas Salo melalui Nan VII, Pintu Koto, Joho,
Dangau Baru, Koto Panjang sampai ke batas Kamang Mudik, dari Simpang koto
Panjang ke batas Magek, dari simpang Pintu Koto ke batas magek atau Pekan
Selasa dan simpang Pintu Koto ke Tanah Panyurek. Jalan ini selain yang dari
Simpang Pintu koto ke Tanah Panyurek semua telah di aspal. Jalan setapak yang
menghubungkan kampung dengan kampung kecil dan kampung lainnya akan
diusahakan perbaikan secara bertahap. Selain jalan-jalan yang diuraikan diatas,
terdapat juga beberapa jembatan sebagai penghubung dari satu daerah ke daerah
lainnya.
Untuk memasuki Nagari Kamang Hilia bisa menggunakan kendaraan
pribadi maupun jasa angkutaan umum. Nagari Kamang Hilia memiliki jasa
pangkalan resmi karena dilakukan oleh beberapa anggota masyarakat secara
pribadi untuk pekerjaan tambahan. Biasa tukang ojek menunggu pengguna jasa
berada disimpang Tugu Angkasa yang terletak di Jorong Pintu Koto. Namun pada
hari selasa dan jum’at para tukang ojek membuka pangkalan ojeknya didepan
pasar rakyat yang ada di Nagari Kamang Hilia. Trayek ojek biasanya hanya
disekitar Nagari Kamang Hilia, namun ada beberapa pengguna jasa ojek yang
mencater ojek menuju daerah diluar Kecamatan Kamang magek. Tarif untuk
menggunakan jasa ojek tergantung hasil negoisasi antara tukang ojek dengan
pengguna jasa yang berpatok pada jauhnya tujuan si pengguna jasa.
Terdapat 2 (dua) kelompok jasa
angkutan angkot yang bisa digunakan untuk
mencapai Nagari Kamang Hilia, berupa Po.01
dan Po.02. Kedua kelompok angkot ini memiliki
pangkalan di Pasa Dama Mandiangin
Bukittinggi20
20Untuk tempat pangkalan angkot ini, sebagian masyarakat ada yang mengenal dengan Pasa
Bawah Bukittinggi, karena letaknya berdampingan dengan Pasa Bawah.
. Kedua kelompok angkot ini
memiliki jalur yang berbeda menuju Nagari
Kamang Hilia. Angkot Po.02 merupakan jasa
angkutan umum yang jalur akhirnya langsung
menuju Nagari Kamang Hilia. Jalur yang
ditempuh angkot Po.02 dimulai dari pangkalan
menuju Simpang Tanjuang Alam, lalu melewati
Nagari kapau, Nagari Magek, terakhir masuk ke
Nagari Kamang Hilia yaitu Jorong Pintu Koto
BOX 2.3
Jalur Angkot Menuju Nagari Kamang Hilia
Untuk kedua jalur ini masyarakat sekitar
member nama jalur katapiang dan kubang
putiah sesuai dengan daerah yang dituju.
Jalur katapiang memiliki jalur dari
simpang Tugu Angkasa Jorong Pintu koto
berbelok ke kanan dan akan melewati
daerah-daerah yang terletak di Jorong
Nan VII berupa Padang Sawah, Kabunalah, Katapiang dan diakhiri di
Rumah Tinggi yang terletak di Jorong
Koto kaciak.
Untuak Jalur kubang putiah memiliki
jalur dari simpang Tugu Angkasa Jorong
Pintu Koto lurus dan akan melewati
daerah-daerah Jorong Pintu Koto berupa
galanggang dan Dalam Simpang. Kemudian memasuki Ampang dan Kubang
Putiah yang terletak di Jorong V
Kampuang. Dari Simpang Kubang Putiah,
dan begitu pula sebaliknya. Setelah memasuki Nagari Kamang Hilia, angkot
memiliki 2 jalur untuk mengantarkan pengguna jasa. Tarif menggunakan angkot
Po.02 tergantung kepada tergantung kepada daerah tujuan pengguna jasa. Tarifnya
berkisar antara 1000-5000 rupiah. Untuk ke nagari kamang Hilia yaitu Jorong
Koto Panjang. Tarif yang dikenakan kepada pengguna jasa sebesar 4000 rupiah.
Untuk angkot Po.01, memiliki jalur dari pangkalan menuju daerah Batas
Kota, lalu masuk ke kecamatan Tilatang Kamang, diteruskan ke Nagari Magek
dan masuk ke Nagari Kamang Hilia yaitu Jorong Koto Panjang. Angkot Po.01
selanjutnya terus melakukan jalurnya ke daerah Pakan Sinayan Kecamatan
kamang Mudiak dan begitu sebaliknya. Tarif menggunakan angkot Po.01
tergantung kepada daerah tujuan pengguna jasa. Tarifnya berkisar antara
1000-5000 rupiah. Untuk ke nagari kamang Hilia yaitu Jorong Koto Panjang. Tarif
yang dikenakan kepada pengguna jasa sebesar 4000 rupiah.
2.1.2. Sejarah Lokasi Penelitian A. Zaman Nenek Moyang
Terdapat beberapa versi yang menceritakan terbentuknya Nagari Kamang
Hilia. Pada Expose Nagari Kamang Hilia (2011) menuliskan bahwa sejarah
keberadaan Nagari Kamang Hilia berdasarkan tambo (riwayat), dahulunya
bernama Kamang saja. Asal usul dari nama Kamang ini pun tidak ditemukan
sumber yang bisa dijadikan sebagai pedoman pasti. Sebagian besar peneliti yang
melakukan penelitian berkesimpulan bahwa nama kamang diambil dari pohon
Beberapa penduduk yang dipilih sebagai informan dalam penelitian ini
menyatakan bahwa asal usul dari nama Nagari kamang ini berasal dari nama kayu
kamang. Para informan ini mendapatkan informasi tersebut dari cerita rakyat yang
berkembang secara turun temurun di Nagari Kamang Hilia. Seperti yang
diutarakan oleh salah seorang informan bernama Ibuk Nian21
“Kecek urang-urang wak sisuak, dinagari wak ko banyak batang kayu gadang. Ndek urang sisuak batang kayu ko diagiahnyo namo kayu kamang. Baa kok kamang namo batang kayu ko ndak lo tau nyiak aki doh. Ndek nyiak aki, ndak lo jaleh baa bantuak batang kayu ko doh, cuma dari carito-carito tu kayunyo gadang, taduah ndek rimbun. Ndek banyak batang kayu ko mangkonyo diagiah urang tu namo nagari wak ko kamang” (“kata orang dulu, di nagari kita ini banyak batang kayu besar. Kakek tidak mengetahui dengan pasti kenapa kayu tersebut mereka beri nama kamang. Kakek pun tidak mengetahui seperti apa bentuk kayu ini, tetapi dari cerita-cerita tersebut kayunya besar, teduh karena rimbun. Karna begitu banyaknya kayu tersebut, orang dahulu member nama nagiri kita
ini kamang. pen).
, berupa :
Pada buku Monografi Nagari
Kamang (1979) menuliskan bahwa
21 Ibuk Nian (52 tahun) tinggal di jorong Pintu Koto.
BOX 2.4
Sejarah Nagari Kamang
Menurut silsilah asal-usul Nagari Kamang, setelah selesai beristirahat, rombongan kembali melanjutkan perjalanan meninggalkan Bukit Kubungan Tigo Baleh, menyelusuri pinggiran sungai terus ke arah barat. Siang menjelang senja mereka tiba pula di sebuah tempat berbatu-batu yang sebagian besar menjulang tinggi. Beberapa orang lelaki lalu naik ke puncak batu itu, memperhatikan tempat yang baik untuk bermalam. (nama Batu Menjulang itu, kemudian disebut Batu Bajolang yang hingga sekarang belum berubah). Setelah menerima petunjuk dari pimpinan rombongan, mereka segera menuju ke sebuah dataran tinggi dimana tumbuh sebatang kayu besar bagaikan gobah (gobah artinya tinggi dan paling tinggi dari yang lain).
masyarakat Kamang berasal dari Nagari Minangkabau. Nagari Minangkabau ini
sekarang dikenal dengan Kabupaten Tanah datar yang berada di provinsi
Sumatera Barat (Monografi Nagari Kamang, hal 5). Sejarah terbentuknya Nagari
Kamang yang tertulis pada Expose Nagari Kamang Hilia (1979) yaitu kira-kira
pada abad ke XIV oleh urang ampek suku22. Masing-masing suku23 dipimpin oleh
1 orang niniak24
Setelah nenek moyang Nagari Kamang membentuk/membuka Nagari
Kamang, maka mereka mulai menyusun kepemerintahan yang berdasarkan
kekeluargaan dan adat istiadat. Kepemerintahan saat itu yang berlaku adalah
pemerintahan adat. Struktur dalam kepemerintahan adat ini terdiri dari Pengulu
sebagai kepala adat dan Dubalang sebagai menjaga keamanan nagari. Untuk
mengatur yang berkaitan dengan harta pusaka diserahkan kepada kaum ibu
dengan membentuk organisasi Bundo Kanduang. Pemberian wewenang dalam
mengurus harta pusaka kepada kaum ibu disebabkan oleh sistim kekerabatan di
Minangkabau. Dimana Minangkabau menganut sistim kekerabatan matrilineal,
dimana harta pusaka jatuh kepada pihak wanita. Sebagai badan Legislatif,
dibentuk sebuah organisasi adai berupa Kerapatan Adat nagari (KAN). Setiap
anggota masyarakat berhak menjadi anggota dari kepemerintahan yang dipilih
secara bersama-sama melalui musyawarah. Dari pemerintahan adat ini lah nenek dari tiap-tiap suku adat tersebut. Cerita mengenai sejarah
terbentuknya Nagari kamang Hilia yang dikutip secra ringkas dari Monografi
Nagari Kamang (1979) akan di cantumkan pada lampiran.
22 Mengenai penjelasan urang ampek suku akan dijelaskan pada Sub Bab Keadaan Penduduk,
bagian Kependudukan.
23 Bagi masyarakat Minangkabau, marga disebut dengan suku.
moyang membagi-bagi wilayah menjadi beberapa nagari (desa) dan jorong25
B. Zaman Penjajahan (dusun).
Menurut Monografi Nagari Kamang Hilia (1979), sekitar tahun 1638-1800
VOC mulai menjelajahi daerah Minangkabau. Namun ketika itu VOC tidak
mencampuri sistim kepemerintahan adat. VOC hanya berupaya untuk mengeruk
segala sumberdaya alam yang ada di daerah Minangkabau termasuk Nagari
Kamang. Sehingga terjadilah pergolakan-pergolakan yang dilakukan untuk
mengusir VOC dari Nagari Kamang. Keadaan Nagari Kamang Hilia pada masa
ini sudah mulai terorganisir dengan baik dimana sudah dibentuknya lokasi-lokasi
perumahan, lahan-lahan pertanian, sarana ibadah berupa masjid/surau dan
balai-balai untuk kepentingan masyarakat.
Untuk batas-batas wilayah ditandai
oleh pohon-pohon aua (bambu) yang
banyak tumbuh didaerah ini sehingga,
Nagari Kamang mendapat nama lain atau
julukan berupa Nagari Aua Parumahan.
Pada tahun 1833, Pemerintahan Belanda
mengeluarkan kebijakan merubah
Pemerintahan Adat Menjadi Pemerintahan
Nagari.
25Jorong dalam kepemerintahan setara dengan dusun. Kata jorong digunakan oleh penduduk
Nagari Kamang Hilia merupakan realisasi dari Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 31 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari yang biasa dikenal dengan istilah “Babaliak ka
Nagari”. Sehingga Pemerintahan Nagari memiliki kebijakan dalam menggunakan itilah jorong
untuk dusun.
BOX 2.5 Kebijakan Belanda Terhadap Pemerintahan Nagarei
Kamang Tahun 1833
Pemerintahan Hindia Belanda yang dipimpin oleh H.W. Daendels
mengeluarkan “Verbod tegen’t vorderen
van heerendiensten voor private doeleinden”. Maksudnya adalah kepala adat dijamin oleh Negara, agar anak-anak buahnya tidak dicaplok lagi untuk bekerja dengan kekerasan karena kepentingan pribadi, namun untuk kepentingan kolonial. Maka pada waktu itu ditunjuklah seorang pemimpin yaitu
Kepala laras (Tuanku Lareh) sebagai
kepala rakyat teringgi. Tuanku Lareh ini
diangkat dan digaji oleh Belanda dalam menjalankan tugasnya. Untuk membantu tugas-tugas yang diberikan
Belanda, Tuanku lareh mengangkat
seorang Pengulu Kepala untuk mengkoordinir masing-masing
kampong. Untuk tiap-tiap Jorong yang
Kemudian Belanda menjalankan usaha dalam menjajah Nagari Kamang
melalui kepala-kepala adat yang ditunjuk oleh Belanda dalam memimpin
Pemerintah Nagari. Wilayah daerah ini terdiri dari 4 Nagari, yaitu Nagari
Kamang, Nagari Bukik, Nagari Suayan, dan Nagari Simalantiak. Masuknya
kolonial Belanda ke Nagari Kamang merubah berbagai aspek di daerah ini. Hal
ini membuat masyarakat merasa tidak nyaman dan melakukan berbagai bentuk
pemberontakan.
Masyarakat membentuk sebuah rencana untuk menentang penjajah
sehingga terjadilah sebuah pemberontakan Clash ke I pada tahun 1908 yang diberi
nama Parang Kamang. Dengan kekuatan yang dimiliki oleh Belanda, sekitar
tahun 1915 nama Nagari Kamang ini ditetapkan oleh Belanda menjadi Nagari
Aua Parumahan yang terdiri dari 7 jorong (dusun), yaitu Kampuang Balai
Panjang,Kampuang Kubang, Kampuang Rumah Tinggi, Kampuang Bawah
Surian, Kampuang Tanjuang Mangkudu, Kampuang Pasia, dan Kampuang
Taluak. Pemerintahan pun dipimpin dan dikendalikan oleh Belanda dengan sistim
mereka sendiri. Keadaan ini bertahan hingga Indonesia merdeka.
Pada saat Indonesi merdeka, oleh Badan Kerapatan Nagari disepakati
bahwa Nagari Aua Parumahan dikembalikan menjadi Nagari Kamang. Akhirnya
pada Clash ke II tahun 1949, yaitu sewaktu perang kemerdekaan kembali
berkecambuk dengan Belanda, dimana Kamang termasuk basis utama para
pejuang, maka di antara tokoh-tokoh masa itu antara lain Saibi St. Lembang
Alam, Ak Dt gunung Hijau, Patih A, Muin Dt. Rky Marajo, dalam satu rapat yang
diadakan di Anak air Dalam Koto Kamang, sepakat untuk menambah Hilia
C. Zaman Kemerdekaan hingga Sekarang
Pada saat Indonesi merdeka, Badan Kerapatan Nagari menyepakati bahwa
Nagari Aua Parumahan dikembalikan menjadi Nagari Kamang. Akhirnya pada
Clash ke II tahun 1949, yaitu sewaktu perang kemerdekaan kembali berkecambuk
dengan Belanda, dimana Kamang termasuk basis utama para pejuang, maka di
antara tokoh-tokoh masa itu antara lain Saibi St. Lembang Alam, Ak Dt gunung
Hijau, Patih A, Muin Dt. Rky Marajo, dalam satu rapat yang diadakan di Anak air
Dalam Koto Kamang, sepakat untuk menambah Hilia dibelakang nama Kamang,
sehingga lengkapnya menjadi Kamang Hilia. Selanjutnya dengan berlakunya
Undang-Undang No.5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, yang
memberlakukan kesamaan sistem Pemerintahan Desa di seluruh Indonesia. Sistem
Pemerintahan Nagari dihapus dan diganti dengan Pemerintahan Desa. Maka
Nagari Kamang Hilir dipecah lagi menjadi 17 desa yang merupakan peningkatan
status jorong yang ada.
Pada tahun 1990, berdasarkan Instruksi Gubernur Sumatera Barat tahun
1988, tentang Penataan kembali Wilayah Daminstrasi Pemerintahan Desa di
Provinsi Sumatera Barat, maka desa yang 17 buah tadi disederhanakan menjadi 6
desa. Selanjutnya melalui Penataan Desa tahap 4, ke 6 desa yang ada
disederhanakan lagi menjadi 3 desa yaitu Desa Kamang Barat, Desa Kamang
Tengah, dan Desa Kamang Timur.
Pada era Reformasi telah melahirkan Undang-Undang No.22 tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah, yang disusul dengan lahirnya Peraturan Daerah
Provinsi Sumatera Barat No.9 tahun 2000 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
terbentuk. Dengan diberlakukannya aturan ini, maka ke 3 desa tadi, digabung
kembali ke pemerintahan Nagari Kamang Hilia dengan jumlah jorong sebanyak
17 buah. Hingga sekarang system pemerintahan ini berlaku di daerah ini, dimana
Kamang Hilir merupakan Kenagarian di bawah naungan Kecamatan Kamang
Magek Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat.
Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah No.72 tahun 2005 tentang
desa, yang kemudian disikapi oleh Pemerintah Kabupaten Agam dengan
melahirkan Peraturan Daerah Agam No.12 tahun 2007 tentang Pemerintahan
Nagari ini lah yang menjadi dasar hokum pelaksanaan Pemerintahan Nagari di
Kabupaten Agam termasuk Nagari Kamang Hilir. Nagari Kamang Hilir dipimpin
oleh Wali Nagari beserta perangkat nagari lainnya yang dibantu oleh BAMUS
(Badan Musyawarah) Nagari yang berfungsi sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Nagari.
2.1.3. Keadaan Penduduk Nagari Kamang Hilia A. Kependudukan
Secara keseluruhan penduduk Nagari Kamang Hilia berdasarkan hasil
pendataan oleh Tim Pendata Nagari berjumlah 5.198 jiwa dengan 1470 Kepala
Keluarga yang tersebar tidak merata di seluruh wilayah nagari. Dari Jumlah
penduduk di atas, penduduk perempuan terdapat 2627 jiwa (50.53 %) dan
penduduk laki-laki berjumlah 2571 jiwa (49.46 %).
Tabel 2.1. Data Jumlah Penduduk Nagari Kamang Hilia
No Jorong Jumlah Penduduk Total
Laki-Laki Persentase Perempuan Persentase Jumlah Persentase
1 Jorong Koto Panjang 213 8.28% 221 8.41% 434 8.34%
2 Jorong Dalam Koto 318 12.36% 327 12.24% 645 12.40%
3 Jorong Dangau Baru 134 5.21% 134 5.10% 268 5.15%
4 Jorong Batu Baraguang 144 5.60% 139 5.29% 283 5.44%
5 Jorong Solok 121 4.70% 118 4.49% 239 4.59%
6 Jorong Bancah 131 5.09% 130 4.94% 361 6.94%
7 Jorong IV Kampuang 230 8.94% 232 8.83% 462 8.88%
8 Jorong V Kampuang 131 5.09% 136 5.17% 267 5.13%
9 Jorong Koto Nan Gadang 90 3.50% 96 3.65% 186 3.57%
10 Jorong Binu 38 1.47% 34 1.29% 72 1.38%
11 Jorong Balai Panjang 75 2.91% 79 3.00% 154 2.96%
12 Jorong Guguak Rangpisang 93 3.61% 108 4.11% 201 3.86%
13 Jorong Koto Kaciak 83 3.22% 92 3.50% 175 3.36%
14 Jorong Koto Nan VII 241 9.37% 225 9.70% 466 8.96%
15 Jorong Pintu Koto 234 9.10% 261 9.93% 495 9.52%
16 Jorong Ladang Darek 184 7.15 % 189 7.19% 373 7.17%
17 Jorong Joho 111 4.31% 106 4.03% 217 4.17%
Sumber : Ekspose Walinagari Kamang Hilir 2011
Salah satu ciri penduduk Nagari Kamang Hilia yang juga menjadi
kebiasaan masyarakat Minangkabau adalah merantau. Penduduk Nagari kamang
hilia yang merantau lebih didominasi oleh penduduk laki-laki yang berusia sekitar
18-45 tahun. Para perantau tersebut merantau ke beberapa daerah di Indonesia
seperti Pekan Baru, Jakarta, Medan, dan kota-kota lainnya. Sebagian ada juga
B. Mata Pencarian
Nagari Kamang Hilia secara menyeluruh mempunyai potensi untuk
pengembangan pertumbuhan ekonomi di bidang pertanian, peternakan, perikanan,
industri perabot, maupun industri rumah tangga lainnya. Namun tidak semua
bidang diatas berkembang dengan baik karena kurang dalam sistim pengelolaan
dan keterbatasan modal. Hampir semua masyarakat Nagari Kamang Hilia
menggantungkan perekonomiannya dibidang pertanian. Sekitar 90% masyarakat
yang tinggal di Nagari Kamang Hilia menjadikan pertanian sebagai mata
pencarian utama. Sisanya bergerak di bidang lainnya berupa PNS, berdagang,
industri rumah tangga, peternakan, dan perikanan. Namun hampir semua
masyarakat yang berprofesi sebagai PNS, pedagang, industri rumah tangga,
peternakan, dan perikan juga berprofesi sebagai petani.
Seperti yang diutarakan oleh Bapak Syaiful26
“Manjadi guru bisa mamanuahi kabutuhan hiduak ambo jo keluarga. Tapi manjadi petani sapulang sakola, yo bana manolong ambo dalam mamanuahi kebutuhan keluarga. Ambo ndak paralu mambali bareh ndek hasia panen sawah ambo mancukupi dan kadang lai jo balabiah. Labiahnyo tu biko ambo jua untuk bisa mamanuahi kebutuhan lainnyo”, (“menjadi seorang guru dapat memenuhi kebutuhan hidup saya beserta keluarga. Namun menjadi seorang petani setelahnya, sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Saya tidak perlu lagi membeli beras karena hasil panen saya setiap musimnya dapat memenuhinya dan bahkan berlebih. Kelebihan dari hasil panen tersebut juga dijual untuk membantu memenuhi kebutuhan lainnya”, pen).
menyatakan bahwa menjadi
seorang petani sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan ekonomi sekarang
ini. Bahkan sawah beliau menjadi salah satu sawah percontohan untuk
menggunkan bibit yang disediakan oleh pemerintah dalam program pembangunan
pertanian Kabupaten Agam. Seperti yang beliau utarakan berupa :
26 Bapak Syaiful (52 tahun) merupakan salah seorang informan yang berprofesi sebagai petani
Pertanian merupakan mata pencarian utama masyarakat kamang Hilia
dengan luas lahan mencapai 354 Ha. Jenis tanaman yang paling utama dibidang
pertanian adalah Padi. Nagari Kamang Hilia merupakan penghasil beras dengan
mayoritas padi unggul local (98%). Varietas tersebut terdiri dari Padi Kuriak
Kusuik (60%) dan Padi Putiah (40%). Kedua varitas padi tersebut memiliki
keunggulan hasil produktivitas yang tinggi dan kwalitasnya juga sangat kompetitif
dipasaran. Pada saat ini, harga kedua varietas padi tersebut menduduki harga
tertinggi dipasar mereka.
Disamping budidaya padi, Petani Kamang Hilia juga membudidayakan
tanaman Cokelat (kakau) yang luas areal lahannya sekitar 115 Ha. Tanaman ini
juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat karena harganya cukup tinggi
dan pemasaran yang tidak begitu sulit. Namun akhir-akhir ini tanaman kakao
mengalami penurunan yang dikarenakan serangan hama seperti cendawan. Hama
ini menyebabkan buah cepat busuk, sehingga terjadi penurunan dari segi kwalitas
maupun kwantitas. Beberapa tanaman lainnya seperti jagung, kacang tanah, cabe,
ubi kayu dan ubi jalar, serta tanaman BIOFARMAKA (obata-obatan/bumbu
dapur) juga mereka bududayakan walaupun tidak dalam jumlah areal yang luas.
Untuk sektor petenakan, hewan ternak yang diminati adalah jenis
kambing, sapi, kerbau, ayam buras, ayam pedaging, itik, dan kelinci.
Pemerintahan Nagari Kamang Hilia memberi perhatian besar terhadap sector
perternakan ini, karena terdapat peluang yang besar untuk perkembangannya serta
ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai. Bagi peternak di Nagari
Kamang Magek mengaitkan usaha ternak mereka untuk pertanian, dimana hasil
berbagai tanaman yang dikembangkan pada lahan-lahan pertanian yang dimiliki.
Pupuk tersebut tidak hanya digunakan untuk kebutuhan lahan pertanian sendiri,
namun juga diperdagangkan kepada petani-petani lain yang tidak memiliki usaha
ternak.
Berbeda halnya dengan sektor perikanan yang tidak begitu banyak. Di
Nagari Kamang Hilia terdapat beberapa kolam yang dimiliki oleh perorangan
dengan budidaya yang tidak begitu besar. Terdapat kolam-kolam ikan seluas 20
Ha yang tersebar di tanah-tanah penduduk yang memilikinya. Terdapat usaha
pembibitan lele jumbo di Jorong IV Kampuang dengan tingkat produksi yang
masih kecil. Ada juga beberapa petani padi sawah yang mencoba memaksimalkan
lahan sawah pada saat berair untuk mengembangkan bibit ikan. Selain kolam dan
sawah, terdapat juga ikan-ikan sungai yang terkadang juga diambil oleh penduduk
sekitar. Untuk ikan sungai, di Nagari ini tidak memiliki aturan kepemilikan,
dengan artian siapa saja boleh mengambil dengan catatan harus menjaga lokasi
sungai tersebut dari pencemaran saat mengambil ikan-ikan yang ada didalamnya.
Di Nagari Kamang Hilia, jenis industri rumah tangga lebih terarah kepada
makanan dan batukang (usaha perabot). Jenis makanan yang diolah berupa
kerupuk yang lebih dikenal dengan sebutan karupuak Kamang (|Kerupuk
Kamang). Industri ini umumnya dijalankan oleh ibu-ibu rumah tangga. Prospek
usaha ini cukup baik yang produsennya tersebar diseluruh jorong yang ada di
Nagari Kamang Hilia. Selain itu, para ibu rumah tangga juga memiliki usaha
lainnya sebagai penjahit dan penyulam, namun usaha ini tidak begitu
Sedangkan industri Tukang (Industri perabot) di Nagari Kamang Hilia bisa
dikatakan salah satu urat nadi bagi perekonomian daerah ini. Namun dalam jangka
5 tahun terakhir, industri perabot mengalami kemunduran yang dapat dilihat dari
banyaknya bengkel-bengkel perabot yang tutup. Hanya pemilik modal yang besar
tetap bertahan hingga sekarang. Hal ini disebabkan karena sulitnya mendapat
bahan baku. Untuk mengatasi permasalahan ini, pemerintah setempat telah
membentuk suatu Asosiasi Pengrajin Perabot Kamang Hilir. Namun Asosiasi
tersebut tidak berjalan dengan baik dan kemunduran disektor ini tetap berlanjut.
Nagari Kamang Hilia
memiliki pasar sarikat 2 nagari,
yaitu nagari kamang hilia dan
Nagari Magek yang berada pada
satu wilayah pemerintahan
Kecamatan Kamang Magek.
Pasar rakyat tersebut dinamakan
pakan salasa yang dibuka hanya
2 kali dalam seminggu, yaitu
pada hari selasa dan jumat. Aktifitas pasar berlangsung pada petang hari, dimana
hal ini menjadi salah satu daya tarik karena merupakan satu-satunya pasar yang
memulai aktifitas perdagangannya pada petang hari di daerah Kabupaten Agam.
Jenis perdagangan pada pasar ini berupa perdagangan tradisional yang
didominasi oleh barang-barang primer berupa kebutuhan pokok sehari-hari. Selain
itu, penduduk menjual hasil ladang dan sawahnya di pasar rakyat ini. Dengan
harga relatif lebih murah dibandingkan dengan harga yang ada dipasar bukittinggi. BOX 2.6
Kondisi Pasar tradisional di Nagari Kamang Hilia
Pada saat ini keadaan Pakan Salasa telah jauh berubah dan berkembang fasilitas perniagaan didalamnya. Pakan Salasa berbentuk segi empat dengan luas lebih kurang 48m x 48m yang memiliki 144 petak bangunan took permanen dengan kondisi yang sangat baik.
Selain hasil ladang dan sawah penduduknya juga menjual hasil kerajinan yang
mereka buat melalui industri rumah tangga/ringan.
C. Etnis dan Agama
tiap-tiap suku terdiri
dari anak suku yang
tersebar di seluruh
jorong (dusun).
Berkembangnya
jumlah suku di atas,
disebabkan oleh
perkembangan jumlah penduduk, dimana penghulu atau ninik mama dari 4
(empat) pesukuan induk yang ada tidak mampu lagi mengayomi anak
kemenakannya. Atas kesepakatan dari anggota kaum serta penghulu pesukuan itu,
maka diperbuatlah suatu keputusan bahwa akan dibangun pesukuan baru, BOX 2.7
Suku-suku Pada Masyarakat Nagari Kamang Hilia
4 (empat) pasukuan induk beserta anak-anak sukunya adalah:
a.Suku Sikumbang, terbagi atas:
- Pasukuan Sikumbang Gadang dipimpin oleh Datuak Rajo
Pangulu
- Pasukuan Sikumbang Mansiang dipimpin oleh Datuak Marajo
- Pasukuan Tali Kincia dipimpin oleh Datuak Rajo Sikumbang.
b.Suku Jambak, terbagi atas:
- Pasukuan Jambak Pasia dipimpin oleh Datuak Tumangindo
- Pasukuan Jambak Kubang dipimpin oleh Datuak Palimo
- Pasukuan Jambak Puhun dipimpin oleh Datuak Rajo Enda
- Pasukuan Jambak Kutianyia dipimpin oleh Datuak Nan Basa
- Pasukuan Jambak Tangkamang dipimpin oleh Datuak Tan
Marajo
- Pasukuan Jambak Tanjuang Mangkudu dipimpin oleh Datuak
Bunsu
- Pasukuan Jambak Ujuang Tanjuang dipimpin oleh Datuak
Bajangguk
c.Suku Koto, terbagi atas:
- Pasukuan Koto Sariak dipimpin oleh Datuak Majoindo
- Pasukuan Koto Rumah Tinggi dipimpin oleh Datuak Tuo
- Pasukuan Koto Rumah Gadang dipimpin oleh Datuak Maka
- Pasukuan Koto Kepoh dipimpin oleh Datuak Sampono Basa
- Pasukuan Koto Tibarau dipimpin oleh Datuak Singo Rapi
- Koto Tangkamang (Koto Nan Batigo) dipimpin oleh Datuak
Nan Laweh, Datuak Indo Marajo, dan Datuak Kiraiang.
d.Suku Pisang, terdiri dari:
- Pesukuan Pisang dipimpin oleh DatuakPalimo
- Pesukuan Guci dipimpin oleh Datuak Sati
- Pesukuan Caniago dipimpin oleh Datuak Parpatiah Nan
Sabatang
- Pesukuan Simabua dipimpin oleh Datuak Bagindo
kemudian disampaikan kepada Kerapatan Adat Nagari dan wali nagari (Alam Nan
Barajo) dengan menjelaskan mana pesukuan yang akan didirikan.
Apabila ksepakatan tersebut sudah ditentukan maka barulah anak suku
yang baru resmi didirikan. Kesepakatan tersebut oleh masyarakat diberi istilah
“lah saciok bak ayam, lah sadanciang bak basi”. Jika persetujuan dari Kerapatan
Adat Nagari dan Alam Nan Barajo telah diperdapat, maka didirikanlah pesukuan
baru itu. Biasanya nama pesukuan baru itu tidak jauh berbeda dengan nama
pesukuan asalnya, umpamanya, kalau pesukuan asalnya Jambak, pesukuan
barunya adalah Jambak Pasia, Jambak Kubang, Jambak Puhun dan sebagainya,
yang menggambarkan nama taratak, dusun atau kampung dimana pesukuan baru
tersebut berada.
Penduduk Nagari kamang Hilia adalah etnis Minangkabau yang
merupakan penganut agama Islam fanatik dan taat di Indonesia. Sejalan dengan
itu juga merupakan suatu nagari yang sangat kuat memegang adat istiadatnya,
sedangkan adat tersebut bertentangan dengan peraturan-peraturan agam Islam.
Satu kenyataan yang sepertinya memang harus terima oleh masyarakat adalah
adat matrilineal memang bertolak belakang dengan ajaram Islam. Akan tetapi
pertentangan-pertentangan antara kebiasaan-kebiasaan (adat) dengan rasa
keagamaan yang universal dapat menjadi suatu perpaduan yang akan menjadi
karakteristik masuarakat Minangkabau. Dimana msyarakat Kamang Hilir ini
saling menjunjung tinggi keagamaan dengan adat istiadat dan tidak
mempengaruhi masyarakatnya untuk menjalankan adat dan agama yang dianutnya
meskipun saling bertentangan. Masyarakatnya tetap mejalankan perintah agama
2.2. Tata Ruang Desa Nagari Kamang Hilia
Nagari Kamang Hilia merupakan hamparan atau daratan dari Timur ke
Barat, hampir setengah bagian sebelah utara dari batas Nagari Bungo Koto Tuo
sampai ke batas Nagari Kamang Mudik dilingkari Bukit Barisan. Luas Kanagarian
Kamang Hilir adalah 1502 Ha, yang terdiri dari hutan seluas 900 Ha, sawah seluas
350 Ha, ladang seluas 150 Ha, dan perumahan seluas 102 Ha. Nagari Kamang
Hilia terdiri dari 17 jorong, yaitu:
Pada bagian utara dari Nagari Kamang Hilia terdapat Jorong Binu, Solok,
Ladang Darek, Batu Baraguang, dan Bancah. Pada jorong ini terdapat areal hutan
yang berasal dari perbukitan barisan yang melintasi Nagari kamang Hilia. Bukit
barisan tersebut secara langsung dijadikan perbatasan dengan Kabupaten 50 Kota.
Hutan ini terletak pada bagian utara dari tiap-tiap jorong. Hutan tersebut dijadikan
oleh masyarakat sekitar untuk lahan pertanian kering berupa ladang. Areal
persawahan terletak cenderung mengapit perumahan penduduk. Peremuhan
penduduk cenderung mengikuti jalan yang ada di daerah bagian utara dari nagari
ini. jika mengikuti jalan yang ada di nagari ini, maka akan dilihat
kelompok-kelompok perumahan yang diselingi oleh areal persawahan.
Pada bagian barat dari Nagari Kamang Hilia terdapat Jorong Koto
Panjang, Dangau Baru, dan Dalam Koto. Pada jorong ini juga terdapat areal hutan
yang berasal dari perbukitan barisan yang melintasi Nagari kamang Hilia. Dari
letak jorong, hutan tersebut terletak pada bagian utara jorong. Hutan tersebut
dijadikan oleh masyarakat sekitar untuk lahan pertanian kering berupa ladang.
Areal persawahan terletak cenderung mengapit perumahan penduduk. Peremuhan
ini. jika mengikuti jalan yang ada di nagari ini, maka akan dilihat
kelompok-kelompok perumahan yang diselingi oleh areal persawahan.
Pada bagian selatan dari Nagari Kamang Hilia terdapat Jorong Joho, Pintu
Koto, V Kampuang, IV Kampuang, dan Nan VII. Areal hutan tidak terdapat pada
jorong-jorong ini. Jorong-jorong ini terdiri dari perumahan, ladang dan
persawahan. Areal ladang dan persawahan terletak cenderung mengapit
perumahan penduduk. Peremuhan penduduk cenderung mengikuti jalan yang ada
di daerah bagian selatan dari nagari ini. jika mengikuti jalan yang ada di nagari
ini, maka akan dilihat kelompok-kelompok perumahan yang diselingi oleh areal
persawahan atau ladang.
Pada bagian timur dari Nagari Kamang Hilia terdapat Jorong Guguak
Rangpisang, Koto kaciak, Balai Panjang, dan Koto nan Gadang. Areal hutan yang
berasal dari perbukitan barisan terdapat di Jorong Guguak Rangpisang. Bukit
barisan tersebut secara langsung dijadikan perbatasan dengan Kabupaten 50 Kota.
Hutan ini terletak pada bagian utara dari jorong Guguak Rangpisang. Hutan
tersebut dijadikan oleh masyarakat sekitar untuk lahan pertanian kering berupa
ladang. Areal persawahan terletak cenderung mengapit perumahan penduduk pada
tiap-tiap jorongmyang ada. Peremuhan penduduk cenderung mengikuti jalan yang
ada di daerah bagian utara dari nagari ini. jika mengikuti jalan yang ada di nagari
ini, maka akan dilihat kelompok-kelompok perumahan yang diselingi oleh areal
persawahan.
Masyarakat Nagari Kamang Hilia tidak mengenal orientasi bangunan
secara khusus. Jenis bangunan merupakan bangunan permanen dengan berbagai
dari bahan seng. Namun ada beberapa rumah pada bagian dinding menggunakan
setengah batu dan setengahnya lagi kayu, beberapa rumah ada juga yang terbuat
dari kayu.
Pola permukiman tidak begitu tersusun dengan rapi, hanya saja hampir
semua rumah-rumah di Nagari Kamang Hilir mengikuti pola dan terletak
disepanjang tepi jalan, baik itu jalan raya nagari maupun jalan-jalan kecil yang
ada di nagari. Penyebaran rumah masyarakat Nagari Kamang Hilia pada
umumnya adalah tipe mengelompok, jarak antara satu rumah dengan rumah
lainnnya relatif dekat. Namun pada beberapa tempat, kediaman penduduk ada
yang terpecah-pecah. Walaupun penyebaran rumah penduduk beragam, tetapi
tetap ada jalan utama dari rumah-rumah yang tersusun mengikuti jalan-jalan yang
terbentuk. Pola permukiman yang ada pun juga terpengaruh dengan adanya
keluarga saparuik27
27 Keluarga saparuik merupakan keluarga yang terkait akibat pertalian darah..
. Pada 1 (satu) kelompok perumahan, biasanya cenderung
didiami oleh satu suku. Yang menyebabkan masyarakat Nagari Kamang Hilia
tinggal dalam bentuk kumpulan saparuik adalah kepemilikan tanah sebagai tanah
ulayat (tanah pusaka).
Kantor kepemerintahan Nagari Kamang Hilir berupa Kantor Wali Nagari
terletak di Jorong IV Kampuang. Beberapa perkantoran seperti KUA dan KAN
juga terletak di Jorong IV Kampuang. Di Jorong IV Kampuang ini juga terdapat
pusat peribadatan masyarakat dari Nagari Kamang Hilir berupa Masjid Wustha
Kamang. Sedangkan Pasar terletak di Jorong Pintu Koto yang bersebelahan
2.3. Tata Ruang Pertanian
Pertanian di Nagari Kamang Hilir terdiri dari pertanian lahan kering dan
persawahan. Luas keseluruhan areal ladang 150 Ha dan persawahan 350 Ha.
Lokasi persawahan dan ladang tersebar pada daerah landai pada jorong-jorong
yang ada di Nagari Kamang Hilir. Hampir semua jorong yang ada terdapat lahan
pertanian sawah. Lokasi persawahan tersebut terletak beredampingan dengan
lokasi ladang yang mengapit lokasi perumahan penduduk. Kondisi jalan menuju
areal sawah pun bisa digolongkan dalam keadaan baik, karena secara umum areal
pertanian sawah tersebut terletak dipinggir jalan desa.
Jenis tanaman pada ladang berupa coklat/kakao, cabe, jagung, ubi kayu,
kulit manis, jeruk, durian, manggis dan jenis lainnya. Jenis padi yang ditanam di
areal persawahan adalah jenis padi local yaitu padi kuriak kusuik dan padi putiah.
Setiap lokasi persawahan tersebut memiliki nama masing-masing yang diberikan
oleh penduduk terdahulu Nagari kamang Hilia. Tidak ada lagi masyarakat
Kamang Hilir yang mengetahui asal usul dari nama lokasi persawahan tersebut.
Pada Bagian Utara Nagari Kamang Hilia, yaitu sawah sawah binu di
Jorong Binu, bungo tanjuang dan parupuak di jorong Bancah, sawah batu
baraguang di Jorong Batu Baraguang, sawah ladang darek di Jorong Ladang
Darek, dan Sawah ladang panjang di Jorong Solok. Bagian barat Nagari Kamang
Hilia, yaitu sawah koto panjang di Jorong Koto Panjang dan sawah mejan di
Jorong Dangau Baru. Pada bagian selatan Nagari Kamang Hilia terletak Lokasi
persawahan di Jorong IV Kampuang yaitu sawah taluak, sawah joho dan
tumangguang di Jorong Joho. Sebelah Timur dari Nagari terdapat sawah padang
Jorong Dalam Koto, sawah guguak rangpisang dan koto kaciak di Jorong Guguak
Rangpisang.
Sumber irigasi pertanian sawah Nagari Kamang Hilir berasal dari sungai
yang melintas di nagari ini dan beberapa sumber mata air pegunungan yang ada.
Masyarakat menyebut sungai tersebut dengan sebutan Batang Agam. Sungai
Batang Agam melintas di beberapa jorong yang ada yaitu, Jorong Joho dengan
sebutan Agam Joho, menelusuri Jorong IV Kampuang yang bernama Agam
Taluak, terus ke Jorong Bancah yang disebut Agam Bancah, masuk ke Jorong
Binu yang disebut Agam Binu, hingga melewati Jorong Solok hingga Jorong
Guguak Rangpisang.
Air yang mengalir dari sungai Batang Agam beserta beberapa mata air
pegunungan yang ada keseluruh areal persawahan melalui anak-anak sungai dan
Bandar-bandar yang dibuat oleh petani. Irigasi pertanian sawah ini sudah mulai
dikelola agar bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh petani Kamang Hilia.
Dibantu pemerintah, petani telah membangun beberapa bendungan untuk
mengatur penyebaran air ke lahan pertanian sawah mereka.
2.4. Sejarah Pertanian 2.4.1 Zaman Nenek Moyang
Sejarah pertanian Nagari Kamang Hilia berkaitan erat dengan sejarah
terbentuknya Nagari Kamang Hilia. Dilihat dari letak-letak areal pertanian
sekarang ini, dahulunya petani yang memulai pertanian di daerah Nagari Kamang
Hilia membuka lahan pertanian berdekatan dengan sumber air. Seperti yang
dikatakan oleh Bapak Zamzani28
“Sawah kami ko dakek agam, kok parak yo arah karimbo. Sawah jo parak nan kami karajoan ko pusako dari nenek moyang. Turun tamurun diagiahan ka anak cucu” (“sawah kami berada dekat dengan sungai, sedangkan ladang berada di hutan. Sawah dan ladang yang kami olah merupakan pusaka dari nenek moyang. Diberikan secara turun-temurun
kepada anak cucu”, pen).
Dahulunya petani Nagari Kamang Hilia menentukan posisi lahan pertanian
berupa tanah-tanah yang berada disekitar sumber air, dengan alasan
mempermudah petani mendapatkan pasokan air untuk pengelolaan lahan
pertanian. Selain itu para petani juga menganggap tanah yang berada di dekat
sumber air merupakan salah satu tanah yang subur untuk dijadikan lahan
pertanian. Seperti yang dikatakan oleh Ibuk Asnidar29
Jenis tanaman pada masa ini berupa tanaman padi untuk persawahan.
Informasi mengenai jenis tanaman padi sawah ini didapat karena lahan sawah :
“Tanah dakek agam jo rimbo ko rancak dijadian tampek batanam. Tanahnyo ndak kareh ndek baraia. Kok paralu aia sudah batanam, sanang lo wak mandapekannyo” (“tanah yang berada di sekitar sungai dan hutan sangat bagus untuk dijadikan lahan pertanian. Tanahnya tidak keras dan mengandung banyak air. apabila memerlukan air setelah bercocok tanam, tidak akan sulit untuk mendapatkannya”, pen).
Menggunakan pengetahuan yang dimiliki, petani dahulu mengolah tanah
disekitar sungai menjadi areal persawahan. Untuk areal ladang mereka lebih
memilih daerah hutan yang dekat dengan mata air. Mengenai tingkat kesuburan
tanah menurut petani di nagari Kamang Hilia, akan lebih dijelaskan pada Bab
mengenai Pengetahuan Petani Mengenai Tanah. Pengetahuan untuk menjaga dan
merawat lahan pertanian mereka turunkan kepada anak cucu. Sehingga
lahan-lahan pertanian tersebut tetap terjaga hingga sekarang ini.
yang ada di Nagari Kamang Hilia telah ada semenjak nenek moyang masyarakat
Nagari Kamang membuka daerah ini. Jenis padi yang dikembangkan pada
pertanian padi sawah adalah padi kuriak kusuik dan padi putiah. Bapak Zamzani
mengutarakan bahwa :
“Nyiak aki ndak lo tau pasti sajak bilo ado padi kuriak kusuik jo padi putiah ko. Sajak sisuak inyiak-inyiak kami lah mananam padi padi kuriak kusiak jo padi putiah. Kok a nan dipelajari dalam iduik ko, nan urang wak ko kan manuruik sen a nan dikecekan niniak mamak. Ndek niniak mamak sagalo nan paralu di iduik ko baturunan ka anak cucu. Bantuak tu lo nan bahubungan jo kasawah. Itu nan kami turuikan hinggo kini”, (“kakek tidak begitu tahu dengan
pasti kapan padi jenis kuriak kusik dan padi putiah ini ada.
Semenjak dulu nenek moyang kami telah menanam jenis
padi kuriak kusuik dan padi putiah. Apa pun yang dipelajari
dalam kehidupan, bagi orang kita akan selalu menurut dengan apa yang diajarkan oleh nenek moyang. Oleh nenek moyang, segala sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan kehidupan selalu diturunkan kepada anak cucu. Termasuk segala sesuatu yang berhubungan dengan sawah. Itulah yang
kami ikuti hingga sekarang”, pen).
Dari pernyataan beliau tersebut tersirat bahwa petani di Nagari Kamang
Hilia berpegang kepada ajaran-ajaran atau aturan-aturan yang diberikan oleh
nenek moyang mereka. Tidak terkecuali dalam pemilihan banyiah. Ibuk Asnidar
turut mengutarakan pendapat beliau dalam mempertahankan jenis padi kuriak
kusuik dan padi putiah, berupa :
oleh orang kita dalam menanam padi jenis ini. karena itu orang disini tetap bertahan untuk menanamnya”, pen).
Pernyataan petani-petani di Nagari Kamang Hilia menjelaskan bahwa
kedua jenis padi tersebut telah ada semenjak dahulunya hingga sekarang tetap
dipertahankan dan dikembangkan di Nagari Kamang Hilia. Tata cara
pengembangan banyiah dari jenis padi kuriak kusuik dan padi putiah pun
diwariskan secara turun temurun oleh petani di Nagari Kamang Hilia. Sehingga
petani merasa memiliki pengalaman dan pengetahuan lebih dalam mengelola jenis
padi kuriak kusuik da padi putiah. Pengalaman dan pengetahuan lebih tersebut
yang nantinya akan dijadikan modal untuk mendapatkan hasil yang lebih
maksimal pada saat panen.
Sedangkan areal ladang jenis tanaman yang ditanam berupa padi ladang,
ubi kayu, jagung, durian, kepunduang, manggis, dan jenis mangga berupa
ambacang.Untuk jenis tanaman berupa jagung dan ubi kayu didapat dari
wawancara dengan informan yaitu Bapak Zamzani yang menyatakan, bahwa :
“Kecek inyiak yiak aki, urang sisuak ndak padi sen yang dimakannyo doh, kadang kapelo kok ndak jaguang”. Kok padi sen yang arokan ndak bisa doh. Urang kasawah sakali sataunnyo, samantaro wak badunsanak banyak. Kok nan tagalong rang kayo banyak sawah, mungkin lai tacukuik i”, (“kata kakeknya kakek, orang dulu tidak hanya memakan padi, namun mereka juga memakan Ubi kayu, terkadang juga memakan jagung. Tidak bisa hanya mengharapkan padi. Dulu orang mengelola sawah hanya sekali setaun, sementara kita memiliki kerabat yang banyak. Bagi keluarga yang tergolong kaya memiliki banyak sawah, mungkin saja sawah tersebut bias mencukupi kebutuhannya”, pen).
Dari pernyataan beliau diatas, sekaligus menginformasikan bahwa
hanya 1 (satu) kali dalam setahun. Sementara untuk buah-buahan Bapak Basa30
Sedangkan hutan di Nagari Kamang Hilia menghasilkan kayu-kayu seperti
surian, bayur, medang, dan bangka. Tanaman yang berada di hutan ini digunakan
oleh masyarakat Nagari Kamang Hilia pada waktu itu untuk membuat rumah dan
perabotan rumah tangga. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Kayo menyatakan bahwa :
”Dulu diparak nyiak aki lai kapunduang, ambacang, durian jo manggih. Kecek inyiak nyiak aki dulu, sejak sisuak dikampuang wak ko lah ado buah ko. Kok durian jo manggih kampuang wak ko tanamo dari sisuak. Banyak jo batang-batang durian jo manggih nan lah tuo di kampuang wak. Kok mati durian jo manggih ko, barusaho urang wak ko mananamnyo liak. Ndek inyiak-inyiak sisuak, disuruahnyo anak cucunyo mananamnyo taruih.” (“dulu di ladang kakek terdapat buah menteng, ambacang, durian, dan manggis. Kata kakeknya kakek, buah-buah ini sudah ada semenjak dulunya. Untuk durian dan Manggis kampung kita ini terkenal dari dulu. Masih terdapat pohon durian dan manggis yang telah berumur tua di kampung kita. Jika durian dan manggis ini mati, maka orang kampong kita akan menanamnya kembali. Bagi nenek-nenek dulu, mereka menyuruh anak cucu untuk menanamnya secara terus menerus”, pen).
31
“Rumah-rumah di kampuang wak ko dulu kan rumah gadang. Di rumah gadang tu wak tingga saparuik. Sisuak rumah gadang ko dari kayu. Kok a isinyo pun dari kayu. Urang sisuak nyari kayu ka rimbo. Di rimbo wak ko dari sisuak banyak kayu surian, bayua, medang, jo bangka. Kayu tu lai nan dijadian tunggak rumah, dindiang rumah, meja, kursi, pokoknyo ma yang ka amuah dipagunoan lah”, (“rumah-rumah di kampung kita ini dahulunya rata-rata rumah gadang
:
32
30 Bapak Basa (32 tahun) merupakan alah seorang petani yang tinggal di Jorong Batu Baraguang. 31 Bapak Kayo (60 tahun) merupakan seorang petani sekaligus pengrajit perabotan rumah tangga
yang tinggal di Jorong V Kampuang.
32 Rumah Gadang merupakan rumah tradisional suku Minangkabau.
rumah, dinding rumah, meja, kursi, dan berbagai alat yang
dibutuhkan”, pen).
Tabel 2.2. Jenis tanaman di Nagari Kamang Hilia Zaman Nenek Moyang
No Nama lokal (minangkabau) Bahasa indonesia Bahasa latin
1 Padi Padi Oryza sativa
2 Durian Durian Durio zibethinus
3 Manggis Manggis Garcinia mangostana
4 Kapunduang Buah Menteng Baccaurea racemosa
5 Ambacang Kuwini Mangifera indica
6 Kapelo Ubi Kayu Manihot esculenta
7 Jaguang Jagung Zea mays
8 Medang Medang
Sumber: Wawancara dengan warga dan hasil penelususan internet untuk bahasa latin
2.4.2. Zaman Penjajahan
Menurut cerita petani, dari awal terbentukya daerah hingga masuknya
kolonial Belanda, masyarakat disini memiliki mata pencarian berupa pertanian.
Tidak banyak perubahan yang terjadi pada zaman penjajahan. Petani masih
menggunakan cara yang sama dalam mengelola lahan pertanian. Kesimpulan ini
diambil oleh peneliti karena, dalam proses wawancara peneliti tidak menemukan
data dari informan yang menjelaskan perubahan yang terjadi dalam bidang
pertanian. Hanya saja petani mulai menanam jenis tanaman berupa kopi dan sirih.
Seperti yang diutarakan oleh Buk Asnidar: “wakatu zaman Balando sisuak inyiak
kami lai jo batanam sirih, kopi jo cangkeh” (Pada zaman Belanda dulu, nenek
kami juga menanam sirih, kopi dan cengkeh”, pen).
Jadi, paada masa ini jenis pertaniannya berupa padi, kopi, jagung,
ubi-ubian, dan sirih. Sementara hutan di Nagari Kamang Hilia tatap menghasilkan
kayu-kayuan seperti surian, bayur, medang, kayu balam, Bangka, dan sebagainya.
Sedangkan untuk tanaman buah-buahan petani tetap mengelola durian, manggis,
yang ada di Nagari Kamang Hilia, hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan
sehari-hari.Lebih jelas akan dicantumkan dalam table dibawah ini :
Tabel 2.3. Jenis tanaman di Nagari Kamang Hilia Zaman Penjajahan
No Nama lokal (minangkabau) Bahasa indonesia Bahasa latin
1 Padi Padi Oryza sativa
2 Durian Durian Durio zibethinus
3 Manggis Manggis Garcinia mangostana
4 Kapunduang Buah Menteng Baccaurea racemosa
5 Ambacang Kuwini Mangifera indica
6 Kapelo Ubi Kayu Manihot esculenta
7 Jaguang Jagung Zea mays
8 Medang Medang
9 Bangka Bakau Rhizophora
10 Bayua Bayur
11 Surian Surian Toona Sureni
12 Kopi Kopi Coffea canephora
13 Cangkeh Cengkeh Eugenia Aromatica
14 Siriah Sirih Piper betle
Sumber: Wawancara dengan warga dan hasil penelususan internet untuk bahasa latin
2.4.3. Zaman Kemerdekaan hingga Sekarang
Perubahan dan perkembangan terhadap Nagari Kamang Hilir juga
mempengaruhi perkembangan pada pertaniannya, baik pertanian berupa sawah
maupun pertanian ladang. Perkembangan yang terjadi pada pertanian di Nagari
Kamang Hilia selalu dikaitkan dengan aturan-aturan atau nilai-nilai adat karena
petani masyarakat yang menjadi petani di daerah ini dalam hidupnya berpedoman
dengan adat yang mengatur kehidupan mereka. Ini bisa dilihat dari istilah yang
dikutip dari Monografi Nagari Kamang 1979 :
“Nagari Kamang Hilir alamnyo barjo-rajo, penghulu basa nan barampek, gadang sandirinyo, turun tamurun. Sarupo itu suriah, barih dan balabeh dari dahulunyo. ibaraik “karambia tumbuah di matonyo”, (“Nagari Kamang Hilir alamnya punya raja-raja, penghulu basa yang berempat, besar sendirinya, turun temurun, demikian cerita dari
“Barih dan balabeh, bajanjang naiak batanggo turun menurut adat, dalam paruit ado tuonyo, itulah penghulu bungka nan tangah delapan puluah, kamnpuang ban an tuo, rumah batungganai”, ( “cerita dari dahulunya, berjenjang naik bertangga turun menurut adat, dalam perut ada tuanya, itulah penghulu bungka yang tengah delapan puluh, kampung yang tua, rumah bertungganai”. pen).
Maksudnya adalah segala sesuatu yang ada di Nagari Kamang Hilia baik
itu alamnya merupakan bagian dari nagari yang diatur oleh pemimpin nagari.
Pemimpin nagari akan membentuk sebuah wadah sebagai sarana masyarakat
termasuk petani untuk membahas segala sesutu yang berhubungan dengan
perkembangan nagari termasuk bidang pertanian. Melalui ide dari individual
petani, akan dibicarakannya sesama petani karena setiap perubahan yang terjadi
pada satu lahan pertanian dapat mempengaruhi lahan lainnya, kemudian secara
bersama-sama akan dimusyawarahkan melalui wadah yang disediakan oleh
pemimpin nagari untuk bermusyawarah. Jadi segala sesuatu yang berkembang di
Nagari Kamang Hilir dapat terjadi apabila telah terjadi kesepakatan bersama oleh
masyarakatnya tidak terkecuali pertanian.
Jenis tanaman yang ada di Nagari Kamang Hilia pada masa ini adalah
jenis tanaman yang telah dikelola oleh petani sebelum mereka. namun pada masa
ini masyarakat sudah mulai berani untuk menerima segala perkembangan yang
ada dibidang pertanian. Dengan kemauan untuk menerima tersebut, terjadi
perkembangan dalam beberapa jenis pertanian yang dikelola oleh petani Nagari
Kamang Hilia. Selain jenis tanaman yang sudah ada pada masa sebelumnya, dari
hasil observasi dan wawancara peneliti juga menemukan beberapa jenis tanaman
yang juga ditanam oleh petani di nagari Kamang Hilia seperti cengkeh, kelapa,
sirih, jambu air, jambu biji, nangka, dan rambutan. Namun tanaman tersebut tidak
di Nagari Kamang Hilia tetap menghasilkan jenis kayu yang sama pada
periode-periode sebelumnya berupa surian, bayur, medang, kayu balam, Bangka, dan
sebagainya.
Dari data buku Monografi Nagari Kamang (1979), sekitar tahun 1962 para
petani mulai menanam jeruk manis. Penanaman jeruk manis ini dipelopori oleh
Bapak Atnan Sutan Samiak. Perkembangan tanaman jeruk manis sangat dirasakan
oleh petani saat itu. Hingga tahun 1978/1979, areal penanaman jeruk manis
meningkat hingga mencapai luas 40 Ha dengan jumlah tanaman 15.000 batang.
Dari seluruh jumlah tanaman jeruk manis tersebut, sekitar 10.000 batang telah
dapat dipanen. Produksi rata-rata perbatang mencapai 50 kg/tahun. Menurut
petani saat itu, bertambahnya usia tanaman akan menambah tingkat produksi pada
tanaman jeruk tersebut. Sehingga setiap bulan produksi tanaman jeruk tersebut
terus meningkat. Pada mulanya pemasaran jeruk manis ini adalah sekitar daerah
Bukittinggi dan kabupaten Agam. Namun akhirnya pemasaran jeruk manis ini
mencapai daerah Sumatera Utara dan Jakarta (Monografi Nagari Kamang, hal
25).
Untuk pertanian padi sawah, dahulunya petani hanya melakukan proses
pengelolaan padi sawah satu kali dalam setahun. Sekitar tahun 1970-an, para
petani dengan perlahan mulai memahami dan mengerti dalam melaksanakan
panca usaha tani yang dibantu oleh program pemerintah pada masa itu. Melalui
pemimpin adat, petani mulai bermusyawarah dan menentukan kesepakatan untuk
menjalankan dan menggunakan perkembangan dalam bidang pertanian pada saat
itu. Setelah mencapapai kesepakatan dalam musyawarah, para petani mulai
pertanian padi baik padi sawah
maupun padi ladang didaerah
mereka. Secara perlahan,
seorang demi seorang dari
petani telah berani untuk
menggunakan berbagai bentuk
hal baru dalam pertanian
mereka berupa penggunaan
pupuk buatan dan alat-alat
pertanian yang dapat membantu dalam kegiatan pertanian, sehingga para petani
bisa panen hingga dua kali setahun dengan hasil yang sangat memuaskan.
Perkembangan yang mereka terima dan lakukan tersebut mulai terasa
hasilnya pada sekitar tahun 1979 karena pada masa tersebut produksi padi mereka
sampai pada tingkat kelebihan produksi. Dapat dilihat dari data Monografi Nagari
Kamang Kecamatan Tilatang Kamang tahun 1979 yang menjelaskan bahwa hasil
produksi padi pada akhir tahun 1978 setelah petani melakukan program
pemerintah dalam bentuk Panca Uasa Tani, BIMAS dan IMAS adalah untuk
sawah yang masih melakukan panen 1x setahun seluas 250 Ha menghasilkan
892,5 ton padi dan untuk sawah yang telah melakukan panen 2x setahun seluas
100 Ha menghasilkan 900 ton padi, maka total panenya adalah 1792,5 ton padi
(Monografi Nagari Kamang, hal 23).
BOX 2.8
Pengetahuan Petani Nagari Kamang Hilia Dalam Memperkirakan Hasil Panen
Menurut pengetahuan petani Nagari Kamang Hilia, biasanya jumlah beras yang didapatkan adalah setengah dari jumlah padi setelah di panen. Hal ini mereka peroleh dari pengetahuan berupa terjadi penyusutan berat terhadap padi setelah dijemur dan pemisahan kulit padi dengan isinya. Setelah padi dijemur dan dirasakan sudah siap untuk diolah menjadi beras, biasanya petani mendapatkan hasil berupa I karung padi akan menjadi setengah karung beras. Jadi petani menyimpulkan bahwa hasil beras yang mereka dapat setelah panen diperkirakan lebih kurang setengah dari jumlah padi yang didapat.
Kebutuhan makan penduduk pada waktu itu, setiap 1 orang diperkirakan
membutuhkan beras sekitar 144 kg pertahunnya. Sedangkan jumlah produksi
beras pada waktu itu 50% dari 1792,5 ton padi adalah 896,25 ton beras. Jadi
kebutuhan penduduk secara keseluruhan pada waktu itu 144 Kg beras dikali 5614
jiwa dari penduduk adalah 808,4 ton beras pertahunnya. Sehingga pada waktu itu
terjadi kelebihan produksi sekitar 896,25 ton beras hasil panen setahun
dikurangkan 808,4 ton beras yang dibutuhkan dalam setahun adalah 89,85 ton
pertahun (Monografi Nagari Kamang Kecamatan Tilatang Kamang 1979, hal 23).
Dengan demikian para petani sangat merasakan keuntungan-keuntungan
dari perkembangan-perkembangan di bidang pertanian yang mereka lakukan pada
waktu itu. Sehingga semenjak itu hingga sekarang, para petani Nagari Kamang
Hilia mulai terbuka dan mau menggunakan teknologi yang berkembang dalam
bidang pertanian. Selain ingin mendapatkan hasil produksi yang lebih maksimal,
petani juga menyatakan bahwa perkembangan tersebut dapat membantu
perkembangan pengetahuan mereka dalam mengelola pertanian.
Disamping budidaya padi, petani juga mengembangkan tanaman coklat
(kakao) semenjak tahun 1990 yang luas arelanya saat ini sekitar 115 Ha tersebar
diseluruh Jorong Kamang Hilia. Menurut petani, tanaman ini juga dapat
meningkatkan perekonomian petani karena harganya yang cukup tinggi dipasaran.
Selanjutnya coklat, petani Kamang Hilia juga mencoba budidaya tanaman cabe.
Hingga sekarang, beberapa petani masih mempertahankan bididaya cabe. Pada
lahan konversi dari sawah menjadi ladang, tanaman cabe merupakan salah satu
Selain tanaman diatas, Nagari Kamang Hilia juga terkenal dengan tanaman
khasnya berupa Manggis Kamang dengan hasil produksinya permusim lebih
kurang 30 ton dari sekitar 800 batang yang tertanam pada lahan seluas 7,5 Ha.
Durian Kamang dengan hasil produksinya permusim lebih kurang 50 ton dari
sekitar 2000 batang yang tertanam pada lahan seluas 20 Ha. Khusus untuk durian,
apabila musim panennya tiba, banyak sekali masyarakat dari luar desa bahakan
luar kota yang datang ke daerah Kamang Hilia untuk mencicipi Durian Kamang.
Tidak heran jika harga durian pada musimnya melonjak naik dan harga tersebut
tidak mengurangi minat pelanggan karena rasa yang disuguhkan sangat
memuaskan.
Selanjutnya pada tahun 2009, program PNPM mengadakan pelatihan
budidaya Jamur Tiram pada kelompak wanita tani di Jorong Ladang Darek. Hasil
dari program tersebut telah memberikan keterampilan bagi petani wanita dalam
mengembangkan jamur tiram yang pemasarannya telah sampai keluar daerah
seperti Pekan Baru dan Batam.
Tabel 2.4. Jenis tanaman di Nagari Kamang Hilia pada Era Kemerdekaan Hingga Sekarang
No Nama lokal (minangkabau) Bahasa indonesia Bahasa latin
1 Padi Padi Oryza sativa
2 Durian Durian Durio zibethinus
3 Manggis Manggis Garcinia mangostana
4 Kapunduang Buah Menteng Baccaurea racemosa
5 Ambacang Kuwini Mangifera indica
6 Kapelo Ubi Kayu Manihot esculenta
7 Jaguang Jagung Zea mays
8 Medang Medang
9 Bangka Bakau Rhizophora
10 Bayua Bayur
11 Surian Surian Toona Sureni
12 Kopi Kopi Coffea canephora
13 Cangkeh Cengkeh Eugenia Aromatica
14 Siriah Sirih Piper betle
15 Coklat Coklat Theobroma Cacao
16 Jambu Jambu Air Syzygium Aqueum
17 Baweh Jambu Biji Psidium Guajava
18 Karambia Kelapa Cocos Nucifera
Sumber: Wawancara dengan warga dan hasil penelususan internet untuk bahasa latin
2.5. Sarana Prasarana di Nagari Kamang Hilia
Secara umum masyarakat yang tinggal di nagari kamang Hilia sudah
merasakan berbagai macam bentuk kemajuan teknologi sekarang ini. Dimulai dari
listrik yang sangat berperan penting dalam menunjang kegiatan masyarakat yang
ada di nagari ini. Tiap-tiap rumah yang ada telah menggunakan listrik sebagai
sumber tenaga alat-alat elektronik. Namun, tiap-tiap rumah memiliki kapasitas
berbeda dalam penggunaan listrik, tergantung kepada kemampuan masing-masing
anggota masyarakat untuk membayar jasa listrik tersebut.
Untuk informasi dan komunikasi, rata-rata rumah yang ada telah memiliki
Televisi dan telepon, baik itu telepon genggam maupun telepon rumah. Di nagari
dan Koto Panjang yang dikelola secara pribadi oleh pemilik sebagai salah satu
usaha mata pencarian. Selain itu, penggunaan perabotan rumah tangga yang
tergolong alat elektronik lainnya juga sudah dimiliki oleh tiap-tiap penduduk yang
tinggal di Kamang Hilia.
Sarana pendidikan juga bias dikatakan dalam keadaan baik dimana
terdapat sarana pendidikan sekolah umum berupa:
A. Taman Kanak-Kanak (TK)
Terdapat dua buah TK di nagari Kamang Hilir, yaitu TK Aisyiah Kamang
yang terletak di Jorong IV Kampuang dan TK Mekar dangau Baru di Jorong
dangau Baru. Rata-rata setiap tahunnya murid yang masuk kesekolah ini lebih
kurang sekitar 40 hingga 50 orang dengan jumlah guru 4 orang dari tiap-tiap
sekolah. Kondisi sekolah ini sangat baik karena fasilitas yang ada disekolah dalam
keadaan baik dan terus dikembangkan guna mengikuti standar pendidikan yang
berlaku di Negar Indonesia.
B. Sekolah Dasar (SD)
Terdapat lima buah SD di nagari Kamang Hilia yang akan dijelaskan lebih
jelas dalam bentuk table di bawah ini :
Tabel 2.5. Data Guru dan Murid SD di Nagari Kamang Hilia
No Nama SD Jumlah Guru Jumlah Murid Guru dan Murid Rasio
1 SD. Negeri 01 Tangah 14 213 1 : 15
2 SD. Negeri Hilia Lamo 9 89 1 : 10
3 SD. Negeri 06 Kamang Sari 10 93 1 : 9
4 SD. Negeri 17 Cegek 9 106 1 : 12
5 SD. Negeri 20 Tarok 8 44 1 : 6
Sumber : Ekspose Walinagari Kamang Hilir 2011
Dari table diatas terlihat bahwa perbandingan antara guru dan murid
menyelesaikan pendidikan di tingakat perguruan tinggi. Untuk sarana prasarana di
sekolah masih memerlukan pembenahan, seperti penambahan bangunan,
penambahan meja dan kursi belajar, koleksi buku-buku perpustakaan, sarana olah
raga, dan kelengkapan WC.
C. Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP)
Secara formalitas tingkat pendidikan SLTP yang ada di nagari Kamang
Hilia berupa Madrasah Tsanawiah Negeri Kamang (MTsN Kamang) yang terletak
di Jorong IV Kampuang. Cikal bakal MTsN Kamang adalah PGA Negeri 4 yang
didirikan pada tahun 1967 namun diubah oleh pemerintah pada tahun 1979
menjadi MTsN. Rata-rata setiap tahunnya jumlah murid yang masuk lebih kurang
sekitar 300 orang dengan jumlah tenaga pendidik sebanyak 34 orang. Secara
mtematis jumlah guru yang ada sudah memadai untuk menunjang proses belajar
mengajar di sekolah ini. Latar belakang pendidikan tenaga pengajar pun telah
memenuhi standar nasional sebagai tenaga pengajar. Dengan jumlah bangunan
kelas sebanyak 20 ruang menunjukan bahwa standar sekolah ini sudah sangat baik
mengikuti standar nasional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keadaan proses
belajar dan mengajar sudah berjalan sangat baik.
D. Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA)
Di Nagari kamang Hilia terdapat SMA Negeri 1 Kamang Magek yang
menampung murid-murid lulusan SLTP dan sederajatnya. SMA Negeri 1 Kamang
Magek terletak di Jorong Pintu Koto yang didirikan pada tahun 1999 dengan luas
area 11.465 m2, yang terdiri dari 2.679 m2 untuk bangunan, 1500 m2 halaman dan
taman, 660 m2 lapangan olah raga, dan 6.626 m2 untuk sarana lainnya. SMA
disamping ruangan-ruangan lainnya. Sarana olah raga telah memadai untuk
sekolah setingkat SMA. Setiap tahunnya rata-rata murid yang masuk sekitar 240
orang dengan jumlah pengajar sebanyak 34 orang yang telah memenuhi standar
sebagai tenaga pendidik.
Selain sarana pendidikan, sarana kesehatan juga berperan penting dalam
menunjang kehidupan masyarakat di suatu daerah, begitu pula Nagari Kamang
Hilia. Bagi masyarakat Kamang hilia sarana kesehatan yang ada telah dikatakan
cukup, walaupun Puskesmas induk terdapat di Nagari Magek. Di Nagari kamang
Hilia sendiri terdapat 2 Puskesmas pembantu yang terletak di Jorong Dangau Baru
dan Ladang darek, 1 Puskesri yang terletak di Jorong Nan VII, Posyandu yang
berada disetiap jorong Kamang Hilia, serta Praktek Bidan di jorong Joho. Kalau
dilihat dari penerimaan masyarakat terhadap sarana kesehatan yang ada,
masyarakat pun sangat antusias dalam menggunakan fasilitas dan memeriksa
kesehatan.
2.6. Organisasi dan Kelembagaan Nagari Kamang Hilia 2.6.1. Kelompok Usaha Masyarakat
Ada banyak sekali kelompok usaha masyarakat yang terdapat di Nagari