• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM NAGARI KAMANG HILIA 2.1. Identifikasi Nagari Kamang Hilia 2.1.2. Letak dan Akses Menuju Nagari Kamang Hilia - Kearifan Lokal Petani Dalam Pengelolaan Sawah Di Nagari Kamang Hilir Kecamatan Kamang Magek Kabupaten Agam Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM NAGARI KAMANG HILIA 2.1. Identifikasi Nagari Kamang Hilia 2.1.2. Letak dan Akses Menuju Nagari Kamang Hilia - Kearifan Lokal Petani Dalam Pengelolaan Sawah Di Nagari Kamang Hilir Kecamatan Kamang Magek Kabupaten Agam Sumatera Barat"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM NAGARI KAMANG HILIA

2.1. Identifikasi Nagari Kamang Hilia

2.1.2. Letak dan Akses Menuju Nagari Kamang Hilia

Nagarian Kamang Hilia terletak di Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten

Agam, Provinsi Sumatera Barat. Jarak Nagari Kamang Hilia dengan Ibukota

Kabupaten Agam yaitu Lubuk Basuang sepanjang 89 km, dengan jarak tempuk

lebih kurang dua jam perjalanan. Jarak Nagari Kamang Hilia dengan Ibukota

Provinsi Sumatera Barat sepanjang 99 km, dengan jarak tempuh sekitar lebih

kurang dua setenga jam.

Secara geografis Nagari Kamang Hilia mempunyai luas wilayah 16Km2

Nagari Kamang Hilia terletak pada ketinggian 850 dpl dengan suhu

berkisar antara 19-27

.

Ditinjau dari letak, pada bagian utara Nagari Kamang Hilia berbatasan dengan

Bukit Barisan sebagai batas dengan Kabupaten 50 kota. Pada bagian Barat

berbatasan dengan Nagari Kamang Mudiak Kecamatan Kamang Magek

Kabupaten Agam. Sebelah Timur Berbatasan dengan Nagari Salo Kecamatan

Baso Kabupaten Agam. Sedangkan selatan berbatasan dengan Nagari Magek

Kecamatan Kamang Magek Kabupaten Agam.

0

C dan kelembaban rata-rata 83%. Curah hujan Nagari

Kamang Hilia berkisar antara 2000-3000 mm. Nagari Kamang Hilia termasuk

beriklim sedang. Secara umum musim di Nagari Kamang Hilia adalah musim

hujan dan musim kemarau. Untuk musim hujan terjadi antara bulan September

(2)

BOX 2.1

Nilai Sejarah Pada Daerah Perbukitan di Nagari Kamang Hilia

Daerah perbukitan yang ada di Nagari Kamang memiliki nilai sejarah bagi masyarakat sekitar dan dijadikan tanda oleh orang-orang yang ingin masuk ke daerah ini, terutama bagi masyarakat Nagari Kamang hilia yang merantau ke luar daerah. Dimana pada lereng-lereng perbukitan tersebut memiliki ciri-ciri tersendiri yang tampak dengan jelas dan dijadikan tanda untuk mengetahui posisi nagari. Pada lereng Bukit Barisan terdapat tanda yang di beri

nama oleh masyarakat berupa Bukik

Gadang Guguak Rampisang yang terletak

di Jorong Guguak Rampisang, Bukik

Gadang Binu di Jorong Binu, Batu Bajak di

Jorong Solok, Bukik Panjang dan Bukik

Cegek yang terletak diantara Jorong Dalam Koto dengan Jorong Batu Baraguang, serta Gunuang Aru yang terletak di antara Jorong Batu Baraguang dan Jorong Bancah.

Sumber: Monografi Nagari Kamang Kecamatan Kamang Hilia tahun 1979 Namun perubahan alam yang terjadi sekarang ini akibat pemanasan global, musim

di Nagari Kamang Hilia menjadi tidak menentu. Lebih jelas akan diuraikan pada

bab mengenai Pnegetahuan Petani dalam Mengenali Musim di Nagari Kamang

Hilia.

Nagari Kamang Hilia memiliki

topografi yang beragam mulai dari datar 0-3%,

landai 3-4%, berombak 8-15%, bergelombang

15-25%, berbukit 25-45%, dan terjal >45%.

Wilayah datar dengan kemiringan 0-3% dan

wilayah landai dengan kemiringan 3-8%, pada

umumnya terletak pada bagian tengah. Untuk

wilayah berombak dengan kemiringan 8-15%,

wilayah bergelombang dengan kemiringan

15-25%, wilayah berbukit dengan kemiringan

25-45%, dan wilayah dengan kemiringan >45%

terletak pada bagian barat dan timur Nagari

Kamang Hilia.

Untuk mencapai Nagari Kamang Hilir hanya dapat menggunakan jalur

perhubungan darat. Ada beberapa jalur untuk dapat masuk ke Nagari Kamang

Hilia, yaitu melewati Nagari Magek, Kamang Mudiak, dan Salo. Akses melalui

Nagari Magek merupakan jalur selatan. Melalui akses inilah dapat dilihat tanda

dari perbukitan Bukit Barisan berupa Batu Bajak dan Gunuang Aru.

Setelah masuk ke wilayah Nagari Kamang Hilia yang akan dijumpai

(3)

Magek yaitu Pakan Salasa. Pakan

Salasa masuk ke dalam wilayah

Jorong Pintu Koto. Selepas pasar

rakyat tersebut akan ditemukan

simpang empat yang

ditengah-tengahnya terdapat tugu pejuang pada

Perang Kamang yang bernama

Simpang Pintu Koto/ Simpang Tugu

Angkasa. Jika berbelok ke kanan,

jalan tersebut akan mengarah ke

Jorong Nan VII. Disepanjang jalan

kita akan melihat beberapa kelompok

areal perumahan dan areal

persawahan. Jika berbelok kearah

kiri, maka akan masuk ke Jorong

Joho, dimana Jorong Joho merupakan

salah satu jorong yang memiliki areal

sawah terluas di Nagari Kamang.

Apabila mengambil jalan lurus dari

simpang tugu tadi, maka akan

memasuki Jorong IV Kampuang.

Akses melalui Nagari Kamang

Mudiak merupakan jalur barat, dimana dapat dilihat dari tanda perbukitan yaitu

bukik panjang dan bukik cegek. Daerah Nagari Kamang Hilia yang pertama BOX 2.2

Jembatan di Nagari Kamang Hilia

Jalan-jalan desa yang ada di nagari sepanjang 12,5 Km, 75 % diantaranya telah diperkeras dengan bantuan BangDes semenjak 1975, sedang 25 % lagi masih tanah. Sisanya yang 26 % itu direncanakan akan diperkeras dengan BangDes 1979/1980 yang akan diterima.

Jembatan-jembatan yang terdapat di Nagari Kamang Hilia, yaitu :

-Jembatan Koto Panjang dari simpang Koto Panjang

menuju Pekan Sinayan, jembatan semi permanen, tiang dari beton, leger dari besi, lantai papan arikir, dibangun oleh Pemerintah Tingkat II Agam.

-Jembatan di Koto Panjang yang terletak dekat

simpang Koto Panjang yang menuju ke Pudung pada jalan desa, bangunan permanen.

-Jembatan Dalam Koto terletak pada jalan desa

Dalam Koto menuju Batu Balasiong, bangunannya permanen.

-Jembatan Joho terletak pada jalan kelas IV di Joho,

dibangun dengan Inpres Dati II Agam.

-Jembatan Tanah Panyurek, dahulunya sebuah

jembatan darurat dari batang kelapa sebagai legernya, lantainya dari bambu, yang sekarang telah diganti dengan jembatan permanen.

-Jembatan solok, penting bagi penduduk Solok,

satu-satunya jalan keluar bagi mereka, begitu pun untuk membawa hasil kerajinan mobiler dari Solok.

-Jembatan Guguk Rang Pisang, hanya dapat dilalui

oleh kendaraan ukuran Jeep. Jembatan ini satu-satunya pula hubungan keluar bagi penduduk kampung Guguk Rang Pisang.

-Jembatan Binu, dibangun oleh penduduk kampung

Binu dengan leger batang kelapa dan lantai bamboo beranyam, satu-satunya pula jalan keluar bagi pnduduk kampung Binu.

-Jembatan Ladang Panjang, termasuk kampong Binu

merupakan satu titisan yang semenjak dahulu sampai sekarang berlegerkan batang bambu, lantai bamboo anyaman dan tiang pondasinya tanah.

-Jembatan Bancah menuju Bungo Tanjung, dibangun

dengan BangDes 1966/1977.

-Jembatan Rawang dibangun dengan BangDes

(4)

dijumpai adalah Jorong Koto Panjang. Ketika kita memasuki Jorong Koto panjang

akan ditemukan jembatan penghubung untuk masuk ke Nagari Kamang Hilia.

Selanjutnya akan ditemui persimpangan yang bernama Simpang Koto Panjang.

Dari simpang ini, diambil jalur jalan lurus untuk memasuki wilayah Nagari

Kamang lainnya yaitu Jorong Dangau Baru. Di Jorong dangau Baru ini terdapat

Kantor Kecamatan kamang Magek.Apabila melewati jalur timur yaitu melewati

Nagari Salo maka daerah Kamang Hilir yang pertama dimasuki adalah Jorong

Nan VII dengan tanda dari perbukitan berupa Bukik Gadang Guguak Rampisang.

Untuk sebelah timur langsung dibatasi oleh perbukitan yaitu Bukit Barisan. Dari

semua akses jalan tersebut sudah beraspal dan dalam kondisi yang bisa dikatakan

baik, karena tidak ada ditemukan jalan yang berlobang-lobang. jarak pengguna

jasa antara 1000-5000 rupiah.Dinagari Kamang Hilia didapati jalan kelas IV

sepanjang 6,9 Km. Dimulai dari batas Salo melalui Nan VII, Pintu Koto, Joho,

Dangau Baru, Koto Panjang sampai ke batas Kamang Mudik, dari Simpang koto

Panjang ke batas Magek, dari simpang Pintu Koto ke batas magek atau Pekan

Selasa dan simpang Pintu Koto ke Tanah Panyurek. Jalan ini selain yang dari

Simpang Pintu koto ke Tanah Panyurek semua telah di aspal. Jalan setapak yang

menghubungkan kampung dengan kampung kecil dan kampung lainnya akan

diusahakan perbaikan secara bertahap. Selain jalan-jalan yang diuraikan diatas,

terdapat juga beberapa jembatan sebagai penghubung dari satu daerah ke daerah

lainnya.

Untuk memasuki Nagari Kamang Hilia bisa menggunakan kendaraan

pribadi maupun jasa angkutaan umum. Nagari Kamang Hilia memiliki jasa

(5)

pangkalan resmi karena dilakukan oleh beberapa anggota masyarakat secara

pribadi untuk pekerjaan tambahan. Biasa tukang ojek menunggu pengguna jasa

berada disimpang Tugu Angkasa yang terletak di Jorong Pintu Koto. Namun pada

hari selasa dan jum’at para tukang ojek membuka pangkalan ojeknya didepan

pasar rakyat yang ada di Nagari Kamang Hilia. Trayek ojek biasanya hanya

disekitar Nagari Kamang Hilia, namun ada beberapa pengguna jasa ojek yang

mencater ojek menuju daerah diluar Kecamatan Kamang magek. Tarif untuk

menggunakan jasa ojek tergantung hasil negoisasi antara tukang ojek dengan

pengguna jasa yang berpatok pada jauhnya tujuan si pengguna jasa.

Terdapat 2 (dua) kelompok jasa

angkutan angkot yang bisa digunakan untuk

mencapai Nagari Kamang Hilia, berupa Po.01

dan Po.02. Kedua kelompok angkot ini memiliki

pangkalan di Pasa Dama Mandiangin

Bukittinggi20

20Untuk tempat pangkalan angkot ini, sebagian masyarakat ada yang mengenal dengan Pasa

Bawah Bukittinggi, karena letaknya berdampingan dengan Pasa Bawah.

. Kedua kelompok angkot ini

memiliki jalur yang berbeda menuju Nagari

Kamang Hilia. Angkot Po.02 merupakan jasa

angkutan umum yang jalur akhirnya langsung

menuju Nagari Kamang Hilia. Jalur yang

ditempuh angkot Po.02 dimulai dari pangkalan

menuju Simpang Tanjuang Alam, lalu melewati

Nagari kapau, Nagari Magek, terakhir masuk ke

Nagari Kamang Hilia yaitu Jorong Pintu Koto

BOX 2.3

Jalur Angkot Menuju Nagari Kamang Hilia

Untuk kedua jalur ini masyarakat sekitar

member nama jalur katapiang dan kubang

putiah sesuai dengan daerah yang dituju.

Jalur katapiang memiliki jalur dari

simpang Tugu Angkasa Jorong Pintu koto

berbelok ke kanan dan akan melewati

daerah-daerah yang terletak di Jorong

Nan VII berupa Padang Sawah, Kabunalah, Katapiang dan diakhiri di

Rumah Tinggi yang terletak di Jorong

Koto kaciak.

Untuak Jalur kubang putiah memiliki

jalur dari simpang Tugu Angkasa Jorong

Pintu Koto lurus dan akan melewati

daerah-daerah Jorong Pintu Koto berupa

galanggang dan Dalam Simpang. Kemudian memasuki Ampang dan Kubang

Putiah yang terletak di Jorong V

Kampuang. Dari Simpang Kubang Putiah,

(6)

dan begitu pula sebaliknya. Setelah memasuki Nagari Kamang Hilia, angkot

memiliki 2 jalur untuk mengantarkan pengguna jasa. Tarif menggunakan angkot

Po.02 tergantung kepada tergantung kepada daerah tujuan pengguna jasa. Tarifnya

berkisar antara 1000-5000 rupiah. Untuk ke nagari kamang Hilia yaitu Jorong

Koto Panjang. Tarif yang dikenakan kepada pengguna jasa sebesar 4000 rupiah.

Untuk angkot Po.01, memiliki jalur dari pangkalan menuju daerah Batas

Kota, lalu masuk ke kecamatan Tilatang Kamang, diteruskan ke Nagari Magek

dan masuk ke Nagari Kamang Hilia yaitu Jorong Koto Panjang. Angkot Po.01

selanjutnya terus melakukan jalurnya ke daerah Pakan Sinayan Kecamatan

kamang Mudiak dan begitu sebaliknya. Tarif menggunakan angkot Po.01

tergantung kepada daerah tujuan pengguna jasa. Tarifnya berkisar antara

1000-5000 rupiah. Untuk ke nagari kamang Hilia yaitu Jorong Koto Panjang. Tarif

yang dikenakan kepada pengguna jasa sebesar 4000 rupiah.

2.1.2. Sejarah Lokasi Penelitian A. Zaman Nenek Moyang

Terdapat beberapa versi yang menceritakan terbentuknya Nagari Kamang

Hilia. Pada Expose Nagari Kamang Hilia (2011) menuliskan bahwa sejarah

keberadaan Nagari Kamang Hilia berdasarkan tambo (riwayat), dahulunya

bernama Kamang saja. Asal usul dari nama Kamang ini pun tidak ditemukan

sumber yang bisa dijadikan sebagai pedoman pasti. Sebagian besar peneliti yang

melakukan penelitian berkesimpulan bahwa nama kamang diambil dari pohon

(7)

Beberapa penduduk yang dipilih sebagai informan dalam penelitian ini

menyatakan bahwa asal usul dari nama Nagari kamang ini berasal dari nama kayu

kamang. Para informan ini mendapatkan informasi tersebut dari cerita rakyat yang

berkembang secara turun temurun di Nagari Kamang Hilia. Seperti yang

diutarakan oleh salah seorang informan bernama Ibuk Nian21

Kecek urang-urang wak sisuak, dinagari wak ko banyak batang kayu gadang. Ndek urang sisuak batang kayu ko diagiahnyo namo kayu kamang. Baa kok kamang namo batang kayu ko ndak lo tau nyiak aki doh. Ndek nyiak aki, ndak lo jaleh baa bantuak batang kayu ko doh, cuma dari carito-carito tu kayunyo gadang, taduah ndek rimbun. Ndek banyak batang kayu ko mangkonyo diagiah urang tu namo nagari wak ko kamang” (“kata orang dulu, di nagari kita ini banyak batang kayu besar. Kakek tidak mengetahui dengan pasti kenapa kayu tersebut mereka beri nama kamang. Kakek pun tidak mengetahui seperti apa bentuk kayu ini, tetapi dari cerita-cerita tersebut kayunya besar, teduh karena rimbun. Karna begitu banyaknya kayu tersebut, orang dahulu member nama nagiri kita

ini kamang. pen).

, berupa :

Pada buku Monografi Nagari

Kamang (1979) menuliskan bahwa

21 Ibuk Nian (52 tahun) tinggal di jorong Pintu Koto.

BOX 2.4

Sejarah Nagari Kamang

Menurut silsilah asal-usul Nagari Kamang, setelah selesai beristirahat, rombongan kembali melanjutkan perjalanan meninggalkan Bukit Kubungan Tigo Baleh, menyelusuri pinggiran sungai terus ke arah barat. Siang menjelang senja mereka tiba pula di sebuah tempat berbatu-batu yang sebagian besar menjulang tinggi. Beberapa orang lelaki lalu naik ke puncak batu itu, memperhatikan tempat yang baik untuk bermalam. (nama Batu Menjulang itu, kemudian disebut Batu Bajolang yang hingga sekarang belum berubah). Setelah menerima petunjuk dari pimpinan rombongan, mereka segera menuju ke sebuah dataran tinggi dimana tumbuh sebatang kayu besar bagaikan gobah (gobah artinya tinggi dan paling tinggi dari yang lain).

(8)

masyarakat Kamang berasal dari Nagari Minangkabau. Nagari Minangkabau ini

sekarang dikenal dengan Kabupaten Tanah datar yang berada di provinsi

Sumatera Barat (Monografi Nagari Kamang, hal 5). Sejarah terbentuknya Nagari

Kamang yang tertulis pada Expose Nagari Kamang Hilia (1979) yaitu kira-kira

pada abad ke XIV oleh urang ampek suku22. Masing-masing suku23 dipimpin oleh

1 orang niniak24

Setelah nenek moyang Nagari Kamang membentuk/membuka Nagari

Kamang, maka mereka mulai menyusun kepemerintahan yang berdasarkan

kekeluargaan dan adat istiadat. Kepemerintahan saat itu yang berlaku adalah

pemerintahan adat. Struktur dalam kepemerintahan adat ini terdiri dari Pengulu

sebagai kepala adat dan Dubalang sebagai menjaga keamanan nagari. Untuk

mengatur yang berkaitan dengan harta pusaka diserahkan kepada kaum ibu

dengan membentuk organisasi Bundo Kanduang. Pemberian wewenang dalam

mengurus harta pusaka kepada kaum ibu disebabkan oleh sistim kekerabatan di

Minangkabau. Dimana Minangkabau menganut sistim kekerabatan matrilineal,

dimana harta pusaka jatuh kepada pihak wanita. Sebagai badan Legislatif,

dibentuk sebuah organisasi adai berupa Kerapatan Adat nagari (KAN). Setiap

anggota masyarakat berhak menjadi anggota dari kepemerintahan yang dipilih

secara bersama-sama melalui musyawarah. Dari pemerintahan adat ini lah nenek dari tiap-tiap suku adat tersebut. Cerita mengenai sejarah

terbentuknya Nagari kamang Hilia yang dikutip secra ringkas dari Monografi

Nagari Kamang (1979) akan di cantumkan pada lampiran.

22 Mengenai penjelasan urang ampek suku akan dijelaskan pada Sub Bab Keadaan Penduduk,

bagian Kependudukan.

23 Bagi masyarakat Minangkabau, marga disebut dengan suku.

(9)

moyang membagi-bagi wilayah menjadi beberapa nagari (desa) dan jorong25

B. Zaman Penjajahan (dusun).

Menurut Monografi Nagari Kamang Hilia (1979), sekitar tahun 1638-1800

VOC mulai menjelajahi daerah Minangkabau. Namun ketika itu VOC tidak

mencampuri sistim kepemerintahan adat. VOC hanya berupaya untuk mengeruk

segala sumberdaya alam yang ada di daerah Minangkabau termasuk Nagari

Kamang. Sehingga terjadilah pergolakan-pergolakan yang dilakukan untuk

mengusir VOC dari Nagari Kamang. Keadaan Nagari Kamang Hilia pada masa

ini sudah mulai terorganisir dengan baik dimana sudah dibentuknya lokasi-lokasi

perumahan, lahan-lahan pertanian, sarana ibadah berupa masjid/surau dan

balai-balai untuk kepentingan masyarakat.

Untuk batas-batas wilayah ditandai

oleh pohon-pohon aua (bambu) yang

banyak tumbuh didaerah ini sehingga,

Nagari Kamang mendapat nama lain atau

julukan berupa Nagari Aua Parumahan.

Pada tahun 1833, Pemerintahan Belanda

mengeluarkan kebijakan merubah

Pemerintahan Adat Menjadi Pemerintahan

Nagari.

25Jorong dalam kepemerintahan setara dengan dusun. Kata jorong digunakan oleh penduduk

Nagari Kamang Hilia merupakan realisasi dari Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 31 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari yang biasa dikenal dengan istilah “Babaliak ka

Nagari”. Sehingga Pemerintahan Nagari memiliki kebijakan dalam menggunakan itilah jorong

untuk dusun.

BOX 2.5 Kebijakan Belanda Terhadap Pemerintahan Nagarei

Kamang Tahun 1833

Pemerintahan Hindia Belanda yang dipimpin oleh H.W. Daendels

mengeluarkan “Verbod tegen’t vorderen

van heerendiensten voor private doeleinden”. Maksudnya adalah kepala adat dijamin oleh Negara, agar anak-anak buahnya tidak dicaplok lagi untuk bekerja dengan kekerasan karena kepentingan pribadi, namun untuk kepentingan kolonial. Maka pada waktu itu ditunjuklah seorang pemimpin yaitu

Kepala laras (Tuanku Lareh) sebagai

kepala rakyat teringgi. Tuanku Lareh ini

diangkat dan digaji oleh Belanda dalam menjalankan tugasnya. Untuk membantu tugas-tugas yang diberikan

Belanda, Tuanku lareh mengangkat

seorang Pengulu Kepala untuk mengkoordinir masing-masing

kampong. Untuk tiap-tiap Jorong yang

(10)

Kemudian Belanda menjalankan usaha dalam menjajah Nagari Kamang

melalui kepala-kepala adat yang ditunjuk oleh Belanda dalam memimpin

Pemerintah Nagari. Wilayah daerah ini terdiri dari 4 Nagari, yaitu Nagari

Kamang, Nagari Bukik, Nagari Suayan, dan Nagari Simalantiak. Masuknya

kolonial Belanda ke Nagari Kamang merubah berbagai aspek di daerah ini. Hal

ini membuat masyarakat merasa tidak nyaman dan melakukan berbagai bentuk

pemberontakan.

Masyarakat membentuk sebuah rencana untuk menentang penjajah

sehingga terjadilah sebuah pemberontakan Clash ke I pada tahun 1908 yang diberi

nama Parang Kamang. Dengan kekuatan yang dimiliki oleh Belanda, sekitar

tahun 1915 nama Nagari Kamang ini ditetapkan oleh Belanda menjadi Nagari

Aua Parumahan yang terdiri dari 7 jorong (dusun), yaitu Kampuang Balai

Panjang,Kampuang Kubang, Kampuang Rumah Tinggi, Kampuang Bawah

Surian, Kampuang Tanjuang Mangkudu, Kampuang Pasia, dan Kampuang

Taluak. Pemerintahan pun dipimpin dan dikendalikan oleh Belanda dengan sistim

mereka sendiri. Keadaan ini bertahan hingga Indonesia merdeka.

Pada saat Indonesi merdeka, oleh Badan Kerapatan Nagari disepakati

bahwa Nagari Aua Parumahan dikembalikan menjadi Nagari Kamang. Akhirnya

pada Clash ke II tahun 1949, yaitu sewaktu perang kemerdekaan kembali

berkecambuk dengan Belanda, dimana Kamang termasuk basis utama para

pejuang, maka di antara tokoh-tokoh masa itu antara lain Saibi St. Lembang

Alam, Ak Dt gunung Hijau, Patih A, Muin Dt. Rky Marajo, dalam satu rapat yang

diadakan di Anak air Dalam Koto Kamang, sepakat untuk menambah Hilia

(11)

C. Zaman Kemerdekaan hingga Sekarang

Pada saat Indonesi merdeka, Badan Kerapatan Nagari menyepakati bahwa

Nagari Aua Parumahan dikembalikan menjadi Nagari Kamang. Akhirnya pada

Clash ke II tahun 1949, yaitu sewaktu perang kemerdekaan kembali berkecambuk

dengan Belanda, dimana Kamang termasuk basis utama para pejuang, maka di

antara tokoh-tokoh masa itu antara lain Saibi St. Lembang Alam, Ak Dt gunung

Hijau, Patih A, Muin Dt. Rky Marajo, dalam satu rapat yang diadakan di Anak air

Dalam Koto Kamang, sepakat untuk menambah Hilia dibelakang nama Kamang,

sehingga lengkapnya menjadi Kamang Hilia. Selanjutnya dengan berlakunya

Undang-Undang No.5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, yang

memberlakukan kesamaan sistem Pemerintahan Desa di seluruh Indonesia. Sistem

Pemerintahan Nagari dihapus dan diganti dengan Pemerintahan Desa. Maka

Nagari Kamang Hilir dipecah lagi menjadi 17 desa yang merupakan peningkatan

status jorong yang ada.

Pada tahun 1990, berdasarkan Instruksi Gubernur Sumatera Barat tahun

1988, tentang Penataan kembali Wilayah Daminstrasi Pemerintahan Desa di

Provinsi Sumatera Barat, maka desa yang 17 buah tadi disederhanakan menjadi 6

desa. Selanjutnya melalui Penataan Desa tahap 4, ke 6 desa yang ada

disederhanakan lagi menjadi 3 desa yaitu Desa Kamang Barat, Desa Kamang

Tengah, dan Desa Kamang Timur.

Pada era Reformasi telah melahirkan Undang-Undang No.22 tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah, yang disusul dengan lahirnya Peraturan Daerah

Provinsi Sumatera Barat No.9 tahun 2000 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan

(12)

terbentuk. Dengan diberlakukannya aturan ini, maka ke 3 desa tadi, digabung

kembali ke pemerintahan Nagari Kamang Hilia dengan jumlah jorong sebanyak

17 buah. Hingga sekarang system pemerintahan ini berlaku di daerah ini, dimana

Kamang Hilir merupakan Kenagarian di bawah naungan Kecamatan Kamang

Magek Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat.

Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah No.72 tahun 2005 tentang

desa, yang kemudian disikapi oleh Pemerintah Kabupaten Agam dengan

melahirkan Peraturan Daerah Agam No.12 tahun 2007 tentang Pemerintahan

Nagari ini lah yang menjadi dasar hokum pelaksanaan Pemerintahan Nagari di

Kabupaten Agam termasuk Nagari Kamang Hilir. Nagari Kamang Hilir dipimpin

oleh Wali Nagari beserta perangkat nagari lainnya yang dibantu oleh BAMUS

(Badan Musyawarah) Nagari yang berfungsi sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Nagari.

2.1.3. Keadaan Penduduk Nagari Kamang Hilia A. Kependudukan

Secara keseluruhan penduduk Nagari Kamang Hilia berdasarkan hasil

pendataan oleh Tim Pendata Nagari berjumlah 5.198 jiwa dengan 1470 Kepala

Keluarga yang tersebar tidak merata di seluruh wilayah nagari. Dari Jumlah

penduduk di atas, penduduk perempuan terdapat 2627 jiwa (50.53 %) dan

penduduk laki-laki berjumlah 2571 jiwa (49.46 %).

(13)

Tabel 2.1. Data Jumlah Penduduk Nagari Kamang Hilia

No Jorong Jumlah Penduduk Total

Laki-Laki Persentase Perempuan Persentase Jumlah Persentase

1 Jorong Koto Panjang 213 8.28% 221 8.41% 434 8.34%

2 Jorong Dalam Koto 318 12.36% 327 12.24% 645 12.40%

3 Jorong Dangau Baru 134 5.21% 134 5.10% 268 5.15%

4 Jorong Batu Baraguang 144 5.60% 139 5.29% 283 5.44%

5 Jorong Solok 121 4.70% 118 4.49% 239 4.59%

6 Jorong Bancah 131 5.09% 130 4.94% 361 6.94%

7 Jorong IV Kampuang 230 8.94% 232 8.83% 462 8.88%

8 Jorong V Kampuang 131 5.09% 136 5.17% 267 5.13%

9 Jorong Koto Nan Gadang 90 3.50% 96 3.65% 186 3.57%

10 Jorong Binu 38 1.47% 34 1.29% 72 1.38%

11 Jorong Balai Panjang 75 2.91% 79 3.00% 154 2.96%

12 Jorong Guguak Rangpisang 93 3.61% 108 4.11% 201 3.86%

13 Jorong Koto Kaciak 83 3.22% 92 3.50% 175 3.36%

14 Jorong Koto Nan VII 241 9.37% 225 9.70% 466 8.96%

15 Jorong Pintu Koto 234 9.10% 261 9.93% 495 9.52%

16 Jorong Ladang Darek 184 7.15 % 189 7.19% 373 7.17%

17 Jorong Joho 111 4.31% 106 4.03% 217 4.17%

Sumber : Ekspose Walinagari Kamang Hilir 2011

Salah satu ciri penduduk Nagari Kamang Hilia yang juga menjadi

kebiasaan masyarakat Minangkabau adalah merantau. Penduduk Nagari kamang

hilia yang merantau lebih didominasi oleh penduduk laki-laki yang berusia sekitar

18-45 tahun. Para perantau tersebut merantau ke beberapa daerah di Indonesia

seperti Pekan Baru, Jakarta, Medan, dan kota-kota lainnya. Sebagian ada juga

(14)

B. Mata Pencarian

Nagari Kamang Hilia secara menyeluruh mempunyai potensi untuk

pengembangan pertumbuhan ekonomi di bidang pertanian, peternakan, perikanan,

industri perabot, maupun industri rumah tangga lainnya. Namun tidak semua

bidang diatas berkembang dengan baik karena kurang dalam sistim pengelolaan

dan keterbatasan modal. Hampir semua masyarakat Nagari Kamang Hilia

menggantungkan perekonomiannya dibidang pertanian. Sekitar 90% masyarakat

yang tinggal di Nagari Kamang Hilia menjadikan pertanian sebagai mata

pencarian utama. Sisanya bergerak di bidang lainnya berupa PNS, berdagang,

industri rumah tangga, peternakan, dan perikanan. Namun hampir semua

masyarakat yang berprofesi sebagai PNS, pedagang, industri rumah tangga,

peternakan, dan perikan juga berprofesi sebagai petani.

Seperti yang diutarakan oleh Bapak Syaiful26

Manjadi guru bisa mamanuahi kabutuhan hiduak ambo jo keluarga. Tapi manjadi petani sapulang sakola, yo bana manolong ambo dalam mamanuahi kebutuhan keluarga. Ambo ndak paralu mambali bareh ndek hasia panen sawah ambo mancukupi dan kadang lai jo balabiah. Labiahnyo tu biko ambo jua untuk bisa mamanuahi kebutuhan lainnyo”, (“menjadi seorang guru dapat memenuhi kebutuhan hidup saya beserta keluarga. Namun menjadi seorang petani setelahnya, sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Saya tidak perlu lagi membeli beras karena hasil panen saya setiap musimnya dapat memenuhinya dan bahkan berlebih. Kelebihan dari hasil panen tersebut juga dijual untuk membantu memenuhi kebutuhan lainnya”, pen).

menyatakan bahwa menjadi

seorang petani sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan ekonomi sekarang

ini. Bahkan sawah beliau menjadi salah satu sawah percontohan untuk

menggunkan bibit yang disediakan oleh pemerintah dalam program pembangunan

pertanian Kabupaten Agam. Seperti yang beliau utarakan berupa :

26 Bapak Syaiful (52 tahun) merupakan salah seorang informan yang berprofesi sebagai petani

(15)

Pertanian merupakan mata pencarian utama masyarakat kamang Hilia

dengan luas lahan mencapai 354 Ha. Jenis tanaman yang paling utama dibidang

pertanian adalah Padi. Nagari Kamang Hilia merupakan penghasil beras dengan

mayoritas padi unggul local (98%). Varietas tersebut terdiri dari Padi Kuriak

Kusuik (60%) dan Padi Putiah (40%). Kedua varitas padi tersebut memiliki

keunggulan hasil produktivitas yang tinggi dan kwalitasnya juga sangat kompetitif

dipasaran. Pada saat ini, harga kedua varietas padi tersebut menduduki harga

tertinggi dipasar mereka.

Disamping budidaya padi, Petani Kamang Hilia juga membudidayakan

tanaman Cokelat (kakau) yang luas areal lahannya sekitar 115 Ha. Tanaman ini

juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat karena harganya cukup tinggi

dan pemasaran yang tidak begitu sulit. Namun akhir-akhir ini tanaman kakao

mengalami penurunan yang dikarenakan serangan hama seperti cendawan. Hama

ini menyebabkan buah cepat busuk, sehingga terjadi penurunan dari segi kwalitas

maupun kwantitas. Beberapa tanaman lainnya seperti jagung, kacang tanah, cabe,

ubi kayu dan ubi jalar, serta tanaman BIOFARMAKA (obata-obatan/bumbu

dapur) juga mereka bududayakan walaupun tidak dalam jumlah areal yang luas.

Untuk sektor petenakan, hewan ternak yang diminati adalah jenis

kambing, sapi, kerbau, ayam buras, ayam pedaging, itik, dan kelinci.

Pemerintahan Nagari Kamang Hilia memberi perhatian besar terhadap sector

perternakan ini, karena terdapat peluang yang besar untuk perkembangannya serta

ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai. Bagi peternak di Nagari

Kamang Magek mengaitkan usaha ternak mereka untuk pertanian, dimana hasil

(16)

berbagai tanaman yang dikembangkan pada lahan-lahan pertanian yang dimiliki.

Pupuk tersebut tidak hanya digunakan untuk kebutuhan lahan pertanian sendiri,

namun juga diperdagangkan kepada petani-petani lain yang tidak memiliki usaha

ternak.

Berbeda halnya dengan sektor perikanan yang tidak begitu banyak. Di

Nagari Kamang Hilia terdapat beberapa kolam yang dimiliki oleh perorangan

dengan budidaya yang tidak begitu besar. Terdapat kolam-kolam ikan seluas 20

Ha yang tersebar di tanah-tanah penduduk yang memilikinya. Terdapat usaha

pembibitan lele jumbo di Jorong IV Kampuang dengan tingkat produksi yang

masih kecil. Ada juga beberapa petani padi sawah yang mencoba memaksimalkan

lahan sawah pada saat berair untuk mengembangkan bibit ikan. Selain kolam dan

sawah, terdapat juga ikan-ikan sungai yang terkadang juga diambil oleh penduduk

sekitar. Untuk ikan sungai, di Nagari ini tidak memiliki aturan kepemilikan,

dengan artian siapa saja boleh mengambil dengan catatan harus menjaga lokasi

sungai tersebut dari pencemaran saat mengambil ikan-ikan yang ada didalamnya.

Di Nagari Kamang Hilia, jenis industri rumah tangga lebih terarah kepada

makanan dan batukang (usaha perabot). Jenis makanan yang diolah berupa

kerupuk yang lebih dikenal dengan sebutan karupuak Kamang (|Kerupuk

Kamang). Industri ini umumnya dijalankan oleh ibu-ibu rumah tangga. Prospek

usaha ini cukup baik yang produsennya tersebar diseluruh jorong yang ada di

Nagari Kamang Hilia. Selain itu, para ibu rumah tangga juga memiliki usaha

lainnya sebagai penjahit dan penyulam, namun usaha ini tidak begitu

(17)

Sedangkan industri Tukang (Industri perabot) di Nagari Kamang Hilia bisa

dikatakan salah satu urat nadi bagi perekonomian daerah ini. Namun dalam jangka

5 tahun terakhir, industri perabot mengalami kemunduran yang dapat dilihat dari

banyaknya bengkel-bengkel perabot yang tutup. Hanya pemilik modal yang besar

tetap bertahan hingga sekarang. Hal ini disebabkan karena sulitnya mendapat

bahan baku. Untuk mengatasi permasalahan ini, pemerintah setempat telah

membentuk suatu Asosiasi Pengrajin Perabot Kamang Hilir. Namun Asosiasi

tersebut tidak berjalan dengan baik dan kemunduran disektor ini tetap berlanjut.

Nagari Kamang Hilia

memiliki pasar sarikat 2 nagari,

yaitu nagari kamang hilia dan

Nagari Magek yang berada pada

satu wilayah pemerintahan

Kecamatan Kamang Magek.

Pasar rakyat tersebut dinamakan

pakan salasa yang dibuka hanya

2 kali dalam seminggu, yaitu

pada hari selasa dan jumat. Aktifitas pasar berlangsung pada petang hari, dimana

hal ini menjadi salah satu daya tarik karena merupakan satu-satunya pasar yang

memulai aktifitas perdagangannya pada petang hari di daerah Kabupaten Agam.

Jenis perdagangan pada pasar ini berupa perdagangan tradisional yang

didominasi oleh barang-barang primer berupa kebutuhan pokok sehari-hari. Selain

itu, penduduk menjual hasil ladang dan sawahnya di pasar rakyat ini. Dengan

harga relatif lebih murah dibandingkan dengan harga yang ada dipasar bukittinggi. BOX 2.6

Kondisi Pasar tradisional di Nagari Kamang Hilia

Pada saat ini keadaan Pakan Salasa telah jauh berubah dan berkembang fasilitas perniagaan didalamnya. Pakan Salasa berbentuk segi empat dengan luas lebih kurang 48m x 48m yang memiliki 144 petak bangunan took permanen dengan kondisi yang sangat baik.

(18)

Selain hasil ladang dan sawah penduduknya juga menjual hasil kerajinan yang

mereka buat melalui industri rumah tangga/ringan.

C. Etnis dan Agama

tiap-tiap suku terdiri

dari anak suku yang

tersebar di seluruh

jorong (dusun).

Berkembangnya

jumlah suku di atas,

disebabkan oleh

perkembangan jumlah penduduk, dimana penghulu atau ninik mama dari 4

(empat) pesukuan induk yang ada tidak mampu lagi mengayomi anak

kemenakannya. Atas kesepakatan dari anggota kaum serta penghulu pesukuan itu,

maka diperbuatlah suatu keputusan bahwa akan dibangun pesukuan baru, BOX 2.7

Suku-suku Pada Masyarakat Nagari Kamang Hilia

4 (empat) pasukuan induk beserta anak-anak sukunya adalah:

a.Suku Sikumbang, terbagi atas:

- Pasukuan Sikumbang Gadang dipimpin oleh Datuak Rajo

Pangulu

- Pasukuan Sikumbang Mansiang dipimpin oleh Datuak Marajo

- Pasukuan Tali Kincia dipimpin oleh Datuak Rajo Sikumbang.

b.Suku Jambak, terbagi atas:

- Pasukuan Jambak Pasia dipimpin oleh Datuak Tumangindo

- Pasukuan Jambak Kubang dipimpin oleh Datuak Palimo

- Pasukuan Jambak Puhun dipimpin oleh Datuak Rajo Enda

- Pasukuan Jambak Kutianyia dipimpin oleh Datuak Nan Basa

- Pasukuan Jambak Tangkamang dipimpin oleh Datuak Tan

Marajo

- Pasukuan Jambak Tanjuang Mangkudu dipimpin oleh Datuak

Bunsu

- Pasukuan Jambak Ujuang Tanjuang dipimpin oleh Datuak

Bajangguk

c.Suku Koto, terbagi atas:

- Pasukuan Koto Sariak dipimpin oleh Datuak Majoindo

- Pasukuan Koto Rumah Tinggi dipimpin oleh Datuak Tuo

- Pasukuan Koto Rumah Gadang dipimpin oleh Datuak Maka

- Pasukuan Koto Kepoh dipimpin oleh Datuak Sampono Basa

- Pasukuan Koto Tibarau dipimpin oleh Datuak Singo Rapi

- Koto Tangkamang (Koto Nan Batigo) dipimpin oleh Datuak

Nan Laweh, Datuak Indo Marajo, dan Datuak Kiraiang.

d.Suku Pisang, terdiri dari:

- Pesukuan Pisang dipimpin oleh DatuakPalimo

- Pesukuan Guci dipimpin oleh Datuak Sati

- Pesukuan Caniago dipimpin oleh Datuak Parpatiah Nan

Sabatang

- Pesukuan Simabua dipimpin oleh Datuak Bagindo

(19)

kemudian disampaikan kepada Kerapatan Adat Nagari dan wali nagari (Alam Nan

Barajo) dengan menjelaskan mana pesukuan yang akan didirikan.

Apabila ksepakatan tersebut sudah ditentukan maka barulah anak suku

yang baru resmi didirikan. Kesepakatan tersebut oleh masyarakat diberi istilah

“lah saciok bak ayam, lah sadanciang bak basi”. Jika persetujuan dari Kerapatan

Adat Nagari dan Alam Nan Barajo telah diperdapat, maka didirikanlah pesukuan

baru itu. Biasanya nama pesukuan baru itu tidak jauh berbeda dengan nama

pesukuan asalnya, umpamanya, kalau pesukuan asalnya Jambak, pesukuan

barunya adalah Jambak Pasia, Jambak Kubang, Jambak Puhun dan sebagainya,

yang menggambarkan nama taratak, dusun atau kampung dimana pesukuan baru

tersebut berada.

Penduduk Nagari kamang Hilia adalah etnis Minangkabau yang

merupakan penganut agama Islam fanatik dan taat di Indonesia. Sejalan dengan

itu juga merupakan suatu nagari yang sangat kuat memegang adat istiadatnya,

sedangkan adat tersebut bertentangan dengan peraturan-peraturan agam Islam.

Satu kenyataan yang sepertinya memang harus terima oleh masyarakat adalah

adat matrilineal memang bertolak belakang dengan ajaram Islam. Akan tetapi

pertentangan-pertentangan antara kebiasaan-kebiasaan (adat) dengan rasa

keagamaan yang universal dapat menjadi suatu perpaduan yang akan menjadi

karakteristik masuarakat Minangkabau. Dimana msyarakat Kamang Hilir ini

saling menjunjung tinggi keagamaan dengan adat istiadat dan tidak

mempengaruhi masyarakatnya untuk menjalankan adat dan agama yang dianutnya

meskipun saling bertentangan. Masyarakatnya tetap mejalankan perintah agama

(20)

2.2. Tata Ruang Desa Nagari Kamang Hilia

Nagari Kamang Hilia merupakan hamparan atau daratan dari Timur ke

Barat, hampir setengah bagian sebelah utara dari batas Nagari Bungo Koto Tuo

sampai ke batas Nagari Kamang Mudik dilingkari Bukit Barisan. Luas Kanagarian

Kamang Hilir adalah 1502 Ha, yang terdiri dari hutan seluas 900 Ha, sawah seluas

350 Ha, ladang seluas 150 Ha, dan perumahan seluas 102 Ha. Nagari Kamang

Hilia terdiri dari 17 jorong, yaitu:

Pada bagian utara dari Nagari Kamang Hilia terdapat Jorong Binu, Solok,

Ladang Darek, Batu Baraguang, dan Bancah. Pada jorong ini terdapat areal hutan

yang berasal dari perbukitan barisan yang melintasi Nagari kamang Hilia. Bukit

barisan tersebut secara langsung dijadikan perbatasan dengan Kabupaten 50 Kota.

Hutan ini terletak pada bagian utara dari tiap-tiap jorong. Hutan tersebut dijadikan

oleh masyarakat sekitar untuk lahan pertanian kering berupa ladang. Areal

persawahan terletak cenderung mengapit perumahan penduduk. Peremuhan

penduduk cenderung mengikuti jalan yang ada di daerah bagian utara dari nagari

ini. jika mengikuti jalan yang ada di nagari ini, maka akan dilihat

kelompok-kelompok perumahan yang diselingi oleh areal persawahan.

Pada bagian barat dari Nagari Kamang Hilia terdapat Jorong Koto

Panjang, Dangau Baru, dan Dalam Koto. Pada jorong ini juga terdapat areal hutan

yang berasal dari perbukitan barisan yang melintasi Nagari kamang Hilia. Dari

letak jorong, hutan tersebut terletak pada bagian utara jorong. Hutan tersebut

dijadikan oleh masyarakat sekitar untuk lahan pertanian kering berupa ladang.

Areal persawahan terletak cenderung mengapit perumahan penduduk. Peremuhan

(21)

ini. jika mengikuti jalan yang ada di nagari ini, maka akan dilihat

kelompok-kelompok perumahan yang diselingi oleh areal persawahan.

Pada bagian selatan dari Nagari Kamang Hilia terdapat Jorong Joho, Pintu

Koto, V Kampuang, IV Kampuang, dan Nan VII. Areal hutan tidak terdapat pada

jorong-jorong ini. Jorong-jorong ini terdiri dari perumahan, ladang dan

persawahan. Areal ladang dan persawahan terletak cenderung mengapit

perumahan penduduk. Peremuhan penduduk cenderung mengikuti jalan yang ada

di daerah bagian selatan dari nagari ini. jika mengikuti jalan yang ada di nagari

ini, maka akan dilihat kelompok-kelompok perumahan yang diselingi oleh areal

persawahan atau ladang.

Pada bagian timur dari Nagari Kamang Hilia terdapat Jorong Guguak

Rangpisang, Koto kaciak, Balai Panjang, dan Koto nan Gadang. Areal hutan yang

berasal dari perbukitan barisan terdapat di Jorong Guguak Rangpisang. Bukit

barisan tersebut secara langsung dijadikan perbatasan dengan Kabupaten 50 Kota.

Hutan ini terletak pada bagian utara dari jorong Guguak Rangpisang. Hutan

tersebut dijadikan oleh masyarakat sekitar untuk lahan pertanian kering berupa

ladang. Areal persawahan terletak cenderung mengapit perumahan penduduk pada

tiap-tiap jorongmyang ada. Peremuhan penduduk cenderung mengikuti jalan yang

ada di daerah bagian utara dari nagari ini. jika mengikuti jalan yang ada di nagari

ini, maka akan dilihat kelompok-kelompok perumahan yang diselingi oleh areal

persawahan.

Masyarakat Nagari Kamang Hilia tidak mengenal orientasi bangunan

secara khusus. Jenis bangunan merupakan bangunan permanen dengan berbagai

(22)

dari bahan seng. Namun ada beberapa rumah pada bagian dinding menggunakan

setengah batu dan setengahnya lagi kayu, beberapa rumah ada juga yang terbuat

dari kayu.

Pola permukiman tidak begitu tersusun dengan rapi, hanya saja hampir

semua rumah-rumah di Nagari Kamang Hilir mengikuti pola dan terletak

disepanjang tepi jalan, baik itu jalan raya nagari maupun jalan-jalan kecil yang

ada di nagari. Penyebaran rumah masyarakat Nagari Kamang Hilia pada

umumnya adalah tipe mengelompok, jarak antara satu rumah dengan rumah

lainnnya relatif dekat. Namun pada beberapa tempat, kediaman penduduk ada

yang terpecah-pecah. Walaupun penyebaran rumah penduduk beragam, tetapi

tetap ada jalan utama dari rumah-rumah yang tersusun mengikuti jalan-jalan yang

terbentuk. Pola permukiman yang ada pun juga terpengaruh dengan adanya

keluarga saparuik27

27 Keluarga saparuik merupakan keluarga yang terkait akibat pertalian darah..

. Pada 1 (satu) kelompok perumahan, biasanya cenderung

didiami oleh satu suku. Yang menyebabkan masyarakat Nagari Kamang Hilia

tinggal dalam bentuk kumpulan saparuik adalah kepemilikan tanah sebagai tanah

ulayat (tanah pusaka).

Kantor kepemerintahan Nagari Kamang Hilir berupa Kantor Wali Nagari

terletak di Jorong IV Kampuang. Beberapa perkantoran seperti KUA dan KAN

juga terletak di Jorong IV Kampuang. Di Jorong IV Kampuang ini juga terdapat

pusat peribadatan masyarakat dari Nagari Kamang Hilir berupa Masjid Wustha

Kamang. Sedangkan Pasar terletak di Jorong Pintu Koto yang bersebelahan

(23)

2.3. Tata Ruang Pertanian

Pertanian di Nagari Kamang Hilir terdiri dari pertanian lahan kering dan

persawahan. Luas keseluruhan areal ladang 150 Ha dan persawahan 350 Ha.

Lokasi persawahan dan ladang tersebar pada daerah landai pada jorong-jorong

yang ada di Nagari Kamang Hilir. Hampir semua jorong yang ada terdapat lahan

pertanian sawah. Lokasi persawahan tersebut terletak beredampingan dengan

lokasi ladang yang mengapit lokasi perumahan penduduk. Kondisi jalan menuju

areal sawah pun bisa digolongkan dalam keadaan baik, karena secara umum areal

pertanian sawah tersebut terletak dipinggir jalan desa.

Jenis tanaman pada ladang berupa coklat/kakao, cabe, jagung, ubi kayu,

kulit manis, jeruk, durian, manggis dan jenis lainnya. Jenis padi yang ditanam di

areal persawahan adalah jenis padi local yaitu padi kuriak kusuik dan padi putiah.

Setiap lokasi persawahan tersebut memiliki nama masing-masing yang diberikan

oleh penduduk terdahulu Nagari kamang Hilia. Tidak ada lagi masyarakat

Kamang Hilir yang mengetahui asal usul dari nama lokasi persawahan tersebut.

Pada Bagian Utara Nagari Kamang Hilia, yaitu sawah sawah binu di

Jorong Binu, bungo tanjuang dan parupuak di jorong Bancah, sawah batu

baraguang di Jorong Batu Baraguang, sawah ladang darek di Jorong Ladang

Darek, dan Sawah ladang panjang di Jorong Solok. Bagian barat Nagari Kamang

Hilia, yaitu sawah koto panjang di Jorong Koto Panjang dan sawah mejan di

Jorong Dangau Baru. Pada bagian selatan Nagari Kamang Hilia terletak Lokasi

persawahan di Jorong IV Kampuang yaitu sawah taluak, sawah joho dan

tumangguang di Jorong Joho. Sebelah Timur dari Nagari terdapat sawah padang

(24)

Jorong Dalam Koto, sawah guguak rangpisang dan koto kaciak di Jorong Guguak

Rangpisang.

Sumber irigasi pertanian sawah Nagari Kamang Hilir berasal dari sungai

yang melintas di nagari ini dan beberapa sumber mata air pegunungan yang ada.

Masyarakat menyebut sungai tersebut dengan sebutan Batang Agam. Sungai

Batang Agam melintas di beberapa jorong yang ada yaitu, Jorong Joho dengan

sebutan Agam Joho, menelusuri Jorong IV Kampuang yang bernama Agam

Taluak, terus ke Jorong Bancah yang disebut Agam Bancah, masuk ke Jorong

Binu yang disebut Agam Binu, hingga melewati Jorong Solok hingga Jorong

Guguak Rangpisang.

Air yang mengalir dari sungai Batang Agam beserta beberapa mata air

pegunungan yang ada keseluruh areal persawahan melalui anak-anak sungai dan

Bandar-bandar yang dibuat oleh petani. Irigasi pertanian sawah ini sudah mulai

dikelola agar bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh petani Kamang Hilia.

Dibantu pemerintah, petani telah membangun beberapa bendungan untuk

mengatur penyebaran air ke lahan pertanian sawah mereka.

2.4. Sejarah Pertanian 2.4.1 Zaman Nenek Moyang

Sejarah pertanian Nagari Kamang Hilia berkaitan erat dengan sejarah

terbentuknya Nagari Kamang Hilia. Dilihat dari letak-letak areal pertanian

sekarang ini, dahulunya petani yang memulai pertanian di daerah Nagari Kamang

Hilia membuka lahan pertanian berdekatan dengan sumber air. Seperti yang

dikatakan oleh Bapak Zamzani28

(25)

“Sawah kami ko dakek agam, kok parak yo arah karimbo. Sawah jo parak nan kami karajoan ko pusako dari nenek moyang. Turun tamurun diagiahan ka anak cucu” (“sawah kami berada dekat dengan sungai, sedangkan ladang berada di hutan. Sawah dan ladang yang kami olah merupakan pusaka dari nenek moyang. Diberikan secara turun-temurun

kepada anak cucu”, pen).

Dahulunya petani Nagari Kamang Hilia menentukan posisi lahan pertanian

berupa tanah-tanah yang berada disekitar sumber air, dengan alasan

mempermudah petani mendapatkan pasokan air untuk pengelolaan lahan

pertanian. Selain itu para petani juga menganggap tanah yang berada di dekat

sumber air merupakan salah satu tanah yang subur untuk dijadikan lahan

pertanian. Seperti yang dikatakan oleh Ibuk Asnidar29

Jenis tanaman pada masa ini berupa tanaman padi untuk persawahan.

Informasi mengenai jenis tanaman padi sawah ini didapat karena lahan sawah :

“Tanah dakek agam jo rimbo ko rancak dijadian tampek batanam. Tanahnyo ndak kareh ndek baraia. Kok paralu aia sudah batanam, sanang lo wak mandapekannyo” (“tanah yang berada di sekitar sungai dan hutan sangat bagus untuk dijadikan lahan pertanian. Tanahnya tidak keras dan mengandung banyak air. apabila memerlukan air setelah bercocok tanam, tidak akan sulit untuk mendapatkannya”, pen).

Menggunakan pengetahuan yang dimiliki, petani dahulu mengolah tanah

disekitar sungai menjadi areal persawahan. Untuk areal ladang mereka lebih

memilih daerah hutan yang dekat dengan mata air. Mengenai tingkat kesuburan

tanah menurut petani di nagari Kamang Hilia, akan lebih dijelaskan pada Bab

mengenai Pengetahuan Petani Mengenai Tanah. Pengetahuan untuk menjaga dan

merawat lahan pertanian mereka turunkan kepada anak cucu. Sehingga

lahan-lahan pertanian tersebut tetap terjaga hingga sekarang ini.

(26)

yang ada di Nagari Kamang Hilia telah ada semenjak nenek moyang masyarakat

Nagari Kamang membuka daerah ini. Jenis padi yang dikembangkan pada

pertanian padi sawah adalah padi kuriak kusuik dan padi putiah. Bapak Zamzani

mengutarakan bahwa :

“Nyiak aki ndak lo tau pasti sajak bilo ado padi kuriak kusuik jo padi putiah ko. Sajak sisuak inyiak-inyiak kami lah mananam padi padi kuriak kusiak jo padi putiah. Kok a nan dipelajari dalam iduik ko, nan urang wak ko kan manuruik sen a nan dikecekan niniak mamak. Ndek niniak mamak sagalo nan paralu di iduik ko baturunan ka anak cucu. Bantuak tu lo nan bahubungan jo kasawah. Itu nan kami turuikan hinggo kini”, (“kakek tidak begitu tahu dengan

pasti kapan padi jenis kuriak kusik dan padi putiah ini ada.

Semenjak dulu nenek moyang kami telah menanam jenis

padi kuriak kusuik dan padi putiah. Apa pun yang dipelajari

dalam kehidupan, bagi orang kita akan selalu menurut dengan apa yang diajarkan oleh nenek moyang. Oleh nenek moyang, segala sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan kehidupan selalu diturunkan kepada anak cucu. Termasuk segala sesuatu yang berhubungan dengan sawah. Itulah yang

kami ikuti hingga sekarang”, pen).

Dari pernyataan beliau tersebut tersirat bahwa petani di Nagari Kamang

Hilia berpegang kepada ajaran-ajaran atau aturan-aturan yang diberikan oleh

nenek moyang mereka. Tidak terkecuali dalam pemilihan banyiah. Ibuk Asnidar

turut mengutarakan pendapat beliau dalam mempertahankan jenis padi kuriak

kusuik dan padi putiah, berupa :

(27)

oleh orang kita dalam menanam padi jenis ini. karena itu orang disini tetap bertahan untuk menanamnya”, pen).

Pernyataan petani-petani di Nagari Kamang Hilia menjelaskan bahwa

kedua jenis padi tersebut telah ada semenjak dahulunya hingga sekarang tetap

dipertahankan dan dikembangkan di Nagari Kamang Hilia. Tata cara

pengembangan banyiah dari jenis padi kuriak kusuik dan padi putiah pun

diwariskan secara turun temurun oleh petani di Nagari Kamang Hilia. Sehingga

petani merasa memiliki pengalaman dan pengetahuan lebih dalam mengelola jenis

padi kuriak kusuik da padi putiah. Pengalaman dan pengetahuan lebih tersebut

yang nantinya akan dijadikan modal untuk mendapatkan hasil yang lebih

maksimal pada saat panen.

Sedangkan areal ladang jenis tanaman yang ditanam berupa padi ladang,

ubi kayu, jagung, durian, kepunduang, manggis, dan jenis mangga berupa

ambacang.Untuk jenis tanaman berupa jagung dan ubi kayu didapat dari

wawancara dengan informan yaitu Bapak Zamzani yang menyatakan, bahwa :

“Kecek inyiak yiak aki, urang sisuak ndak padi sen yang dimakannyo doh, kadang kapelo kok ndak jaguang”. Kok padi sen yang arokan ndak bisa doh. Urang kasawah sakali sataunnyo, samantaro wak badunsanak banyak. Kok nan tagalong rang kayo banyak sawah, mungkin lai tacukuik i”, (“kata kakeknya kakek, orang dulu tidak hanya memakan padi, namun mereka juga memakan Ubi kayu, terkadang juga memakan jagung. Tidak bisa hanya mengharapkan padi. Dulu orang mengelola sawah hanya sekali setaun, sementara kita memiliki kerabat yang banyak. Bagi keluarga yang tergolong kaya memiliki banyak sawah, mungkin saja sawah tersebut bias mencukupi kebutuhannya”, pen).

Dari pernyataan beliau diatas, sekaligus menginformasikan bahwa

(28)

hanya 1 (satu) kali dalam setahun. Sementara untuk buah-buahan Bapak Basa30

Sedangkan hutan di Nagari Kamang Hilia menghasilkan kayu-kayu seperti

surian, bayur, medang, dan bangka. Tanaman yang berada di hutan ini digunakan

oleh masyarakat Nagari Kamang Hilia pada waktu itu untuk membuat rumah dan

perabotan rumah tangga. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Kayo menyatakan bahwa :

”Dulu diparak nyiak aki lai kapunduang, ambacang, durian jo manggih. Kecek inyiak nyiak aki dulu, sejak sisuak dikampuang wak ko lah ado buah ko. Kok durian jo manggih kampuang wak ko tanamo dari sisuak. Banyak jo batang-batang durian jo manggih nan lah tuo di kampuang wak. Kok mati durian jo manggih ko, barusaho urang wak ko mananamnyo liak. Ndek inyiak-inyiak sisuak, disuruahnyo anak cucunyo mananamnyo taruih.” (“dulu di ladang kakek terdapat buah menteng, ambacang, durian, dan manggis. Kata kakeknya kakek, buah-buah ini sudah ada semenjak dulunya. Untuk durian dan Manggis kampung kita ini terkenal dari dulu. Masih terdapat pohon durian dan manggis yang telah berumur tua di kampung kita. Jika durian dan manggis ini mati, maka orang kampong kita akan menanamnya kembali. Bagi nenek-nenek dulu, mereka menyuruh anak cucu untuk menanamnya secara terus menerus”, pen).

31

“Rumah-rumah di kampuang wak ko dulu kan rumah gadang. Di rumah gadang tu wak tingga saparuik. Sisuak rumah gadang ko dari kayu. Kok a isinyo pun dari kayu. Urang sisuak nyari kayu ka rimbo. Di rimbo wak ko dari sisuak banyak kayu surian, bayua, medang, jo bangka. Kayu tu lai nan dijadian tunggak rumah, dindiang rumah, meja, kursi, pokoknyo ma yang ka amuah dipagunoan lah”, (“rumah-rumah di kampung kita ini dahulunya rata-rata rumah gadang

:

32

30 Bapak Basa (32 tahun) merupakan alah seorang petani yang tinggal di Jorong Batu Baraguang. 31 Bapak Kayo (60 tahun) merupakan seorang petani sekaligus pengrajit perabotan rumah tangga

yang tinggal di Jorong V Kampuang.

32 Rumah Gadang merupakan rumah tradisional suku Minangkabau.

(29)

rumah, dinding rumah, meja, kursi, dan berbagai alat yang

dibutuhkan”, pen).

Tabel 2.2. Jenis tanaman di Nagari Kamang Hilia Zaman Nenek Moyang

No Nama lokal (minangkabau) Bahasa indonesia Bahasa latin

1 Padi Padi Oryza sativa

2 Durian Durian Durio zibethinus

3 Manggis Manggis Garcinia mangostana

4 Kapunduang Buah Menteng Baccaurea racemosa

5 Ambacang Kuwini Mangifera indica

6 Kapelo Ubi Kayu Manihot esculenta

7 Jaguang Jagung Zea mays

8 Medang Medang

Sumber: Wawancara dengan warga dan hasil penelususan internet untuk bahasa latin

2.4.2. Zaman Penjajahan

Menurut cerita petani, dari awal terbentukya daerah hingga masuknya

kolonial Belanda, masyarakat disini memiliki mata pencarian berupa pertanian.

Tidak banyak perubahan yang terjadi pada zaman penjajahan. Petani masih

menggunakan cara yang sama dalam mengelola lahan pertanian. Kesimpulan ini

diambil oleh peneliti karena, dalam proses wawancara peneliti tidak menemukan

data dari informan yang menjelaskan perubahan yang terjadi dalam bidang

pertanian. Hanya saja petani mulai menanam jenis tanaman berupa kopi dan sirih.

Seperti yang diutarakan oleh Buk Asnidar: “wakatu zaman Balando sisuak inyiak

kami lai jo batanam sirih, kopi jo cangkeh” (Pada zaman Belanda dulu, nenek

kami juga menanam sirih, kopi dan cengkeh”, pen).

Jadi, paada masa ini jenis pertaniannya berupa padi, kopi, jagung,

ubi-ubian, dan sirih. Sementara hutan di Nagari Kamang Hilia tatap menghasilkan

kayu-kayuan seperti surian, bayur, medang, kayu balam, Bangka, dan sebagainya.

Sedangkan untuk tanaman buah-buahan petani tetap mengelola durian, manggis,

(30)

yang ada di Nagari Kamang Hilia, hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan

sehari-hari.Lebih jelas akan dicantumkan dalam table dibawah ini :

Tabel 2.3. Jenis tanaman di Nagari Kamang Hilia Zaman Penjajahan

No Nama lokal (minangkabau) Bahasa indonesia Bahasa latin

1 Padi Padi Oryza sativa

2 Durian Durian Durio zibethinus

3 Manggis Manggis Garcinia mangostana

4 Kapunduang Buah Menteng Baccaurea racemosa

5 Ambacang Kuwini Mangifera indica

6 Kapelo Ubi Kayu Manihot esculenta

7 Jaguang Jagung Zea mays

8 Medang Medang

9 Bangka Bakau Rhizophora

10 Bayua Bayur

11 Surian Surian Toona Sureni

12 Kopi Kopi Coffea canephora

13 Cangkeh Cengkeh Eugenia Aromatica

14 Siriah Sirih Piper betle

Sumber: Wawancara dengan warga dan hasil penelususan internet untuk bahasa latin

2.4.3. Zaman Kemerdekaan hingga Sekarang

Perubahan dan perkembangan terhadap Nagari Kamang Hilir juga

mempengaruhi perkembangan pada pertaniannya, baik pertanian berupa sawah

maupun pertanian ladang. Perkembangan yang terjadi pada pertanian di Nagari

Kamang Hilia selalu dikaitkan dengan aturan-aturan atau nilai-nilai adat karena

petani masyarakat yang menjadi petani di daerah ini dalam hidupnya berpedoman

dengan adat yang mengatur kehidupan mereka. Ini bisa dilihat dari istilah yang

dikutip dari Monografi Nagari Kamang 1979 :

“Nagari Kamang Hilir alamnyo barjo-rajo, penghulu basa nan barampek, gadang sandirinyo, turun tamurun. Sarupo itu suriah, barih dan balabeh dari dahulunyo. ibaraik “karambia tumbuah di matonyo”, (“Nagari Kamang Hilir alamnya punya raja-raja, penghulu basa yang berempat, besar sendirinya, turun temurun, demikian cerita dari

(31)

“Barih dan balabeh, bajanjang naiak batanggo turun menurut adat, dalam paruit ado tuonyo, itulah penghulu bungka nan tangah delapan puluah, kamnpuang ban an tuo, rumah batungganai”, ( “cerita dari dahulunya, berjenjang naik bertangga turun menurut adat, dalam perut ada tuanya, itulah penghulu bungka yang tengah delapan puluh, kampung yang tua, rumah bertungganai”. pen).

Maksudnya adalah segala sesuatu yang ada di Nagari Kamang Hilia baik

itu alamnya merupakan bagian dari nagari yang diatur oleh pemimpin nagari.

Pemimpin nagari akan membentuk sebuah wadah sebagai sarana masyarakat

termasuk petani untuk membahas segala sesutu yang berhubungan dengan

perkembangan nagari termasuk bidang pertanian. Melalui ide dari individual

petani, akan dibicarakannya sesama petani karena setiap perubahan yang terjadi

pada satu lahan pertanian dapat mempengaruhi lahan lainnya, kemudian secara

bersama-sama akan dimusyawarahkan melalui wadah yang disediakan oleh

pemimpin nagari untuk bermusyawarah. Jadi segala sesuatu yang berkembang di

Nagari Kamang Hilir dapat terjadi apabila telah terjadi kesepakatan bersama oleh

masyarakatnya tidak terkecuali pertanian.

Jenis tanaman yang ada di Nagari Kamang Hilia pada masa ini adalah

jenis tanaman yang telah dikelola oleh petani sebelum mereka. namun pada masa

ini masyarakat sudah mulai berani untuk menerima segala perkembangan yang

ada dibidang pertanian. Dengan kemauan untuk menerima tersebut, terjadi

perkembangan dalam beberapa jenis pertanian yang dikelola oleh petani Nagari

Kamang Hilia. Selain jenis tanaman yang sudah ada pada masa sebelumnya, dari

hasil observasi dan wawancara peneliti juga menemukan beberapa jenis tanaman

yang juga ditanam oleh petani di nagari Kamang Hilia seperti cengkeh, kelapa,

sirih, jambu air, jambu biji, nangka, dan rambutan. Namun tanaman tersebut tidak

(32)

di Nagari Kamang Hilia tetap menghasilkan jenis kayu yang sama pada

periode-periode sebelumnya berupa surian, bayur, medang, kayu balam, Bangka, dan

sebagainya.

Dari data buku Monografi Nagari Kamang (1979), sekitar tahun 1962 para

petani mulai menanam jeruk manis. Penanaman jeruk manis ini dipelopori oleh

Bapak Atnan Sutan Samiak. Perkembangan tanaman jeruk manis sangat dirasakan

oleh petani saat itu. Hingga tahun 1978/1979, areal penanaman jeruk manis

meningkat hingga mencapai luas 40 Ha dengan jumlah tanaman 15.000 batang.

Dari seluruh jumlah tanaman jeruk manis tersebut, sekitar 10.000 batang telah

dapat dipanen. Produksi rata-rata perbatang mencapai 50 kg/tahun. Menurut

petani saat itu, bertambahnya usia tanaman akan menambah tingkat produksi pada

tanaman jeruk tersebut. Sehingga setiap bulan produksi tanaman jeruk tersebut

terus meningkat. Pada mulanya pemasaran jeruk manis ini adalah sekitar daerah

Bukittinggi dan kabupaten Agam. Namun akhirnya pemasaran jeruk manis ini

mencapai daerah Sumatera Utara dan Jakarta (Monografi Nagari Kamang, hal

25).

Untuk pertanian padi sawah, dahulunya petani hanya melakukan proses

pengelolaan padi sawah satu kali dalam setahun. Sekitar tahun 1970-an, para

petani dengan perlahan mulai memahami dan mengerti dalam melaksanakan

panca usaha tani yang dibantu oleh program pemerintah pada masa itu. Melalui

pemimpin adat, petani mulai bermusyawarah dan menentukan kesepakatan untuk

menjalankan dan menggunakan perkembangan dalam bidang pertanian pada saat

itu. Setelah mencapapai kesepakatan dalam musyawarah, para petani mulai

(33)

pertanian padi baik padi sawah

maupun padi ladang didaerah

mereka. Secara perlahan,

seorang demi seorang dari

petani telah berani untuk

menggunakan berbagai bentuk

hal baru dalam pertanian

mereka berupa penggunaan

pupuk buatan dan alat-alat

pertanian yang dapat membantu dalam kegiatan pertanian, sehingga para petani

bisa panen hingga dua kali setahun dengan hasil yang sangat memuaskan.

Perkembangan yang mereka terima dan lakukan tersebut mulai terasa

hasilnya pada sekitar tahun 1979 karena pada masa tersebut produksi padi mereka

sampai pada tingkat kelebihan produksi. Dapat dilihat dari data Monografi Nagari

Kamang Kecamatan Tilatang Kamang tahun 1979 yang menjelaskan bahwa hasil

produksi padi pada akhir tahun 1978 setelah petani melakukan program

pemerintah dalam bentuk Panca Uasa Tani, BIMAS dan IMAS adalah untuk

sawah yang masih melakukan panen 1x setahun seluas 250 Ha menghasilkan

892,5 ton padi dan untuk sawah yang telah melakukan panen 2x setahun seluas

100 Ha menghasilkan 900 ton padi, maka total panenya adalah 1792,5 ton padi

(Monografi Nagari Kamang, hal 23).

BOX 2.8

Pengetahuan Petani Nagari Kamang Hilia Dalam Memperkirakan Hasil Panen

Menurut pengetahuan petani Nagari Kamang Hilia, biasanya jumlah beras yang didapatkan adalah setengah dari jumlah padi setelah di panen. Hal ini mereka peroleh dari pengetahuan berupa terjadi penyusutan berat terhadap padi setelah dijemur dan pemisahan kulit padi dengan isinya. Setelah padi dijemur dan dirasakan sudah siap untuk diolah menjadi beras, biasanya petani mendapatkan hasil berupa I karung padi akan menjadi setengah karung beras. Jadi petani menyimpulkan bahwa hasil beras yang mereka dapat setelah panen diperkirakan lebih kurang setengah dari jumlah padi yang didapat.

(34)

Kebutuhan makan penduduk pada waktu itu, setiap 1 orang diperkirakan

membutuhkan beras sekitar 144 kg pertahunnya. Sedangkan jumlah produksi

beras pada waktu itu 50% dari 1792,5 ton padi adalah 896,25 ton beras. Jadi

kebutuhan penduduk secara keseluruhan pada waktu itu 144 Kg beras dikali 5614

jiwa dari penduduk adalah 808,4 ton beras pertahunnya. Sehingga pada waktu itu

terjadi kelebihan produksi sekitar 896,25 ton beras hasil panen setahun

dikurangkan 808,4 ton beras yang dibutuhkan dalam setahun adalah 89,85 ton

pertahun (Monografi Nagari Kamang Kecamatan Tilatang Kamang 1979, hal 23).

Dengan demikian para petani sangat merasakan keuntungan-keuntungan

dari perkembangan-perkembangan di bidang pertanian yang mereka lakukan pada

waktu itu. Sehingga semenjak itu hingga sekarang, para petani Nagari Kamang

Hilia mulai terbuka dan mau menggunakan teknologi yang berkembang dalam

bidang pertanian. Selain ingin mendapatkan hasil produksi yang lebih maksimal,

petani juga menyatakan bahwa perkembangan tersebut dapat membantu

perkembangan pengetahuan mereka dalam mengelola pertanian.

Disamping budidaya padi, petani juga mengembangkan tanaman coklat

(kakao) semenjak tahun 1990 yang luas arelanya saat ini sekitar 115 Ha tersebar

diseluruh Jorong Kamang Hilia. Menurut petani, tanaman ini juga dapat

meningkatkan perekonomian petani karena harganya yang cukup tinggi dipasaran.

Selanjutnya coklat, petani Kamang Hilia juga mencoba budidaya tanaman cabe.

Hingga sekarang, beberapa petani masih mempertahankan bididaya cabe. Pada

lahan konversi dari sawah menjadi ladang, tanaman cabe merupakan salah satu

(35)

Selain tanaman diatas, Nagari Kamang Hilia juga terkenal dengan tanaman

khasnya berupa Manggis Kamang dengan hasil produksinya permusim lebih

kurang 30 ton dari sekitar 800 batang yang tertanam pada lahan seluas 7,5 Ha.

Durian Kamang dengan hasil produksinya permusim lebih kurang 50 ton dari

sekitar 2000 batang yang tertanam pada lahan seluas 20 Ha. Khusus untuk durian,

apabila musim panennya tiba, banyak sekali masyarakat dari luar desa bahakan

luar kota yang datang ke daerah Kamang Hilia untuk mencicipi Durian Kamang.

Tidak heran jika harga durian pada musimnya melonjak naik dan harga tersebut

tidak mengurangi minat pelanggan karena rasa yang disuguhkan sangat

memuaskan.

Selanjutnya pada tahun 2009, program PNPM mengadakan pelatihan

budidaya Jamur Tiram pada kelompak wanita tani di Jorong Ladang Darek. Hasil

dari program tersebut telah memberikan keterampilan bagi petani wanita dalam

mengembangkan jamur tiram yang pemasarannya telah sampai keluar daerah

seperti Pekan Baru dan Batam.

(36)

Tabel 2.4. Jenis tanaman di Nagari Kamang Hilia pada Era Kemerdekaan Hingga Sekarang

No Nama lokal (minangkabau) Bahasa indonesia Bahasa latin

1 Padi Padi Oryza sativa

2 Durian Durian Durio zibethinus

3 Manggis Manggis Garcinia mangostana

4 Kapunduang Buah Menteng Baccaurea racemosa

5 Ambacang Kuwini Mangifera indica

6 Kapelo Ubi Kayu Manihot esculenta

7 Jaguang Jagung Zea mays

8 Medang Medang

9 Bangka Bakau Rhizophora

10 Bayua Bayur

11 Surian Surian Toona Sureni

12 Kopi Kopi Coffea canephora

13 Cangkeh Cengkeh Eugenia Aromatica

14 Siriah Sirih Piper betle

15 Coklat Coklat Theobroma Cacao

16 Jambu Jambu Air Syzygium Aqueum

17 Baweh Jambu Biji Psidium Guajava

18 Karambia Kelapa Cocos Nucifera

Sumber: Wawancara dengan warga dan hasil penelususan internet untuk bahasa latin

2.5. Sarana Prasarana di Nagari Kamang Hilia

Secara umum masyarakat yang tinggal di nagari kamang Hilia sudah

merasakan berbagai macam bentuk kemajuan teknologi sekarang ini. Dimulai dari

listrik yang sangat berperan penting dalam menunjang kegiatan masyarakat yang

ada di nagari ini. Tiap-tiap rumah yang ada telah menggunakan listrik sebagai

sumber tenaga alat-alat elektronik. Namun, tiap-tiap rumah memiliki kapasitas

berbeda dalam penggunaan listrik, tergantung kepada kemampuan masing-masing

anggota masyarakat untuk membayar jasa listrik tersebut.

Untuk informasi dan komunikasi, rata-rata rumah yang ada telah memiliki

Televisi dan telepon, baik itu telepon genggam maupun telepon rumah. Di nagari

(37)

dan Koto Panjang yang dikelola secara pribadi oleh pemilik sebagai salah satu

usaha mata pencarian. Selain itu, penggunaan perabotan rumah tangga yang

tergolong alat elektronik lainnya juga sudah dimiliki oleh tiap-tiap penduduk yang

tinggal di Kamang Hilia.

Sarana pendidikan juga bias dikatakan dalam keadaan baik dimana

terdapat sarana pendidikan sekolah umum berupa:

A. Taman Kanak-Kanak (TK)

Terdapat dua buah TK di nagari Kamang Hilir, yaitu TK Aisyiah Kamang

yang terletak di Jorong IV Kampuang dan TK Mekar dangau Baru di Jorong

dangau Baru. Rata-rata setiap tahunnya murid yang masuk kesekolah ini lebih

kurang sekitar 40 hingga 50 orang dengan jumlah guru 4 orang dari tiap-tiap

sekolah. Kondisi sekolah ini sangat baik karena fasilitas yang ada disekolah dalam

keadaan baik dan terus dikembangkan guna mengikuti standar pendidikan yang

berlaku di Negar Indonesia.

B. Sekolah Dasar (SD)

Terdapat lima buah SD di nagari Kamang Hilia yang akan dijelaskan lebih

jelas dalam bentuk table di bawah ini :

Tabel 2.5. Data Guru dan Murid SD di Nagari Kamang Hilia

No Nama SD Jumlah Guru Jumlah Murid Guru dan Murid Rasio

1 SD. Negeri 01 Tangah 14 213 1 : 15

2 SD. Negeri Hilia Lamo 9 89 1 : 10

3 SD. Negeri 06 Kamang Sari 10 93 1 : 9

4 SD. Negeri 17 Cegek 9 106 1 : 12

5 SD. Negeri 20 Tarok 8 44 1 : 6

Sumber : Ekspose Walinagari Kamang Hilir 2011

Dari table diatas terlihat bahwa perbandingan antara guru dan murid

(38)

menyelesaikan pendidikan di tingakat perguruan tinggi. Untuk sarana prasarana di

sekolah masih memerlukan pembenahan, seperti penambahan bangunan,

penambahan meja dan kursi belajar, koleksi buku-buku perpustakaan, sarana olah

raga, dan kelengkapan WC.

C. Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP)

Secara formalitas tingkat pendidikan SLTP yang ada di nagari Kamang

Hilia berupa Madrasah Tsanawiah Negeri Kamang (MTsN Kamang) yang terletak

di Jorong IV Kampuang. Cikal bakal MTsN Kamang adalah PGA Negeri 4 yang

didirikan pada tahun 1967 namun diubah oleh pemerintah pada tahun 1979

menjadi MTsN. Rata-rata setiap tahunnya jumlah murid yang masuk lebih kurang

sekitar 300 orang dengan jumlah tenaga pendidik sebanyak 34 orang. Secara

mtematis jumlah guru yang ada sudah memadai untuk menunjang proses belajar

mengajar di sekolah ini. Latar belakang pendidikan tenaga pengajar pun telah

memenuhi standar nasional sebagai tenaga pengajar. Dengan jumlah bangunan

kelas sebanyak 20 ruang menunjukan bahwa standar sekolah ini sudah sangat baik

mengikuti standar nasional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keadaan proses

belajar dan mengajar sudah berjalan sangat baik.

D. Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA)

Di Nagari kamang Hilia terdapat SMA Negeri 1 Kamang Magek yang

menampung murid-murid lulusan SLTP dan sederajatnya. SMA Negeri 1 Kamang

Magek terletak di Jorong Pintu Koto yang didirikan pada tahun 1999 dengan luas

area 11.465 m2, yang terdiri dari 2.679 m2 untuk bangunan, 1500 m2 halaman dan

taman, 660 m2 lapangan olah raga, dan 6.626 m2 untuk sarana lainnya. SMA

(39)

disamping ruangan-ruangan lainnya. Sarana olah raga telah memadai untuk

sekolah setingkat SMA. Setiap tahunnya rata-rata murid yang masuk sekitar 240

orang dengan jumlah pengajar sebanyak 34 orang yang telah memenuhi standar

sebagai tenaga pendidik.

Selain sarana pendidikan, sarana kesehatan juga berperan penting dalam

menunjang kehidupan masyarakat di suatu daerah, begitu pula Nagari Kamang

Hilia. Bagi masyarakat Kamang hilia sarana kesehatan yang ada telah dikatakan

cukup, walaupun Puskesmas induk terdapat di Nagari Magek. Di Nagari kamang

Hilia sendiri terdapat 2 Puskesmas pembantu yang terletak di Jorong Dangau Baru

dan Ladang darek, 1 Puskesri yang terletak di Jorong Nan VII, Posyandu yang

berada disetiap jorong Kamang Hilia, serta Praktek Bidan di jorong Joho. Kalau

dilihat dari penerimaan masyarakat terhadap sarana kesehatan yang ada,

masyarakat pun sangat antusias dalam menggunakan fasilitas dan memeriksa

kesehatan.

2.6. Organisasi dan Kelembagaan Nagari Kamang Hilia 2.6.1. Kelompok Usaha Masyarakat

Ada banyak sekali kelompok usaha masyarakat yang terdapat di Nagari

Gambar

Tabel 2.1. Data Jumlah Penduduk Nagari Kamang Hilia
Tabel 2.2. Jenis tanaman di Nagari Kamang Hilia Zaman Nenek Moyang
Tabel 2.3. Jenis tanaman di Nagari Kamang Hilia Zaman Penjajahan
Tabel 2.4. Jenis tanaman di Nagari Kamang Hilia pada Era Kemerdekaan Hingga
+3

Referensi

Dokumen terkait