• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1. RTRW Nasional - 147073058305 BAB 3 Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya Kab Kep Anambas (RPI2JM Anambas) FINAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "3.1. RTRW Nasional - 147073058305 BAB 3 Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya Kab Kep Anambas (RPI2JM Anambas) FINAL"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

3.1. RTRW Nasional

(2)

daerah, keseimbangan perkembangan antarkawasan, kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang rentan terhadap bencana, dampak pemanasan global, pengembangan potensi kelautan dan pesisir, pemanfaatan ruang kota pantai, penanganan kawasan perbatasan negara, dan peran teknologi dalam memanfaatkan ruang. Untuk mengantisipasi dinamika pembangunan tersebut, upaya pembangunan nasional juga harus ditingkatkan melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang lebih baik agar seluruh pikiran dan sumberdaya dapat diarahkan secara berhasil guna dan berdaya guna.Salah satu hal penting yang dibutuhkan untuk mencapai maksud tersebut adalah peningkatan keterpaduan dan keserasian pembangunan di segala bidang pembangunan.

Penggunaan sumberdaya alam dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab, dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya, dengan mengutamakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, memperkuat struktur ekonomi yang memberikan efek pengganda yang maksimum terhadap pengembangan industri pengolahan dan jasa dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup serta keanekaragaman hayati guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sehubungan dengan itu, RTRWN yang berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional merupakan matra spasial dalam pembangunan nasional yang mencakup pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan dan pelestarian lingkungan hidup dapat dilakukan secara aman, tertib, efektif, dan efisien. RTRWN memadukan dan menyerasikan tata guna tanah, tata guna udara, tata guna air, dan tata guna sumberdaya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan kependudukan yang serasi dan disusun melalui pendekatanwilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan alam dan lingkungan sosial. Untuk itu, penyusunan RTRWN ini didasarkan pada upaya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah nasional, yakni : a. Ruang Wilayah Nasional yang aman, nyaman, produktif, dan

(3)

b. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

c. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi dan Kabupaten/Kota;

d. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang didalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;

e. Pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat;

f. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/Kota dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan pencegahan danmpak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;

g. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah;

h. Pertahanan dan Keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.

Tujuan-tujuan di atas diwujudkan dalam bentuk kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional.Struktur ruang wilayah nasional mencakup sistem pusat perkotaan nasional, sistem jaringan transportasi nasional, sistem jaringan energi nasional, sistem jaringan telekomunikasi nasional, dan sistem jaringan sumberdaya air. Pola ruang wilayah nasional mencakup kawasan lindung dan kawasan budi daya termasuk kawasan andalan dengan sektor unggulan yang prospektif dikembangkan serta kawasan strategis nasional.

Selain rencana pengembangan struktur ruang dan pola ruang, RTRWN ini juga menetapkan kriteria penetapan struktur ruang, pola ruang, kawasan andalan, dan kawasan strategis nasional; arahan pemanfaatan ruang yang merupakan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan; serta arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas indikasi arahan peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, dan arahan sanksi.

(4)

 Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional.

 Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan Industri dan Jasa Skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi dan atau

 Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani provinsi.

b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW); dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :

 Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN

 Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten dan atau

 Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN); dilakukan

dengan kriteria sebagai berikut :

 Pusat Perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemerikasaan lintas batas dengan negara tetangga

 Pusat Perkoataan yang berfungsi sebagai pint gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga

 Pusat Perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya dan atau

 Pusat Perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan sekitarnya.

d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

(5)

 Pertahanan dan Keamanan

a) Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan kemanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional

b) Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gedung amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan atau kawasan industri sistem pertahanan atau

c) Merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan atau laut lepas.

 Pertumbuhan Ekonomi

a) Memiliki Potensi ekonomi cepat tumbuh

b) Memiliki Sektor Unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional.

c) Memiliki Potensi Ekspor

d) Didukung Jaringan Prasarana dan Fasilitas penunjang kegiatan ekonomi

e) Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi f) Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan

nasional

g) Berfungsi untuk memperthankan tingkat produksi sumber enegi dalam rangka mewudujkan ketahanan energi nasional, atau

h) Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

 Sosial dan Budaya

a) Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional

b) Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan bdaya serta jati diri bangsa

c) Merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan

d) Merupakan tempat perlindungan peningkatan budaya nasinonal e) Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya

atau

(6)

 Pendayagunaan sumber daya alam dan ataau teknologi tinggi a) Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

b) Pengetahuan dan Teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir

c) Memiliki Sumber daya Alam Strategis Nasional

d) Berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa

e) Berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau

f) Berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis

 Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

a) Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati

b) Merupakan aset nasional berupa kawasan Lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan atau dilestarikan

c) Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara

d) Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro e) Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup f) Rawan bencana alam nasional

g) Sangat menentukn dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan

(7)
(8)
(9)

a. Arahan Struktur Ruang Provinsi Kepulauan Riau Berdasarkan

RTRWN

Struktur Ruang Provinsi Kelupaluan Riau berdasarkan RTRWN dalam sistem perkotaan nasional terbagi menjadi PKN, PKW, dan PKSN. PKN terdapat di Kota Batam. PKW terdapat di Kota Tanjung Pinang, Terempa, Daik-Lingga, Dabo-Pulau Singkep dan Tanjung Balai Karimun, PKSN terdapat di Batam dan Ranai. Lebih jelas mengenai arahan Struktur Ruang Provinsi Kepri berdasarkan RTRWN dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1. : Arahan Struktur Ruang Provinsi Kepulauan Riau Berdasarkan RTRWN

Provinsi

Sistem Perkotaan Nasional Jaringan Transportasi Nasional

Wilayah

b. Arahan Pola Ruang Kepulauan Riau berdasarkan RTRWN

(10)

Tabel 3.2. : Arahan Pola Ruang di Wilayah Provinsi Kepulauan Kepulauan Riau Berdasarkan RTRWN

Provinsi Kawasan Lindung Nasional Kawasan Andalan dan Sektor Unggulan Kawasan Strategis Nasional

Kepulauan

Kawasan Zona Batam – Tanjungpinang dan

Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Sentut, Tokong Malang Biru, Damar, Mangkai, Tokong Nanas, Tokong Belayar, Tokong Boro, Semiun, Sebetul, Sekatung, Senua, Subi Kecil, Kepala, Batu Mandi, Iyu Kecil, Karimun Kecil, Nipa, Pelampong, Batu Berhanti, dan Nongsa) dengan negara

Malaysia/Vietnam/Singapura (Provinsi Riau dan Kepulauan Riau) (I/D/2)Kawasan Kawasan Batam, Bintan, dan

Karimun (Provinsi Kepulauan

c. Arahan Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Kepulauan Riau Berdasarkan RTRWN

Arahan kawasan strategis nasional untuk Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan kriteria RTRWN terdapat dua yaitu Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 Pulau Kecil terluar dan Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun. Untuk lebih jelasnya mengenai Kawasan Strategis Nasioal Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.3. : Arahan Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Kepuauan Riau Berdasarkan RTRWN

No. Kawasan Strategis Nasional Sudut Kepentingan Kota/Kabupaten Status Hukum

1. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Sentut, Tokong Malang Biru, Damar, Mangkai, Tokong Nanas, Tokong Berlayar, Tokong Boro, Semiun, Sebetul, Sekatung, Senua, Subi Kecil, Kepala, Batu Mandi, Iyu Kecil, Karimun Kecil, Nipa, Pelampongm Batu Berhanti dan Nongsa) dengan negara Malaysia/Vietnam/Singapura

(11)

3.2. RTR Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Kepulauan Riau ada 2 (dua) yaitu: Kawasan Strategis Nasional Batam Bintan Karimun dan Kawasan Strategis Nasional Perbatasan.

Kabupaten Kepulauan Anambas termasuk dalam Kawasan Strategis Nasional (KSN) Perbatasan Negara dengan 5 (lima) buah pulau terluar yang berbatasan langsung dengan negara lain. Saat ini Kementerian Pekerjaan Umum-Direktorat Penataan Ruang, telah melakukan penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara Provinsi Riau-Provinsi Kepulauan Riau.

Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara berperan sebagai alat operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan sebagai alat koordinasi pelaksanaan pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara. Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara berfungsi sebagai pedoman untuk:

a. penyusunan rencana pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara; b. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di

Kawasan Perbatasan Negara;

c. perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah kabupaten/kota, serta keserasian antarsektor di Kawasan Perbatasan Negara;

d. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Kawasan Perbatasan Negara;

e. penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota di Kawasan Perbatasan Negara;

f. pengelolaan Kawasan Perbatasan Negara; dan

g. perwujudan keterpaduan rencana pengembangan Kawasan Perbatasan Negara dengan kawasan sekitarnya.

(12)

a. Mewujudkan kawasan berfungsi pertahanan dan keamanan negara yang menjamin keutuhan, kedaulatan, dan ketertiban Wilayah Negara yang berbatasan dengan Negara Malaysia, Negara Singapura, dan Negara Vietnam dilakukan melalui: a).penegasan dan penetapan batas wilayah negara demi terjaga dan terlindunginya kedaulatan negara dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI); b). pengembangan prasarana dan sarana pertahanan dan keamanan negara yang mendukung kedaulatan dan keutuhan batas wilayah negara; dan c). pengembangan sistem pusat permukiman Kawasan Perbatasan Negara sebagai pusat pertahanan dan keamanan negara di Kawasan Perbatasan Negara.

b. Mewujudkan kawasan berfungsi lindung di Kawasan Perbatasan Negara yang lestari dilakukan melalui: a). pelestarian dan rehabilitasi

kawasan berfungsi lindung di Kawasan Perbatasan Negara; b). rehabilitasi dan pelestarian sempadan pantai di Wilayah Pesisir

dan PPKT; dan c). pengendalian perkembangan Kawasan Budi Daya terbangun di kawasan rawan bencana.

(13)

A. Rencana Struktur Ruang

Rencana struktur ruang Kawasan Perbatasan Negara ditetapkan dengan tujuan meningkatkan pelayanan pusat kegiatan, kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana, serta fungsi Kawasan Perbatasan Negara sebagai beranda depan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan berfungsi sebagai penunjang dan penggerak kegiatan pertahanan dan keamanan negara untuk menjamin keutuhan kedaulatan dan ketertiban serta sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarki memiliki hubungan fungsional. Rencana struktur ruang Kawasan Perbatasan Negara terdiri atas:

a. Rencana Sistem Pusat Permukiman Perbatasan Negara

 Pusat Pelayanan Utama (PKSN);

 PKSN Dumai di Kota Dumai;

 PKSN Batam di Kota Batam;

 PKSN Ranai di Kabupaten Natuna.

 Pusat Pelayanan Penyangga (PKW);

 PKW Bagansiapiapi, Kecamatan Bangko, Kabupaten Rokan Hilir;

 PKW Bengkalis, Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis;

 PKW Tanjung Balai Karimun di Kabupaten Karimun; dan

 PKW Tarempa di Kabupaten Kepulauan Anambas.

 Pusat Pelayanan Pintu Gerbang.

 Bagansiapiapi di Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir;

 Bengkalis di Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis;

 Tanjung Balai Karimun di Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun;

 Tarempa di Kecamatan Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas;

 Tanjung Kedabu di Kecamatan Rangsang Kabupaten Meranti;

 Sekupang, Batu Ampar, dan Nongsa di Kota Batam; dan

(14)

b. Rencana Sistem Jaringan Prasarana.

 Sistem jaringan transportasi; ditetapkan dalam rangka meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan pergerakan orang dan barang, keterkaitan antarpusat pelayanan di Kawasan Perbatasan Negara, serta untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mendukung kegiatan pertahanan dan keamanan negara.

 Sistem jaringan energi; ditetapkan dalam rangka memenuhi kebutuhan energi dalam jumlah yang cukup dan menyediakan akses terhadap berbagai jenis energi bagi Masyarakat untuk kebutuhan sekarang dan akan datang di Kawasan Perbatasan Negara yang terdiri dari : jaringan pipa minyak dan gas bumi; pembangkit tenaga listrik; dan jaringan transmisi tenaga listrik.

 Sistem jaringan telekomunikasi; ditetapkan dalam rangka meningkatkan aksesibilitas Masyarakat terhadap layanan telekomunikasi di Kawasan Perbatasan Negara, yang terdiri dari jaringan terestrial dan jaringan satelit.

 Sistem jaringan sumber daya air; ditetapkan dalam rangka pengelolaan sumber daya air yang terdiri atas konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air di Kawasan Perbatasan Negara, yang terdiri dari: sumber air; dan prasarana sumber daya air.

 Sistem jaringan prasarana permukiman ditetapkan dalam rangka meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan perkotaan yang dikembangkan secara terintegrasi dan disesuaikan dengan kebutuhan unuk mendukung pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara, yang terdiri dari: Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM); sistem jaringan drainase; sistem jaringan air limbah; dan sistem pengelolaan sampah.

(15)
(16)

B. Rencana Pola Ruang

Rencana pola ruang Kawasan Perbatasan Negara ditetapkan dengan tujuan mengoptimalkan pemanfaatan ruang sesuai dengan peruntukannya sebagai Kawasan Lindung dan Kawasan Budi Daya secara berkelanjutan dengan prinsip keberimbangan antara pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan Masyarakat, serta kelestarian lingkungan.

Rencana pola ruang Kawasan Perbatasan Negara, terdiri atas Rencana peruntukan Kawasan Lindung dan Rencana peruntukan Kawasan Budi Daya.

a. Rencana peruntukan Kawasan Lindung;

 Zona lindung 1 (Zona L1) yang merupakan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; bertujuan untuk :

 mempertahankan PPKT;

 mencegah terjadinya erosi;

 menjaga fungsi hidrologis tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah, dan air permukaan; dan/atau

 memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan.

 Kawasan ini ditetapkan dengan kriteria :

▪ kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang jumlah hasil perkalian bobotnya sama dengan 175 (seratus tujuh puluh lima) atau lebih; ▪ kawasan hutan lindung di PPKT dengan faktor kemiringan

lereng, jenis tanah, atau intensitas hujan;

▪ kawasan hutan yang mempunyai kemiringan lereng paling sedikit 40% (empat puluh persen); dan/atau

(17)

 Zona lindung 2 (Zona L2) yang merupakan kawasan perlindungan setempat; bertujuan untuk melindungi pantai, sungai, dan waduk dari kegiatan budi daya yang dapat mengganggu kelestarian fungsinya. Zona L2 terdiri dari :

 Zona L2 yang merupakan sempadan pantai dengan kriteria : ▪ daratan sepanjang tepian laut yang berhadapan dengan

garis batas negara dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat;

▪ daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai; dan/atau

▪ kawasan untuk pemertahanan titik referensi dan Titik-titik Garis Pangkal Kepulauan.

 Zona L2 yang merupakan sempadan sungai, dengan kriteria : ▪ daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar

paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar; ▪ daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di

luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai; dan

▪ daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.

 Zona L2 yang merupakan kawasan sekitar waduk dengan kriteria :

▪ daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter dari titik pasang air waduk tertinggi; atau ▪ daratan sepanjang tepian waduk yang lebarnya proporsional

terhadap bentuk dan kondisi fisik waduk.

(18)

 Zona L3 yang merupakan kawasan suaka margasatwa; ditetapkan dengan kriteria:

▪ tempat hidup dan perkembangbiakan dari suatu jenis satwa yang perlu dilakukan upaya konservasinya;

▪ memiliki keanekaragaman satwa yang tinggi;

▪ tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu; atau ▪ memiliki luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang

bersangkutan.

 Zona L3 yang merupakan kawasan cagar alam; ditetapkan dengan kriteria:

▪ merupakan cagar alam yang berhadapan langsung dengan garis batas negara;

▪ memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan tipe ekosistemnya;

▪ memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunnya;

▪ memiliki kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli atau belum diganggu manusia;

▪ memiliki luas dan bentuk tertentu; dan

▪ memiliki ciri khas yang merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta keberadaannya memerlukan konservasi.

 Zona L3 yang merupakan kawasan taman wisata alam dan taman wisata perairan; ditetapkan dengan kriteria:

▪ memiliki daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa dan ekosistemnya yang masih asli serta formasi geologi yang indah, unik, dan langka;

▪ memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata;

▪ memiliki luas yang cukup untuk menjamin pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya untuk dimanfaatkan bagi kegiatana wisata alam; dan

(19)

 Zona L3 yang merupakan kawasan pantai berhutan bakau; ditetapkan dengan kriteria:

▪ kawasan pantai berhutan bakau yang berhadapan langsung dengan garis batas negara;

▪ koridor di sepanjang pantai dengan lebar paling sedikit 130 (seratus tiga puluh) kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan, diukur dari garis air surut terendah ke arah darat; dan

▪ memiliki keadaan alam yang asli untuk dikembangkan sebagai pariwisata alam.

 Zona lindung 4 (Zona L4) yang merupakan kawasan rawan bencana alam; ditetapkan dengan tujuan memberikan perlindungan semaksimal mungkin atas kemungkinan bencana alam terhadap fungsi lingkungan hidup dan kegiatan lainnya dan terdiri atas :

 Zona L4 yang merupakan kawasan rawan tanah longsor; ditetapkan dengan kriteria : kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran.

 Zona L4 yang merupakan kawasan rawan gelombang pasang; ditetapkan dengan kriteria : kawasan sekitar pantai yang rawan terhadap gelombang pasang dengan kecepatan antara 10 (sepuluh) sampai dengan 100 (seratus) kilometer per jam yang timbul akibat angin kencang atau gravitasi bulan atau matahari.

 Zona L4 yang merupakan kawasan rawan banjir; ditetapkan dengan kriteria kawasan yang diidentifikasikan sering dan/atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir.

 Zona lindung 5 (Zona L5) yang merupakan kawasan lindung geologi; ditetapkan dengan tujuan memberikan perlindungan semaksimal mungkin atas kemungkinan bencana alam geologi dan perlindungan terhadap air tanah. Terdiri atas :

(20)

 Zona L5 yang merupakan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.

 Zona lindung 6 (Zona L6) yang merupakan kawasan lindung lainnya, ditetapkan dengan tujuan melindungi kawasan yang memiliki ekosistem unik atau proses-proses penunjang kehidupan. Terdiri atas :

 Zona L6 yang merupakan kawasan terumbu karang; ditetapkan dengan kriteria :

▪ berupa kawasan yang terbentuk dari koloni masif dari hewan kecil yang secara bertahap membentuk terumbu karang; ▪ terdapat di sepanjang pantai dengan kedalaman paling

dalam 40 (empat puluh) meter; dan

▪ dipisahkan oleh laguna dengan kedalaman antara 40 (empat puluh) sampai dengan 75 (tujuh puluh lima) meter.

 Zona L6 yang merupakan kawasan cagar biosfer. Ditetapkan dengan kriteria :

▪ memiliki keterwakilan ekosistem yang masih alami, kawasan yang sudah mengalami degradasi, mengalami modifikasi, atau kawasan binaan;

▪ memiliki komunitas alam yang unik, langka, dan indah;

▪ merupakan bentang alam yang cukup luas yang mencerminkan interaksi antara komunitas alam dengan manusia beserta kegiatannya secara harmonis; atau

▪ berupa tempat bagi pemantauan perubahan ekologi melalui penelitian dan pendidikan.

 Zona L6 yang merupakan kawasan taman buru. Ditetapkan dengan kriteria :

▪ memiliki luas yang cukup untuk menjamin pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya untuk dimanfaatkan bagi kegiatana taman buru; dan

▪ kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan kegiatan taman buru.

(21)

 Zona Budi Daya (Zona B) terdiri atas:

 Zona Budi Daya 1 (Zona B1); merupakan zona permukiman perkotaan dengan karakteristik memiliki kualitas daya dukung lingkungan sedang, kualitas prasarana dan sarana sosial dengan tingkat pelayanan tinggi, kualitas prasarana dan sarana di bidang pertahanan dan keamanan negara dengan tingkat pelayanan tinggi, serta bangunan gedung dengan intensitas sedang dan tinggi baik vertikal maupun horizontal. Terdiri atas : ▪ kawasan peruntukan permukiman perkotaan;

▪ kawasan peruntukan kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

▪ kawasan peruntukan kegiatan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan;

▪ kawasan peruntukan pelabuhan; ▪ kawasan peruntukan bandar udara;

▪ kawasan peruntukan industri pengolahan hasil pertanian tanaman pangan, peternakan, perkebunan, perikanan, dan pertambangan;

▪ kawasan peruntukan kegiatan ekonomi lintas batas atau lokal;

▪ kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;

▪ kawasan peruntukan kegiatan pendidikan tinggi, pendidikan mengengah, dan pendidikan dasar, serta rumah sakit; dan/atau

▪ kawasan permukiman berbasis mitigasi dan adaptasi bencana yang dilengkapi dengan jalur evakuasi bencana.

(22)

▪ kawasan peruntukan permukiman perdesaan;

▪ kawasan peruntukan kegiatan pertahanan dan keamanan; ▪ kawasan peruntukan kegiatan pendidikan dasar dan

kesehatan masyarakat;

▪ kawasan permukiman berbasis mitigasi dan adaptasi bencana yang dilengkapi dengan jalur evakuasi bencana; ▪ kawasan peruntukan kegiatan ekonomi lintas batas atau

lokal; dan/atau

▪ kawasan peruntukan PLB yang memiliki fasilitas fasilitas kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan.

 Zona Budi Daya 3 (Zona B3); merupakan zona pertanian dengan karakteristik sebagai Kawasan Budi Daya yang dikembangkan untuk mendukung ketahanan dan kemandirian pangan Masyarakat di Kawasan Perbatasan Negara, memiliki kualitas daya dukung lingkungan rendah serta prasarana dan sarana pertanian. Terdiri atas :

▪ kawasan peruntukan pertanian lahan kering; ▪ kawasan peruntukan pertanian lahan basah; ▪ kawasan peruntukan peternakan;

▪ kawasan peruntukan perikanan darat; dan/atau ▪ kawasan agropolitan.

 Zona Budi Daya 4 (Zona B4); merupakan zona dengan karakteristik sebagai Kawasan Budi Daya pertanian yang dikembangkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah di Kawasan Perbatasan Negara, serta memiliki kualitas daya dukung lingkungan rendah. Terdiri atas terdiri atas kawasan peruntukan perkebunan.

(23)

 Zona Budi Daya 6 (Zona B6); merupakan zona pariwisata dengan karakteristik sebagai Kawasan Budi Daya yang dikembangkan secara terkendali untuk mendukung pertumbuhan pariwisata bahari dan MICE, serta prasarana dan sarana pariwisata.

 Zona Budi Daya 7 (Zona B7); merupakan zona hutan produksi dengan karakteristik sebagai Kawasan Budi Daya yang dikembangkan secara terbatas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah di Kawasan Perbatasan Negara, memiliki kualitas daya dukung lingkungan rendah serta prasarana dan sarana hutan produksi.

 Zona Perairan (Zona A) terdiri atas:

 Zona perairan 1 (Zona A1); merupakan zona perairan mulai batas Laut Teritorial Indonesia hingga garis pantai atau hingga perairan dengan jarak 24 (dua puluh empat) mil dari Garis pangkal Kepulauan Indonesia yang berfungsi:

▪ perlindungan Titik-titik Garis Pangkal Kepulauan dari abrasi; ▪ pemertahanan wilayah kedaulatan negara;

▪ pemanfaatan sumber daya alam kelautan sesuai potensi lestari; dan

▪ perlindungan ekosistem.

Zona A1 ditetapkan di laut teritorial yang berada di Selat Malaka dan Laut Tiongkok Selatan.

 Zona perairan 2 (Zona A2). merupakan zona perairan mulai batas laut teritorial hingga batas Landas Kontinen Indonesia dan/atau Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia yang berfungsi untuk pemanfaatan sumber daya alam kelautan sesuai potensi lestari. Zona A2 ditetapkan pada wilayah perairan landas kontinen dan/atau Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia yang berada di Selat Malaka, Selat Singapura, dan Laut Tiongkok Selatan.

(24)
(25)

Tabel 3.4. : Indikasi Program RTR KSN Perbatasan Negara, Provinsi Riau-Provinsi Kepulauan Riau pada Bidang Cipta Karya, Tahun 2015-2019

Indikasi Program Lokasi Sumber Pendanaan Instansi

Pelaksana I. Sistem Jaringan Sumber Daya Air

A. Wilayah Sungai

Mendayagunakan sumber air

pada sungai-sungai di

kawasan perbatasan negara guna mendukung pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian rakyat

WS strategis nasional yang berada di: WS Kepulauan Batam-Bintan yang terdiri atas DAS Terong, DAS Seraya Kepulauan Karimun yang terdiri atas DAS Karimun, DAS Kelapa Jernih, DAS Papan, DAS Buru, DAS Bela, DAS Durian, DAS Moro, DAS Pauh, DAS Sugi, DAS Terong, DAS Combol,

DAS Tjitim;

2. WS Kepulauan Natuna-Anambas yang terdiri atas DAS Seregam, DAS Kelarik, DAS Cinak, DAS Cinak Besar, DAS Binjai, DAS Kelarik Hulu, DAS Bunguran Timur, DAS Hulu, DAS Tiga, DAS Lagong, DAS Batang, DAS Ladan, DAS Sendanau, DAS Selor, DAS Ladan, DAS Matak, DAS Mubur, DAS Air Asuk, DAS Wampu, DAS Batu Belah, DAS Nyamuk, DAS Siantan, DAS Telaga, DAS Anambas, dan DAS Panai;

B. Prasarana Sumber Daya Air

Sistem pengendali banjir a. Kecamatan Teluk Sebong dan

Kecamatan Bintan Utara di Kabupaten Bintan;

Kecamatan Bintan Pesisir, dan

Kecamatan Tambelan di Kabupaten Bintan; Jemaja Timur, Kecamatan Siantan,

Kecamatan Siantan Selatan,

Kecamatan Siantan Timur, Kecamatan Siantan Tengah, dan Kecamatan Palmatak di Kabupaten Kepulauan Anambas;

c. Kecamatan Pulau Laut, Kecamatan Bunguran Selatan, Kecamatan Midai,

Kecamatan Bunguran Barat,

Kecamatan Bunguran Utara,

Kecamatan Bunguran Timur Laut,

Kecamatan Bunguran Timur,

Kecamatan Pulau Tiga, Kecamatan

Subi, Kecamatan Serasan, dan

Kecamatan Serasan Timur di

(26)

Indikasi Program Lokasi Sumber Pendanaan Instansi

A. Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) Mengembangkan SPAM di

pusat permukiman

perbatasan negara guna

menjamin ketersediaan air

bersih sesuai kebutuhan

penduduk di kawasan

perbatasan negar

1. Waduk Jago di Kecamatan Bintan Utara dan Waduk Lagoi di Kecamatan Teluk Sebong pada Kabupaten Bintan;

APBD dan/atau sumber Pulau Bajau di Kabupaten Kepulauan Anambas; dan

3. Sungai Ranai, Sungai Air Hijau, Sungai Ulu, Sungai Semala, Air Terjun Air Lengit, Sungai Air Kupang, Sungai embung di Pulau Tiga pada Kabupaten Natuna;

Instalasi Pengolahan Air Minum

1. sebagian wilayah Kabupaten Karimun yang meliputi Kecamatan Buru, Kecamatan Karimun, Kecamatan Kundur, Kecamatan Durai, Kecamatan Kundur Barat, Kecamatan Kundur Utara, Kecamatan Meral, Kecamatan Moro, dan Kecamatan Tebing yang

2. sebagian wilayah Kota Batam yang meliputi Kecamatan Belakang Padang, Kecamatan Batu Aji, Kecamatan Sekupang, Kecamatan Lubuk baja, Kecamatan Bengkong, Kecamatan Batu Ampar, Kecamatan Batam Kota,

Kecamatan Nongsa, Kecamatan

Bulang, Kecamatan Galang,

(27)

Indikasi Program Lokasi Sumber Pendanaan Instansi Pelaksana 3. sebagian wilayah Kabupaten Bintan

yang meliputi Kecamatan Bintan Pesisir, Kecamatan Bintan Utara,

Kecamatan Teluk Sebong, dan

Kecamatan Tambelan yang termasuk Pulau Sentut;

4. sebagian wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas yang meliputi

Kecamatan Jemaja, Kecamatan

Jemaja Timur, Kecamatan Siantan,

Kecamatan Siantan Selatan,

Kecamatan Siantan Timur, Kecamatan Siantan Tengah, dan Kecamatan Palmatak yang termasuk Pulau Tokong Malang Biru, Pulau Damar, Pulau Tokong Nanas, Pulau Tokong Belayar, dan Pulau Mangkai; dan

5. sebagian wilayah Kabupaten Natuna yang meliputi Kecamatan Pulau Laut,

Kecamatan Bunguran Selatan,

Kecamatan Midai, Kecamatan

Bunguran Barat, Kecamatan Bunguran Utara, Kecamatan Bunguran Timur

Laut, Kecamatan Bunguran,

Kecamatan Bunguran Tengah,

Kecamatan Pulau Tiga, Kecamatan

Subi, Kecamatan Serasan, dan

Kecamatan Serasan Timur yang termasuk Pulau Tokong Boro, Pulau

Semiun, Pulau Sebetul, Pulau

Sekatung, Pulau Senua, Pulau Subi Kecil, dan Pulau Kepala

Unit distribusi air minum 1. sebagian wilayah Kabupaten

Karimun yang meliputi Kecamatan Buru, Kecamatan Karimun, Kecamatan Kundur, Kecamatan Durai, Kecamatan Kundur Barat, Kecamatan Kundur Utara, Kecamatan Meral, Kecamatan Moro, dan Kecamatan Tebing yang

2. sebagian wilayah Kota Batam yang meliputi Kecamatan Belakang Padang, Kecamatan Batu Aji, Kecamatan Sekupang, Kecamatan Lubuk baja, Kecamatan Bengkong, Kecamatan Batu Ampar, Kecamatan Batam Kota,

Kecamatan Nongsa, Kecamatan

Bulang, Kecamatan Galang,

Kecamatan Sagulung, dan Kecamatan Sei Beduk yang termasuk Pulau Nipah, Pulau Pelampong, Pulau Batuberhanti, dan Pulau Nongsa;

3. sebagian wilayah Kabupaten Bintan yang meliputi Kecamatan Bintan Pesisir, Kecamatan Bintan Utara,

Kecamatan Teluk Sebong, dan

(28)

Indikasi Program Lokasi Sumber Pendanaan Instansi Pelaksana 4. sebagian wilayah Kabupaten

Kepulauan Anambas yang meliputi

Kecamatan Jemaja, Kecamatan

Jemaja Timur, Kecamatan Siantan,

Kecamatan Siantan Selatan,

Kecamatan Siantan Timur, Kecamatan Siantan Tengah, dan Kecamatan Palmatak yang termasuk Pulau Tokong Malang Biru, Pulau Damar, Pulau Tokong Nanas, Pulau Tokong Belayar, dan Pulau Mangkai; dan

5. sebagian wilayah Kabupaten Natuna yang meliputi Kecamatan Pulau Laut,

Kecamatan Bunguran Selatan,

Kecamatan Midai, Kecamatan

Bunguran Barat, Kecamatan Bunguran Utara, Kecamatan Bunguran Timur

Laut, Kecamatan Bunguran,

Kecamatan Bunguran Tengah,

Kecamatan Pulau Tiga, Kecamatan

Subi, Kecamatan Serasan, dan

Kecamatan Serasan Timur yang termasuk Pulau Tokong Boro, Pulau

Semiun, Pulau Sebetul, Pulau

Sekatung, Pulau Senua, Pulau Subi Kecil, dan Pulau Kepala

B. Sistem Jaringan Drainase Mengembangkan jaringan air limbah guna mengurangi genangan air dan mendukung pengendalian banjir,

1. PKSN Batam di Kota Batam; APBD dan/atau sumber

lain yang sah

Kemen PU, dan Pemda 2. PKSN Ranai di Kabupaten Natuna;

3. PKW Tanjung Balai Karimun di Kabupaten Karimun

4. PKW Tarempa di Kabupaten Kepulauan Anambas; dan 5. Kecamatan Sekupang, Kecamatan

Batu Ampar, dan Kecamatan Nongsa di Kota Batam; dan 6. Kecamatan Teluk Sebong di

Kabupaten Bintan. C. Sistem Jaringan Air Limbah

Mengembangkan jaringan air limbah guna meningkatkan kualitas lingkungan di pusat

permukiman perbatasan 2. PKSN Ranai di Kabupaten Natuna;

3. PKW Tanjung Balai Karimun di Kabupaten Karimun

4. PKW Tarempa di Kabupaten Kepulauan Anambas;

5. Kecamatan Sekupang, Kecamatan Batu Ampar, dan Kecamatan Nongsa di Kota Batam; dan 6. Kecamatan Teluk Sebong di

Kabupaten Bintan. 7. Kecamatan Teluk Sebong di

Kabupaten Bintan. D. Sistem Pengolahan Sampah

Mengembangkan sistem

pengelolaan persampahan

guna mengurangi,

menggunakan kembali, dan mendaur ulang sampah guna

meningkatkan kesehatan

masyarakat dan kualitas

lingkungan serta menjadikan

sampah sebagai sumber

daya

1. PKSN Batam di Kota Batam; APBD dan/atau sumber

lain yang sah

Kemen PU, dan Pemda 2. PKSN Ranai di Kabupaten Natuna;

3. PKW Tanjung Balai Karimun di Kabupaten Karimun

4. PKW Tarempa di Kabupaten Kepulauan Anambas

5. Kecamatan Sekupang, Kecamatan Batu Ampar, dan Kecamatan Nongsa di Kota Batam; dan 6. Kecamatan Teluk Sebong di

Kabupaten Bintan.

(29)

3.3. RTR Pulau Sumatera

Dalam RTR pulau Sumatera (Perpres No 13/ 2012 tentang RTR Pulau Sumatera) menyebutkan pulau Sumatra sebagai kesatuan fungsional wilayah geografis dan ekosistem yang mencakup wilayah darat, laut, udara dan termasuk ruang didalam dalam bumi yang mencakup sepuluh provinsi di Sumatera. Dalam perpres ini juga mengatur koridor ekosistem yang disebutka dalam RTRWN sebagai kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi adalah wilayah yang merupakan bagian dari kawasan lindung dan atau kawasan budidaya yang berfungsi sebagai alur migrasi satwa atau biota laut, yang menghubungkan antar kawasan konservasi.

RTR Pulau Sumatera berfungsi untuk memberikan dasar pencapaian keterpaduan, keserasian dan keterkaitan ruang lintas wilayah provinsi dan lintas sektor sebagai suatu kesatuan dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan ruang. RTR Pulau Sumatera merupakan penjabaran struktur dan pola ruang wilayah nasional ke dalam kebijakan dan strategi penataan ruang Pulau Sumatera.

Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera berfungsi sebagai pedoman untuk : a. penyusunan rencana pembangunan di Pulau Sumatera;

b. perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi dan kabupaten/kota, serta keserasian antarsektor di Pulau Sumatera;

c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Pulau Sumatera;

d. penentuan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Pulau Sumatera; dan

e. penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota di Pulau Sumatera.

Penataan ruang Pulau Sumatera bertujuan untuk mewujudkan:

(30)

b. swasembada pangan dan lumbung pangan nasional;

c. kemandirian energi dan lumbung energi nasional untuk ketenagalistrikan;

d. pusat industri yang berdaya saing;

e. pusat pariwisata berdaya saing internasional berbasis ekowisata, bahari, cagar budaya dan ilmu pengetahuan, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran (Meeting,

Incentive, Convention and Exhibition/MICE);

f. kelestarian kawasan berfungsi lindung bervegetasi hutan tetap paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari luas Pulau Sumatera sesuai dengan kondisi ekosistemnya;

g. kelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati hutan tropis basah;

h. kawasan perkotaan nasional yang kompak dan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana;

i. pusat pertumbuhan baru di wilayah pesisir barat dan wilayah pesisir timur Pulau Sumatera;

j. jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah; dan

k. kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan Negara India, Negara Thailand, Negara Malaysia, Negara Singapura, dan Negara Vietnam dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup.

A. Arahan Struktur Ruang Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan RTR Pulau Sumatera

(31)

1. Sistem Perkotaan Nasional

Sistem perkotaan yang termuat dalam RTR Pulau Sumatera, khususnya yang berada di wilayah Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.5. : Strategi Operasionalisasi Sistem Perkotaan

Nasional Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan RTR Pulau Sumatera

No Fungsi Kota Strategi operasional

1 PKN/PKSN Batam

Pengembangan pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan

Pengembangan pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara dan atau minyak bumi serta gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri

Peningkatan fungsi sebagai kawasan industri yang berdaya saing Pusat pariwisata bahari

Pusat penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran

Pusat pariwisata dalam kesatuan tujuan wisata

Pengendalian perkembangan PKN dan PKW yang menjalar

Pengembangan PKN berbasis SDA dan jasa yang memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan

Pengembangan perkotaan nasional sebagai pusat perdagangan dan jasa skala internasional

Pengembangan prasarana dan sarana perkotaan Mengembangan kawasan pengembangan ekonomi Mengembangkan atau meningkatkan fasilitas CIQS

Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana kota sebagai upaya untuk meningkatkan daya tarik investasi

Mengembangkan pusat-pusat bagi kegiatan produksi lanjutan yang komplementer dengan komoditas-komoditas unggulan dan komplementer dengan kegiatan produksi Negara Thailand, Negara Vietnam, Negara Malaysia, dan Negara Singapura

2 PKW Tanjungpinang

Pengembangan pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan

Peningkatan fungsi sebagai kawasan industri yang berdaya saing Pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan

Pusat penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran

Pengembangan prasarana dan sarana perkotaan

3 PKW Tarempa

Pengembangan pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan

Pengembangan pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara dan atau minyak bumi serta gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri

Pusat pariwisata bahari

Pengembangan prasarana dan sarana perkotaan

4 PKW Tanjung Balai Karimun

Pengembangan pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan

Pengembangan pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara dan atau minyak bumi serta gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri

(32)

No Fungsi Kota Strategi operasional

5 PKW Daik-Lingga

Pengembangan pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan

Pengembangan pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara dan atau minyak bumi serta gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri

Pengembangan prasarana dan sarana perkotaan

6 PKW Dabo-Pulau

Singkep

Pengembangan pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan

Pengembangan pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara dan atau minyak bumi serta gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri

Pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan

Pengembangan prasarana dan sarana perkotaan

7 PKSN Ranai

Pengembangan prasarana dan sarana perkotaan Pembangunan fasilitas CIQS

Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana kota sebagai upaya untuk meningkatkan daya tarik investasi

Mengembangan kawasan pengembangan ekonomi

Mengembangkan pusat-pusat bagi kegiatan produksi lanjutan yang komplementer dengan komoditas-komoditas unggulan dan komplementer dengan kegiatan produksi Negara Thailand, Negara Vietnam, Negara Malaysia, dan Negara Singapura

Sumber : Perpres No. 13 Tahun 2012

2. Sistem Jaringan Transportasi Nasional

1) Pengembangan dan pemantapan jaringan jalan nasional untuk menghubungkan kawasan perkotaan nasional dengan pelabuhan dan/atau bandar udara:

 jaringan jalan arteri primer yang menghubungkan PKN Batamndengan Bandar Udara Hang Nadim dan Pelabuhan Batam;

 jaringan jalan arteri primer yang menghubungkan PKW Tanjung Pinang dengan Bandar Udara Raja Haji Fisabilillah (Kijang) dan Pelabuhan Tanjung Pinang;

 jaringan jalan strategis nasional yang menghubungkan PKW Dabo-Singkep dengan Pelabuhan Dabo-Singkep;

 jaringan jalan kolektor primer yang menghubungkan PKW Tanjung Balai Karimun dengan Pelabuhan Tanjung Balai Karimun;

(33)

2) Pengembangan dan pemantapan jaringan jalan nasional yang terpadu dengan jaringan transportasi lainnya untuk mendorong perekonomian : pelabuhan Batam, pelabuhan Tanjung Balai Karimun, Pelabuhan tanjungpinang, Pelabuhan Dabo Singkep, Pelabuhan ranai

3) Pengembangan jaringan jalan nasional untuk meningkatkan aksesibilitas di kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil

 Jaringan jalan arteri primer yang menghubungkan: (Batam-Timbesi-Tanjung Berikat, Batam-(Batam-Timbesi-Tanjung Uncang, Batam-Simpang Kabii-Pungur, Simpang Kabii- Nongsa, dan Batam-Sekupang di Pulau Batam); dan (Tanjung Pinang-Simpang Gesek dan Tanjung Pinang-Kijang di Pulau Bintan).

 Jaringan jalan kolektor rimer yang menghubungkan : (Pasir Panjang-Sipang Jalutong-Tanjung Balai di Pulau Karimun Besar), (Tanjung Berikat-Galang Baru di Pulau Batam-Pulau Rempang-Pulau Galang), dan (Tanjung Buton-Ranai-Selat Lampa di Pulau Natuna)

 Jaringan jalan strategis nasional yang menghubungkan : (Tanjung Berikat-Galang Baru di Pulau Batam-Pulau Rempang-Pulau Galang), (Sei Tenam-Tanjung Buton di Pulau Daik), dan (Sei Buluh-Dabo di Pulau Singkep)

4) Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan dengan memperhatikan fungsi kawasan pertanian pangan berkelanjutan, kawasan lindung, dan kawasan rawan bencana

 jaringan jalan bebas hambatan antarkota yang menghubungkan jembatan Pulau Batam-Pulau Bintan

 jaringan jalan bebas hambatan dalam kota : Batu Ampar-Muka Kuning-Bandara Hang Nadim

(34)

6) Pengembangan dan pemantapan pelabuhan penyeberangan untuk membuka keterisolasian wilayah, meningkatkan keterkaitan antarprovinsi di Pulau Sumatera, antarprovinsi di Pulau Sumatera dengan provinsi di luar Pulau Sumatera, dan antarnegara

3. Sistem Jaringan Energi Nasional

1) Pemantapan dan pengembangan jaringan pipa transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi yang mengintegrasikan fasilitas produksi, pengolahan dan/atau penyimpanan, hingga akses menuju kawasan perkotaan nasional dalam mendukung sistem pasokan energi nasional di Pulau Sumatera.

 Pemantapan jaringan transmisi minyak dan gas bumi Grissik-Batam, Natuna-Batam dengan jaringan distribusi Batam untuk melayani PKN Batam, PKW Tanjung Balai Karimun, dan PKW Tarempa

2) Peningkatan kapasitas pembangkit tenaga listrik energy baru dan terbarukan untuk melayani kawasan perkotaan nasional dan kawasan andalan : (PLTGU Tanjung Balai, PLTGU Daik, PLTGU Tanjungpinang, PLTB Pulau Natuna, PLTS Natuna)

3) Pengembangan pembangkit tenaga listrik berbasis energi matahari, angin dan panas bumi untuk mendukung ketersediaan pasokan tenaga listrik di kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulai-pulau kecil (tenaga matahari/angin di Pulau Batam-Rempang-Galang, Pulau Natuna) 4) Pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik untuk kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi termasuk pulau kecil : Kepulauan Natuna, Kepulauan Anambas, Kepulauan Tanjung Balai Karimun, Pulau Batam-Rempang-Galang, Pulau Bintan, Pulau Karimun Kecil, Pulau Lingga-Pulau Singkep, Kepulauan Tambelan.

4. Sistem Jaringan Telekomunikasi

(35)

Daik-Lingga, PKW Dabo-Singkep, PKN Batam, PKW Tarempa, PKSN Ranai, Kawasan Andalan Batam-Tanjungpinang

2) Pengembangan jaringan satelit untuk melayani kawasan perkotaan nasional, kawasan andalan, kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil : (PKN Batam, PKW Tanjungpinang, PKW Tarempa, PKW Daik-Lingga, PKW Dabo-Pulau Singkep, PKW Tanjung Balai Karimun, PKSN Ranai), (Kawasan Andalan Batam-Tanjungpinang, Kawasan andalan Natuna) dan (Kepulauan Anambas dan Pulau Karimun Kecil)

5. Sistem Jaringan Sumber Daya Air

1) Pendayagunaan sumber air dengan berbasis pada WS untuk melayani kawasan perkotaan nasional dan kawasan andalan (WS Pulau Batam-Pulau Bintan yang melayani PKN Batam, PKW Tanjungpinang, serta Kawasan Andalan Zona Batam-Tanjungpinang)

2) Pengembangan prasarana dan sarana air baku untuk melayani kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil : Kepulauan Karimun, Kepulauan Lingga, Kepulauan Anambas, Kepulauan Natuna, Kepulauan Tambelan, Pulau Karimun Kecil Lebih jelasnya mengenai struktur ruang Pulau Sumatera, dapat dilihat pada gambar berikut ini.

B. Arahan Pola Ruang Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan RTR Pulau Sumatera

Strategi operasionalisasi pola ruang RTR Pulau Sumatera terdiri dari strategi operasionalisasi Kawasan Lindung Nasional dan Kawasan Budi Daya yang memiliki Nilai Strategis Nasional.

1. Kawasan Lindung Nasional

(36)
(37)

 pengembangan pengelolaan, meningkatkan fungsi, dnan mengendalikan perubagan peruntukan dan/atau fungsi kawasan hutan lindung yang bervegetasi hitan tetap (Pulau Batam, Kabupaten Bintan, Pulau Lingga, Kabupaten Natuna, Kabupaten Karimun)

 pelestarian kawasan hutan lindung dan awasan bergambut yang bernilai konservasi tinggi (Pulau Natuna dan Kepulauan Lingga)

2) Kawasan perlindungan setempat

 pengendalian pemanfaatan ruang pada sempadan pantai, sungai dan kawasan sekitar danau atau waduk yang berpotensi mengganggu fungsi sempadan serta pengembangan struktur alami berupa jenis dan kerapatan tanaman dan/atau struktur buatan di sempadan/ untuk mencegah daya rusak air (sempadan sungai gading, ladi, bukit jodoh, nongsa, balo, gata, kangka, galang, galang baru, abang besar, logo, eking, bintan, cikolek, sumpai, angus, katubi, jang, dompak, mapr, benuwa, pe di WS Pulau Batam-Pulau Bintan) dan (sekitar waduk duriangkang di Kota Batam, waduk sei harapan di Kota Batam, waduk ladi di Kota Batam, waduk lagoi di Kabupaten Bintan)

3) Kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan cagar budaya

 pengembangan pengelolaan dan pemertahanan fungsi suaka margasatwa, cagar alam, taman nasional laut, taman hutan raya, taman wisata alam, dan taman wisata alam laut (taman nasional laut Anambas dan taman wisata alam muka kuning)

 pelestarian fungsi dan pengembangan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan (makam Raja Hamidah

Engku Puteri, makam Raja Ja’far dan Raja Ali,

(38)

(Makam Sultan Mahmudsyah III, Makam Bukit Cengkeh, Makam Merah di Kabupaten Lingga)

4) Kawasan rawan bencana alam

 penetapan zona-zona rawan bencana alam beserta ketentuan mengenai standar bangunan gedung yang sesuai dengan karakteristik, jenis dan ancaman bencana (Kawasan rawan banjir di Tanjung Balai)

5) Kawasan lindung lainnya

 pemertahanan, pelestarian, dan pengembangan kawasan laut yang memiliki ekosistem terumbu karang (Pulau Karimun, Pulau Batam, Pulau Bintan, Pulau Lingga, Pulau Singkep, Kepulauan Anambas, Kepulauan Natuna)

2. Kawasan Budi Daya yang memiliki Nilai Strategis Nasional

1) Kawasan peruntukan pertanian

 pemertahanan luasan kawasan peruntukan pertanian pangan beririgasi, rawa pasang surut dan lebak, serta sawah non irigasi, termasuk yang merupakan lahan pertanian pangan berkelanjutan serta pengembangan kawasan peruntukan pertanian pangan sesuai kesesuaian lahan serta kelayakan rawa dan lahan kering/tadah hujan (Kabupaten Lingga, Kabpaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas)

 pengendalian alih fungsi lahan kawasan pertanian pangan sawah beririgasi menjadi non sawah (Kabupaten Lingga, Kabupaten Natuna, Kabupaten Karimun, Kabupaten Bintan, Kabupaten Kepulauan Anambas)

 perlindungan luas lahan holtikultura (Kabupaten Lingga)

(39)

Kabupaten Karimun, Kabupaten Bintan, Kabupaten Kepulauan Anambas)

2) Kawasan peruntukan perikanan

 pengembangan kegiatan perikanan budi daya dengan memperhatikan daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup (Kabupaten Bintan, Kota Batam, Kota Tanjung Balai Karimun, Kabupaten Karimun, Kabupaten Kepulauan Anambas)

 pengembangan kawasan minapolitan berbasis masyarakat (Kabupaten Bintan, Kota Batam, Kota Tanjung Balai Karimun, Kabupaten Karimun, Kabupaten Kepulauan Anambas)

 pengembangan kawasan peruntukan perikanan tangkap sesuai potensi lestari (di perairan Selat Malaka, Laut Andaman, Samudera Hindia, Selat Sunda, Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut Cina Selatan)

 pengendalian kegiatan perikanan tangkap pada kawasan peruntukan perikanan yang memiliki terumbu karang (Pulau Karium, Pulau Batam, Pulau Bintan, Pulau Lingga, Pulau Singkep, Kepulauan Anambas, Kepulauan Natuna) 3) Kawasan peruntukan pertambangan

 pengembangan dan rehabilitasi kawasa peruntukan pertambangan yang berdaya saing dan ramah lingkungan (mineral di Kabupaten Bintan, Kepulauan Karimun, Kota Batam, Pulau Lingga, dan Pulau Natuna) dan (minyak dan gas bumi di Kabupaten Anambas, Kabupaten Natuna)

 pengendalian pengembangan kawasan peruntukan pertambangan pada kawasan permukiman (Kabupaten Karimun, Kota Batam, Kabupaten Lingga, Kabupaten Natuna)

4) Kawasan peruntukan industri

(40)

padat modal, berdaya sain, dan ramah lingkungan dengan didukung pengelolaan limbah industry terpadu (Kota Batam dan Kepulauan Karimun)

 pengembangan kawasan industry yang sesuai daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup (Kota Batam)

 peningkatan fungsi kawasan industry yang didukung pengelolaan limbah industry terpadu (Kota Batam dan Kota Tanjungpinang)

5) Kawasan peruntukan pariwisata

 rehabilitasi dan pengembangan kawasan peruntukan pariwisata bahari yang didukung ketersediaan prasarana dan sarana pariwisata (Taman Nasional Laut Kepulauan Anambas, Pulau Bintan, Pulau Lingga, dan Pulau Singkep)

 rehabilitasi dan pengembangan kawasan peruntukan pariwisata berbasis cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang dilakukan dengan pelestarian kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, serta pengembangan prasarana dan sarana pariwisata (Makam raja Hamidah

Engku Puteri, Makam Raja Ja’far dan Raja Ali,

Gedung/Istana Engku Bilik, Makam Raja Haji Fisabilillah, Perigi Puteri, Benteng Bukit Kursi di Kota Tanjungpinang) dan (Makam Sultan Mahmudsyah III, Makam Bukit Cengkeh, Makam Merah di Kabupaten Lingga)

 pengembangan penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran yang didukung ketersediaan prasarana dan sarana pariwisata (Kota Batam dan Kota Tanjungpinang)

6) Kawasan peruntukan permukiman

(41)

 pengembangan kawasan peruntukan permukiman di kawasan perkotaan yang didukung oleh prasarana dan sarana perkotaan (Kota Batam dan Kota Tanjungpinang)

 pengembangan kawasan peruntukan permukiman di kawasan perbatasan negara untuk mendukung kawasan perbatasan negara termasuk pulau kecil terluar sebagai beranda depan pintu gerbang negara (Pulau Bengkalis, Kepulauan Tambelan, Pulau Iyu Kecil, Pulau Karimun Kecil, Pulau Nipa, Pulau Pelampong, Pulau Nongsa, Kepulauan Anambas).

Lebih jelasnya mengenai rencana pola ruang Pulau Sumatera, dapat dilihat pada gambar berikut ini.

3.4. RTR Provinsi Kepulauan Riau

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang selanjutnya disebut RTRWP adalah rencana struktur tata ruang provinsi yang mengatur struktur dan pola tata ruang provinsi.

3.4.1. Rencana Struktur Ruang

Rencana struktur ruang wilayah Provinsi merupakan kerangka tata ruang wilayah provinsi yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah terutama jaringan transportasi. Pusat kegiatan di wilayah provinsi merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kab./kota, yang terdiri atas:

 PKN yang berada di wilayah Provinsi;

 PKW yang berada di wilayah Provinsi;

 PKL yang berada di wilayah Provinsi;

 PKSN yang berada di wilayah Provinsi; dan

(42)
(43)

Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi yang terdiri atas gugusan-gugusan pulau yang letaknya saling berjauhan, sehingga perlu adanya keterkaitan antar pulau untuk menjadikan provinsi ini menjadi satu kesatuan yang utuh. Perwujudan dari pengembangan keterpaduan pusat-pusat kegiatan tersebut antara lain melalui pemantapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) serta pengembangan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Selain itu kawasan-kawasan perkotaan di pulau-pulau kecil didorong pengembangannya sebagai kota pesisir dengan menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai leading sector dalam pengembangan ekonomi wilayahnya, serta menjadikan laut sebagai halaman depan dan orientasi pembangunan.

Tabel 3.6 : Pusat-Pusat Kegiatan di Provinsi Kepulauan Riau

No. Kota Fungsi Arahan

1. Batam PKN / PKSN a. Pusat pemerintahan Kota Batam.

b. Kawasan investasi internasional. c. “Pusat keunggulan” (center of excellent)

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun.

d. Pusat kawasan industri, perdagangan dan jasa Provinsi Kepulauan Riau.

e. Simpul utama (main outlet) transportasi laut dan udara skala nasional dan internasional. f. Pusat pertumbuhan ekonomi yang mendorong

perkembangan wilayah perbatasan. g. Pintu gerbang Indonesia ke wilayah

internasional.

h. Kawasan untuk kepentingan pertahanan keamanan nasional serta integrasi nasional. i. Kawasan alih muat kapal (transhipment point). j. Kawasan pariwisata.

2. Ranai PKSN a. Pusat pemerintahan Kabupaten Natuna

b. Pusat pertumbuhan kawasan perbatasan negara.

c. Pintu gerbang Indonesia ke wilayah internasional.

d. Kawasan untuk kepentingan pertahanan keamanan nasional serta integrasi nasional. e. Pusat pelayanan, ekspor serta akses ke pasar

global.

f. Simpul transportasi laut nasional dan internasional.

g. Simpul transportasi udara nasional.

h. Pusat koleksi dan distribusi skala regional dan nasional.

i. Kawasan pengembangan industri pendukung perikanan dan kelautan.

(44)

No. Kota Fungsi Arahan

3. Tanjungpinang PKW a. Pusat pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau.

b. Pusat pemerintahan Kota Tanjungpinang. c. Pusat koleksi dan distribusi barang skala

provinsi.

d. Pusat kegiatan industri pendukung PKN Batam. e. Kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan

bebas Batam, Bintan dan Karimun. f. Simpul transportasi laut nasional dan simpul

transportasi udara nasional.

g. Pusat perdagangan dan jasa skala provinsi. h. Pendukung kegiatan pariwisata.

i. Kawasan pendidikan.

4. Tarempa PKW a. Pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan

Anambas.

b. Simpul transportasi laut skala nasional. c. Pusat koleksi dan distribusi skala regional. d. Pusat kegiatan perdagangan dengan lingkup

pelayanan lokal dan regional.

e. Sentra produksi perikanan dan kelautan. f. Pengembangan industri pendukung dan

pengolahan perikanan. g. Kawasan pariwisata.

h. Kota transit lalu lintas pelayaran.

5. Daik PKW a. Pusat pemerintahan Kabupaten Lingga.

b. Pusat perdagangan dan jasa skala regional. c. Pusat koleksi dan distribusi skala regional. d. Pusat pengembangan industri hasil-hasil

pertanian.

e. Sentra pengembangan kegiatan pertanian/perkebunan, perikanan, dan kehutanan

f. Kawasan pariwisata.

g. Pusat pelayanan transportasi laut skala regional dan lokal.

6. Dabo PKW a. Pusat pelayanan untuk Pulau Singkep dan

sekitarnya.

b. Pusat pertumbuhan perdagangan dan jasa skala regional.

c. Pusat koleksi dan distribusi skala regional. d. Kegiatan pertanian/perkebunan, perikanan,

kehutanan, pertambangan dan pariwisata. e. Pusat pelayanan transportasi udara skala

regional.

f. Simpul transportasi laut skala nasional. 7. Tanjungbalai

Karimun

PKW a. Pusat pemerintahan Kabupaten Karimun. b. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan

Bebas Batam, Bintan dan Karimun. c. Kawasan perdagangan dan pelayanan jasa

serta pariwisata.

d. Pusat koleksi dan distribusi tingkat regional. e. Simpul transportasi laut nasional dan

transportasi udara regional.

(45)

No. Kota Fungsi Arahan

8. Bandar Seri Bintan PKL a. Pusat pemerintahan Kabupaten Bintan. b. Pusat kegiatan utama dengan skala pelayanan

kabupaten.

c. Kawasan pariwisata.

d. Pusat perdagangan dan jasa skala lokal. e. Simpul transportasi laut.

9. Tanjung Uban PKL a. Kawasan industri pendukung Perdagangan

Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun.

b. Pusat koleksi dan distribusi.

c. Simpul pelayanan transportasi laut lokal. d. Simpul penghubung PKN Batam dengan wilayah

Kabupaten Bintan. e. Kawasan pariwisata. f. Kawasan industri dan jasa.

10. Kijang PKL a. Kawasan perdagangan dan jasa lokal.

b. Kawasan industri maritim. c. Kawasan pertanian dan perikanan. d. Pusat koleksi dan distribusi lokal.

e. Simpul pelayanan transportasi skala nasional. f. Kawasan pertambangan.

g. Pengembangan kawasan pariwisata.

11. Letung PKL a. Pusat koleksi dan distribusi hasil perikanan dan

kelautan.

b. Kawasan perdagangan dengan lingkup pelayanan lokal.

c. Kawasan pertanian.

d. Kawasan industri perikanan dan kelautan. e. Kawasan pariwisata.

f. Simpul pelayanan transportasi laut regional. 12. Tebangladan PKL a. Pusat koleksi dan distribusi hasil perikanan dan

kelautan.

b. Pusat industri pengolahan perikanan dan kelautan .

c. Kawasan perdagangan lokal. d. Kawasan pariwisata.

e. Pusat pengolahan minyak dan gas. f. Simpul pelayanan transportasi laut lokal. g. Simpul transportasi udara skala regional.

13. Pancur PKL a. Pengembangan kegiatan pertanian.

b. Kawasan perikanan dan kelautan. c. Pusat koleksi dan distribusi hasil pertanian. d. Simpul pelayanan transportasi laut lokal.

14. Senayang PKL a. Pusat koleksi dan distribusi hasil perikanan serta

kelautan.

(46)

No. Kota Fungsi Arahan

15. Meral PKL a. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan

Bebas Batam, Bintan dan Karimun. b. Kawasan industri maritim.

c. Kawasan perdagangan dan jasa lokal. d. Kawasan pertambangan.

16. Tanjung Batu PKL a. Simpul transit skala regional dan antar pulau. b. Pusat perdagangan dan jasa skala lokal. c. Kawasan pariwisata, pertanian, perkebunan dan

perikanan.

d. Pusat koleksi dan distribusi lokal.

e. Kawasan pendukung pengembangan industri Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun.

17. Moro PKL a. Pusat koleksi dan distribusi lokal.

b. Pusat kegiatan perikanan.

c. Pengembangan kawasan pertambangan. d. Simpul transportasi laut nasional.

18. Sedanau PKL a. Pusat koleksi dan distribusi hasil pertanian,

perkebunan dan perikanan. b. Pusat perdagangan skala lokal.

c. Simpul pelayanan transportasi skala regional.

19. Serasan PKL a. Pusat koleksi dan distribusi hasil pertanian dan

kelautan.

b. Simpul pelayanan transportasi laut skala regional.

Sumber : Draf RTRW Provinsi Kepulauan Riau

Sistem jaringan prasarana wilayah provinsi meliputi sistem prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikannya dan memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada di wilayah provinsi. Upaya pengembangan sistem jaringan prasarana utama di Provinsi Kepulauan Riau meliputi sistem transportasi darat (mencakup aspek-aspek pola dan sistem jaringan jalan yang berhirarki, serta terminal), sistem transportasi laut, serta sistem transportasi udara. Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana utama di Provinsi Kepulauan Riau, terbagi atas :

1. Sistem Transportasi

(47)

tuntutan perkembangan wilayah, meliputi pengembangan sistem jaringan jalan dan jembatan dan pengembangan jaringan pelayanan, Adapun arahan pengembangan jaringan transportasi jalan di Provinsi Kepulauan Riau dilakukan melalui program-program sebagai berikut:

 Meningkatkan kondisi jalan.

 Manajemen lalu lintas di daerah perkotaan.

 Membangun jaringan jalan baru yang dapat mencapai pelosok

pulau.

 Menghubungkan ibu kota kabupaten dengan simpul-simpul

transportasi utama.

 Tercipta sinergi dengan moda transportasi lainnya.

 Meningkatkan pelayanan angkutan umum Antar Kota Dalam

Propinsi (AKDP).

 Pengembangan terminal dan sub-terminal yang terintegrasi.

b. Sistem transportasi laut, yang didukung oleh prasarana dan sarana transportasi laut dengan teknologi yang sesuai dengan tuntutan perkembangan wilayah, Sebagai akses utama arus keluar maupun masuk penumpang dan barang melalui transportasi laut, maka pelayanan angkutan dibagi menjadi : 1) Angkutan Laut Dalam Negeri

Pada Provinsi Kepulauan Riau, rute pelayanan dan pelabuhan yang melayani angkutan laut dalam negeri ini meliputi :

 Angkutan penumpang untuk domestik regional – nasional;

 Angkutan penumpang untuk domestik antar pulau (regional);

 Angkutan barang yang bertaraf domestik regional – nasional;

 Angkutan barang yang bertaraf domestik antar pulau (regional).

2) Angkutan Laut Luar Negeri

 Angkutan penumpang untuk internasional;

(48)

3) Angkutan Laut Khusus.

Angkutan laut khusus merupakan kegiatan pelayanan angkutan yang dilakukan oleh badan usaha untuk menunjang usaha pokok untuk kepentingan sendiri dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia yang memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal dan diawaki oleh Awak Kapal berkewarganegaraan Indonesia.

4) Angkutan Laut Pelayaran Rakyat

Angkutan laut pelayaran rakyat merupakan kegiatan pelayanan angkutan usaha masyarakat yang bersifat tradisional dan merupakan bagian dari usaha angkutan di perairan mempunyai peranan yang penting dan karakteristik tersendiri.

c. Sistem jaringan transportasi udara, yang didukung oleh prasarana dan sarana transportasi udara dengan teknologi yang sesuai dengan tuntutan perkembangan wilayah. Transportasi udara merupakan sarana transportasi yang efektif digunakan untuk angkutan jarak jauh. Hal ini dikarenakan transportasi udara memiliki kecepatan dan jangkuan yang cukup fleksibel, serta hampir disetiap wilayah atau daerah yang memiliki sarana lapangan terbang dapat disinggahi. Adapun sarana perhubungan udara yang terdapat di Provinsi Kepulauan Riau meliputi :

 Bandar Udara Hang Nadim di Kota Batam sebagai Bandar Udara Pengumpul (hub) dengan skala pelayanan primer. Bandar udara ini memiliki status sebagai Bandar Udara Internasional / Embarkasi klasifikasi kelas utama.

 Bandar Udara Raja Haji Fisabilillah di Tanjungpinang sebagai Bandar Udara Pengumpul (hub) dengan skala pelayanan tersier. Bandara ini memiliki status sebagai bandar udara Internasional.

 Bandar Udara Ranai di Natuna sebagai Bandar Udara Pengumpul (hub) dengan skala pelayanan tersier.

Gambar

Tabel 3.1. :  Arahan Struktur Ruang Provinsi Kepulauan Riau
Tabel 3.3. :  Arahan Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Kepuauan Riau Berdasarkan RTRWN
Tabel 3.5. :  Strategi Operasionalisasi Sistem Perkotaan Nasional Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan RTR Pulau Sumatera
Tabel 3.6 :   Pusat-Pusat Kegiatan di Provinsi Kepulauan Riau
+2

Referensi

Dokumen terkait

Ketika individu masuk dan bergabung dengan sebuah kelompok tentunya ada pembagian in-group dan out-group yang nantinya dapat menciptakan suatu identitas

tersebut tidak ada dalam perbuatan atau sikap seseorang, maka tidak.. dapat disebut

The quiescent power drain is only 24 milliwatts when operating from a 6 voltage supply, making the LM386 ideal for battery operation... Absolute maximum ratings are stress

Sebuah tag RFID selangkah lebih maju dengan mengemisikan sebuah nomor seri unik di antara jutaan obyek yang identik, sehingga ia dapat mengindikasikan “Ini

Inkubator Bisnis yang selama ini dikenal sebagai tempat bagi mahasiswa yang ingin berwirausaha, menjadikan inkubator bisnis ini sebagai batu loncatan menuju kewirausahaan

besi cor yang mana membuat kualitas produk rendah karena adanya bagian permukaan dari molten metal yang meleleh menempel pada permukaan pipa.. rendah dan umur

Kenaikan terbesar terjadi di Kabupaten Banyuwangi yang mengalami kenaikan indeks yang dibayar nelayan sebesar 0,99 persen, kemudian diikuti Kabupaten Situbondo 0,61

Dalam riwayat lain dengan lafadz yang berbeda.. “Jika binatang itu sebagai barang gadaian, maka debitur dibolehkan menungganginya. Dan begitu juga pada hewan ternak, maka