• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Taksiran berat janin - Perbandingan Akurasi Taksiran Berat Badan Janin Menurut Formula Dare’s Dengan Johnson Tausack

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Taksiran berat janin - Perbandingan Akurasi Taksiran Berat Badan Janin Menurut Formula Dare’s Dengan Johnson Tausack"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Taksiran berat janin

Sekitar 90% kematian ibu terjadi disaat persalinan dan kira-kira 95% dari

penyebab kematian ibu tersebut adalah komplikasi obstetrik yang sering

tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Salah satunya penyulit dalam

proses persalaian akibat adanya distosia, diantaranya distosia power

(kekuatan kontraksi uteri), passanger (janin/berat janin) danpassage

(Jalan lahir). Maka taksiran berat janin mempunyaiarti yang sangat

penting. Berat bayi yang sangat kecil atau sangat besar berhubungan

dengan meningkatnya komplikasi selama masa persalinan dan nifas.

Yang paling sering terjadi pada janin dengan berat lahir besar

(makrosomia) salah satunya adalah distosia bahu. Sedangkan pada ibu

dapat terjadi perlukaan jalan lahir, trauma pada otot-otot dasar panggul

dan perdarahan pasca persalinan. Pada bayi dengan berat lahir rendah

dapat terjadirespiratory distress syndrom atau hipoglikemi

(Ghaemmaghami 2002,Winkjosastro 2008).

Berdasarkan kenyataan diatas, perlu dipikirkan cara-cara untuk

mendeteksi kesejahteraan janin termasuk perkiraan berat badan janin

selama masa kehamilan dan saat persalinan, mengingat sebanyak

10%-20% dari seluruh proses kehamilan dan persalinan dapat mengalami

(2)

mempunyai arti yang sangat penting dalam menentukan saat rujukan.

Apabila ditemukan tinggi fundus uteri (TFU) 40 cm atau lebih yang

mengindikasikan terjadinya makrosomia atau bayi besar yang merupakan

salah satu faktor presdiposisi terjadinya distosia bahu dan perdarahan

paska persalinan sebaiknya pasien dirujuk. Bagi obstetrikus, taksiran berat

badan bayi sangat dirasakan kepentingannnya saat harus menentukan

tindakan persalinan apakah secara pervaginam ataupun perabdominal.

Singkatnya, berat badan janin penting diukur sebelum proses persalinan

mulai. Berguna untuk mengantisipasi kemungkinan penyulit

kehamilan-persalinan seperti gangguan pertumbuhan bayi atau makrosomia (Depkes

RI, 2007).

II.2. Berat Bayi Lahir

Secara normal pertumbuhan janin mencerminkan interaksi potensi

pertumbuhan yang telah ditentukan secara genetis janin dan modulasi

dengan kesehatan janin, plasenta dan ibu. Pertumbuhan Normal janin

terdiri dari tiga tahap berturut-turut dan agak tumpang tindih. Tahap

pertama adalah tahap hiperplasia seluler dan mencakup 16 minggu

pertama kehamilan. Tahap kedua, yang dikenal sebagai fase hiperplasia

dan hipertrofi bersamaan, terjadi antara 16 dan 32 minggu dan melibatkan

peningkatan ukuran sel dan jumlah sel. Tahap ketiga, yang disebut fase

hipertropi seluler, terjadi antara minggu 32 dan jangka waktu dan ditandai

dengan tumbuh kembang yang pesat dari segi jumlah dan ukuran. Secara

(3)

/ hari pada 14 sampai 15 minggu kehamilan sampai 10 g / hari pada 20

minggu dan 30 sampai 35 g / hari pada 32-34 minggu, setelah itu tingkat

pertumbuhan menurun (Resnik, 2002).

Hubungan antara umur kehamilan dengan berat bayi lahir mencerminkan

kecukupan pertumbuhan intrauterine. Penentuan hubungan ini akan

memperbudah morbiditas dan mortalitas bayi. Menurut hubungan berat

lahir/umur kehamilan maka berat bayi lahir dikelompokkan menjadi Sesuai

Masa Kehamilan (SMK), Kecil Masa Kehamilan (KMK) dan Besar Masa

Kehamilan (BMK) (Damanik, Sylviati 2008).

Klasifikasi bayi menurut umur kehamilan dibagi dalam 3 kelompok yaitu

bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37

minggu (259 hari), bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan

dari 37 minggu sampai dengan 42 minggu (259 -293 hari), dan bayi lebih

bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih

(Sylviati, 2008). Dari pengertian di atas maka bayi dengan BBLR dapat

dibagi menjadi 2 golongan, yaitu Prematur murni dan Dismaturitas.

1. Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat

badan untuk masa kehamilan, atau biasa disebut neonatus kurang

bulan sesuai masa kehamilan. Penyebabnya berasal dari berbagai

(4)

2. Dismaturitas atau kecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan sesungguhnya untuk

masa kehamilan. Hal ini karena janin mengalami gangguan

pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil

untuk masa kehamilan (KMK) (Damanik, Sylviati 2008).

II.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir

Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui

suatu proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir adalah factor intrinsic

maupun factor ekstrinsik. Diantaranya adalah factor maternal, paternal,

lingkungan, keadaan patologi dan komplikasi kehamilan seperti

Hipertensi, preeklamsia dan diabetes mellitus gestasional (Nahum GG et

all, 2002).

Perbedaan nyata juga terlihat dalam berat badan lahir dari ibu yang

berbeda etnis dan ras. Bergantung pada ras, rata-rata berat lahir bayi

berbeda 141-395 gram pada kehamilan aterm. Penyebab pasti dari faktor

ini belum diketahui pasti, namun disangkakan berkaitan dengan faktor

genetik dan faktor metabolisme yang berbeda-beda pada setiap etnis dan

ras. Sebagai contoh, bayi yang dilahirkan etnis Asia dan Afrika lebih kecil

dibandingkan etnis Kaukasia pada usia kehamilan yang sama. Faktor lain

yang mempengaruhi berat janin adalah tinggi ibu, tingkat obesitas ibu,

(5)

kelamin janin, lokasi ketinggian tempat tinggal ibu, konsentrasi

hemoglobin ibu, tinggi ayah, kebiasaan merokok dan keadaan toleransi

glukosa ibu (Perry IJ,1995).

II.3.1. Tinggi ibu

Tinggi ibu merupakan pemeriksaan fisik yang mudah dilakukan dan

berhubungan dengan berat janin. Tinggi badan seseorang merupakan

gambaran nutrisi pada masa lampau dan merupakan faktor genetik yang

diturunkan oleh kedua orang tua. Penelitian pada silsilah manusia

menunjukkan bahwa secara umum kedua orang tua yang berbadan besar

akan mempunyai bayi yang besar juga, begitu juga sebaliknya orang tua

yang berbadan kecil akan mempunyai bayi yang kecil juga (Sahu MT,

Agrarwal A, Das Vinita et al, 2007).

II.3.2. Maternal obesitas

Tingkat obesitas ibu sangat mempengaruhi berat janin, semakin besar

berat ibu, semakin besar janin yang dilahirkan. Berat ibu dan berat janin

berhubungan langsung (Sahu MT, Agrarwal A, Das Vinita et al, 2007).

II.3.3. Pertambahan berat ibu selama kehamilan

Pertambahan berat ibu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan janin

dalam kandungan, semakin besar pertambah berat badan ibu , semakin

(6)

II.3.4. Paritas

Jumlah paritas juga berhubungan dengan berat janin. Semakin banyak

jumlah paritas, semakin besar janin bakal dilahirkan. Pada kehamilan

aterm akan bertambah berat 0.2-0.5 gram/hari untuk setiap penambahan

jumlah 1 persalinan (Nahum GG et all, 2002).

II.3.5. Jenis kelamin janin

Jenis kelamin janin berhubungan langsung dengan berat janin, variasi

berkisar 2 %. Janin perempuan lebih kecil dibanding janin laki-laki pada

usia kehamilan yang sama. Perbedaan rata-rata janin laki-laki

dibandingkan janin perempuan berkisar 136 gram (Nahum GG et all,

2002).

II.3.6. Ketinggian tempat tinggal

Ketinggian tepat tinggal juga mempengaruhi berat janin yang dikandung

oleh ibu. Kadar hemoglobin orang dewasa meningkat 1,52 gr/dl setiap

kenaikan 1000 meter dari permukaan laut. Berat janin pada usia aterm

berkurang 30-43 gram setiap kenaikan 1000 meter dari permukaan laut.

Beberapa penjelasan yang mungkin menerangkan hubungan ini, yaitu :

 Penurunan tekanan oksigen yang sebanding dengan

peningkatan ketinggian tempat tinggal.

 Peningkatan kadar hemoglobin ibu dengan peningkatan tempat

(7)

 Penurunan volume plasma ibu dengan peningkatan ketinggian

tempat tinggal (Nahum GG et all, 2002).

II.3.7. Konsentrasi hemoglobin maternal

Konsentrasi hemoglobin maternal menerangkan 2,6 % dari variasi berat

lahir bayi, terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi berat janin.

Berat badan lahir dengan konsentrasi hemoglobin berbanding terbalik,

dimana setiap peningkatan 1,0 g/dl konsentrasi hemoglobin ibu , berat

janin aterm akan berkurang 89 gram. Efek ini disebabkan oleh perubahan

viskositas darah, kenaikan nilai hematokrit yang disebabkan oleh kadar

hemoglobin darah yang meningkat. Peningkatan viskositas darah

menyebabkan aliran darah menuju pembuluh-pembuluh darah kecil

terhambat, termasuk yang di plasental bed. Efek ini menjelaskan kenapa

ibu yang bertempat tinggal di daerah tinggi cendrung melahirkan janin

dengan berat lahir rendah (Nahum GG et all, 2001).

II.3.8. Tinggi ayah

Postur tubuh ayah yang tinggi menyumbangkan sekitar 2 % dari variasi

berat janin lahir. Hal ini lebih pada sifat genetik yang diturunkan sang

ayah kepada anaknya.

II.3.9. Diabetes melitus

Penyakit diabetes melitus gestasional yang tidak terkontrol pada ibu hamil

(8)

glukosa ibu meningkat berlebihan, pertumbuhan janin yang abnormal

akan terjadi. Jika pada populasi umum angka kejadian janin makrosomia

hanya 2-15 %, maka angka kejadian pada ibu dengan diabetes melitus

gestasional yang tidak terkontrol meningkat sekitar 20-33 % (William

Obstetric, 2005).

Bayi dengan taksiran berat janin lebih dari 4000 gram selayaknya

mendapatkan perhatian khusus, karena berhubungan dengan persalinan

lama, peningkatan angka operasi obstetri, distosia bahu dan cedera

pleksus brakialis yang menyebabkan kecacatan permanen. Berat bayi

lebih dari 4500 gram meningkatkan angka kematian bayi, dimana dapat

terjadi gangguan pernafasan dan aspirasi meconium (Suneet P et al,

2005).

II.4. Berbagai Teknik Taksasi Berat badan janin

Terdapat berbagai cara untuk menentukan taksiran berat badan anak,

yaitu dengan palpasi uterus, pemeriksaan ultrasonografi, dengan

pengukuran diameter biparietal, pengukuran tinggi fundus uteri maupun

pengukuran lingkaran perut. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

pengukuran atau taksiran dan diperkirakan tidak dapat dikoreksi seperti

tumor rahim,hidramnion, plasenta previa, kehamilan ganda dikeluarkan

dari penelitian, sedangkan obesitas, paritas, kondisi selaput ketuban,

(9)

II.4.1 Penaksiran berat badan janin dengan cara Palpasi

Penaksiran berat badan janin secara Palpasi kurang akurat karena

dipengaruhi oleh volume cairan ketuban, Obesitas ibu, dan kelainan

Rahim ( Petterson1985, Hirate et. al. 1990).

II.4.2 Penentuan berat janin dengan rumus Johnson Thousack

Mc Donald melaporkan pada tahun 1906 dan 1910 adalah orang pertama

yang mengukur tinggi simfisi – fundus untuk memperkirakan usia

kehamilan. Pada tahun 1953, pengukuran tersebut diperkenalkan pada

asuhan antenatal untuk mendeteksi bayi yang memiliki berat badan yang

rendah dan pada kasus insufisiensi plasenta. Ini merupakan awal dimana

pengukuran simfisis – fundus ini dimaksudkan untuk membantu

mengkonfirmasi perkiraan tanggal persalinan (Rumbozt WL, McGoogan

LS, 1953).

Dalam publikasi original tahun 1954, Jonsondan Toshach melaporkan

bahwa berat janin berkisar antara 353 gr dari berat badan janin yang

sebenarnya pada 68% dari 200 kasus. Dalam studi saat ini dengan

menggunakan formulasi yang sama, sekitar 57 % estimasinya masih

dalam rentang tersebut. Salah satu penjelasan yang memungkinkan

untuk perbedaan ini adalah obesitas pada ibu (>90 kg) yang lebih sering

pada studi saat ini dibandingkan pada saat studi Johnson dan Toshach

(24% berbanding 5,5%). Hal ini perlu diperhatikan, bahwa penemu

(10)

berdasarkan dari 11 kasus. Sangat memungkin bahwa kegemukan pada

ibu memiliki dampak yang lebih besar dari estimasi berat janin dari pada

yang dibayangkan, dan sebaiknya factor koreksi pada wanita yang obese

harus dievaluasi kembali dengan menggunakan sampel yang lebih besar

(Johnson RW, Toshach CE 1954).

Sebagai alat untuk menentukan usia kehamilan, umumnya dilaporkan

bahwa pengukuran tinggi simfisi – fundal dalam cm sama dengan usia

kehamilan antara 18 – 31 minggu dan sampai usia kehamilan 34 minggu.

Jimenez (1983) dan rekan – rekannya menunjukkan bahwa antara usia

kehamilan 20 – 31 minggu yang diukur dari tinggi fundus dalam

centimeter sama dengan usia kehamilan dalam minggu. Quantana dan

rekan – rekannya (1981), dan Calvert beserta rekannya (1982)

melaporkan bahwa observasi sampai usia kehamilan 34 minggu adalah

sejalan dengan pengukuran tinggi simfisi – fundus dalam sentimeter.

Suatu penelitian menunjukkan bahwa usia kehamilan 24 minggu,

pengukuran tnggi simfisis – fundus dapat memperkirakan usia kehamilan

36 minggu secara akurat (Low JA and Galbraith RS, 1974).

Johnson dan Tosbach (1954) menggunakan suatu metode untuk

menaksir berat janin dengan pengukuran ( TFU ) tinggi fundus uteri, yaitu

dengan mengukur jarak antara tepi atas symfisis pubis sampai puncak

fundus uteri dengan mengikuti lengkungan uterus, memakai pita pengukur

(11)

penurunan bagian terendah (pengukuran Mc Donald) dikurangi dengan

13 yang kemudian dibagi dinyatakan dalam lbs atau pon. dikenal juga

dengan rumus Johnson-Thousack. Rumus terbagi tiga berdasarkan

penurunan kepala janin.

 Berat janin = (Tinggi fundus uteri - 13) x 155, bila kepala

janin masih floating

 Berat janin = (Tinggi fundus uteri – 12) x 155, bila kepala

janin sudah memasuki pintu atas panggul / H II

 Berat janin = (Tinggi fundus uteri – 11) x 155, bila kepala

janin sudah melawati H III

Sebelum dilakukan pemeriksaan, terlebih dahulu dilakukan pengosongan

kandung kemih. Bila ketuban sudah pecah ditambah 10% dan tinggi

fundus diukur dalam sentimeter.

Grafik 1. Hubungan tinggi fundus uteri terhadap usia kehamilan dan berat

(12)

II.4.3. Penentuan berat janin dengan formula Dare’s

Pada Agustus 1986 sampai Juli 1989, Departemen Obstetri dan

Ginekologi “Institute of Medical Sciences”, Universitas Hindu Banaras,

menyatakan bahwa TFU dan pengukuran lingkar perut akan berkolrelasi

dengan berat badan bayi baru lahir (S. Swain et al, 1993).

Pada tahun 1990, Dare et al mengajukan suatu formula yang lebih

sederhana untuk menghitung taksiran berat badan janin, yaitu perkalian

antara SFH dengan AG. Dalam tulisan aslinya , dare et al, mencobakan

metode ini pada 498 pasien dan mendapatkan korelasi yang baik antara

angka taksiran dengan berat janin sesungguhnya (r=0,742). Dalam studi

saat ini, rumus Dare sedikit lebih akurat dibandingkan dengan rumus

Johnson. Hal ini dapat dijelaskan dengan kurangnya koreksi untuk

obesitas pada model Dare dan tingginya prevalensi wanita >90 kg dalam

populasi studinya. Studi lebih besar yang melibatkan pasien obese

dibutuhkan untuk menguji hipotesis dari rumus Dare untuk taksiran berat

janin pada wanita obese (Dare FO, et al, 1990).

Metode yang dipakai berupa pengukuran lingkar perut ibu dalam

centimeter kemudian dikalikan dengan ukuran fundus uteri dalam

centimeter, maka akan didapat taksiran berat janin.

Metode ini dikenal dengan nama Formula Dare’s.

(13)

Keterangan :

TBBJ = Taksiran Berat badan janin

FU = Fundus Uteri

AG = Lingkar Perut

Metode ini dianggap lebih mudah digunakan berbagai kalangan dan

memiliki nilai bias yang minimal dibandingkan penggunaan tinggi

symphysial-fundal. Dari penelitian Mohanty, Das dan Misra didapatkan

bahwa metode abdominal girth memiliki nilai prediktif yang baik untuk bayi

berat lahi rendah (Mohanty, 2000).

Pengukuran abdominal girth memberikan indikasi kasar untuk

pertumbuhan janin dalam meter. Lingkar perut meningkat dengan

ketebalan sekitar 2,5cm (1inch) perminggu melampaui 30 minggu dan

pada saat aterm sekitar 95-100 cm (38 inci sampai 40 inci) . Biasanya

lingkar perut meningkat terus sampai dengan penyelesaian 38 minggu

dan tetap stabil sesuai dengan panjang. Setelah aterm, jika kehamilan

terus berlangsung, lingkar perut secara bertahap akan berkurang. Jika

lingkar mulai menurun terjadi sebelumnya,dapat dicurigai adanya

kecukupan sirkulasi plasenta. Ini adalah dapat menjadi predictor dalam

kelompok kasus seperti pre-eklamsia, hipertensi kronis, nefritis kronis,

(14)

II.4.4. Penentuan berat janin dengan rumus Niswander

Niswander melakukan penelitian dan menemukan rumus yang berbeda

untuk menentukan berat badan janin.

Rumus Niswander :

TBBJ = (FU – 13) / 3

Keterangan :

TBBJ = Taksiran Berat badan janin

FU = Fundus Uteri

Syahrir dan kawan-kawan pada tahun 2001 di Makasar melakukan

pengukuran dengan mendapatkan modifikasi rumus Johnson yang

disederhanakan oleh Niswander. Sehingga rumus Johnson dimodifikasi

ke dalam bentuk :

TBBJ = (TFU – 13) 151 + 1030 gram

II.4.5 Penentuan berat badan janin dengan Ultrasonografi (USG)

Penentuan berat badan janin dengan USG menggunakan beberapa

parameter, seperti; Biparietal Diameter (BPD), Femur Length (FL),

Abdominal Circumference (AC), Cross sectional Area of Thigh (CSAT).

Pengukuran BPD diambil dari tepi luar tulang tengkorak janin proksimal

(15)

diukur dalam bidang melintang standar pada tingkat perut dan pusat

urat-ductus venosus kompleks. FL diukur dari ujung proksimal lebih besar

trokanter ke metaphysis distal. Untuk CSAT, maka didefinisikan sebagai

luas penampang otot dan tulang paha di bidang sebelah kanan sudut

terhadap sumbu panjang tulang paha, di mana kawasan ini merupakan

bagian terbesar.

Metode yang digunakan untuk mengukur CSAT adalah sebagai berikut.

FL pertama kali diukur, maka probe itu cenderung berada di sudut kanan

ke panjang sumbu femur dan bergerak cepat di sepanjang permukaan.

Pada titik di mana luas penampang otot-otot dan tulang paha mencapai

nya maksimum, gerak probe dihentikan. Daerah kemudian diukur dengan

menggunakan fungsi elips. Pengukuran lingkar paha janin elips.

Pengukuran lingkar paha janin tercatat di bidang melintang di

persimpangan atas dan tengah pertiga dari paha, di proksimal foramen

nutrien dari femur.

Sehingga dari beberapa parameter di atas, didapatkan sebuah formula,

yaitu: (Aoki, 1990)

TBBJ = 13 × (FL ×√CSAT) + 39 (gm)

Keterangan :

TBBJ = Taksiran Berat badan janin

FL = Femur Length

(16)

II.5 Cara pengukuran tinggi fundus uteri

Dalam pengunaan klinis sehari-hari, metode yang sering digunakan

adalah rumus Johnson-Tausak. Namun rumus tersebut hanya dapat

digunakan pada presentasi vertex, dimana pemeriksa sebelumnya

melakukan pengukuran tinggi fundus uteri, turunnya kepala dan

dimasukkan kedalam rumus. Untuk dapat mengukur tinggi fundus uteri

dengan baik, sebelumnya kantung kencing harus dalam keadaan kosong,

kemudian tinggi fundus uteri di ukur dalam satuan sentimeter dengan pita

meteran. Ujung dari pita meteran diletakkan pada tepi atas simfisis pubis

melalui garis tengah abdomen dilakukan pengukuran sampai puncak

fundus uteri. (Numprasert 2004)

(17)

Sedangkan untuk penurunan bagian terbawah janin digambarkan dalam

hubungannya dengan spina ischidica yang terletak ditengah-tengah

antara pintu atas panggul dan pintu bawah panggul. Pada tahun 1988,

American College of Obstetricians and Gynecologist mulai mengunakan

suatu klasifikasi station yang membagi panggul atas dan bawah menjadi

lima bagian. Pembagian ini mengambarkan ukuran diatas dan dibawah

spina. Jadi saat bagian terbawah janin turun dari pintu atas panggul

menuju spina ischiadica disebut station -5,-4,-3,-2,-1 lalu 0 (spina

ischiadica). Dibawah spina ischiadica bagian terbawah janin melewati

+1,+2,+3,+4,+5, dimana +5 setara dengan kepala janin terlihat diintroitus

vagina. Ada juga yang menggunakan bidang Hodge (bagian-bagian dari

panggul), yang terdiri dari (Cuningham 2006, Mochtar 1998)

 Bidang Hodge I : Promontorium pinggir atas simfisis

 Bidang Hodge II : Tepi bawah simfisis

 Bidang Hodge III : Sejajar spina ischiadica

 Bidang Hodge IV : Ujung Os.coccygeus

Belizan dalam penelitiannya mengemukakan bahwa tidak ada variasi

dalam distribusi tinggi fundus uteri antara presentasi kepala atau

presentasi bokong, kepala yang sudah engaged atau belum, nulli atau

multipara. Kesalahan dalam pengukuran mungkin terjadi dalam teknik

(18)

ukuran dari fundus uteri kearah simfisis dengan dari simfisi ke fundus

Gambar

Grafik 1. Hubungan tinggi fundus uteri terhadap usia kehamilan dan berat
Gambar 1. Cara pengukuran tinggi fundus uteri.

Referensi

Dokumen terkait

Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) adalah : bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram.. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir

Analisis ini mendasarkan pada perubahan variabel independen yaitu kenaikan berat badan ibu selama kehamilan dengan veriabel dependen yaitu berat badan bayi baru

kehamilan (NKB-SMK). b) Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat. badan seharusnya untuk masa

Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan di Kabupaten Banjarnegara cukup tinggi, yaitu

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia masa kehamilan.. BBLR biasa terdiri atas BBLR kurang bulan atau bayi lahir prematur dan

menelan serta reflek batuk belum sempurna. Sedangkan dismaturitas merupakan bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat berat badan seharusnya untuk masa kehamilan,

Hubungan antara berat lahir dengan umur kehamilan, berat bayi lahir dapat dikelompokan bayi kurang bulan yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi kurang 37 minggu (259

Dari hasil penelitian menunjukkan kenaikan berat badan ibu selama kehamilan sangat berpengaruh pada berat lahir bayi pada kelompok wanita dengan indeks massa tubuh IMT berat badan