• Tidak ada hasil yang ditemukan

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) - Penundaan/Pencicilan Pembayaran Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) - Penundaan/Pencicilan Pembayaran Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang

luas dan kompleks. Kemajuan tersebut tentunya membutuhkan kesiapsediaan

semua pihak Perguruan Tinggi sebagai sebuah wadah pendidikan tertinggi dalam

suatu jenjang pendidikan formal. Berperan serta dalam meningkatkan mutu

pendidikan sehingga produk-produk yang dihasilkan benar-benar berkualitas,

terampil dan siap dipekerjakan ditengah-tengah masyarakat Indonesia. Dan

mahasiswa sebagai salah satu elemen perguruan tinggi dituntut untuk mampu

berpikir kritis, tegas dan kreatif khususnya dibidang yang mereka pilih. Hal ini

sangat penting karena mahasiswa sebagai generasi muda diharapkan dapat

meneruskan pembangunan bangsa ini.

Guna memenuhi tuntunan kerja sudah seharusnya mahasiswa tamatan

dari Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara adalah merupakan tenaga ahli dalam bidang

perpajakan yang terampil dan siap pakai, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk

lulus dari program pendidikannya tetapi juga harus mampu mengembangkan dan

(2)

untuk itu mahasiswa diwajibkan mengikuti Praktik Kerja Lapangan Mandiri

(PKLM).Dalam melaksanakan PKLM ini, maka mahasiswa memerlukan sebuah

wadah atau tempat untuk mengaplikasikan teori perkuliahannya tersebut dan

bahasan yang diambil tentu saja yang berhubungan dengan perpajakan.

Sektor pajak di Indonesia merupakan salah satu penerimaan Anggaran

Pendapatan Belanja Negara (APBN) terbesar setelah migas sehingga pemerintah

berupaya keras untuk meningkatkan penerimaan tersebut. Tanggung jawab

peperpajakan bukan hanya dipundak pemerintah pusat saja, tetapi juga pada

pemerintah daerah.

Pemungutan Pajak di Indonesia menggunakan self assessment system.

Dalam self assessment system Wajib Pajak diberikan kepercayaan dan tanggung

jawab untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak

yang harus dibayar sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan

Perpajakan (KUP). Apabila terdapat kekeliruan/kesalahan dalam melakukan

penghitungan pajak dan/atau Wajib Pajak melanggar Ketentuan

Perundang-undangan Perpajakan maka fiskus menerbitkan Surat Ketetapan Pajak. Surat

Ketetapan Pajak antara lain ialah Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan

Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan

(SKPKBT), Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan

(3)

terutang menjadi bertambah. Surat Ketetapan Pajak tersebut jika tidak dibayar

akan ditagih melalui penagihan pajak dengan surat paksa.

Untuk pembayaran pajak tidak boleh melewati tanggal jatuh tempo yang

telah ditentukan dan jika Wajib Pajak membayar pajaknya lewat dari tanggal

jatuh tempo maka Wajib Pajak akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga

atau denda. Namun bagi Wajib Pajak yang mengalami kesulitan likuiditas atau

mengalami keadaan force majeure sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban

membayar pajaknya tepat waktu, dapat mengajukan permohonan penundaan/

pencicilan pembayaran utang pajak. Atas pengajuan permohonan tersebut,

Direktorat Jenderal Pajak dapat memberikan keputusan persetujuan menunda/

mengangsur pembayaran pajak yang terutang termasuk kekurangan pembayaran

PPh menurut SPT Tahunan (PPh Pasal 29).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mendalami dan

membahas lebih lanjut mengenai prosedur pengajuan permohonan penundaan/

pencicilan pembayaran utang pajak hingga proses pemberian keputusan atas

permohonan penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak. Oleh karena itu

penulis memilih Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Medan sebagai tempat

penelitian yang hasilnya akan dituangkan dalam laporan ini dengan judul

(4)

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

1.1 Untuk mengetahui persyaratan pengajuan permohonan penundaan/

pencicilan pembayaran utang pajak.

1.2 Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan/kerja permohonan penundaan/

pencicilan pembayaran utang pajak.

1.3 Untuk mengetahui proses pemberian keputusan atas permohonan

penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak pada Kantor Pelayanan

Pajak Madya Medan.

1.4 Untuk mengetahui kendala-kendala dalam prosedur pelaksanaan/kerja

permohonan penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

2.1Bagi Mahasiswa

a. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki.

b. Untuk memperdalam dan memperluas wawasan di bidang perpajakan,

khususnya tentang prosedur penundaan/pencicilan pembayaran utang

pajak.

c. Agar dapat menerapkan/mengaplikasikan teori-teori dan ilmu yang

(5)

d. Agar dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam melaksanakan

kegiatan PKLM dan menuangkan keterampilan serta mengaplikasikannya

dengan baik dalam melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

e. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berfikir dan menghadapi

permasalahan yang terjadi dan mampu menemukan solusi untuk

penyelesaiannya.

f. Menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mempersiapkan dirinya menjadi

mahasiswa yang kompeten untuk memasuki dunia kerja yang penuh

persaingan, karena telah dibekali keterampilan dan

pengalaman-pengalaman dunia kerja saat melaksanakan PKLM ini.

g. Dapat memeberikan gambaran tentang bagaimana dunia kerja yang

sebenarnya.

2.2Bagi Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan

a. Sebagai sarana untuk meningkatkan hubungan antara KPP Madya Medan

dengan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

b. Mendapat masukan dan saran untuk perbaikan sistem kerja terutama

menyangkut prosedur permohonan penundaan/pencicilan pembayaran

(6)

c. Dapat mengetahui tingkat perkembangan ilmu pengetahuan di lembaga

pendidikan sehingga dapat terciptanya kerja sama yang baik dengan

mahasiswa yang melaksanakan PKLM.

2.3Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU

a. Meningkatkan hubungan kerja sama antara Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan dengan dengan instansi pemerintah yang dalam

hal ini dengan Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan.

b. Mempromosikan sumber daya manusia yang dimiliki oleh Universitas

Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi

Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

c. Agar universitas lebih berperan aktif dalam kegiatan pendidikan sesuai

dengan peraturan yang sudah ditetapkan.

d. Mendapat masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan

kurikulum yang berlaku di Universitas Sumatera Utara khususnya pada

(7)

C. Uraian Teoritis 1. Definisi Pajak

Beberapa definisi pajak menurut para ahli yaitu :

1.1 Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H

Dalam bukunya Dasar–Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan,

mendefinisikan pajak sebagai iuran rakyat kepada kas negara

berdasarkan undang–undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak

mendapat jasa–jasa timbal yang langsung dapat dirasakan dan

digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo 2009 : 1)

1.2 Mr. Dr. N.J Fieldmann

Dalam bukunya yang berjudul De overheidsmiddelen van Indonesia,

Leiden (1949) memberikan batasan bahwa pajak adalah prestasi yang

dipaksakan sepihak dan terutang kepada penguasa (menurut norma–

norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontra–prestasi,

dan semata–mata digunakan untuk menutup pengeluaran–pengeluaran

umum.

1.3 Prof. Edwin R.A Seligman

Dalam Essay Taxation (New York, 1925) menyatakan “Tax is

compulsory Contribution from the person, to the goverment to defray

the expenses incurred in the common interest of all, without reference to

special benefit conferred.” yang artinya Pajak adalah Kontribusi wajib

(8)

dikeluarkan untuk kepentingan bersama dari semua, tanpa mengacu

pada manfaat khusus yang diberikan. Banyak yang keberatan atas

kalimat “without reference“ karena bagaimana pun juga uang pajak

tersebut digunakan untuk produksi barang dan jasa, sementara “benefit

yang diperoleh akan diberikan kepada masyarakat, hanya tidak mudah

ditunjukan apalagi secara perorangan.

2. Fungsi Pajak

Menurut Wirawan B.Ilyas dan Richard Burton (2007:10), fungsi pajak

dapat dibedakan atas beberapa jenis, yaitu:

2.1 Fungsi budgetair, yang disebut pula sebagai fungsi penerimaan dan

sumber utama kas negara. Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang

diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

Sebagai contoh yaitu dimasukkannya pajak dalam APBN untuk

penerimaan dalam negeri.

2.2 Fungsi reguler, yang disebut pula sebagai fungsi mengatur/alat pengatur

kegiatan ekonomi. Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau

melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh

yaitu dikenakannya pajak yang tinggi terhadap minuman keras, sehingga

konsumsi minuman keras dapat ditekan, demikian pula terhadap barang

mewah.

2.3 Fungsi alokasi, yang disebut pula sebagai sumber pembiayaan

(9)

yang telah terhimpun, harus dialokasikan untuk pembiayaan

pembangunan dalam segala bidang.

2.4 Fungsi distribusi, yang disebut pula sebagai alat pemerataan

pendapatan. Wajib pajak harus membayar pajak dan pajak tersebut

digunakan sebagai biaya pembangunan dalam segala bidang.

Pemakaian pajak untuk biaya pembangunan tersebut, harus merata ke

seluruh pelosok tanah air agar seluruh lapisan masyarakat dapat

menikmatinya bersama.

3. Utang Pajak 3.1 Definisi

Utang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi

administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam

Surat Ketetapan Pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan (Pasal 1 ayat (8)

Undang-Undang Pajak No. 19 Tahun 2000 tanggal 1 Januari 2001 tentang

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Pasal 1 ayat (4) Peraturan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor 16/PMK.03/2011 tanggal 24

Januari 2011 tentang Tata Cara Penghitungan Dan Pengembalian

Kelebihan Pembayaran Pajak dan Pasal 10 Peraturan Direktur Jenderal

Pajak Nomor PER-7/PJ/2011 tanggal 21 Maret 2011 tentang Tata Cara

(10)

3.2 Timbulnya Utang Pajak

Ada dua ajaran yang mengatur tentang timbulnya utang pajak (Waluyo.

2010. Perpajakan Indonesia Edisi 9. Jakarta: Salemba Empat.), yaitu :

a. Ajaran Formal.

Utang pajak timbul karena undang-undang pada saat dikeluarkan

Surat Ketetapan Pajak oleh Direktur Jenderal Pajak (fiskus). Jadi

selama belum ada Surat Ketetapan Pajak maka belum ada utang

pajak dan tidak akan dilakukan penagihan walaupun syarat subjek

dan syarat objek telah dipenuhi bersamaan. Ajaran ini diterapkan

pada official assessment system. Contohnya : hutang pajak si A baru

akan timbul sesudah fiskus menerbitkan Surat Ketetapan Pajak

(SKP). Jadi, si A tidak mempunyai kewajiban membayar pajak

penghasilan/pendapatannya jika fiskus belum menerbitkan SKP

tersebut.

b. Ajaran Material.

Utang pajak timbul “dengan sendirinya” karena berlakunya

undang-undang sekaligus dipenuhi syarat subjek dan syarat objek yang

artinya bahwa untuk timbulnya utang pajak tidak diperlukan campur

tangan dari Pejabat Pajak (Fiskus), asalkan syarat-syarat yang

ditentukan oleh undang-undang telah terpenuhi. Seseorang dikenai

pajak karena suatu keadaan dan perbuatan. Ajaran ini diterapkan

(11)

pajak bagi si A dalam contoh di atas menurut Undang–Undang No.

19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

3.3 Batas Waktu Pembayaran Pajak Terutang

Ada 3 (tiga) batas waktu pembayaran pajak terutang (dokumen yang

dibuat secara spesifik dari www.ortax.org tentang batas waktu

penyetoran/pembayaran pajak), yaitu :

a. Untuk suatu masa pajak yang harus dibayar paling lama sesuai

dengan batas waktu untuk masing-masing jenis pajak.

b. Untuk suatu tahun pajak yang harus dibayar sebelum surat

pemberitahuan Pajak Penghasilan disampaikan.

c. Untuk suatu ketetapan pajak yang tertulis dalam Pasal 1 ayat (1) dan

(2) Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-38/PJ/2008 tanggal 24

September 2008 tentang Tata Cara Pemberian Angsuran Atau

Penundaan Pembayaran Pajak yang menyatakan bahwa:

1. Pajak masih harus dibayar dalam STP, SKPKB, SKPKBT, Surat

Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan

Banding, Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan

jumlah pajak yang harus dibayar bertambah harus dilunasi dalam

batas waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan

2. Untuk kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan

Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan atau

(12)

dilunasi sebelum SPT Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan

tetapi tidak melebihi batas waktu penyampaian SPT Tahunan

Pajak Penghasilan. Pada umumnya batas waktu penyampaian

SPT Tahunan PPh Badan adalah 30 April dan SPT Tahunan PPh

Orang Pribadi adalah 31 Maret tahun berikutnya.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi ruang lingkup penulis dalam melakukan Praktik

Kerja Lapangan Mandiri ini adalah:

1. Persyaratan pengajuan permohonan penundaan/pencicilan pembayaran

utang pajak.

2. Prosedur pelaksanaan/kerja permohonan penundaan/pencicilan

pembayaran utang pajak.

3. Proses pemberian keputusan atas permohonan penundaan/pencicilan

pembayaran utang pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan.

4. Kendala-kendala dalam prosedur pelaksanaan/kerja permohonan

(13)

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Yaitu kegiatan yang dilakukakan oleh penulis sehubungan dengan persiapan

yang menyangkut PKLM ini, mulai dari mengajukan judul, penentuan judul

dan tempat PKLM, mencari bahan untuk membuat proposal, serta konsultasi

dengan dosen.

2. Studi Literatur

Penulis mengumpulkan data yang menyangkut masalah yang akan dibahas

melalui sumber bacaan seperti: buku perpajakan, Undang-Undang Perpajakan,

Peraturan/Keputusan Menteri Keuangan, Peraturan/Keputusan Direktorat

Jendral Pajak, Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak, dan artikel ilmiah

maupun literature serta data-data lain yang berhubungan dan memiliki

keterkaitan dengan pembahasan dari PKLM.

3. Observasi Lapangan

Dalam tahap ini penulis melakukan pengamatan pada objek praktik kerja

lapangan mandiri untuk mencari data–data serta informasi dan meninjau

secara langsung kondisi tempat pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui

bagaimana prosedur pelaksanaan/kerja permohonan penundaan/pencicilan

(14)

4. Pengumpulan Data

Pada tahap ini penulis mengumpulkan data yang terdiri dari :

4.1Data Primer : Data yang diperoleh dari pihak–pihak yang berkompeten

terkait dengan judul laporan PKLM dalam hal ini pegawai yang bertugas

di Seksi Penagihan yang mengetahui tentang objek kajian PKLM ini.

4.2Data Sekunder : Data yang diperoleh dari laporan, buku perpajakan,

Undang-Undang Perpajakan, Peraturan/Keputusan Menteri Keuangan,

Peraturan/Keputusan Direktorat Jendral Pajak, Surat Edaran Direktorat

Jendral Pajak, dan sumber lainnya yang berkaitan dengan penulisan

laporan yang bertujuan untuk pengumpulan data yang berhubungan

dengan penyusunan laporan PKLM ini.

5. Analisis Data dan Evaluasi

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan

mengelompokan data–data yang diperoleh selama pelaksanaan PKLM untuk

dianalisa dan dievaluasi yang kemudian akan diinterpretasikan secara objektif,

(15)

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam PKLM

ini, maka penulis menggunakan metode wawancara dan studi dokumentasi

dengan menggunakanalat pengumpulan data sebagai berikut:

1. Daftar Wawancara (Interview Guide)

Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

cara tanya jawab langsung yakni tatap muka antara pewawancara dengan

responden (orang yang diwawancarai). Dan dalam hal ini penulis mengajukan

beberapa pertanyaan kepada Pelaksana Seksi Penagihan dan pegawai pada

seksi lainnya yang berhubungan dengan masalah yang dibahas demi

melengkapi data-data untuk laporan PKLM ini.

2. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)

Studi dokumentasi dengan mempelajari Undang–Undang Perpajakan,

Peraturan/Keputusan Menteri Keuangan, Peraturan/Keputusan Direktorat

Jendral Pajak, Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak, buku–buku perpajakan,

literatur, makalah, dan dokumen/data pendukung lain yang berhubungan dan

(16)

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam pembahasan penulisan laporan ini, penulis menyajikan

pembahasan laporan ini ke dalam 5 (lima) bab. Yang menjadi sistematika dalam

penyusunan laporan PKLM adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis memberikan gambaran mengenai

keseluruhan isi dari laporan. Bab ini berisikan latar belakang

PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang ringkup

PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika

penulisan laporan PKLM.

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam bab ini penulis menguraikan mengenai sejarah singkat

berdirinya KPP Madya Medan, gambaran umum KPP Madya

Medan, tugas dan fungsi KPP Madya Medan, sruktur organisasi

(17)

BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak, utang pajak yang diperbolehkan untuk

ditunda/diangsur, wajib pajak yang diperbolehkan menunda/

mengangsur, persyaratan mengajukan permohonan penundaan/

pencicilan, penelitian atas permohonan penundaan/pencicilan,

prosedur pelaksanaan/kerja permohonan penundaan/pencicilan,

keputusan atas permohonan penundaan/pencicilan, ketetapan atas

keputusan persetujuan penundaan/pencicilan, bunga atas

penundaan/ pencicilan, alur dan jadwal proses permohonan hingga

keputusan penundaan/pencicilan, dan contoh penghitungan

pengenaaan sanksi administrasi berupa bunga.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Dalam bab ini penulis akan menganalisa data yang diperoleh mengenai jumlah wajib pajak yang mengajukan permohonan

penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak di KPP Madya

Medan, kesesuaian antara undang-undang dan peraturan yang ada

dengan pelaksanaannya mulai dari pengajuan permohonan hingga

(18)

pajak, dan kendala-kendala dalam prosedur pelaksanaan/kerja

permohonan penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak yang

kemudian dievaluasi serta memberikan interpretasi untuk menjawab

perumusan masalah yang diajukan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini disimpulkan uraian-uraian dari bab-bab sebelumnya

dan berdasarkan kesimpulan tersebut dibuat rekomendasi yang berisi

saran yang mungkin dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang

ada.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Buku nyanyian ibadah GKT edisi revisi 1997 dengan salah satu contoh nyanyian di dalamnya yang tidak lagi memakai teks bahasa Tionghoa.... Buku nyanyian GKT edisi 1966 dengan contoh

In this article, a rapid visualization method of SDOG-ESSG model is proposed, which is based on layers and blocks storage model, data culling, LOD control and

Latar belakang pemilihan topik didasarkan pada pel1imbangan berikut: (I) Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) di wilayah tropis yang memiliki keragaman

Bermain games online terlalu lama adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kurangnya pemenuhankebutuhan tidur remaja. Permainan ini sangatlah menarik karena

Dengan melimpahnya ekofak hewan tertentu, dan juga masih dijadikannya hewan tersebut sebagai salah satu bahan pangan hingga kini, maka diasumsikan bahwa sisa ekofak yang ditemukan

Persentase tertinggi intensitas nyeri haid setelah dilakukan stimulasi kutaneus ( slow stroke back massage) berada pada kategori nyeri ringan dengan jumlah 15 responden

It was better to apply 2.50% chi- tosan and one-layer plastic wrapping to both mangosteen fruits of stage 0 and 2 because the three combinations lengthened fruit shelf-life to 21.20

After the decease of the two bishops around 1990, this open attitude started to falter, but finally during the past 5 years, that original attitude, still present mostly in the