BAB II
KAJIAN TIPOLOGI
TOWN HOUSE
2.1 Interpretasi Kasus 2.1.1 Pengertian Proyek 2.1.1.1 Makna
Town house adalah rumah yang terkait dengan unit-unit rumah lainnya. Dalam komunitas town house, penghuni difasilitasi dengan area-area komunal, seperti taman, kolam renang, fasilitas olahraga, dan lain-lain (De Chiara, 1995). Untuk mempermudah analisa perbandingan kepemilikan jenis hunian dapat kita lihat pada Gambar 2.1, 2.2 dan 2.3. Pada gambar tersebut dapat kita melihat bagaimana tipologi kepemilikan antara tipologi zona kepemilikan condominiums, kemudian tipologi kepemilikan Town house, dan tipologi kepemilikan rumah tinggal milik pribadi.
.
Gambar 2.1 Zonasi Kepemilikan Condominium
Gambar 2.2 Zonasi Kepemilikan Town house
Sumber : Time Saver Standard for Housing and Residential Development
Gambar 2.3 Zonasi Kepemilikan Rumah Tinggal Pribadi
Sumber : Time Saver Standard for Housing and Residential Development
2.1.2 Karakteristik
Pada Gambar 2.4 dan 2.5 dapat dilihat bahwa desain town house terlihat lebih kompak dan padat. Berbeda dengan desain rumah yang terlihat di Gambar 2.6 dan 2.7 yang tidak kompak (adanya rongga antara bangunan satu dengan yang di sebelahnya). Selain itu, pada town house tidak terdapat pagar yang menutupi halaman rumah depan. Sedangkan pada Gambar 2.4, 2.5, 2.6, dan 2.7 terlihat masing-masing rumah memiliki pagar yang menutupi halaman depan.
Gambar 2.5 Contoh Tipe Town house Sumber: Majalah Asri Edisi Town house
Gambar 2.6 Contoh Tipe Town house Sumber: Majalah Asri Edisi Town house
Privasi merupakan salah satu faktor yang paling penting di dalam mendesain bangunan Town house. Dimana semua kegiatan seperti pesta pribadi dapat dilakukan pada bagian depan dan belakang bangunan, sehingga pemilik rumah dan para tamu dapat menikmati suasana rumah di teras rumah. Umumnya antara satu rumah dan rumah lainnya dibatasi oleh tembok setinggi 6 meter untuk menjaga privasi secara maksimal.
2.1.3. Tipologi town house
2.1.3.1 Town house Sebagai Penginapan
Town house berkembang pula menjadi penginapan. Beberapa istilah yang ada, misalnya: town house hotel, town house guesthouse, town house inn, town house bed & breakfast, town house Appartment. Masing-masing dibedakan dari jumlah kamar atau unit yang disewakan dan sistem penyewaannya (pelayanan, lama sewa, dsb). town house dapat diilustrasikan sebagai cottages yang terletak di pusat kota. Ruang-ruang keluarga dapat pula menjadi tempat berkumpul yang dapat digunakan dengan lebih private daripada ruang-ruang bersama di hotel. Pada penerapannya, tipologi ini menerapkan konsep cluster agar hunian menjadi lebih menarik. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.7, 2.8, 2.9, 2.10 dan Gambar 2.11 dibawah ini.
Pada Gambar 2.7 dapat dilihat para pemilik hampir tidak memiliki halaman untuk dapat merawat bagian depan dan belakang. Namun pada teras samping disediakan lahan sebagai green belts sehingga penghuni tidak akan merasa terkurung. Dan pada Gambar 2.8 ditunjukkan bagaimana pola clusters pada town house terbentuk.
Gambar 2.8 Tipologi Cluster 2 Sumber: Pokorny-Architects and Planners
Gambar 2.9 Charlotte Area Project, Rochester, N.Y. Northrup Sumber: Kaelber & Kopf-Architect
Sasaran dari pengadaan town house sebagai tempat penginapan adalah:
2. Konsumen wisatawan yang menginap lama, berupa kelompok atau keluarga.
3. Lifestyle, sasaran dari backpackers sampai eksklusif. 4. Arsitektural, suasana nyaman yang akrab dan informal.
Gambar 2.10 Tipologi Town house sebagai Penginapan Sumber: Alfa Surayya, 2001
2.1.3.2Tipologi town house sebagai rumah tinggal
Pada tipologi town house sebagai Rumah Tinggal ini dapat dikategorikan berdasarkan sasaran pengguna, yang antara lain:
1. Pasangan muda tanpa anak, untuk pengguna seperti ini tipe yang dinilai sesuai adalah Tipe satu kamar/tipe studio.
2. Pasangan dengan anak usia balita, untuk pengguna seperti ini tipe yang dinilai sesuai adalah tipe dua kamar (1 kamar double dan 1 kamar single).
3. Pasangan dengan anak usia remaja/menuju dewasa, untuk pengguna seperti ini tipe yang dinilai sesuai adalah tipe tiga kamar (1 kamar double, 2 kamar single).
4. Pasangan usia pensiun tanpa anak, untuk pengguna seperti ini tipe yang dinilai sesuai adalah tipe satu kamar/tipe studio.
2.1.3.2.1 Jenis-jenis town house tipe rumah tinggal
Town house sebagai tipe rumah tinggal memiliki beberapa tipologi yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan antara satu dengan yang lainnya. Antara lain sebagai berikut:
1. Hunian tunggal (single family housing)
Lantai 2 terdiri dari kamar tidur, sementara pada lantai 3 merupakan ruang gudang dan ruang bersama bagi keluarga dan area jemur pada bangunan.
Gambar 2.12 Wycliff Hill, Toronto, Canada
Sumber: Time Saver Standards for Housing and Residential Development
Gambar 2.13 Dua kamar dan area loteng
2.1.3.2.2 Fasilitas
Beberapa fasilitas yang terdapat pada tipologi ini antara lain: 1. Kantor pemasaran & pengelola.
2. Laundry.
9. Fasilitas pelengkap (satpam, tempat penampungan sampah, gardu listrik).
2.1.3.3 Tipologi condominiums
kawasan keseluruhan, dan tidak terlalu sempit secara fungsional ruang bangunan town house.
Gambar 2.14 Town house empat tempat tidur (1657 m2) New Jersey Housing Finance Agency
Sumber: Time Saver Standards for Housing and Residential Development
Gambar 2.15 Town house tiga tempat tidur (1281 m2) New Jersey Housing Finance Agency
2.2 Program Kegiatan
Sasaran pengguna town house adalah masyarakat dengan tingkat ekonomi
menengah atas. Ciri-ciri masyarakat golongan menengah ke atas menurut
Dinas Kependudukan (1999):
1. Cara hidup kota sudah urbanized.
2. Individual.
3. Kedudukan sosial dan jenis peketjaan beragam.
4. Sangat dinamis.
5. Banyak variasi dalam kegiatannya.
6. Cenderung mencari/mencapai tingkat kehidupan yang lebih tinggi.
7. Kepala keluarga lulusan SMA sampai dengan S2.
8. Penghasilan antara Rp 25.000.000,00-65.000.000,00 per tahun.
9. Jumlah anggota keluarga 2-5 orang.
2.2.1 Aktivitas
2.2.1.1 Kegiatan penghuni
Secara umum, kegiatan yang dilakukan oleh penghuni town house dapat terlihat pada
Tabel 2.1, dimana terdapat kegiatan primer atau kegiatan utama yang dilakukan oleh
penghuni, kegiatan sekunder atau kegiatan yang dapat menunjang kegiatan biologis,
kegiatan pelengkap atau kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan luar unit dan
kegiatan rekreasi atau kegiatan yeng berhubungan dengan hiburan yang menjadi
Tabel 2.1 Tabel Kegiatan Penghuni Town House
Nama
Kegiatan Penjelasan
Contoh Di dalam unit
hunian Di luar unit hunian Biologis
(primer)
Kegiatan utama yang dilakukan oleh penghuni
Makan, tidur Makan di kafe
Sumber : Indonesia Design edisi 13
Aktivitas penghuni sehari-hari terlihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Tabel Aktifitas Penghuni
16.00 Ms Td Bin
Sumber: Indonesia Design edisi 13 Keterangan:
Id : Tidur
St : Santai bersama keluarga B1 : Belajar
Mk : Makan
Ms : Memasak di dapur Bin : Bermain di luar
2.3 Persyaratan Teknis
Persyaratan teknis yang digunakan pada perancangan town house ini adalah:
1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/KPTS/1986 Tentang
Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun.
2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 468/KFTS/1998 Tentang
Persyaratan Teknis Aksesibilitas Pada Bangunan Umum dan Lingkungan.
3. Standard Arsitektur di Bidang Perumahan, Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan.
2.3.1 Rumah sederhana berlantai dua
Rumah Gandeng Banyak adalah beberapa tempat kediaman yang
bergandengan yang salah satu atau dua dinding bangunan induknya menyatu dengan
dinding bangunan induk lainnya, sehingga secara bersama-sama merupakan satu
kesatuan tetapi masing-masing mempunyai persil sendiri (Surayya, 2001).
2.3.1.1 Besaran bangunan
Pada tipologi ini terdapat beberapa besaran bangunan antara lain:
a. Panjang maksimum bangunan 60 m, diukur dan titik luar yang
terjauh (sisi luar bangunan).
b. Bangunan terdiri dari unit-unit kediaman yang diatur secara
bergandengan.
c. Dalam hal bangunan bergandengan dengan panjang lebih dari 60 m,
perlu diberikan jarak antara deretan bangunan tersebut pada setiap jarak
maksimum 60 m.
2.3.1.2 Jarak bangunan (minimum)
Jangkauan bangunan minimum yang masuk dalam tipologi ini antara lain:
a. Dalam hal kedua-duanya mempunyai jendela bidang terbuka =12 m.
b. Dalam hal salah satu merupakan dinding tembok tertutup dan yang lain
terbuka = 6m.
c. Dalam hal kedua-duanya merupakan dinding tembok tertutup = 3 m.
2.3.1.3 Penggunaan ruang dalam bangunan
Penggunaan ruang yang terdapat pad tipologi ini antara lain:
lengkap dari di dalamnya terdapat ruang tangga individual.
b. Ukuran tangga pada bangunan yang harus memiliki desain yang
nyaman dan mampu melayani bangunan dengan baik, yakni memiliki
Lebar tangga minimum 80 cm, Tinggi anak tangga maksimum 20 cm,
Lebar injakan anak tangga minimum 20 cm, Sudut tangga maksimum
60, dan ruang tangga minimum 2,6 m2.
c. Unit kediaman minimum harus terdiri dari satu ruang hunian, satu
kamar mandi dan kakus, dan satu dapur.
2.3.1.4 Besaran ruang minimum
Besaran ruang minimum dapat kita lihat seperti pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Tabel Besaran Ruang Minimum
No. Ruang
8 Balkan/ teras belakang,
tempat jemuran 80 190 1,S
9 R. Tangga 80 250 2,6
2.4 Sasaran Pengguna
2.4.1 Profil pengguna town house 2.4.1.1 Pasangan muda tanpa anak
Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam pembentukan sebuah keluarga. Karaktersitik pasangan muda tanpa anak secara garis besar adalah:
a. Interaksi sosial yang tinggi dengan teman-teman mereka, tetapi perlu banyak waktu bagi mereka sendiri.
b. Privasi mayoritas didapatkan di dalam unit, tetapi juga membutuhkan interaksi sosial dengan lingkungan sekitar.
c. Mulai memperhatikan tentang kenyamanan dalam unit hunian, berkaitan dengan pencahayaan di siang hari, sinar matahari, view, dan lain-lain.
d. Membutuhkan tingkat keamanan yang tinggi.
2.4.1.2 Pasangan muda dengan anak balita
Tahapan berikutnya adalah memiliki anak dengan usia balita (0-5 tahun). Karakteristik tahapan ini adalah:
a. Perhatian difokuskan pada perkembangan dan kebutuhan anak.
b. Secara insting, anak-anak memiliki orientasi yang baik, mereka juga mempuyai tingkat privasi yang kecil.
d. Sebaiknya difasilitasi dngan orientasi terhadap tanah dan ruang bermain privat.
2.4.1.3 Pasangan separuh baya dengan anak remaja
Tahapan berikutnya adalah ketika anak telah beranjak remaja,
karakteristiknya adalah:
a. Jumlah kamar tidur yang diperlukan bertambah.
b. Privasi untuk semua keluarga di dalam unit hunian.
c. Ruang-ruang yang dibutuhkan semakin banyak.
2.4.1.4 Pasangan separuh baya dengan anak yang dewasa
Tahapan selanjutnya adalah ketika anak-anak sudah mulai beranjak dewasa,
yaitu sudah menginjak bangku kuliah atau bekerja. Karakteristik yang dimiliki antara
lain:
a. Anak-anak sudah mulai meninggalkan rumah meskipun sering
berkunjung.
b. Bagi orang tua semakin banyak waktu luang.
c. Menginginkan kenyamanan sehingga dapat menikmati waktu
senggang.
2.4.1.5 Pasangan tua tanpa anak
Pada tahapan ini, anak-anak sudah membentuk keluarga sendiri dan
a. Privasi menjadi sangat periling.
b. Kenyamanan sangat diperlukan bagi pasangan ini.
c. Sebaiknya unit hurtiart tidak memerlukart perawatan yang sulit.
d. Memerlukan tingkat keamanan yang tinggi.
e. Sebaiknya berorientasi terhadap tanah.
2.4.2 Perilaku masyarakat urban
Perilaku masyarakat urban umumnya terpengaruh oleh:
1. Tuntutan akan pilihan gaya hidup:
Masyarakat urban cenderung mengutamakan kebebasan dalam
kehidupannya. Penghargaan terhadap kebebasan tersebut memunculkan
adanya sifat/karakter dan kebutuhan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu,
untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut, penyediaan akan berbagai
pilihan akan selalu menjadi tuntutan. Hal tersebut, juga tidak terlepas
dan kepentingan akan gaya hidup, berkaitan dengan hal kebanggan dan
selera.
2. Tingkat Stress dan Kesehatan:
Secara umum, masyarakat urban cenderung memiliki tingkat stress yang
cukup tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan perkotaan yang
memiliki tingkat kepadatan, kebisingan, dan polusi yang tinggi.
3. Tingkat Kriminalitas di Perkotaan:
tingkat kriminalitas yang tinggi. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh
munculnya tingkat kesenjangan sosial yang cukup signifikan.
. Perilaku Positif Secara Umum:
a. Individu perkotaan memiliki kegiatan yang lebih variatif daripada
individu pedesaan.
b. Lebih mampu beradaptasi pada berbagai situasi.
5. Prilaku Negatif Secara Umum
a. Cenderung individualis.
b. Kurang gotong-royong.
c. Tidak bisa dipercaya.
d. Selalu terburu-buru.
2.5 Program Ruang 2.5.1 Unit hunian
Tabel 2.4 Tabel Program Unit Hunian
Sumber: Indonesia Design edisi 13
2.6 Program Ruang yang Direkomendasikan
Tipologi 8m x 16m ini merupakan penggabungan dua unit town house. Dua unit Town house ini memungkinkan pergerakan udara menjadi lebih maksimal, sehingga memungkinkan kenyamanan thermal bagi penghuni town house. Dengan ukuran yang lebih lebar memungkinkan pencahayaan alami pada unit town house, dimana setiap bukaan akan mampu secara maksimal menerangi unit hunian sehingga unit town house ini menjadi hemat energi. Dari kenyamanan ruang juga sangat mempengaruhi, dimana dengan ukuran eksisting (4m x 16m) ruang yang tercipta sangat sempit dan kurang nyaman, namun dengan tipologi 8m x 16m fungsi ruang akan nyaman bagi penghuni.
Gambar 2.16 Denah Town House Tipologi Single Family Housing (hunian tunggal)
Untuk menciptakan bangunan Town house yang nyaman secara thermal, hemat energi dengan pencahayaan alami serta pengudaraa alami, mandiri dan dapat memberikan sumbangsih terhadap kawasan keseluruhan, maka penulis memilih menerapkan tipologi Condominiums seperti pada town house New Jersey Housing Finance Agency yang memiliki tipologi 20m x 10m. Penulis mengaplikasikan tipologi ini dengan maksud menciptakan desain bangunan Town house yang nyaman dengan tipologi yang lebar dan mendukung konsep ekologis ini. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.17, dan 2.18.
Gambar 2.17 Denah Desain Perencanaan Town House, Lantai 1 (gambar kiri) dan Lantai 2 (gambar kanan)
Gambar 2.18 Denah Lantai 3 (Roof Top) Desain Perencanaan Town House Sumber: Time Saver Standards for Housing and Residential Development
2.7 Studi Banding
2.7.1 Studi banding kasus sejenis
Dalam penelitian ini, Penulis mengambil beberapa studi bangding, antara lain: 1. Town house Puri Setiabudhi, Bandung Lokasi: J1. Dr. Setiabudhi No.378
Bandung. Dapat kita lihat pada Gambar 2.19.
Bangunan yang ada di Puri Setiabudhi merupakan tipologi deret, tetapi unit hunian tidak untuk dijual, hanya disewakan.
a. Kompleks Town house ini berdiri di atas lahan seluas ± 20.000 m2 dan terdiri dan 43 unit hunian, lobby & front office, back office, ruang pertemuan, café dan restoran Maximo, ruang house keeping, ruang utilitas, ruang makan karyawan, tempat pembuangan sampah sementara, tempat pembakaran dan penimbunan daun-daun kering, play ground, jogging track, taman, dan 2 pos satpam.
b. Diantara cluster-cluster Town house terdapat taman bersama dan playground.
c. Gaya arsitektur yang diterapkan pada bangunan terlihat simpel dan modern, warna interior bangunan dan furniture yang disediakan didominasi warna hijau dan merah pastel.
d. Harga sewa cukup mahal karena target pasar untuk golongan menengah ke atas. Furniture, perlengkapan rumah tangga dan barang elektronik sudah disediakan dan memiliki kualitas yang baik.
e. Terdiri dari 3 tipe: 1. Tipe Junior.
2. Tipe Executive.
Terdiri dari 3 lantai. Lantai bawah tanah: garasi untuk dua mobil,
kamar sopir beserta kamar mandinya, ruang cuci dan setrika, tempat jemuran. Lantai dasar: ruang makan, dapur, living room,
kamar tidur. Lantai atas: Kamar tidur utama beserta kamar mandi dan walking closet, ruang kerja.
3. Tipe Family.
Terdiri dari 3 lantai. Lantai bawah tanah: garasi untuk dua mobil, kamar sopir beserta kamar mandinya, ruang cuci dan setrika,
tempat jemuran. Lantai dasar: ruang makan, dapur, living room,
kamar tidur beserta kamar mandi. Lantai atas: kamar tidur utama beserta kamar mandi dan walking closet di dalamnya dan satu kamar tidur lainnya. Hal ini dapat dilihat pada suasana yang terlihat pada Gambar 2.20, 2.21, 2.22, 2.23, 2.24, dan 2.25.
Gambar 2.20 Ruang Terbuka
Gambar 2.22 Pantry
Gambar 2.23 Interior Unit Town house Sumber: Agnes Vitra, Bandung (Surayya, 2001)
Ruang dalam unit hunian dengan ukuran yang kecil namun masih berkesan lapang.
Gambar 2.24 Denah
Gambar 2.25 Tampak dan Potongan Sumber: Agnes Vitra, Bandung (Surayya, 2001) 2. Setra Duta Town House
a. Kompleks Town house ini berada di pusat kompleks perumahan mewah
Setraduta, Bandung.
b. Merupakan kawasan permukiman town house yang memiliki tata
lansekap yang menarik.
c. Kompleks perumahan secara umum dilengkapi dengan
fasilitas-fasilitas seperti kolam renang, lapangan tenis, dll.
d. Kebanyakan penggunanya adalah masyarakat dengan tingkat ekonomi
menengah atas.
e. Pada kompleks hunian ini tidak terlihat adanya penambahan ruang
dalam kavling hunian. Meskipun begitu, tetap ditemukan adanya
f. Akses menuju masing-masing unit hunian adalah dari jalan lingkungan
(jalan kendaraan) dan dari belakang unit hunian (jalan setapak).
g. Peletakkan massa mengelilingi sebuah taman yang luas.
h. Terdapat ruang terbuka publik yang nyaman.
i. Memiliki hubungan antara bangunan rumah dengan lingkungan alami.
j. Masing-masing unit dilengkapi dengan kamar tidur supir dan
pembantu di lantai semi basement.
k. Masing-masing unit mempunyai luas bangunan 250 m2 dan luas tanah
152 m2. Hal ini dapat kita perhatikan pada Gambar 2.26, 2.27, dan
2.28.
Gambar 2.27 Tampak Unit Town house Sumber: Agnes Vitra, Bandung (Surayya, 2001)
Sumber: Agnes Vitra, Bandung (Surayya, 2001)
4. Prapanca Town Houses
Data Proyek:
Nama Proyek : Prapanca Town houses
Lokasi : Jl. Prapanca Raya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Pemilik : Keluarga Iwan Tjahjadikarta
Arsitek : Budiman Hendropurnomo
Konsultan : PT. Duta Cermat Mandiri
Desain : Tahun 2000
Konstruksi : Tahun 2002-2003
Luas lahan : 18.637 m2.
Proyek bermula dari keinginan pemilik yakni keluarga Iwan
Tjahjadikarta, untuk merenovasi enam rumah berlantai dua yang bergaya
jengki di jalan Prapanca Raya dengan level kontur tanah yang memisahkan
akses menuju latai dasar dengan lantai di atasnya. Lantai atas seluruh
rumah tersebut berhubungan langsung dengan jalan Prapanca Raya, sedang
lantai bawahnya berada di tepi kali Krukut di bagian belakang. Tiga town
house baru disisipkan di antara keenam rumah tersebut yang ternyata pada
saat banjir bandang lantai bawahnya terendam air kali Krukut, sehingga keenam rumah tersebut harus dinaikkan di atas level banjir. Living area
belakang rumah diharapkan bisa mencapai nuansa yang harmonis antara hunian dengan sungai di dekatnya, tampak bangunan pada Gambar 2.29, 2.31 dan 2.32 mencerminkan hal tersebut. Di beberapa unit sisi Utara, taman yang lebih sempit disisi kolam ikan dan pohon kamboja.
Gambar 2.29 Tampak Depan Prapanca Town house Sumber: Agnes Vitra, Bandung (Surayya, 2001)
Gambar 2.32 Tampak dari Jalan Prapanca Raya Sumber: Majalah Indonesia Design Edisi 13, 2005
Pada Gambar 2.30, dapat dilihat Arsitektur town house Prapanca
terbentuk dari permainan bidang-bidang tipis yang disusun secar paralel
dan tegak lurus terhadap jalan Prapanca Raya yang melengkung.
hiruk pikuk kendaraan di sepanjang jalan Prapanca Raya dengan ruang-ruang tenang di tepi kali Krukut yang merupakan bagian belakang town house Prapanca.
Gambar 2.30 Denah Lantai 1,2,3 Prapanca Town house Sumber: Majalah Indonesia Design Edisi 13, 2005
5. De Oaze Tomang Residence
Data Proyek
Nama Proyek : De Oaze Tomang Residence
Lokasi : Jl. Gelong Baru Utara 2, Tomang, Jakarta Barat
Developer : PT. Dwimitra Mugi Sentosa
Konsultan Arisitektur : PT. Archindo Cipta Kreatif
Arsitek : Cozmas D. Gozali
Luas Area fase I : + 4000 m2.
Sebuah hunian dengan acuan town house yang ramah lingkungan, de Oaze
yang diharapkan mampu memberi dampak positif terhadap peningkatan kualitas
hidup penghuni dan lingkungan sekitarnya. Sedangkan ruang luar diolah maksimal
untuk mengakomodasi kegiatan outdoor penghuninya. Ibarat kota kecil dalam sebuah
oase menyediakan taman, kolam renang, kolam refleksi, jogging track sebagai tempat
berinteraksi antar sesama penghuni. Sebagai pengendali banjir, dibuat sumur resapan
yang mampu mengurangi luapan air tanpa mengganggu aliran air di permukaan
tanah. Komposisi ruang terbuka dan area terbangun yang sama besar berkonsekuensi
pada pengembangan bangunan ke arah vertikal untuk mengoptimalkan lahan terbuka.
Kelompok ruang diletakkan di bagian dasar unit, sedangkan kegiatan utama hunian
diletakkan di atasnya. Lantai dasar dibuat sebagai semi basement dengan menurunkan
lantai di bawah permukaan jalan, sedengakan taman-taman di sekitar unit diangkat
lebih tinggi dari permukaan jalan. Suasana ini dapat kita lihat pada Gambar 2.33 dan
2.34.
Sumber: Majalah Indonesia Design Edisi 13, 2005
Gambar 2.34 Inner Court
Sumber: Majalah Indonesia Design Edisi 13, 2005
Rancangan unit hunian mengambil tema modem minimalis sebagai abstraksi
dari arsitektur global. Ini tampak pada fasade bangunan yang didominasi permainan
garis-garis vertikal dan horizontal yang biasanya menjadi dari gaya moderminimalis.
Tidak lupa pula penggunaan atap beton datar yang diperlakukan secara khusus agar
mampu menahan panas matahari.
Agar selaras dengan tema ramah lingkungan yang menjadi moto town house
de Oaze, rancangan per unit difokuskan pada pengudaraan dan pencahayaan alami.
Penggunaan bukaan-bukaan lebar pada kulit luar bangunan diharapkan mampu
mengalirkan udara segar ke dalam ruangan, sekaligus mendapat cahaya yang
mampu mereduksi panas matahari. Di setiap unit diletakkan dua area terbuka di
bagian tengah dan belakang hunian, sebagai pendukung sirkulasi udara.
2.7.2 Perbandingan studi banding
Pada Tabel 2.5 dapat dilihat bagaimana perbandingan dari studi banding.
Tabel 2.5 Tabel Perbandingan Studi Banding
Townhouse
Sumber: Hasil Pengkajian Puslitbang Permukiman Dep. Kimpraswil tahun 2000
Sumber: Hasil Pengkajian Puslitbang Permukiman Dep. Kimpraswil tahun 2000
2.8 Kesimpulan Studi Banding
Kesimpulan dari studi banding yang dilakukan adalah:
1. Selain unit-unit town house, diperlukan juga fasilitas bersama, seperti
taman atau fasilitas olahraga.
2. Untuk kompleks town house dengan jumlah unit yang banyak, sebaiknya
disedikan ruang-ruang bersama.
3. Hirarki ruang dibedakan oleh peletakan ruang tersebut dalam unit rumah.
4. Ruang yang sifatnya publik atau semi publik biasanya fleksibel, tanpa sekat
permanen.
5. Parkir mobil pribadi dapat diletakkan di garasi basemen atau di bagian
belakang rumah agar tidak terlalu mendominasi tampak.
6. Perletakkan unit-unit dapat dibuat dinamis, untuk menghindari
kemonotonan ruang.
7. Sebaiknya ada dua akses untuk masuk ke dalam unit town house, jalur
utama dari jalur servis. Jalur utama langsung menuju ruang utama (ruang
tamu atau ruang keluarga), sedangkan jalur servis dapat melewati jalan
belakang atau garasi.
8. Harus diperhatikan juga, parkir untuk tamu.
9. Fasilitas bersama seperti club house, harus mudah dijangkau dari semua
unit town house.
11. Fungsi kepemerintahan untuk sebuah komplek town house (sistem RT)
pada umumnya belum.
12. Untuk fasilitas cuci dan jemur, dapat diletakkan di bagian belakang dan
tidak terlihat dari luar.
13. Umumnya fasilitas keamanan diperlukan dan diletakkan di gerbang masuk
komplek town house.
14. Dalam sebuah komplek town house bisa terdapat beberapa macam tipe
bangunan, yang diklasifikasikan berdasarkan luas lahan dan letaknya.
15. Dan studi banding yang telah dilakukan, desain town house pada umumnya
bergaya modern dan berkonteks urban. Hal ini berkaitan dengan citra gaya
hidup yang dijalani oleh masyarakat kota pada umumnya, yakni modern
dan eksklusif.
16. Karena town house adalah jenis hunian dengan dua sisi yang menjadi satu
dengan sisi hunian sebelahnya, maka otomatis hanya ada dua sisi (depan
dan belakang) yang menghadap langsung ke arah ruang terbuka. Dari studi
banding yang telah dilakukan, pada umumnya town house memiliki bukaan
yang cukup lebar untuk memenuhi kebutuhan cahaya dan udara masuk ke
dalam bangunan. Biasanya di satu unit, terdapat taman belakang yang
merupakan ruang pribadi. Hal tersebut juga merupakan salah satu