PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PESAWAT SEDERHANA DENGAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA
SISWA KELAS V
Imam Muchtar
Guru Kelas 5 SD Negeri Bates 2 Bangkalan
Abstrak:Permasalahan dalam penelitian ini diawali dari temuan persoalan pembelajaran atau kegiatan belajar di kelas ada kecendrungan menurun pada siswa Kelas V Semester II SDN Bates 2 Bangkalan, sehingga tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui kondisi penguasaan materi Pesawat sederhana pada siswa kelas V di Sekolah, serta Untuk mengetahui peningkatan pemahaman belajar IPA melalui penggunaan media alat peraga pada kompetensi dasar Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat di Kelas V SDN Bates 2 Kabupaten Bangkalan.Penelitian ini dilakukan di Kelas V SDN Bates 2 Semester II , jumlah siswa Kelas V sebanyak 27 anak, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan tes. Adapun teknik analisisnya mengunakan analisa statistik sederhana, yaitu dengan analisa diskriptif., berdasarkan tiga tahapan siklus dalam penelitian.Hasil penelitian ini adalah diketahui bahwa terdapat peningkatan pemahaman siswa Kelas V pada mata pelajaran IPA setelah mereka melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode tersebut. Peningkatan prestasi belajar siswa tersebut dapat diketahui dari nilai rata-rata pada siklus I 73,37 ketuntasan belajar secara klasikal 62,16 %, siklus II naik menjadi nilai rata-rata siklus II sebesar 77,18, ketuntasan siklus II menjadi 72,97%. Siswa yang tidak tuntas pada siklus I sebanyak 14 anak sedangkan pada siklus II ada 10 anak. Siklus III naik menjadi 89,24, presentasi ketuntasan klasikal naik menjadi 100 %.
Kata kunci: Peningkatan, Pembelajaran, dan Alat Peraga
Abstract: Problems in this study started from the findings of the issue of teaching or learning in the classroom there is a tendency to decline in students Class V Semester II SDN Bates 2 Bangkalan, so the goal of this research is to determine the condition of mastery of the material plane modest Fifth Grade Students in the School, as well as to determine the increase comprehension learn science through the use of media props on the basis of competence Describes simple plane that can make the job easier and faster in Class V of SDN Bates 2 Bangkalan. This research was conducted in class V SDN Bates 2 Semester II, Class V student number as many as 27 children, data collection techniques in this study is the observation and tests. The technique of using simple statistical analysis, namely the descriptive analysis. Based on the three stages in the research cycle. Results of this research is known that there is an increased understanding of Class V students in science subjects after they implement the learning process using these methods. Improved student achievement can be known from the average value in the first cycle in the classical mastery learning 73.37 62.16%, the second cycle increased to an average value of the second cycle of 77.18, the thoroughness of the second cycle into 72.97% , Students who did not complete the first cycle as many as 14 children, while in the second cycle there were 10 children. Cycle III roused to 89.24, presentation of classical completeness rose to 100%.
Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar
Pendahuluan
Lingkungan merupakan salah satu
sumber belajar yang amat penting dan
memiliki nilai-nilai yang sangat
ber-harga dalam rangka proses
pembela-jaran peserta didik, lingkun-gan dapat
memperkaya bahan dan kegiatan
belajar sosial. Jika kita jeli mengamati
lingkungan di sekitar kita, maka
sesungguhnya banyak sumber belajar
yang dapat dimanfaatkan untuk
kepen-tingan belajar peserta didik.
Para pakar pendidikan percaya
bahwa pembelajaran akan menjadi
bermakna bagi siswa jika berhubungan
dengan apa yang terjadi di dunia ini.
Dengan kata lain, disiplin ilmu bukan
hasil akhir dari suatu pembelajaran.
Namun, bagaimana disiplin ilmu itu
dapat digunakan anak didik untuk
mengerti tentang diri mereka sendiri
dan dunia di mana mereka tinggal.
Salah satu alternatif yang bisa
dilakukan sekolah adalah menciptakan
pembelajaran yang efektif dan efisien.
Pembelajaran seperti ini diharapkan
dapat mengurangi beban peserta didik
dalam belajar. Keinginan mereka untuk
datang dan belajar di sekolah saja
sudah untung, ketimbang mereka harus
putus sekolah.
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidi-kan yang mulai diberlakuPendidi-kan di
sekolah dasar bertujuan untuk
menghasilkan lulusan yang kompeten
dan cerdas sehingga dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi. Hal ini hanya dapat tercapai
apabila proses pembelajaran yang
berlangsung mampu mengembangkan
seluruh potensi yang dimiliki siswa,
dan siswa terlibat langsung dalam
pembelajaran IPA. Disamping itu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
memberi kemudahan kepada guru
dalam menyajikan pengalaman belajar,
sesuai dengan prinsip belajar sepanjang
hidup yang mengacu pada empat pilar
pendidikan universal, yaitu belajar
untuk mengetahui (learning to know),
Rendahnya perolehan hasil belajar
mata pelajaran IPA di SDN Bates 2 ,
Bangkalan munjukkan adanya indikasi
terhadap rendahnya kinerja belajar
siswa dan kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran yang
menga-Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar
pa prestasi siswa tidak seperti yang
diharapkan, tentu guru perlu merefleksi
diri untuk dapat mengetahui
faktor-faktor penyebab ketidakberha-silan
siswa dalam pelajaran IPA.
Sebagai guru yang baik dan
profesional, permasalahan ini tentu
perlu ditanggulangi dengan segera.
Berdasarkan hal tersebut diatas,
penerapan model pembelajaran
interaktif menjadi alternatif untuk dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa
dalam mata pelajaran IPA. Penelitian
ini dilakukan peneliti yang bertugas
sebagai guru SD di SDN Bates 2
Bangkalan. Dengan penelitian ini,
diharapkan kemampuan profesional
guru dalam merancang model
pembelajaran akan lebih baik lagi dan
dapat menerapkan model pembelajaran
yang lebih bervariatif. Salah satu yang
mempengaruhi dalam proses belajar
mengajar adalah guru yang merupakan
faktor eksternal sebagai penunjang
pencapaian hasil belajar yang optimal.
Dalam hal ini yang dimaksud adalah
kreativitas guru dalam proses belajar
mengajar. Menurut Cece Wijaya
(1991:189), salah satu masalah yang
dihadapi dunia pendidikan adalah
menumbuhkan kreativitas guru.
Kreativitas guru dalam proses belajar
mengajar mempunyai peranan penting
dalam peningkatan mutu hasil belajar
siswanya. Kreativitas diartikan sebagai
kemampuan untuk menciptakan suatu
produk baru, baik yang benar-benar
baru sama sekali maupun yang
merupakan modifikasi atau perubahan
dengan mengembangkan hal-hal yang
sudah ada.
Bila hal ini dikaitkan dengan
kreativitas guru, guru yang
bersang-kutan mungkin menciptakan suatu
strategi mengajar yang benar-benar
baru dan orisinil (asli ciptaan sendiri),
atau dapat saja merupakan modifikasi
dari berbagai strategi yang ada
sehingga menghasilkan bentuk baru.
Di samping kreativitas guru dalam
proses belajar mengajar, faktor ekstern
yang mempengaruhi hasil belajar siswa
adalah fasilitas belajar. Mutu
pendidikan yang dikembangkan agar
tetap baik, maka perlu diadakan dan
diciptakan suatu fasilitas yang dapat
membantu dan mendorong hasil belajar
siswa. Menurut Deborah (2002:33)
untuk belajar yang baik hendaknya
tersedia fasilitas belajar yang memadai
antara lain tempat belajar, alat, waktu
Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar
fasilitas belajar adalah segala sesuatu
yang memudahkan untuk belajar.
Dengan tersedianya fasilitas yang
memadai diharapkan siswa akan
memperoleh hasil yang baik.
Berdasarkan uraian di atas persoalan
pembelajaran atau kegiatan belajar di
kelas ada kecendrungan menurun pada
siswa Kelas V Semester II SDN Bates
2 Bangkalan. Hal ini perlu adanya
sebuah peningkatan pembelajaran dan
strategi baru agar siswa Kelas V SDN
Bates 2 Bangkalan dapat meningkat
dengan baik. Dari berbagai hal tersebut
maka peneliti berusaha mencari tahu
lebih dalam tentang kondisi seperti itu.
Dari hasil pengamatan yang telah kami
lakukan dan berbagai informasi yang
kami dapat, di SDN Bates 2 Kabupaten
Bangkalan pada Semester II tahun
pelajaran 2013/2014 menunjukkan
bahwa siswa masih banyak yang
mengalami kesulitan dalam memahami
mata pelajaran IPA.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis
tertarik untuk mengadakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan judul :
Peningkatan Pemahaman Konsep
Pesawat Sederhana Dengan
Pembela-jaran Menggunakan Alat Peraga Pada
Siswa Kelas V Semester II Di SDN
Bates 2 Bangkalan.
Berdasarkan permasalahan selama
ini yang dihadapi oleh siswa Kelas V
SDN Bates 2 Kabupaten Bangkalan
adalah rendahnya penguasaan materi
IPA Maka rumusan masalah yang
dapat diungkap adalah 1)
Bagaima-nakah kondisi penguasaan materi
Pesawat sederhana pada siswa kelas V
di Sekolah? 2) Apakah ada peningkatan
pemahaman belajar IPA melalui
penggunaan media alat peraga pada
kompetensi dasar Menjelaskan pesawat
sederhana yang dapat membuat
pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat
di Kelas V SDN Bates 2 Kabupaten
Bangkalan?
Permasalahan rendahnya hasil
belajar IPA di SDN Bates 2 perlu
segera ditanggulangi, dan guru perlu
melakukan refleksi atas kinerjanya
selama perolehan hasil belajar IPA
masih dapat ditingkatkan lebih tinggi
lagi, apabila kreaktifitas siswa dalam
pembelajaran juga tinggi. Hasil
penelitian mengungkapkan bahawa
tingkat kreatifitas siswa saat penelitian
dilaksanakan masih rendah, kinerja
siswa menunjukkan fenomena sebagai
Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar
dalam diskusi tentang topik-topik IPA,
guru jarang memberikan pertanyaan
kepada siswa baik secara individual
maupun secara klasikal. Siswa tidak
berani bertanya kepada guru karena
guru kurang memotivasi siswa agar
berani bertanya apabila ada
masalah/materi yang tidak/kurang
dimengerti.
Pembelajaran yang ada lebih
terpusat pada guru, bukan kepada
siswa. Hal ini tidak dapat dibiarkan
begitu saja, apalagi dengan
diberlaku-kannya kurikulum berbasis kompetensi
yang mengisyaratkan pembelajaran
harus dapat mengembangkan semua
potensi yang dimiliki siswa. Hal ini
dapat tercapai apbila kinerja belajar
siswa ditingkatkan, sehingga guru
hanya berperan sebagai fasiltator,
motivator dan organisator.
Tujuan dari Penelitian Tindakan
Kelas ini adalah 1). Untuk mengetahui
kondisi penguasaan materi Pesawat
sederhana pada siswa kelas V di
Sekolah. 2). Untuk mengetahui
pening-katan pemahaman belajar IPA melalui
penggunaan media alat peraga pada
kompetensi dasar Menjelaskan pesawat
sederhana yang dapat membuat
pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat
di Kelas V SDN Bates 2 Kabupaten
Bangkalan.
Secara teoritis dan praktis,
penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat untuk a. Manfaat bagi
siswa; Memberikan sajian
pembela-jaran yang menarik dan memperhatikan
modalitas belajar siswa, Meningkatkan
pemahaman siswa terhadap mata
pelajaran, dapat menumbuhkan
sema-ngat yang tinggi untuk belajar
khususnya dikalangan siswa (peserta
didik). B. Manfaat bagi guru;
menentukan alternatif model
pembela-jaran yang mampu meningkatkan
motivasi belajar dan hasil belajar siswa,
mengatasi problema pembelajaran yang
selama ini banyak dikeluhkan terutama
berkaitan dengan ketidakberhasilan
pembelajaran IPA c. Manfaat bagi
sekolah; Memberikan masukan bagi
sekolah untuk meningkatkan kualitas
dan hasil belajar siswa, Mempunyai
kebersamaan dalam upaya untuk
meningkatkan sistem pembelajaran di
pendidikan formal, Sebagai sarana
pemberdayaan untuk meningkatkan
kerjasama dan kreativitas guru.
Ruang Lingkup Penelitian
Sedang-kan ruang lingkup penelitian ini adalah
Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar
Kabupaten Bangkalan dengan jumlah
siswa yaitu 27 anak pada Semester II
tahun pelajaran 2013/2014.
Sarana belajar meliputi semua
peralatan serta perlengkapan yang
langsung digunakan dalam pendidikan
disekolah misalnya gedung sekolah,
ruangan, meja, kursi, alat peraga dan
lain-lain. Sedangkan prasarana
merupa-kan semua komponen yang secara tidak
lansung menunjang jalannya proses
belajar mengajar serta pendidikan
sekolah, misalnya jalan menuju ke
sekolah, halaman sekolah, tata tertib
dan lain-lain. Proses belajar mengajar
akan semakin sukses jika ditunjang
dengan adanya fasililtas belajar atau
yang disebut sarana danprasarana
pendidikan. Menurut Djamarah (1995:
92) fasilitas belajar merupakan
keleng-kapan yang menunjang belajar anak
didik di sekolah.
Dengan adanya fasilitas belajar akan
mempengaruhi hasil belajar siswa.
Menurut Tim Penyusun Pedoman
Pembakuan Media Pendidikan
Depdik-bud dalam Arikunto (1988:23 ),“Sarana
pendidikan adalah semua fasilitas yang
diperlukan dalam proses belajar
me-ngajar yang bergerak maupun yang
tidak bergerak agar pencapaian tujuan
pendidikan berjalan lancar, teratur, efektif dan efisien”.
Keberadaan alat peraga atau media
merupakan salah satu komponen dari
sebuah pembelajaran. Media
merupa-kan alat komunikasi yang digunamerupa-kan
untuk membawa suatu informasi.
Apabila dikaitkan dengan kegiatan
pembelajaran maka media diartikan
sebagai alat komunikasi yang
diguna-kan untuk membawa informasi yang
ditujukan untuk pembelajaran. Selain
digunakan sebagai sarana penyampaian
pembelajaran yang utuh, media juga
dapat dimanfaatkan untuk
menyampai-kan bagian tertentu dari kegiatan
pembelajaran, misalnya memberikan
penguatan maupun motivasi, sebagai
salah satu fasilitas yang dibutuhkan
dalam KBM maka keberadaan fasiltas
dalam pembelajaran sangatlah
dibutuh-kan.
Dengan demikian dapat
dikemuka-kan bahwa media atau alat peraga
merupakan sebuah sarana yang dapat
memberikan infomasi dan membangun
sebuah komunikasi yang aktif antara
siswa dan guru dalam sebuah KBM,
dengan tujuan untuk memotivasi
Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar
menimbulkan ketertarikan siswa
terhadap sebuah proses pembelajaran.
Fasilitas belajar merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi hasil
belajar siswa, jelaslah bila dalam
kegiatan belajar mengajar akan berhasil
jika ditunjang dengan fasilitas yang
memadai dan dalam hal ini akan
diuraikan mengenai ruang lingkup
fasilitas belajar.
Ditinjau dari fungsi dan peranannya
terhadap pelaksanaan proses belajar
mengajar, Arikunto (1987:10)
menge-mukakan bahwa sarana pendidikan atau
sarana materiil dibedakan menjadi 3
macam yaitu : 1) Alat Pelajaran 2) Alat
Peraga 3) Media Pengajaran.
Berdasarkan pendapat diatas dapat
diketahui bahwa fasilitas belajar adalah
semua peralatan dan perlengkapan
yang secara langsung digunakan dalam
proses belajar mengajar yang terdiri
dari alat pelajaran, alat peraga dan
media pengajaran/media pendidikan.
1) Alat pelajaran adalah benda yang
dipergunakan langsung dalam proses
belajar mengajar baik itu oleh guru
maupun siswa. Menurut Arikunto
(1987:11-12) alat pelajaran di sekolah
dibagi menjadi beberapa bentuk antara
lain: (a) Buku-buku termasuk
didalam-nya buku-buku yang ada
diperpusta-kaan, buku-buku dikelas baik itu
sebagai buku pegangan untuk guru
maupun buku pelajaran untuk siswa (b)
Alat-alat peraga digunakan oleh guru
pada saat mengajar, baik yang sifatnya
tahan lama dan disimpan disekolah
maupun yang diadakan seketika oleh
guru pada jam pelajaran (c) Alat-alat
praktek, baik itu yang ada
dilaborato-rium, bengkel kerja, ataupun
ruang-ruang praktek (kearsipan, mengetik,
dan sebagainya) (d) Alat tulis menulis,
seperti papan tulis, penghapus, kapur,
kayu penggaris, dan sebagainya.
2) Alat peraga adalah segala sesuatu
yang dipergunakan oleh guru untuk
memperagakan atau memperjelas
pelayanan”. (Arikunto,1987:13). Ada
-pun menurut Hamalik, Oemar. (1997:
13), yang dikutip oleh Arikunto (1987:13) bahwa : “Alat peraga adalah
alat pembantu pendidikan dan
pengajaran, dapat berupa
perbuatan-perbuatan/benda-benda yang mudah
memberikan pengertian kepada anak
didik berturut-turut dari perbuatan yang
abstrak sampai kepada benda yang
sangat konkret”.
Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar
pengajaran adalah suatu sarana yang
digunakan untuk menampilkan
pela-jaran”. Sedangkan menurut Hamalik,
Oemar. (1997:13) bahwa “media
pendidikan adalah sarana pendidikan
yang digunakan sebagai perantara
dalam proses.
Sebelum dijelaskan lebih lanjut
mengenai maksud dari peningkatan
pemahaman ada baiknya peneliti
kemukakan terlebih dahulu tentang
pengertian prestasi. Yang dimaksud
dengan prestasi adalah hasil yang telah
dicapai. Dengan demikian prestasi
adalah hasil yang telah dicapai oleh
seseorang setelah melakukan suatu
pekerjaan / aktivitas tertentu.
Prestasi belajar adalah penilaian
pendidikan tentang kemajuan siswa
dalam segala hal yang dipelajari di
sekolah yang menyangkut pengetahuan
atau kecakapan/ keterampilan yang
dinyatakan sesudah hasil penilaian.
Sedangkan peningkatan pemahaman
yang dimaksud adalah hasil yang telah
dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh
seseorang pada jangka waktu tertentu
dan dicatat dalam buku rapor sekolah.
Disisi lain prestasi belajar tidak
dapat dipisahkan dari proses
peningka-tan pemahaman dalam belajar, karena
belajar merupakan suatu proses,
sedangkan hasil dari proses
pembela-jaran tersebut akan menim-bulkan
suatu peningkatan dalam pemahaman
siswa pada satu mata pelajaran. Belajar
merupakan proses perubahan yang
terjadi pada diri seseorang melalui
penguatan, sehingga terjadi perubahan
yang bersifat permanen dan persisten
pada dirinya sebagai hasil pengalaman.
Dari beberapa definisi di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa peningkatan
pemahaman belajar merupakan hasil
usaha belajar yang dicapai seorang
siswa berupa suatu kecakapan dari
kegiatan belajar bidang akademik di
sekolah pada jangka waktu tertentu
yang dicatat pada setiap akhir semester
di dalam buku laporan yang disebut
rapor.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan
pengem-bangan metode dan strategi
pembela-jaran. Metode dalam penelitian ini
adalah metode penelitian tindakan
kelas (Class Action Research) yaitu
suatu penelitian yang dikembangkan
bersama sama untuk peneliti dan
decision maker tentang variabel yang
Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar
untuk melakukan perbaikan. Obyek
dalam Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini adalah tindakan yang
dilaku-kan pada pelaksanaan kegiatan
pembe-lajaran di Kelas V Semester II SDN
Bates 2 pada mata pelajaran IPA.
Penelitian ini dilakukan di Kelas V
SDN Bates 2 Semester II , jumlah
siswa Kelas V sebanyak 27 anak, dan
daya serap siswa tersebut sangat
bervariasi ada yang pintar dan ada yang
kurang pintar.
Untuk menyesuaikan dengan
program pengajaran tahun pelajaran
2013/2014, maka waktu peneliti dalam
pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) di kelas Kelas V SDN Bates 2
Semester II, disesuaikan dengan
pelaksanaan pengajaran semester ganjil
yang berjalan selama 3 (Tiga) bulan
dimulai pada pertengahan bulan
Februari sampai dengan pertengahan
bulan Mei 2014.
Siklus penelitian ini melalui langkah
-langkah kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi
kegiatan. Setiap siklus berlangsung
sesuai dengan jumlah tatap muka
dalam sub konsep yang dipelajari.
Ketika proses pembelajaran
berlang-sung guru mengamati dan mencatat
kegiatan siswa dalam PBM, kemudian
data yang diperoleh dianalisis setiap
akhir kegiatan belajar mengajar.
Teknik Pengumpulan data
meng-gunakanan teknik Observasi adalah
suatu tehnik untuk mengamati secara
langsung maupun tidak langsung
gejala-gejala yang sedang/berlangsung
baik di dalam sekolah maupun di luar
sekolah. Observasi adalah sebagai
pengambilan data dan pencatatan
secara sistematis terhadap gejala-gejala
yang terdapat pada penelitian. (S.
Margono, 2004 :158) Observasi
penelitian ini dilakukan secara
langsung pada saat pembelajaran IPA
bagi siswa Kelas V SDN Bates 2
Semester II, pada kompetensi dasar
Menjelaskan pesawat sederhana yang
dapat membuat pekerjaan lebih mudah
dan lebih cepat.
Metode tes yang digunakan pada ini
adalah ulangan harian yang dilakukan
pada akhir siklus guna memperoleh
data yang diinginkan. Sedangkan tes
adalah suatu cara untuk mengadakan
penelitian yang berbentuk suatu tugas
atau serangkaian tugas yang harus
dikerjakan oleh anak atau sekelompok
anak sehingga menghasilkan suatu nilai
Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar
tersebut, yang dapat dibandingkan nilai
yang dicapai oleh anak–anak lain atau
dengan nilai standart yang ditetapkan
(Nur Kancana dan Snartana, 1983 : 85).
Penelitian ini menggunakan analisa
statistik sederhana, yaitu dengan
analisa diskriptif. Analisa diskriptif
adalah model analisa dengan cara
membandingkan rata-rata
prosentase-nya, kemudian kenaikan rata-rata pada
setiap siklus. Disini yang dianalisa
yaitu tentang hasil ulangan pada tiap
siklus.
Dalam penelitian ini untuk
ketun-tasan belajar siswa individu maupun
klasiklal digunakan pedoman
ketunta-san siswa, sebagai berikut :
1. Ketuntasan Perorangan.
Seorang siswa dikatakan berhasil
(mencapai ketuntasan) belajar bila
telah mencapai taraf penguasaan
minimal 70 % atau dengan nilai 70.
Bagi siswa yang taraf
penguasaa-nnya kurang dari 70 % diberikan
remidi pada pokok bahasan yang
belum dikuasai, sedangkan bagi
siswa yang telah mencapai
penguasaan 70 % atau lebih dapat
melanjutkan kepokok bahasan
berikutnya.
2. Ketuntasan Klasikal
Suatu kelas dikatakan telah berhasil
(mencapai ketuntasan belajar) jika
paling sedikit 75 % data jumlah
siswa dalam kelas tersebut telah
mencapai ketuntasan perorangan
dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Apabila sudah terdapat 75 % dari
jumlah siswa keseluruhan dalam
kelas yang mencapai tingkat
ketuntasan belajar maka kelas
tersebut dapat melanjutkan
kegia-tan pada satuan pembelajaran
berikutnya.
2. Apabila jumlah siswa yang
men-capai tingkat ketuntasan belajar
masih kurang dari 75% maka:
- Siswa yang taraf penguasaannya
kurang dari 75 % harus diberi
program perbaikan mengenai
bagian-bagian pelajaran yang
belum dikuasai.
- Siswa yang telah mencapai taraf
penguasaan 75% atau lebih dapat
diberikan program pengayaan.
Dari analisis data yang digunakan
di atas akan diterangkan lebih lanjut
pada bagian di bawah ini dari hasil
ketuntasan belajar siswa adalah sebagai
Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar
Secara individual siswa telah tuntas
belajar jika mencapai skor 70 %
atau nilai 70 dengan perhitungan
sebagai berikut (Depdikbud, 1994):
Skor Siswa =
x 100 %
Suatu kelas dinyatakan tuntas
belajar jika terdapat > 75 % dari
jumlah siswa telah tuntas belajar.
Perhitungan untuk menyatakan
ketuntasan belajar siswa secara
klasikal:
= x 100 %
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab ini peneliti bertujuan
untuk mengetahui peningkatan
pengua-saan materi dalam mata pelajaran IPA
di Kelas V Semester II SDN Bates 2
Kabupaten Bangkalan.
Penduduk yang merupakan orang
tua/wali siswa-siswi Kelas V SDN
Bates 2 Kabupaten Bangkalan pada
umumnya kondisi ekonominya
tergolong menengah ke bawah.
Sedangkan Kelas V menjadi subyek
penelitian ini karena Kelas V adalah
kelas yang paling heterogen baik
dilihat dari segi kemampuan
masing-masing individu tiap siswa, orang tua
siswa maupun kedisiplinan siswa di
sekolah.
Berikut secara rinci akan
dikemukakan data responden yaitu
na-ma siswa Kelas V Semester II SDN
Bates 2 Kabupaten Bangkalan akan
dipaparkan dalam bentuk tabulasi data
yang dirangkum dalam tabel sebagai
berikut.
Tabel 2, Prestasi Belajar IPA Sebelum Menggunakan Media Alat peragadi Kelas V SDN Bates 2 Kabupaten Bangkalan
Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar
Berdasarkan data tabel tersebut di
atas, maka diketahui bahwa rata-rata
prestasi belajar siswa yang menerima
pembelajaran IPA sebelum
mengguna-kan Media Alat Peraga di kelas dengan
nilai rata-rata ulangan harian adalah
62,16%.
Bagian ini akan menyajikan data
siswa terhadap variabel-variabel yang
diteliti yaitu variabel penggunaan “Media Alat Peraga” pada mata pelajaran IPA dengan siswa sebelum
menggunakan dan variabel prestasi
belajar IPA, maka data penelitian yang
dikumpulkan dengan menggunakan
instrumen penelitian, serta sumber data
dokumentasi yang digunakan untuk
mengetahui nilai peningkatan
pemahaman siswa.
Sedangkan dalam penelitian ini
untuk mengetahui hasil belajar siswa
pada materi IPApada kompetensi dasar
Menjelaskan pesawat sederhana yang
dapat membuat pekerjaan lebih mudah
dan lebih cepat, dan kegiatan Post test
dilaksanakan setiap akhir siklus
1) Ulangan harian dilaksanakan
se-belum dan setelah adanya
pembela-jaran dengan menggunakan putaran
siklus 1 sampai 3.
Berdasarkan keterangan di atas
terhadap instrumen yang diajukan
me-ngenai keberadaan siswa dalam
peng-gunaan putaran siklus, maka selanjutya
pada tabel berikut akan dikemukakan
hasil nilai mengenai hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPAdalam
penggu-nakan siklus adalah sebagai berikut:
Tabel 3, Perbandingan Nilai dan Persentase Ketuntasan Belajar Siklus I-III
Pembelajaran dengan “Media Alat Peraga”Kelas V Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014
Ketuntasan 62,16 72,9 7
100 %
Keterangan :
Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar
1. Rumus untuk mengetahui rata-rata
pada setiap siklus adalah sebagai
2. Rumus untuk mengetahui
ketuntasan belajar siswa pada setiap
siklus adalah sebagai berikut : KBK
=
Keterangan :
Mean = Rata-rata belajar siswa
∑ St = Jumlah siswa yang
tuntas belajar setiap siklus
KBK = Ketuntasan belajar
klasikal
D. Penjelasan Tiap-tiap Siklus
Selanjutnya akan dikemukakan
hasil belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran di kelas dengan
menggu-nakan putaran siklus adalah sebagai
berikut:
Selanjutnya akan dikemukakan
ketuntasan belajar siswa yang
menggunakan “Media” pada siklus
I adalah sebagai berikut:
Rumus :KBK =
Pelaksanaan dalam perencanaan
Penelitian Tindakan Kelas pada siklus I
ini dilakukan pada materi IPApada
kompetensi dasar Menjelaskan pesawat
sederhana yang dapat membuat
pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat.
dengan. Perangkat pembelajaran yang
telah disiapkan meliputi rencana
pembelajaran, menggunakan media,
soal dan evaluasi.
Dengan perangkat pembelajaran
tersebut maka kegiatan pendahuluan
dapat dikerucutkan sebagai berikut :
Apersepsi pengayaan, Memberikan
arahan cara belajar melalui Media dan
pre serta post test pada siswa. Kegiatan
inti yang telah direncanakan antara
lain.
1. Menjelaskan materi IPA pada
kompetensi dasar Menjelaskan
pesawat sederhana yang dapat
membuat pekerjaan lebih mudah
dan lebih cepat.,
2. Melakukan pengelolaan kelas
sebelum melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan “Media
Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar
Alat Peraga” dalam kelas agar
kegiatan bisa lancar.
3. Melaksanakan KBM dengan
menggunakan “Media Alat
Peraga”
4. Mengadakan evaluasi
sebelum kegiatan pembelajaran
ditutup pada siklus I ini diadakan
tes soal.
5. Kegiatan yang
dilaku-kan guru pada saat pembelajaran
antara lain :
1. Menyampaikan bahan materi IPA
pada kompetensi dasar
Menjelas-kan pesawat sederhana yang dapat
membuat pekerjaan lebih mudah
dan lebih cepat, melalui kegiatan
kelompok siswa yang diminta
mempelajari materi tersebut.
Se-dangkan bagi siswa dapat lebih
mendalami materi pembelajaran.
Siswa melaksanakan kegiatan
belajar di ruang kelas, guru
mem-bagikan tugas dan menyuruh siswa
untuk mengerjakan tugas secara
kelom-pok untuk memahami materi
secara mendalam. Sementara para
siswa belajar untuk menyelesaikan
tugas yang berkai-tan tentang
per-pindahan dan perubahan energi
listrik, guru mengamati dengan
berkeliling sambil mengingatkan
dan memberikan bimbingan supaya
dalam kegiatan menggunakan
kete-rampilan kelompok yang telah
di-tentukan meskipun demikian masih
banyak siswa yang masih banyak
belum selesai. Setelah 30 menit,
guru mengecek pemahaman siswa
dengan cara meminta siswa yang
ditunjukkan secara acak untuk
melaporkan hasil kerja mereka dan
didiskusikan antar kelompok.
Di-lanjutkan dengan pelaksanaan
Media Alat Peraga yaitu kelompok
siswa satu dengan yang lain saling
mengamati dan memberikan
pema-haman, yang ditujukan oleh Media
tersebut sehingga satu sama lain
akhirnya jadi memahami apa dan
bagaimanakah
mengidentifikasi-kannya tanpa harus membaca
keseluruhan buku yang sesuai
dengan KD.
2. Kegiatan dengan “Media alat
Peraga” diarahkan untuk melatih
siswa memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi, dan
memberikan penguatan
pemaha-man yang cukup baik.
3. Kemudian ditutup dengan
kesim-Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar
pulan dan memberi tugas rumah
untuk minggu depan.
Nilai tes awal yang tidak
mengguna-kan “Media Alat Peraga” rata-rata
yang dicapai pada siklus I mencapai
73,37. Ketuntasan klasikal pada siklus I
yang tidak menggunakan metode
tersebut mencapai 62,16%. Siswa yang
tidak tuntas pada siklus I sebanyak 14
anak.
Sesuai hasil pengamatan pada siklus
I yang telah dilakukan dan evaluasi/
refleksi dengan ditemukan hambatan
pada siklus I kebanyakan siswa ada
yang belum optimal dalam memahami
kemampuan siswa dalam belajar dalam
kelas yang dilakukan oleh guru
sedangkan ada juga siswa yang sudah
memahami dari arti pembelajaran yang
menggunakan metode “Media Alat
Peraga”, maka siswa yang sudah paham dengan pembelajaran yang
menggunakan metode tersebut masih
dioptimalkan bagi yang sudah paham
dan pada siklus I guru terlalu banyak
menjelaskan materi sehingga dianggap
menyita waktu proses belajar mengajar
maka pada siklus berikutnya penjelasan
guru perlu dikurangi.
Selanjutnya akan dikemukakan
ketuntasan belajar siswa yang
menggunakan metode “Media” pada
siklus II adalah sebagai berikut:
Rumus :KBK =
juga berkaitan pemahaman tentang
konsep kelistrikan, sedangkan rencana
pembelajaran tidak jauh beda dengan
siklus I tetapi pada siklus II ini
penjelasan guru dikurangi agar tidak
terlalu banyak menyita waktu.
Berda-sarkan refleksi pada siklus I maka
siswa yang masih belum paham dari
sistem pembelajaran dengan
menggu-nakan metode “Media Alat Peraga”
diberi pemahaman agar nantinya siswa
biar mudah untuk mencernanya.
Dalam pelaksanaan ini salah satunya
adalah tindakan guru yaitu pada siklus
Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar
pada pengalaman pembelajaran yang
telah dilakuakan pada siklus I tetapi
pelaksanaannya sama dengan siklus I,
sehingga tidak banyak memakan
waktu. Sebelum kegiatan pembelajaran
selesai diadakan kuis (tes) dan
pem-berian penghargaan kepada siswa yang
nilai terbaik.
Sesuai observasi pada siklus II ini
telah ditemukan adanya kenaikan
jumlah siswa yang tuntas belajarnya.
Pada siklus I ketuntasan belajar secara
klasikal 62,16%, siklus II naik menjadi
72,97% dan nilai rata-rata siklus I
sebesar 73,37, siklus II menjadi 77,18
Siswa yang tidak tuntas pada siklus I
sebanyak 14 anak sedangkan pada
siklus II ada 10 anak. Hal ini
membuktikan adanya sebuah
pening-katan prestasi belajar dalam
mengguna-kan metode “Media Alat Peraga”.
Pada siklus II ini dilakukan sebuah
refleksi lagi apakah ada sebuah
permasalahan atau tidak. Tetapi pada
siklus II ini telah ditemukan
permasalahan diantaranya kemampuan
siswa untuk mengamati dan bertanya
belum optimal, sehingga kreativitas
guru untuk memberikan arahan
bagaimanakah cara kerja dengan “Me
-dia Alat Peraga” sebagai visualisasi.
Bimbingan kepada siswa yang belum
tuntas pada saat KBM perlu
dioptimal-kan agar siswa ini bisa tuntas dalam
Selanjutnya akan dikemukakan
ketuntasan belajar yang menggunakan
metode “Media Alat Peraga” pada
siklus III keseluruhan siswa tuntas
belajarnya sehingga dapat disimpulkan
bahwa ketuntasan belajar siswa adalah
100 % tuntas.
Pada siklus III materi yang diajarkan
adalah juga tidak jauh beda dengan
sikluis sebelumnya, bahan pengamatan,
evaluasi dan juga tes masih berjalan.
Pada siklus III ini siswa yang belum
tuntas diberikan bimbingan lebih baik.
Hasil observasi pada siklus III
menunjukkan ada peningkatan. Nilai
rata-rata pada siklus II sebanyak 77,18
naik menjadi 89,24 Presentasi
ketuntasan klasikal naik dari 72,97 %
menjadi 100 %. Hal ini membuktikan
Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar
signifikan dalam penggunaan metode “Media Alat Peraga”.
Dan pada siklus III ini menunjukkan
adanya peningkatan dari berbagai hal.
Tetapi berdasarkan refleksi siklus III
ini masih ditemukan permasalahan
yaitu : masalah penyediaan alat bantu
untuk mengajar sangat diperlukan oleh
siswa dan guru. Untuk ketercapaian
tujuan, perlu adanya sarana-prasarana
pendukung agar kegiatan pembelajaran
dapat berlangsung lebih optimal.
Berdasarkan hasil penggunaan
metode yang dipakai di dalam proses
belajar mengajar melalui putaran siklus
ke siklus, maka akan dikemukakan
prestasi belajar siswa Kelas V Semester
II SDN Bates 2 Kabupaten Bangkalan
adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Prestasi Belajar IPA
Sesudah Menggunakan Metode
“Media Alat Peraga” di Kelas V
SDN Bates 2 Kabupaten Bangkalan
No. Nama UH Awal UH Akhir
Hasilnya adalah rata-rata hasil
belajar siswa yang menerima
pembelajaran IPA sesudah mengguna-kan metode dengan “Media Alat Peraga” pada mata pelajaran IPA di kelas nilai rata-rata ulangan harian
awal siswa mencapai 79,02 menjadi
lebih tinggi yakni 84.70 berdasarkan
hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
di atas persentase ketercapaian pada
tiap siklus mengalami peningkatan
yang signifikan dimulai dari siklus
pertama, kedua dan tiga, maka dapat
disimpulkan bahwa temuan pada
penelitian menjawab semua dari hasil
siklus ke siklus dalam menggunakan
model pembelajaran dengan “Media
Alat Peraga”.
Dalam usaha untuk mencapai suatu
hasil belajar yang optimal dariproses
Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar
oleh faktor internal maupuneksternal.
Faktor eksternal yang dimkasud adalah
kreativitas guru dalamproses belajar
mengajar dan fasilitas belajar.Guru
merupakan salah satu faktor yang
memegang peranan pentingdalam
proses belajar mengajar, hal ini
dikarenakan guru adalah orang yang
berhubungan langsung dengan siswa
dalam proses belajar mengajar, dengan
kreativitas guru dalam proses belajar
mengajar diharapkan siswa dapat
mencapai hasil belajar yang optimal.
Hal ini sesuai dengan pendapat
CeceWijaya (1991:189), guru yang
memiliki kreativitas dapat
meningkat-kan mutuhasil belajar siswanya. Hal ini
juga sesuai dengan pendapat Slameto
(2003:54), faktor sekolah yang
mempe-ngaruhi hasil belajar mencakup metode
mengajar guru yaitu kreativitas guru
dalam proses belajar mengajar.
Kreativitas guru dalam proses
belajar mengajar yang didalamnya
mencakupcara guru dalam
merenca-nakan proses belajar mengajar, cara
guru dalammelaksanakan proses
be-lajar mengajar dan cara guru dalam
mengadakanevaluasi dapat
mempenga-ruhi hasil belajar siswa. Kreativitas
guru dalamproses belajar mengajar
yang kurang baik akan mempengaruhi
hasil belajarsiswa yang kurang optimal
pula. Kreativitas guru dalam proses
belajarmengajar yang kurang baik
misalnya : guru kurang persiapan dan
kurangmenguasai bahan pelajaran
se-hingga guru tersebut menyajikan tidak
jelas.
Disamping kreativitas guru dalam
proses belajar mengajar, fasilitas juga
berpengaruh terhadap hasil belajar
mata pelajaran produktif. Hal ini
di-karenakan fasilitas belajar merupa-kan
sarana dan prasarana yang dapat
menunjang dalam pembelajaran
sehi-ngga dapat mempermudah
pemaha-mansiswa terhadap materi yang
diajar-kan dan dapat memperoleh hasil belajar
yang optimal. Ini sesuai dengan
pendapat Deborah (2002:33), untuk
belajar yang baik hendaknya tersedia
fasilitas belajar yang memadai antara
lain : tempat/ruangan belajar,
penera-ngan yang cukup, buku-buku pegapenera-ngan
dan kelengkapan peralatan praktek.
Dengan adanya penyediaan fasilitas
belajar yang memadai untuk siswa
diharapkan siswa dapat memperoleh
hasilbelajar yang optimal.
Secara nyata berdasarkan hasil
Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar
pengaruh fasilitas belajar berupa alat
peraga terhadap hasil belajar mata
pelajaran produktif siswa dengan baik
kondisi ini menunjukkan bahwa
pe-ngaruh kreativitas guru dalam proses
belajar mengajarterhadap hasil belajar
mata pelajaran produktif adalah
pengaruh positifKontribusi tersebut
menunjukkanbahwa kreativitas guru
dalam proses belajar mengajar dan
keberadaan alat peraga sebagai fasilitas
belajaryang baik akan membantu
meningkatkan hasil belajar siswa untuk
matapelajaran produktif.Hal iniberarti
bahwa kreativitas guru dalam proses
belajar mengajar dan fasilitasbelajar
yang baik akan diperoleh hasil belajar
mata pelajaran produktif yangbaik pula
pada diri siswa.
KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan dari penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman
belajar IPA melalui metode “Media
Alat Peraga” di Kelas V SDN Bates 2
Kabupaten Bangkalan, maka
berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diketahui bahwa terdapat peningkatan pemahaman siswa Kelas V pada mata pelajaran IPAsetelah mereka
melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode tersebut.
Peningkatan prestasi belajar siswa tersebut dapat diketahui dari nilai rata -rata pada siklus I 73,37 ketuntasan belajar secara klasikal 62,16 %, siklus II naik menjadi nilai rata-rata siklus II sebesar 77,18, ketuntasan siklus II
menjadi 72,97%. Siswa yang tidak
tuntas pada siklus I sebanyak 14 anak sedangkan pada siklus II ada 10 anak.
Siklus III naik menjadi 89,24,
presentasi ketuntasan klasikal naik menjadi 100 %. Hal ini membuktikan adanya peningkatan hasil belajar yang signifikan dalam penggunaan metode pembelajaran dengan “Media”.
Secara simultan ada pengaruh antara fasilitas belajar berupa alat peraga terhadap hasil belajar mata pelajaran produktifsiswa kelas Kelas V SDN Bates 2 Kabupaten Bangkalan.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. Suhardjono. dan
Supardi. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas.
Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar
Joni, Raka. 1998. Penelitian Tindakan
Kelas: Beberapa
Permasalahannya. Jakarta: PCP PGSM Ditjen Dikti.
Kemmis, S. dan McTaggart. 1982, 1986, dan 1990. The Action
Research Reader. Victoria:
Deakin University Press.
Moleong, L.J. 1995. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Jakarta: P2LPTK Depdikbud.
Sakdiyah, Mislinatul. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Materi Diklat KTI bagi Guru Golongan IVa
Propinsi Jawa Timur.
Surabaya: LPMP Jatim.
Suhardjono. 2004. Tanya Jawab di Sekitar Penelitian Tindakan Kelas. Materi Diklat KTI bagi Widyaiswara.
Suhardjono dan Supardi. 2004. Karya Tulis Ilmiah. Materi Diklat KTI bagi Widyaiswara.
Sukidin. Basrowi. dan Suranto. 2002.
Manajemen Penelitian
Tindakan Kelas. Surabaya:
Insan Cendekia.
Suyanto. 1997. Pedoman Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).
Jakarta: BP3SD, Dirjen Dikti, Depdikbud.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.
Hamalik, Oemar. 1997. Media