• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PESAWAT SEDERHANA DENGAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS V Imam Muchtar Guru Kelas 5 SD Negeri Bates 2 Bangkalan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PESAWAT SEDERHANA DENGAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS V Imam Muchtar Guru Kelas 5 SD Negeri Bates 2 Bangkalan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PESAWAT SEDERHANA DENGAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA

SISWA KELAS V

Imam Muchtar

Guru Kelas 5 SD Negeri Bates 2 Bangkalan

Abstrak:Permasalahan dalam penelitian ini diawali dari temuan persoalan pembelajaran atau kegiatan belajar di kelas ada kecendrungan menurun pada siswa Kelas V Semester II SDN Bates 2 Bangkalan, sehingga tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui kondisi penguasaan materi Pesawat sederhana pada siswa kelas V di Sekolah, serta Untuk mengetahui peningkatan pemahaman belajar IPA melalui penggunaan media alat peraga pada kompetensi dasar Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat di Kelas V SDN Bates 2 Kabupaten Bangkalan.Penelitian ini dilakukan di Kelas V SDN Bates 2 Semester II , jumlah siswa Kelas V sebanyak 27 anak, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan tes. Adapun teknik analisisnya mengunakan analisa statistik sederhana, yaitu dengan analisa diskriptif., berdasarkan tiga tahapan siklus dalam penelitian.Hasil penelitian ini adalah diketahui bahwa terdapat peningkatan pemahaman siswa Kelas V pada mata pelajaran IPA setelah mereka melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode tersebut. Peningkatan prestasi belajar siswa tersebut dapat diketahui dari nilai rata-rata pada siklus I 73,37 ketuntasan belajar secara klasikal 62,16 %, siklus II naik menjadi nilai rata-rata siklus II sebesar 77,18, ketuntasan siklus II menjadi 72,97%. Siswa yang tidak tuntas pada siklus I sebanyak 14 anak sedangkan pada siklus II ada 10 anak. Siklus III naik menjadi 89,24, presentasi ketuntasan klasikal naik menjadi 100 %.

Kata kunci: Peningkatan, Pembelajaran, dan Alat Peraga

Abstract: Problems in this study started from the findings of the issue of teaching or learning in the classroom there is a tendency to decline in students Class V Semester II SDN Bates 2 Bangkalan, so the goal of this research is to determine the condition of mastery of the material plane modest Fifth Grade Students in the School, as well as to determine the increase comprehension learn science through the use of media props on the basis of competence Describes simple plane that can make the job easier and faster in Class V of SDN Bates 2 Bangkalan. This research was conducted in class V SDN Bates 2 Semester II, Class V student number as many as 27 children, data collection techniques in this study is the observation and tests. The technique of using simple statistical analysis, namely the descriptive analysis. Based on the three stages in the research cycle. Results of this research is known that there is an increased understanding of Class V students in science subjects after they implement the learning process using these methods. Improved student achievement can be known from the average value in the first cycle in the classical mastery learning 73.37 62.16%, the second cycle increased to an average value of the second cycle of 77.18, the thoroughness of the second cycle into 72.97% , Students who did not complete the first cycle as many as 14 children, while in the second cycle there were 10 children. Cycle III roused to 89.24, presentation of classical completeness rose to 100%.

(2)

Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar

Pendahuluan

Lingkungan merupakan salah satu

sumber belajar yang amat penting dan

memiliki nilai-nilai yang sangat

ber-harga dalam rangka proses

pembela-jaran peserta didik, lingkun-gan dapat

memperkaya bahan dan kegiatan

belajar sosial. Jika kita jeli mengamati

lingkungan di sekitar kita, maka

sesungguhnya banyak sumber belajar

yang dapat dimanfaatkan untuk

kepen-tingan belajar peserta didik.

Para pakar pendidikan percaya

bahwa pembelajaran akan menjadi

bermakna bagi siswa jika berhubungan

dengan apa yang terjadi di dunia ini.

Dengan kata lain, disiplin ilmu bukan

hasil akhir dari suatu pembelajaran.

Namun, bagaimana disiplin ilmu itu

dapat digunakan anak didik untuk

mengerti tentang diri mereka sendiri

dan dunia di mana mereka tinggal.

Salah satu alternatif yang bisa

dilakukan sekolah adalah menciptakan

pembelajaran yang efektif dan efisien.

Pembelajaran seperti ini diharapkan

dapat mengurangi beban peserta didik

dalam belajar. Keinginan mereka untuk

datang dan belajar di sekolah saja

sudah untung, ketimbang mereka harus

putus sekolah.

Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidi-kan yang mulai diberlakuPendidi-kan di

sekolah dasar bertujuan untuk

menghasilkan lulusan yang kompeten

dan cerdas sehingga dapat melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi. Hal ini hanya dapat tercapai

apabila proses pembelajaran yang

berlangsung mampu mengembangkan

seluruh potensi yang dimiliki siswa,

dan siswa terlibat langsung dalam

pembelajaran IPA. Disamping itu

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

memberi kemudahan kepada guru

dalam menyajikan pengalaman belajar,

sesuai dengan prinsip belajar sepanjang

hidup yang mengacu pada empat pilar

pendidikan universal, yaitu belajar

untuk mengetahui (learning to know),

Rendahnya perolehan hasil belajar

mata pelajaran IPA di SDN Bates 2 ,

Bangkalan munjukkan adanya indikasi

terhadap rendahnya kinerja belajar

siswa dan kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran yang

(3)

menga-Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar

pa prestasi siswa tidak seperti yang

diharapkan, tentu guru perlu merefleksi

diri untuk dapat mengetahui

faktor-faktor penyebab ketidakberha-silan

siswa dalam pelajaran IPA.

Sebagai guru yang baik dan

profesional, permasalahan ini tentu

perlu ditanggulangi dengan segera.

Berdasarkan hal tersebut diatas,

penerapan model pembelajaran

interaktif menjadi alternatif untuk dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa

dalam mata pelajaran IPA. Penelitian

ini dilakukan peneliti yang bertugas

sebagai guru SD di SDN Bates 2

Bangkalan. Dengan penelitian ini,

diharapkan kemampuan profesional

guru dalam merancang model

pembelajaran akan lebih baik lagi dan

dapat menerapkan model pembelajaran

yang lebih bervariatif. Salah satu yang

mempengaruhi dalam proses belajar

mengajar adalah guru yang merupakan

faktor eksternal sebagai penunjang

pencapaian hasil belajar yang optimal.

Dalam hal ini yang dimaksud adalah

kreativitas guru dalam proses belajar

mengajar. Menurut Cece Wijaya

(1991:189), salah satu masalah yang

dihadapi dunia pendidikan adalah

menumbuhkan kreativitas guru.

Kreativitas guru dalam proses belajar

mengajar mempunyai peranan penting

dalam peningkatan mutu hasil belajar

siswanya. Kreativitas diartikan sebagai

kemampuan untuk menciptakan suatu

produk baru, baik yang benar-benar

baru sama sekali maupun yang

merupakan modifikasi atau perubahan

dengan mengembangkan hal-hal yang

sudah ada.

Bila hal ini dikaitkan dengan

kreativitas guru, guru yang

bersang-kutan mungkin menciptakan suatu

strategi mengajar yang benar-benar

baru dan orisinil (asli ciptaan sendiri),

atau dapat saja merupakan modifikasi

dari berbagai strategi yang ada

sehingga menghasilkan bentuk baru.

Di samping kreativitas guru dalam

proses belajar mengajar, faktor ekstern

yang mempengaruhi hasil belajar siswa

adalah fasilitas belajar. Mutu

pendidikan yang dikembangkan agar

tetap baik, maka perlu diadakan dan

diciptakan suatu fasilitas yang dapat

membantu dan mendorong hasil belajar

siswa. Menurut Deborah (2002:33)

untuk belajar yang baik hendaknya

tersedia fasilitas belajar yang memadai

antara lain tempat belajar, alat, waktu

(4)

Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar

fasilitas belajar adalah segala sesuatu

yang memudahkan untuk belajar.

Dengan tersedianya fasilitas yang

memadai diharapkan siswa akan

memperoleh hasil yang baik.

Berdasarkan uraian di atas persoalan

pembelajaran atau kegiatan belajar di

kelas ada kecendrungan menurun pada

siswa Kelas V Semester II SDN Bates

2 Bangkalan. Hal ini perlu adanya

sebuah peningkatan pembelajaran dan

strategi baru agar siswa Kelas V SDN

Bates 2 Bangkalan dapat meningkat

dengan baik. Dari berbagai hal tersebut

maka peneliti berusaha mencari tahu

lebih dalam tentang kondisi seperti itu.

Dari hasil pengamatan yang telah kami

lakukan dan berbagai informasi yang

kami dapat, di SDN Bates 2 Kabupaten

Bangkalan pada Semester II tahun

pelajaran 2013/2014 menunjukkan

bahwa siswa masih banyak yang

mengalami kesulitan dalam memahami

mata pelajaran IPA.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis

tertarik untuk mengadakan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) dengan judul :

Peningkatan Pemahaman Konsep

Pesawat Sederhana Dengan

Pembela-jaran Menggunakan Alat Peraga Pada

Siswa Kelas V Semester II Di SDN

Bates 2 Bangkalan.

Berdasarkan permasalahan selama

ini yang dihadapi oleh siswa Kelas V

SDN Bates 2 Kabupaten Bangkalan

adalah rendahnya penguasaan materi

IPA Maka rumusan masalah yang

dapat diungkap adalah 1)

Bagaima-nakah kondisi penguasaan materi

Pesawat sederhana pada siswa kelas V

di Sekolah? 2) Apakah ada peningkatan

pemahaman belajar IPA melalui

penggunaan media alat peraga pada

kompetensi dasar Menjelaskan pesawat

sederhana yang dapat membuat

pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat

di Kelas V SDN Bates 2 Kabupaten

Bangkalan?

Permasalahan rendahnya hasil

belajar IPA di SDN Bates 2 perlu

segera ditanggulangi, dan guru perlu

melakukan refleksi atas kinerjanya

selama perolehan hasil belajar IPA

masih dapat ditingkatkan lebih tinggi

lagi, apabila kreaktifitas siswa dalam

pembelajaran juga tinggi. Hasil

penelitian mengungkapkan bahawa

tingkat kreatifitas siswa saat penelitian

dilaksanakan masih rendah, kinerja

siswa menunjukkan fenomena sebagai

(5)

Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar

dalam diskusi tentang topik-topik IPA,

guru jarang memberikan pertanyaan

kepada siswa baik secara individual

maupun secara klasikal. Siswa tidak

berani bertanya kepada guru karena

guru kurang memotivasi siswa agar

berani bertanya apabila ada

masalah/materi yang tidak/kurang

dimengerti.

Pembelajaran yang ada lebih

terpusat pada guru, bukan kepada

siswa. Hal ini tidak dapat dibiarkan

begitu saja, apalagi dengan

diberlaku-kannya kurikulum berbasis kompetensi

yang mengisyaratkan pembelajaran

harus dapat mengembangkan semua

potensi yang dimiliki siswa. Hal ini

dapat tercapai apbila kinerja belajar

siswa ditingkatkan, sehingga guru

hanya berperan sebagai fasiltator,

motivator dan organisator.

Tujuan dari Penelitian Tindakan

Kelas ini adalah 1). Untuk mengetahui

kondisi penguasaan materi Pesawat

sederhana pada siswa kelas V di

Sekolah. 2). Untuk mengetahui

pening-katan pemahaman belajar IPA melalui

penggunaan media alat peraga pada

kompetensi dasar Menjelaskan pesawat

sederhana yang dapat membuat

pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat

di Kelas V SDN Bates 2 Kabupaten

Bangkalan.

Secara teoritis dan praktis,

penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat untuk a. Manfaat bagi

siswa; Memberikan sajian

pembela-jaran yang menarik dan memperhatikan

modalitas belajar siswa, Meningkatkan

pemahaman siswa terhadap mata

pelajaran, dapat menumbuhkan

sema-ngat yang tinggi untuk belajar

khususnya dikalangan siswa (peserta

didik). B. Manfaat bagi guru;

menentukan alternatif model

pembela-jaran yang mampu meningkatkan

motivasi belajar dan hasil belajar siswa,

mengatasi problema pembelajaran yang

selama ini banyak dikeluhkan terutama

berkaitan dengan ketidakberhasilan

pembelajaran IPA c. Manfaat bagi

sekolah; Memberikan masukan bagi

sekolah untuk meningkatkan kualitas

dan hasil belajar siswa, Mempunyai

kebersamaan dalam upaya untuk

meningkatkan sistem pembelajaran di

pendidikan formal, Sebagai sarana

pemberdayaan untuk meningkatkan

kerjasama dan kreativitas guru.

Ruang Lingkup Penelitian

Sedang-kan ruang lingkup penelitian ini adalah

(6)

Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar

Kabupaten Bangkalan dengan jumlah

siswa yaitu 27 anak pada Semester II

tahun pelajaran 2013/2014.

Sarana belajar meliputi semua

peralatan serta perlengkapan yang

langsung digunakan dalam pendidikan

disekolah misalnya gedung sekolah,

ruangan, meja, kursi, alat peraga dan

lain-lain. Sedangkan prasarana

merupa-kan semua komponen yang secara tidak

lansung menunjang jalannya proses

belajar mengajar serta pendidikan

sekolah, misalnya jalan menuju ke

sekolah, halaman sekolah, tata tertib

dan lain-lain. Proses belajar mengajar

akan semakin sukses jika ditunjang

dengan adanya fasililtas belajar atau

yang disebut sarana danprasarana

pendidikan. Menurut Djamarah (1995:

92) fasilitas belajar merupakan

keleng-kapan yang menunjang belajar anak

didik di sekolah.

Dengan adanya fasilitas belajar akan

mempengaruhi hasil belajar siswa.

Menurut Tim Penyusun Pedoman

Pembakuan Media Pendidikan

Depdik-bud dalam Arikunto (1988:23 ),“Sarana

pendidikan adalah semua fasilitas yang

diperlukan dalam proses belajar

me-ngajar yang bergerak maupun yang

tidak bergerak agar pencapaian tujuan

pendidikan berjalan lancar, teratur, efektif dan efisien”.

Keberadaan alat peraga atau media

merupakan salah satu komponen dari

sebuah pembelajaran. Media

merupa-kan alat komunikasi yang digunamerupa-kan

untuk membawa suatu informasi.

Apabila dikaitkan dengan kegiatan

pembelajaran maka media diartikan

sebagai alat komunikasi yang

diguna-kan untuk membawa informasi yang

ditujukan untuk pembelajaran. Selain

digunakan sebagai sarana penyampaian

pembelajaran yang utuh, media juga

dapat dimanfaatkan untuk

menyampai-kan bagian tertentu dari kegiatan

pembelajaran, misalnya memberikan

penguatan maupun motivasi, sebagai

salah satu fasilitas yang dibutuhkan

dalam KBM maka keberadaan fasiltas

dalam pembelajaran sangatlah

dibutuh-kan.

Dengan demikian dapat

dikemuka-kan bahwa media atau alat peraga

merupakan sebuah sarana yang dapat

memberikan infomasi dan membangun

sebuah komunikasi yang aktif antara

siswa dan guru dalam sebuah KBM,

dengan tujuan untuk memotivasi

(7)

Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar

menimbulkan ketertarikan siswa

terhadap sebuah proses pembelajaran.

Fasilitas belajar merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi hasil

belajar siswa, jelaslah bila dalam

kegiatan belajar mengajar akan berhasil

jika ditunjang dengan fasilitas yang

memadai dan dalam hal ini akan

diuraikan mengenai ruang lingkup

fasilitas belajar.

Ditinjau dari fungsi dan peranannya

terhadap pelaksanaan proses belajar

mengajar, Arikunto (1987:10)

menge-mukakan bahwa sarana pendidikan atau

sarana materiil dibedakan menjadi 3

macam yaitu : 1) Alat Pelajaran 2) Alat

Peraga 3) Media Pengajaran.

Berdasarkan pendapat diatas dapat

diketahui bahwa fasilitas belajar adalah

semua peralatan dan perlengkapan

yang secara langsung digunakan dalam

proses belajar mengajar yang terdiri

dari alat pelajaran, alat peraga dan

media pengajaran/media pendidikan.

1) Alat pelajaran adalah benda yang

dipergunakan langsung dalam proses

belajar mengajar baik itu oleh guru

maupun siswa. Menurut Arikunto

(1987:11-12) alat pelajaran di sekolah

dibagi menjadi beberapa bentuk antara

lain: (a) Buku-buku termasuk

didalam-nya buku-buku yang ada

diperpusta-kaan, buku-buku dikelas baik itu

sebagai buku pegangan untuk guru

maupun buku pelajaran untuk siswa (b)

Alat-alat peraga digunakan oleh guru

pada saat mengajar, baik yang sifatnya

tahan lama dan disimpan disekolah

maupun yang diadakan seketika oleh

guru pada jam pelajaran (c) Alat-alat

praktek, baik itu yang ada

dilaborato-rium, bengkel kerja, ataupun

ruang-ruang praktek (kearsipan, mengetik,

dan sebagainya) (d) Alat tulis menulis,

seperti papan tulis, penghapus, kapur,

kayu penggaris, dan sebagainya.

2) Alat peraga adalah segala sesuatu

yang dipergunakan oleh guru untuk

memperagakan atau memperjelas

pelayanan”. (Arikunto,1987:13). Ada

-pun menurut Hamalik, Oemar. (1997:

13), yang dikutip oleh Arikunto (1987:13) bahwa : “Alat peraga adalah

alat pembantu pendidikan dan

pengajaran, dapat berupa

perbuatan-perbuatan/benda-benda yang mudah

memberikan pengertian kepada anak

didik berturut-turut dari perbuatan yang

abstrak sampai kepada benda yang

sangat konkret”.

(8)

Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar

pengajaran adalah suatu sarana yang

digunakan untuk menampilkan

pela-jaran”. Sedangkan menurut Hamalik,

Oemar. (1997:13) bahwa “media

pendidikan adalah sarana pendidikan

yang digunakan sebagai perantara

dalam proses.

Sebelum dijelaskan lebih lanjut

mengenai maksud dari peningkatan

pemahaman ada baiknya peneliti

kemukakan terlebih dahulu tentang

pengertian prestasi. Yang dimaksud

dengan prestasi adalah hasil yang telah

dicapai. Dengan demikian prestasi

adalah hasil yang telah dicapai oleh

seseorang setelah melakukan suatu

pekerjaan / aktivitas tertentu.

Prestasi belajar adalah penilaian

pendidikan tentang kemajuan siswa

dalam segala hal yang dipelajari di

sekolah yang menyangkut pengetahuan

atau kecakapan/ keterampilan yang

dinyatakan sesudah hasil penilaian.

Sedangkan peningkatan pemahaman

yang dimaksud adalah hasil yang telah

dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh

seseorang pada jangka waktu tertentu

dan dicatat dalam buku rapor sekolah.

Disisi lain prestasi belajar tidak

dapat dipisahkan dari proses

peningka-tan pemahaman dalam belajar, karena

belajar merupakan suatu proses,

sedangkan hasil dari proses

pembela-jaran tersebut akan menim-bulkan

suatu peningkatan dalam pemahaman

siswa pada satu mata pelajaran. Belajar

merupakan proses perubahan yang

terjadi pada diri seseorang melalui

penguatan, sehingga terjadi perubahan

yang bersifat permanen dan persisten

pada dirinya sebagai hasil pengalaman.

Dari beberapa definisi di atas, dapat

ditarik kesimpulan bahwa peningkatan

pemahaman belajar merupakan hasil

usaha belajar yang dicapai seorang

siswa berupa suatu kecakapan dari

kegiatan belajar bidang akademik di

sekolah pada jangka waktu tertentu

yang dicatat pada setiap akhir semester

di dalam buku laporan yang disebut

rapor.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan

pengem-bangan metode dan strategi

pembela-jaran. Metode dalam penelitian ini

adalah metode penelitian tindakan

kelas (Class Action Research) yaitu

suatu penelitian yang dikembangkan

bersama sama untuk peneliti dan

decision maker tentang variabel yang

(9)

Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar

untuk melakukan perbaikan. Obyek

dalam Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) ini adalah tindakan yang

dilaku-kan pada pelaksanaan kegiatan

pembe-lajaran di Kelas V Semester II SDN

Bates 2 pada mata pelajaran IPA.

Penelitian ini dilakukan di Kelas V

SDN Bates 2 Semester II , jumlah

siswa Kelas V sebanyak 27 anak, dan

daya serap siswa tersebut sangat

bervariasi ada yang pintar dan ada yang

kurang pintar.

Untuk menyesuaikan dengan

program pengajaran tahun pelajaran

2013/2014, maka waktu peneliti dalam

pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) di kelas Kelas V SDN Bates 2

Semester II, disesuaikan dengan

pelaksanaan pengajaran semester ganjil

yang berjalan selama 3 (Tiga) bulan

dimulai pada pertengahan bulan

Februari sampai dengan pertengahan

bulan Mei 2014.

Siklus penelitian ini melalui langkah

-langkah kegiatan perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan dan refleksi

kegiatan. Setiap siklus berlangsung

sesuai dengan jumlah tatap muka

dalam sub konsep yang dipelajari.

Ketika proses pembelajaran

berlang-sung guru mengamati dan mencatat

kegiatan siswa dalam PBM, kemudian

data yang diperoleh dianalisis setiap

akhir kegiatan belajar mengajar.

Teknik Pengumpulan data

meng-gunakanan teknik Observasi adalah

suatu tehnik untuk mengamati secara

langsung maupun tidak langsung

gejala-gejala yang sedang/berlangsung

baik di dalam sekolah maupun di luar

sekolah. Observasi adalah sebagai

pengambilan data dan pencatatan

secara sistematis terhadap gejala-gejala

yang terdapat pada penelitian. (S.

Margono, 2004 :158) Observasi

penelitian ini dilakukan secara

langsung pada saat pembelajaran IPA

bagi siswa Kelas V SDN Bates 2

Semester II, pada kompetensi dasar

Menjelaskan pesawat sederhana yang

dapat membuat pekerjaan lebih mudah

dan lebih cepat.

Metode tes yang digunakan pada ini

adalah ulangan harian yang dilakukan

pada akhir siklus guna memperoleh

data yang diinginkan. Sedangkan tes

adalah suatu cara untuk mengadakan

penelitian yang berbentuk suatu tugas

atau serangkaian tugas yang harus

dikerjakan oleh anak atau sekelompok

anak sehingga menghasilkan suatu nilai

(10)

Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar

tersebut, yang dapat dibandingkan nilai

yang dicapai oleh anak–anak lain atau

dengan nilai standart yang ditetapkan

(Nur Kancana dan Snartana, 1983 : 85).

Penelitian ini menggunakan analisa

statistik sederhana, yaitu dengan

analisa diskriptif. Analisa diskriptif

adalah model analisa dengan cara

membandingkan rata-rata

prosentase-nya, kemudian kenaikan rata-rata pada

setiap siklus. Disini yang dianalisa

yaitu tentang hasil ulangan pada tiap

siklus.

Dalam penelitian ini untuk

ketun-tasan belajar siswa individu maupun

klasiklal digunakan pedoman

ketunta-san siswa, sebagai berikut :

1. Ketuntasan Perorangan.

Seorang siswa dikatakan berhasil

(mencapai ketuntasan) belajar bila

telah mencapai taraf penguasaan

minimal 70 % atau dengan nilai 70.

Bagi siswa yang taraf

penguasaa-nnya kurang dari 70 % diberikan

remidi pada pokok bahasan yang

belum dikuasai, sedangkan bagi

siswa yang telah mencapai

penguasaan 70 % atau lebih dapat

melanjutkan kepokok bahasan

berikutnya.

2. Ketuntasan Klasikal

Suatu kelas dikatakan telah berhasil

(mencapai ketuntasan belajar) jika

paling sedikit 75 % data jumlah

siswa dalam kelas tersebut telah

mencapai ketuntasan perorangan

dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Apabila sudah terdapat 75 % dari

jumlah siswa keseluruhan dalam

kelas yang mencapai tingkat

ketuntasan belajar maka kelas

tersebut dapat melanjutkan

kegia-tan pada satuan pembelajaran

berikutnya.

2. Apabila jumlah siswa yang

men-capai tingkat ketuntasan belajar

masih kurang dari 75% maka:

- Siswa yang taraf penguasaannya

kurang dari 75 % harus diberi

program perbaikan mengenai

bagian-bagian pelajaran yang

belum dikuasai.

- Siswa yang telah mencapai taraf

penguasaan 75% atau lebih dapat

diberikan program pengayaan.

Dari analisis data yang digunakan

di atas akan diterangkan lebih lanjut

pada bagian di bawah ini dari hasil

ketuntasan belajar siswa adalah sebagai

(11)

Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar

 Secara individual siswa telah tuntas

belajar jika mencapai skor 70 %

atau nilai 70 dengan perhitungan

sebagai berikut (Depdikbud, 1994):

Skor Siswa =

x 100 %

 Suatu kelas dinyatakan tuntas

belajar jika terdapat > 75 % dari

jumlah siswa telah tuntas belajar.

Perhitungan untuk menyatakan

ketuntasan belajar siswa secara

klasikal:

= x 100 %

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini peneliti bertujuan

untuk mengetahui peningkatan

pengua-saan materi dalam mata pelajaran IPA

di Kelas V Semester II SDN Bates 2

Kabupaten Bangkalan.

Penduduk yang merupakan orang

tua/wali siswa-siswi Kelas V SDN

Bates 2 Kabupaten Bangkalan pada

umumnya kondisi ekonominya

tergolong menengah ke bawah.

Sedangkan Kelas V menjadi subyek

penelitian ini karena Kelas V adalah

kelas yang paling heterogen baik

dilihat dari segi kemampuan

masing-masing individu tiap siswa, orang tua

siswa maupun kedisiplinan siswa di

sekolah.

Berikut secara rinci akan

dikemukakan data responden yaitu

na-ma siswa Kelas V Semester II SDN

Bates 2 Kabupaten Bangkalan akan

dipaparkan dalam bentuk tabulasi data

yang dirangkum dalam tabel sebagai

berikut.

Tabel 2, Prestasi Belajar IPA Sebelum Menggunakan Media Alat peragadi Kelas V SDN Bates 2 Kabupaten Bangkalan

(12)

Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar

Berdasarkan data tabel tersebut di

atas, maka diketahui bahwa rata-rata

prestasi belajar siswa yang menerima

pembelajaran IPA sebelum

mengguna-kan Media Alat Peraga di kelas dengan

nilai rata-rata ulangan harian adalah

62,16%.

Bagian ini akan menyajikan data

siswa terhadap variabel-variabel yang

diteliti yaitu variabel penggunaan “Media Alat Peraga” pada mata pelajaran IPA dengan siswa sebelum

menggunakan dan variabel prestasi

belajar IPA, maka data penelitian yang

dikumpulkan dengan menggunakan

instrumen penelitian, serta sumber data

dokumentasi yang digunakan untuk

mengetahui nilai peningkatan

pemahaman siswa.

Sedangkan dalam penelitian ini

untuk mengetahui hasil belajar siswa

pada materi IPApada kompetensi dasar

Menjelaskan pesawat sederhana yang

dapat membuat pekerjaan lebih mudah

dan lebih cepat, dan kegiatan Post test

dilaksanakan setiap akhir siklus

1) Ulangan harian dilaksanakan

se-belum dan setelah adanya

pembela-jaran dengan menggunakan putaran

siklus 1 sampai 3.

Berdasarkan keterangan di atas

terhadap instrumen yang diajukan

me-ngenai keberadaan siswa dalam

peng-gunaan putaran siklus, maka selanjutya

pada tabel berikut akan dikemukakan

hasil nilai mengenai hasil belajar siswa

pada mata pelajaran IPAdalam

penggu-nakan siklus adalah sebagai berikut:

Tabel 3, Perbandingan Nilai dan Persentase Ketuntasan Belajar Siklus I-III

Pembelajaran dengan “Media Alat Peraga”Kelas V Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014

Ketuntasan 62,16 72,9 7

100 %

Keterangan :

(13)

Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar

1. Rumus untuk mengetahui rata-rata

pada setiap siklus adalah sebagai

2. Rumus untuk mengetahui

ketuntasan belajar siswa pada setiap

siklus adalah sebagai berikut : KBK

=

Keterangan :

Mean = Rata-rata belajar siswa

∑ St = Jumlah siswa yang

tuntas belajar setiap siklus

KBK = Ketuntasan belajar

klasikal

D. Penjelasan Tiap-tiap Siklus

Selanjutnya akan dikemukakan

hasil belajar siswa yang mengikuti

pembelajaran di kelas dengan

menggu-nakan putaran siklus adalah sebagai

berikut:

Selanjutnya akan dikemukakan

ketuntasan belajar siswa yang

menggunakan “Media” pada siklus

I adalah sebagai berikut:

Rumus :KBK =

Pelaksanaan dalam perencanaan

Penelitian Tindakan Kelas pada siklus I

ini dilakukan pada materi IPApada

kompetensi dasar Menjelaskan pesawat

sederhana yang dapat membuat

pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat.

dengan. Perangkat pembelajaran yang

telah disiapkan meliputi rencana

pembelajaran, menggunakan media,

soal dan evaluasi.

Dengan perangkat pembelajaran

tersebut maka kegiatan pendahuluan

dapat dikerucutkan sebagai berikut :

Apersepsi pengayaan, Memberikan

arahan cara belajar melalui Media dan

pre serta post test pada siswa. Kegiatan

inti yang telah direncanakan antara

lain.

1. Menjelaskan materi IPA pada

kompetensi dasar Menjelaskan

pesawat sederhana yang dapat

membuat pekerjaan lebih mudah

dan lebih cepat.,

2. Melakukan pengelolaan kelas

sebelum melaksanakan kegiatan

pembelajaran dengan “Media

(14)

Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar

Alat Peraga” dalam kelas agar

kegiatan bisa lancar.

3. Melaksanakan KBM dengan

menggunakan “Media Alat

Peraga”

4. Mengadakan evaluasi

sebelum kegiatan pembelajaran

ditutup pada siklus I ini diadakan

tes soal.

5. Kegiatan yang

dilaku-kan guru pada saat pembelajaran

antara lain :

1. Menyampaikan bahan materi IPA

pada kompetensi dasar

Menjelas-kan pesawat sederhana yang dapat

membuat pekerjaan lebih mudah

dan lebih cepat, melalui kegiatan

kelompok siswa yang diminta

mempelajari materi tersebut.

Se-dangkan bagi siswa dapat lebih

mendalami materi pembelajaran.

Siswa melaksanakan kegiatan

belajar di ruang kelas, guru

mem-bagikan tugas dan menyuruh siswa

untuk mengerjakan tugas secara

kelom-pok untuk memahami materi

secara mendalam. Sementara para

siswa belajar untuk menyelesaikan

tugas yang berkai-tan tentang

per-pindahan dan perubahan energi

listrik, guru mengamati dengan

berkeliling sambil mengingatkan

dan memberikan bimbingan supaya

dalam kegiatan menggunakan

kete-rampilan kelompok yang telah

di-tentukan meskipun demikian masih

banyak siswa yang masih banyak

belum selesai. Setelah 30 menit,

guru mengecek pemahaman siswa

dengan cara meminta siswa yang

ditunjukkan secara acak untuk

melaporkan hasil kerja mereka dan

didiskusikan antar kelompok.

Di-lanjutkan dengan pelaksanaan

Media Alat Peraga yaitu kelompok

siswa satu dengan yang lain saling

mengamati dan memberikan

pema-haman, yang ditujukan oleh Media

tersebut sehingga satu sama lain

akhirnya jadi memahami apa dan

bagaimanakah

mengidentifikasi-kannya tanpa harus membaca

keseluruhan buku yang sesuai

dengan KD.

2. Kegiatan dengan “Media alat

Peraga” diarahkan untuk melatih

siswa memecahkan

masalah-masalah yang dihadapi, dan

memberikan penguatan

pemaha-man yang cukup baik.

3. Kemudian ditutup dengan

(15)

kesim-Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar

pulan dan memberi tugas rumah

untuk minggu depan.

Nilai tes awal yang tidak

mengguna-kan “Media Alat Peraga” rata-rata

yang dicapai pada siklus I mencapai

73,37. Ketuntasan klasikal pada siklus I

yang tidak menggunakan metode

tersebut mencapai 62,16%. Siswa yang

tidak tuntas pada siklus I sebanyak 14

anak.

Sesuai hasil pengamatan pada siklus

I yang telah dilakukan dan evaluasi/

refleksi dengan ditemukan hambatan

pada siklus I kebanyakan siswa ada

yang belum optimal dalam memahami

kemampuan siswa dalam belajar dalam

kelas yang dilakukan oleh guru

sedangkan ada juga siswa yang sudah

memahami dari arti pembelajaran yang

menggunakan metode “Media Alat

Peraga”, maka siswa yang sudah paham dengan pembelajaran yang

menggunakan metode tersebut masih

dioptimalkan bagi yang sudah paham

dan pada siklus I guru terlalu banyak

menjelaskan materi sehingga dianggap

menyita waktu proses belajar mengajar

maka pada siklus berikutnya penjelasan

guru perlu dikurangi.

Selanjutnya akan dikemukakan

ketuntasan belajar siswa yang

menggunakan metode “Media” pada

siklus II adalah sebagai berikut:

Rumus :KBK =

juga berkaitan pemahaman tentang

konsep kelistrikan, sedangkan rencana

pembelajaran tidak jauh beda dengan

siklus I tetapi pada siklus II ini

penjelasan guru dikurangi agar tidak

terlalu banyak menyita waktu.

Berda-sarkan refleksi pada siklus I maka

siswa yang masih belum paham dari

sistem pembelajaran dengan

menggu-nakan metode “Media Alat Peraga”

diberi pemahaman agar nantinya siswa

biar mudah untuk mencernanya.

Dalam pelaksanaan ini salah satunya

adalah tindakan guru yaitu pada siklus

(16)

Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar

pada pengalaman pembelajaran yang

telah dilakuakan pada siklus I tetapi

pelaksanaannya sama dengan siklus I,

sehingga tidak banyak memakan

waktu. Sebelum kegiatan pembelajaran

selesai diadakan kuis (tes) dan

pem-berian penghargaan kepada siswa yang

nilai terbaik.

Sesuai observasi pada siklus II ini

telah ditemukan adanya kenaikan

jumlah siswa yang tuntas belajarnya.

Pada siklus I ketuntasan belajar secara

klasikal 62,16%, siklus II naik menjadi

72,97% dan nilai rata-rata siklus I

sebesar 73,37, siklus II menjadi 77,18

Siswa yang tidak tuntas pada siklus I

sebanyak 14 anak sedangkan pada

siklus II ada 10 anak. Hal ini

membuktikan adanya sebuah

pening-katan prestasi belajar dalam

mengguna-kan metode “Media Alat Peraga”.

Pada siklus II ini dilakukan sebuah

refleksi lagi apakah ada sebuah

permasalahan atau tidak. Tetapi pada

siklus II ini telah ditemukan

permasalahan diantaranya kemampuan

siswa untuk mengamati dan bertanya

belum optimal, sehingga kreativitas

guru untuk memberikan arahan

bagaimanakah cara kerja dengan “Me

-dia Alat Peraga” sebagai visualisasi.

Bimbingan kepada siswa yang belum

tuntas pada saat KBM perlu

dioptimal-kan agar siswa ini bisa tuntas dalam

Selanjutnya akan dikemukakan

ketuntasan belajar yang menggunakan

metode “Media Alat Peraga” pada

siklus III keseluruhan siswa tuntas

belajarnya sehingga dapat disimpulkan

bahwa ketuntasan belajar siswa adalah

100 % tuntas.

Pada siklus III materi yang diajarkan

adalah juga tidak jauh beda dengan

sikluis sebelumnya, bahan pengamatan,

evaluasi dan juga tes masih berjalan.

Pada siklus III ini siswa yang belum

tuntas diberikan bimbingan lebih baik.

Hasil observasi pada siklus III

menunjukkan ada peningkatan. Nilai

rata-rata pada siklus II sebanyak 77,18

naik menjadi 89,24 Presentasi

ketuntasan klasikal naik dari 72,97 %

menjadi 100 %. Hal ini membuktikan

(17)

Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar

signifikan dalam penggunaan metode “Media Alat Peraga”.

Dan pada siklus III ini menunjukkan

adanya peningkatan dari berbagai hal.

Tetapi berdasarkan refleksi siklus III

ini masih ditemukan permasalahan

yaitu : masalah penyediaan alat bantu

untuk mengajar sangat diperlukan oleh

siswa dan guru. Untuk ketercapaian

tujuan, perlu adanya sarana-prasarana

pendukung agar kegiatan pembelajaran

dapat berlangsung lebih optimal.

Berdasarkan hasil penggunaan

metode yang dipakai di dalam proses

belajar mengajar melalui putaran siklus

ke siklus, maka akan dikemukakan

prestasi belajar siswa Kelas V Semester

II SDN Bates 2 Kabupaten Bangkalan

adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Prestasi Belajar IPA

Sesudah Menggunakan Metode

“Media Alat Peraga” di Kelas V

SDN Bates 2 Kabupaten Bangkalan

No. Nama UH Awal UH Akhir

Hasilnya adalah rata-rata hasil

belajar siswa yang menerima

pembelajaran IPA sesudah mengguna-kan metode dengan “Media Alat Peraga” pada mata pelajaran IPA di kelas nilai rata-rata ulangan harian

awal siswa mencapai 79,02 menjadi

lebih tinggi yakni 84.70 berdasarkan

hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

di atas persentase ketercapaian pada

tiap siklus mengalami peningkatan

yang signifikan dimulai dari siklus

pertama, kedua dan tiga, maka dapat

disimpulkan bahwa temuan pada

penelitian menjawab semua dari hasil

siklus ke siklus dalam menggunakan

model pembelajaran dengan “Media

Alat Peraga”.

Dalam usaha untuk mencapai suatu

hasil belajar yang optimal dariproses

(18)

Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar

oleh faktor internal maupuneksternal.

Faktor eksternal yang dimkasud adalah

kreativitas guru dalamproses belajar

mengajar dan fasilitas belajar.Guru

merupakan salah satu faktor yang

memegang peranan pentingdalam

proses belajar mengajar, hal ini

dikarenakan guru adalah orang yang

berhubungan langsung dengan siswa

dalam proses belajar mengajar, dengan

kreativitas guru dalam proses belajar

mengajar diharapkan siswa dapat

mencapai hasil belajar yang optimal.

Hal ini sesuai dengan pendapat

CeceWijaya (1991:189), guru yang

memiliki kreativitas dapat

meningkat-kan mutuhasil belajar siswanya. Hal ini

juga sesuai dengan pendapat Slameto

(2003:54), faktor sekolah yang

mempe-ngaruhi hasil belajar mencakup metode

mengajar guru yaitu kreativitas guru

dalam proses belajar mengajar.

Kreativitas guru dalam proses

belajar mengajar yang didalamnya

mencakupcara guru dalam

merenca-nakan proses belajar mengajar, cara

guru dalammelaksanakan proses

be-lajar mengajar dan cara guru dalam

mengadakanevaluasi dapat

mempenga-ruhi hasil belajar siswa. Kreativitas

guru dalamproses belajar mengajar

yang kurang baik akan mempengaruhi

hasil belajarsiswa yang kurang optimal

pula. Kreativitas guru dalam proses

belajarmengajar yang kurang baik

misalnya : guru kurang persiapan dan

kurangmenguasai bahan pelajaran

se-hingga guru tersebut menyajikan tidak

jelas.

Disamping kreativitas guru dalam

proses belajar mengajar, fasilitas juga

berpengaruh terhadap hasil belajar

mata pelajaran produktif. Hal ini

di-karenakan fasilitas belajar merupa-kan

sarana dan prasarana yang dapat

menunjang dalam pembelajaran

sehi-ngga dapat mempermudah

pemaha-mansiswa terhadap materi yang

diajar-kan dan dapat memperoleh hasil belajar

yang optimal. Ini sesuai dengan

pendapat Deborah (2002:33), untuk

belajar yang baik hendaknya tersedia

fasilitas belajar yang memadai antara

lain : tempat/ruangan belajar,

penera-ngan yang cukup, buku-buku pegapenera-ngan

dan kelengkapan peralatan praktek.

Dengan adanya penyediaan fasilitas

belajar yang memadai untuk siswa

diharapkan siswa dapat memperoleh

hasilbelajar yang optimal.

Secara nyata berdasarkan hasil

(19)

Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar

pengaruh fasilitas belajar berupa alat

peraga terhadap hasil belajar mata

pelajaran produktif siswa dengan baik

kondisi ini menunjukkan bahwa

pe-ngaruh kreativitas guru dalam proses

belajar mengajarterhadap hasil belajar

mata pelajaran produktif adalah

pengaruh positifKontribusi tersebut

menunjukkanbahwa kreativitas guru

dalam proses belajar mengajar dan

keberadaan alat peraga sebagai fasilitas

belajaryang baik akan membantu

meningkatkan hasil belajar siswa untuk

matapelajaran produktif.Hal iniberarti

bahwa kreativitas guru dalam proses

belajar mengajar dan fasilitasbelajar

yang baik akan diperoleh hasil belajar

mata pelajaran produktif yangbaik pula

pada diri siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan dari penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman

belajar IPA melalui metode “Media

Alat Peraga” di Kelas V SDN Bates 2

Kabupaten Bangkalan, maka

berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diketahui bahwa terdapat peningkatan pemahaman siswa Kelas V pada mata pelajaran IPAsetelah mereka

melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode tersebut.

Peningkatan prestasi belajar siswa tersebut dapat diketahui dari nilai rata -rata pada siklus I 73,37 ketuntasan belajar secara klasikal 62,16 %, siklus II naik menjadi nilai rata-rata siklus II sebesar 77,18, ketuntasan siklus II

menjadi 72,97%. Siswa yang tidak

tuntas pada siklus I sebanyak 14 anak sedangkan pada siklus II ada 10 anak.

Siklus III naik menjadi 89,24,

presentasi ketuntasan klasikal naik menjadi 100 %. Hal ini membuktikan adanya peningkatan hasil belajar yang signifikan dalam penggunaan metode pembelajaran dengan “Media”.

Secara simultan ada pengaruh antara fasilitas belajar berupa alat peraga terhadap hasil belajar mata pelajaran produktifsiswa kelas Kelas V SDN Bates 2 Kabupaten Bangkalan.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. Suhardjono. dan

Supardi. 2006. Penelitian

Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas.

(20)

Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana , Imam Muchtar

Joni, Raka. 1998. Penelitian Tindakan

Kelas: Beberapa

Permasalahannya. Jakarta: PCP PGSM Ditjen Dikti.

Kemmis, S. dan McTaggart. 1982, 1986, dan 1990. The Action

Research Reader. Victoria:

Deakin University Press.

Moleong, L.J. 1995. Metodologi

Penelitian Kualitatif. Jakarta: P2LPTK Depdikbud.

Sakdiyah, Mislinatul. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Materi Diklat KTI bagi Guru Golongan IVa

Propinsi Jawa Timur.

Surabaya: LPMP Jatim.

Suhardjono. 2004. Tanya Jawab di Sekitar Penelitian Tindakan Kelas. Materi Diklat KTI bagi Widyaiswara.

Suhardjono dan Supardi. 2004. Karya Tulis Ilmiah. Materi Diklat KTI bagi Widyaiswara.

Sukidin. Basrowi. dan Suranto. 2002.

Manajemen Penelitian

Tindakan Kelas. Surabaya:

Insan Cendekia.

Suyanto. 1997. Pedoman Penelitian

Tindakan Kelas (PTK).

Jakarta: BP3SD, Dirjen Dikti, Depdikbud.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.

Hamalik, Oemar. 1997. Media

(21)
(22)

Gambar

Tabel 2, Prestasi Belajar IPA Sebelum
Tabel 4. Prestasi Belajar IPA

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya manajemen laba yang bersifat income increasing yang dilakukan oleh perusahaan target sebelum peristiwa akuisisi, mengetahui

Untuk mendeskripsikan implementasi Strategi Pembelajaran Interaksi Sosial sebagai upaya untuk meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pada

Berdasarkan konsep- konsep yang ada dalam judul proposal penelitian ini maka dapat ditetapkan unit amatan dari penelitian ini adalah beberapa pihak yang terkait

Saran untuk penelitian berikutnya, yaitu para peneliti lain dapat meneliti tentang “Strategi komunikasi yang dilakukan oleh ayam kampus kepada germo agar germo

[r]

bahwa dafam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 2ZI?MR.ASEOOT tentang Pemberian uang Makan bagi Pegawai Negeri sipit telah diatur jumlah hari kerja dan besaran uang makan

Meskipun begitu/ Fatah mengakui/ fatwa yang sebenarnya masih ditujukan untuk kalangan internalnya ini/ akan diberlakukan secara bertahap/ dan tidak harus berhenti

[r]