• Tidak ada hasil yang ditemukan

TIPS LENGKAP PEMBESARAN LELE DUMBO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TIPS LENGKAP PEMBESARAN LELE DUMBO"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TIPS LENGKAP PEMBESARAN LELE

DUMBO

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Protein sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup terutama manusia. Salah satu sumber protein yang mudah didapat adalah ikan. Sebagai bahan pangan, ikan merupakan sumber protein, lemak, vitamin dan mineral yang sangat baik dan prospektif. Keunggulan utama protein ikan dibanding dengan produk lainnya adalah kelengkapan komposisi asam amino dan kemudahannya untuk dicerna. Ikan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu ikan air laut, ikan air tawar dan ikan air payau atau tambak. Kandungan gizi ikan air tawar cukup tinggi dan hampir sama dengan ikan air laut, sehingga dianjurkan untuk dikonsumsi dalam jumlah yang cukup. Tingginya kandungan protein dan vitamin

membuat ikan yang mudah dibudidayakan ini sangat membantu pertumbuhan anak-anak balita.

Dibandingkan dengan Negara-negara lain, konsumsi ikan perkapita pertahun di Indonesia saat ini masih tergolong rendah, yaitu ± 19,14 kg. hal ini sangat disayangkan, terutama mengingat betapa besar peranan gizi ikan bagi kesehatan. Untuk mengatasi masalah rendahnya konsumsi ikan air laut karena harganya yang relatif mahal, perlu

(2)

Lingkungan hidup ikan air tawar adalah sungai, danau, kolam, sawah atau rawa. Jenis ikan air tawar yang umum dikonsumsi adalah sidat, belut, gurame, lele, mas, nila, tawes, mujair, sepat, betok, gabus dan lainnya. Dalam karya ilmiah ini penyusun akan

membahas tentang pembesaran ikan air tawar khususnya ikan lele lokal yang dilakukan di dalam kolam. Hal ini dikarenakan dalam pembesaran ikan lele tidak dibutuhkan tenaga yang besar dan tidak memerlukan teknik yang rumit. Bahkan pembesaran ikan lele dapat dijadikan sebagai mata pencaharian tambahan (sambilan) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, selain itu juga dapat memenuhi kebutuhan protein hewani keluarga.

1.2 Pendekatan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat ditulis pendekatan masalah sebagai berikut: - cara pembesaran lele dumbo dikolam pembesaran

- hama penyakit yang menyerang ikan lele pada saat pembesaran

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui proses pembesaran ikan lele serta hama penyakit.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan karya ilmiah ini, yaitu agar masyarakat pada umumnya dan penyusun pada khususnya mengetahui poses pembesaran ikan lele beserta hama penyakit yang mengganggu. Menimbang besarnya peranan gizi ikan bagi kesehatan.

1.5 Batasan Masalah

(3)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 MENGENAL IKAN LELE

Lele atau ikan keli, adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki “kumis” yang panjang, yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya.

Secara ilmiah lele terdiri dari banyak sepesies. Sehingga tidak mengherankan pula apabila lele di nusantara mempunyai banyak nama daerah. Ikan-ikan marga Claries ini dikenali dari tubuhnya yang licin memanjang tak bersisik, dengan sirip punggung dan sirip anus yang juga panjang, yang kadang menyatu dengan sirip ekor. Ikan lele bersifat natural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung ditempat-tempat gelap. Hal ini dikarenakan kulitnya yang licin dan tidak bersisik tidak bisa terkena panas matahari yang berlebihan. Lele dibagi menjadi dua yaitu lele local dan lele dumbo. Lele dumbo memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan lele lokal.

Klasifikasi ikan lele

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Siluriformes

(4)

Genus : Clarias gariepinus

(Yusuf, 2006 : 3 – 4)

2.1.1 Jenis-Jenis Ikan Lele

a. Clarias qariepinus (lele dumbo)

Menyebar luas di afrika dan asia kecil, sekarang diternakan di asia tenggara termasuk di Indonesia.

b. Clarias stappersii (lele berbintik)

Menyebar di afrika, sungai kafuie, hulu sungai Zambezi dan sungai Cunene.

c. Clarias planiceps (lele kepala pipih)

Menyebar di Kalimantan, hulu sungai Rajang dan Kapuas (Kalimantan barat) serta sungai Kayan (Kalimantan timur)

d. Clarias batu (lele batu)

Menyebar di pulau timoan (Malaysia)

e. Clarias batrachus (lele kampung)

Menyebar di asia selatan dan asia tenggara

f. Clarias macrocephalus (lele kepadal lebar)

Menyebar di asia tenggara

g. Clarias nieuhofii (limbat)

Menyebar di asia yaitu, sumatera, Kalimantan dan india

(5)

2.1.2 Morfologi Ikan Lele

Ikan lele tubuhnya licin dan tidak bersisik, dengan sirip dan sirip anus yang juga panjang, yang terkadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti sidat yang pendek. Kepalanya keras menulang dibagian atas, dengan mata yang kecil dan mulut yang lebar yang terletak diujung moncong, dilengkapi dengan empat pasang sungut peraba yang amat berguna untuk bergerak di air yang gelap, lele memiliki alat pernafasan berupa insang. Pada umumnya, insang tertutup atau terlindungi oleh tutup insang

(operkulum). Insang berwarna merah karena banyak mengandung pembuluh darah. Pada insang inilah oksigen diserap dari air dan karbon dioksida dibebaskan ke air. Lele

memiliki sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya. Lele berkembang biak dengan telur, pembuahan terjadi diluar tubuh induknya atau didalam air (pembiakan eksternal). Pada sisi tubuh terdapat gurat sisi yang memanjang dari belakang tutup insang sampai ekor. Gurat sisi berfungsi untuk mengetahui tekanan air.

Pada ikan lele di Indonesia dikenal adanya 3 variasi warna tubuhnya, ialah :

- Hitam agak kelabu (gelap), ini yang paling umum - Bulai (putih), dan

- Merah

Biasanya lele yang berwarna putih dan merah dipelihara sebagai ikan hias. Ikan lele juga memiliki labirin yang membantu dalam proses pernafasan ketika berada di daerah yang berlumpur.

2.1.3 S ifat Biologis (Tingkah Laku)

Selain sosoknya yang berbeda, lele lokal dan lele dumbo ternyata juga memiliki perilaku yang berlainan. Perilaku yang boleh dibilang sama hanyalah sifat aktifnya pada malam hari. Sifat-sifat lele lokal diantaranya ; gerakannya tidak terlalu agresif, patilnya mengandung racun, warna kulitnya berubah menjadi hitam jika terkejut atau stres, dan dapat membuat lubang di kolam atau pematang. Sebaliknya perilaku lele dumbo diantaranya ; gerakanya lele dumbo lebih agresif, patilnya tidak beracun, warnanya berubah menjadi bercak-bercak hitam/putih jika stress dan tidak merusak pematang.

2.1.4 Habitat

(6)

Ikan lele mempunyai labirin yang memungkinkan ikan ini mengambil oksigen pernafasannya dari lumpur yang miskin oksigen, karena itu ikan lele tahan hidup diperairan yang airnya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele ini relatif tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organik. Oleh karena itu ikan lele tahan hidup dicomberan yang airnya kotor. Ikan lele hidup dengan baik di dataran rendah. Bila tempat hidupnya terlalu dingin, misalnya dibawah 20 °C maka pertumbuhannya agak lambat. Didaerah

pegunungan dengan ketinggian diatas 700 meter, pertumbuhan ikan lele kurang begitu baik. Lele tidak pernah ditemukan hidup di air payau atau asin.

Sebenarnya lele akan tumbuh baik jika dipelihara di air yang cukup bersih, seperti air sungai, mata air, saluran irigasi ataupun air sumur. Syaratnya air tersebut tidak terpolusi oleh bahan-bahan kimia seperti detergen, pestisida, karbon atau limbah pabrik.

Dilingkungan yang bersih, perkembangan ikan dan pertumbuhan ikan lele akan lebih cepat dan sehat.

2.2 PEMILIHAN LOKASI

Dalam pembesaran ikan lele, pekarangan rumah yang sempit saja sudah bisa untuk memelihara. Lele tidak perlu kolam yang terlalu besar, karena ikan lele tahan terhadap kepadatan yang tinggi. Dalam 1 m2 kolam bisa diisi 7 – 10 ekor ikan. Kolam dengan ukuran 2 X 3 m2 pun sudah layak digunakan. Semakin kecil kolam, maka

pengontrolannya semakin gampang.

Kolam bisa dibuat dari tanah atau semen. Namun lebih dianjurkan menggunakan kolam yang terbuat dari tanah, karena bisa dipupuk. Pemupukan ini menyebabkan tumbuhnya aneka pakan sehingga persediaan pakan alamiah akan terpenuhi. Kolam disemen tidak bisa dipupuk. Konsekuensinya, pakan buatan yang diberikan harus banyak, sehingga ongkos pakan menjadi mahal. Kolam pembesaran lele dibuat dengan kedalaman 1m, ketinggian air di dasar kolam 0,75 m. dibagian atas dipasang pipa pemasukan air. Guna mengatur ketinggian air, dipasang pipa pelimpar yang bisa ditegakkan, dimiringkan atau dirobohkan. Jika kolam akan dikeringkan , pipa goyang tersebut harus direbahkan sehingga air dapat keluar secara total lewat saluran pembuangan. Pipa goyang tersebut terbuat dari paralon (PVC) dengan diameter 2-4 inci atau 5-10 cm. sambungan pipa dibuat dengan konstribusi khusus agar pipa dapat diputar keberbagai arah.

2.3 KUALITAS AIR

(7)

BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Materi Observasi

Adapun materi observasi antara lain

a. Bibit Ikan Lele

Bibit ikan lele yang digunakan yaitu berukuran 7 X 10 cm dan berumur 50 hari. Penebarannya sesuai dengan ukuran kolam yang disediakan.

b. Kolam

Jumlah total kolam pembesaran yang digunakan oleh bapak Dian adalah sebanyak 6 kolam, masing-masing kolam berukuran dan berisi 8-12 ribu bibit ikan. Kolam bisa dibuat dari tanah / semen, namun lebih dianjurkan menggunakan kolam yang terbuat dari tanah karena bisa dipupuk. Pemupukan ini menyebabkan tumbuhnya aneka pakan, sehingga ketersediaan pakan alami terpenuhi. Dalam usaha pembesaran ikan lele ini bapak Dian menggunakan kolam yang dibuat dari tanah.

c. Pakan

Pakan alami ikan lele ialah binatang-binatang renik, seperti kutu-kutu air, cacing, larva (jentik-jentik serangga), siput kecil dan lainnya. Ikan lele juga memakan sisa-sisa benda yang membusuk dan kotoran manusia. Ada juga pakan buatan baik jenis apung ataupun tenggelam. Dalam usaha pembesaran ikan lele ini pak Dian menggunakan pakan buatan yaitu pelet jenis apung.

3.2 Metode Observasi

Metode observasi yang dilakukan penyusun yaitu dengan pengamatan langsung di kolam pembesaran milik salah satu masyarakat, mencari buku sumber yang berkaitan dengan pembesaran ikan lele, mencari data di internet, serta melakukan wawancara langsung pada pemilik kolam.

3.3 Waktu dan Tempat

(8)

BAB IV

HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Observasi

Tabel 4.1 Pengamatan Pembesaran Ikan Lele

No Tanggal Keterangan 1 15 Oktober

2008

16.30-17.30 WIB

a Pembesaran, penggantian air

a Persiapan kolam, pakan

a Jenis ikan, jenis tanah, ukuran ikan dan jumlah ikan

a Kualitas air

a Usia Panen

a Penyakit ikan

4.2 Pembahasan

Pembesaran merupakan proses memelihara lele dumbo ukuran ekonomis dari pendederan hingga mencapai ukuran yang layak dikonsumsi. Bobot lele dumbo ukuran konsumsi umumnya 100-160 gram per ekor atau dalam 1 kg berisi 6 – 10 ekor lele. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pembesaran yaitu, pembesaran dalam kolam tembok atau tanah, pembesaran sistem minapadi, pembesaran sistem longyam, pembesaran sistem aquaponik, dan pembesaran sistem jaring apung.

(9)

lempung berpasir dengan perbandingan 3:2 atau tanah liat. Sebelum diisi air kolam harus dipupuk dan diberi kapur supaya subur.

Pupuk yang biasa digunakan terhadap kolam yang terbuat dari tanah adalah pupuk organik, seperti pupuk kandang, pupuk kimia hijauan, dan kompos. Namun juga dapat menggunakan pupuk kimia misalnya TSP atau Urea. Pupuk kandang yang digunakan berasal dari kotoran kambing, sapi atau ayam.

Pupuk hijaunya berasal dari hijauan daun yang telah membusuk lewat pemupukan setidaknya biaya pakan buatan dapat irit kolam dengan luas 100 M2 diberi pupuk kandang sebanyak 1 katung atau sekitar 50 Kg. pupuk yang berasal dari dedaunan dibenamkan kedalam Lumpur kolam sebelum diairi.

Biarkan hijauan tersebut membusuk. Hijauan yang busuk akan menyuburkan kolam dan meningkatkan unsur hara tanah, sekaligus menarik sehingga air untuk bertelur. Telur-telur serangga yang telah menetas inilah calon santapan ikan lele. Pupuk kimia yang lazim digunakan adalah Urea atau TSP. caranya dibenamkan ke Dasar kolam sebelum dialiri air.

Kedua pupuk anorganik tersebut tidak memberikan pengaruh langsung, harus menunggu hingga larut dalam air, setelah larut, akan merangsang pertumbuhan fitplakton dan ganggang hijau. Dari kedua organisme inilah akan muncul larva serangga dan zooplankton lainnya yang bakal menjadi makanan lele.

Lele tergolong ikan rakus. Dihabitat aslinya ikan berkumis ini memangsa cacing, siput air, jentik-jentik, kutu air, dan larva serangga air. Selain itu, makanan dari limbah rumah tangga, seperti sia nasi, sia lauk, ampas tahu, jeroan ayam, dan limbah kotoran binatang pun disantapnya.

Bahkan, jiak kekurangan makanan lele tak segan-segan memangsa kawanya sendiri yang berukuran lebih kecil. Lele memang bersifat kanibal. Pelet juga merupakan makanan terbaik bagi lele karna kandungan gizi dan protein telah dipertimbangkan dengan cukup baik.

Namun harganya memang realatif tinggi. Pemberian pelet pun harus dikontrol. Jika terlalu banyak, ikan akan keracunan. Takaran sehari sekitar 5% dari berat badannya dan sebaiknya pellet diberikan pada sore hari. Semakin bertambah bobot ikan, persentase pakan yang diberikan semakin kecil. Rincian perbandingannya sebagai berikut :

1. Benih yang baru menetas perharinya membutuhkan makanan sebanyak 10% dari berat badannya.

(10)

3. Benih berukuran 5-8 Cm dengan bobot 30 gr per ekor dosis pakannya sebanyak 5% dari bobot tubuhnya.

4. Benih dewasa berukuran 50 gr atau lebih, dosis pakannya perhari 3-5% dari berat badannya.

Jumlah benih yang ditebarkan disesuaikan dengan luas kolam yang dipakai. Idealnya untuk benih berukuran 3-5 cm kepadatan tebaran benihnya 500 – 1000 ekor per M2. untuk benih ukuran 5-8 cm bisa ditebarkan dengan kepadatan 200-500 ekor per M2. sementara itu, benih ukuran 8-12 cm bisa ditebarkan dengan kepadatan 100-200 ekor per M2.

Walaupun lele dumbo dapat hidup dalam air keruh, air yang baik untuk pertumbuhan lele dumbo adalah air sumur atau air pompa. Kualitas air yang baik untuk pembesaran lele dumbo haruslah memiliki variable-variabel fisika, kimia, dan biologi yang baik, meliputi kejernihan air, serta berbagai kandungan mineral didalamnya.

Berikut ini kondisi optimal air untuk pembesaran lele dumbo suhu minimum 20oC, suhu maksimum 30oC dan suhu optimum 24-27o kandungan oksigen minimum 3 ppm.

Kandungan CO2 dibawah 15 ppm NH3 dibawah 0,005 ppm, NO2 sekitar 0,25 da No3 sekitar50ppm serta pH 6,5 – 8.

Ukuran siap konsumsi (panen) biasanya dicapai pada bobot 100 gr per ekor. Pembesaran dari bobot 30 gr menjadi ikan siap konsumsi tidak terlalu lama, rata-rata butuh waktu 2 bulan. Bila pemberian pakan terkontrol baik, panen bias dilakukan pada saat lele berumur 1,5 bulan.

Hama penyakit yang sering menyerang ikan lele yaitu rusaknya bagian kulit ikan yang didahuli dengan munculnya benjolan-benjolan dipermukaan kulit. Ikan yang sakit ini biasanya selalu berada dipermukaan air pinggir kolam. Penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri aeromonas. Pengobatan penyakit ini tergolong sukar. Jika belum terlalu parah, lele yang sakit masih bisa diselamatkan.

(11)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembesaran ikan lele dumbo:

1. Persiapan kolam (jenis tanah, pemupukan) 2. Pakan

3. Ukuran bibit

4. Jumlah ikan per kolam 5. Kualitas air

6. Penyakit / hama dan cara mengatasinya

5.2 Saran

1. Penulis menyarankan agar bagi masyarakat pada umumnya dan penyusun pada khususnya yang memiliki lahan kosong sebaiknya digunakan untuk usaha pembesaran ikan lele, menimbang besarnya keuntungan yang dapat diperoleh. 2. Dalam usaha pembesaran ikan lele dianjurkan menggunakan kolam yang yang

terbuat dari tanah karena bisa dipupuk. Pemupukan ini menyebabkan tumbuhnya aneka pakan sehingga pakan alaminya terpenuhi.

3. Pada pematang kolam sebaiknya ditanami pepohonan yang berakar serabut agar tanah tidak longsor, selain itu juga dapat menambah penghasilan, misalnya menanam pohon sawit.

DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, Yusuf. 2006. Panduan Lengkap Budi Daya Lele Dumbo. Bogor : AgroMedia.

G.T.K, Agus. 2001. Lele. Jakarta : Agromedia

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian adalah mengindentifikasi persepsi mahasiswa UGM terkait Jogja Renaissance pada branding “Jogja Istimewa” menggunakan konsep Kota Layak Huni, Kota Pintar,

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang retribusi Daerah, maka perlu diatur kembali Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor

Oleh karena itu, metode HACCP sebagai dasar penelitian dikarenakan HACCP mempunyai sifat yang spesifik terhadap suatu proses, sehingga dapat di kendalikan pada titik

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran Ekspositori dan pembelajaran kooperatif tipe

• Jangan memenuhi window dengan informasi yang jarang digunakan; letakkan pada secondary window yang jarang diakses..

Rancangan antarmuka form Peta Sebaran Desa Tertinggal sistem informasi geografis pemetaan daerah rawan bencana tanah longsor di Kabupaten Banjarnegara ... Rancangan

Pada kelompok orchidectomy tidak ada parameter yang berhubungan secara bermakna dengan survival 5 tahun, sedangkan pada kelompok hormonal medika- mentosa penderita dengan PSA <

Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen (suku bunga acuan BI Rate , jumlah uang beredar, nilai tukar, dan harga minyak dunia) terhadap variabel