• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of ANALISIS PERILAKU MEROKOK SEDANG DAN MEROKOK BERAT MAHASISWA D-III KEPERAWATAN PPNI KENDARI DI SULAWESI TENGGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of ANALISIS PERILAKU MEROKOK SEDANG DAN MEROKOK BERAT MAHASISWA D-III KEPERAWATAN PPNI KENDARI DI SULAWESI TENGGARA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERILAKU MEROKOK SEDANG DAN MEROKOK BERAT

MAHASISWA D-III KEPERAWATAN PPNI KENDARI

DI SULAWESI TENGGARA

Deni

1

, Suriah

2

, Sudirman

3

1Pasca Sarjana UMI Makassar

2Pasca Sarjana UMI Makassar

3Pasca Sarjana UMI Makassar

(Alamat Korespondensi: deni.deni185@yahoo.com/085242284585)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku merokok mahasiswa secara mendalam terkait dengan faktor niat perilaku, dukungan sosial, ada atau tidak adanya informasi atau fasilitas kesehatan, otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal mengambil keputusan dan situasi yang memungkinkan untuk bertindak. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan desain studi kasus. Analisis berupa domain dengan teknik pengumpulan data Indepth-Interview, Fokus Group Discussion dan Observasi terhadap 15 informan perilaku perokok sedang dan perokok berat. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 26 Juli sampai dengan 26 Agustus 2017. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari niat perilaku untuk merokok tidak didasari oleh niat, mereka merokok diawali coba-coba dan pengaruh oleh teman sepergaulan. Dukungan sosial sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang, dalam hal ini dukungan sosial dari teman dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap perilaku merokok yang informan lakukan. Ada atau tidak adanya informasi atau fasilitas kesehatan terkait perilaku merokok sangat berpengaruh untuk menentukan perilaku, masih banyak informan yang tidak memiliki informasi kesehatan terkait perilaku merokok. Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal mengambil keputusan terkait perilaku merokok, hampir semua informan mengungkapkan bahwa hal itu didasari dari pilihan mereka sendiri. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak diketahui yaitu pada saat bekerja dan kantin kampus adalah tempat yang dianggap nyaman untuk merokok. Diharapkan kepada pihak Kampus Kesehatan PPNI Kendari di Sulawesi Tenggara agar meningkatkan kedisiplinan terhadap larangan kawasan tanpa asap rokok guna menciptakan mahasiswa kesehatan yang lebih lebih baik dan bebas dari perilaku merokok.

Kata kunci: Perilaku Merokok, Mahasiswa

PENDAHULUAN

Perilaku merokok merupakan suatu fenomena yang umum di masyarakat Indonesia. Menurut Sukendro (2007), merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia merupakan pola perilaku yang terjadi sehari-hari. Merokok merupakan perilaku yang sering dijumpai di berbagai tempat dan dianggap sebagai kebiasaan dalam masyarakat Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2013 digunakan sebagai acuan bagi Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam pengambilan kebijakan dan strategi pengendalian dampak konsumsi rokok di Indonesia. Capaian yang diharapkan dari Peta Jalan ini yaitu pembentukan dan implementasi kebijakan publik/regulasi yang melindungi masyarakat

dari ancaman bahaya merokok, contohnya: aturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).

Sementara itu, DPR-RI telah melakukan upaya pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Pertembakauan. RUU ini sejak awal penyusunannya mengundang kontroversi, namun tetap akan segera dibawa dalam sidang paripurna untuk selanjutnya disahkan sebagai peraturan perundang-undangan. Meskipun telah ada upaya tersebut, sangat disadari upaya mengendalikan jumlah perokok masih membutuhkan peran serta masyarakat.

(2)

bahaya yang sangat besar bagi diri mereka sendiri sebagai orang yang merokok (perokok aktif), maupun orang yang berada di sekitar mereka yang bukan perokok (perokok pasif). Bahkan melalui tulisan yang terdapat pada pembungkus rokok, para perokok ini sudah mengetahui bahwa rokok dapat menyebabkan dampak buruk terhadap kesehatan, diantaranya dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin, penyakit stroke, katarak, merusak gigi, osteoporosis, kelainan sperma, bahkan sekarang tulisan pada pembungkus rokok bertuliskan peringatan bahwa merokok membunuhmu (Aula, 2010).

Berdasarkan jumlah konsumsi rokok harian, perokok terdiri atas 3 kategori yaitu: perokok ringan (1-10 batang/ hari), perokok sedang (11-20 batang/ hari), dan perokok berat (> 20 batang/ hari) (Mu’tadin, 2002). Pada umumnya, penelitian tentang perilaku merokok pada mahasiswa yang telah dilakukan terkait dengan perilaku merokok pada mahasiswa dengan kategori perokok sedang dan perokok berat (Heavy Smoker). Oleh sebab itu, dalam penelitian ini juga akan dibahas mengenai informan yang mengonsumsi rokok dalam jumlah yang lebih kecil yakni 5 batang/ hari. Istilah untuk perokok ini adalah social smoker

yaitu individu yang merokok hanya pada situasi sosial atau situasi tertentu (Hahn dan Payne, 2003).

Berdasarkan penelitian Kimberly, dkk (2006) tentang karakteristik perokok sosial pada mahasiswa diketahui bahwa sampai saat ini, tidak ada cara standar untuk mendefenisikan perokok sosial. Namun, dalam penelitiannya mereka mendefenisikan karakteristik perokok sosial sebagai seseorang yang merokok lebih umum bersama orang lain dari pada sendiri, merokok pada situasi sosial tertentu seperti pada saat pesta atau pada saat sedang bersosialisasi dengan orang lain.

Di lingkungan k am p u s D-III Akademi Keperawatan PPNI Kendari, mahasiswa cenderung untuk berperilaku merokok. Mereka merokok disebabkan berbagai faktor, dari sekedar coba-coba maupun karena pengaruh dari teman yang merokok. Dari hasil wawancara dengan Tn. A yang merupakan petugas keamanan kampus D-III Akademi Keperawatan PPNI Kendari pada tanggal 21 April 2017, bahwa mahasiswa laki-laki yang berada di kampus kesehatan ini sebagian besar adalah perokok, bahkan Tn. A mengatakan ada juga perokok dari kalangan mahasiswa perempuan. Tempat yang sering digunakan untuk merokok yaitu di kantin kampus, tempat parkir, dan lobi-lobi gedung. Mahasiswa tersebut cenderung merokok pada

saat berkumpul dengan teman-temannya waktu pulang kuliah dan waktu santai saat tidak ada perkuliahan

Merokok merupakan suatu kebiasaan pada masyarakat yang banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari, di berbagai tempat dan kesempatan. Perilaku merokok adalah aktivitas membakar tembakau, menghisap, lalu menghembuskan asapnya. Rokok merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2014) menyebutkan bahwa sekitar 6 juta orang per tahun mengalami kematian akibat rokok.

Penelitian yang dilakukan oleh Pasco (2012) menyebutkan di antara 165 orang dengan gangguan depresi mayor dan 806 kontrol, merokok dikaitkan dengan peningkatan peluang untuk gangguan depresi utama (usia disesuaikan rasio odds (OR) = 1,46,95% CI 1,03-2,07). Dibandingkan dengan non-perokok, kemungkinan untuk gangguan depresi mayor lebih dari dua kali lipat bagi perokok berat (> 20 batang/ hari). Di antara 671 laki-laki yang tidak memiliki riwayat penyakit depresi pada awal, 13 dari 87 perokok dan 38 dari 584 non-perokok mengembangkan gangguan depresi de novo besar selama satu dekade tindak lanjut. Merokok meningkatkan risiko penyakit depresi sebesar 93% (rasio hazard (HR) = 1,93, 95% CI 1,02-3,69); ini tidak dijelaskan oleh aktivitas fisik atau konsumsi alkohol.

Kondisi perokok di Indonesia juga semakin memperihatinkan karena konsumsi rokok pada setiap tahunnya terus meningkat pesat melebihi laju pertambahan penduduk. Pada tahun 2010 diketahui bahwa prevalensi perokok di Indonesia sebesar 34,2% dan semakin meningkat pada tahun 2013 menjadi 36,3%. Untuk konsumsi rokok pada setiap harinya per orang di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 12,3 batang/ hari (setara satu bungkus) (Kemenkes, 2013). Data Global Youth Tobbaco Survey 2014 (GYTS 2014) menyebutkan 20,3 % anak sekolah merokok (Laki-laki 36%, perempuan 4.3%), 57,3% anak sekolah usia 13-15 tahun terpapar asap rokok dalam rumah dan 60% terpapar di tempat umum atau enam dari setiap 10 anak sekolah usia 13-15 tahun terpapar asap rokok di dalam rumah dan di tempat-tempat umum. Data Global Adult Tabacco Survey (GATS, 2014) juga menunjukkan prevalensi perokok di Indonesia sebesar 34,8% dan sebanyak 67% laki-laki di Indonesia adalah perokok terbesar di dunia.

(3)

usianya belum mencapai 19 tahun. Umumnya orang mulai merokok sejak muda dan tidak tahu risiko mengenai bahaya adiktif rokok (Kemenkes RI, 2014).

Niat seseorang untuk bertindak berkaitan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior intention). Niat perilaku menurut Ajzen (2006) dalam Hanafiah (2012) secara umum, semakin baik sikap dan norma subjek, semakin besar kontrol yang di rasakan, maka semakin kuat niat seseorang untuk melakukan perilaku tersebut.

Jogiyanto (2007) berpendapat bahwa Intensi atau niat merupakan fungsi dari dua determinan dasar, yaitu sikap individu terhadap perilaku (merupakan aspek personal) dan persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau untuk tidak melakukan perilaku yang disebut dengan norma subyektif. Secara singkat, praktik atau perilaku menurut

Theory of Reasoned Action (TRA) dipengaruhi

oleh niat, sedangkan niat dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif. Sikap sendiri dipengaruhi oleh keyakinan akan hasil dari tindakan yang telah lalu. Norma subyektif dipengaruhi oleh keyakinan akan pendapat orang lain serta motivasi untuk menaati pendapat tersebut. Secara lebih sederhana, teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya.

Perilaku merokok merupakan kegiatan fenomenal, artinya walaupun telah banyak orang yang mengetahui dampak buruk akibat merokok, tetapi jumlah perokok tidak menurun bahkan terus meningkat. Saat ini kelompok umur perokok bervariatif dan bukan menjadi dominasi kaum pria saja. Fakta yang teradi saat ini menunjukan bahwa kebiasaan merokok menjadi trend. BahkaN tejadi kecenderungan usia mulai merokok yang semakin muda (Pratiwi, 2008)

Menurut Green (1984) dalam Notoatmodjo (2010) informasi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan kondusif bagi kesehatan. Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter, 1986) mengatakan hasil rumusan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa dan Canada bahwa informasi kesehatan adalah suatu proses untuk memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. Dengan kata lain, informasi kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga

mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri untuk berperilaku lebih baik.

Proses perubahan yang terjadi pada remaja disebabkan oleh adanya pertambahan pengalaman dan usia yang merupakan hal yang harus terjadi karena proses pematangan kepribadiannya. Remaja sedikit demi sedikit memunculkan ke permukaan sifat-sifat (trait) yang sebenarnya harus berbenturan dengan rangsangan- rangsangan luar (Sarwono, 2011). Inti dari tugas perkembangan seseorang dalam periode remaja awal dan menengah adalah memperjuangkan kebebasan. Oleh karena itu kebanyakan remaja menanamkan konsep diri yang salah yaitu dengan melakukan perilaku menyimpang atau kenakalan salah satunya perilaku merokok sebagai konpensasi dan simbolisasi untuk memperjuangkan kemandirian (the strike for autonomy) (Sarwono, 2011).

Menurut Ginting (2011) untuk bertindak apapun memang diperlukan suatu kondisi dan situasi yang tepat. Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang tersedia serta kemampuan yang ada. Untuk itu mahasiswa biasanya merokok diluar dari lingkungan kerabat dekat dan keluarganya. Maka tempat yang dimaksud terjadinya perilaku merokok adalah wilayah kampus. Mahasiswa merasa bebas untuk melakukan apa saja termasuk merokok apalagi di tunjang oleh uang saku yang diberikan oleh orang tua dan di wilayah kampus juga terdapat kantin yang menjual rokok dengan jarak yang tidak jauh dari lingkungan mahasiswa sehingga mahasiswa selalu menghabiskan waktu merokok di kantin tersebut.

(4)

dan mudahnya melihat iklan rokok dengan idola mereka, kemudian dengan gagahnya idola mereka tersebut menggunakan rokok sehingga dari akses yang dilihat atau didapatkan kemudian mahasiswa tersebut meniru idola mereka.

Apalagi kita ketahui bahwa mahasiswa keperawatan atau kesehatan sangatlah dituntut untuk berperilaku sehat dan bebas dari merokok karena mereka adalah contoh untuk meningkatkan mutu kesehatan apalagi berkaitan dengan rokok, tetapi tidak sedikit kita temukan mahasiswa kesehatan memiliki perilaku merokok yang sangat berat. Dikatakan sangat berat karena mahasiswa di lingkungan kampus keperawatan ini nampak memiliki rokok dengan jumlah yang tidak sedikit (bukan dalam bentuk perbatang tetapi dalam bentuk bungkusan) dalam hal ini pada saat membeli rokok dapat kita ketahui bahwa perilaku merokok mahasiswa ini sudah tergolong berat.

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Informan

Pendekatan kualitatif adalah pendekatan untuk membangun pernyataan pengetahuan berdasarkan perspektif-konstruktif. Penelitian ini dilakukan di Akper PPNI Kota Kendari. Informan kunci adalah mahasiswa DIII Keperawatan.

Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan tahap – tahap sebagai berikut :

1. Pengumpulan data, dilakukan dengan wawancara mendalam dalam wawancara dengan tehnik FGD, observasi dan dokumentasi.

2. Reduksi data, data yang diperoleh difokuskan pada permasalahan yang diteliti.

3. Telaah dokumen/ studi dokumentasi, mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.

4. Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan, skema, matriks maupun teks naratif dan menjamin kerahasiaan informan.

5. Penarikan kesimpulan (konsep), dari data yang disajikan kemudian dibahas dan dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.

Analisis data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dilakukan secara manual sesuai dengan petunjuk pengolahan data kualitatif serta sesuai dengan tujuan penelitian ini dan selanjutnya dianalisis dengan metode content analysis. Data yang dikumpul adalah data yang bukan angka sehingga analisa data dimulai dengan menuliskan hasil pengamatan, hasil wawancara, kemudian diklasifikasikan dan diinterpretasikan dan akhirnya disajikan dalam bentuk narasi.

HASIL PENELITIAN

Hasil kegiatan FGD dan wawancara mendalam yang dilakukan pada mahasiswa terkait perilaku merokok (niat perilaku) diperoleh hasil hampir semua tidak memiliki niat untuk merokok dan mereka hanya mengikuti perilaku teman. Adapun kutipan dari informan sebagai berikut :

“… awalnya saya mulai merokok itu dari

temanku waktu saya barusan mendaftar di kampus ini, tidak ada keinginanku sebenarnya untuk merokok tapi karena teman-tamanku rata-rata perokok jadi saya juga ikut-ikutan...” (An. I, 21 Tahun, 26 Juli 2017)

“… saya mulai merokok karena temanku jhi, dia

tawarkan saya merokok karena semua mereka

merokok baru saya nda toh…” (An. A, 21

Tahun, 27 Juli 2017)

“…kalau saya mulai merokok karena

pergaulanku, banyak teman-temanku dulu yang merokok jadi saya juga mulai merokok tapi kalau niat untuk untuk merokok tidak ada jhi…” (An. F, 23 Tahun, 27 Juli 2017)

Meskipun demikian ada juga mahasiswa yang mengatakan hal berbeda terkait bagaimana ia mulai mengenal dan berperilaku merokok, mereka sampai saat ini belum berpikir bagaimana cara menjauhi rokok seperti yang dikemukakakn oleh 2 informan berikut ini:

“… niat untuk merokok nda jhi, cuma

penasaran ingin coba-coba saja…” (An. S, 20

Tahun, 28 Juli 2017)

“… saya mulai merokok baru-baru jhi, belum berapa bulan karena ingin coba-coba saja…”

(An. R, 20 Tahun, 28 Juli 201Hal serupa juga dikemukakan oleh informan sebagai berikut:

“… kalau saya waktu itu mulai kenal rokok

karena coba-coba jhi saja…” (An. I, 24 Tahun,

(5)

PEMBAHASAN

Niat perilaku menurut Hanafiah (2012), secara umum semakin baik sikap dan norma subjek, semakin besar kontrol yang dirasakan, maka semakin kuat niat seseorang untuk melakukan perilaku tersebut. Niat adalah tergeraknya hati menuju apa yang dianggapnya sesuai dengan tujuan baik berupa perolehan manfaat atau pencegahan keburukan (Murthado dan Said, 1988).

Villis (2000) mendeskripsikan intensi (niat) adalah penetapan tujuan yang merupakan sebuah perkiraan perilaku. Conner dan Norman (2005) menerangkan bahwa pada

social cognitive theory dalam psikologi social mengenai kesehatan, intensi (niat) merupakan konstruksi inti dalam memahami intensi (niat) perilaku terkait dengan kesehatan, tindakan atau perubahan perilaku. Pada perilaku yang akan dilakukan adalah intensi (niat) behavioral yang merupakan intensi (niat) untuk melakukan kesehatan yang teratur, dimana terdapat kemungkinan yang semakin meningkat untuk melakukan tindakan kesehatan tersebut.

Menurut informan dalam penelitian yang telah dilakukan baik perilaku merokok sedang dan merokok berat, pada dasarnya mereka tidak memiliki niat untuk merokok. Perilaku seseorang memang pada dasarnya dimulai dari niat maka dari niat itu mereka dapat mewujudkannya dalam bentuk perbuatan atau perilaku, tetapi dari informasi informan yang diteliti bahwa perilaku merokok mereka tidak didasari niat yang ada tetapi karena faktor lain, baik itu dari lingkungan ataupun pergaulan yang mereka alami.

Pernyataan ini didukung oleh Jogiyanto (2007) berpendapat bahwa Intensi atau niat merupakan fungsi dari dua determinan dasar, yaitu sikap individu terhadap perilaku (merupakan aspek personal) dan persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau untuk tidak melakukan perilaku yang disebut dengan norma subyektif. Secara singkat, praktik atau perilaku menurut

Theory of Reasoned Action (TRA) dipengaruhi

oleh niat, sedangkan niat dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif. Sikap sendiri dipengaruhi oleh keyakinan akan hasil dari tindakan yang telah lalu. Norma subyektif dipengaruhi oleh keyakinan akan pendapat orang lain serta motivasi untuk menaati pendapat tersebut. Secara lebih sederhana, teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya.

Sebagian informan beranggapan bahwa mereka mulai merokok karena didasari

coba-coba dan pengaruh dari teman hingga akhirnya mereka menjadi seseorang yang ketergantungan dengan rokok. Pengaruh pergaulan dan lingkungan tempat mereka tinggal adalah salah satu factor yang menyebabkan mereka mulai merokok. hal ini sejalan dengan penelitian (Rachmat, Dkk (2013)) bahwa ada hubungan bermakna antara pengaruh teman dengan atau kelompok sebaya dengan perilaku merokok, dan hasil penelitian (Komalasari, 2006) bahwa faktanya kebanyakan remaja memulai kebiasaan merokok karena ikut-ikutan teman atau karena pengaruh lingkungan sosial.

Pada masa remaja dapat terjadi beberapa perubahan salah satunya yaitu perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik yang dibawa dari masa anak-anak digantikan dengan hal yang baru dan lebih matang (Jahja, 2011). Fakta tersebut didukung oleh (Liem, 2014) yaitu teman-teman memiliki pengaruh terkait perilaku merokok, maka dari itu hasil yang peneliti dapatkan terkait perilaku merokok dengan adanya niat tidak didapatkan dilapangan pada saat melakukan wawancara mendalam kepada setiap informan.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian mengenai Perilaku Merokok Sedang dan Merokok Berat pada Mahasiswa Akper PPNI Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2017 diperoleh kesimpulan bahwa niat adalah dasar seseorang untuk melakukan suatu yang diwujudkan melalui sikap dan perbuatan. Niat dalam berperilaku merokok tidak didapatkan dari hasil informasi informan terkait penelitian yang dilakukan. Dari informasi yang di dapatkan baik itu dari perokok sedang maupun perokok berat mereka merokok lebih besar dari pengaruh pergaulan dan pengaruh teman yang memang sebelumnya perokok, sehingga dari pergaulan inilah para informan perokok sedang dan perokok berat mulai merokok, dari mulai coba-coba sampai mereka sudah menjadikan rokok salah satu kebutuhan yang harus mereka penuhi dalam sehari-hari.

SARAN

(6)

mahasiswa yang memiliki perilaku yang baik sebagai mahasiswa kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Aini, N. 2013. Faktor-Faktor Psikologis Yang Menentukan Perilaku Merokok Pada Mahasiswi Kedokteran Di Universitas Hasanuddin Tahun 2013. Tesis. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Amstrong, M. 1990. Managemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia.

Aula, L. 2010. Stop Merokok (Sekarang atau Tidak Sama Sekali!). Yogyakarta: Garailmu.

Bandura, A. 1997. Self-Efficacy: The Exercise of Control. Freeman and Company: New York.

Basyir. 2000. Mengapa Ragu Tinggalkan Rokok. Editor, Tim Pustaka At-Tazkia, Jakarta.

Basrowi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Cahyo, K, dkk. 2012. Rokok, Pola Pemasaran dan Perilaku Merokok Siswa SMA/Sederajat di Kota Semarang.

Jurnal Media KesehatanMasyarakat Indonesia, Vol. 11/No. 1, April 2012

Calvin. 2014. Pengaruh Pesan Peringatan Kesehatan Terhadap Kesadaran Perokok. Tesis.Medan: Universitas Sumatera Utara

Chotidjah, S. 2012. Pengetahuan Tentang Rokok, Pusat Kendali Kesehatan Eksternal dan Perilaku Merokok.Jurnal Psikologi Pendidikan, Vol. 16, No.1, Juli 2012: 49-56

Creswell, J. 2003. Qualitative Inquiry And Research Design: Choosing Among Five Traditions. London: SAGE Publications

Davison, G.C. & Neale, J.M. 2001. Abnormal psychology.NewYork:JohnWilleyandSons.

Donatelle & Davis. 1999. Health: the basics. Allyn & Bacon: USA.

Fadilah, A. 2013. Faktor-faktor penyebab rokok pada ramaja. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Floyd, M & Yelding. 2003. Personal Health: perspective and lifestyles. Wadsworth: USA.

Faridah, F. 2011. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Remaja di SMK “X” Surakarta. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Ginting, T. 2011. Pengaruh Iklan Rokok di Televisi Terhadap Perilaku Merokok Siswa SMP di SMP Swasta Dharma Bakti Medan. Medan: Universitas Darma Agung

Green, L.W, dkk. 1984. Health Education Planning: A Diagnostic Approach. Mountain View, California, Mayfield Publishing Co.

Global Adult Tobacco Survey (GATS) Indonesia. World Health Organization. 2014. Diakses pada tanggal 17 September 2017.

Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Indonesia. World Health Organization. 2014. Diakses pada tanggal 17 September 2017.

Hahn & Payne. 2003. Focus On Health: Sixth Edition. Mc Graw Hill: New York

Hamza, N, A, et al. 2013. Cigarette Smoking Among Female Students in Five Medical and Nonmedical Colleges. Journal of American CollegeHealth, Vol. 6

Referensi

Dokumen terkait

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan.. Usaha Kabupaten

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan pada hasil belajar kognitif IPA antara kelompok siswa yang belajar mengikuti model

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut Penelitian menghasilkan Sistem informasi menajemen data bencana pada Badan

Tahap selanjutnya yaitu melakukan mitigasi risiko terhadap aktivitas yang mempunyai nilai RPN tertinggi, hasil mitigasi risiko untuk mengurangi terjadinya risiko (Tabel

Latar belakang : Etiologi gangguan pendengaran sensorineural ( Sensorineural Hearing Loss/ SNHL) yang berhubungan dengan gagal ginjal kronis (GGK) dan hemodialisis masih

Pelaksanaan kegiatan dilakukan bertahap; dimulai dari penyuluhan mengenai jamban sehat, pendataan jamban sehat keluarga melalui pendampingan Program Indonesia

3) Bertanggung jawab kepada setiap nasabah sejak awal hingga selesai dalam menjalankan kegiatan pelayanan. Petugas customer service harus mampu melayani dari awal

15 Old Grand-D ad 114 Proof Bourbon, Cocchi Vermouth di Torino, Carp ano Antica Vermouth, Angos tura & Regan’s Orange Bi tters.. White Cosmopolitan