• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKS MAYA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA DEWASA AWAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBEDAAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKS MAYA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA DEWASA AWAL"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKS MAYA

BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA DEWASA AWAL

Ida Ayu Putu Sri Andini

Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma

dayu_sarasvaty@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk perbedaan sikap terhadap seks maya berdasarkan jenis kelamin pada umur dewasa awal. Penelitian dilakukan terhadap 100 mahasiswa di Universitas Gunadarma Margonda. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas serta uji data dua sampel tidak berhubungan yaitu uji t. Analisis data menghasilkan nilai t sebesar 8,296 dan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,01). Nilai tersebut menunjukan adanya perbedaan sikap terhadap seks maya berdasarkan jenis kelamin pada dewasa awal.

Rata-rata empirik yang diperoleh lebih rendah dari pada rata-rata hipotetiknya, ini berarti baik pria maupun wanita memiliki sikap yang rendah terhadap seks maya. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, keinginan sosial, lembaga pendidikan dan keagamaan.

Kata kunci : Sikap Terhadap Seks maya, Jenis kelamin, Dewasa Awal

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi komputer telah memberikan banyak kemudahan di dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Salah satu bentuk dari kecangihan teknologi komputer pada bidang komunikasi adalah internet. Melalui internet, pengguna jasa internet dapat dengan mudah memperoleh informasi seperti layanan menjelajah, surat elektronik, ruang mengobrol, iklan dan berbagai situs menarik lainya.

Layanan internet sangat menarik minat masyarakat luas terutama di kota besar karena banyak menyediakan berbagai informasi baik di bidang pendidikan maupun di dunia kerja, internet sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari evolusi sosialisasi manusia. Fasilitas internet ini bersaing secara ketat untuk memberikan atau menampilkan hal-hal atau info semenarik mungkin. Salah satu fasilitas yang paling fenomenal saat ini adalah seks maya yakni sebuah layanan yang memberikan beragam informasi seksual. Seks maya hadir dalam berbagai bentuk seperti situs-situs porno, ruang mengobrol yang memuat obrolan erotis, kamera situs sebagai layanan interaktif seksual dan sebagainya.

(2)

hormon estrogen meningkat hal tersebut tidak memberikan dampak yang berarti. Selain itu secara psikis pria umumnya lebih agresif, sangat aktif, sangat berterus terang dan tidak malu untuk membicarakan masalah seks. Berbeda halnya dengan wanita yakni tidak agresif, pasif, merasa tidak bebas untuk membicarakan masalah seks. Berdasarkan hal-hal tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji perbedaan sikap terhadap seks maya berdasarkan jenis kelamin pada dewasa awal.

LANDASAN TEORI

Teknologi Internet

Kemajuan di bidang teknologi dan komunikasi memberikan perubahan terhadap gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini. Salah satu di antaranya adalah internet yakni sebuah penemuan terbesar pada abad XX yang memberikan banyak kemudahan dalam mengakses suatu informasi. Menurut Ramelan dan Wiryana (1999), internet adalah suatu jaringan komputer global yang terbentuk dari jaringan komputer lokal dan regional, memungkinkan komunikasi data antar komputer yang terhubung ke jaringan tersebut. Internet memiliki berbagai bentuk layanan aplikasi yang akan terus-menerus berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi informasi. Adapun bentuk-bentuk aplikasi yang banyak digunakan di antaranya adalah surat elektronik, berita, File Transfer Protocol (FTP), Remote Login-Talnet, World Wide Web (WWW), telekonferensi (meliputi mengobrol, dan kamera situs). Perkembangan internet menjadi sangat fenomenal sejak tujuh tahun silam. Sebelumnya internet hanya digunakan oleh beberapa orang dalam ruang lingkup laboratorium dan perguruan tinggi.

Pada tahun 1993 internet sudah diperkenalkan oleh publik dan menjadi salah satu media komunikasi baru. Penggunaan komputer ini pun mengalami transformasi dari alat bekerja menjadi media komunikasi dan sarana interaktif ataupun sarana hiburan. Semenjak tahun 1994 layanan internet banyak digunakan secara luas baik untuk kepentingan personal maupun untuk kepentingan publik dan sedikitnya 94 milyar orang sudah menggunakannya (Kristula dalam Goldberg, 2004).

Riva dan Galimberti, Wallace dan Suler (dalam Goldberg, 2004) melihat bahwa internet merupakan evolusi dari penggunaan komputer. Komputer telah menjadi alat komunikasi antar muka yakni suatu tempat dimana hubungan interpersonal dan intrapersonal dapat berlangsung. Layanan internet ini sangat menarik minat masyarakat luas terutama di kota besar karena banyak menyediakan berbagai informasi baik di bidang pendidikan maupun dunia kerja, oleh karenanya internet sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari evolusi sosialisasi manusia. Seiring dengan perkembangan dan kian meluasnya aksesibilitas dari internet, World Wide Web(WWW) telah mengubah pola komunikasi sosial dan relasi interpersonal.

(3)

kaum gay dan lesbian. Melalui media ini mereka dapat saling berkomunikasi (membahas kehidupan seksual mereka), berbagi pengalaman atau juga dapat mengungkap ketertarikan satu sama lainnya (Cooper, 2000).

Menurut Surono (2001) fasilitas internet ini sangat diminati oleh sebagian besar kalangan pria dan wanita dewasa awal. Mereka memanfaatkan berbagai layanan internet mulai dari menjelajah informasi ilmu pengetahuan, layanan info sekolah di luar negeri, surat elektronik dan mengobrol. Sekarang ini mengobrol menjadi salah satu kegemaran para dewasa awal karena mereka dapat berkomunikasi dengan banyak orang dari berbagai negara. Mengobrol memberikan keleluasaan di dalam berkomunikasi karena identitas mereka umumnya dapat dirahasiakan (hanya mengunakan inisial), sehingga mereka dapat bebas mengungkapkan apa saja yang mereka inginkan. Akhir-akhir ini, “ruang mengobrol yang banyak diminati oleh sebagian kalangan dewasa awal adalah “seks maya” yang melibatkan fantasi seks mereka melalui cerita erotis bahkan tak jarang dari mereka dapat merasakan orgasme, baik itu hanya dengan berfantasi melalui alam pikiran atau bisa juga diimbangi dengan melakukan onani atau masturbasi. Dalam hal ini seks maya menyediakan berbagai macam gambar porno, layanan interaktif secara langsung (melalui ruang mengobrol), surat elektronik, dan kamera situs. Fasilitas ini disediakan guna mempermudah pengguna dalam berinteraksi atau berkomunikasi.

Menurut Cooper dan Scherer (dalam Cooper, 2000) jenis kelamin tertentu sangat menentukan pemilihan media yang digunakan di dalam internet. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan secara biologis dan psikologis antara pria dan wanita. Bila dilihat dari faktor biologis perubahan hormonal pada pria yakni dengan meningkatnya hormon testosteron dapat membangkitkan minat yang tinggi terhadap hal yang berkaitan dengan seksual. Berbeda dengan wanita, bila hormon estrogen meningkat hal tersebut tidak memberikan dampak yang berarti (http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria /mbrtpage19.html,2005). Selain itu secara psikis pria umumnya lebih agresif, sangat aktif, sangat berterus terang dan tidak malu untuk membicarakan masalah seks. Berbeda halnya dengan wanita yakni tidak agresif, pasif, merasa tidak bebas untuk membicarakan masalah seks (Dagun, 1992).

Sikap Terhadap Seks maya

Thurstone (dalam Ahmadi, 2002) mengatakan bahwa sikap adalah sebagai suatu tingkat kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi. Objek psikologi disini meliputi simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya. Azjen (dalam Sarwono, 1999) memberi rumusan mengenai sikap sebagai kecenderungan untuk bersikap secara mendukung atau tidak mendukung terhadap suatu objek, orang, institusi atau kejadian.

Cooper (2000) mengatakan bahwa seks maya adalah suatu media komunikasi dan online seksual yang biasanya digunakan untuk mengungkapkan ekspresi seksual. Seks maya adalah sarana eksperimen dan eksplorasi seksual di dalam ruang internet (Lieblum dalam Cooper, 2000). Seks maya adalah suatu media yang dapat melibatkan hasrat seksual di dalam ruang maya, dimana individu dapat langsung terlibat dalam hubungan antar pribadi melalui ruang emngobrol (Wallace, 1999).

(4)

mendukung, senang maupun tidak senang, positif atau negatif, setuju maupun tidak setuju terhadap layanan tersebut.

Menurut Allport (dalam Sarwono, 1999) sikap memiliki 3 komponen yaitu kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi merupakan kepercayaan, ide dan konsep. Afeksi berhubungan dengan kehidupan emosi seseorang. Konasi merupakan kecenderungan bertingkah laku.

Menurut Azwar (dalam Riyanti dan Prabowo,1998), ada beberapa faktor yang memengaruhi pembentukan sikap yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, dan pengaruh faktor emosional.

Schneider (dalam Cooper) mengemukakan beberapa jenis komponen seks maya, yakni berupagambar erotis atau gambar porno, teks erotik, mengobrol panas, dan kamera videoatau kamerasitus.

Perbedaan Sikap Terhadap Seks maya Antar Pria dan Wanita Dewasa Awal

Konsep seks atau jenis kelamin mengacu pada perbedaan biologis antara wanita dan pria. Moore dan Sinclair (dalam Sunarto, 2000) mengatakan seks merujuk ke perbedaan biology antara pria dan wanita, yang merupakan perbedaan kromosom janin. Sunarto (2000) mendefinisikan jenis kelamin sebagai istilah yang mengacu pada perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki. Perbedaan ini terletak antara tubuh laki-laki dan perempuan.

Yusuf (2004) mengatakan bahwa penentuan jenis kelamin (laki-laki atau perempuan) seseorang, paling tidak harus memenuhi 10 aspek yang terdiri dari 6 aspek biologis dan 4 aspek psikologis. Aspek biologis terdiri dari susunan kromosom (xx atau xy), alat kelamin (vulva dan vagina atau penis), jenis gonade (indung telur atau testis, alat kelamin dalam (tuba dan uterus atau epididimus dan saluran sperma), hormon seks (estrogen dan progesteron atau testosteron), dan tanda kelamin sekunder (pertumbuhan bulu, otot, payudara dan lain-lain) Aspek Psikologis terdiri dari identitas seksual yang merupakan konsep diri, perilaku gender, orientasi seksual, dan perilaku seksual

Hurlock (1978) mengemukakan beberapa ciri yang mendasar pada pria dan wanita. Ciri-ciri wanita adalah peka, lembut, cerewet, emosional, manja, keibuan, senang berdandan, penyabar, pemalu, mudah tersinggung, teliti, suka membicarakan orang lain, rajin, tekun, cengeng, jujur, materialistik, setia, tertutup dan penuh pengertian. Ciri-ciri pria adalah melindungi , rasional, berani, agresif, tegas, kasar, terbuka, ingin menguasai, kuat, maskulin, ingin menjadi pemimpin, sportif, mudah tertarik pada lawan jenis, pendiam, aktif, solider, pantang putus asa, keras kepala dan pemarah.

Wijngaarden dan Andriesen (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) mengatakan bahwa kedewasaan sebagai suatu fase dalam perkembangan. Dewasa dalam bahasa Belanda adalah “Volwassen” yakni “Vol” berarti penuh dan “Wassen” berarti tumbuh sehingga secara keseluruhan dapat diartikan sebagai sudah tumbuh dengan penuh atau selesai tumbuh.

(5)

Menurut Havighurst (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) tugas perkembangan dewasa awal adalah menikah atau membangun suatu keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul tangung jawab sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan.

Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin hubungan secara intim dengan lawan jenisnya. Hurlock (1993) dalam hal ini telah mengemukakan beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu intinya dikatakan bahwa dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya pola pemikiran baru terutama dalam menanggapi fenomena yang muncul dalam kehidupan. Banyak gaya hidup baru yang lahir dari pola pemikiran moderen. Hal ini secara otomatis telah mengubah pola pemikiran tradisional. Dalam masa dewasa ini, gaya hidup baru paling menonjol adalah mengenai permasalahan seksual. Kebanyakan orang yang sudah terpengaruh oleh pola pemikiran moderen menganggap seks sebagai topik yang layak untuk dikonsumsi oleh publik. Perkembangan inipun tidak terlepas dari pengaruh teknologi yang semakin canggih. Pada kenyataannya permasalahan seks masih banyak mengandung pro dan kontra di dalam masyarakat sehingga muncullah berbagai fenomena baru dan unik. Salah satu fenomena sosial yang paling menarik perhatian saat ini adalah seks maya sebagai evolusi dari perkembangan komunikasi di bidang internet.

Kehadiran seks mayaini juga cenderung akan melahirkan beberapa permasalahan sosial yang baru. Hubungan antara seks maya dan masyarakat sampai saat ini tetap berada pada posisi sulit. Di satu sisi, dapat dilihat fakta bahwa teknologi internet khususnya seks maya terus-menerus mengalami perkembangan dan perbaikan sehingga relatif makin mempermudah akses penggunaanya serta sebagai satu-satunya medium yang berjangkauan massal yang paling fleksibel. Di sisi lain seks maya sebagai sebuah fenomena sosial kelihatannya belum cukup dipahami oleh sebagian masyarakat. Ketidakpahaman masyarakat terhadap sebuah fenomena hanya akan melahirkan dua kemungkinan sikap yakni menerima tanpa sikap kritis atau menolak. Cukup jelas bahwa tidak satupun dari sikap semacam itu yang akan menguntungkan masyarakat, karena permasalahan seks maya sama sekali tidak bisa dibatalkan kehadirannya dalam sejarah perkembangan peradaban manusia. (www.geocities.com/inrecent/project.html).

Velea (dalam Surono, 2001) menjelaskan alasan mengapa pria menyukai seks maya. Alasannya adalah pria berusaha mencari perlindungan dengan membebaskan diri dari kenyataan. Pada intinya persoalan komunikasi biasanya menjadi penyebab seseorang lari ke dalam dunia seks maya dan umumnya menyerang pria. Dalam hal ini pria memang memiliki kekurangan dalam komunikasi verbal untuk mengemukakan perasaan mereka. Perbedaan mencolok lainnya adalah pria lebih terangsang oleh stimulus visual atau pengamatan, sedangkan wanita lebih kepada stimulus pendengaran. Wanita umumnya lebih suka dirayu dari pada diperlihatkan pria telanjang. Di internet lebih sering ditemui gambar erotis atau porno dari pada tulisan jorok. Hal ini diperkuat oleh pernyataan yang dikemukakan Cooper, Scherer dan Carnes (dalam Cooper, 2000) yang mengatakan bahwa wanita pada umumnya tidak tertarik untuk melihat citra erotis atau gambar porno dan teks erotik.

(6)

Adapun yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap terhadap seks maya (Y) dan variabel bebasnya adalah jenis kelamin (X). Sikap terhadap seks maya adalah evaluasi terhadap media layanan internet yang berisi material seksual sebagai suatu sarana eksperimen dan eksplorasi hasrat seksual serta aktifitas seksual berupa ekspresi perasaan yang mendukung maupun tidak mendukung, senang maupun tidak senang, positif atau negatif, setuju maupun tidak setuju terhadap layanan tersebut. Untuk mengukur sikap terhadap seks maya maka digunakan skala Likert yang akan diukur melalui komponen sikap yang dikemukakan oleh Mann (dalam Riyanti & Prabowo, 1998) yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif.

Jenis Kelamin adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasikan perbedaan pria dan wanita yang dilihat dari sudut anatomi atau biologis. Hal tersebut akan diungkap melalui lembar identitas subjek pada pengisian kuesioner.

Penyebaran kuesioner dilakukan dengan terlebih dahulu menunjukkan kompnen seks maya seperti gambar porno, teks erotik, mengobrol panas, dan kamera video atau kamera situs. kepada responden

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kuesioner yang dirancang terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 30 orang responden, yang terdiri dari 15 orang pria dan 15 orang wanita yang tergolong pada usia dewasa awal yakni usia 18 sampai dengan 28 tahun. Pada skala sikap terhadap seks maya terdiri dari 60 item yang diujicobakan dan terdapat 8 item dinyatakan gugur. Dasar pengukuran item valid jika taraf signifikansi 0,3. Item yang valid berjumlah 52 item dan memiliki koefisien validitas bergerak antara 0,3484 sampai dengan 0,8323. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik Alpha cronbach dan diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,9626.

Kuesioner yang sudah valid dan reliabel disebarkan ke sejumlah 100 orang responden, yang terdiri dari 50 orang pria dan 50 orang wanita. Data yang terkumpul terlebih dahulu diuji normalitasnya. Uji normalitas, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1 menunjukkan bahwa data penelitian yang dikumpulkan menyebar secara normal.

Tabel 1. Uji normalitas

Tabel 2. Uji homogenitas ragam

Statistik

Didasarkan pada rata-rata 0.614 1 98 0.435

Didasarkan pada media 0.219 1 98 0.641

(7)

median

Dari hasil pengujian homogenitas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,435 (p > 0,05). Hasil pengujian ini menunjukan bahwa keduanya mempunyai varians yang sama (homogen).

maya Diasumsikan ragam tidak sama

.614

Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa nilai t yang diperoleh sebesar 8,296 dan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,01). Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan sikap terhadap seks maya berdasarkan jenis kelamin pada dewasa awal dapat diterima.

Tabel 4

Rata-rata Empirik dan Hipotetik Skala Sikap Terhadap Seks maya Skala Rata-rata Empirik Rata-rata

Hipotetik

Std.Deviation

Pria 124,36000 130 17,69211

Wanita 94,10000 130 18,76846

Dari data Tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata empirik skala sikap terhadap seks maya pada pria sebesar 124,36000, sedangkan rata-rata empirik pada wanita sebesar 94,10000. Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hipotetik dan rata-rata empirik skala sikap terhadap seks maya, diketahui bahwa rata-rata empirik yang diperoleh lebih rendah dari pada rata-rata hipotetiknya. Perbedaan ini menunjukkan bahwa baik pria maupun wanita memiliki sikap yang negatif terhadap seks maya. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor kebudayaan Indonesia yang masih memegang teguh adat dan istiadat budaya timur, dimana manusia harus memperhatikan aturan dan nilai budaya di dalam bersikap dan berperilaku. Menurut Azwar (dalam Riyanti dan Prabowo, 1998) kebudayaan yang berkembang dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan pengaruh yang kuat dalam sikap seseorang terhadap berbagai macam hal.

Tabel 5

Deskripsi Sikap Pria dan Wanita Berdasarkan Komponen Seks maya Komponen Seks maya Jumlah Item

Valid

(8)

Gambar Porno 12 1.2075 0.8583

Teks Erotik 13 1.2046 0.9353

Mengobrol panas 13 1.1346 0.9123

Kamera situs 14 1.1992 0.9128

Total 52 -

Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata sikap pria dan wanita dari tabel di atas dapat diketahui bahwa baik pria maupun wanita memiliki sikap yang negatif terhadap ke empat komponen seks maya. Hal tersebut sangat mungkin dipengaruhi oleh keinginan sosial, yaitu berisi hal-hal yang akan disetujui oleh responden semata-mata karena isinya menggambarkan sesuatu yang dianggap sudah semestinya berlaku dalam masyarakat sosial atau sesuatu yang baik, benar dan diterima menurut norma masyarakat (Prabowo dan Fakhrurrozi, 2004).

Selain hal-hal yang sudah dijelaskan di atas, keagamaan juga memegang peranan yang penting di dalam menentukan sikap terhadap seks maya. Agama biasanya sudah dipelajari secara teoritis melalui lembaga pendidikan pada usia sekolah dasar. Menurut Azwar (dalam Riyanti dan Prabowo, 1998), lembaga pendidikan maupun agama, sebagai suatu sistem yang memiliki pengaruh dalam pembentukan sikap seseorang. Hal ini disebabkan karena keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu yang pada hakikatnya amat menentukan sistem kepercayaan sehingga konsep tersebut akan ikut berperan dalam menentukan sikap seseorang terhadap suatu hal.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah:

a. Ada perbedaan sikap terhadap seks maya berdasarkan jenis kelamin pada dewasa awal.

b. Pria memiliki sikap yang lebih positif terhadap seks maya dibandingkan dengan wanita hal tersebut dipengaruhi oleh aspek biologis.

c. Berdasarkan hasil mean empirik, baik pria maupun wanita sama-sama memiliki sikap yang rendah terhadap seks maya hal tersebut dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, keinginan sosial, lembaga pendidikan dan keagamaan.

Saran

Sedangkan saran yang bisa diberikan berdasarkan hasil penelitian tersebut adalah:

a. Mampu mengambil segi positif dari layanan seks maya, hal tersebut dikarenakan layanan seks maya dapat dijadikan sebagai alternatif sarana pendidikan, informasi dan diskusi masalah-masalah seksual.

b.. Mampu mengikutsertakan dan memperhatikan faktor-faktor lain yang memengaruhi pembentukan sikap, sehingga dapat diperoleh hasil penelitian yang lebih komprehensif.

(9)

Ahmadi, A. 2002. Psikologi Sosial (edisi revisi). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Cooper, A. 2000. Seks maya: THE DARK SIDE OF THE FORCE: A Special Issue of The Jurnal Sexual Addiction &Compulsivity. Philadelphia: G.H. Buchanan.

Dagun, S.M. 1992. Feminin dan Maskulin: Perbedaan Antar Pria dan Wanita dalam fisiologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Goldberg, P. D. 2004. An Exploratory Study About The Impacts That Seks maya (The Use Of The Internet for Several Purposes) Is Having On Families And the Practices Of Marriage and Family Therapists.Thesis. Virginia

(http://Scholar.lib.ut.edu/theses/available/eyd-04262004142455/unrestricte

Hurlock, EB. 1978. Developmental Psychology: A Life Span Approach,(5th Edition). New York: McGraw Hill Inc.

Hurlock,E.B.1993. Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (edisi kelima). Jakarta: Erlangga.

Monks,F.J., Knoers,A.M.P & Hadinoto S.R. 2001. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Prabowo, H & Fakhrurrozi, M. 2004. Skala Psikologi. Depok: Universitas Gunadarma. Ramelan, W. & Wiryana, I.M. 1999. Pengantar Internet. Jakarta: Lepkom Gunadarma. Riyanti, B. P. D. & Prabowo, H. 1998. Psikologi Umum 2. Jakarta: Universitas

Gunadarma.

Sarwono, S.W. 1999. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Sunarto, K. 2000. Pengantar Sosiologi (edisi kedua). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Surono, A. 2001. Majalah Intisari: Kumpulan Artikel Psikologi I: Kecanduan Seks maya Renggangkan Kontak Seksual. Jakarta: PT Intisari Mediatama.

Wallace, P.1999. The Psychology of The Internet. America: Cambridge University Press. Yusuf. 2004. http://www.suaramerdeka.com/harian/0401/29/nas13.html.

Gambar

Tabel  2. Uji homogenitas ragam
Tabel  3 Uji sampel bebas
Gambar Porno

Referensi

Dokumen terkait

3.2 Mengenal teks cerita narasi sederhana kegiatan dan bermain di lingkungan dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan

Lingkungan belajar meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah tempat di mana siswa belajar. Tempat yang nyaman akan memiliki pengaruh

Permasalahan penelitian ini yaitu: Adakah pengaruh Cognitive Behavioral Theraphy terhadap penurunan skor depresi pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di Ruang

Untuk menentukan keakurasian yang lebih baik pada penelitian ini maka ditambahkan sistem seleksi ciri yang menggunakan pohon keputusan ( Decision Tree ) menggunakan aplikasi

Make sure you take note of your Epson printer’s model number, cartridge.. Once

hanya untuk membelah kayu, ada yang didesain khusus untuk memotong dan ada pula yang difungsikan untuk fungsi 'kombinasi' dalam arti baik untuk membelah maupun untuk memotong.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh tingkat relevansi Mata Kuliah Keahlian (MKK) Program Studi Pendidikan Teknologi Agroindustri (PTAG) dengan kebutuhan

Penyakit kelainan kulit dapat disebabkan dari berbagai faktor baik secara biologi (virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa dan metazoa), kimia (oli, zat pewarna,.. ter