• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORMAT DAN LAPORAN DAN PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FORMAT DAN LAPORAN DAN PENDAHULUAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian

Penyakit paru obsruksi kronis (PPOK) adalah sekelompok penyakit paru yang menghambat aliran udara pada pernapasan saat menarik napas atau menghembuskan napas. Udara harus dapat masuk dan keluar dari paru-paru untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Ketika aliran udara ke arah luar paru-paru terhambat, udara akan terperangkap di dalam paru-paru. Hal ini akan mempersulit paru- paru mendapatkan oksigen yang cukup bagi bagian tubuh yang lainnya. Emfisema dan bronkitis kronis menyebabkan proses inflamasi yang berlebihan dan pada akhirnya menimbulkan kelainan di dalam struktur paru-paru, sehingga aliran udara terhambat secara permanen(itulah sebabnya disebut “obstruktif kronis”).

B. Anatomi Fisiologi 1. Rongga Hidung

Hidung merupakan organ utama saluran pernapasan yang langsung berhubungan dengan dunia luar yang berfungsi sebagai jalan masuk dan keluarnya udara melalui proses pernapasan. Selain itu hidung juga berfungsi untuk mempertahankan dan menghangatkan udara yang masuk, sebagai filter dalam membersihkan benda asing yang masuk dan berperan untuk resonansi suara, sebagai tempat reseptor alfaktorius.

2. Faring

faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.

3. Laring

Laring merupakan saluran pernapasan yang terletak antara orofaring dan trakea, fungsi dari laring adalah sebagai jalan masuknya udara, membersihkan jalan masuknya makanan ke esofagus dan sebagai produksi suara.

(2)

 Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan

 Glotis : ostium antara pita suara dalam laring

4. Trakhea

Trakea merupakan organ tabung antara laring sampai dengan puncak paru, panjangnya sekitar 10-12 cm, setinggi servikal 6-torakal 5 Disebut juga batang tenggorokan Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina

5. Bronkus

Bronkus merupakan cabang dari trakea yang bercabang dua keparu-paru kanan dan paru-paru kiri.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar diameternya.Bronkus kiri lebih horizontal, lebih panjang dan lebih sempit.

1. Bronkus

Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri Disebut bronkus lobaris kanan (3

lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus).

Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus

lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental.

Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf.

2. Bronkiolus

Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus.

Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas. 3. Bronkiolus Terminalis, Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus

terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia).

4. Bronkiolus respiratori, Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori. Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas.

(3)

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar berada pada rongga dada bagian atas, di bagian samping di batasi oleh otot dan rusuk dan di bagianb bawah di batasi oleh diafragma yang berotot kuat.

Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut Terletak dalam rongga dada atau toraks Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar Setiap paru mempunyai apeks dan basis Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya.

7. Alveolus

Merupakan bagian terminal cabang-cabang bronkus dan bertanggung jawab akan struktur paru-paru yang menyerupai kantong kecil terbuka pada salah satu sisinya dan tempat pertukaran O2 dan CO2 Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2

Fisiologi Sistem Pernafasan

Fungsi paru – paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapis membran, yaitu membran alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru – paru pada tekanan oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen.

Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.

(4)

banyak darah datang di paru – paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak unutk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi ini mengeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak O2.

Pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin) megintari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung, dan darah menerima, sebagai gantinya, yaitu karbon dioksida.

C. Penyebab

 Etiologi penyakit ini yang sering ditemukan meliputi: a. Kebiasaan merokok

Hampir semua perokok menyadari bahwa merokok merupakan kebiasaan yang salah. Namun sebagaian besar perokok tidak mampu menghilangkan kebiasaan ini. Resiko mengalami serangan jantung 2 kali lebih besar bagi prokok berat atau yang merokok 20 batang atau lebih dalam sehari. Bahkan, resiko menghadapi kematian mendadak 5 kali lebih besar dari pada orang yang tidak merokok sama sekali. Namun bagi mereka yang dapat berhenti merokok sama sekali, resiko ini dapat berkurang hampir sama yang tidak merokok. Sejumlah kecil nikotin dalam rokok adalah racun bagi tubuh. Nikotin yang terserap dalam setiap hisapan rokok memang tidak mematikan, tetapi tetap membahayakan jantung. Terjadi pengerasan pembuluh nadi serta mengacaukan irama jantung.

b. Infeksi saluran napas atas yang kambuh atau kronis (ISPA)

(5)

Faktor berkumpulnya banyak orang misalnya di tempat pengungsian tempat korban banjir, juga berperan dalam penularan ISPA.

Penyakit kulit juga hampir selalu di alami, terutama yang sering tergenang banjir. Penyakit ini bisa berupa infeksi, alergi, atau bentuki lain. Pada musim banjir, maka masala utamanya adalah kebersihan yang tidak terjaga baik. Seperti ISPA, maka faktor berkumpulnya banyak orang berperan dalam penularan infeksi kulit. Penyakit saluran cerna lain, adalah demam tifoid, yang juga terkait dengan faktor kebersihan makanan. Upaya untuk mengatasi tentu saja dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan

c. Polusi udara

Selama ini orang banyak menduga bahwa andil terbesar dari pencemaran udara kota berasal dari industri. Jarang di sadari, bahwa justru yang mempunyai andil sangat besar adalah gas dan partikel yang di emifisikan ( dikeluarkan ) oleh kendaraan bermontor. Padahal kendaraan bermontor jumlahnya semakin bertambah besar.

Di kota-kota besar, konstrikbusi gas buang kendaraan bermontor sebagai sumber pencemaran udara mencapai 60 – 70%. Padahal, konstribusi gas buah dari cerobong asap industri hanya berpisah 10-15%, sedangkan sisannya dari sumber pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dll

Sebenarnya banyak polutan udara yang perlu di waspadai, tetapi WHO ( word helalth organization) menetapkan beberapa jenis polutan yang di anggap serius. Polutan udara yang berbahaya bagi kesehatan manusia, hewan, serta mudah merusak harta benda adalah partikulat yang mengandung partikel

( asap dan jelaga ), hidrokarbon, sulfur di oksida, dan nitrogen oksida. Kesemuanya di emisikan oleh kendaraan bermontor.

(6)
(7)

D. Manifestasi klinik.

Tanda dan gejala PPOK dapat mencakup:

a. Penurunan kemampuan melakukan aktivitas fisik atau pekerjaan yang cukup berat dan keadaan ini terjadi Karena penurunan cadangan paru

b. Batuk produktif akibat stimulasi reflex batuk oleh mucus c. Dispenea pada aktivitas fisik ringan

d. Infeksi saluran nafas yang sering terjadi e. Hipoksemia intermiten atau kontinu

f. Hasil tes faal paru yang menunjukkan kelainan yang nyata g. Deformitas toraks

E. Patofisiologi

Walaupun COPD terdiri dari berbagai penyakit tetapi seringkali memberikan kelainan fisiologis yang sama. Akibat infeksi dan iritasi yang menahun pada lumen bronkus, sebagian bronkus tertutup oleh secret yang berlebihan, hal ini menimbulkan dinding bronkus menebal, akibatnya otot-otot polos pada bronkus dan bronkielus berkontraksi, sehingga menyebabkan hipertrofi dari kelenjar-kelenjar mucus dan akhirnya terjadi edema dan inflamasi. Penyempitan saluran pernapasan terutama disebabkan elastisitas paru-paru yang berkurang. Bila sudah timbul gejala sesak, biasanya sudah dapat dibuktikan adanya tanda-tanda obstruksi. Gangguan ventilasi yang berhubungan dengan obstruksi jalan napas mengakibatkan hiperventilasi (napas lambat dan dangkal) sehingga terjadai retensi CO2 (CO2 tertahan) dan menyebabkan hiperkapnia (CO2 di dalam darah/cairan tubuh lainnya meningkat).

Pada orang noirmal sewaktu terjadi ekspirasi maksimal, tekanan yang menarik jaringan paru akan berkurang, sehingga saluran-saluran pernapasan bagian bawah paru akan tertutup. Pada penderita COPD saluran saluran pernapasan tersebut akan lebih cepat dan lebih banyak yang tertutup. Akibat cepatnya saluran pernapasan menutup serta dinding alveoli yang rusak, akan menyebabkan ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang. Tergantung dari kerusakannya dapat terjadi alveoli dengan ventilasi kurang/tidak ada, tetapi perfusi baik, sehingga penyebaran pernapasan udara maupun aliran darah ke alveoli, antara alveoli dan perfusi di alveoli (V/Q rasio yang tidak sama). Timbul hipoksia dan sesak napas, lebih jauh lagi hipoksia alveoli menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah paru dan polisitemia.

(8)

lama semakin berat. Pada penyakit lanjut, pasien mungkin begitu kehbisan napas sehingga tidak dapat makan lagi dan tubuhnya tampak kurus tak berotot. Pada perjalanan penyakit lebih lanjut, pink puffers dapat berlanjut menjadi bronktis kronis sekunder. Dada pasien berbentuk tong, diafragma terletak rendah dan bergerak tak lancar. Polisitemia dan sianosis jarang ditemukan, sedangkan kor pulmonal (penyakit jantung akibat hipertensi pulmonal dan penyakit paru) jarang ditemukan sebelum penyakit sampai pada tahap terakhir. Gangguan keseimbangan ventilasi dan perfusi minimal, sehingga dengan hiperventilasi penderita pink puffers biasanya dapat mempertahankan gas-gas darah dalam batas normal sampai penyakit ini mencapai tahap lanjut. Paru biasanya membesar sekali sehingga kapasitas paru total dan volume residu sangat meningkat.

Pada keadaan PPOK ekstrim yang lain didapatkan pasien-pasien blue bloaters (bronchitis tanpa bukti-bukti emfisema obstuktif yang jelas). Pasien ini biasanya menderita batuk produktif dan berulang kali mengalami infeksi pernapasan yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun sebelum tampak gangguan fungsi. Akan tetapi, akhrnya timbul gejala dipsnea pada waktu pasien melakukan kegiatan fisik. Pasien-pasien ini memperlihatkan gejala berkurangnya dorongan untuk bernapas; mengalami hipoventilasi dan menjadi hipoksia dan hiperkapnia. Rasio ventilasi/perfusi juga tampak sangat berkurang. Hipoksia yang kronik merangsang ginjal untuk memproduksi eritrropoetin, yang akan merangsang peningkatan pembentukan sel-sel darah merah, sehingga terjadi polisitemia sekunder. Kadar hemoglobin dapat mencapai 20gram/ 100 ml atau lebih, dan sianosis mudah tampak karena Hb dapat tereduksi mudah mencapai kadar 5 gram/100ml walaupun hanya sebagian kecil Hb sirkulasi yang berada dalam bentuk Hb tereduksi. Pasien-pasien ini tidak mengalami dispnea sewaktu istirahat sehingga mereka tampak sehat. Biasanya berat tubuh tidak banyak menurun dan bentuk tubuh normal. Kapasitas paru total normal dan diafrgma berada pada posisi normal. Kematian biasanya terjadi akibat kor pulmonal atau akibat kegagalan pernapasan.

(9)

produktif dan dalam beberapa tahun timbul dipsnea yang membuat pasien menjadi sangat lemah. Bila timbul hiperkapnia, hipoksemia dank or pulmonal prognosisnya buruk dan kematian biasanya terjadi beberapa tahun sesudah timbul penyakit. Gabungan gagal napas dan gagal jantung yang dipercepat oleh pneumonia merupakan penyebab kematian yang lazim.

F. Patways

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Tes fungsi paru menunjukkan obstruksi aliran nafas dan menurunnya pertukaran udara akibat destruksi jaringan paru. Kapasitas total paru bisa normal atau meningkat akibat udara yang terperangkap. Dilakukan pemeriksaan reversibilitas karena 20% pasien mengalami perbaikan dari pemberian bronkodilator.

2. Foto toraks bisa normal, namun pada emfisema, akan menunjukkan hiperinflasi disertai hilangnya batas paru serta jantung tampak kecil.

3. Computed tomography bisa memastikan adanya bula emfisematosa.

(10)

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan utama adalah meningkatkan kualitas hidup, memperlambat perkembangan proses penyakit, dan mengobati obstruksi saluran napas agar tidak terjadi hipoksia.pendekatan terapi mencakup :

1. Pemberian terapi untuk meningkatkan ventilasi dan menurunkan kerja napas. 2. Mencegah dan mengobati infeksi.

3. Teknik terapi fisik untuk memperbaiki dan meningkatkan ventilasi paru.

4. Memelihara kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk memfasilitasi pernapasan yang adekuat.

5. Dukungan psikologis

6. Edukasi dan rehabilitasi klien. Jenis obat yang diberikan:

1. Bronkodilators. 2. Terapi aerosol. 3. Terapi infeksi. 4. Kortikostiroid. 5. Oksigenasi.

I. Fokus pengkajian keperawatan A. Pengkajian

1. Biodata

a. Identitas Pasien

Beberapa komponen yang ada pada identitas meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, suku bangsa, agama, No.registrasi, pendidikan, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal dan jam masuk Rumah Sakit.

b. Identitas penanggung jawab

Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status bangsa, status perkawinan, hubungan dengan klien dan alamat. 2. Keluhan utama

Keluhan utama yang dirasakan oleh pasien Bronkhitis biasanya mengeluh adanya sesak nafas.

3. Riwayat penyakit sekarang

Pada riwayat sekarang berisi tentang perjalanan penyakit yang dialami pasien dari rumah sampai dengan masuk ke Rumah Sakit.

4. Riwayat penyakit dahulu

Perlu ditanyakan apakah pasien sebelumnya pernah mengalami Bronkhitis atau penyakit menular yang lain.

(11)

Perlu ditanyakan pada keluarga apakah salah satu anggota keluraga ada yang pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien atau penyakit yang lain yang ada di dalam keluarga.

6. Pola fungsi kesehatan

Pengorganisasian data berdasarkan pola fungsi kesehatan menurut Gordon :

a. Persepsi terhadap kesehatan

Adanya tindakan penatalaksanaan kesehatan di RS akan menimbulkan perubahan terhadap pemeliharaan kesehatan.

b. Pola aktivitas dan latihan

Pola aktivitas perlu dikaji karena pada klien dengan Bronkhitis mengalami keletihan, dan kelemahan dalam melakukan aktivitas gangguan karena adanya dispnea yang dialami.

c. Pola istirahat dan tidur

Gangguan yang terjadi pada pasien dengan Bronkhitis salah satunya adalah gangguan pola tidur, pasien diharuskan tidur dalam posisi semi fowler.Sedangkan pada pola istirahat pasien diharuskan untuk istirahat karena untuk mengurangi adanya sesak yang disebabkan oleh aktivitas yang berlebih.

d. Pola nutrisi-metabolik.

Adanya penurunan nafsu makan yang disertai adanya mual muntah pada pasien dengan Bronkhitis akan mempengaruhi asupan nutrisi pada tubuh yang berakibat adanya penurunan BB dan penurunan massa otot.

e. Pola eliminasi.

Pada pola eliminasi perlu dikaji adanya perubahan ataupun gangguan pada kebiasaan BAB dan BAK.

f. Pola hubungan dengan orang lain.

Akibat dari proses inflamasi tersebut secara langsung akan mempengaruhi hubungan baik intrapersonal maupun interpersonal. g. Pola persepsi dan konsep diri.

Akan terjadi perubahan jika pasien tidak memahami cara yang efektif untuk mengatasi masalah kesehatannya dan konsep diri yang meliputi (Body Image, identitas diri, Peran diri, ideal diri, dan harga diri). h. Pola reproduksi dan seksual.

Pada pola reproduksi dan seksual pada pasien yang sudah menikah akan mengalami perubahan.

i. Pola mekanisme koping.

Masalah timbul jika pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah kesehatannya, termasuk dalam memutuskan untuk menjalani pengobatan yang intensif.

j. Pola nilai dan kepercayaan.

Adanya kecemasan dalam sisi spiritual akan menyebabkan masalah yang baru yang ditimbulkan akibat dari ketakutan akan kematian dan akan mengganggu kebiasaan ibadahnya.

(12)

1) Paru-paru :

Adanya sesak, retraksi dada, auskultasi adanya bunyi ronchi, hipersonor atau bunyi tambahan lain. tetapi pada kasus berat bisa didapatkan komplikasi yaitu adanya pneumonia.

Perlu diwaspadai kesadaran dari composmentis ke apatis,somnolen hingga koma pada pemeriksaan GCS, adanya kelemahan anggota badan dan terganggunya aktivitas.

4) Perkemihan :

pada pasien dengan bronkhitis kaji adanya gangguan eliminasi seperti retensi urine ataupun inkontinensia urine.

5) Pencernaan

Inspeksi : kaji adanya mual,muntah,kembung,adanya distensi abdomen dan nyeri abdomen,diare atau konstipasi.

Auskultasi : kaji adanya peningkatan bunyi usus.

Perkusi : kaji adanya bunyi tympani abdomen akibat adanya kembung.

Palpasi : kaji adanya hepatomegali, splenomegali, mengidentifikasi adanya infeksi pada minggu kedua,adanya nyeri tekan pada abdomen. 6) Bone :

adanya respon sistemik yang menyebabkan malaise, adanyasianosis. Integumen turgor kulit menurun, kulit kering.

B. Klasifikasi data

Ø Data Subyektif :

(13)

J. Fokus Intervensi Keperawatan

 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan darah,

 Mampu berpindah: dengan atau menggunakan alat.

 Status kardiopulmoari adekuat.

 Sirkulasi status baik.

 Status respirasi: pertukara gas da vetilasi adekuat.

Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanaakan program terapi yang tepat

Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan.

Bantu utuk memilih aktivitas yang sesuai dengan kemampuan fisik, sosial dan psikologi.

Bantu utuk mengidetifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

Bantu klien untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek

Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai

Bantu klien membuat jadwal latihan diwaktu luang

Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas

Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan

Monitor respon fisik,emosi, sosial dan spiritual.

Mengurangi stres dan stimulasi yang berlebihan, meningkatkan istirahat

Klien mungkin merasa nyaman dalam kepala dalam keadaan evalasi, tidur di kursi atau istiirahat pada meja dengan bantuan bantal

Meminimalkan kelelahn dan menolong menyeimbangkan suplai oksigen dan kebutuhan.

5. Risiko tinggi penyebaran infeksi yang b.d penyakit kronis .

 Tidak muncul tanda tanda infeksi sekunder.

 Klien dapat mendemonstrasikan kegiatan untuk menghindarkan infeksi.

 Monitor vital sign, terutama pada proses terapi.

 Demonstrasikan teknik mencuci yang benar.

 Ubah posisi dan berikan pulmonari toilet yang baik.

 Batasi pengunjung atas indikasi.

 Lakukan isolasi sesuai dengan kebutuhan individual.

 Anjurkan untuk istirahat secara adekuat sebanding dengan aktifitas, tingkatkan intake nutrisi secara adekuat.

Selama peride ini, potensial berkembang menjadi komplikasi yang lebih fatal( hipotensi / shock ).

Sangat efektif untuk mengurangi penyebaran infeksi .

Meningkatkan ekspektorasi, membersihkan dari infeksi.

Mengurangi paparan dengan organisme patogen lain.

Isolasi mungkin dapat mencegah penyebaran atau memproteksi klien dari proses infeksi lainya.

(14)

K. Daftar Pustaka Kuwalak, Jennifer.P.2011.PATOHFISIOLOGI,Jakarta:EGC

Somantri,Irwan.2009.Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pernapasan.Jakarta:Salemba Medika

Syamsudin,Sesilia Andriani keban.2013.Buku ajar Farmakotrapi gangguan saluran pernapasan.Jakarta:Salemba Medika

Anies.2015.penyakit berbasis lingkungan.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media

Herdman,T. Heather.2012.diagnosis keperawatan.Jakarta:EGC

Huda Nurarif,Amin dan Hardi kusuma.2015.Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan Nanda Nic-Noc.Yogyakarta:mediaction

Referensi

Dokumen terkait

Lembaga pendidikan tenaga kependidikan sebagai bagian dari perguruan tinggi diharapkan dapat menghasilkan calon pendidik profesional yang memiliki hard skills dan

Langkah-langkah identifikasi masalah yang diurakan di atas adalah agar identifikasi dilakukan tidak hanya menyangkut identifikasi masalah baik hasil, sebab

• Kurangnya partisipasi nyata masyarakat dalam menjalankan pengkajian dan mengembangkan rencana pengelolaan untuk menjaga nilai-nilai konservasi Permasalahan juga muncul

Pengawasan mutu terbagi menjadi 3, yaitu pada bahan baku, proses produksi, serta produk jadi.Hal ini bertujuan mengidentifikasi kerusakan mutu secara dini, memastikan mutu

pada penelitian ini diterapkan metode apriori association rule untuk melihat aturan asosiasi nilai dan matakuliah pada mahasiswa universitas gunadarma jenjang

-Forensik komputer perlu digunakan dalam penyiasatan dan analisis untuk mendapatkan bukti-bukti kukuh tentang apa yang dilakukan oleh penjenayah siber serta mengemukakan bukti

Nang nasa kanyang sasakyan na ang Mataas na Kawani ay nasabi niya sa kanyang kutserong katutubo: “Kapag dumating ang araw ng inyong pagsasarili ay alalahanin mong sa Espanya’y hindi

Pemerintah 8epu)lik ndonesia telah )anyak melakukan )er)agai upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional! -paya pemerintah terse)ut terermin dari