• Tidak ada hasil yang ditemukan

Angket Kemampuan Guru Dalam Penggunaan M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Angket Kemampuan Guru Dalam Penggunaan M"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG

KOMPETENSI KEPRIBADIAN DAN SOSIAL GURU

TERHADAP AKHLAQ SISWA KELAS VIII SMP

NEGERI 2 TENGARAN TAHUN PELAJARAN

2013/2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

TOTOK HARYANTO

NIM: 111 09 054

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

(2)
(3)

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG

KOMPETENSI KEPRIBADIAN DAN SOSIAL GURU

TERHADAP AKHLAQ SISWA KELAS VIII SMP

NEGERI 2 TENGARAN TAHUN PELAJARAN

2013/2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

TOTOK HARYANTO

NIM: 111 09 054

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

(4)

KEMENTERIAN AGAMA RI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721

Wibsite : www.stainsalatiga.ac.id Email : administrasi@stainsalatiga.ac.id Jaka Siswanta, M.Pd

DOSEN STAIN SALATIGA

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 eksemplar

Hal : Naskah skripsi

Saudara TOTOK HARYANTO

Kepada:

Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :

Nama : TOTOK HARYANTO

NIM : 111 09 054

Jurusan/ Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam

Judul : HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG

KOMPETENSI KEPRIBADIAN DAN SOSIAL GURU TERHADAP AKHLAQ SISWA KELAS VIII SMP N 2 TENGARAN TAHUN

PELAJARAN 2013/2014

(5)

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721

Wibsite : www.stainsalatiga.ac.id Email : administrasi@stainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI KEPRIBADIAN DAN SOSIAL GURU TERHADAP AKHLAQ SISWA

KELAS VIII SMP NEGERI 2 TENGARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Disusun oleh :

TOTOK HARYANTO

NIM : 11109054

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada tanggal 4 November 2013, dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.

(6)

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721

Wibsite : www.stainsalatiga.ac.id Email : administrasi@stainsalatiga.ac.id

DEKLARASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Totok Haryanto

NIM : 11109054

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa

skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan atau karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam

skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 8 Agustus 2013 Penulis

(7)

MOTTO

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.

(Q. S Al-Ahzab: 21)

قاَلْخَأْلا َمِراَكَه َنِّوَتُأِل ُتْثِعُب اَوَّنِا

“Sesungguhnya Aku (Muhammad) diutuskan untuk mnyempurnakan akhlaq”

(8)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah dengan izin Allah skripsi ini selesai

Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang telah mendorong untuk

selalu memperjuangkan mimpiku:

1. Ayah Nurhayadi dan Ibu Sunarni, sang motivator yang mampu mengisi

setiap relung jiwa, memberikan semangat, menjadi penggerak dalam

hidupku serta mendoakanku setiap waktu serta selalu berusaha mewujudkan setiap harapan dan impianku.

2. Kakak-kakakku tercinta, penyemangat hidup yang selalu mendorongku

untuk menjadi yang terbaik dan meraih hidup yang lebih baik.

3. Dosen-dosen Tarbiyah, terima kasih telah mengalirkan ilmu kedalam hati,

menjadi fasilitator serta mendorongku agar mampu berbuat yang terbaik untukku maupun bangsaku. Terima kasih jasa-jasamu takkan aku lupakan

sepanjang hidupku.

4. Keluarga Besar PAI B 2009, kebersamaan kita akan selalu aku simpan dan

aku kenang dalam memori dan akan tertoreh dalam sejarah hidupku.

5. Immawan dan Immawati, Semoga perjuangan kita selalu mendapat ridho

(9)

KATA PENGANTAR

Asslamu’alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas

segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

(STAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Imam Sutomo M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga.

2. Ibu Dra. Siti Asdiqoh M. Si, Selaku Ketua Program Studi PAI.

3. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. sebagai dosen pembimbing skripsi yang

telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta mengorbankan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah

banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Kepala sekolah dan guru SMP Negeri 2 Tengaran yang telah

(10)

6. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulis dalam

menyelesaikan studi di STAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang, kesabaran dan keikhlasan.

Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan ridho dari Allah SWT.

Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa memberikan manfaat bagi

penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Salatiga, 8 Oktober 2013 Penulis

(11)

ABSTRAK

Totok Haryanto. 2013. 11109054. Hubungan Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Kepribadian dan Sosial Guru Terhadap Akhlaq Siswa Kelas VIII SMP N 2 Tengaran Tahun Pelajaran 2013/2014. Program Strata I Jurusan Pendidikan Agama Islam (STAIN) Salatiga, 2013. Pembimbing: Jaka Siswanta, M.Pd

Kata kunci: Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial, Akhlaq Siswa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; 1) Bagaimana persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian guru SMP Negeri 2 Tengaran Tahun Pelajaran 2013/2014, 2) Bagaimana persepsi siswa tentang kompetensi sosial guru SMP Negeri 2 Tengaran Tahun Pelajaran 2013/2014, 3) Bagaimana akhlaq siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tengaran Tahun Pelajaran 2013/2014, 4) Adakah hubungan persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian guru terhadap akhlaq siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tengaran Tahun Pelajaran 2013/2014, 5) Adakah hubungan persepsi siswa tentang kompetensi sosial guru terhadap akhlaq siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tengaran Tahun Pelajaran 2013/2014, 6) Adakah hubungan persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian dan sosial guru secara bersama-sama terhadap akhlaq siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tengaran Tahun Pelajaran 2013/2014.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Sampel penelitian

sebanyak 60 responden, menggunakan teknik nonprobability sampling.

Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner untuk menjaring data X1,X2

dan data Y.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN BERLOGO ………... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv A. LatarBelakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Hipotesis Penelitian... 9

E. Manfaat Penelitian... 10

F. Definisi Operasional... 11

G. Metode Penelitian... 14

H. Sistematika Penulisan Skripsi... 22

BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi………... 24

1. Pengertian Persepsi………... 24

2. Prinsip Dasar Persepsi………... 25

3. Proses Terjadinya Persepsi……….. 26

4. Peranan Pesepsi... 27

B. Kompetensi Kepribadian Guru... ……... 29

(13)

2. Karakteristik Kompetensi Kepribadian Guru ... 31

a. Memiliki Kepribadian yang Bertanggung Jawab... 32

b. Memiliki Kepribadian yang Disiplin... 33

c. Memiliki Kepribadian yang Adil, Jujur, dan Obyektif.. 35

d. Tidak Emosional... 35

e. Menjadi Teladan Bagi Peserta Didik... 36

f. Lemah Lembut... 38

g. Dekat dengan Anak Didik... 38

h. Memiliki Jiwa yang Tegas... 39

3. Pentingnya Kompetensi Kepribadian Guru... 40

C. Kompetensi Sosial Guru... 42

1. Pengertian Kompetensi Sosial Guru... 42

2. Karateristik Kompetensi Sosial Guru... 43

a. Mampu Berkomunikasi dengan Peserta Didik……... 43

b. Mampu Berkomunikasi dengan Sesama Pendidik dan Tenaga Kependidikan... 44

c. Mampu Berkomunikasi dengan Orang Tua/Wali Peserta Didik... 45

d. Mampu Berkomunikasi Secara Santun kepada Masyarakat... 45

e. Menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi Secara Fungsional... 46

D. Akhlaq Siswa... 47

1. Pengertian Akhlaq... 47

2. Ciri-Ciri Akhlaq Dalam Islam... 50

a. Akhlaq Rabbani... 50

b. Akhlaq Manusiawi... 51

c. Akhlaq Universal... 51

d. Akhlaq Keseimbangan... 52

(14)

3. Macam-Macam Akhlaq... 54

a. Akhlaq Mahmudah... 54

1. Akhlaq terhadap Allah... 54

2. Akhlaq terhadap Diri Sendiri... 55

3. Akhlaq terhadap Sesama manusia... 56

4. Akhlaq terhadap Alam Sekitar... 58

b. Akhlaq Mazmumah... 60

1. Berbohong... 60

2. Takabur... 60

3. Dengki... 60

4. Bakhil... 61

4. Fungsi Akhlaq Bagi Seorang Muslim... 61

a. Akhlaq Bukti Nyata Keimanan Seseorang... 61

b. Akhlaq Hiasan Orang Beriman... 62

c. Akhlaq Amalan yang Paling Berat Timbangannya... 63

d. Akhlaq Simbol Segenap Kebaikan... 63

E. Pengaruh Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian dan Sosial Guru terhadap Akhlaq Siswa... 64

BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Lokasi dan Obyek Penelitian... 69

1. Perkembangannya SMP N 2 Tengaran... 69

2. Profil Sekolah... 69

3. Visi dan Misi... 70

4. Struktur Organisasi Sekolah... 72

5. Data Ketenagaan Guru... 73

6. Daftar Guru dan Jabatan... 74

7. Tata Tertib Guru dan Karyawan... 76

B. Penyajian data hasil penelitian... 78

1. Daftar responden... 78

(15)

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisi Deskriptif (Tiap Variabel)... 92

B. Pengujian Hipotesis... 98

C. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis... 109

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 111

B. Saran-saran... 113

C. Keterbatasan Penelitian... 114

D. Penutup... 116 DAFTAR PUSTAKA

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel I Indikator Instrumen Kompetensi Kepribadian Guru……... 17

Tabel II Indikator Instrumen Kompetensi Sosial Guru... 18

Tabel III Indikator Instrumen akhlaq Siswa... 19

Tabel IV Data Ketenagaan SMP N 2 Tengaran……... 73

Tabel V Daftar Guru dan Jabatan SMP N 2 Tengaran... 74

Tabel VI Data Responden SMP N 2 Tengaran………... 78

Tabel VII Hasil Angket Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Guru... 81

Tabel VIII Hasil Angket Persepsi Siswa tentang Kompetensi Sosial Guru... 84

Tabel IX Hasil Angket tentang Akhlaq Siswa………... 88

Tabel X Rekapitulasi Persepsi Kompetensi Kepribadian Guru... 94

Tabel XI Rekapilulasi Persepsi Kompetensi Sosial Guru... 96

Tabel XII Rekapitulasi Akhlaq Siswa…... 97

Tabel XIII Tabel Kerja Koefisien Pengaruh Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian dan Sosial Guru terhadap Akhlaq Siswa... 99

Tabel XIV Ringkasan Statistik X1 dan Y... 102

Tabel XVRingkasan Statistik X2 dan Y... 104

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehadiran guru merupakan faktor yang sangat dominan dan penting

bagi peserta didik dalam dunia pendidikan. Hal ini dikarenakan guru sering dijadikan tokoh teladan dan identifikasi diri. Guru merupakan orang yang memiliki wewenang dan tanggung jawab terhadap pendidikan peserta didik,

baik di sekolah maupun di luar sekolah. Mengingat demikian berat tugas dan tanggung jawab guru maka kompetensi merupakan salah satu kualifikasi terpenting yang harus dimiliki oleh setiap guru.

Menurut Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Pasal 1 Ayat 10, disebutkan bahwa “Kompetensi adalah seperangkat

pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan

dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalannya”. Bila kompetensi ini tidak ada dalam diri seorang guru,

maka ia tidak akan berkompeten dalam melaksanakan tugasnya dan hasilnya pun tidak maksimal.

Kompetensi pendidikan merupakan pilar penting dalam menopang pencapaian mutu pendidikan secara menyeluruh. Hal ini telah digariskan

dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa pendidikan mutlak memiliki kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional,

(18)

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian

adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlaq mulia.

Pentingnya kompetensi ini dikarenakan guru dipercaya mempunyai kewenangan dan tanggung jawab membimbing dan membina anak didik.

Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan

pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi

karena manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadi siswa. Semua itu menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru sangat dibutuhkan oleh

peserta didik dalam proses pembentukan pribadinya. Kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalm membentuk

kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara dan bangsa pada umumnya (Mulyasa, 2007:117)

Dalam setiap performance nya guru dituntut untuk dapat

menempatkan diri secara profesional dan proporsional. Hal ini dikarenakan

kebaikan seorang guru tercermin dari kepribadiannya dalam bersikap dan berbuat. Kepribadian ini tidak hanya terdiri dari watak tetapi juga terdiri dari seluruh bentuk perbuatan manusia dengan segala sifat dan ciri yang tampak

(19)

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan guru

sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua

dan masyarakat sekitar. Seorang guru dituntut harus mampu berkomunikasi secara efektif kepada peserta didik, khususnya di dalam kelas. Ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung maka dari situlah terjalin suatu

komunikasi dan interaksi antara guru dengan peserta didik atau antara peserta didik dengan peserta didik. Sehingga dari komunikasi tersebut akan

menimbulkan suatu respon atau tanggapan dari peserta didik atau kepada guru. Dan dampak dari respon tersebut sedikit banyak akan berpengaruh pada pembentukan akhlaq peserta didik karena pada dasarnya guru adalah tokoh

panutan atau suri tauladan bagi anak didiknya.

Berangkat dari hal tersebut, bila guru memiliki kompetensi sosial,

maka hal ini menjadikan guru akan diteladani oleh peserta didik. Maka seorang guru dituntut untuk memberikan teladan yang baik kepada sesama, khususnya kepada peserta didik, sebagaimana Rasulullah SAW memberikan

teladan yang terbaik bagi umatnya. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam Surat Al-Ahzab ayat 21:

َرَكَذَو َرِخلآا َمْوَ يْلاَو َوَّللا وُجْرَ ي َناَك ْنَمِل ٌةَنَسَح ٌةَوْسُأ ِوَّللا ِلوُسَر ِفِ ْمُكَل َناَك ْدَقَل

اًيرِثَك َوَّللا

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan

(20)

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak mengingat Allah” (Departemen Agama RI, 2007:420).

Guru merupakan pendidik dan pengajar yang menyentuh kehidupan pribadi siswa. Oleh siswa guru sering dijadikan tokoh teladan dan identifikasi

diri. Guru juga diyakini memegang peran yang sangat strategis dalam upaya membentuk akhlaq siswa. Karena salah satu peran guru yaitu membentuk

karakter peserta didik agar mempunyai akhlaqul karimah pada diri peserta didik. Sebagaimana hadis Nabi saw :

اََّنَِّا : َمَّلَس َو ِوْيَلَع ُللها ّيلَص ِللها ُلْوُسَر َلاَق َلاَق ُوْنع ُللها َيِضَر َةَرْ يَرُى ِْبَِا ْنَع

ق َلَْخَْلِا َمِراَكَم َمَِّتَُِلِ ُتْثِعُب

Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda:

Sesungguhnya aku diutuskan untuk mnyempurnakan akhlaq” (H.R Bukhari

dalam Sahihnya Kitab Adabul Mufrad No. 273)

Salah satu problem yang muncul dalam dunia keguruan serta menjadi

sorotan publik, praktisi pendidikan, dan masyarakat adalah masalah kualifikasi dan kompetensi guru. Meskipun pemerintah telah mengupayakan

standarisasi keguruan, misalnya sertifikasi guru, namun hal tersebut tidak menjanjikan masalah keguruan selesai.

Tanggapan internal sekolah sendiri beragam. Bagi siswa guru adalah

sosok yang digugu dan ditiru. Segala perilaku guru merupakan cermin bagi murid-muridnya. Guru yang mempunyai perilaku (akhlaq) yang buruk,

(21)

teladan dan panutan bagi siswanya. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik harus memiliki kepribadian yang baik dalam mengajar di sekolah.

Hal tersebut menunjukkan, bahwa persepsi siswa tentang kepribadian dan sosial guru sangat bergantung pada guru. Semakin baik guru

menampakkan sosok pribadi yang bertanggung jawab dan jiwa sosialnya yang tinggi terhadap sesama, maka semakin baik persepsi siswa terhadap kepribadian dan sosial guru tersebut. Sebaliknya, semakin buruk guru

mencerminkan pribadinya sebagai pendidik dan jiwa sosialnya terhadap sesama rendah, maka semakin jelek persepsi siswa terhadap kepribadian dan

sosial guru tersebut.

Terkait dengan problem tersebut, maka kompetensi kepribadian (personal competency) dan kompetensi sosial (social competency)

menyangkut kepribadian dan sosial guru sebagai bagian dari kualitas harus tetap diperhatikan. Guru tidak hanya sekedar memiliki kemampuan kognitif

(kemampuan intelektual), seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan mengenai bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas, dan pengetahuan umum lainnya,

namun guru sebagai pendidik harus bisa menjadi teladan ataupun panutan sekaligus memiliki jiwa kepekaan sosial yang baik agar ucapan dan

perbuatannya dapat digugu dan ditiru oleh siswanya.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Tengaran adalah salah satu SMP di wilayah Kabupaten Semarang. Sekolah ini menjadi pilihan para

(22)

Negeri 2 Tengaran sudah terpercaya, mampu menghasilkan output yang berprestasi dan unggul. Keberhasilan SMP Negeri 2 Tengaran tersebut, tidak

terlepas dari kompetensi guru yang dimilikinya.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah penulis lakukan selama PPL

di lokasi sekolah terdapat indikasi bahwa tingkat kompetensi kepribadian dan sosial guru di SMP Negeri 2 Tengaran bisa dikatakan cukup tinggi. Salah satu indikasi kompetensi kepribadian guru yang penulis amati yaitu guru

selalu datang disiplin, khususnya yang mengajar jam pertama, guru diwajibkan tiba disekolah jam 6.30 WIB untuk berjabat tangan kepada para

siswa. Di samping itu guru juga tegas dalam mendisiplinkan peserta didik, mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, serta mampu memberikan teladan atau panutan bagi siswanya. Sedangkan indikasi

kompetensi sosial guru tercermin dari adanya kedekatan jarak antara guru dengan siswa, ramah dan santun kepada peserta didik, pendidik, tenaga

kependidikan, serta masyarakat sekitar. Bahkan ketika kedatangan tamu dari luar sekolahpun selalu dilayani dengan baik.

Dengan kompetensi kepribadian dan sosial guru yang tinggi

seharusnya mampu melahirkan penanaman perilaku atau akhlaq yang baik pada diri peserta didik. Namun penulis selama PPL dilokasi masih

menjumpai tak sedikit dari peserta didik yang melakukan berbagai bentuk penyimpangan, seperti masih cukup banyak siswa yang terlambat datang ke sekolah, melanggar tata tertib sekolah, merokok dikantin ketika pergantian

(23)

dan masih terjadi perkelahian antar siswa. Sehingga hal ini bertentangan dengan teori yang telah penulis paparkan.

Atas kenyataan tersebut maka penulis merasa terpanggil untuk

meneliti lebih dalam mengenai “HUBUNGAN PERSEPSI SISWA

TENTANG KOMPETENSI KEPRIBADIAN DAN SOSIAL GURU TERHADAP AKHLAQ SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2

TENGARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian guru SMP

Negeri 2 Tengaran Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2013/2014?

2. Bagaimana persepsi siswa tentang kompetensi sosial guru SMP Negeri

2 Tengaran Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2013/2014?

3. Bagaimana akhlaq siswa SMP Negeri 2 Tengaran Kabupaten Semarang

tahun pelajaran 2013/2014?

4. Adakah hubungan persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian guru

terhadap akhlaq siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tengaran Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2013/2014?

5. Adakah hubungan persepsi siswa tentang kompetensi sosial guru

(24)

6. Adakah hubungan persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian dan sosial guru secara bersama-sama terhadap akhlaq siswa kelas VIII SMP

Negeri 2 Tengaran Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2013/2014?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian guru

SMP Negeri 2 Tengaran Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2013/2014.

2. Untuk mengetahui persepsi siswa tentang kompetensi sosial guru SMP

Negeri 2 Tengaran Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2013/2014.

3. Untuk mengetahui akhlaq siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tengaran

Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2013/2014.

4. Untuk mengetahui adakah hubungan persepsi siswa tentang kompetensi

kepribadian guru terhadap akhlaq siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tengaran Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2013/2014.

5. Untuk mengetahui adakah hubungan persepsi siswa tentang kompetensi

sosial guru terhadap akhlaq siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tengaran Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2013/2014.

6. Untuk mengetahui adakah hubungan persepsi siswa tentang kompetensi

kepribadian dan kompetensi sosial guru secara bersama-sama terhadap akhlaq siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tengaran Kabupaten Semarang

(25)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis dapat juga

dinyatakan sebagai jawaban teoritik terhadap rumusan masalah penelitian, bukan jawaban empirik (Sugiyono, 2012:64).

Berdasarkan telaah kepustakaan awal, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

a. Ada hubungan persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian guru

terhadap akhlaq siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tengaran Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2013/2014.

b. Ada hubungan persepsi siswa tentang kompetensi sosial guru terhadap

akhlaq siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tengaran Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2013/2014.

c. Ada hubungan persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian dan

kompetensi sosial guru secara bersama-sama terhadap akhlaq siswa

(26)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan baik bagi pihak peneliti

sendiri maupun bagi pengembangan ilmu pengetahuan (secara akademik). Secara lebih rinci kegunaan penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi perkembangan

ilmu pengetahuan terutama yang berhubungan dengan kompetensi guru.

b. Menjadikan bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi

pihak–pihak yang berkepentingan guna menjadikan penelitian lebih

lanjut terhadap objek sejenis atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi bagi para guru agar dapat meningkatkan

kompetensi keguruan.

b. Menambah wawasan bagi para praktisi pendidikan tentang kompetensi

kepribadian dan kompetensi sosial guru.

c. Memberikan informasi bagi kepala sekolah khususnya di SMP Negeri 2

Tengaran tentang kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial guru.

d. Sebagai masukan kepada para guru untuk bisa menjadi seorang guru

yang memiliki jiwa kepribadian dan integritas yang tinggi sehingga mampu menjadi sosok guru teladan serta digugu dan ditiru oleh

(27)

F. Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini meliputi Variabel independent (variabel

bebas) yaitu kompetensi kepribadian (X1) dan kompetensi sosial (X2), serta

variabel dependent (variabel terikat) yaitu akhlaq siswa (Y). Variabel ini

merupakan terjemahan tertentu memiliki pengertian yang masih bersifat umum. Oleh karena itu, supaya penelitian mempunyai batas pengertian yang jelas serta mudah diukur, maka perlu dijabarkan arti setiap variabel kedalam

suatu definisi operasional. Kemudian definisi operasional dari setiap variabel tersebut dijabarkan kedalam dimensi-dimensi dengan indikatornya

masing-masing.

Adapun definisi operasional variabel dengan dimensi dan indikatornya masing-masing sebagai berikut:

1. Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang

atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang (Depdiknas, 2007:849).

2. Persepsi

Persepsi adalah penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk memperoleh dan untuk menginterpretasikan stimulasi (rangsangan) yang

diterima oleh sistem alat indra manusia (Desmita, 2009:118).

3. Kompetensi Kepribadian Guru

Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3)

(28)

adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlaq mulia.

Sedangkan menurut peneliti kompetensi kepribadian guru adalah kemampuan pribadi guru dalam proses belajar mengajar yang di tandai

dengan indikator yaitu :

a. Memiliki kepribadian yang bertanggung jawab

b. Memiliki kepribadian yang disiplin

c. Memiliki kepribadian yang adil dan obyektif

d. Tidak emosional

e. Menjadi teladan bagi peserta didik

f. Lemah lembut dalam bicara

g. Dekat dengan anak didik

h. Memiliki jiwa yang tegas

4. Kompetensi Sosial Guru

Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir (d) dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan

bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik dan masyarakat sekitar.

Sedangkan menurut peneliti kompetensi sosial guru adalah kemampuan dari seorang guru untuk berkomunikasi dengan kepala sekolah, peserta didik, pendidik/tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik,

(29)

menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara fungsional.

Adapun perincian indikator kompetensi sosial guru adalah sebagai berikut :

a. Mampu berkomunikasi dengan peserta didik/siswa.

b. Mampu berkomunikasi dengan sesama pendidik dan tenaga

kependidikan

c. Mampu berkomunikasi dengan orang tua/wali peserta didik

d. Mampu berkomunikasi secara santun kepada anggota masyarakat

e. Mampu menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara

fungsional

5. Akhlaq Siswa

Secara etimologi akhlaq adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Sedangkan secara

istilah akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga ia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan

pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar (Ilyas, 2007:2).

Jadi akhlaq siswa adalah segala bentuk tingkah laku, perangai atau

tabiat yang melekat/tertanam dalam jiwa siswa yang muncul secara spontan bilamana diperlukan tanpa memerlukan dorongan dari luar yang

tercermin dalam indikator yaitu :

a. Bertaqwa kepada Allah dengan melaksanakan perintah dan menjauhi

larangan-Nya

(30)

c. Pemaaf dan peminta maaf

d. Berbakti kepada kedua orang tua dan guru

e. Menjalin hubungan yang baik dengan sesama teman dan warga

masyarakat

f. Menjaga kebersihan sekolah dan lingkungan masyarakat sekitar

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dan

menggunakan rancangan penelitian studi korelasional, untuk mengetahui hubungan setiap variabel penelitian menggunakan analisis statistik prosentase dan teknik analisis regresi untuk mengetahui besarnya

pengaruh antar variabel.

Penelitian ini mempunyai tiga variabel yaitu kompetensi

kepribadian guru dan kompetensi sosial sebagai variabel bebas serta akhlaq siswa sebagai variabel terikat.

2. Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Tengaran yang beralamat : Jl. Raya Salatiga-Solo Km.7 Tengaran Kab. Semarang.

(31)

3. Populasi dan sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Penelitian populasi dilakukan apabila peneliti ingin melihat semua liku-liku yang

ada didalam populasi (Arikunto, 2012:115). Untuk sekedar

ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi (Arikunto,

1996: 120). Adapun yang dimaksud dengan populasi disini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tengaran yang berjumlah 308

siswa.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2012:81). Penulis akan melakukan penelitian dilapangan, dalam menentukan sampel sesuai dengan

pendapat Suharsimi Arikunto, bahwa apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua dan apabila subyeknya lebih dari 100 dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25% (Arikunto: 2002: 112).

Pada penelitian ini penulis mengambil sampel 20% dari jumlah populasi. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 60 siswa.

Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu: (1) probability sampling dan (2) nonprobability sampling. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini

(32)

pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang/kesempatan sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota

sampel. Dalam aplikasinya, teknik nonprobability sampling ini akan

dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan tertentu, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar (Arikunto, 2010:183).

c. Pengumpulan data

Langkah-langkah yang akan digunakan oleh penulis dalam

mengumpulkan data adalah dengan menggunakan metode angket, dan metode observasi langsung ditempat.

1) Metode angket

Angket adalah sebuah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

pribadinya, atau hal-hal yang yang ia ketahui (Arikunto, 2010:194).

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan akhlaq siswa.

2) Metode obsevasi

Observasi yaitu kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh indra. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman,

(33)

sebenarnya adalah pengamatan langsung. Di dalam artian penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner,

rekaman gambar, rekaman suara (Arikunto, 2010:199-200).

Metode ini diharapkan dapat membantu dalam melengkapi

data yang diperlukan dengan jalan mengamati di lapangan secara langsung.

d. Instrumen penelitian

Penelitian ini menggunakan instrument penelitian berupa angket yang terdapat dalam lampiran. Angket terdiri dari tiga yaitu

kompetensi kepribadian guru, kompetensi sosial dan akhlaq siswa. Berikut ini tabel ketiga variabel tersebut yang dicarikan dari berbagai sumber:

Tabel I

Indikator Instrument Kompetensi Kepribadian Guru

Variabel Indikator Item

(34)

7. Dekat dengan anak didik 12, 13 2

8. Memiliki jiwa yang tegas 14, 15 2

Jumlah Soal Angket 15 Soal

Tabel II

Indikator Instrumen Kompetensi Sosial Guru

Variabel Indikator Item

Angket

Jumlah Soal Angket 15 Soal

Tabel III

Indikator Instrumen Akhlaq Siswa

Variabel Indikator Item

(35)

larangan-Nya

Jumlah Soal Angket 15 Soal

e. Tehnik Analisis Data

Analisis data adalah suatu metode dengan cara menganalisis

data yang di peroleh untuk mencari ada tidaknya pengaruh kompetensi kepribadian dan sosial guru terhadap akhlaq siswa.

Penulis menggunakan analisis persentase menggunakan rumus:

F : Frekuensi yang sedang di cari prosentasenya

N : Jumlah siswa atau siswi

(36)

Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian guru terhadap akhlaq siswa dan pengaruh

kompetensi sosial guru terhadap akhlaq siswa adalah menggunakan

rumus product moment, sedangkan untuk mengetahui adakah

pengaruh persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian dan sosial guru terhadap akhlaq siswa digunakan rumus regresi ganda, karena dalam penelitian ini penulis menggunakan 3 variabel yang terbagi

dalam 2 kategori meliputi variabel independent atau variabel bebas

yaitu variabel pertama dan variabel kedua yakni kompetensi

kepribadian (X1), kompetensi sosial (X2) Sementara variabel ketiga

akhlaq (Y) merupakan variabel dependent atau variabel terikat.

Adapun rumus product moment, berdasar ini Sugiono (2010:

255) memberikan teknik analisis melalui rumus :

a) Mencari pengaruh X1 terhadap Y dengan cara sebagai berikut:

rX1Y = ∑ (∑ )(∑ )

√ ∑ (∑ ) ∑ (∑ )

Keterangan:

rX1Y = Angka indek Korelasi “r” Product Moment

N = Number of Cases

X1Y = Jumlah hasil Perkalian antara skor X1 dan skor Y

X1 = Jumlah seluruh skor X1

Y = Jumlah seluruh Y

(37)

rX2Y = ∑ (∑ )(∑ )

√ ∑ (∑ ) ∑ (∑ )

Keterangan:

rX2Y = Angka indek Korelasi “r” Product Moment

N = Number of Cases

X2Y = Jumlah hasil Perkalian antara skor X2 dan skor Y

X2 = Jumlah seluruh skor X1

Y = Jumlah seluruh Y

c) Mencari korelasi X1 dan X2

rX2Y = ∑ (∑ )(∑ )

√ ∑ (∑ ) ∑ (∑ )

d) Untuk menguji regresi ganda dengan mengkorelasikan ketiga

variabel dengan rumus sebagai berikut :

RX1X2Y = √

Keterangan :

R X1X2Y = Korelasi ganda antara X1 X2 dan Y

rX1Y = Korelasi antara rx1y

rX2Y = Korelasi antara rx2y

rX1X2 = Korelasi antara rx1x2

Analisis ini digunakan untuk mengecek diterima tidaknya

(38)

Setelah diperoleh hasil koefisien korelasi antara X dan Y atau diperoleh nilai Ha (hipotesis alternative) dikonsultasikan pada tabel

pada taraf 5% dan 1 %.

Apabila nilai Ho diperoleh sama atau lebih besar dari nilai Ha

maka hasilnya tidak ada signifikan, dengan demikian hipotesis dapat ditolak.

H. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, terdiri dari lima bab yang dapat

dijelaskan sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab I pendahuluan ini berisi tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, serta

sistematika penulisan skripsi. BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam bab II landasan teori ini diuraikan sebagai pembahasan

teori yang menjadi landasan teoritik penelitian, kemungkinan adanya pengaruh persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian dan

(39)

BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan dilaporkan hasil pengumpulan data yang

berkaitan dengan variabel penelitian, laporan gambaran umum mengenai lembaga pendidikan dan laporan angket data mengenai

persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian guru, kompetensi sosial guru dan akhlaq siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Tengaran Kabupaten Semarang.

BAB IV : ANALISIS DATA

Pada bab IV analisis data, akan dilakukan analisis terhadap

data yang terkumpul secara pentahapan, klarifikasi data, tabulasi data, penghitungan frekuensi dan prosentase serta regresi ganda untuk menjawab pokok-pokok masalah diatas.

BAB V : PENUTUP

Pada bab penutup akan menguraikan mengenai kesimpulan

(40)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Persepsi berasal dari bahasa inggris perception yang diambil dari

bahasa Latin “perceptio” yang berarti menerima atau mengambil. Dalam

Kamus Inggris Indonesia kata perception diartikan dengan “penglihatan”

atau “tanggapan”.

Sedangkan secara istilah para psikolog, para ahli psikologi berbeda-beda dalam mendifinisikan pengertian tersebut, diantaranya:

a. Slameto persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya peran atau

informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya..Hubungan ini

dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium (Slameto, 1995:105).

b. Dewi Salma Prawiradilga dan Eveline Siregar (2004:132) menyatakan

bahwa persepsi sebagai suatu proses di mana seseorang menyadari keberadaan lingkungannya serta dunia yang mengelilinginya.

c. Chaplin mengartikan persepsi sebagai proses mengetahui atau

(41)

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses psikologi yang didahului oleh penginderaan

berupa pengamatan, pengingat, dan pengidentifikasian suatu obyek. Jadi persepsi pada dasarnya menyangkut hubungan manusia dengan

lingkungannya, bagaimana ia mengerti dan menginterpretasikan stimulus yang ada di lingkungannya dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. Setelah individu menginderakan objek di lingkungannya,

kemudian ia memproses hasil pengindraannya itu, sehingga timbullah makna tentang objek itu.

2. Prinsip Dasar Persepsi

Beberapa prinsip dasar persepsi yang penting diketahui menurut Dewi (2004:133-134) yaitu:

a. Persepsi bersifat relatif

Prinsip relative menyatakan bahwa setiap orang akan memberikan

persepsi yang berbeda, sehingga pandangan terhadap sesuatu hal sangat tergantung dari siapa yang melakukan persepsi.

b. Persepsi bersifat sangat selektif

Prinsip kedua menyatakan bahwa persepsi tergantung pada pilihan, minat, kegunaan, kesesuaian bagi seseorang.

c. Persepsi dapat diatur

(42)

d. Persepsi bersifat subjektif

Persepsi seseorang dipengaruhi oleh harapan atau keinginan.

Pengertian ini menunjukkan bahwa persepsi sebenarnya bersifat subjektif.

e. Persepsi seseorang atau kelompok bervariasi, walaupun mereka berada

dalam situasi yang sama.

Prinsip ini berkaitan erat dengan perbedaan karakteristik individu,

sehingga setiap individu bisa mencerna stimuli dari lingkungan tidak sama dengan individu lian.

3. Proses Terjadinya Persepsi

Seseorang dapat mengenali suatu obyek berasal dari dunia luar dan ditangkap melalui inderanya, yakni bagaimana individu menyadari,

mengerti apa yang di indera. Oleh karena itu, proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan oleh Desmita (2010:117) yaitu:

a. Proses fisik atau kealaman, yaitu dimulai dengan obyek menimbulkan

stimulus dan akhirnya mengenai alat indera atau reseptor.

b. Proses fisiologis, yaitu stimulus yang diterima oleh alat indera

dilanjutkan oleh saraf sensorik ke otak.

c. Proses psikologis, yaitu proses yang terjadi dalam otak sehingga

(43)

Selain dipengaruhi oleh faktor internal, persepsi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu faktor stimulus dan lingkungan. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi seseorang terhadap sesuatu tidak muncul begitu saja dengan sendirinya, tetapi ada hal-hal yang

mempengaruhi. Oleh karena itulah persepsi yang dimiliki seseorang berbeda dengan orang lain, walaupun pada obyek yang sama.

Secara garis besar faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi

antara lain:

1. Faktor internal

Yaitu dari perilaku persepsi yang meliputi faktor biologis/jasmani dan faktor psikologis. Adapun faktor psikologis meliputi: perhatian, sikap, minat, pengalaman, dan pendidikan.

2. Faktor eksternal

Yaitu dari luar pelaku persepsi yang meliputi obyek sasaran dan

lingkungan di mana persepsi berlangsung (Desmita, 2010:120).

4. Peranan Persepsi

Persepsi menjadi landasan berfikir bagi seseorang dalam belajar,

persepsi dalam belajar berpengaruh terhadap :

a. Daya Ingat

(44)

memanfaatkan tanda-tanda visual, maka materi ajar menjadi lebih mudah dicerna dan mengendap dalam pikiran seseorang.

b. Pembentukan Konsep

Persepsi dapat dikembangkan tidak hanya melalui tanda visual,

tetapi dapat pula dibentuk melalui pengaturan kedalaman materi, spasi, pengaturan laju belajar, dan pengamatan. Kedalaman materi dapat diatur dengan cara memberikan contoh, respon terhadap jawaban yang

salah, latihan, ringkasan atau model penerapan.

c. Pembinaan Sikap

Interaksi antara pengajar sebagai narasumber dan pembelajar merupakan kunci dari pembinaan sikap. Pengajar atau guru sebagai komunikator berperan besar terhadap seseorang. Dalam persepsi, baik

pengajar maupun pembelajar memiliki persepsi masing-masing. Pengajar dapat membina sikap pembelajar jika ia berusaha untuk

menjadi panutan(role model) baginya. Makin akrab hubungan tersebut,

maka semakin mudah bagi pengajar untuk memengaruhi pembelajar. Dengan segala kemampuan inderanya, maka siswa berusaha untuk

(45)

B. Kompetensi Kepribadian Guru

1. Pengertian kompetensi kepribadian

Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual yang secara kaffah

membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi, dan profesionalisme (Mulyasa, 2008:26).

Dalam pengertian lain kompetensi merupakan suatu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan, ketrampilan, dan sikap

yang dinilai yang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian yang dapat diaktualisasikan dan diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi tertentu (Asmani, 2009:38)

Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa: “kompetensi

adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalannya.”

Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan

perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu, asal dilakukan secara sadar. Dan perbuatan yang baik sering sering dikatakan bahwa seseorang itu mempunyai kepribadian yang baik/akhlaq

(46)

yang tidak baik menurut pandangan masyarakat, maka dikatakan orang itu tidak mempunyai kepribadian yang baik atau mempunyai akhlaq yang baik

(Djamarah, 2000:40).

Kepribadian menunjuk pada organisasi sikap-sikap seseorang untuk

berbuat, mengetahui, berfikir, dan merasakan secara khusus apabila dia berhubungan dengan orang lain atau menanggapi suatu keadaan. Karena kepribadian merupakan abstraksi individu dan kelakuannya sebagaimana

halnya dengan masyarakat dan kebudayaan, maka ketiga aspek tersebut mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi satu dengan yang

lainnya. Kepribadian merupakan organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku individu. Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap dan lain-lain sifat yang khas

dimiliki seseorang yang berkembang apabila orang tadi berhubungan dengan orang lain (Roqib dkk, 2009:15).

Guru dalam bahasa Jawa adalah menunjuk pada seseorang yang harus digugu dan ditiru oleh semua murid dan bahkan masyarakatnya. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa

dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid. Seorang guru harus ditiru artinya seorang guru harus menjadi suri tauladan (panutan)

bagi semua muridnya. Guru adalah manusia yang memiliki kepribadian sebagai individu. Kepribadian guru seperti halnya kepribadian individu pada umumnya terdiri atas aspek jasmaniah, intelektual, sosial, emosional

(47)

suatu kesatuan yang utuh, memiliki cirri-ciri yang khas. Integritas dan kekhasan ciri-ciri individu terbentuk sepanjang perkembangan hidupnya,

yang merupakan hasil perpaduan dari cirri-ciri dan kemampuan bawaan

dengan perolehan dari lingkungan dan pengalaman hidupnya

(Sukmadinata, 2004:252).

Sedangkan pengertian kompetensi kepribadian guru dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan

bahwa yang dimaksud kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi

teladan bagi peserta didik, dan berakhlaq mulia. Kompetensi kepribadian guru sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta didik. Oleh karena itu guru dituntut untuk memiliki

kompetensi kepribadian yang memadai, bahkan kompetensi ini menjadi landasan bagi kompetensi-kompetensi lainnya. Dalam hal ini, guru tidak

hanya dituntut untuk mampu memaknai pembelajaran, tetapi dan yang paling penting adalah bagaimana ia menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta

didik.

2. Karakteristik kompetensi kepribadian guru

Kepribadian guru adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia. Seperti yang telah dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No 19 Tahun

(48)

dikemukakan bahwa seorang guru harus memiliki kepribadian yang mantab, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa serta guru harus bisa

memberikan teladan bagi peserta didiknya dan juga berakhlaq mulia, karena pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap

keberhasilan pendidikan khususnya dalam pembelajaran dan dalam kepribadian peserta didiknya.

Kepribadian menurut Zakiah Darajat disebut sebagai sesuatu yang

abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, atau ucapan ketika menghadapi suatu persoalan.

Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian seseorang, selama hal tersebut

dilakukan dengan penuh kesadaran. Setiap perkataan, tindakan dan tingkah laku positif akan meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang.

Begitu naik kepribadian seseorang, maka naik pula kepribadian orang tersebut (Darajat, 2006:225).

Guru yang memiliki kompetensi kepribadian adalah guru yang

memiliki ciri-ciri sekurang-kurangnya sebagai berikut:

a. Memiliki kepribadian yang bertanggung jawab

Tanggung jawab adalah perasaan kuat yang disertai kebulatan tekad untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Tanggung jawab tidak hanya berhubungan dengan manusia, tetapi juga pada Allah

(49)

terhadap tugas yang diembannya. Tanggung jawab seorang guru adalah mengajar dan sekaligus mendidik. Ia harus disiplin, jujur, rajin

beribadah, dan sungguh-sungguh dalam memahamkan anak. Ia setiap saat mengembangkan diri agar anak didik tidak ketinggalan informasi

dan pengetahuan (Asmani, 2009:118-119).

Guru yang bertanggung jawab selalu datang tepat waktu, tidak izin kalo tidak dalam kondisi darurat, pasti menyertakan tugas, siap

mengerjakan administrasi dan selalu melampaui standar kerja yang diberikan. Ia ingin mengabdi kepada bangsa dan negara dengan

menjadi guru professional.

Tanggung jawab adalah fenomena batin, ia dilihat dari sikap perilaku lahirnya. Kalau dalam keadaan apapun ia memprioritaskan

tugasnya dengan penuh kesungguhan, tanpa pamrih, maka dalam jiwanya tertanam tanggung jawab besar dalam menunaikan tugas.

Tanggung jawab menjadi poin pertama kepribadian yang mutlak ada pada guru yang membuatnya siap melakukan tugas mengajar demi keberhasilan anak didik. Persyaratan administrasi sebagai penunjang

semangat, karena dalam dirinya sudah tertanam tanggung jawab besar dalam mengemban amanah bangsa (Jamal, 2009:120).

b. Memiliki kepribadian yang disiplin

Banyak peserta didik yang melakukan tindakan yang kurang senonoh di masyarakat, terlibat vcd porno, narkoba, dan pelanggaran

(50)

peserta didik harus belajar disiplin, dan gurulah yang harus memulainya, sebagai guru dia harus memiliki pribadi yang disiplin.

Hal ini penting karena masih sering kita menyaksikan dan mendengar peserta didik yang perilakunya tidak sesuai bahkan

bertentangan dengan sikap moral di masyarakat. Misalnya merokok, rambut gondrong, suka membolos, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, membuat keributan di dalam kelas, berani melawan guru,

berkelahi, bahkan tindakan yang menjurus pada hal-hal yang bersifat kriminal.

Dengan kata lain masih sering dijumpai banyak dari peserta didik yang tidak disiplin, dan menghambat proses jalannya pembelajaran. Kondisi tersebut menuntutu guru untuk selalu bersikap

disiplin dalam segala tindakan dan perilakunya, serta senantiasa mendisiplinkan peserta didik agar dapat mendongkrak kualitas

pembelajaran.

Dalam dunia pendidikan, mendisiplinkan peserta didik harus dimulai dengan pribadi guru yang disiplin. Kita tidak bisa berharap

banyak akan terbentuknya peserta didik yang disiplin dari pribadi guru yang kurang disiplin. Oleh karena itu, sekaranglah saatnya kita

mendisiplinkan peserta didik dengan pribadi guru yang disiplin. Dalam hal ini disiplin harus ditujukan untuk membantu peserta didik menemukan diri, mengatasi, mencegah timbulnya masalah disiplin,

(51)

sehingga mereka mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan (Mulyasa, 2008:122).

c. Memiliki kepribadian yang adil, jujur dan obyektif

Adil, jujur dan obyektif dalam memperlakukan dan juga menilai

peserta didik dalam proses belajar mengajar merupakan hal yang harus dilaksanakan oleh seorang guru. Sifat-sifat ini harus ditunjang oleh penghayatan terhadap pengalaman nilai moral dan

nilai-nilai sosial budaya yang diperolehnya dari kehidupan bermasyarakat serta dari pengalaman belajar yang telah diperolehnya.

Sifat-sifat tersebut harus dimiliki oleh seorang guru guna mencapai hasil belajar mengajar yang sesuai dengan cita-cita, harapan, dan tujuan pendidikan sehingga mutu pendidikan yang diharapkan

dapat tercapai dengan baik (Jamal, 2009:112).

d. Tidak emosional

Stabilitas emosi sangat penting bagi guru karena kondisi siswa yang berbeda-beda, ada yang mudah diatur dan ada yang sulit, ada yang sengaja memancing emosi guru dan ada yang menggerutu dari

belakang. Jangan sampai guru terpancing emosi karena akan berakibat fatal. Alangkah malunya kita melihat berita di televisi berita seorang

guru berurusan dengan polisi gara-gara memperlakukan peserta didik dengan kekerasan. Hal ini jangan sampai terjadi. Sanksi fisik sebisa mungkin dihindari diganti dengan sanksi yang mendidik dan

(52)

shalat, membaca Al-Qur’an, membaca shalawat, mengerjakan tugas di depan kelas, dan lain-lain. Jangan sampai main pukul, menendang,

menjelek-jelekkan, dan hal-hal lain yang menyakitkan perasaan dan fisik anak didik. Wibawa seorang guru akan hilang dengan tindakan

emosional sehingga ia tidak mampu memberikan inspirasi bagi anak didik.

Orang tua wali murid akan marah jika anaknya diperlakukan

dengan keras. Nama baik guru di tengah masyarakat tercemar dan lembaga bisa menjadi taruhannya, karena masyarakat akan enggan

memasukkan anaknya ke sekolah yang diajar guru emosional. Dampak negatif ini harus disadari guru sehingga sedini mungkin menghindari cara-cara kekerasan dalam menangani kesalahan dan

keteledoran anak (Asmani, 2009:120-121).

e. Menjadi teladan bagi peserta didik

Karena tugas guru adalah mengajar sekaligus mendidik, maka keteladanan dari seorang guru menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar. Keteladanan merupakan senjata mematikan yang sulit

untuk dilawan. Keteladanan bagaikan anak panah yang langsung mengenai sasaran. Keteladanan menjadi senjata ampuh yang tidak

bisa dilawan dengan kebohongan, rekayasa, dan tipu daya.

(53)

karena itu keteladanan menjadi perisai budaya yang sangat tajam yang bisa mengubah sesuatu secara cepat dan efektif (Asmani, 2010:79).

Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan oleh guru akan mendapat sorotan dari peserta didik serta orang di sekitar

lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 44 sebagai berikut:

ْوَسْنَ تَو ِِّبِْلاِب َساَّنلا َنوُرُمْأَتَأ

َنوُلِقْعَ ت لََفَأ َباَتِكْلا َنوُلْ تَ ت ْمُتْ نَأَو ْمُكَسُفْ نَأ َن

Artinya: “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir”?

(Departemen Agama RI, 2007: 7)

Secara teoritis, menjadi teladan merupakan bagian integral dari

seorang guru, sehingga menjadi guru berarti menerima tanggungjawab untuk menjadi teladan. Memang setiap profesi mempunyai

tuntutan-tuntutan khusus, dan karenanya bila menolak berarti menolak profesi itu. Pertanyaan yang timbul adalah: apakah guru harus menjadi teladan baik di dalam melaksanakan tugasnya maupun dalam seluruh

kehidupannya?

Dalam beberapa hal memang benar bahwa guru harus bisa

menjadi teladan di kedua posisi tersebut, tetapi jangan sampai hal tersebut menjadikan guru tidak memiliki kebebasan sama sekali. Guru juga manusia, dalam batas-batas tertentu, tentu saja memiliki berbagai

(54)

Guru yang baik adalah guru yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang dimilikinya, kemudian

menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan perlu diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya.

Dengan kata lain, guru yang baik adalah guru yang sadar diri, menyadari kelebihan dan kelemahannya (Mulyasa, 2008:127-128).

f. Lemah lembut

Lemah lembut adalah cermin hati yang penyayang dan penuh penghormatan. Jiwa lemah lembut seorang guru membuat murid

menjadi segan, senang dan hormat. Seorang guru yang berbicara sopan kepada muridnya akan dikenang murid dan membekas dalam hatinya. Guru yang suka menasehati, memperlakukan anak didik

seperti anaknya sendiri dan menolong kebutuhan muridnya akan dicintai. Berbeda dengan guru yang kasar, ia dibenci murid-muridnya

dan dijadikan bahan gunjingan. Pengajaran yang diajarkan tidak efektif, karena dalam hati murid-murid tidak menerimanya sehingga kesal, namun mereka tidak berani mengungkapkannya. Oleh karena

itu, seorang guru harus bersikap lemah lembut, jangan sampai kasar

(Ma’mur, 2009:120-121).

g. Dekat dengan anak didik

Kedekatan membawa efek positif bagi pembelajaran. Kedekatan akan menciptakan hubungan batin dan keakraban dalam bergaul.

(55)

dihadapi kepada guru. Lewat kedekatan inilah murid akan tahu kebijakan guru, sikap perilaku guru, dan sepak terjang guru. Dari sana

inspirasi untuk meniru dan mengembangkan apa yang ada pada guru dapat muncul (Asmani, 2009:124).

h. Memiliki jiwa yang tegas

Seorang guru harus harus tegas, adil, dan tidak boleh membeda-bedakan. Jangan sampai menakut-nakuti dengan sesuatu yang tidak

layak, misalnya diancam dikeluarkan dari sekolah, dipanggil orang tuanya dan ancaman-ancaman kasar lainnya.

Tegas dalam artian tidak plin plan, konsisten menegakkan aturan dan berani bertanggung jawab terhadap perbuatan yang dilakukan. Misalnya, anak didik harus memasukkan baju semua, memakai ikat

pinggang, maka guru harus menerapkan aturan tersebut secara tegas sehingga ada kewibawaan dan anak didik menghormati.

Tentu keteladanan menjadi kunci utama dalam menegakkan aturan, kalau hanya bisa memberikan sanksi, sementara guru sendiri melanggar, maka akan ditertawakan oleh anak didik. Walaupun guru

harus tegas, tetapi cara yang dilakukan tetap tidak boleh kasar. Tegas bukan identik kasar, tegas bisa dengan pendekatan humanis, persuasif,

(56)

3. Pentingnya kompetensi kepribadian guru

Kompetensi kepribadian guru sangatlah penting dan harus dimiliki

oleh seorang guru, karena pribadi yang ada dalam diri seorang guru selalu dilihat dan ditiru oleh peserta didik. Oleh karena itu guru harus berani

tampil beda, harus percaya diri, dan berbeda dengan pribadi yang lain yang bukan berprofesi sebagai guru. Penampilan guru menjadi pesona bagi peserta didiknya, sebab penampilan guru juga dapat menjadikan siswa

senang belajar, dapat membuat siswa betah di kelas, tetapi sebaliknya juga dapat menjadikan siswa malas belajar bahkan malas masuk kelas

seandainya penampilan gurunya acak-acakan. Di sinilah pentingnya kompetensi guru, karena guru harus menampilkan sosok pribadi yang berbeda dengan yang lainnya agar dapat ditiru dan diteladani oleh peserta

didiknya.

Banyak peserta didik yang berharap bahwa guru bisa menjadi

teladan bagi peserta didik baik dalam pergaulan di sekolah maupun di masyarakat. Beberapa sikap guru yang kurang disenangi oleh peserta didik antara lain guru yang sombong (tidak suka menegur atau tidak mau ditegur

ketika bertemu di luar sekolah), guru yang suka merokok, memakai baju yang tidak rapi, sering datang terlambat dan masih banyak lagi yang

lainnya, dan itu semua pastinya akan menghambat proses belajar peserta didik, karena ketidak tertarikan atas pribadi guru tersebut. Oleh karena itu sangatlah penting seorang guru itu memiliki kompetensi kepribadian. Jadi

(57)

menyenangkan bagi peserta didik, agar senantiasa dapat mendorong mereka untuk semangat belajar, yang semuanya itu akan berpengaruh pada

prestasi belajar mereka.

Kepribadian guru itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi

pendidik dan pembina yang baik bagi peserta didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik. Oleh karena itu, setiap calon guru professional sangat diharapkan dapat memahami

bagaimana karakteristik (ciri khas) kepribadian dirinya yang diperlukan sebagai panutan para siswanya. Yaitu seorang guru yang memiliki

karakteristik pribadi yang mantab, stabil dan dewasa, yang disiplin, arif dan berwibawa, pribadi yang bisa dijadikan teladan dan memiliki akhlaq mulia bagi seluruh peserta didiknya.

Manusia adalah makhluk Tuhan yang memiliki keterbatasan dan kelemahan masing-masing, maka seorang guru juga mempunyai strategi

untuk mengatasi keterbatasan dan kelemahannya tersebut. Berbagai strategi dapat digali dan ditumbuhkan dari guru itu sendiri maupun melalui proses rekayasa dari pihak lain. Begitu pula halnya yang berhubungan

dengan kompetensi kepribadian, agar keadaannya tetap optimal dan semakin mantap, jelas upaya strategi peningkatannya.

(58)

terhadap masyarakat perlu semakin ditingkatkan yang salah satunya adalah dengan langkah melalui peningkatan kompetensi profesional guru.

C. Kompetensi Sosial Guru

1. Pengertian kompetensi sosial

Kompetensi sosial guru adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan

peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar (Undang-Undang RI, 2005:3). Dalam pengertian

lain kompetensi sosial guru adalah kemampuan seorang guru untuk memahami dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengembangkan tugas sebagai anggota

masyarakat dan warga negara (Asmani, 2009:141).

Jadi dapat disimpulkan kompetensi sosial guru adalah

kemampuan dari seorang guru untuk berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali, bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar, serta

mampu menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara fungsional.

Guru adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak bisa terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya, oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang

(59)

terbatas pada pembelajaran di sekolah tetapi juga pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung di masyarakat (Asmani, 2009:149). Sehubungan

dengan itu, dalam bab ini dibahas secara khusus tentang kompetensi sosial, dengan harapan bahwa guru akan mampu memfungsikan dirinya

sebagai makhluk sosial di masyarakat dan lingkungannya, sehingga mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik serta

masyarakat sekitar.

2. Karakteristik Kompetensi Sosial Guru

Guru adalah makhluk sosial, yang kehidupannya tidak bisa terlepas dari sosial masyarakat dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama kaitannya

dengan pendidikan yang tidak terbatas pada pembelajaran di sekolah tetapi juga pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung dimasyarakat.

Kompetensi sosial seorang guru merupakan modal dasar bagi guru yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas keguruannya secara professional. Kegiatan pendidikan pada dasarnya merupakan kekhususan

komunikasi antara guru dan siswa (Samana, 1994:54). Dengan demikian seorang guru harus memiliki karakteristik kompetensi sosial yaitu:

a. Mampu berkomunikasi dengan peserta didik

Komunikasi seorang guru dengan peserta didik merupakan hal utama untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Guru

(60)

dengan peserta didik serta mampu menentukan kata-kata yang tepat dalam memberi penjelasan kepada siswa, khususnya saat proses

kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, sebaiknya guru menyusun perkataan yang komunikatif serta santun untuk pembelajaran yang

berkesan dan bermakna. Jika seorang guru tidak mampu untuk berkomunikasi secara baik dengan peserta didik, maka materi yang harus disampaikan kepada peserta didik akhirnya tidak jelas

tersampaikan yang mengakibatkan peserta didik kebingungan dan tidak mengerti dengan apa yang disampaikan/dijelaskan guru

(Mulyasa, 2008:176).

b. Mampu berkomunikasi dengan sesama pendidik dan tenaga

kependidikan

Guru harus bisa berkomunikasi dengan elemen-elemen pendidikan, baik terhadap sesama guru, pimpinan, pegawai, maupun

karyawan di sekolah secara baik. Mereka adalah patner dan mitra kerja dalam menjalankan dan mengembangkan dunia pendidikan. Dengan komunikasi yang baik dan lancar, guru akan menjadi bagian

dari tim besar yang dimaksimalkan untuk kemajuan dunia pendidikan. Jika guru tidak mampu membangun pola komunikasi yang baik,

maka akan mengganggu proses pendidikan yang dijalankan. Ia akan menghadapi banyak masalah, dan merasa seperti orang asing dari kehidupan sosial. Oleh sebab itu, ia harus berlatih membangun pola

Gambar

Tabel I
Tabel III Indikator Instrumen Akhlaq Siswa
Tabel IV Data Guru SMP N 2 Tengaran
Tabel V
+7

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang dibahas yaitu bagaimana meningkatkan pemahaman siswa kelas IX SMP Negeri 2 Belik setelah pembelajaran menggunakan teknik membaca retensi dan

Untuk mengetahui kemampuan menyimpulkan isi berita dengan menggunakan media visual (buku pelajaran) pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Stabat Tahun

Dalam penelitian ini permasalahan yang diangkat adalah bagaimana persepsi guru non-Penjasorkes terhadap kompetensi guru Penjasorkes tingkat SMP Negeri Se-Kecamatan Lasem

KETERAMPILAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2014/2015”..

( Pada Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatirogo. Tahun

Penelitian tentang representasi kekuasaan pada tindak tutur guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia Kelas VIII A SMP Negeri 10 Kotabumi tahun pelajaran

Penelitian tentang representasi kekuasaan pada tindak tutur guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia Kelas VIII A SMP Negeri 10 Kotabumi tahun pelajaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; 1) Bagaimana peran orang tua siswa MI Al Iman Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014, 2) Bagaimana kompetensi profesional guru MI