• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panduan Pelingkupan Dalam AMDAL pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Panduan Pelingkupan Dalam AMDAL pdf"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PANDUAN PELINGKUPAN dalam AMDAL

Diterbitkan oleh

Deputi Bidang Tata Lingkungan - Kementerian Negara Lingkungan Hidup

dengan dukungan

Danish International Development Agency (DANIDA)

melalui

Environmental Sector Programme Phase 1

(2)

ii Panduan Pelingkupan dalam AMDAL

Pengarah

Hermin Roosita, Sri Wahyuni Herly, Ary Sudijanto, Muham-mad Askary (Kantor Asisten Deputi Kajian Dampak Lingkungan, Deputi Bidang Tata Lingkungan, KLH)

Penyusun

Qipra Galang Kualita, yang terdiri dari: Isna Marifa, Rudy Yuwono, M. Taufiq Afiff, Eka Jatnika Sundana (konsep & tulisan), M. Taufik Sugandi, Zarkoni (tata letak & desain grafis), M. Nuraman Sjach (dukungan editorial)

Apresiasi

Untuk Pendanaan: Danish International Development Agency (DANIDA) melalui Environmental Sector Program (ESP) Phase 1.

Untuk Masukan dan Substansi: Dr. Prastowo (PPLH-IPB), Dr. Erry N. Megantara (UNPAD), Dr. Dadang Purnama (KLH).

Untuk Foto: Bayu Rizky Tribuwono (Qipra), Taufik Ismail (Qipra), Heri Wibowo (Green Planet Indonesia)

Diterbitkan Oleh

Deputi Bidang Tata Lingkungan

Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Gedung A Lantai 6

Jl. D.I. Panjaitan Kav 24, Kebun Nanas, Jakarta 13410 Telp/Faks (021) 85904925

PO BOX 7777 JAT 13000 e-mail: amdal@menlh.go.id Website: http:\\www.menlh.go.id

PENGANTAR

Pelingkupan merupakan tahap awal yang sangat penting

dalam proses AMDAL. Hasil pelingkupan yang tidak tepat

menyebabkan kajian ANDAL salah sasaran dan, pada

akhirnya, tidak membantu proses pengambilan keputusan

soal kelayakan lingkungan hidup maupun pelaksanaan

pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan hidup

oleh pemrakarsa.

Banyaknya kesalahpahaman dalam menjalankan proses

pelingkupan dan kajian ANDAL, mendorong Kementerian

Negara Lingkungan Hidup menerbitkan sebuah buku

pan-duan tentang pelingkupan. Buku panpan-duan ini diharapkan

dapat memperjelas konsep-konsep yang diperkenalkan

dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

8 Tahun 2006 (Permen LH 08/2006). Namun demikian,

disadari bahwa masih ada beberapa perbedaan pendapat

yang tidak dapat diselesaikan dalam buku ini.

Buku ini disusun berdasarkan sejumah diskusi tentang

pe-lingkupan yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir

serta diskusi intensif dengan sejumlah pakar pada tahun

2007. Sejumlah kajian pada literatur internasional dan

con-toh-contoh dokumen KA-ANDAL juga dilakukan sebagai

pendukung.

Penyusunan, pencetakan, dan penyebarluasan buku ini dapat

terlaksana berkat program kerjasama antara Pemerintah

Kerajaan Denmark (melalui DANIDA) dengan Pemerintah

Republik Indonesia, yaitu

Environmental Sector Program

Phase 1

.

Kami berharap para pelaku AMDAL dapat mengambil manfaat

dari buku ini. Sejumlah masukan dari para pembaca kiranya

dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penyempurnaan

buku ini di masa yang akan datang.

Jakarta, Desember 2007

Deputi Bidang Tata Lingkungan

Kementerian Negara Lingkungan Hidup

(3)

DAFTAR ISI

Tentang Buku Ini

... iv

Susunan Buku ... iv

1 Menentukan Lingkup ANDAL ...

1

Sekilas tentang AMDAL ... 2

Tujuan Pelingkupan ... 3

Langkah Kerja dalam Proses Pelingkupan ... 4

Input dan Output Pelingkupan ... 5

Penyusunan Dokumen KA-ANDAL ... 8

2 Mengenal Deskripsi Rencana Kegiatan ...

11

Esensi Mengenal Deskripsi Kegiatan ... 12

Informasi tentang Rencana Kegiatan ... 12

Penjelasan Permen LH 08/2006 ... 15

Tujuan Adanya Alternatif Rencana Kegiatan ... 15

Alternatif Rencana Kegiatan dalam Pelingkupan ... 16

3 Mengenal Rona Lingkungan Hidup ...

23

Esensi Rona Lingkungan Hidup ... 24

Informasi tentang Komponen Lingkungan ... 24

Penjelasan Permen LH 08/2006 ... 26

Tujuan Adanya Alternatif Lokasi Kegiatan ... 26

Alternatif Lokasi Kegiatan dalam Pelingkupan ... 27

Kegiatan Lain di Sekitar Lokasi ... 30

4 Pelingkupan Dampak Penting ...

35

Esensi Identifikasi Dampak Potensial ... 37

Menggunakan Alat Bantu dan Menampilkan Hasil ... 37

Esensi Evaluasi Dampak Potensial ... 41

Kriteria untuk Evaluasi Dampak Potensial ... 43

Esensi Klasifikasi dan Prioritas Dampak ... 45

Klasifikasi Dampak yang Akan Dikaji ... 45

Penentuan Prioritas Kajian ... 46

5 Pelingkupan Wilayah Studi dan Waktu Kajian ...

55

Pelingkupan Wilayah Studi ... 56

Pelingkupan Waktu Kajian ... 60

6 Menentukan Metode dan Pelaksana Studi...

65

Metode Studi ... 66

Menentukan Susunan Tim Studi AMDAL ... 70

(4)

iv Panduan Pelingkupan dalam AMDAL

MENGENAL DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN

MENGENAL RONA LINGKUNGAN HIDUP Pelingkupan adalah tahap paling awal dalam rangkaian

proses AMDAL. Tahapan ini sangat penting karena di tahap itulah dasar pemikiran dan lingkup kajian dampak lingkungan (ANDAL) akan ditentukan. Kekeliruan dalam melingkup akan menyebabkan kajian ANDAL menjadi tidak tajam, salah sasaran, dan juga boros dana dan waktu. Prakiraan dan evaluasi dampak yang dilakukannya menjadi kurang relevan dan kurang bermakna. Rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang dihasilkan berikutnya juga menjadi tidak tepat. Pendek kata, kesalahan dalam pelingkupan dapat membuat seluruh pekerjaan AMDAL menjadi sia-sia.

Buku ini meletakkan proses pelingkupan sebagai suatu tahapan yang umum dilakukan dalam perancangan suatu kajian ilmiah (scientific). Baik untuk AMDAL maupun untuk kajian ilmiah lainnya, pelingkupan akan memperjelas tujuan, batasan, dan pendekatan dari kajian yang akan dilakukan. Dengan dipahaminya esensi dasar pelingkupan, pembaca (dan pelaksana pelingkupan) tetap dapat melakukan pelingkupan dengan baik, walaupun aturan mengenai tata-laksana pelaksanaan AMDAL diubah.

Buku ini juga memberikan penjelasan tambahan untuk beberapa hal baru yang tercantum dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Penjelasan tambahan ini diberikan untuk mengurangi kesalahpahaman yang terjadi saat ini dan membantu penerapan konsep-konsep yang diperkenalkan dalam aturan ini.

Buku ini ditujukan untuk siapapun yang akan melakukan proses pelingkupan, baik dari pihak konsultan, pemrakarsa, maupun pemerintah. Penjelasan dalam buku ini mungkin juga bermanfaat bagi pihak yang memeriksa hasil pelingkupan atau dokumen Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL).

TENTANG BUKU INI

Bab 3 berisi ulasan mengenai jenis dan sumber informasi rona lingkungan awal yang dapat dimanfaatkan dalam tahap pelingkupan. Dalam bab ini, pembaca dapat mempelajari makna dari ‘tujuan mengkaji alternatif lokasi dalam AMDAL dan pelingkupan’ dan ‘mengkaji kegiatan lain di sekitar lokasi’ yang diminta dalam Permen LH 08/2006. Di akhir bab ini, sebuah textbox digunakan untuk membahas bagaimana hasil konsultasi masyarakat dapat dimanfaatkan sebagai tambahan informasi untuk mengidentifikasi komponen ling-kungan hidup yang diperkirakan terkena dampak.

Buku ini dimulai dengan bab yang berjudul

Menentukan Lingkup ANDAL. Bab ini berisi ulasan sekilas tentang AMDAL yang juga mencakup definisi, tujuan, dan hasil dari proses pelingkupan. Ada juga bahasan mengenai sistematika dokumen KA-ANDAL di mana hasil-hasil pelingkupan dituliskan di dalamnya. Sebuah tabel ditampilkan dalam bab ini yang memperkenalkan esensi dasar dari masing-masing tahap pelingkupan.

Bab-bab selanjutnya dalam buku ini disusun sesuai dengan urutan langkah kerja dari suatu proses pelingkupan sebagaimana ditunjukkan dalam diagram berikut.

(5)

MENGENAL DESKRIPSI

AN

PELINGKUPAN DAMPAK PENTING

PELINGKUPAN WILAYAH

STUDI & WAKTU KAJIAN MENENTUKAN METODE

DAN PELAKSANA STUDI Bab 4 menjelaskan bagian pertama dari

proses pelingkupan, yaitu untuk ‘menentukan dampak penting yang akan dikaji dalam ANDAL’. Bab ini menjelaskan tahap-tahap dalam pelingkupan dampak penting, yaitu Identifikasi Dampak Potensial, Evaluasi Dam-pak Potensial, dan Klasifikasi dan Prioritas Dampak.

Bab 2 berisi ulasan mengenai informasi apa saja yang perlu diperoleh saat mengumpulkan dan mempelajari deskripsi rencana kegiatan. Termasuk di dalamnya juga ulasan mengenai kajian alternatif, khususnya yang terkait dengan ‘rencana kegiatan, sebagaimana dituntut oleh Permen LH 08/2006. Secara khusus, bagian ini mencoba meletakkan dasar pemikiran, tujuan, dan manfaat dari adanya alternatif rencana kegiatan dalam AMDAL.

Bab 6 menjelaskan secara garis besar un-sur-unsur dari penentuan metode studi dan pembentukan tim kajian AMDAL.

(6)

vi Panduan Pelingkupan dalam AMDAL

MENENTUK

AN

LINGKUP AND

AL

(7)
(8)

2 PanduanPelingkupan dalam AMDAL

SEKILAS TENTANG AMDAL

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah kajian lingkungan hidup yang digunakan untuk memprakirakan dampak penting terhadap lingkungan dari suatu rencana kegiatan. Hasil AMDAL dimaksudkan untuk memberi arahan bagi pihak perancang rencana kegiatan untuk mengendalikan dampak lingkungan yang diperkirakan terjadi. Dengan demikian, rencana kegiatan akan menjadi lebih ramah lingkungan dan lebih dapat diterima masyarakat sekitar. Hasil AMDAL juga menjadi dasar bagi pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang tentang suatu rencana kegiatan dan memberi jaminan kepada pemberi izin bahwa dampak lingkungan dari rencana kegiatan dapat dan akan ditanggulangi. AMDAL sebaiknya dilakukan pada tahap awal perencanaan rencana kegiatan, sebelum diselesaikannya rancang-bangun rinci (detailed engineering design), agar semua hasil AMDAL dapat menjadi masukan bagi rancang-bangun rinci.

Proses AMDAL akan menghasilkan 4 (empat) buah dokumen utama sebagai berikut (lihat Gambar 2).

Laporan Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL) 1.

menjelaskan lingkup kajian dampak lingkungan hidup yang akan dilakukan. Hasil penilaian dokumen KA-ANDAL adalah sebuah kesepakatan antara pemrakarsa dengan pemerintah tentang apa yang akan dikaji dalam tahap ANDAL.

Laporan Analisis Dampak Lingkungan Hidup 2.

(ANDAL) menuangkan hasil kajian antara lain tentang prakiraan dan evaluasi dampak penting yang dilakukan dalam studi ANDAL. Laporan ini ditutup dengan pembahasan tentang dampak-dampak yang dianggap penting serta arahan untuk pengelolaan dampaknya.

Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan 3.

Hidup (RKL) dikembangkan berdasarkan arahan dalam ANDAL dan berisi uraian tentang bagaimana dampak penting negatif akan diminimalisasi dan dampak penting positif akan

(9)

3 Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) berisi uraian tentang 4.

bagaimana dampak-dampak penting akan dipantau untuk memastikan bahwa pengaruhnya pada lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dapat teratasi.

Disamping itu, terdapat dokumen Ringkasan Eksekutif yang merupakan ringkasan dari dokumen ANDAL dan RKL/RPL. Dokumen Ringkasan Eksekutif, ANDAL, dan RKL/RPL digunakan sebagai dasar bagi intansi pemerintah yang berwenang untuk mengambil ke-putusan tentang layak-tidaknya suatu rencana kegiatan dari segi lingkungan hidup. Selain itu, dokumen-dokumen ini juga dimanfaatkan oleh pemrakarsa untuk merancang kegiatan yang berwawasan lingkungan.

Dokumen Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL) memegang peranan yang sangat penting dalam proses AMDAL karena dalam dokumen inilah pemrakarsa menuangkan niatnya melakukan kajian ANDAL dan menjelaskan apa saja yang akan dikaji. Untuk menentukan apa yang akan dikaji, akan dilakukan suatu tahap yang disebut pelingkupan.

TUJUAN PELINGKUPAN

Seperti halnya dengan kajian-kajian yang lain, kajian ANDAL membutuhkan fokus yang jelas, batasan yang pasti, dan mengikuti rambu-rambu yang disepakati. Fokus dan batasan itu ditentukan sebelum kajian dilaksanakan, yaitu pada tahap merancang kajian. Tanpa rancangan kajian yang jelas, kajian dampak lingkungan (ANDAL) berpotensi menjadi sebuah kajian tidak berarah yang kemudian tidak ada nilai dan manfaatnya. Rancangan kajian ANDAL itulah yang dikenal sebagai ‘lingkup studi ANDAL’ dan merupakan hasil proses pelingkupan. Dengan kata lain, pelingkupan bertujuan untuk merancang kajian ANDAL agar menjadi kajian yang tepat sasaran.

Pada umumnya, sebuah rancangan kajian ilmiah harus menjawab pertanyaan Apa yang dikaji? Dimana dan kapan kajian dilakukan? Bagaimana kajian akan dilakukan? Siapa saja yang terlibat dalam kajian? Oleh karena itu, rancangan suatu kajian ANDAL harus meliputi:

fokus kajian, terutama dampak-dampak

(10)

4 PanduanPelingkupan dalam AMDAL

Rancangan kajian ANDAL yang baik akan memberi manfaat tambahan bagi pelaksanaan AMDAL, yaitu dalam hal pemakaian biaya, tenaga, dan waktu secara efektif dan efisien.

Pada akhir proses Pelingkupan akan dihasilkan sejumlah pernyataan yang membentuk rancangan kajian ANDAL, yaitu:

pernyataan-pernyataan tentang dampak yang akan dikaji dalam ANDAL, dikenal

dengan sebutan “dampak penting hipotetik”. Dampak-dampak ini, berdasarkan hipotesa (dugaan awal), diperkirakan akan terjadi dan memerlukan kajian yang mendalam untuk membuktikan dugaan tersebut; dan

penentuan lokasi dan waktu kajian ANDAL yang menggambarkan wilayah-wilayah

dimana kajian terhadap dugaan dampak akan dilakukan serta faktor waktu yang berkaitan dengan kajian dampak.

Kedua hasil pelingkupan di atas kemudian dipakai untuk menentukan metodologi studi serta tenaga ahli yang akan dilibatkan dalam ANDAL.

LANGKAH KERJA DALAM PROSES PELINGKUPAN

Untuk melaksanakan proses pelingkupan, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No-mor 8 Tahun 2006 memaparkan sejumlah langkah kerja dalam bentuk tata-laksana. Gam-bar 3 menunjukkan alur proses pelingkupan sesuai dengan aturan pemerintah, khususnya Permen LH 08/2006.

(11)

Seluruh langkah kerja ini didasari oleh suatu proses berpikir yang baku dalam dunia penelitian ilmiah, yaitu bagaimana merancang suatu kajian. Dengan memahami esensi dari setiap langkah kerja maka tidak sulit untuk memahami apa yang perlu dilakukan pada setiap langkah kerja. Esensi proses pelingkupan cukup sederhana, sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini (Tabel 1).

Esensi proses pelingkupan ANDAL berlaku universal. Artinya, langkah kerja atau tata-laksana yang dianjurkan dalam peraturan pemerintah dapat berubah, namun esensi pelingkupan akan tetap sama. Oleh karena itu, buku ini akan menggunakan esensi proses pelingkupan sebagai titik-tolak pembahasan.

INPUT

DAN

OUTPUT

PELINGKUPAN

Setiap tahap yang tercantum dalam Gambar 2 menggunakan input (masukan) tertentu dan menghasilkan output (hasil) tertentu pula. Beberapa tahapan dapat menggunakan input

yang sama. Sedangkan masing-masing tahap akan menghasilkan output yang spesifik dan menjadi dasar bagi tahap selanjutnya. Tabel 2 menjabarkan input dan output dari masing-masing tahap di atas.

Dampak yang perlu atau akan dikaji dalam ANDAL harus dinyatakan secara lengkap karena informasi itu akan digunakan untuk merencanakan kajian ANDAL. Ada unsur-unsur informasi yang sebaiknya ditulis dalam pernyataan dampak hipotetik.

(12)

6 PanduanPelingkupan dalam AMDAL

Unsur-unsur ini berguna untuk membentuk rancangan kajian ANDAL atau dikenal sebagai “lingkup kajian ANDAL”, yang terdiri dari:

batas wilayah studi dan rentang waktu prakiraan dampak; 1.

metode penelitian yang diharapkan dapat membuktikan hipotesa tentang dampak 2.

yang dikaji;

(13)

kedalaman studi ANDAL, digambarkan sebagai jumlah sampel yang harus dikumpulkan 3.

dan dianalisis;

susunan tim AMDAL yang diperlukan untuk melakukan kajian dengan interaksi, 4.

metodologi, dan kedalaman studi di atas.

Unsur-unsur informasi yang sebaiknya ada dalam pernyataan dampak, serta manfaatnya untuk lingkup ANDAL, dijelaskan dalam Tabel 3 di bawah ini.

Dengan demikian, uraian dampak penting hipotetik merupakan satu kesatuan informasi yang mudah dipahami. Penyampaian pernyataan dampak dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti secara naratif dan dengan tabel atau butir-butir deskripsi singkat. Contoh diberikan di bawah ini.

A. Secara naratif

Kajian ANDAL harus/akan mencakup kajian tentang tingkat sedimentasi (Total Sus-pended Solid dalam air sungai) dan dampaknya terhadap kelangsungan budidaya ikan air tawar yang dimiliki penduduk yang mungkin terjadi di Sungai X di ruas dekat De-sa Ampar akibat kegiatan pembukaan lahan untuk rencana pembangunan kompleks perumahan Z. Peningkatan ini akan terjadi musim hujan. Dampak dapat berlangsung sejak tahap prakonstruksi (persiapan lahan) sampai dengan tahap konstruksi.

(14)

8 PanduanPelingkupan dalam AMDAL

B. Dengan tabel atau butir-butir deskripsi singkat - Sumber dampak: kegiatan pembukaan lahan - Penerima dampak: air Sungai X

- Lokasi dampak: Sungai X ruas dekat Desa Ampar - Parameter: Total Suspended Solid (TSS)

- Waktu kajian dilakukan: musim hujan

- Waktu terjadinya dampak: dari tahap prakonstruksi sampai tahap konstruksi

PENYUSUNAN DOKUMEN KA-ANDAL

Seluruh hasil pelingkupan harus dituliskan dalam dokumen Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL). Susunan dokumen ini telah ditetapkan dalam Permen LH 08/2006. Tabel 4 di bawah ini memperlihatkan sistematika bab dokumen KA-ANDAL serta memberi sedikit pen-jelasan mengenai isinya.

Buku panduan ini terfokus pada proses pelingkupan sehingga lebih banyak mengulas hal-hal yang relevan untuk Bab 2 dari dokumen KA-ANDAL.

(15)

Pelingkupan bertujuan untuk merancang kajian ANDAL agar menjadi kajian yang

1.

tepat sasaran. Karena, sebagaimana kajian ilmiah lainnya, ANDAL harus

mempu-nyai arah, fokus, dan lingkup yang tepat.

Pelingkupan menghasilkan sejumlah pernyataan sebagaimana diuraikan di bawah

2.

ini.

Dampak yang akan dikaji dalam ANDAL atau ‘dampak penting hipotetik’. Du-

gaan (hipotesis) awal menunjukkan bahwa dampak-dampak itu akan terjadi dan

memerlukan kajian mendalam untuk membuktikan dugaan tersebut.

Lokasi dan waktu kajian ANDAL yang menggambarkan wilayah di mana kajian

akan dilakukan serta faktor waktu yang berkaitan dengan kajian.

Pernyataan dampak sebaiknya meliputi unsur-unsur informasi berikut ini.

3.

Komponen rencana kegiatan yang diperkirakan menjadi dampak.

Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan terkena dampak.

Parameter yang harus dikaji dalam ANDAL.

Lokasi prakiraan awal sebaran dampak.

Waktu di mana dampak diperkirakan terjadi.

(16)

10 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL

MENGENAL DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN

MENGENAL RONA LINGKUNGAN HIDUP

MENGENAL DESKRIPSI

RENCANA KEGIA

TAN

(17)

MENGENAL DESKRIPSI

AN

PELINGKUPAN DAMPAK PENTING

PELINGKUPAN WILAYAH

STUDI & WAKTU KAJIAN MENENTUKAN METODE

(18)

12 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL

Deskripsi Rencana Kegiatan merupakan salah satu input utama yang perlu disiapkan sebelum proses pelingkupan dimulai. Pada dasarnya, rencana kegiatan adalah objek yang diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Jenis atau skala rencana kegiatan tersebut menyebabkan kegiatan itu masuk dalam daftar wajib-AMDAL sehingga harus dikaji dampaknya terhadap lingkungan.

ESENSI MENGENAL DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN

Tujuan langkah ini adalah untuk mengidentifikasi komponen kegiatan yang mungkin menjadi sumber dampak. Pada langkah ini, pelaksana kajian harus dapat mengenal seluruh komponen kegiatan dan mengidentifikasi setiap komponen atau aktivitas yang mungkin akan menimbulkan buangan atau, karena keberadaannya, akan mengubah bentuk atau fungsi lingkungan sekitar.

Komponen kegiatan yang mungkin menyebabkan dampak menjadi titik tolak proses pelingkupan. Dengan mengetahui karakteristik sumber dampak, interaksinya dengan kom-ponen lingkungan sekitar dapat dikenali pula.

Identifikasi sumber dampak ini dimaksudkan untuk mengetahui hal-hal berikut.

Bentuk dan karakteristik komponen kegiatan tersebut (aktivitas, fasilitas atau sarana

tertentu).

Tahap-tahap di mana kegiatan itu akan mengeluarkan buangan atau menimbulkan

perubahan dalam lingkungan. Lazimnya suatu rencana kegiatan yang terbagi menjadi tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca-operasi, masing-masing tahap mempunyai sumber-sumber dampak yang perlu dicermati.

Letak komponen kegiatan tersebut (di dalam tapak proyek).

Informasi tentang Rencana Kegiatan

Untuk dapat melakukan identifikasi sumber dampak, Pelaksana Kajian perlu mendapatkan informasi sebagai berikut.

Deskripsi ringkas rencana kegiatan. 1.

Rencana lokasi kegiatan, termasuk estimasi luas lahan yang dibutuhkan. 2.

Deskripsi proses utama, termasuk perkiraan besarannya, kapasitas,

3. input, dan output.

Sumber daya yang digunakan (bahan, air, energi, dan lain-lain) dan perkiraan 4.

besarnya.

Limbah yang akan dihasilkan, jenis, dan perkiraan besarnya. 5.

Rencana mitigasi dampak yang sudah direncanakan dari awal (terintegrasi dalam 6.

(19)

Sumber informasi utama tentang rencana kegiatan adalah dokumen-dokumen perencanaan yang disusun dan dimiliki oleh Pemrakarsa tentang kegiatan yang sedang direncanakan. Contohnya adalah studi kelayakan (feasibility study), rencana umum, atau rancang-bangun (engineering design) – tergantung dokumen mana yang telah tersedia saat proses AMDAL dimulai1. Dokumen-dokumen ini memiliki data, diagram, peta, tabel, dan informasi lain yang

bermanfaat untuk mengenal komponen kegiatan yang mungkin menjadi sumber dampak.

Jika sebagian informasi belum tersedia, informasi tersebut dapat diperoleh dari deskripsi kegiatan sejenis (deskripsi tipikal), misalnya untuk nomor 3, 4, 5, dan 6 di atas. Deskripsi tipikal adalah informasi umum tentang jenis kegiatan serupa yang dapat dikumpulkan dari 1) standar industri yang telah berlaku secara nasional atau internasional, 2) pengalaman pemrakarsa dengan kegiatan serupa sebelumnya, dan 3) bahan pustaka (literatur atau internet) tentang jenis kegiatan tersebut. Sebagian besar jenis kegiatan yang dikaji dalam AMDAL sudah pernah dilakukan di Indonesia sehingga banyak informasi tipikal yang dapat diakses.

Jika memang informasi tipikal yang digunakan dalam pelingkupan, pada tahap kajian ANDAL nanti, informasi rencana kegiatan perlu diperbarui dengan deskripsi yang khusus tentang rencana kegiatan yang diajukan. Hal ini perlu karena saat melakukan pendugaan dan evaluasi dampak, informasi tentang rencana kegiatan harus akurat dan spesifik, sehingga prakiraan dampaknya juga dapat dipertanggungjawabkan. Namun, jika informasi ini tidak tersedia, hasil kajian ANDAL sebaiknya dipakai sebagai masukan untuk desain yang lebih rinci.

Pemrakarsa memegang peranan utama dalam menjelaskan rencana kegiatan kepada Pelaksana Kajian. Jika informasi dari pemrakarsa dirasakan kurang memadai, Pelaksana Kajian harus melibatkan seorang pakar yang ahli di bidang rencana kegiatan tersebut. Peran pakar tersebut adalah membantu anggota tim Pelaksana Kajian untuk memahami komponen-komponen rencana kegiatan tipikal agar dapat mengidentifikasi sumber dampak.

Saat mempelajari deskripsi kegiatan, Pelaksana Kajian juga perlu mengetahui beberapa hal mendasar dari pemrakarsa, yaitu hal-hal berikut ini.

Proses perencanaan atau kajian-kajian lain yang telah dan sedang dilakukan pemrakarsa

sehubungan dengan rencana kegiatan tersebut. Pada umumnya, pemrakarsa telah menjalani sebagian dari proses perencanaan konvensional. Walaupun untuk setiap sektor berbeda, proses perencanaan biasanya terdiri dari sebuah kajian umum yang melandasi keputusan pemrakarsa untuk maju dengan rencana kegiatan (seperti pre-feasibility study atau feasibility study), sebuah kajian yang membuat rancangan makro dari kegiatan tersebut (seperti masterplan, di beberapa sektor), dan sebuah kajian yang membuat rancangan teknis yang rinci (seperti detailed engineering design di beberapa sektor). Selain itu, terkadang pemrakarsa telah melakukan kajian-kajian

1 Pemerintah menganjurkan AMDAL dilaksanakan pada tahap studi kelayakan. Harapannya adalah bahwa hasil prakiraan dampak lingkungan (ANDAL) dapat

(20)

14 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL

spesifik tentang lingkungan sekitar, seperti environmental baseline study, environmental risk assessment, atau kajian lingkungan untuk lembaga keuangan internasional, dan sebagainya. Pelaksana Kajian perlu memahami hubungan dan keterkaitan antara kajian-kajian diatas dengan AMDAL yang akan segera dimulai. Keterkaitan yang dimaksud adalah adanya kemungkinan hubungan timbal-balik antara informasi dalam kajian-kajian tersebut dengan informasi yang dibutuhkan atau dihasilkan proses AMDAL. Hubungan timbal-balik ini perlu dipahami dan dibahas dengan pemrakarsa agar terjalin mekanisme yang efektif.

Alasan pemrakarsa ingin mengembangkan rencana kegiatan dan tujuan yang ingin

dicapai. Misalnya, pembangunan fasilitas publik pasti didasari oleh kebutuhan masyarakat untuk suatu layanan atau fasilitas tertentu. Pemrakarsa mempunyai alasan memilih rencana kegiatan sebagai cara memenuhi kebutuhan tersebut. Sedangkan untuk pembangunan pabrik atau fasilitas lain untuk kepentingan komersial juga didasari oleh permintaan pasar yang dapat dipenuhi oleh pemrakarsa. Pilihan pemrakarsa untuk mengembangkan rencana kegiatan juga mempunyai alasan dan pertimbangan tertentu. Hal ini perlu dipahami untuk melandasi pembahasan tentang alternatif yang dikaji dalam ANDAL (jika ada).

Kedua hal ini harus dijelaskan dalam Bab 1 dokumen KA-ANDAL.

CONTOH KASUS:

PELAKSANAAN KA-ANDAL DALAM PROSES PERENCANAAN

RENCANA KEGIATAN

BP Indonesia melakukan pelingkupan (dan penyusunan KA-ANDAL) untuk Proyek Pengembangan Lapangan Gas LNG Tangguh bersamaan dengan tahap Rekayasa Dasar (Front End Engineering Design). Berikut diuraikan tahap-tahap perencanaan proyek secara umum berikut tahun pelaksanaannya.

• Kajian konseptual (Conceptual Engineering Study). Tujuan: Menentukan kelayakan ekonomi dan teknis serta strategi pelaksanaan proyek selanjutnya. Mencakup optimalisasi teknologi LNG, strategi pembangunan fasilitas lepas pantai, strategi pengembangan sumur, dan pengelolaan cadangan gas. 1996-1998.

• Persiapan rekayasa dasar (Front End Engineering Design Preparation). Berbagai kajian teknik untuk menentukan teknologi yang cocok pada rancang-bangun proses dan peralatan utama kilang serta mengumpulkan berbagai data rinci dari lokasi kilang yang dipilih. 1998-2000.

• Rekayasa dasar (Front End Engineering Design). Mencakup optimalisasi teknologi proses yang dipilih, pembuatan rancang-bangun fasilitas-fasilitas, sehingga masalah teknis dapat diatasi dan risiko teknis dapat ditekan serendah mungkin. FEED Kilang LNG 2000-pertengahan 2001. FEED Fasilitas Produksi Gas 2001-2002.

Proses di atas diikuti oleh Persiapan Konstruksi (Engineering, Procurement, and Construction) dan Pelaksanaan Konstruksi(Engineering, Procurement, and Construction).

Dokumen KA-ANDAL disetujui pada bulan Mei tahun 2001.

(21)

PENJELASAN PERMEN LH 08/2006

Permen LH 08/2006 (Lampiran I, Pedoman Penyusunan KA-ANDAL, B. Sistematika Penyusunan Kerangka Acuan, Bab 2, 2.1 Bagian b) menekankan pentingnya kajian alternatif. Bagian ini akan memberi penjelasan tentang makna dan pendekatan untuk mengkaji alternatif rencana kegiatan. Alternatif yang berhubungan dengan lokasi kegiatan akan dibahas di Bab 3.

Tujuan Adanya Alternatif Rencana Kegiatan

Proses perencanaan kegiatan biasanya merupakan proses bertahap di mana, pada setiap tahap, pemrakarsa harus mengkaji sejumlah alternatif konsep kegiatan. Pada tahap awal perencanaan, alternatif yang dikaji sifatnya makro (berhubungan dengan desain dasar kegiatan) dan di tahap perencanaan seterusnya, alternatif yang dipertimbangkan sifatnya lebih mikro atau rinci.

Pada setiap tahap perencanaan pemrakarsa harus memilih alternatif yang terbaik, yaitu alternatif yang menjanjikan keuntungan (finansial dan non-finansial) yang paling tinggi sekaligus memastikan risiko yang paling rendah. Pemilihan alternatif dilakukan secara hati-hati karena terkait dengan investasi, risiko-risiko teknis, dan ekonomis. Mengkaji alternatif dapat dilakukan dengan berbagai perangkat (tools) dan merupakan proses yang kompleks karena mempertimbangkan berbagai kriteria. Seringkali salah satu kriteria yang dipertimbangkan adalah besar-kecilnya dampak terhadap lingkungan hidup.

AMDAL adalah salah satu perangkat yang dapat digunakan untuk mendukung pertimbangan lingkungan2. Jika

AM-DAL digunakan untuk mendukung proses pemilihan alternatif, proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan juga akan mendapat manfaat. Hal ini disebabkan karena saat ada kajian alternatif dalam AMDAL, pengambil keputusan mendapat ruang untuk membandingkan dampak-dampak lingkungan dari setiap alternatif dan mendapat kesempatan untuk turut memilih alternatif dengan dampak yang paling kecil atau paling dapat diterima.

Jika hanya satu alternatif yang dikaji, pemrakarsa harus menanggung risiko bahwa usulan kegiatannya dinyatakan ”tidak layak lingkungan” dan tidak mendapat rekomendasi untuk pengurusan izin. Situasi demikian telah sering terjadi dan merugikan pemrakarsa karena biaya dan waktu pelaksanaan AMDAL yang terbuang sia-sia.

PRINSIP PENGELOLAAN DAMPAK

MELALUI AMDAL

AMDAL mempunyai filosofi dasar bahwa dampak lingkungan tidak mutlak terjadi jika ada perhatian pada faktor lingkungan di tahap perencanaan. AMDAL berlandaskan 3 (tiga) prinsip, yaitu mencegah, meminimalisasi, dan mengendalikan.

• Mencegah dampak (avoidance) – bahwa suatu dampak dapat dicegah dengan merancang, dari awal, kegiatan yang berwawasan lingkungan.

• Minimalisasi dampak (minimization) – bahwa jika suatu dampak tidak dapat dicegah, dampak tersebut dapat ditekan besaran dan/atau sebarannya.

• Pengendalian dan/atau kompensasi dampak (mitigation and/or compensation) – bahwa jika suatu dampak tidak dapat dicegah dan tidak dapat diminimalisasi, dampak tersebut dapat dikendalikan dengan pendekatan teknologi dan/atau pengelolaan yang baik atau dengan pemberian kompensasi kepada mereka yang terkena dampak tersebut.

Semakin awal AMDAL dilakukan, semakin banyak dampak yang dapat dicegah dan diminimalisasi. Pelaksanaan AMDAL di tahap akhir perencanaan hanya memberi peluang untuk pengendalian dan/atau kompensasi terhadap dampak.

2 Perangkat lain juga dapat digunakan untuk mengkaji alternatif berdasarkan dampak lingkungan. Di banyak sektor, pertimbangan lingkungan sudah terintegrasi

(22)

16 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL

Alternatif Rencana Kegiatan dalam Pelingkupan

Peraturan menganjurkan agar proses pelingkupan menyertakan alternatif yang sedang dipertimbangkan pemrakarsa. Alternatif rencana kegiatan yang dimaksud dapat terdiri dari alternatif:

proses atau teknologi yang digunakan;

input

atau bahan yang digunakan;

tata-letak bangunan atau sarana pendukung;

pendekatan pengendalian atau pengelolaan dampak; dan

penjadwalan atau pentahapan kegiatan.

Setiap alternatif memiliki komponen kegiatan yang berbeda sehingga dapat mengakibatkan dampak yang berbeda terhadap lingkungan hidup. Misalnya, PLTU yang menggunakan bahan-bakar batubara akan menghasilkan limbah (dan dampak turunan) yang berbeda dengan bahan-bakar gas alam. Oleh karena itu, setiap alternatif yang sedang dipertimbangkan oleh pemrakarsa patut menjadi bagian dari kajian AMDAL.

Dalam melakukan pelingkupan, Pelaksana Kajian harus dapat menangkap alternatif apa saja yang masih menjadi bahan pertimbangan pemrakarsa lalu menyertakan alternatif-alternatif tersebut dalam proses menentukan lingkup kajian ANDAL. Setiap alternatif yang dikaji akan mempunyai konsekuensi pada pendugaan dampak, penentuan wilayah studi, penentuan waktu kajian, dan pemilihan metode studi dan tenaga ahli yang dibutuhkan untuk kajian.

(23)

Gambar 4. Implikasi alternatif rencana kegiatan pada proses pelingkupan

(24)

Kajian alternatif dalam pelingkupan harus meliputi:

identifikasi

sumber dampak untuk setiap alternatif komponen kegiatan; pengenalan

komponen lingkungan yang mungkin terkena dampak untuk setiap sumber dampak dari setiap alternatif;

pendugaan

dampak potensial untuk semua alternatif komponen rencana kegiatan dan komponen lingkungan terkena dampak; dan

evaluasi dampak potensial untuk mengidentifikasi dampak-dampak yang akan dikaji

dalam ANDAL terkait dengan alternatif-alternatif yang masih dipertimbangkan.

Akibatnya, akan ada lebih dari satu skenario dampak yang perlu dikaji dalam ANDAL sesuai dengan jumlah alternatif yang dikaji dan kombinasinya. Begitu juga lingkup kajian ANDAL akan menjadi lebih kompleks. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada anggaran dan waktu pelaksanaan kajian ANDAL. Oleh karena itu, jumlah dan jenis alternatif yang akan dikaji harus dipertimbangkan dengan matang.

Contoh kasus di bawah ini menunjukkan bagaimana PT. Newmont Nusa Tenggara meng-gunakan AMDAL untuk mengkaji dan membantu proses pemilihan alternatif penempatan tailing di tambangnya di Pulau Sumbawa.

CONTOH KASUS:

KAJIAN ALTERNATIF PENEMPATAN TAILING PADA KEGIATAN

PERTAM-BANGAN

Di dalam dokumen KA-ANDAL, PT. Newmont Nusa Tenggara masih mempertimbangkan dua alternatif untuk penempatan tailing yang dihasilkan oleh tambang Batu Hijau di Pulau Sumbawa. Dalam konteks penjelasan di atas, kajian alternatif ini termasuk sebagai kajian alternatif di tingkatan mikro (elemen kegiatan). Alternatif yang dikaji adalah:

1. penempatan di darat, yang mengharuskan di bangunnya dua waduk penampungan tailing seluas 1900 hektar; dan

2. penempatan di dasar laut pada kedalaman 3000-4000 meter di Ngarai Senunu, sebelah selatan Pulau Sumbawa.

Kedua alternatif ini dikaji dalam AMDAL dan menunjukkan bahwa penempatan tailing di darat memiliki potensi dampak lingkungan yang lebih besar karena 1) letak Pulau Sumbawa di zona risiko gempa bumi dan 2) adanya risiko bendungan pecah sementara curah hujan relatif tinggi.

Hasil kajian AMDAL tersebut memberi arahan agar PT. Newmont Nusa Tenggara memilih penempatan tailing di dasar laut dalam. Hasil Kajian AMDAL tersebut juga menjadi dasar bagi Komisi Penilai AMDAL Pusat mengeluarkan surat kelayakan lingkungan.

(25)

Alternatif di darat

Alternatif di laut

Sumber: Dokumen KA-ANDAL PT. Newmont Nusa Tenggara (Multisektor/Integrated Studi Analisis Dampak Lingkungan Terpadu: Kegiatan Pertambangan Tembaga-Emas di Batu Hijau, Kec. Jereweh, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat, 1996)

Info Gr

a

fis: Z

ar

(26)

20 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL

Ada kalanya pada saat AMDAL dimulai, pemrakarsa tidak lagi mempertimbangkan alternatif melainkan sudah menentukan pilihan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Mungkin pertimbangan lingkungan telah dilakukan dalam proses pemilihan alternatif tersebut, namun tidak menggunakan perangkat AMDAL3. Pada situasi seperti ini, proses pelingkupan perlu

me-review dan merangkum semua pertimbangan lingkungan dan pemilihan alternatif yang telah dilakukan pemrakarsa pada tahap pra-AMDAL. Dalam proses pengenalan rencana kegiatan, Pelaksana Kajian harus dapat memberi penjelasan tentang:

komponen-komponen rencana kegiatan yang memiliki lebih dari satu alternatif pada

tahap perencanaan awal serta menguraikan setiap alternatif yang dipertimbangkan;

pertimbangan lingkungan yang dilakukan pada tahap perencanaan, berikut kriteria

yang dipakai untuk mengkaji alternatif dari segi lingkungan; dan

proses pemilihan alternatif, sehingga diputuskan pilihan komponen rencana kegiatan

yang akan dipakai dalam AMDAL.

Dalam dokumen KA-ANDAL (Bab 2), proses pemilihan serta pertimbangannya harus dituliskan secara jelas.

3 Banyak perusahaan dan lembaga pemerintah (yang menjadi pemrakarsa kegiatan) telah menerapkan kebijakan lingkungan hidup atau standar operasional

baku yang mengintegrasikan pertimbangan lingkungan. Seluruh tahapan proses perencanaan dari sejak awal telah mempertimbangkan dampak lingkungan yang mungkin terjadi sehingga rencana kegiatan yang dihasilkan telah selaras dengan lingkungan. Artinya, sebelum memasuki proses AMDAL, pemrakarsa telah memilih alternatif-alternatif yang paling ramah lingkungan dan telah mengintegrasikan rencana pengendalian dampak sehingga rencana kegiatan final-nya sudah merupakan alternatif yang terbaik.

(27)

Deskripsi Rencana Kegiatan adalah salah satu input utama dari proses

peling-1.

kupan.

Esensi mengenal deskripsi rencana kegiatan adalah mengidentifikasi

kom-2.

ponen kegiatan yang mungkin menjadi sumber dampak terhadap lingkungan

hidup.

Informasi yang perlu diketahui tentang komponen kegiatan termasuk:

teknolo-3.

gi/proses utama, fasilitas yang akan dibangun, sumber daya yang digunakan,

limbah yang dihasilkan dan rencana mitigasi dampak yang sudah

direncana-kan dari awal.

Pelingkupan perlu mengidentifikasi jika ada alternatif yang masih

dipertim-4.

bangkan pemrakarsa dan akan masuk dalam lingkup kajian ANDAL.

Alternatif rencana kegiatan dapat terdiri dari alternatif:

5.

proses atau teknologi yang digunakan;

input

atau bahan yang digunakan;

tata-letak bangunan atau sarana pendukung;

pendekatan pengendalian atau pengelolaan dampak; dan

penjadwalan atau pentahapan kegiatan.

Setiap alternatif yang masuk dalam lingkup kajian akan mempengaruhi

pro-6.

ses identifikasi dampak potensial dan dampak penting hipotetik serta

penen-tuan wilayah studi dan waktu kajian.

(28)

22 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL

MENGENAL DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN

MENGENAL RONA LINGKUNGAN HIDUP

MENGENAL R

ONA

LINGKUNGAN HIDUP

(29)

MENGENAL DESKRIPSI

AN

PELINGKUPAN DAMPAK PENTING

PELINGKUPAN WILAYAH

STUDI & WAKTU KAJIAN MENENTUKAN METODE

(30)

24 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL

Rona Lingkungan Hidup merupakan input lain yang perlu disiapkan sebelum proses pelingkupan dimulai. Pada dasarnya, rona lingkungan hidup adalah objek yang diperkirakan akan mengalami perubahan lingkungan akibat rencana kegiatan.

ESENSI RONA LINGKUNGAN HIDUP

Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen lingkungan hidup yang berpotensi terkena dampak akibat rencana kegiatan. Pada tahap ini, Pelaksana Kajian harus dapat mengenal, secara garis besar, karakteristik lingkungan hidup yang ada di dan sekitar lokasi yang dipilih untuk rencana kegiatan. Setiap lokasi mempunyai karakteristik yang unik. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami bagaimana komponen lingkungan di lokasi kegiatan akan berinteraksi dengan kegiatan yang akan dibangun atau dilakukan.

Komponen lingkungan hidup yang berpotensi menjadi penerima dampak terdiri dari:

komponen geofisik-kimia, yang meliputi air permukaan dan air bawah-permukaan,

udara, lahan, dan lain sebagainya;

komponen biologis, yang meliputi flora dan fauna;

komponen sosial ekonomi dan sosial budaya, yang meliputi ketenagakerjaan,

perekonomian lokal, demografi, hubungan sosial, pola hidup, dan sebagainya; dan

komponen kesehatan masyarakat, yang meliputi prevalensi penyakit, perubahan

tingkat kesehatan masyarakat, dan sebagainya.

Pada tahap Pelingkupan, informasi yang diperlukan tentang komponen lingkungan sekitar harus dapat menggambarkan kondisi lingkungan secara umum. Pada tahap ini, data primer sifatnya masih terbatas dan tidak mendalam (rinci). Sumber-sumber informasi yang digunakan untuk mengenal lokasi adalah sebagai berikut.

Informasi sekunder, termasuk dari laporan, peta, data Pemerintah Daerah, informasi

tentang peruntukan lahan (RTRW daerah), makalah, kliping koran atau majalah, dan sebagainya.

Tinjauan lapangan singkat yang dilakukan oleh tim Pelaksana Kajian untuk sekilas

mengenal wilayah yang akan menjadi lokasi kegiatan.

Hasil konsultasi masyarakat yang dilakukan untuk memperoleh masukan dan informasi

dari masyarakat yang diperkirakan akan terkena dampak atau peduli terhadap kondisi lingkungan (lihat Boks Keterlibatan Masyarakat).

Informasi tentang Komponen Lingkungan

(31)

Komponen (

features) lingkungan apa saja yang ada di sekitar lokasi?

Bagaimana kondisi lingkungan secara umum?

Sebuah check-list (atau daftar pertanyaan) dapat digunakan untuk membantu mengarahkan pengumpulan dan pencatatan informasi yang dikumpulkan. Contoh check-list ditampilkan di Tabel 5. Daftar pertanyaan harus disesuaikan dengan komponen lingkungan yang relevan di lokasi rencana kegiatan, sehingga ada kemungkinan daftar akan lebih panjang atau lebih pendek daripada contoh di bawah.

(32)

26 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL

PENJELASAN PERMEN LH 08/2006

Permen LH 08/2006 (Lampiran I, Pedoman Penyusunan KA-ANDAL, B. Sistematika Pe-nyusunan Kerangka Acuan, Bab II, 2.1 Bagian b) menekankan pentingnya kajian terhadap alternatif. Bagian ini akan memberi penjelasan tentang makna dan pendekatan yang dapat digunakan untuk alternatif lokasi dan kegiatan lain di sekitar lokasi.

Tujuan Adanya Alternatif Lokasi Kegiatan

Sama halnya dengan rencana kegiatan, dalam proses perencanaan awal, pemrakarsa harus memilih lokasi terbaik dari beberapa alternatif. Kecuali untuk jenis-jenis kegiatan (yang faktor lokasinya tergantung pada sumberdaya alam yang letaknya pun khas, seperti tambang, minyak/ gas bumi), pemrakarsa lazimnya telah menjajaki beberapa alternatif lokasi dalam proses perencanaan awal. Saat memasuki proses AMDAL, pilihan pemrakarsa telah mengerucut ke beberapa alternatif lokasi yang dianggap layak dari segi teknis dan ekonomis.

Dalam memilih alternatif lokasi terbaik, pemrakarsa harus mempertimbangkan risiko yang terkait dengan setiap calon lokasi, termasuk risiko akibat dampak lingkungan. Calon lokasi yang menimbulkan dampak lingkungan yang besar akan dieliminasi. Sedangkan alternatif lokasi yang paling sedikit menimbulkan dampak lingkungan akan dipertahankan.

Adanya alternatif lokasi yang dikaji dalam AMDAL juga memberi kesempatan bagi pengambil keputusan untuk turut memilih alternatif lokasi yang dampaknya paling kecil atau paling dapat diterima. Jika tidak ada alternatif lokasi (yaitu, jika pemrakarsa hanya mengajukan satu pilihan) dan tidak ada pengendalian dampak yang dapat dianggap memadai, pengambil keputusan hanya dapat menimbang antara keputusan ”layak lingkungan” atau ”tidak layak lingkungan”. Pemrakarsa pun akhirnya harus menanggung risiko bahwa lokasi yang dipilih ternyata dianggap tidak layak dan tidak diberi rekomendasi untuk meneruskan proses perencanaan dan perizinan.

(33)

Alternatif Lokasi Kegiatan dalam Pelingkupan

Seperti halnya dengan alternatif rencana kegiatan yang terdiri dari alternatif komponen-komponen kegiatan, alternatif lokasi juga dapat dibagi menurut komponen-komponen kegiatan. Dengan demikian, alternatif lokasi dapat meliputi salah satu dari lima komponen ini.

Lokasi fasilitas atau kegiatan utama.

Lokasi fasilitas pengendalian atau pengelolaan dampak.

Pemrakarsa mungkin telah menentukan satu lokasi terbaik untuk fasilitas atau kegiatan utama, namun masih mempertimbangkan beberapa alternatif lokasi untuk fasilitas pendukung atau fasilitas pengendalian dampaknya. Pemrakarsa lain mungkin masih mempertimbangkan dua alternatif lokasi untuk fasilitas/kegiatan utamanya, namun sudah menentukan lokasi terbaik untuk pengambilan bahan baku. Hal ini tentunya sangat bergantung pada proses perencanaan yang dijalani pemrakarsa.

Dalam melakukan pelingkupan, semua lokasi yang masih menjadi alternatif harus dikenali karakateristiknya. Hal ini dilakukan karena setiap lokasi mempunyai komponen lingkungan hidup yang berbeda sehingga interaksi antarkomponen kegiatan dan komponen lingkungan hidup dapat menyebabkan dampak yang berbeda (antara satu calon lokasi dengan yang lainnya). Dengan demikian, seluruh upaya pengumpulan informasi tentang komponen lingkungan, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, perlu dilakukan untuk semua calon lokasi. Jika checklist digunakan sebagai alat bantu, Pelaksana Kajian mungkin harus membuat lebih dari satu checklist sesuai dengan jumlah calon lokasi yang disertakan dalam proses pelingkupan dan karakteristik lokasinya.

Adanya lebih dari satu alternatif lokasi mempunyai implikasi pada proses pelingkupan. Di antaranya sebagai berikut.

Konsultasi masyarakat pada tahap pelingkupan harus dilakukan dengan komponen

masyarakat di masing-masing lokasi tersebut.

Proses identifikasi dampak potensial juga harus dibuat per calon lokasi. Sehingga

untuk setiap alternatif lokasi akan ada satu set dampak potensial.

Proses penentuan dampak yang akan dikaji juga harus dibuat per calon lokasi. Karena

(34)

28 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL

Gambar 5 di bawah ini menunjukkan implikasi adanya lebih dari satu alternatif lokasi.

Implikasi tersebut tentunya akan mengakibatkan peningkatan biaya pelaksanaan kajian ANDAL. Oleh karena itu, alternatif lokasi yang akan dipertimbangkan harus dipilih dengan cermat, yakni dengan keyakinan bahwa lokasi-lokasi tersebut secara umum memenuhi syarat untuk jenis kegiatan yang direncanakan.

Contoh kasus di Bab 2, PT. Newmont Nusa Tenggara menunjukkan bahwa alternatif lokasi dapat muncul karena adanya alternatif rencana kegiatan. Karena PT. Newmont mempertimbangkan dua alternatif penempatan tailing dari tambang Batu Hijau maka terdapat pula dua calon lokasi untuk penempatan tailing tersebut, yaitu di daratan dekat lokasi tambang dan di Ngarai Senunu, di dasar laut dalam. Dalam proses pelingkupan, rona lingkungan awal di kedua lokasi ini dipelajari, dan komponen-komponen lingkungan yang mungkin terkena dampak di masing-masing lokasi dikenali. Selanjutnya, dalam ANDAL PT. Newmont, kajian melakukan prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan pada kedua alternatif lokasi tersebut.

Apabila proses AMDAL dimulai setelah seluruh lokasi ditentukan maka dalam pelaksanaan

(35)

pelingkupan proses pemilihan lokasi sebaiknya di-review dan dirangkum, serta dalam penyusunan dokumen KA-ANDAL, proses pemilihan lokasi harus dijelaskan. Penjelasan tersebut agar mencakup:

calon-calon lokasi yang telah dipertimbangkan;

kriteria seleksi lokasi, terutama yang berhubungan dengan lingkungan hidup; dan

pilihan lokasi pada tiap tahap pengerucutan pilihan.

Penjelasan di atas berfungsi untuk meyakinkan para pengambil keputusan bahwa lokasi rencana kegiatan yang dibahas dalam KA-ANDAL (dan akan dikaji dalam ANDAL) adalah alternatif lokasi yang terbaik berdasarkan pertimbangan lingkungan yang sesuai pula.

CONTOH KASUS:

KAJIAN ALTERNATIF LOKASI UNTUK PENENTUAN LOKASI KILANG

LNG – BP TANGGUH

Dalam dokumen KA-ANDAL untuk Proyek LNG Tangguh, dijelaskan proses penentuan lokasi kilang LNG sebagai jabaran kajian alternatif. Proses pemilihan lokasi dimulai pada pertengahan tahun 1996 dan terus berlangsung secara bertahap sampai dengan ditentukannya 1(satu) lokasi pilihan. Proses penyaringan bertahap dan jumlah calon lokasi yang dipertimbangkan dijelaskan dalam KA-ANDAL sebagai berikut.

• Penyaringan Tahap I : 17 calon lokasi • Penyaringan Tahap II : 9 calon lokasi • Penyaringan Tahap III : 5 calon lokasi • Penyaringan Tahap IV : 4 calon lokasi

• Penyaringan Tahap Akhir : 1 calon lokasi, dengan 2 (dua) pililhan calon situs Kilang LNG, yaitu Tanah

Merah dan Saengga.

Pada setiap tahap penyaringan, faktor lingkungan alam dan sosial menjadi pertimbangan, selain faktor-faktor teknis dan ekonomis. Contoh kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut.

• Lokasi tidak boleh berada dalam lingkungan cagar alam, Taman Nasional, maupun daerah yang secara

lingkungan dianggap masih lestari dan perlu dilindungi.

• Hindari lokasi-lokasi yang mengakibatkan pipa penyalur gas harus menembus pegunungan dengan

jarak lebih dari 50 kilometer (km) dengan maksud mengurangi risiko dan biaya.

• Hindari lokasi-lokasi dengan pelabuhan alam yang tidak dapat menampung kapal-kapal samudera

yang besar, yaitu untuk menghindari biaya dan dampak lingkungan dari pengerukan pantai secara besar-besaran.

• Hindari lokasi-lokasi dengan keadaan topografi yang tidak menguntungkan, seperti rawa-rawa dan

tebing-tebing yang tinggi. Dengan alasan untuk menghindari dampak biaya dan lingkungan dari penyiapan lahan.

• Hindari lokasi-lokasi di pantai yang membutuhkan pengerukan besar-besaran maupun pengerukan

berkala agar pelabuhan dapat terus dioperasikan.

Dijelaskan juga dalam KA-ANDAL upaya pengumpulan informasi tambahan dan kunjungan lapangan untuk mendukung penyaringan bertahap di atas. Pada akhirnya, dijelaskan kenapa pilihan jatuh pada 1 lokasi yang tersisa setelah adanya pembicaraan dengan penduduk yang mengindikasikan kesediaan mereka untuk dimukimkan kembali di tempat lain. Pada saat KA-ANDAL mulai disiapkan, lokasi sudah mengerucut ke 1 lokasi, yaitu Tanah Merah.

(36)

30 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL

Kegiatan Lain di Sekitar Lokasi

Permen LH 08/2006 juga mensyaratkan bahwa dokumen KA-ANDAL menjelaskan kegiatan yang ada di sekitar rencana lokasi beserta dampak-dampak yang ditimbulkannya (Lampiran I, Pedoman Penyusunan KA-ANDAL, B. Sistematika Penyusunan Kerangka Acuan, Bab 2, 2.1 Bagian a, butir 4). Tujuan penjelasan ini adalah untuk memberi gambaran utuh tentang kegiatan-kegiatan lain (yang sudah ada) yang memanfaatkan sumberdaya alam dan mempengaruhi lingkungan setempat. Informasi ini akan berguna saat pengambil keputusan mempertimbangkan dampak tambahan yang akan disebabkan oleh rencana kegiatan yang diajukan.

Memperoleh informasi tentang kegiatan lain di sekitar lokasi menjadi sangat penting jika lokasi rencana kegiatan berada di daerah yang sudah berkembang (padat penduduk dan/ atau padat dengan kegiatan pembangunan, seperti industri, infrastruktur, dan sebagainya) atau yang sedang berkembang pesat (dan diantisipasi banyak proyek pembangunan baru). Hal ini disebabkan karena di daerah yang sudah atau sedang berkembang dapat diperkirakan bahwa lingkungan hidup sekitar sudah dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan lain tersebut. Akibatnya, rencana kegiatan yang diajukan dalam AMDAL harus ditinjau dalam konteks ini.

Langkah pertama yang dapat dilakukan oleh Pelaksana Kajian adalah mempelajari la-poran atau data Pemerintah Daerah, hasil konsultasi masyarakat, serta mengamati kondisi sekitar lokasi kegiatan saat kunjungan lapangan. Mungkin aparat daerah sudah mengawasi kegiatan lain dan dampak lingkungan yang terjadi atau mereka mengetahui adanya keluhan masyarakat tentang kegiatan lain yang menimbulkan dampak. Informasi juga dapat diperoleh dari dokumen lingkungan (AMDAL atau UKL-UPL) yang dimiliki kegiatan lain tersebut (bisa dicari di kantor instansi lingkungan setempat). Jika pemerintah daerah tidak memiliki informasi ini, Pelaksana Kajian dapat mencari informasi dari tokoh-tokoh masyarakat atau

Fot

o: D

o

c Q

ipr

(37)

dapat menanyakan wakil masyarakat pada saat konsultasi dengan masyarakat. Apabila ada indikasi bahwa suatu komponen lingkungan telah atau akan menanggung beban yang tinggi, Pelaksana Kajian perlu menggali informasi lebih jauh tentang sumber-sumber pencemaran atau kerusakan lingkungan tersebut.

Sumber-sumber pencemaran atau kerusakan lingkungan di sekitar lokasi mungkin berupa:

pabrik atau kegiatan industri lainnya;

kegiatan penambangan (baik resmi atau liar/skala kecil);

jalan raya atau jalan bebas-hambatan;

rumah sakit;

kegiatan pembalakan hutan, perladangan berpindah; dan

budidaya ikan skala komersial, dan lain sebagainya.

Pelaksana Kajian sebaiknya mengumpulkan informasi yang relevan tentang kegiatan lain sekitar lokasi rencana kegiatan yang dapat mencakup:

jarak antara lokasi rencana kegiatan dengan kegiatan lain;

jenis dan skala kegiatan yang ada;

potensi dampak dari masing-masing kegiatan, sesuai dengan karakter kegiatan

tersebut agar bisa diidentifikasi komponen lingkungannya yang berpotensi mengalami beban terbesar; dan

jangka waktu operasi kegiatan di sekitar lokasi.

Adanya beban yang tinggi pada suatu komponen lingkungan mungkin sekali menjadi faktor penghalang (limiting factor) bagi rencana kegiatan yang baru terutama jika ada kemungkinan

CONTOH KASUS:

PENGARUH KEGIATAN LAIN

PADA LINGKUP STUDI ANDAL

(38)

32 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL

KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM PROSES PELINGKUPAN

Keterlibatan masyarakat dalam AMDAL diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL dan secara lebih spesifik dalam Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 08/ 2000. Aturan-aturan ini memberi peran bagi masyarakat untuk memberi masukan dalam proses pelingkupan dan penilaian dokumen-dokuman AMDAL.

Pada intinya, upaya melibatkan masyarakat dalam AMDAL diharapkan mencakup:

• pengumuman di media massa untuk mengundang tanggapan masyarakat; • konsultasi masyarakat pada tahap penyusunan KA-ANDAL; dan

• keikutsertaan wakil masyarakat dalam proses penilaian dokumen-dokumen AMDAL.

Pada tahap pelingkupan, keterlibatan masyarakat yang disyaratkan adalah pengumuman dan konsultasi masyarakat. Masukan dan tanggapan dari masyarakat harus dipakai dalam proses menentukan lingkup kajian ANDAL.

Secara lebih spesifik, dalam proses menentukan lingkup ANDAL, masukan dan tanggapan masyarakat dipakai untuk:

• menambahkan atau mengklarifikasi informasi tentang komponen lingkungan hidup (penerima dampak). Dalam buku ini, menjadi

input pada Bab 3;

• mengidentifikasi calon (dugaan) dampak potensial. Dalam buku ini, menjadi input di Bab 4; dan

• menambahkan kriteria pemilihan dampak penting yang perlu dikaji. Dalam buku ini, menjadi input di Bab 4.

Masukan atau tanggapan yang diterima dari masyarakat harus diolah sebelum dipakai sebagai input proses pelingkupan. Ini disebabkan karena masukan atau tanggapan tersebut mungkin jumlahnya banyak dan beragam jenisnya. Jenis-jenis masukan/tanggapan yang diterima antara lain:

• informasi deskriptif tentang keadaan lingkungan sekitar (”ada hutan bakau” atau ”banyak pabrik buang ke sungai X”);

• kekhawatiran tentang perubahan lingkungan yang mungkin terjadi (”jangan sampai kita kekurangan air” atau ”tidak senang

adanya tenaga kerja dari luar”); dan

• harapan tentang perbaikan lingkungan atau kesejahteraan akibat adanya rencana kegiatan (”minta disediakan air bersih” atau

”minta pemuda setempat diperkerjakan”).

Perlakuan terhadap jenis masukan/tanggapan tersebut harus berbeda untuk mengoptimalkan manfaatnya untuk proses pelingkupan. Perlakuannya antara lain sebagai berikut.

• Informasi deskriptif dapat langsung dipakai untuk mengisi checklist atau matriks. Namun, ada baiknya informasi ini dicocokkan dahulu dengan hasil pengamatan lapangan yang dilakukan oleh tim Pelaksana Kajian.

• Kekhawatiran dan harapan harus diterjemahkan dahulu oleh tim (sebaiknya oleh ahli sosial) agar akar permasalahan dapat

diketahui. Misalnya, masyarakat menyampaikan harapan agar rencana kegiatan dapat memperkerjakan tenaga kerja lokal sebanyak-banyaknya. Hal ini sebaiknya ditelusuri kembali dasarnya. Oleh ahli sosial, harapan ini dapat diterjemahkan sebagai langkanya kesempatan kerja formal dan menurunnya produktivitas sektor pertanian. Sehingga, pada daftar dampak potensial di bidang sosial-ekonomi, dapat ditambahkan isu pola mata pencarian dan kesempatan kerja. Sejalan dengan itu, kekhawatiran warga bahwa ”air sumur tidak dapat digunakan lagi” dapat diterjemahkan sebagai “sudah terjadi penurunan kualitas dan/atau kuantitas air tanah di sekitar lokasi”. Dengan demikian, dampak potensial akan mencakup komponen lingkungan air bawah-tanah (kualitas dan kuantitas). Bahkan penolakan terhadap rencana kegiatan juga harus diterjemahkan dan dicari pangkal dari penolakan tersebut. Jika ditelusuri, penolakan dapat bersumber pada kekhawatiran tentang suatu dampak.

• Kekhawatiran dan harapan juga dapat digunakan sebagai kriteria pemilihan dampak yang perlu dikaji dalam ANDAL (lihat

penjelasan di Bab 4 buku ini). Untuk contoh di atas, kriteria dapat meliputi 1) pengaruh pada peluang tenaga kerja dan 2) pengaruh pada ketersediaan air bersih.

(39)

Rona Lingkungan Hidup adalah salah satu

1.

input

utama dari proses

pelingku-pan.

Esensi mengenal rona lingkungan hidup adalah mengidentifikasi komponen

2.

lingkungan hidup yang berpotensi terkena dampak akibat rencana kegiatan.

Informasi yang perlu diketahui tentang komponen lingkungan hidup termasuk

3.

karakteristik dari komponen geofisik, biologi, sosial-ekonomi-budaya serta

kesehatan masyarakat. Juga perlu dikenali kondisi masing-masing komponen

tersebut di lokasi kegiatan dan sekitarnya.

Pelingkupan perlu menyebutkan jika masih ada alternatif lokasi yang

dipertim-4.

bangkan oleh pemrakarsa untuk komponen kegiatan tertentu.

Setiap alternatif yang masuk dalam lingkup kajian akan mempengaruhi proses

5.

identifikasi dampak potensial dan dampak penting hipotetik, lokasi konsultasi

masyarakat, serta penentuan wilayah studi dan waktu kajian.

Jika tidak ada lagi alternatif lokasi yang dipertimbangkan pemrakarsa, seluruh

6.

proses pemilihan lokasi harus dirangkum dalam dokumen KA-ANDAL

teru-tama pertimbangan lingkungan yang telah dilakukan.

Pelingkupan perlu juga mengenal kegiatan lain di sekitar lokasi kegiatan. Hal

7.

ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya kegiatan lain yang mungkin telah

menimbulkan pencemaran atau kerusakan pada komponen lingkungan hidup

yang akan terkena dampak oleh rencana kegiatan yang baru.

(40)

34 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL

MENGENAL DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN

MENGENAL RONA LINGKUNGAN HIDUP

PELINGKUP

AN

DAMPAK PENTING

(41)

PELINGKUPAN DAMPAK PENTING

PELINGKUPAN WILAYAH

STUDI & WAKTU KAJIAN MENENTUKAN METODE

DAN PELAKSANA STUDI

PELINGKUP

AN

(42)

36 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL

Permen LH 08/2006 menjelaskan bahwa proses pelingkupan dibagi menjadi dua, yaitu 1) pelingkupan dampak penting dan 2) pelingkupan wilayah studi dan batas waktu kajian. Bab ini akan menjelaskan proses pelingkupan dampak penting dan tahapannya. Pelingkupan Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian akan dibahas di Bab 5.

Setelah informasi mengenai rencana kegiatan (sumber dampak) serta rona lingkungan hidup (penerima dampak) sudah terkumpul, Pelaksana Kajian siap untuk beranjak ke inti proses pelingkupan, yaitu mengidentifikasi dampak yang nantinya perlu dikaji dalam ANDAL.

Proses ini terdiri dari tiga langkah, yaitu:

Identifikasi Dampak Potensial

1. . Esensinya adalah menduga semua dampak yang

berpotensi terjadi jika rencana kegiatan dilakukan pada lokasi tersebut. Langkah ini menghasilkan daftar ‘dampak potensial’.

Evaluasi Dampak Potensial

2. . Esensinya adalah memisahkan dampak-dampak

yang perlu kajian mendalam untuk membuktikan dugaan (hipotesa) dampak (dari dampak yang tidak lagi perlu dikaji). Langkah ini menghasilkan daftar ‘dampak penting hipotetik’.

Klasifikasi dan Prioritas

3. . Tujuannya adalah mengelompokkan dampak-dampak

yang akan dikaji agar mudah dipahami dan digunakan dalam menentukan strategi kajian. Langkah ini menghasilkan kelompok-kelompok dampak dan urutan prioritas dampak.

CAKUPAN STUDI ANDAL

ANDAL, pada intinya, akan:

• membuktikan hipotesa tentang pentingnya suatu

dampak, yakni dengan melakukan analisis terhadap besaran dan sifat dari dampak itu sendiri, serta sebarannya dan pengaruhnya pada komponen ling-kungan penerima dampak;

• memastikan bahwa upaya mitigasi dampak akan

mengubah ‘status’ dampak penting menjadi dampak tidak penting;

• mempelajari secara seksama dampak yang belum

(43)

ESENSI IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL

Dampak potensial adalah dampak yang berpotensi terjadi akibat adanya rencana kegiatan di lokasi yang diusulkan. Inti dari langkah ini adalah mengidentifikasi interaksi antara komponen rencana kegiatan dengan komponen lingkungan di lokasinya. Langkah ini dilakukan oleh tim Pelaksana Kajian dengan membayangkan suatu situasi di mana semua dampak mungkin saja terjadi atau situasi terburuk (worst-case scenario). Dengan demikian, segala macam dampak yang terpikir akan dicatat.

Hasil dari tahap ini adalah sebuah ‘daftar panjang semua dampak yang mungkin terjadi’, berikut sebuah peta kasar yang menunjukkan letak komponen lingkungan yang mungkin terkena dampak tersebut. Dampak-dampak yang masuk daftar panjang ini masih beragam sifatnya, bisa dampak besar atau kecil, dampak positif atau negatif, dan dampak penting atau tidak. Pada tahap ini, semua dampak dituliskan sedangkan evaluasi atau pemilahan dampak berdasarkan sifat dilakukan pada langkah selanjutnya.

Tim Pelaksana Kajian menggunakan semua informasi yang telah terkumpul serta mendaya-gunakan pengalaman dan keahliannya di bidang masing-masing. Seringkali tim Pelaksana Kajian akan melakukan diskusi bersama untuk urun-rembug (brainstorming) tentang dampak potensial. Biasanya ini dilakukan setelah masing-masing anggota tim melakukan kajian pustaka dan mempelajari data terkumpul dengan seksama.

Menggunakan Alat Bantu dan Menampilkan Hasil

Beberapa alat bantu yang dapat digunakan untuk melakukan identifikasi dampak potensial di antaranya adalah sebagai berikut. bagan alir. Matriks digunakan untuk menunjukkan interaksi antara komponen kegiatan dengan komponen lingkungan hidup di lokasi kegiatan. Identifikasi interaksi tersebut diikuti dengan penyusunan bagan alir yang menunjukkan urut-urutan (sequence) kejadian dampak. Dengan bagan alir ini diperoleh gambaran tentang dampak mana yang terjadi lebih dahulu (primer) serta dampak-dampak turunannya (sekunder, tersier, dan sebagainya). Urutan ini akan menjadi bermanfaat pada saat mengidentifikasi dampak yang akan dikelola dan pendekatan pengelolaannya.

(44)

38

Panduan P

elingkupan dalam AMD

AL

Tabel 6. Contoh Matriks Identifikasi Dampak Potensial

(45)

menempatkan komponen kegiatan (sumber dampak) dan komponen lingkungan (penerima dampak), masing-masing, pada satu axis (sisi) pada matriks. Untuk mengisi ruang (sel) dalam matriks, isi masing-masing baris disandingkan dengan isi masing-masing kolom. Jika diperkirakan terjadi interaksi antara komponen kegiatan dengan komponen lingkungan,

sel diisi dengan suatu tanda. Jika tidak ada interaksi, sel dibiarkan kosong. Jika ragu-ragu atau kurang informasi untuk menilai apakah akan ada interaksi, sel diisi seakan-akan ada interaksi4. Sel yang diberi tanda berarti ada potensi terjadinya dampak terhadap komponen

lingkungan tersebut akibat komponen kegiatan yang bersangkutan. Inilah yang disebut dengan ’dampak potensial’. Contoh bentuk matriks ada di Tabel 6.

Dalam mengisi matriks, para anggota tim Pelaksana Kajian dapat mengadakan diskusi. Dengan kehadiran anggota tim dari berbagai latar-belakang ilmu dan pengalaman, peng-isian setiap sel dalam matriks sudah mempertimbangkan masukan dari seluruh anggota tim.

Langkah berikutnya adalah mengambil sel-sel dari matriks yang telah diberi tanda lalu me-rancang sebuah bagan alir. Bagian paling atas bagan alir adalah komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak. Setiap dampak yang ditimbulkan oleh masing-masing sumber dampak digambarkan sebagai suatu kotak, begitu pula semua dampak turunannya.

Bagan alir pada dasarnya memperlihatkan semua hubungan sebab-akibat dampak potensial pada tingkatan-ganda (multiple levels) yang terdiri dari dampak-dampak berikut.

Dampak primer: interaksi antara Sumber Dampak (komponen kegiatan) dengan

Penerima Dampak Primer (komponen lingkungan);

Dampak sekunder: interaksi antara Penerima Dampak Primer (komponen lingkungan)

– Penerima Dampak Sekunder (komponen lingkungan);

Dampak tersier: interaksi antara Penerima Dampak Sekunder (komponen lingkungan)

– Penerima Dampak Tersier (komponen lingkungan), dan seterusnya.

Gambar 6 menunjukkan bagaimana hasil penggunaan matriks (Tabel 6) ditampilkan dalam bentuk bagan alir yang menggambarkan keterkaitan antara sumber dampak dan komponen lingkungan yang terkena dampak.

Setelah pembuatan matriks dan/atau bagan alir, dampak potensial yang telah diidentifikasi ditampilkan dalam bentuk daftar atau tabel minimal dengan informasi tentang sumber dampak, penerima dampak, serta deskripsi dampak itu sendiri (lihat Tabel 7). Informasi pelengkap yang dapat ditambahkan pada daftar (tabel) dampak potensial adalah: waktu terjadinya dampak (tahapan kegiatan), urutan terjadinya dampak (primer/sekunder/tersier),

(46)

40

Panduan P

elingkupan dalam AMD

AL

Gambar 6. Contoh bagan alir dampak potensial untuk kegiatan pertambangan

(47)

besaran komponen sumber dampak (yang dapat memberi indikasi skala dampak).

ESENSI EVALUASI DAMPAK POTENSIAL

Setelah mengidentifikasi semua dampak yang berpotensi terjadi maka langkah berikutnya adalah melakukan seleksi untuk membedakan mana yang perlu dikaji dalam ANDAL dan mana yang tidak – inilah esensi dari langkah yang disebut sebagai ‘evaluasi dampak potensial’. Perlu diingat bahwa dalam ANDAL, dugaan dampak akan dikaji secara mendalam dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data primer serta melakukan evaluasi terhadap dampak yang terjadi. Dengan demikian, hipotesa yang terbentuk pada tahap pelingkupan akan terbukti benar atau salah.

Dampak yang dikaji dalam ANDAL sebaiknya adalah dampak-dampak yang memang perlu dikaji secara mendalam. Dengan berjalannya waktu dan pembangunan di Indonesia, seharusnya pengalaman dan pengetahuan tentang kegiatan-kegiatan, dampak lingkungan serta efektivitas upaya pengelolaannya sudah cukup berkembang. Dengan demikian, seharusnya jumlah dampak yang dikaji secara mendalam dalam ANDAL tidak terlalu banyak lagi. Pemilahan dampak yang perlu dikaji perlu dilakukan secara tajam agar tidak membuang sumberdaya kajian yang sering terbatas.

Ada dua jenis dampak hipotetik5 yang harus dibuktikan dengan kajian yang mendalam

(ANDAL), yaitu dampak penting dan dampak yang kurang dipahami.

5 Dampak potensial dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu 1) dampak penting (significant impact); 2) dampak tidak penting (insignificant impact); 3) tidak

diketahui atau kurang jelas apakah termasuk dampak penting atau tidak penting (unknown); dan 4) dampak yang sudah dikendalikan (mitigated impact) (modifikasi dari ADB, 1997).

(Diambil dan dimodifikasi dari KA-ANDAL kegiatan pertambangan batubara di Kalimantan Selatan, PT. Interex Sacra Raya, 2004

Gambar

Gambar 2). 1. Laporan Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL)
Gambar 3. Proses Pelingkupan sesuai Permen LH 08/2006.
Tabel 1. Esensi tata-laksana pelingkupan sesuai Permen LH 08/2006
Tabel 2.  Input dan output untuk setiap tahapan proses pelingkupan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan; Penyusunan Dokumen Kerangka Acuan (KA), Penyusunan Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL), Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan

Dengan memaknai arti Amdal (UU.Nomor 32 tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup), disebutkan Amdal adalah kajian mengenai dampak

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL), adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu rencana Usaha dan/atau Kegiatan (Pasal 1 Peraturan Pemerintah

VALUASI EKONOMI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP DAN BIAYA RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN STUDI AMDAL RUMAH SAKIT.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak

Jenis Dokumen AMDAL KERANGKA ACUAN (KA-ANDAL) ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL) RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HDUP (RKL) RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HDUP (RPL)

1. Rona lingkungan hidup di wilayah studi rencana pembangunan dan pengoperasian reaktor nuklir, terutama komponen-komponen lingkungan yang berpotensi terkena dampak penting

AMDAL ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN Kajian mengenai dampak penting pada Lingkungan Hidup dari suatu usaha dan/atau kegiatan yailg direncanakan, untuk digunakan sebagai prasyarat