• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Ilmiah SiGMA 66 Pengaruh Implemen (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal Ilmiah SiGMA 66 Pengaruh Implemen (1)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ilmiah SiGMA-66 Edisi : Manajemen Pemasaran Volume 1, Tahun 1, Januari - Juni 2011

[19]

Pengaruh Implementasi

Total Quality Manajemen

(TQM)Terhadap Daya Saing

Dan Kinierja Perusahaan PerikananDi Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari

Muhamad Armawaddin *)

Abtract

The purpose of this study is to examine and analyze the effect of Total Quality Management application on competitiveness and fishery companies in Fishery Port of Samudera (PPS) Kendari.Population of the research is all managers and supervisors or at the same level there are 106 people from 12 fisheries companies. Methods of data collection using questionnaires. Data analysis using Structural Equation Model (SEM) analysis using AMOS 16.0 Software.

The results of confirmatory factor analysis (CFA) test all indicator of latent variable of Total Quality Management (TQM) implementation, competitiveness and performance have value of factor factor% uF0B3 0.40, which means that the observed variables proposed in the research have characterized the latent variable measured. The model conformity test results show that all fit model fit indexes meet the required cut of values. The result of hypothesis testing concludes that the implementation of Total Quality Management (TQM) on competitiveness and company performance and competitiveness have a significant and positive effect to the performance of fishery company in Fishery Port of Samudera City Kendari.

Keywords: Total Quality Management (TQM), Competitiveness, Performance

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh penerapan Total Quality Management terhadap daya saing dan perusahaan perikanan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kota Kendari.Populasi penelitian adalah seluruh manajer dan supervisor atau yang setingkat dengannya berjumlah 106 orang dari 12 perusahaan perikanan. Metode pengumpulan data menggunakan angket. Analisis data menggunakan analisis Model Persamaan Struktural (SEM) menggunakan Software AMOS 16.0.

Hasil uji confirmatory factor analysis (CFA) semua indikator variable laten implementasi Total Quality Management (TQM), daya saing dan kinerja memiliki nilai loading factor  0.40, yang berarti bahwa variabel observasi yang diajukan dalam penelitian telah mencirikan variable laten yang diukurnya. Hasil uji kesesuaian model menunjukkan bahwa semua indeks kesesuaian model fit memenuhi cut of value yang disyaratkan. Hasil pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa implementasi Total Quality Management (TQM) terhadap daya saing dan kinerja perusahaan dan daya saing berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja perusahaan perikanan di Pelabuhan Perikanan Samudera Kota Kendari.

(2)

Jurnal Ilmiah SiGMA-66 Edisi : Manajemen Pemasaran Volume 1, Tahun 1, Januari - Juni 2011

[20]

I.

PENDAHULUAN

Paradigma global yang dijadikan tema dunia bagi perusahaan saat ini adalah bagaimana menciptakan mitra bisnis melaui

cost reduction. Tekanan kompetitif dalam dunia bisnis saat ini menuntut perusahaan selalu memikirkan cara bagaimana bisa mengatasi lingkungan yang senantiasa mengalami perubahan. Perusahaan harus mampu merespon kondisi pasar dengan produk yang berkualitas dan inovatif dalam setiap perubahan permintaan dan penawaran serta kemungkinan penyajiannya yang fleksibel (Gaspersz, 2005)

Globalisasi merupakan tantangan bagi perusahaan-perusahaan yang beroperasi di dalamnya, namun di sisi lain globalisasi juga memberikan peluang kepada perusahaan-perusahaan untuk tumbuh dan berkembang sehingga memiliki daya saing yang semakin kuat. Perubahan-perubahan fundamental dalam lingkungan bisnis telah menciptakan perubahan dramatis pada kondisi persaingan dan perekonomian. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan perusahaan beroperasi di berbagai belahan dunia tanpa harus membangun sistem bisnis di tempat perusahaan tersebut beroperasi (Flaherty, 1996).

Perubahan yang terjadi dalam era global membutuhkan perubahan strategi perusahaan. Strategi adalah hal yang krusial dalam meningkatkan daya saing perusahaan. Strategi sangat diperlukan dalam mencapai efisiensi, responsivenss yang tinggi terhadap pelanggan-pelanggan lokal, dan mengakses sumber daya tertentu melalui supply network (Saxenan, 1994). Selanjutnya Porter (1990) mengatakan bahwa dinamika industrial dan infrastruktur yang dimiliki suatu daerah sangat mempengaruhi perusahaan global dalam pemilihan pangsa pasar maupun dalam melakukan operasi.

Bagaimana memenangkan persaingan merupakan pertanyaan yang tidak pernah berakhir. Untuk bisa menjawabnya, maka diperlukan suatu pemikiran strategik. Pemikiran strategik adalah pemikiran yang sifatnya proaktif dan hanya bisa diputuskan atau ditetapkan implementasinya oleh manajemen puncak (Simatupang, 1996). Guna memenangkan persaingan, maka pemikiran strategik pihak manajemen bukan saja dituntut untuk mampu mendayagunakan sumber-sumber internal perusahaan tetapi juga dituntut agar mampu mendayagunakan sumber-sumber di luar perusahaan yang tidak terbatas ruang dan waktunya.

(3)

Jurnal Ilmiah SiGMA-66 Edisi : Manajemen Pemasaran Volume 1, Tahun 1, Juli – Desember 2011

[20]

untuk mampu mengorganisasikan dan memanfaatkan sumber daya dan keahlian seoptimal mungkin untuk menciptakan produk atau jasa yang lebih unggul dan bernilai lebih bagi pelanggan.

Berkaitan dengan komptensi perusahaan dalam menghasilkan produk yang memiliki nilai lebih bagi pelanggan, maka dibutuhkan suatu konsep yang disebut Total Quality Management (TQM). Konsep Total Quality Management (TQM) dalam penelitian ini diadopsi dari konsep yang dikemukakan oleh Samson dan Terziovsky (2000) yang didefinisikan sebagai suatu konsep perbaikan yang dilaksanakan secara terus-menerus

(continuous improvement), yang melibatkan seluruh elemen dan karyawan pada setiap tingkatan organisasi dalam rangka untuk mencapai kualitas yang terbaik pada seluruh aspek organisasi melalui proses manajemen.

Total Quality Management (TQM)

membawa perusahaan ke arah perbaikan yang terus menerus dan menunjang terciptanya kepuasan konsumen secara total dan terus menerus. Proses yang berorientasi pada pelanggan ini menggabungkan praktek-praktek manajemen dasar dengan usaha perbaikan yang sering dipakai, serta peralatan teknik yang handal. Total Quality Management (TQM) bisa diterapkan pada perusahaan besar, kecil dan bahkan perusahaan raksasa sekalipun. Total Quality Management (TQM) juga bisa diterapkan tanpa memandang apakah perusahaan tersebut merupakan perusahaan publik atau swasta (Elitan dan Anatan, 2007). Ditambahkan oleh Sohal dan Terziovsky (2000) bahwa Total Quality Management (TQM) paling banyak diimplementasikan di bidang sumber daya manusia dan bidang operasional.

Studi yang mengkaji tentang Total

Quality Management (TQM) dan

pengimplementasiannya telah banyak dilakukan oleh banyak peneliti terdahulu.

Terdapat sejumlah bukti empirik yang dapat dipertimbangkan yang menunjukkan bahwa implementasi praktik-praktik perbaikan kualitas yang efektif akan mengarah kepada kinerja organisasi yang lebih baik, baik produktifitas maupun profitabilitas (Gordon dan Wisman, 1995; Maani, 1994; Sohal dkk, 1991; Sohal dan Terziovsky, 2000). Bukti empiris menunjukkan bahwa implementasi yang efektif TQM memiliki hubungan yang signifikan dengan meningkatkan kualitas dan produktifitas, dapat ditingkatkan dengan kepuasan pekerja dan pelanggan. Sun (2000) menyelidiki dampak penerapan TQM pada keselurahan kinerja organisasi. Temuan ini mendukung argumen bahwa sebuah program TQM harus lengkap dalam bentuk

(4)

Jurnal Ilmiah SiGMA-66 Edisi : Manajemen Pemasaran Volume 1, Tahun 1, Juli – Desember 2011

[21]

Penerapan TQM di Indonesia dimulai pada tahun 1980-1981, pada saat Astra Internasional Corporation melakukan eksperimen salah satu praktik TQM yang di kenal dengan Gugus Kendali Mutu. Perkembangan selanjutnya dipercepat dengan kebijaksanaan Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Perindustrian dengan pendekatan gugus kendali mutu ke dalam 52 BUMN. Dengan berkembangnya kerangka

The Malcolm Baldrige National Quality Award (MBNQA) pada dekade 80-an telah memberikan sarana praktis untuk menerapkan praktik TQM (Hart, dkk., 1991). Demikian juga dengan berkembangnya ISO 9000 di Eropa pada akhir tahun 1980-an, telah memberikan pola pikir baru tentang manajemen kualitas. Dengan menjadikan kualitas sebagai standar internasional, maka ada satu keyakinan bahwa upaya memperoleh sertifikat ISO 9000 merupakan salah satu kriteria bahwa perusahaan atau organisasi telah menerapkan TQM atau belum.

Sektor perikanan merupakan pusat aquabisnis di Kawasan Timur Indonesia dan penyumbang devisa terbesar bagi propinsi Sulawesi Tenggara. Pembangunan dan pengembangan perikanan di kota Kendari merupakan wujud implementasi program Departemen Kelautan dan Perikanan di Kawasan Timur Indonesia, yang bertujuan untuk menunjang pengembangan sektor perikanan dan usaha penangkapan ikan sebagai komoditi non-migas guna meningkatkan devisa negara serta meningkatkan nilai tambah produk perikanan melalui proses produksi, pengolahan dan pemasaran (http://Deperindag.go.id. diakses 2 Maret 2007).

Kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari (PPS) merupakan penghasil terbesar sektor perikanan dan penyumbang devisa terbesar bagi Kota Kendari. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik Kota Kendari (BPS Kota

Kendari, 2008), rata-rata produksi hasil perikanan dalam kurun lima tahun terakhir (tahun 2002-2007) adalah sebesar 5.831,99 ton per tahun dan ekspor rata-rata dalam kurun lima tahun terakhir (2002-2007) adalah sebesar 3.557,92 ton per tahun.

Mencermati permasalahan dan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui dan menganalisis hubungan kausalitas antara implementasi Total Quality Management (TQM), Daya Saing dan Kinerja Perusahaan. Oleh karena ini penulis mengambil judul dalam penelitian ini adalah tentang: Pengaruh Implementasi Total Quality Management(TQM)Terhadap Daya Saing dan Kinerja Perusahaan Perikanan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari”.

1.1.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut (1) Apakah implementasi Total Quality Management (TQM) berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap daya saing perusahaan perikanan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari ?; (2) Apakah implementasi Total Quality Management (TQM) berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap kinerja perusahaan perikanan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari ?; dan (2) Apakah daya saing berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja perusahaan perikanan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari?

1.2.

Tujuan Penelitian

(5)

Jurnal Ilmiah SiGMA-66 Edisi : Manajemen Pemasaran Volume 1, Tahun 1, Juli – Desember 2011

[22]

(TQM) terhadap daya saing perusahaan perikanan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari. (2) Mengetahui dan menganalisis pengaruh implementasi Total Quality Management (TQM) terhadap kinerja perusahaan perikanan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari. (3) Mengetahui dan menganalsis pengaruh daya saing terhadap kinerja perusahaan perikanan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Konsep Total Quality Management (TQM)

Indrajid & Djokopranoto, (2005), Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) adalah system manajemen mengenai pengendalian mutu yang berfokus pada pelanggan. Pelanggan diartikan sebagai pelanggan internal dan eksternal, yaitu semua pihak yang ada dalam supply chain.

Samson dan Terziovski, (2004), mendefinisikan konsep TQM sebagai suatu filosofi yang meliputi konsep, metoda, alat-alat dan teknik untuk membentuk bahasa yang dapat dipahami dan diterapkan sebagai strategi bisnis di”top-floor” dan sebagai strategi fungsional pada ”shop-floor”. Choi dan Eboch, (2003) berpendapat bahwa untuk membentuk daya saing baru, banyak perusahaan telah mengadopsi secara praktis

Total Quality Management (TQM). Manahan P. Tampubolon (2004:85), Manajemen Total Kualitas (TQM) merupakan komitmen perusahaan untuk memberi yang terbaik bagi pelanggan-pelanggannya. Penekanannya adalah untuk secara kontinu melakukan perubahan secara berkelanjutan (continuously improvement), yang merupakan tuntutan mutu yang tidak pernah secara seratus persen dapat dipenuhi organisasi sehingga menjadi target berikutnya bagi manajemen operasional

untuk mencapai ketingkat bebas/nol kesalahan (zero defect).

Berdasarkan definisi dan konsep TQM yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka secara umum TQM menghadirkan seperangkat prinsip manajemen yang berfokus pada perbaikan kualitas secara terus-menerus (continous improvement), sebagai tenaga penggerak pada semua sektor fungsi dan tingkatan organisasi. Prinsip-prinsip dalam TQM antara lain adalah kualitas yang ditentukan oleh pelanggan, kepemimpinan, manajer, perencanaan strategik, tanggung jawab karyawan, perbaikan secara berkesinambungan, usaha kerjasama, dan pengendalian.

2.2.

Elemen-elemen Total Quality Management (TQM)

Samson & Terziovski, (2004) dan Gasperz (2005) berpendapat bahwa Total Quality Management (TQM) dibangun berdasarkan elemen-elemen inti dan konsep, sebagai berikut :

2.2.1

Leadership

Leadership merupakan salah satu kriteria pada MBNQA dalam bidang bisnis. Menurut Samson dan Terziovski (1999:396), leadership merupakan elemen yang dipertimbangkan untuk menjadi pengendali utama pada TQM. Pada elemen TQM yang pertama tersebut, akan menguji kepemimpinan senior

(6)

Jurnal Ilmiah SiGMA-66 Edisi : Manajemen Pemasaran Volume 1, Tahun 1, Juli – Desember 2011

[23]

mencapai atau melampaui tujuan organisasi. Lebih lanjut Tijptono dan Diana (2003:157-158), bahwa kepemimpinan memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

Visible, committed, dan knowledgeable,

Kepemimpinan yang baik mengembangkan fokus pada aspek kualitas, melibatkan setiap orang dalam pendidikan dan pelatihan. Selain itu juga mengembangkan hubungan rutin dengan para karyawan, pelanggan, dan pemasok.  Semangat misionaris, Pemimpin yang baik

berusaha mempromosikan aspek kualitas di luar organisasi, baik melalui pemasok, distributor, maupun pelanggan

 Target yang agresif, Kepemimpinan yang baik mengarah pada perbaikan yang bersifat inkremental, tidak sekedar memperbaiki proses tetapi juga mengupayakan proses-proses yang berbeda

Strong driver, Tujuan yang ingin dicapai dalam aktivitas perbaikan ditetapkan dengan jelas dalam ukuran kepuasan pelanggan dan kualitas

 Komunikasi nilai-nilai, Kepemimpinan yang baik melakukan perubahan budaya ke arah budaya kualitas secara efektif. Hal ini dilakukan dengan menyusun suatu sistem komunikasi yang jelas dan konsisten melalui kebijakan tertulis, misi pedoman, dan pernyataan lainnya mengenai nilai-nilai kualitas

 Organisasi, Struktur organisasi yang dimiliki adalah struktur datar (flat structure) yang memungkinkan adanya wewenang yang lebih besar bagi level-level yang lebih rendah. Setiap karyawan diberdayakan dan dilibatkan dalam tim-tim perbaikan inter departemental

 Kontak dengan pelanggan, Para pelanggan memiliki akses untuk menghubungi CEO dan para manajer senior perusahan.

Definisi-definisi di atas pada hakikatnya mengandung kesamaan, di mana konsep dasarnya berkaitan dengan penerapannya dalam TQM, yaitu membangkitkan motivasi atau semangat orang lain, yaitu dengan jalan memberikan inspirasi atau mengilhami. Konsep ini mengandung pengertian bahwa motivasi tersebut telah ada dalam diri setiap karyawan dan motivasi yang ada tersebut bukanlah sekedar tanggapan temporer terhadap rangsangan eksternal. Kepemimpinan sendiri tidak hanya berada pada posisi puncak struktur organisasi perusahaan, tetapi juga meliputi setiap level yang ada dalam organisasi.

2.2.2

People management

People Management juga merupakan salah satu kriteria pada MBNQA dalam bidang bisnis. Pada MBNQA, people management termasuk dalam kategori fokus sumber daya manusia.Samson dan Terziovski (1999:396), berpendapat bahwa isu yang utama dalam people management adalah bagaimana hubungan sumber daya manusia dalam organisasi dan penyelarasannya dengan strategi organisasi. Menurut Lupiyoadi (2001:118), usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk peningkatan kualitas SDM, antara lain:

Training, merupakan program yang ditujukan bagi SDM perusahaan berupa pemberian informasi pengetahuan dasar mengenai strategi kerja, sikap, kemampuan berkomunikasi, dan memahami konsumen Management Support and Internal

(7)

Jurnal Ilmiah SiGMA-66 Edisi : Manajemen Pemasaran Volume 1, Tahun 1, Juli – Desember 2011

[24]

Personal Administration Tools and Human Resources Management, manajemen perlu mempersiapkan program perencanaan SDM yang tepat dan efektif agar dalam pelaksanaan sesuai dengan strategi yang telah ditetapkan perusahaan. Pada aplikasinya diperlukan koordinasi secara berkesinambungan

Developing a service Culture, manajemen perusahaan harus dapat menciptakan suatu pola yang sama untuk setiap SDM agar kinerjanya memuaskan konsumen

2.2.3

Customer focus

Pada hakikatnya tujuan bisnis adalah untuk menciptakan dan mempertahankan pelanggan. Lupiyoadi (2001:143), pelanggan adalah “a person who buys goods or service” (pelanggan adalah seseorang yang membeli suatu barang atau jasa). Samson dan Terziovski (1999: 396) berpendapat bahwa pada elemen ini mengarahkan pada bagaimana sebuah organisasi memutuskan arah dan menampilkan kebutuhan pelanggan dan ekspektasi, menyediakan hubungan yang efektif antara pelanggan dengan perusahaan. Tjiptono (1994:9), adanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, di antaranya adalah:

 Hubungan antara perusahaan dan para pelanggannya menjadi harmonis

 Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang

 Dapat mendorong terciptanya loyalitas pelanggan

 Membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (world-of-mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan

 Reputasi perusahaan menjadi baik di mata pelanggan

 Laba yang diperoleh dapat meningkat Berdasarkan dari definisi-definisi tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya pengertian kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara

harapan dan kinerja atau hasil yang diharapkan. Oleh karena kepuasan pelanggan merupakan prioritas paling utama dalam TQM, maka organisasi semacam ini harus memiliki fokus pada pelanggan.

2.2.4

Strategic planning Samson dan Terziovski (1999:396) berpendapat bahwa elemen ini terfokus pada strategi organisasi dan perencanaan bisnis serta pengembangan perencanaan, secara terus menerus organisasi memperhatikan pelanggan, dan kebutuhan kinerja operasional. Penekanannya adalah pada pelanggan, pengendalian kualitas, dan kinerja operasional yang sangat baik sebagai kunci strategi bisnis yang dibutuhkan untuk menjadi bagian yang integral pada keseluruhan perencanaan bisnis.

Menurut Besterfield et al,. (2003:45) ada tujuh langkah dasar pada strategic quality planning. Pada proses awal dengan prinsip bahwa kualitas dan kepuasan pelanggan adalah pusat tujuan organisasi. Ketujuh prinsip dasar tersebut adalah:

Customer needs (kebutuhan pelanggan), Langkah awal pada strategic planning

adalah menemukan kebutuhan masa depan pada pelanggan. Siapakah yang menginginkannya? Apa yang menjadi dasar pelanggan berubah? Apa yang pelanggan inginkan? Bagaimana organisasi akan mampu memenuhi dan melampaui harapan pelanggan?

(8)

Jurnal Ilmiah SiGMA-66 Edisi : Manajemen Pemasaran Volume 1, Tahun 1, Juli – Desember 2011

[25]

dieliminasi. Organisasi membutuhkan usaha yang nyata pada area yang terbaik  Predict the future (prediksi yang akan

datang), Pada tahap ini, seseorang yang membuat perencanaan harus dapat melihat ke dalam crystal balls (melakukan peramalan) untuk memprediksi kondisi di masa mendatang yang akan mempengaruhi produk atau jasa yang mereka miliki. Demografi, ekonomi, peramalan, dan teknik menaksir atau memproyeksi adalah alat-alat yang akan membantu untuk memprediksi masa yang akan datang. Bahkan produk atau jasa akan menjadi kuno dikarena perusahaan gagal untuk meramalkan perubahan teknologi. Tercatat bahwa rata-rata perubahan adalah terus mengalami peningkatan

Gap analysis, Pada langkah ini seseorang yang membuat perencanaan membutuhkan untuk mengidentifikasi

gaps antara tingkatan arah dan tingkatan masa depan organisasi. Analisis pada nilai inti dan konsep, yang memberikan kemudahan dalam bahasan ini.

Closing the gap, Perencanaan sekarang dapat dikembangkan untuk menyelesaikan gaps dari tujuan yang dibangun dan tanggung jawab. Seluruh

stakeholders harus terlibat dalam pengembangan perencanaan

 Selaras (alignment), Seperti pada pengembangan perencanaan, hal ini juga harus searah dengan misi, visi, dan nilai inti, dan konsep organisasi. Tanpa keselarasan ini, perencanaan akan memiliki sedikit peluang untuk sukses  Implementasi, Pada tahap yang terakhir ini

sering terjadi kesulitan. Sumber daya yang ada harus dialokasikan untuk mengumpulkan data, mendesain perubahan, dan menguasai perubahan keadaan yang terjadi. Juga yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan

monitoring aktivitas-aktivitas untuk menjamin kemajuan perusahaan. Orang-orang yang terlibat dalam pembuatan perencanaan dalam perusahaan seharusnya melakukan pertemuan setiap akhir tahun untuk mengetahui kemajuan dan melakukan koreksi terhadap aktivitas yang telah dilakukan.

2.2.5

Information and analysis

Samson dan Terziovski, (1999:397) berpendapat bahwa information and analysis

merupakan elemen dari TQM yang berkaitan dengan scope, manajemen, dan penggunaan data dan informasi untuk mempertahankan fokus pada pelanggan, mengendalikan kualitas yang terbaik, dan untuk meningkatkan kinerja. Filosofi pada TQM menekankan pada pembuatan keputusan berdasarkan pada fakta yang meliputi analisis dan informasi tentang kebutuhan pelanggan, masalah-masalah operasional, dan cara-cara sukses untuk memperbaiki usaha-usaha yang ada. Sedangkan Samson dan Terziovski, (1999:397) mengatakan bahwa banyak teknik-teknik dalam TQM yang terkenal (misalnya: cause-and efect analysis, Pareto Charts) yang bertujuan membantu organisasi untuk memproses informasi secara efektif.

Menurut Lupiyoadi (2001:182) dalam mengembangkan kualitas pelayanan yang efektif melalui sistem informasi, setidaknya ada lima petunjuk yang perlu dilakukan:  Mengukur besarnya harapan pelanggan

atas pelayanan, Perusahaan harus dapat mengukur besarnya harapan yang muncul atas pelayanan yang diberikan kepada konsumen

 Menentukan di mana titik berat kualitas informasi, Perusahaan harus dapat menetapkan letak titik berat kualitas informasi yang ingin dicapai

(9)

Jurnal Ilmiah SiGMA-66 Edisi : Manajemen Pemasaran Volume 1, Tahun 1, Juli – Desember 2011

[26]

memahami saran pelanggan mengenai produk atau jasa

 Menghubungkan kinerja pelayanan dan output yang dihasilkan, Perusahaan diharapkan mampu mengkaitkan kinerja pelayanan dengan tujuan perusahaan  Menjangkau seluruh pegawai, Penerapan

sistem informasi dalam kualitas pelayanan harus mampu mencakup keseluruhan individu yang terkait di dalam hierarki organisasi. Sistem tersebut harus didesain sedemikian rupa agar semua pegawai yang berada dalam fungsi yang berbeda mendapatkan informasi yang sesuai

2.2.6

Process management Persaingan yang terjadi di perusahaan menuntut produk ataupun jasa yang dihasilkan memiliki performance yang tinggi. Hal ini tentunya diperlukan adanya manajemen proses yang selalu dapat melakukan perbaikan. Samson dan Terziovski, (1999:397) berpendapat bahwa process management merupakan elemen pada TQM yang berkaitan dengan bagaimana organisasi

mendesign dan memperkenalkan produk dan jasa, integrasi produksi dan pemenuhan kebutuhan, dan me-manage kinerja pada para supplier. Inti ide tersebut berdasarkan pada prinsip TQM yang menyatakan bahwa organisasi adalah kumpulan proses yang saling berhubungan, dan perbaikan pada proses tersebut merupakan landasan dalam perbaikan kinerja. Deming melihat kumpulan pada proses yang saling terkait tersebut merupakan sebuah sistem, dan perlakuannya pada sistem organisasi adalah secara umum konsisten dengan penggunannya saat ini pada teori manajemen. Konsep elemen-elemen TQM yang dikemukan oleh Samson dan Terziovski (2004) dan konsep kualitas yang dikemukakan oleh The Malcom Bridge Quality of Award (MBQA), dalam penelitian ini digunakan sebagai indikator impelementasi

Total Quality Management (TQM)

2.3.

Konsep Daya Saing (Competitive Advantange)

Daya saing industri merupakan kemampuan industri untuk menciptakan dan mempertahankan seperioritasnya terhadap para pesaing-pesaingnya dalam persaingan pasar. Berdasarkan fenomena yang terjadi di negara-negara maju, ternyata kunci dari peningkatan kinerja perusahaan terletak pada kemampuan perusahaan dalam bekerja sama dengan mitra bisnisnya (Indrajid & Djokopranoto, (2005).

Poter (1985) menyatakan bahwa tidak dapat dipungkiri dalam jangka pendek, daya saing perusahaan dapat diperoleh dari strategi biaya rendah maupun strategi diferensiasi. Lebih lanjut Dirgantoro (2002) menyebutkan bahwa keunggulan bersaing berkembang dari nilai yang mampu diciptakan perusahaan untuk pembelinya yang melebihi biaya perusahaan dalam memproduksi barang dan jasa. Keunggulan bersaing berasal dari banyak aktifitas berlainan yang dilakukan perusahaan dalam mendesain, memproduksi, memasarkan, menyerahkan dan mendukung produknya. Ada dua jenis keunggulan bersaing, yaitu :  Keunggulan biaya, merupakan inti dari

strategi bersaing. Untuk mencapai keunggulan biaya sebuah perusahaan harus siap menjadi produsen berbiaya rendah. Sebuah perusahaan dapat mencapai dan mempertahankan keunggulan biaya, maka akan menjadi perusahaan dengan kinerja rata-rata yang dekat dengan kinerja rata-rata industri.  Diferensiasi, perusahaan harus menjadi

(10)

Jurnal Ilmiah SiGMA-66 Edisi : Manajemen Pemasaran Volume 1, Tahun 1, Juli – Desember 2011

[27]

Akan tetapi dalam jangka panjang, menurut Poter (1985), daya saing hanya dapat diperoleh dari usaha menanamkan dang membangun kompetensi, melakukan inovasi terus menerus dan bergerak lebih cepat dari pesaing. Sumber keunggulan dapat ditemukan dari kemampuan manajemen dalam mengonsolidasikan kompetensi bidang fungsional perusahaan, yaitu kompentensi pemasaran, inovasi serta

manufacturing. Kompetensi bidang fungsional merupakan kemampuan dan kinerja bidang fungsional yang mendukung tercapainya tujuan strategik perusahaan, dan berperan dalam memperoleh, menopang atau memperbaiki keunggulan kompetitif. Selanjutnya dipertegas oleh Vickery, dkk.(1994) bahwa sumber keunggulan bersaing perusahaan adalah kompetensi bidang pemasaran, inovasi dan

manufacturing.

Kompetensi perlu dikelola melalui proses koagnitif, yaitu suatu proses yang menuntut pengertian dan kesadaran seluruh komponen yang terlibat. Proses koagnitif sangat penting dalam membangun dan mengembangkan kompetensi (competence building and leveraging). Keberhasilan pembentukan kompetensi tergantung pada manajer dalam memperbaiki aliran informasi, pengetahuan dan kemampuan memperbaiki kondisi perusahaan (Hitt and Ireland, 1986).

Uraian mengenai konsep daya saing di atas selanjutnya dipertegas oleh Scannel, Vickery dan Druge (2001) dan Gimenez dan Ventura (2005), menyatakan bahwa daya saing didefinsikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menerapkan: flexibility, innovation dan quality yang dijelaskan sebagai berikut:

Flexibility, didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan dalam memproduksi variasi jumlah jenis produk dan variasi jumlah volume produksinya sesuai permintaan pelanggan.

Innovation, adalah kemampuan

perusahaan dalam mengembangkan produk baru dan proses produksinya sesuai permintan pelanggan.

Quality, merupakan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi produk yang telah disepakati bersama dengan pelanggannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini, daya saing perusahaan didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan menghadapi perubahan permintaan pelanggan melalui fleksibilitas produksi, inovasi dan quality produksi, yang didopsi dari konsep yang dikemukan oleh Scannel, Vickery dan Druge (2001) dan Gimenez dan Ventura (2005). Daya saing perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan 3 indikator, yaitu

fleksibilitas produksi, innovation produksi dan

quality produksi.

2.4.

Konsep Kinerja

Pengukuran kinerja perusahaan didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk membuat standar yang diinginkan oleh pelanggan mereka dan hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan biaya produksi dan pemeliharaan yang rendah, peningkatan kualitas produk, mengurangi persediaan barang dalam proses, pengurangan atas biaya penanganan material dan batas waktu penyerahan (Tracey dan Vonderembse, 2004).

(11)

Jurnal Ilmiah SiGMA-66 Edisi : Manajemen Pemasaran Volume 1, Tahun 1, Juli – Desember 2011

[28]

tidak mempertimbangkan kinerja pesaingnya, sedangkan kinerja relatif adalah pengukuran kinerja dengan cara membandingkan kinerja perusahaan tertentu dengan para pesaingnya. Lebih spesifik, pengukuran kinerja secara absolut mengacu pada pengukuran kemampuan di dalam perusahaan dengan tidak mempertimbangkan kinerja pesaing, oleh karena itu dapat diartikan sebagai tingkat pengukuran kemampuan perusahaan dalam: Costs, stock-outs and Lead-time reductions (Gimenez dan Ventura, 2005).

Rue dan Byard (1997), kinerja perusahaan merupakan suatu prestasi perusahaan yang diukur dalam bentuk hasil-hasil kinerja (performance outcome). Sebagian besar peneliti sepakat, bahwa pengukuran kinerja perusahaan tidak hanya menggunakan satu ukuran tunggal. Samson dan Terziovski (1999:397) berpendapat bahwa kinerja merupakan elemen pada TQM yang memfokuskan pada kualitas kinerja operasional dan indikator-indikator kinerja bisnis. Sedangkan Gasperz (2005:277) berpendapat bahwa kategori hasil-hasil bisnis menguji kinerja perusahaan dan peningkatan dalam area bisnis kunci-kepuasan pelanggan, kinerja pasar, dan keuangan, hasil-hasil sumberdaya manusia, kinerja pemasok, dan mitra bisnis, dan kinerja operasional. Juga menguji tingkat-tingkat kinerja relatif terhadap pesaing-pesaing.

Dalam penelitian ini, pengukuran kinerja akan menggunakan kinerja absolut yang dapat di definisikan sebagai kemampuan perusahan dalam efisiensi dan efektifitas dalam penerapan TQM dengan cara: costs, stock-outs dan lead-time reductions yang merupakan ukuran kinerja yang ideal dapat dicapai dan dilakukan. Tujuan menganalisis kinerja dalam terminologi absolut adalah untuk mengetahui peningkatan yang dapat dicapai dengan menerapkan konsep TQM dalam aktivitas perusahaan, lebih jelasnya

urain dari variabel-variabel tersebut sebagai berikut : (Gimenez & Ventura, 2005).

a) Cost reductions adalah kemampuan perusahaan dalam melakukan efisiensi melalui penerapan TQM yaitu penurunan biaya pelayanan, transportasi, dan biaya dalam memproses pesanan dari pemasok maupun ke pelanggan

b) Stock-Out reductions dapat didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan dapat menurunkan kekurangan biaya persediaan dalam proses produksi dan barang jadi dari pemasok maupun ke pelanggan.

c) Lead-time reductions didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan dalam menurunkan waktu tunggu untuk memperoleh material dari pemasok maupun waktu tunggu pengiriman produk ke pelanggan

2.5.

Hubungan antara Total Quality Management (TQM) dan daya saing perusahaan.

Anatan dan Ellitan (2007) mengatakan bahwa memandang Total Qaulity Management (TQM) sebagai strategi untuk meningkatkan kualitas produk, maka implementasi Total Quality Management

(TQM) merupakan hal yang krusial dalam meningkatkan daya saing perusahaan. Peningkatan daya saing perusahaan dicapai melalui perbaikan kualitas secara terus menerus sehingga perusahaan mampu mengasilkan produk yang sesuai dengan desain atau spesifikasi yang telah ditetapkan, mampu merespon perubahan permintaan pelanggan dan melakukan pengembangan produk baru atau produk lama.

(12)

Jurnal Ilmiah SiGMA-66 Edisi : Manajemen Pemasaran Volume 1, Tahun 1, Juli – Desember 2011

[29]

adanya pendokumentasian yang efektif, kemampuan menetapkan perencaaan kualitas yang baik dan pengendalian kualitas proses yang efektif. Yang kesemua unsur tersebut di atas merupakan elemen kunci dari konsep Total Quality Management(TQM).

Lebih lanjut Gasperz (2005) mengatakan bahwa melalui penerapan Total Quality Management (TQM), maka perusahaan akan mampu melakukan perbaikan kualitas desain dan kualitas konformansi. Kualitas desain mengacu pada aktivitas yang menjamin bahwa produk baru, produk yang dimodifikasi, didesain sedemikian rupa untuk memenuhi keinginan dan harapan pelanggan serta secara ekonomis layak untuk diproduksi atau dikerjakan. Dengan demikina kualitas desain adalah kualitas yang direncanakan. Kualitas desain akan menentukan spesifikasi produk dan merupakan dasar pembuatan keputusan yang berkaitan dengan segmen pasar, spesifikasi penggunaan serta pelayanan purna jual. Kemudian kualitas konformansi mengacu kepada pembuatan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya pada tahap desain. Dengan demikian kualitas konformansi menunjukkan sejauh mana produk-produk yang dibuat memenuhi atau sesuai dengan spesifikasi produk. Dengan dihasilkannya produk yang berkualitas yang sesuai dengan desain atau spesifikasi yang telah ditetapkan dan melalui proses inovasi proses dan produk serta sesuai dengan keinginan dan harapan pelanggan, maka akan berdampak pada peningkatan daya saing perusahaan perikanan. Hubungan ini di diperkuat oleh kajian empiris yang dilakukan oleh Samson dan Terziovski (1999) yang menemukan bahwa penerapan Total Quality Management (TQM) berpengaruh signifikan pada kinerja organisasi secara keseluruhan yang diantaranya meliputi kinerja operasional dan daya saing. Olehnya itu hipotesis yang diajukan: Implementasi Total Quality

Management (TQM) berpengaruh signifikan dan positif terhadap daya saing perusahaan perikanan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari

2.6.

Hubungan Antara Total Quality Management (TQM) Dan Kinerja Perusahaan

Anatan dan Ellitan (2007) mengatakan bahwa memandang TQM sebagai strategi untuk meningkatkan kualitas manajemen, maka implementasi TQM menurut berkaitan dengan pencapaian kinerja perusahaan. Pencapain kinerja perusahaan berkaitan dengan peningkatan kualitas pemasaran dan pelayanan kepada supplier dan pelanggan. Kualitas pemasaran dan pelayanan berkaitan dengan sejauh mana dalam penggunaan material dan produk memenuhi ketentuan-ketentuan dasar tentang pemasaran, supply dan pelayanan.

(13)

Jurnal Ilmiah SiGMA-66 Edisi : Manajemen Pemasaran Volume 1, Tahun 1, Juli – Desember 2011

[30]

pengurangan biaya produksi, biaya kekurangan persediaan dan pengurangan waktu tunggu pengiriman material dari supplier dan pengiriman produk ke pelanggan. yang pada gilirannya akan berdampak pada kinerja perusahaan perikanan. Hubungan kausalitas ini diperkuat oleh hasil temuan empiris yang dilakukan oleh Choi dan Eboch (2003), Prajogo dan Brown (2004), Samson dan Terziovski (1999, 2000 dan 2004) yang menyimpulkan bahwa implementasi Total Quality Management (TQM) mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja perusahaan.

2.7.

Hubungan Antara Daya Saing Perusahaan Dengan Kinerja Perusahaan

Kompetensi perusahaan menurut Ellitan dan Anatan (2007) pada prinsipnya meliputi kapabilitas yang berhubungan dengan teknologi dan keahlian yang diperoleh melalui organization learning atau collective learning. Selanjutnya Prahalad, dkk (1994) menambahkan bahwa kompetensi sebagai pengetahuan nyata dan keterampilan yang secara khusus tercermin dalam keahlian teknologi dan produksi. Kompetensi juga memungkinkan perusahaan untuk mampu mengorganisasikan dan memanfaatkan sumber daya dan keahlian seoptimal mungkin untuk menciptakan produk atau jasa yang lebih unggul dan bernilai lebih bagi konsumen.

Melalui pengelolaan sumber daya dan keahlian yang dimiliki oleh perusahaan secara optimal dalam memproduksi barang, maka akan dihasilkan produk yang berkualitas yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan atau produk yang memiliki derajat konformansi yang tinggi, yaitu sesuai dengan desain dan spesifikasi produk. Dengan dihasilkannya produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan, maka akan berdampak efisiensi biaya produksi dan tingkat kerusakan menjadi minimum. Dengan terjadinya

efisiensi biaya dan minimumnya tingkat kerusakan produk, maka akan berdampak pada peningkatan produktifitas perusahaan yang menyebabkan peningkatan volume perjualan dan profitabilitas perusahaan akan meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan perikanan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari.

III.

METOD PENELITIAN

3.1.

Data dan Variabel

Penelitian ini ingin mengkaji, menganalisis dan mengetahui pengaruh implementasi konsep Total Quality Management (TQM) terhadap daya saing dan kinerja perusahaan perikanan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari. Menurut sugiyono (2004 : 11), penelitian eksplanatif asosiatif non experimental merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih dengan cara meneliti hubungan kausal antara variabel tanpa melakukan perlakuan khusus atau percobaan. Adapun variabel yang akan diteliti adalah implementasi konsep TQM

sebagai variabel (X); daya saing sebagai variabel (Y) Tipe hubungan antara variabel-variabel yang diteliti adalah bersifat causalitas

(sebab-akibat) yaitu variabel X sebagai variabel eksogen (exogenous variable) menjelaskan atau mempengaruhi variabel Y sebagai variabel endogen (endgenous variable). Dalam penelitian ini hubungan antara variabel diuji dengan menggunakan

Structural Equation Modelling (SEM) dengan program AMOS.

(14)

Jurnal Ilmiah SiGMA-66 Edisi : Manajemen Pemasaran Volume 1, Tahun 1, Juli – Desember 2011

[31]

(delapan) atau 9 (sembilan) orang manajer dan supervisor atau setingkat dengannya yang mewakili setiap perusahaan perikanan sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 106 orang.

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer merupakan data penelitian yang dilaporkan sendiri oleh responden secara individu atau secara kelompok, dimana mereka bisa bertindak atas nama pribadi atau atas nama perusahaan sebagai unit analisis yang diteliti. Data primer yang dimaksud berupa respon atau opini para manajer atau supervisor pada setiap perusahaan perikanan mengenai penerapan konsep TQM dan daya saing perusahaan perikanan. Data penelitian dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuisioner kepada manajer dan

supervisor atau setingkat dengannya pada 12 perusahaan perikanan di kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari. Jumlah kuisioner yang disebarkan adalah sebanyak 106 kuisioner.

Variabel penelitian dioperasionalisasikan mengacu pada semua variabel dalam hipotesis yang telah dirumuskan, yaitu variabel implementasi Total Quality Management berkedudukan sebagai variabel independent pertama yang selanjutnya dilambangkan dengan X, variabel daya saing berkedudukan sebagai variabel dependen yang selanjutnya dilambangkan Y. Untuk lebih mengoperasionalkan dan mengukur masing-masing variabel maka disusun indikator-indikator sebagai berikut :

Tabel 1 Operasionalisasi Variabel TQM

Variabel Indikator Item Keterangan

Implementasi TQM (X)

Leadership (X1): komitmen pimpinan dalam mendorong

perubahan perusahaan ke arah peningkatan kualitas secara terus menerus

4

Samson dan Terziovsky (2000);

Malcolm Baldrige National Quality Award (MBNQA);

Sanjay dkk. (Fendinand, 2005) People management (X2) karyawan berpartisipasi aktif

dalam mengikuti pelatihan yang relevan dengan peningkatan kualitas

4

Customer focus (X3) kemampuan perusahaan untuk

memfokuskan diri pada kepuasan pelanggan 4

Strategic planning (X4) kemampuan perusahan

menyesuaikan misi dan perencanaan bisnis 4

Information (X5) kemampuan perusahaan

mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk peningkatan kualitas produk

4

Process management (X6) kemampuan penyelarasan

misi bisnis antar departemen 4

Tabel 2 Operasionalisasi Variabel Daya Saing

Variabel Indikator Item Keterangan

Daya Saing (Y)

Fleksibility (Y1) kemampuan perusahaan dalam merespon perubahan permintaan pelanggan

2

Scannel, Vickery dan Druge (2001); Gimenez

dan Ventura (2005) Innovation (Y2) kemampuan perusahaan

dalam mengembangkan proses produksi sesuai permintaan pelanggan

2

Quality (Y3) kemampuan menghasilkan produk yang sesuai spesifikasi produksi yang diminta pelanggan

(15)

Jurnal Ilmiah SiGMA-66 Edisi : Manajemen Pemasaran Volume 1, Tahun 1, Juli – Desember 2011

[32]

Tabel 3 Operasionalisasi Variabel Kinerja

Variabel Indikator Item Keterangan

Kinerja (Y2)

Cost reduction (Y2.1) adalah kemampuan

perusahaan mengurangi biaya dari pemasok ke pelanggan

2

Gimenez dan Ventura (2005) Stock outs reduction (Y2.2)adalah kemampuan

perusahaan mengurangi biaya kekurangan persediaan barang

2

Lead time reductions (Y2.3) adalah kemampuan

perusahaan mengurangi waktu tunggu 2

3.2.

Analisis Data

Untuk menganalisis data, pencapaian tujuan serta pengujian hipotesis yang diajukan, maka data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan

model persamaan structural (Structural Equation Model atau SEM) dengan bantuan software Amos 5.0. Adapun pengembangan diagram patth dalam peneltian ini terlihat pada gambar 1.

Gambar 1 Model Path Lengkap

3.2.1

Uji Kecocokan Model

Tabel 4 Kriteria Uji Kecocokan Model A.Uji asumsi SEM

Ukuran sampel minimum: Hair, et al., (1996) : 100-200.

Uji normalitas Z-value <= 1.96

Uji outliers Jarak Mahalanobis < 26.217 B. Uji kesesuaian model

Chi Kuadrat (X2) Diharapkan kecil

Sig. Probability 

GFI 

(16)

Jurnal Ilmiah SiGMA-66 Edisi : Manajemen Pemasaran Volume 1, Tahun 1, Juli – Desember 2011

[33]

3.2.2

Analysis Comfirmatory Factor (CFA) konstruk

Analisis ini digunakan untuk melihat apakah indikator-indikator yang variabel memiliki kemaknaan yang cukup untuk mendefinisikan variabel laten yang dibentuk. Jika nilai koefisien

loading factor (lambda) dari suatu indikator yang membentuk konstruk  + 0.5, maka dapat disimpulkan bahwa indikator tersebut merupakan indikator yang dapat membentuk konstruknya.

3.3.

Uji Hipotesis

Pengujian hubungan kausal antara konstruk ini merupakan pengujian hipotesis penelitian. Setelah uji asumsi SEM dan uji kesesuaian model dan analisis konformatori factor dilakukan, maka uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan persis sama dengan uji hipotesis regeresi umumnya, yaitu dengan Uji Critical Ration (CR) pada  = 5 %. Uji Critical Ration (CR) digunakan untuk melihat siginifikansi koefisien regresi yang dihasilkan oleh berbagai hubungan kausalitas dalam model. Uji Critical Ration (CR) dengan rumus sebagai berikut :

Jika tingkat signifikan  0.05, maka disimpulkan bahwa koefisien regresi yang dihasilkan adalah siginifikan dan positif. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima. Sebaliknya jika tingkat signifikan > 0.01, maka disimpulkan bahwa koefisien regresi yang dihasilkan adalah tidak siginifikan sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini tidak dapat diterima.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(17)

Jurnal Ilmiah SiGMA-66 Edisi : Manajemen Pemasaran Volume 1, Tahun 1, Juli – Desember 2011

[34]

4.1.

Hasil Uji Model

Tabel 4 Hasil Uji Model

Kriteria Uji Model Hasil Uji Kesimpulan

Uji asumsi SEM

Ukuran sampel minimum: Hair, et al., (1996) yaitu 100-200. 106 Terpenuhi

Uji normalitas Z-value <= 1.96 Maks. 1.339 Terpenuhi

Uji outliers Jarak Mahalanobis < 26.217 Maks. 25.069 Terpenuhi

Uji kesesuaian model

Chi Kuadrat (X2) Diharapkan kecil 66.572 Fit

Sig. Probability  0.07 Fit

GFI  0.891 Marginal

TLI 5 0.966 Fit

4.1.1

Hasil Uji (CFA)

Analisis ini digunakan untuk melihat apakah dimensi-dimensi yang variabel memiliki kemaknaan yang cukup untuk mendefinisikan variabel laten yang dibentuk. Hasil uji CFA menunjukkan bahwa semua nilai loading factor indikator variabel TQM, daya saing dan kinerja > 0.5 sehingga dapat disimpulkan semua indikator ketiga variabel tersebu dapat mengukur variabel latennya.

4.1.2

Hasil Uji Hipotesis

Analisis pengaruh antar konstruk dari model dapat dibandingkan untuk mengevaluasi pengaruh setiap konstruk terhadap kontruk lainnya tidak lain adalah koefisien dari semua garis koefisien dengan anak panah satu ujung (Ferdinand, 2005), yang hasil ujinya disajikan sebagai berikut :

Tabel 5 Hasil hipotesis penelitian standardized total effect path

Variabel Independen Variabel Dependen Stnadardize total efek (P Value) Keterangan

Direct Indirect

Implementasi TQM (X) Daya Saing (Y1) 0,45 0.00 **** Signifikan

Implementasi TQM (X) Kinerja Perusahaan (Y2) 0.45 0.13 **** Signifikan

Daya Saing (Y1) Kinerja Perusahaan (Y2) 0.25 0.00 0.026 Signifikan

4.2.

Pembahasan

4.2.1

Pengaruh implementasi Total

Quality Management (TQM)

terhadap daya saing perusahaan perikanan

Secara empiris penelitian ini telah membuktikan bahwa implementasi Total Quality Management (TQM) adalah faktor yang mempengaruhi daya saing perusahaan. Berdasarkan pengujian hipotesis diperoleh hasil bahwa implementasi Total Quality

(18)

Jurnal Ilmiah SiGMA-66 Edisi : Manajemen Pemasaran Volume 1, Tahun 1, Juli – Desember 2011

[35]

perbaikan kualitas produk secara terus menerus yang menghasilkan produk yang sesuai dengan desain atau spesifikasi produk yang telah ditetapkan oleh perusahaan perikanan atau produk yang memiliki derajat konformansi yang tinggi dengan didasarkan pada keinginan dan permintaan pelanggan atau. Dihasilkannya produk yang berkualitas atau produk yang memiliki derajat konformansi yang tinggi dibandingkan dengan pasaing, maka perusahaan-perusahaan perikanan yang berada di kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari akan memiliki keunggulan operasional dan posisional dan ini memberikan nilai lebih kepada pelanggan yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing perusahaan perikanan tersebut.

Temuan penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Samson dan Terziovsky (2004) yang penelitiannya membuktikan bahwa penerapan Total Quality Management (TQM) berpengaruh signifikan dan positif terhadap daya saing dan menguatkan teori Forsberg dan Nelson (1999) yang menyatakan bahwa penerapan Total Quality Management (TQM) pada dasarnya menekankan pada orientasi proses untuk memperbaiki produk dan memberikan nilai lebih pada pelanggan.

4.2.2

Pengaruh implementasi Total

Quality Management (TQM)

terhadap kinerja perusahaan perikanan

Secara empiris penelitian ini telah membuktikan bahwa implementasi Total Quality Management (TQM) adalah faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Berdasarkan pengujian hipotesis diperoleh hasil bahwa implementasi Total Quality Management (TQM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan perikanan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari. Pengaruh implementasi Total

Quality Management (TQM) terhadap kinerja perusahaan adalah sebesar 0,45 dan signifikan pada p < 0,05. Penerapan Total Quality Management (TQM) pada perusahaan perikanan di Pelabuhan Perikanan (PPS) Kendari akan membawa perusahaan perikanan ke arah perbaikan kualitas secara terus menerus yang menghasilkan produk dengan biaya yang rendah dan tingkat kerusakan yang minimum. Dengan dihasilkannya produk dengan biaya yang rendah, maka berdampak pada rendahnya harga pokok penjualan dan dengan rendahnya harga pokok penjualan akan meningkatnya volume penjualan dan profitabilitas perusahaan perikanan yang pada akhirnya akan meningkatnya kinerja perusahaan perikanan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari.

Temuan penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Samson dan Terziovski (2000 dan 2004), Choi dan Eboch (2001), Prajogo dan Brown (2004) yang penelitiannya telah membuktikan bahwa penerapan Total Quality Management (TQM) berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja perusahaan dan menguatkan teori Pace (1998), menyatakan bahwa TQM berperan dalam memperbaiki kualitas, efisiensi, produktifitas dan mendukung pertumbuhan perusahaan.

4.2.3

Pengaruh daya saing terhadap kinerja perusahaan perikanan

(19)

Jurnal Ilmiah SiGMA-66 Edisi : Manajemen Pemasaran Volume 1, Tahun 1, Juli – Desember 2011

[36]

ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam menghasilkan produk yang berkualitas dengan mengoptimalkan keahlian teknologi dan produksi. Dengan pengoptimalan pemasaran, teknologi dan produksi, maka akan dihasilkan produk yang menekan harga pokok produksi dan hal ini berdampak pada rendahnya harga jual produk dibanding pesaing. Dengan rendahnya harga jual produk, maka akan meningkatkan profitabiltas persusahaan yang berdampak pada meningkatnya kinerja perusahaan perikanan. Temuan penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Vickery, dkk (1994) yang menyatakan bahwa kompetensi bidang fungsional (pemasaran, inovasi dan

manufacturing) berpengaruh signifikan terhadap hasil-hasil kinerja. dan menguatkan teori kompentensi produksi Cleveland dkk. (1989) yang menyatakan bahwa kinerja perusahaan dipengaruhi oleh kompetensi produksinya, yaitu pemasaran, inovasi dan

manufacturing.

4.2.4

Pengaruh implementasi Total Quality Management (TQM) terhadap kinerja perusahaan melalui daya saing

Secara empiris penelitian ini telah membuktikan bahwa adanya peran mediasi dari daya saing perusahaan dalam hubungan antara implementasi Total Quality Management (TQM) dan kinerja perusahaan. Peranan mediasi daya saing terhadap hubungan implementasi Total Quality Management (TQM dan kinerja perusahaan dibuktikan oleh koefisien indirect effect

sebesar 0,13. Penelitian ini menemukan tentang adanya hubungan antara implementasi Total Quality Management

(TQM) dan daya saing perusahaan dalam memprediksikan kinerja perusahaan perikanan. Peranan mediasi daya perusahaan dalam hubungan implementasi Total Quality Management (TQM) dan kinerja perusahaan

dapat dijelaskan bahwa implementasi Total Quality Management (TQM) memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan kemampuan perusahaan perikanan dalam melakukan invosi dan perbaikan kualitas produk secara terus menerus sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan keinginan pelanggan dan dengan dihasilkannya produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan, maka perusahaan dapat meningkatkan produktifitasnya sehingga hal ini akan berdampak pada terjadinya peningkatkan volume penjualan dan profitabilitas yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan perikanan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sun (2000) yang menemukan bahwa implementasi Total Quality Management (TQM) memiliki hubungan dengan kinerja perusahaan baik secara langsung maupun melalui peningkatan daya saing perusahaan dan menguatkan teori Cleveland dkk. (1989) mengenai teori kompentensi produksi yang menyatakan bahwa kinerja perusahaan dipengaruhi oleh kompetensi produksinya.

V.

KESIMPULAN

Hasil analisis statistik inferensial dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM), maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Implementasi Total Quality Management (TQM) berpengaruh signifikan dan positif terhadap daya saing perusahaan perikanan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari .

2. Implementasi Total Quality Management (TQM) berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja perusahaan perikanan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari

(20)

Jurnal Ilmiah SiGMA-66 Edisi : Manajemen Pemasaran Volume 1, Tahun 1, Juli – Desember 2011

[37]

perusahaan perikanan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari.

4. Implementasi Total Quality Management (TQM) berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja perusahaan perikanan melalui daya saing perusahaan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari.

5. Implementasi Total Quality Management (TQM) berpengaruh signifikan terhadap peningkatan daya saing dan kinerja perusahaan perikanan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari.

VI.

SARAN DAN REKOMENDASI

Penelitian ini hanya difokuskan pada satu kawasan industri perikanan, diharapkan kedepan dapat melakukan penelitian dengan ruang lingkup yang lebih luas khususnya

pada seluruh industri perikanan di Provinsi Sulawesi Tenggara maupun di daerah lain pada sektor usaha yang sejenis maupun sektor industri lain. Dalam penelitian ini lebih lebih cenderung dan menitiberatkan kajian ke perusahaan serta pengukuran daya saing dan kinerja lebih terfokus pada perusahaan perikanan dan disarankan bagi peneliti selanjutnya memasukan semua pihak yang bermitra yaitu kinerja supplier (nelayan mitra) dan kinerja pelanggan.

Operasionalisasi variabel TQM, Daya Saing dan Kinerja dalam penelitian ini first order sehingga dimensi mana yang paling kuat mengindikasikan ketiga variabel belum bisa dilakukan, sehingga diharapkan peneliti selanjutnya agar mengoperasional ketiga variabel tersebut sampai pada tinggkatan atau orde kedua (second order).

DAFTAR PUSTAKA

Augusty, Ferdinand. 2005. Structural Equation Modelling Dalam Peneltian Manajemen. Penerbit UNDIP. Semarang. Anatan, L dan Ellitan , L. 2007. Strategi Bersaing dalam Service Driven. Penerbit Andi Yogyakarta, Yoyakarta.

Besterfield, Dale H. (2003). Total Quality Management. Third Edition. Pearson Education International. New Jersey.

Choi, T. Y., & Eboch, K. (1998). The TQM Paradox: Relations among TQM practices,

plant performance, and customer

satisfaction. Journal of Operations

Management, 17(1), 59-75.

Cook, Lori S dan Rohit Verma. (2002).

Exploring the Linkages Bethween Quality System, Service Quality, and Performance Excellence: Service Providers’ System.

Quality Management Journal (QMJ) Vol. 9 No.2: 44-56

Cleveland, G., Schroeder,R.J., & Anderson, J.C., 1989. “Theory Of Production Competence", Decision Science, 23 (4): p.655-668.

Departemen Perdagangan dan Industri, (2006). Strategi Pengembangan Industri.

(Online), (Http://Deperindak. go. id). diakses tanggal 2 Maret 2006.

Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Perikanan Tangkap 2006.

Statistika Perikanan, Kendari 2006, Kendari Digantoro, Crown. 2002. Membangun Keunggulan Bersaing Melalui Proses Bisnis. Grasinndo, Jakarta.

Flaherty, M.T., 1993. Global Operation Management, New York : Mc Graw Hill Companies. P. 20.

Forsberg, T., Nilson, L., dan Anhtony, M. 1999.

Process Orientation : The Swedish experience. Total Quality Management, 10.pp.540-547.

Gasperz, Vincent. 2005.Total Quality Management. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Gimenez, C. & Ventura, E. (2005), “Supply Cahain Management As A Competitive Adventage in Spainish Groscer Sector,

(21)

Jurnal Ilmiah SiGMA-66 Edisi : Manajemen Pemasaran Volume 1, Tahun 1, Juli – Desember 2011

[38]

Operations & Production Management vol.25 pp 1-22

Hair, J.H.; Anderson, R.E.; Tatham, R.L. and Black, W.C. (1999). Análisis multivariante; Prentice Hall Iberia; 5ª ed.; Madrid. Joreskog, K. G. & Sorbom D. (1993): LISREL

8 User’s Reference Guide , Chicago: Scientific Software International, Inc. Hardjosoedarmo, Soewarso. 1999. Total

Quality Management. Andi. Yogyakarta Hart, C, Schlesinger, L., 1991. TQM and

Human Resources Professional, Human Resources Management, 30. pp. 433-454. Heizer. J & Render B, 2004. Operations

Management, Seventh Edition (IE) Prentice Hall. USA.

Indrajid, Richardus Eko & Richardus Djokopranoto. 2005. Starategi Manajemen Pemeblian dan Supply Cahain, Pendekatan Manajemen Terkini, Untuk Menghadapi Persaingan Global. Grasindo Indonesia, Jakarta

Indrajid, Richardus Eko & Richardus Djokopranoto. 2002. Konsep Supply Chain, Cara Baru Memandang Mata Tantai Persediaan. Widiasarana Indonesia, Jakarta Krawjeski, Lee J. & Larry P. Ritzman. 2002,

Operation Managemen Strategi Analysis, Sixth Edition, Prentice Hall, New Jersey. Luipiyoadi. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa

Teori dan Praktik. Salemba 4. Jakarta Munjiati Munawaraoh. 2004. Manajemen

Operasi. Unit Penerbiatan Fakultas Ekonomi. (UPFE-UMY) Yogyakarta.

Padli. 2001. Analisis Penggunaan Strategi Pada Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dan Kinerja Organisasi di Kota Makasar. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya Malang. Malang

Panuju, Redi. 1995. Komunikasi Bisnis. PT. Gramedia, Jakarta.

Porter, M.E., 1985. Competitive Advantage, New York, The Free Press.

Porter, M.E., 1990. The Competitive Advantage of Nations, Havard Business Review, March-April: p.73-83.

Prahalad, C.K., Fahay, I., & Randall, R.M., 1994. "A Strategy to Growth: The Role of Core Competence in the Coorperation", The Portable MBA in Strategy, p. 248-269. Prajogo, Daniel I dan Alan Brown. 2004. The

Relationship Bethween TQM Practices and Quality Performance and The Role of Formal TQM Programs: An Australian Empirical Study. Quality Management Journal (QMJ) . Vol.11. No.4:31-42

Samson, Danny dan Mile Terziovski. 2004.

The Effect of Company Size on the Relationship Bethween TQM Strategy and Organizational Performance. Journal The TQM Magazine Volume 12. No. 2-2000-pp. 144-148.

Samson, Danny dan Mile Terziovski. 2000. The Relation Bethween Total Quality Management Practices dan Operational Performance. Journal of Operation Mangement.17:393-409

Samson, Danny dan Mile Terziovski. 1999. The Link Bethween Total Quality Management Practice and Organisational Performance. International Journal of Quality & Reliability Management. Vol. 16 No.3, 1999, pp. 226-237

Saxeman, A., 1994. Regional Advantage: Culture & Competition in Silicon Valley Route 128, Cambridge, MA: Harvard University Press, 1994.

Scanel, Vickery dan Durge. 2001. Upstream Supply Chain Managemen and Competitive Performance in The Automotive Industri,. Journal of Business Logistic Vol 21. pp Simatupang, B., 1996. "Strategi Memenangkan

Persaingan di Pasar Global", Manajemen Usahawan Indonesia, p. 46-49.

Sohal, A.S., Ramsey, L. dan Samson, D. 1991.

(22)

Jurnal Ilmiah SiGMA-66 Edisi : Manajemen Pemasaran Volume 1, Tahun 1, Juli – Desember 2011

[39]

Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke-8. CV. Alfabeta, Bandung. Sun, H., 2000. TQM, ISO 9000 Certification an

Performance Improvement. Instrnational Journal of Quality and Reability Council 8th, National Quality Management Conference, p.63-83.

Tjiptono, Fandy. 2004. Prinsip-Prinsip Total Quality Service. Andi. Yogyakarta

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 2003.

Total Quality Management edisi revisi. Andi. Yogyakarta

Tracey dan Vonderembse. 2004. Building Supply Chain: A Key To Enhancing Manufacturing Performance. Journal of Business Mid-American, Vol.15. pp 10-20. Vickery, K.S., Droge, C, & Markland, R.E., 1994.

Gambar

Tabel 1 Operasionalisasi Variabel TQM
Gambar 1 Model Path Lengkap
Gambar 2 Output Path Lengkap
Tabel 4 Hasil Uji Model

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ini menerima hipotesis 4 yang menyatakan semakin tinggi Scarcity message maka semakin tinggi tingkat pembelian impulsif ( impulse buying ).. Nilai signifikansi

Sementara itu di propinsi Sumatera Barat , Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) juga memiliki jumlah yang cukup tinggi, berikut merupakan data jumlah Usaha Mikro Kecil dan

Dan… anda juga bolehlah menyediakan jawapan untuk – “Apakah yang anda rancang atau matlamat anda bagi kerjaya ini dalam masa 5 tahun akan datang…” (Kalaulah disoal,

Sistem informasi perusahaan adalah orang, peralatan, dan prosedur untuk mengumpulkan, memilah, menganalisis, mengevaluasi, dan mendistribusikan informasi yang

Pemboran berarah adalah salah satu seni membelokan lubang sumur untuk kemudian diarahkan ke suatu sasaran tertentu di dalam formasi yang tidak terletak vertikal di bawah mulut

Pasal 21 yang bersangkutan harus dilampiri fotokopi surat izin kerja yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja atau Instansi yang berwenang. g) Pemotong pajak

Dari latar belakang tersebut kemudian dimunculkan permasalahan “mengapa democracy assistance USAID yang diberikan melalui kerangka Election and Political Processes

Dari penelitian yang sudah dilakukan, peneliti bisa menemukan enam langkah yang dilakukan PKPU dalam membangun kemitraan dengan perusahaan yaitu:.. Service Excellent