• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang - Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Dan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Kota Gunungsitoli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang - Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Dan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Kota Gunungsitoli"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Keberhasilan suatu organisasi baik itu swasta maupun pemerintah sangat

tergantung kepada baik atau buruknya kinerja dari organisasi tersebut. Kinerja

dari suatu organisasi tergantung kepada kinerja para pegawainya yang merupakan

penggerak bagi berjalannya suatu organisasi. Dalam organisasi untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan harus memiliki kegiatan yang digerakkan oleh

seseorang atau sekelompok orang yang bekerjasama aktif dalam menghasilkan

kinerja organisasi yang baik, yang artinya tercapainya tujuan suatu organisasi

dikarenakan upaya yang dilakukan orang-orang yang ada di dalam organisasi

tersebut.

Kinerja dari seorang pegawai menunjuk pada kemampuan pegawai tersebut

dalam melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnnya. Menurut

Hasibuan (2001:34) kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam

melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas

kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Kinerja pegawai dalam

suatu organisasi baik itu organisasi swasta maupun organisasi pemerintah

merupakan faktor yang penting dalam mendorong pencapaian organisasi sehingga

kinerja para pegawai penting untuk ditingkatkan. Tujuan organisasi tidak akan

tercapai tanpa kinerja yang baik dari pegawainya. Demikian juga halnya dengan

(2)

2

Negeri Sipil (PNS) yang merupakan sumber daya aparatur negara yang bertugas

memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, ujur, adil dan

merata. Kinerja PNS mempengaruhi kemajuan suatu negara khususnya dalam

memberikan pelayanan publik yang efektif dan efisien kepada masyarakat.

Kinerja PNS di Indonesia masih dianggap kurang baik seperti yang

dikemukakan oleh Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi yang memperkirakan bahwa 40% dari 4,7 juta PNS di Indonesia

memiliki kinerja buruk (www.tempo.com). Oleh karena itu peningkatan kinerja

PNS perlu mendapatkan perhatian khusus untuk meningkatkan kinerja organisasi

secara keseluruhan agar hal ini diharapkan dapat diperbaiki mengingat kebutuhan

pelayanan masyarakat yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.

Kinerja pegawai dapat ditingkatkan dengan melakukan pembinaan terhadap

pegawai tersebut. Upaya peningkatan kemampuan ini penting dilakukan agar

peningkatan kinerja dan loyalitas pegawai dapat menjadi kenyataan. Hal tersebut

itu bisa diperoleh salah satunya jika organisasi tersebut ditangani oleh suatu

manajemen yang baik. Salah satu sasaran pengelolaan sumber daya manusia

pada fungsi manajemen organisasi adalah menyangkut kepemimpinan yaitu suatu

proses mempengaruhi orang lain dalam menentukan dan mencapai tujuan

organisasi yang dilakukan oleh seorang pemimpin yang ditunjuk dan diakui oleh

anggota sebagai orang yang pantas untuk memimpin mereka.

Peran pemerintah dalam mencapai tujuannya yaitu dalam pelayanan

masyarakat mengakibatkan peningkatan kebutuhan akan pimpinan yang memiliki

kualitas tertentu. Kebutuhan akan kepemimpinan ini sangat penting karena

(3)

3

menjalankan fungsi dalam organisasi tersebut karena pimpinanlah yang memiliki

daya kemampuan mempengaruhi dan menggerakan manusia lainnya untuk

bekerja mencapai tujuan. Seorang pemimpin merupakan unsur yang menentukan

dalam mengembangkan suatu organisasi, berhasil atau gagalnya suatu organisasi

pemerintahan banyak ditentukan oleh kualitas kepemimpinan tersebut. Keputusan

yang diambil oleh seorang pemimpin membawa pengaruh yang besar terhadap

kelangsungan kegiatan dan perkembangan dalam suatu organisasi.

Peran pemimpin menjadi sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi

yaitu dalam mengelola bawahannya agar bekerja secara maksimal sehingga

tercapai kinerja yang tinggi. Dalam suatu organisasi setiap pemimpin memiliki

gaya kepemimpinan yang berbeda-beda dalam melaksanakan kepemimpinannya

serta mengarahkan bawahannya agar mampu bekerja sama dengan baik, oleh

karena itu seorang pemimpin harus menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat

dan sesuai dengan kebutuhan organisasi yang nantinya akan mempengaruhi

keberhasilan pencapaian tujuan dari organisasi tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan atau

mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Gunungsitoli”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini

(4)

4

Pegawai Pada Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Gunungsitoli?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menganalisis Seberapa Besar Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja

Pegawai Pada Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil

dan Menengah Kota Gunungsitoli.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak baik secara

langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Secara Praktis, bagi organisasi terkait yaitu Dinas Perindustrian

Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota

Gunungsitoli, penelitian ini diharapkan dapat mampu memberikan

masukan informasi dan saran yang dapat digunakan untuk

mengembangkan kepemimpinan dan pembinaan kepegawaian.

2. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik secara umum dan

Ilmu Administrasi Negara secara khusus dalam menambah bahan

(5)

5

menggunakannya khususnya di bidang Manajemen Sumber Daya

Manusia.

1.5 Kerangka Teori

Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman dasar berfikir yaitu

kerangka teori. Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut seorang peneliti perlu

menyusun kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari

sudut mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih. Teori adalah

serangkaian asumsi, konsep, konstruk, defenisi, dan proporsi untuk menerangkan

suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara mengonstruksi hubungan

antara konsep dan proporsi dengan menggunakan asumsi dan logika tertentu

(Singarimbun, 2012:35). Oleh karena itu, dalam hal ini penulis mengemukakan

beberapa teori yang relevan dengan tujuan penelitian ini.

1.5.1 Kepemimpinan

Dalam suatu organisasi, kepemimpinan merupakan faktor yang harus

diperhatikan. Hal ini dimaksudkan agar tercapainya tujuan yang telah ditetapkan

organisasi dibutuhkan seorang pemimpin yang mampu mengarahkan dan

memimpin pegawai untuk melaksanakan tugas, meningkatkan mutu guna

pencapaian rencana dan tujuan yang telah ditetapkan. Pemimpin mempunyai

tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas

kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak

(6)

6

Istilah kepemimpinan berasal dari bahasa latin yaitu leader adalah orang

yang membimbing orang lain atau kemampuan untuk mempengaruhi orang lain

dengan kemampuan sendiri. Menurut Kartono (2006:10) kepemimpinan

merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan semangat, dan kekuatan moral yang

kreatif, yang mampu mempengaruhi para anggota untuk mengubah sikap,

sehingga mereka menjadi conform dengan keinginan pemimpin. Sedangkan

menurut Rivai (2004:2) kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi dalam

menentukan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,

mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, kepemimpinan adalah

kemampuan yang dipilih seseorang untuk memimpin suatu organisasi dalam

mempengaruhi seseorang atau kelompok sehingga mampu mencapai sasaran

maupun tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dalam suatu kepemimpinan dibutuhkan syarat-syarat tertentu yang harus

dipenuhi untuk dapat menjalankan tugas dan kewajibannya untuk mencapai tujuan

bersama.

Kartono (2006:36) mengungkapkan bahwa konsepsi mengenai persyaratan

kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu sebagai

berikut:

a. Kekuasaan adalah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan

wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan

(7)

7

b. Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang

mampu membawa atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut

patuh pada pemimpin, dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan

tertentu.

c. Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan

atau keterampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari

kemampuan anggota biasa.

Siagian (2003:24) mengatakan bahwa sukses tidaknya seorang pemimpin

dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya ditentukan oleh tingkat:

a. Keterampilan teknis (technical skill) yang dimilikinya, akan tetapi lebih

banyak ditentukan oleh keahliannya menggerakkan orang lain untuk

bekerja lebih baik (managerial skill)

b. Kecakapan konseptual (conceptual skill) merupakan kemampuan

menciptakan kebijaksanaan managerial organisasi secara simultan,

konseptif dan menyeluruh. Sekalipun adanya fungsi yang berdiri sendiri

tetapi kenyataannya yang terjadi perubahan pada suatu bagian akan

berdampak dan mempengaruhi terhadap yang lain.

c. Kecakapan kemanusiaan (human skill) merupakan kemampuan untuk

bekerja sama disalam suatu kelompok untuk membangun suatu usaha

kerja sama dimana ia bertindak sebagai seorang pemimpin.

d. Kecakapan teknis (technical skill) mencakup kegiatan-kegiatan

menggunakan metode, prosedur dan teknik yang berkaitan dengan

(8)

8 1.5.2 Gaya Kepemimpinan

Menurut Rivai (2004:64) gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari

tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh

bawahannya. Gaya kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisten

dari falsafah, ketrampilan, sifat, dan sikap yang mendasari perilaku seseorang.

Gaya kepemimpinan menunjukkan secara langsung maupun tidak langsung,

tentang keyakinan seorang pemimpin terhadap kemampuan bawahannya. artinya,

gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari

falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin

ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya. Sedangkan menurut

Thoha (2010:49) gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan

oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang

lain seperti yang ia lihat.

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan

adalah suatu pola perilaku yang disukai, diketahui dan diterapkan oleh seorang

pemimpin (leader) dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi para bawahan

untuk mengerjakan pekerjaannya mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan di organisasi dia berada.

Menurut Rivai (2002:122) ada tiga macam gaya kepemimpinan yang

mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai, yaitu :

1. Gaya Kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan otoriter disebut juga kepemimpinan direktif atau diktator.

(9)

9

harus dikerjakan, selanjutnya karyawan menjalankan tugasnya sesuai

dengan yang diperintahkan oleh atasan. Gaya kepemimpinan ini

menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan

dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling

diuntungkan dalam organisasi.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan ini ditandai oleh adanya suatu struktur yang

pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan

yang kooperatif. Dalam gaya kepemimpinan ini, ada kerjasama antara

atasan dengan bawahan. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan

cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu

kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.

3. Gaya Kepemimpinan Bebas (LaizzesFaire)

Gaya kepemimpinan ini memberikan kekuasaan penuh pada bawahan,

struktur organisasi bersifat longgar, pemimpin bersifat pasif. Peran utama

pimpinan adalah menyediakan materi pendukung dan berpartisipasi jika

diminta bawahan.

Selain dari gaya kepemimpinan yang diatas Hersey dan Blanchard dalam

Thoha (2010:63) mengemukakan sebuah gaya kepemimpinan yang didasarkan

pada situasi yang ada di dalam organisasi tersebut yaitu gaya kepemimpinan

(10)

10

Menurut Ivancevich dkk (2007:207) gaya kepemimpinan situasional

merupakan gaya yang lebih menekankan pada pengikut dan tingkat kematangan

mereka. Dengan kata lain gaya kepemimpinan situasional merupakan gaya atau

cara kepemimpinan yang ditunjukkan oleh seorang pemimpin untuk

membimbing, melaksanakan, mengarahkan, mendorong bawahan untuk mencapai

tujuan dan mendayagunakan segala kemampuan secara optimal dengan

mengkombinasikan situasi yang ada berkenaan dengan perilaku pemimpin dan

bawahannya.

Gaya kepemimpinan situasional menurut Hersey dan Blandchard dalam

Thoha (2010:63) adalah didasarkan pada saling berhubungannya di antara hal-hal

berikut ini:

a. Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan (perilaku

pengarahan).

b. Jumlah dukungan sosio-emosional yang diberikan oleh pemimpin

(perilaku mendukung).

c. Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut.

Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukan dalam

melaksanakan tugas khusus, fungsi atau tujuan tertentu.

Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan (perilaku

pengarahan) dapat dirumuskan sebagai sejauh mana seorang pemimpin

(11)

11

satu arah ini antara lain, menetapkan peranan yang seharusnya dilakukan

pengikut, memberitahukan pengikut tentang apa yang seharusnya bisa dikerjakan,

di mana melakukan hal tersebut, bagaimana melakukannya, dan melakukan

pengawasan secara ketat kepada pengikutnya.

Jumlah dukungan sosio-emosional yang diberikan oleh pemimpin

(perilaku mendukung) Perilaku mendukung adalah sejauh mana seorang

pemimpin melibatkan diri dalam komunikasi dua arah, misalnya mendengar,

menyediakan dukungan dan dorongan, memudahkan interaksi, dan melibatkan

para pengikut dalam mengambil keputusan.

Kedua norma perilaku tersebut ditempatkan pada dua poros yang terpisah

dan berbeda seperti Gambar 2.1 sehingga dengan demikian dapat diketahui empat

gaya dasar kepemimpinan.

Gambar 2.1 Empat Dasar Gaya Kepemimpinan Tinggi

Dalam gaya 1 (G1), seorang pemimpin menunjukkan perilaku yang

banyak memberikan pengarahan namun sedikit dukungan. Pemimpin ini

memberikan instruksi yang spesifik tentang peranan dan tujuan bagi para

(12)

12

Dalam gaya 2 (G2), seorang pemimpin menunjukkan perilaku yang

banyak mengarahkan dan banyak memberikan dukungan. Pemimpin dalam gaya

seperti ini mau menjelaskan keputusan dan kebijaksaan yang ia ambil dan mau

menerima pendapat pengikutnya. Tetapi pemimpin dalam gaya ini masih tetap

harus memberikan pengawasan dan pengarahan dalam penyelesaian tugas-tugas

pengikutnya.

Dalam gaya 3 (G3), perilaku pemimpin menekankan pada banyak

memberikan dukungan namun sedikit dalam pengarahan. Dalam gaya seperti ini

pemimpin menyusun keputusan bersama-sama dengan para pengikutnya, dan

mendukung usaha-usaha mereka dalam menyelesaikan tugas.

Adapun gaya 4 (G4), pemimpin memberikan sedikit dukungan dan sedikit

pengarahan. Pemimpin dengan gaya seperti ini mendelegasikan

keputusan-keputusan dan tanggung jawab pelaksanaan tugas kepada pengikutnya.

Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukan dalam

melaksanakan tugas khusus, fungsi atau tujuan tertentu. Kematangan dalam

kepemimpinan situasional dapat dirumuskan sebagai suatu kemampuan dan

kemauan dari orang-orang untuk bertanggung jawab dalam mengarahkan

perilakunya sendiri. Kemampuan yang merupakan salah satu unsur dalam

kematangan, berkaitan dengan pengetahuan atau keterampilan yang dapat

diperoleh dari pendidikan, latihan dan atau pengalaman. Adapun unsur yang lain

dari kematangan bertalian dengan keyakinan diri dan motivasi seseorang. Ada

empat tingkat kematangan menurut Hersey dan Blanchard (dalam Thoha,

(13)

13

Gambar 2.2. Empat Tingkat Kematangan

Mampu dan Mau

Tabel 2.2 menggambarkan hubungan antara tingkat kematangan para

pengikut atau bawahan dengan gaya kepemimpinan yang sesuai untuk diterapkan

ketika para pengikut bergerak dari kematangan yang sedang ke kematangan yang

telah berkembang (dari M1 sampai dengan M4).

Ada empat dasar perilaku pemimpin dalam pengambilan keputusan pada

berbagai situasi tersebut menurut Hersey dan Blanchard (dalam Thoha, 2010:67)

yaitu:

a. Instruksi

Gaya ini dicirikan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin

memberikan batasan peranan pengikutnya dan memberitahu mereka

tentang apa, bagaimana, bilamana dan di mana melaksanakan berbagai

tugas. Inisiatif pemecahan masalah dan pembuatan keputusan

semata-mata dilakukan oleh pemimpin. Pemecahan masalah dan keputusan

diumumkan, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh pemimpin.

b. Konsultasi

Pada gaya ini pemimpin masih banyak memberikan pengarahan dan

masih membuat hampir sama dengan keputusan, tetapi hal ini diikuti

dengan meningkatkan banyaknya komunikasi dua arah dan perilaku

(14)

14

keputusan yang dibuat, serta ide-ide dan saran-saran mereka.

Meskipun dukungan ditingkatkan, pengendalian atas pengambilan

keputusan tetap pada pemimpin.

c. Partisipasi

Dengan gaya ini, pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide

dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi

dua arah ditingkatkan, dan peranan pemimpin adalah aktif mendengar.

Tanggung jawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan

sebagian besar berada ada pihak pengikut. Hal ini sudah sewajarnya

karena pengikut mempunyai kemampuan melaksanakan tugas.

d. Delegasi

Pada gaya ini bawahanlah yang memiliki kontrol untuk memutuskan

tentang bagaimana cara pelaksanaan tugas. Pemimpin memberikan

kesempatan yang luas bagi bawahan untuk melaksanakan pertunjukan

mereka sendiri karena mereka memiliki kemampuan dan keyakinan

untuk memikul tanggung jawab dalam pengarahan perilaku mereka

sendiri.

Dari berbagai gaya kepemimpinan yang telah diuraikan yang akan menjadi

pembahasan adalah gaya kepemimpinan situasional, gaya kepemimpinan ini

merupakan gaya yang sesuai untuk diterapkan seorang pemimpin saat ini

mengingat bahwa penerapan gaya kepemimpinan disesuaikan dengan tingkat

kematangan bawahan/pengikut karena mengingat setiap bawahan memiliki tingkat

kematangan yang berbeda yang tentu memerlukan gaya kepemimpinan yang dapat

(15)

15 1.5.3 Kinerja

Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang

diartikan sebagai prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai

seseorang. Seperti yang dikemukakan dalam pengertian sebelumnya Hasibuan

(2001:34) mengemukakan bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang

didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.

Menurut Widodo (2005:78) kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan

menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang

diharapkan, atau suatu hasil karya yang dapat dicapai oleh seseorang atau

kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung

jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan

secara legal tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral dan etika.

Dalam melaksanakan tugas pokok fungsi dan kinerjanya setiap PNS

melaksanakan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5

Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara yaitu:

1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina

Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas.

(16)

16 1.5.3.1 Penilaian Kinerja

Menurut Sastrohadiwiryo (2001:231) Penilaian kinerja adalah suatu

kegiatan yang dilakukan manajemen untuk menilai kinerja pegawai dengan cara

membandingkan kinerja atas kinerja dengan uraian/deskripsi pengertian dalam

suatu periode tertentu biasanya setiap akhir tahun. Kegiatan ini dimaksudkan

untuk mengukur kinerja masing-masing pegawai dalam mengembangkan kualitas

kerja, pembinaan selanjutnya, tindakan perbaikan atas pekerjaan yang sesuai

dengan deskripsi pekerjaan, serta untuk keperluan yang berhubungan dengan

masalah masalah ketenagakerjaan lainnya. Setiap organisasi memerlukan

penilaian kinerja untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesuksesan yang diraih

oleh organisasi tersebut. Dengan begitu dapat dilihat perkembangan kinerja

pegawai pada organisasi tersebut tiap tahunnya.

Menurut Mathis dan Jackson (2006: 378) indikator kinerja adalah sebagai berikut:

1. Kuantitas hasil kerja, adalah jumlah dari hasil kerja yang diselesaikan oleh

pegawai.

2. Kualitas hasil kerja, adalah hasil kerja yang dicapai oleh pegawai yang

sesuai dengan syarat-syarat ketentuan.

3. Ketepatan waktu, adalah ketepatan waktu pegawai dalam menyelesaikan

pekerjaan yang telah diberikan.

4. Kehadiran ditempat kerja, adalah kehadiran pegawai sesuai dengan aturan

atau tata tertib yang berlaku dalam organisasi.

5. Sikap kooperatif, adalah sikap bekerja sama dengan baik dan taat sesuai

(17)

17

1.5.3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja

Menurut Mangkunegara (2005:16-17), faktor-faktor penentu pencapaian prestasi

kerja atau kinerja individu dalam organisasi adalah sebagai berikut:

1. Faktor Individu

Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki

integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan fisik (jasmani).

Dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik, maka

individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang

baik ini merupakan modal utama individu manusia untuk mampu

mengelola dan mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam

melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai

tujuan organisasi.

2. Faktor Lingkungan Organisasi

Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam

mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan yang dimaksud antara lain

uraian jabatan yang jelas, target kerja yang menantang, pola komunikasi

kerja yang efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan

dinamis, peluar berkarier, dan fasilitas kerja yang relatif memadai.

1.5.3.3 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Pegawai

(18)

18

informasi yang akurat tentang perilaku dan kinerja anggota organisasi. Semakin

akurat informasi yang dihasilkan oleh sistem penilaian kinerja, semakin besar

potensi nilainya bagi organisasi. Kendatipun semua organisasi sama memiliki

tujuan utama, terdapat variasi yang sangat besar dalam penggunaan khusus yang

dibuat organisasi atas informasi yang dihasilkan dari sistem penilaian mereka.

Tujuan khusus tersebut dapat digolongkan ke dalam dua bagian besar, yaitu :

a. Evaluasi (evaluation)

b. Pengembangan (development)

Manfaat dari Penilaian kinerja pegawai adalah hasil penilaian kinerja

bermanfaat sebagai dasar bagi evaluasi regular terhadap kinerja anggota

organisasi. Apakah seorang pegawai dinilai kompeten atau tidak kompeten, efektif

atau tidak efektif, dapat dipromosikan atau tidak, dan seterusnya adalah

didasarkan pada informasi yang dihasilkan oleh sistem penilaian kinerja. Selain

itu, organisasi sering mencoba mempengaruhi motivasi dan kinerja mendatang

dengan mengaitkan berbagai pemberian imbalan, seperti: kenaikan gaji dan

promosi (Sofyandi, 2008:128).

1.5.4 Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai

Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara yang dimiliki oleh seseorang

dalam mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja sama dan

berdaya upaya dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Artinya, gaya kepemimpinan dapat menuntun pegawai

untuk bekerja lebih giat, lebih baik, lebih jujur dan bertanggungjawab penuh atas

(19)

19

baik. Dalam suatu organisasi yang besar, efektivitas seorang pemimpin tergantung

pada kekuatan pengaruh gaya kepemimpinannya terhadap atasan, rekan sejawat,

dan pengaruhnya terhadap bawahan (Yukl, 2005:174).

Keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan maupun berbagai

kelompok dalam suatu organisasi tertentu, sangat tergantung pada efektivitas

kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan. Dapat

dikatakan bahwa mutu kepemimpinan yang terdapat dalam suatu organisasi

memainkan peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi tersebut

dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam kinerja

para pegawainya (Siagian, 2010:84).

Pemimpin yang terdapat pada organisasi harus memiliki

kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan bawahannya, yaitu pegawai yang terdapat di

organisasi yang bersangkutan, sehingga dapat menunjukkan kepada bawahannya

untuk bergerak, bergiat, berdaya upaya yang tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan

yang telah ditetapkan. Akan tetapi hanya mengerahkan seluruh pegawai saja tidak

cukup, sehingga perlu adanya suatu dorongan agar para pegawainya mempunyai

minat yang besar terhadap pekerjaanya. Atas dasar inilah selama perhatian

pemimpin diarahkan kepada bawahannya, maka kinerja pegawainya akan tinggi.

1.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

(20)

20

a. Hipotesis Alternatif (Ha)

Adanya pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai pada Dinas

Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota

Gunungsitoli.

b. Hipotesis No (Ho)

Tidak adanya pengaruh gaya kepemimpinan kinerja pegawai pada Dinas

Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah

Menengah Kota Gunungsitoli.

1.7 Definisi Konsep

Untuk menentukan batasan yang lebih jelas dan juga untuk

menyederhanakan pemikiran atas masalah yang sedang diteliti, yang menjadi

konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah suatu pola perilaku yang disukai, diketahui

dan diterapkan oleh seorang pemimpin (leader) dalam proses

mengarahkan dan mempengaruhi para bawahan untuk mengerjakan

pekerjaannya mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan di

organisasi dia berada.

2. Gaya kepemimpinan Situasional

Gaya kepemimpinan situasional adalah gaya atau cara kepemimpinan yang

(21)

21

mengarahkan, mendorong bawahan untuk mencapai tujuan dan

mendayagunakan segala kemampuan secara optimal dengan

mengkombinasikan situasi yang ada berkenaan dengan perilaku pemimpin

dan bawahannya.

3. Kinerja

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok

orang dalam suatu organisasi sesuai dengan hasil yang diharapkan dalam

rangka mencapai tujuan organisasi dalam priode waktu tertentu.

1.8 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur-unsur yang meberitahukan bagaimana

mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran tersebut dapat diketahui

indikator-indikator apa saja untuk mendukung analisa dari variabel-variabel

tersebut (Singarimbun, 1995:46). Adapun yang menjadi definisi operasional

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (x)

Variabel bebas dalam penelitian adalah gaya kepemimpinan situasional,

yang menjadi indikator gaya kepemimpinan situasional menurut Hersey

dan Blandchard dalam Thoha (2010:63) adalah:

a. Bimbingan dan pengarahan dari pimpinan.

₋ Pemimpin mengarahkan pegawai

₋ Pemimpin mengawasi kinerja pegawai

(22)

22

b. Dukungan sosio emosional yang disediakan oleh pemimpin.

₋ Pemimpin mendekatkan hubungan emosional antara atasan

dengan bawahan

₋ Pemimpin yang menciptakan lingkungan kerja yang lebih santai

dan nyaman.

₋ Kepemimpinan berazaskan hubungan kekeluargaan yang tetap

profesional.

c. Tingkat kematangan anggota.

Kematangan dalam kepemimpinan situasional dapat dirumuskan

sebagai suatu kemampuan dan kemauan dari orang-orang untuk

bertanggung jawab dalam mengarahkan perilakunya sendiri.

2. Variabel Terikat (y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja pegawai, indikator

yang digunakan untuk pengukuran kinerja pegawai yang dikemukakan

oleh Mathis dan Jackson (2006: 378) adalah sebagai berikut:

a. Kuantitas hasil kerja, adalah jumlah dari hasil kerja yang

diselesaikan oleh pegawai.

b. Kualitas hasil kerja, adalah hasil kerja yang dicapai oleh pegawai

yang sesuai dengan syarat-syarat ketentuan.

c. Ketepatan waktu, adalah ketepatan waktu pegawai dalam

menyelesaikan pekerjaan yang telah diberikan.

d. Kehadiran ditempat kerja, adalah kehadiran pegawai sesuai dengan

(23)

23

e. Sikap kooperatif, adalah sikap bekerja sama dengan baik dan taat

(24)

24 1.9 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori,

hipotesis, definisi konsep, definisi operasional dan sistematika

penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini secara umum menguraikan tentang bentuk penelitian,

lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data

dan teknik analisa data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum dari lokasi

penelitian.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh di lapangan dan

analisa tentang pembahasan atau interpretasi dari data-data yang

disajikan.

BAB V : PENUTUP

Bab ini menguraikan kesimpulan serta saran dari penulis mengenai

Gambar

Gambar 2.1 Empat Dasar Gaya Kepemimpinan
Gambar 2.2. Empat Tingkat Kematangan

Referensi

Dokumen terkait

Rekomendasi dari penelitian ini adalah pemimpin harus mampu mempertahankan gaya kepemimpinan situasional, meningkatkan kondisi yang nyaman untuk berpendapat dalam organisasi dan

Hasibuan (2007:94) bahwa prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya berdasarkan atas

Dari teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang karyawan

kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan. tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan

Menurut Hasibuan (2005:87) Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas

Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan

Menurut Melayu hasibuan (1993, hal. 83-84) pengertian prestasi adalah ”suatu tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya

Menurut Hasibuan 2009:94 kinerja disebut dengan prestasi kerja yaitu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang uidasarkan atas