• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1Pengertian Arsip - Sistem Penataan Arsip In-Aktif Akta Perkawinan pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1Pengertian Arsip - Sistem Penataan Arsip In-Aktif Akta Perkawinan pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1Pengertian Arsip

Sebelum penulis melakukan pembahasana lebih lanjut mengenai penataan

arsip, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui perbedaan antara arsip, arsip

in-aktif, kearsipan (filling), sistem filling (system filling) dan alih media.

Menurut Undang-Undang No 7 tahun 1971 tentang ketentuan-ketentuan

pokok kearsipan adalah:

1. Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh Lembaga-lembaga Negara dan Badan-Badan Pemerintahan dalam bentuk corak apa pun, baik dalam keadaan tunggal maupun kelompok, dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintah.

2. Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh Badan-Badan Swasta dan/atau perorangan, dalam bentuk corak apa pun, baik dalam keadaan tunggal maupun kelompok, dalam rangka pelaksanaan kehidupan kebangsaan.(Warsanto, Ig. 1991 : 16)

Sedangkan Lembaga Adminstrasi Negara (LAN) memberikan rumusan

tentang arsip sebagai berikut:

“Arsip adalah segala kertas naskah, buku, foto, flim, mikroflim, rekaman suara, gambar peta, bagan atau dokumen-dokumen lain dalam segala macam bentuk dan sifatnya, aslinya ataupun salinannya, serta dengan segala cara penciptaannya dan yang dihasilkan atau diterima oleh suatu badan, sebagai bukti atas tujuan, organisasi, fungsi-fungsi, kebijaksanaan-kebijaksanaan, keputusan-keputusan, prosedur-prosedur, pekerjaan-pekerjaan, atau kegiatan- kegiatan pemerintah yang lain, atau karena pentingnya informasi yang terkandung didalamnya”.(Warsanto, Ig. 1991 : 18)

Kata “arsip” berasal dari bahasa belanda yakni Archief. Menurut

Atmosudirdjo, (1982,157-158), archief dalam bahasa belanda mempunyai beberapa pengertian sebagai berikut:

1) Tempat penyimpanan secara teratur bahan-bahan arsip: bahan-bahan tertulis, piagam-piagam, surat-surat, keputusan-keputusan, akte-akte, daftra-daftar, dokumen-dokumen, peta-peta.

2) Kumpulan teratur, daripada bahan-bahan kersipan tersebut.

(2)

Dari pengertian arsip diatas maka kearsipan memegang peranana penting

dalam memenuhi kebutuhan pelayanan informasi yang cepata dan tepat serta

melestarikan fisik maupun niali yang terkandung didalam arsip tersebut.

2.1.1 Pengertian Arsip In-Aktif

Arsip In-Aktifadalah arsip yang tidak secara langsung dan tidak

terus-menerus diperlukan dan digunakan dalam penyelenggaraan administrasi

sehari-hari serta dikelola oleh Pusat Arsip.( Barthos, Basir. 1990:4)

2.1.2 Pengertian Kearsipan (Filling)

Dalam Kamus Administrasi Perkantoran, yang dimaksud filling atau

penyimpanan warkat adalah:

“Kegiatan menaruh warkat-warkat dalam suatu tempat penyimpanan secara tertib menurut sistem, susunan dan tata cara yang telah ditentukan, sehingga pertumbuhan warkat-warka itu dapat dikendalikan dan setiap kali diperlukan dapat secara cepat ditemukan kembali”.

Sedangkan menurut Tiga Penulis Buku Dasar-dasar Kearsipan (Mulyono,

Muhsin, Marimin, 1985:3) memberikan pengertian tentang kearsipan sebagai

berikut:

Kearsipan adalah tata cara pengurusan penyimpanan warkat menurut aturan prosedur yang berlaku dengan mengingat 3 unsur pokok yang meliputi:

1. penyimpanan (storing). 2. penempatan ( placing), dan 3. penemuan kembali.

Sementara itu dalam Buku Pengurusan Surat dan Kearsipan (Depdikbud,

1980:52) kearsipan diberikan batasan sebagai berikut:

“Kearsipan (filling) dapat diartikan sebagai suatu proses pengaturan dan penyimpanan bahan-bahan/warkat-warkat secara sistematis, sehingga bahan-bahan tersebut dengan cepat dapat dicari atau diketahui tempatnya setiap kali diperlukan”.

Dari tiga definisi tersebut, selanjutnya dapat diambil kesimpulan bahwa

administrasi kearsipan atau filling adalah suatu proses kegiatan pengaturan arsip

(3)

kembali sewaktu diperlukan. Yang dimaksud dengan proses adalah tahap-tahap

atau langkah-langkah yang harus dilalaui dalam usaha mencapai suatu tujuan,

tahap-tahap atau langkah-langkah itu satu dengan yang lain saling berkaitan.

2.1.3 Pengertian Sistem Filling (Filling System)

Istilah sistem filling disebut juga dengan istilah sistem kearsipan, sistem administrasi kearsipan, dan istilah yang lebih populer ialah filling sistem. Tetapi

ada pula yang menyebutnya manajemen kearsipan atau recod management.

Terlepas dari istilah mana yang lebih tepat dan yang akan dipergunakan, tetapi

yang jelas semua istilah itu mengandung pengertian yang sama, merupakan

kegiatan yang berhubungan dengan arsip.

Sementara itu, Maulana (1974:18) memberikan rumusan bahwa:

“Sistem fillingadalah suatu metode atau cara yang direncanakan dan dipergunakan untuk menyimpan, pemeliharaan arsip bagi individu mauapun umum dengan memakai indeks yang sudah ditentukan, biasanya untuk keperluan filling ini dipergunakan lemari, laci kabinet dari baju tahan karat atau dari kayu terkunci, jauh dari bahaya yang tidak diinginkan”.

Didalam Kamus Administrasi Perkantoran memberikan rumusan sebagai berikut “Sistem penyimpanan warkat (sistem filling) adalah rangkaian tata cara dan langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam penyimpanan warkat-warkat, sehingga bilamana diperlukan lagi warkat-warkat itu dapat ditemukan kembali secara cepat”.

Dari dua rumusan tersebut selanjutnya dapat diambil kesimpulan bahwa

sistem fillingadalah suatu sistem, metode atau cara yang telah direncanakan dan dipergunakan dalam pengurusam arsip (penyimpanan, pemeliharaan), sehingga

arsip-arsip dapat ditemu kembali dengan mudah dan cepat apabila sewaktu-waktu

diperlukan.

Dalam sistem filling yang perlu mendapat perhatian bukan hanya sistemnya saja yang baik dan tepat, tetapi yang lebih penting ialah pengolaannya

(manajemen). Meskipun sistem yang dipergunakan baik, apabila manajemennya

(4)

2.1.4 Alih Media

Pengertian alih media sebagimana diatur pada Peraturan Pemerintah

Nomor 88 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pengalihan Dokumen Perusahan

Kedalam Mikroflim Atau Media Lainnya adalah:

“Alih media ke micro film dan media lain yang bukan kertas dengan keamanan tinggi seperti misalnya CD Rom, Worm. Dengan demikian alih media yang dimaksud adalah transfer informasi dari rekaman yang berbasis kertas ke dalam media lain dengan tujuan efisien. Dengan keahadiran komputer sebagai basis teknologi informasi, alih media tersebut dapat dilakukan dengan mudah”.

Alih media dokumen ialah proses alih media dari data hardcopy ke

softcopy (digital). Sehingga data atau dokumen dalam format digital diharapkan

dapat meningkatkan kinerja di lingkungan instansi pemerintahan/perusahaan yang

terlibat langsung dalam penggunaan dokumen, baik dalam pencarian data maupun

untuk update data.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Tata

Cara Pengalihan Dokumen Perusahaan Ke Dalam Mikrofilm Atau Media Lainnya

Dan Legalisasinya, pengalihan dokumen perusahaan sebagaimana dimaksud

dapam pasal 12 dapat dilakukan sejak dokumen dibuat atau diterima oleh

perusahaan/instansi pemerintahan bersangkutan. Dalam pengalihan dokumen,

pimpinan wajib mempertimbangkan kegunaan naskah asli dokumen yang perlu

disimpan karena mengandung nilai tertentu demi kepentingan nasional atau

kepentingan perusahaan. Pimpinan perusahaan/instansi pemerintahan wajib tetap

menyimpan naskah dokumen asli dokumen perusahaan/instansi pemerintahan

yang telah dialih kedalam mikrofilm atau media lainnya, dalam hal dokumen

tersebut masih (Undang-undang republik indonesia nomor 11 tahun 2008 tentang

informasi dan Trasaksi elektronik):

a) Mempunyai kekuatan pembuktian otentik

(5)

2.2 Tujuan, Fungsi dan Peranan Arsip

2.2.1 Tujuan Arsip

Tujuan kearsipan adalah untuk menjamin keselamatan bahan pertanggungjawaban nasional tentang perencanaan, pelaksanaan, penyelenggaraan kehidupan kebangsaan serta untuk menyediakan bahan pertanggung jawaban tersebut bagi kegiatan pemerintahan.(Widjaja, A.W. 1986 : 102)

Sistem penataaan arsip yang baik dan teratur, mencerminkan keberhasilan

suatu pengelolaan kegiatan dimasa lalu, yang besar pengaruhnya terhadap

pengembangan di masa mendatang.

Tujuan penataan arsip (berkas) adalah :

1) Agar arsip dapat disimpang dan ditemukan kembali dengan cepat dan

tepat

2) Menunjang terlaksananya penyusutan arsip dengan berdaya guna dan

berhasil guna. (Sedarmayanti, 2003 : 68)

Untuk mencapai terwujudnya tujuan arsip tersebut maka dibutuhkan

pegawai kearsipan yang ahli mengolah.

2.2.2 Fungsi Arsip

Menurut fungsinya arsip dapat dibedakan menjadi arsip dinamis dan arsip

Statis :

1) Arsip Dinamis adalah arsip yang masih dipergunakan secara langsung

dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan kegiatan ada umumnya atau

dalam penyelenggaraan pelayanan ketatausahaan.

Bersadarkan nilai yang senantiasa berubah yang dipakai sebagai keriteria

untuk arsip dinamis, sebenaranya arsip dinamis dapat dirincikan lagi

menjadi:

a) Arsip Aktif, yaitu arsip yang masih dipergunakan terus menerus

bagi kelangsungan pekerjaan di lingkungan unit pengolahan dari

(6)

b) Arsip Semi-Aktif, yaiut arsip yang frekuensi penggunaannya sudah

mulai menurun.

c) Arsip In-Aktif, yaitu arsip yang tidak lagi dipergunakan secara

terus-menerus atau frekuensi pengguanaannya sudah jarang atau hanya

diperguankaan sebagai referensi saja.

2) Arsip Statis adalah arsip yang tidak dipergunakan secara langsung

dalam perencanaan, penyelenggaraan kegiatan maupun untuk

penyelenggaraan pelayanan ketatausahaan dalam rangka penyelenggaraan

kegidupan kebangsaan ataupun untuk penyelenggaraan sehari-hari

administrasi negara.

Arsip ini tidak lagi berada pada organisasi atau kantor pencipta arsip

tersebut akan tetapi berada di Arsip Nasional Republik Indonesia (ARNAS).

Untuk menjalankan fungsi-fungsi tersebut dengan baik, maka petugas penataan arsip mempunyai kewajiban terhadap:

1. Penyimpanan berkas surat dinas

2. Pemeliharaan dan pengendalian berkas surat dinas.

3. Penyusutan dan memusnahan berkas surat dinas yang sudah tidakkdipergunakan lagi.

4. Penemuan kembali berkas suart dinas yang disimpan.(Widjaja, A.W, 1986:102)

2.2.3 Peranan Arsip

Kearsipan mempunyai peranan sebagai pusat ingatan, sebagai sumber

informasi dan sebagai alat pengawasan yang sangat diperlukan dalam setiap

organisasi dalam rangka kegiatan perencanaan, penganalisaan, pengembangan,

perumusankebijaksaan, pengambilan keputusan, pembuatan laporan,

pertanggungjawaban, penilaian dan pengendalian setepat-tepatnya.

Setiap kegiatan tersebut, baik dalam organisasi pemerintahan maupun

swasta selalu ada kaitannya dengan masalah arsip. Arsip mempunyai peranan

penting dalam proses penyajian informasi bagi pimpinan untuk membuat

keputusan dan merumuskan kebijakan, oleh sebab itu untuk dapat menyajikan

informasi yang lengkap, cepat dan benar haruslah ada sistem dan prosedur kerja

(7)

Pada pasal 3 Undang-Undang No 7 Tahun 1971, antar lain dirumuskan

bahwa:

“Tujuan kearsipan adalah untuk menjamin keselamatan bahan penanggungjawaban nasional tentang perencanaan, pelaksanaan, dana penyelenggaraan kehidupan kebangsaan serta untuk meyediakan bahan penanggungjawaban tersebut bagi kegiatan pemerintahan”. (Bathos, Basir, 2007 :2)

Sementara itu peranan Arsip dapat dikatakan antara lain:

1. Alat utama ingatan Organisasi

2. Bahan atau alat pembuktian (bukti otentik).

3. Bahan dasar perencanaan dan pengambilan keputusan.

4. Barometer kegiatan suatu organisasi mengingat setiap kegiatan pada umumnya menghasilkan arsip.

5. Bahan Informasi kegiatan ilmiah lainnya. (Sedarmayanti, 2003:19)

Dari pengertian tersebut tampak bahwa arti pentingnya kearsipan ternyata

mempunyai jangkauan yang amat luas, yaitu baik sebagai alat untuk membantu

daya ingat manusia, maupun dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan

dana pelaksanaan kehidupan bangsa. Selain itu arsip juga merupakan salah satu

bahan untuk penelitian ilmiah, usaha-usaha penelitian untuk mempelajari

persoalan-persoalan tertentu akan lebih mudah bilamana bahan-bahan kearsipan

terkumpul, tersimpan baik dan teratur. Oleh karena itu arsip harus disusun dengan

baik dan terpelihara sebagaimana mestinya, agar jika di perlukan sewaktu-waktu

dapat ditemukan lembali dengan baik.

2.3 Sistem Penataan Arsip

Penataan arsip perlu dilakukan untuk memudahkan penyimpanan dan

penemuan kembali arsip setiap saat diperlukan dengan cepat dan tepat, sehingga

perlu diperlukan penentuan metode penyimpanan atau sistem penataan arsip.

Dewasa ini, dikenal 5 (lima) macam sistem penataan arsip yaitu:

1. Sistem Abjad / Alphabetical Filling System. 2. Sistem Masalah / Perihal / Subject Filling System. 3. Sistem Nomor / Numerical Filling System.

4. Sistem Tanggal / Urutan Waktu / Chromological Filling System. 5. SistemWilayah/Daerah/Regional/Geographical Filling System

(8)

2.3.1 Sistem Abjad

Sistem abjad disebut juga sistem Alfabetis atau Alfabeticital Filling

System. Sistem abjad atau Alfabetical Filling System adalah sistem penyimpanan

arsip menurut sistem abjad, yaitu menyusun subjek dalam urutan A-Z.

Penyimpanan arsip menurut abjad yang dihasilkan atau yang dibuat dan yang

diterima oelh suatu kantor atau lembaga yang didalamnya termuat nama-nama,

seperti :

1. Nama perseorangan

2. Nama organisasi

3. Nama perusahaan

4. Nama tempat atau nama wilayah

Contoh :

Menyusun nama-nama dalam suatu urutan menurut abjad, harus

memperhatikan seluruh huruf-huruf dalam nama-nama bersangkutan. Misalnya

nama bulan, apabila disusun menurut kronologis dan menurut abjad maka

susunannyasebagai berikut.

Tabel: Sistem Abjad / Alphabetical Filling System Susunan Kronologis Susunan Abjad

Januari

Contoh diatas adalah surat yang disimpan dengan satu judul, menurut

(9)

untuk memudahkan penemuaan kembali pada waktu tetentu malah surat tersebut

perlu dibuat kolom catatan kartu kendali.

2.3.2 Sistem Masalah

Dalam sistem ini semua dokumen atau arsip disusun dan dikelompokan

berdasarkanjudul masalah. Suatu masalah dapat dipecahkan kedalam sub masalah,

sub-sub masalah dapat dipecahkan lagi, demikian seterusnya sampai kepada

masaalah yang terkecil.

Contoh :

Masalah-masalah yang berkenaan dengan “kepegawaian” dikelompokan

menjadi satu masalah pokok (subjek) didalam kelompok (masalah)

“kepegawaian”.

Tabel : Sistem Masalah / Subject Filling System

Kode Masalah

Pengangkatan dan Mutasi

(10)

Dalam menyusun dokumen atau arsip seperti tersebut diatas, selain

diperlukan folder, juga diperlukan guide. Guide dan folder diberi tanda atau label

untuk menempatkan judul masalahnya. Dokumen mengenai masalah yang sama

ditempatkan dalam satu atau lebih dari folder yang sudah diberi label tadijuga

setiap dokumen yang ada dalam folder dituliskan judul pada pinggir atas sebelah

kanan secara horozontal. Susunan judul maslah, baik yang terdapat pada guide

maupun folder, hendaknya mengikuti tingkat permasalahan. Misalnya masalah

yang berhubungan dengan “kepegawaian” dikelompokan menjadi satu masalah

pokok (subjek) didalam kelompok (masalah) “kepegawaian” untuk itu perlu

dibuatkan daftar indeksnya.

2.3.3 Sistem Nomor

Dalamsistem ini susunan dokumen atau arsip didalam file diatur

berdasarkan nomor/kode klasifikasi persepuluh, juga memerlukan guide, dan

folder. Susunan folder adalah menurut tingkat nomor/kode klasifikasi desimal

yang disusun dari sebelah kanan menjurus ke sebelah kiri menurut tingkat-tingkat

pemecahan dari yangbesar sampai kepada yang lebih kecil. Sarana utama

penemuan kembali ialah nomor/kode desimal.

Tabel: Sistem Nomor / Numerical Filling System Pola klasifikasi Arsip

000 UMUM

010 Urusan Dalam

011 Gedung Kantor

012 Rumah Dinas

013 Listrik dan Telpon

020 Peralatan

030 Penelitian

040 Perencanaan

100 KEPEGAWAIAN

110 Pengadaan

(11)

130 Kedudukan

140 Kesejahteraan Pegawai

200 KEUANGAN

210 Gaji

220 Biaya Perjalanan

2.3.4 Sistem Tanggal / Urutan Waktu / Chromological Filling System.

Sistem tanggal adalah salah satu sistem penataan berkas berdasarkan

urutan tanggal, bulan, dan tahun yang mana pada umumnya tanggal yang

dijadikan pedoman termaksud diperhatikan dari datangnya surat (akan lebih baik

bila berpedoman pada cap datangnya surat).Penulisan indeksnya adalah: tanggal,

bulan dan tahun bentuk penulisannya harus dengan angka.

Contoh :

KODE 011213 Menyatakan tanggal 01, bulan Desember, Tahun 2013 atau

sebaliknya

KODE 131201 Menyatakan tahun 13, bulan Desember, Tanggal 01.

Dari sistem kronologis/tanggal ini dapat memberikan informasi dan dapat

mempermudah pengguna asrip untuk menemukan kembali arsip yang

dibutuhkan karena sudah tersusun dengan baik menurut tahun, bulan dan

tanggal atau sebaliknya.

2.3.5 Sistem Wilayah /Daerah/Regional/Geographical Filling System

Dalam sistem ini susunan dokumen diatur berdasarkan nama

wilayah/tempat. Sistem ini sama halnya dengan Subject dan Numeric Filing , susunan guide dan foldernya diatur menurut tingkat caption geographic (negara,

provinsi, kabupaten dsb).

Dalam sistem ini, dokumen yang disimoan dalam folder dapat berupa

dokumen tentang nama penggunaannya atau pegawai, oleh karena itu sistem ini

dikombinasikan penggunaanya dengan alphabetical filling sistem, demikian juga

dengan subject filling sistem.

Sesuai dengan kebutuhan, sistem geografis dapat dikelola menurut 3

(12)

negara dan nama pembagian wilayah administrasi khusus.Contohnya:

pengelompokan surat dilihat dari tempat asal surat dan tujuan surat tersebut.

Misalnya surat dari Keduber Indonesia di America akan dikelompokan pada

“America” demikian pula surat-surat yang diterima dari America lainnya seperti

bank, restoran, perusahaan swasta ataupun Kedubes asing lainnya yang beralokasi

di America akan dikelompokan label America.

2.4 Prosedur Penataan Arsip

Menata berkas artinya mengatur, menyusun berkas-berkas sesuai dengan

pola klasifikasi kearsipan yang dibuat, tahap pertama dalam menyusun berkas

tersebut yaitu mempersiapkan kelengkapan peralatan (sarana) untuk berkas

tersebut dan kemudian menempatkannya dalam lokasi sesuai dengan kode pola

klasifikasi kearsipan.

Agar perkerjaan penyimpan atau penataan arsipberjalan dengan mudah

dan lancar serta tepat, arsip akan disimpan perlu dipersiapkan terlebih dahulu,

kegiatan tersebut meliputi:

1. Memisah-misahkan (Segregating)

Yaitu merupakan kegiatan sortir pendahuluan, untuk mengelompokkan

arsip sesuai pokok permasalahannya.

2. Meneliti Disposisi

Yaitu mengadakan penelitian, agar diketahui surat yang akan disimpan

telah mendapat disposisi atau belum.

3. Memadukan (Assembling)

Yaitu mengelompokkan arsip yang merupakan bagian langsung dari

suatu masalah atau saling berkaitan.

4. Mengklasifikasi

Yaitu mementukan kalsifikasi arsip.

5. Mengindeks

Yaitu mementukan inti dari surat dan menentukan indeksnya

6. Mempersipakn Tunjuk Silang (Cross Reference)

Yaitu menggunakan formulir tunjuk silang untuk mempermudakan

(13)

7. Menyusun arsip yang sudah diberi kode, bersama tunjuk silang sesuai

dengan sistem yang digunakan.

8. Menyimpan arsip secara benar kedalam tempat penyimpanan sesuai

kode masing-masing.

2.5 Penemuan Kembali Arsip

Sistem penyimpanan yang sederhana belum tentu memudahkan temu

kembali arsip. Tetapi sebaliknya sistem penyimpanan yang sulit juga belum tentu

membantu memudahkan dalam proses temu kembali arsip. Sistem penyimpanan

arsip harus disesuaikan dengan situasi instansi atau organisasi setempat dan

selaras dengan sistem temu kembalinya (Storage and retrieval system)

Tujuan utama dalam penemuan kembali arsip atau disebut pula sistem

penemuan kemblai arsip (retrieval system) adalah menemukan informasi yang

terkandung dalam surat atau arsip tersebut, jadi bukan semata-mata menemukan

arsipnya.

Untuk menemukan kembali arsip dalam waktu yang cepat dan tepat salah

sudah tentu menghendaki suatu cara atau sistem. Oleh karena itu sistem

penemukan kembali arsip sangatlah erat hubungannya dengan sistem penataan

dan penyimpanan arsip. Tanpa mengetahui sistem penataan dan penyimpanan,

maka penemuan kembali arsip akan mengalami kesulitan.

Surat atau file yang akan digunakan mudah ditemukan kembali, syarat

pokok yang terpenting antara lain adalah:

1. Pola klasifikasi

2. Indeks/tunjuk silang

3. Seluruh perlengkapan yang berkaitan dengan sistem tersebut

4. Pegawai file yang terlatih dan terampil

Dalam hal pelaksanaan tersebut diatas memang perlu rencana yang matang

dan baik. Saat ini semakin meningkatnya penggunaan komputer secara otomatis

(14)

pun tidak mungkin dapat berfungsi dengan baik, kalau informasi atau data yang

terdapat dalam file atau record tidak tersusun dengan baik atau sistematis pula.

Penemuan kembali secara manual harus baik sistematis pula terlebih dulu ,

sehingga untuk selanjutnya otomatis penemuan kembali surat atau file tidak terganggu. Dalam latihan kerja atau penerapan sistem tersebut penemuan kembali

surat atau file akan lebih jelas dan mudah terlaksana.

2.6 Pengamanan dan Pemeliharaan arsip

2.6.1 Pengamanan Arsip

Upaya pemeliharaan dan pengamanan arsip pada dasarnya menyangkut

dua aspek penting, yaitu:

a. Pemeliharaan terhadap bahan arsip yang secara langsung bersentuhan

dengan berbagai faktor perusak

b. Pemeliharaaan dan pengamanaan terhadap lingkungan penyimpanan arsip.

(Martono, Budi.1997:81)

Pemeliharaan pengamanan itu sendiri sebenarnya merupakan suatu

kegiatan untuk melindungi, mengawasi dan mengambil langkah agar tetap

terjamin keselamatannya. Keselamatan di sini baik menyangkut kondisi fisik arsip

maupun infromasinya. Dengan menjamin kondisi fisik arsip serta lingkungan

penyimpanannya berarti menjamin kelestarian arsip selama-lamanya. Menjamin

keselamatan berarti menjamin arsip baik dari kerusakan, kemusnahan, maupun

kebocoran terhadap informasinya.

Pengamanan arsip adalah menjaga arsip dari kehilangan maupun dari

kerusakan. Dalam UU No 7 Tahun 1971 pasal 11, diutarakan ketentuan sebagai

berikut:

1. Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum, memiliki arsip sebagaimana dimaksud pasal 1 UU No 7 Tahun 1971 ini dapat dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 10 tahun.

(15)

yang tidak berhak mengetahuinya sedang ia diwajidkan merahasiakan hal-hal tersebut, dapat dipidanakan dengan penjara selama-lamanya 20 tahun atau dipidanakan seumur hidup.(Sedarmayanti, 2003:109)

Ketentuan diatas dimaksudkan untuk mengamankan arsip dari segi

informasi. Untuk arsip milik swasta atau perorangan, pengamanan dari segi

hukum diatur pada KUHP maupun KUHD. Secara fisik, semua arsip harus

diamankan dari segi kerusakan. Kerusakan terhadap arsip dapat terjadi karena

faktor internal dan faktor external.

1. Faktor Internal

a. Kwalitas Kertas

Kertas yang mempunyai kualitas yang kurang baik akan mempengaruhi

keutuhan kertas itu sendiri. Maka kerusakan aan lebih cepat dibandingkan dengan

kertas yang berkualitas baik.Dalam penggunaan kertas hendaknya dipilih kertas

yang baik dan cukup tebal.

b. Tinta

Tinta yang digunakan untuk menulis dengan mutu atau kualitas yang

kurang baik akan menyebabkan kerusakan pada arsip menjadi lebih cepat. Karena

penggunaan tinta yang berkualitas rendah akan merugikan kita. Terutama bila

secara tidak sengaja tersentuh air, atau karena udara yang lembab, yang

mengakibatkan identitaskertas tersebut sulit atau sukar dikenal.

c. Bahan perekat

Dalam penggunaan bahan perekat seperti lem, atau pasta juga mempunyai

penurunan yang merugikan dalam daya tahan kertas dan kulit, oleh karena itu

dalam penggunaan perekat pun harus dicarikan yang lebih baik mutunya.

2. Faktor External

a. Lingkungan

Pada tingkat kelembaban lebih dari 75%, menyebabkan arsip yang

(16)

derajat, agar tingkat kelembaban jangan menyebabkan arsip yang disimpan cepat

rusak.

b. Sinar matahari

Sinar matahari mengandung sinar ultra violet yang dapat merusak tulisan

dana kertas. Oleh sebab itu arsip jangan terkena matahari langsung.

c. Debu

Debu yang menempel pada arsip terdiri dari bermacam-macam bahan

seperti asap, tanah dan kotoran-kotoran lain sehingga dapat merusak arsip.

d. Serangga dan kutu, serta sejenisnya

Munculnya serangga dana kutu dapat dicegah antara lain dengan: bahan

kimia, kebersihan tempat penyimpanan, pengaturan kelembaban udara dan

lain-lain

e. Jamur dan jenisnya

Tingkat kelembaban diatas 75 deajat menyebabkan tumbuhnya jamur dan

sejenisnya. Jamur yang tumbuh pada kertas “arsip” merupakan penghancur kertas

yang cepat.

2.6.2 Pemeliharaan Arsip

Pemeliharaan arsip adalah membersihkan arsip secara rutin untuk

mencegah kerusakan akibat beberapa sebab. Pemeliharaan arsip secara fisik dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Pengaturan ruangan

Ruangan penyimpanan arsip harus :

a) Dijaga agar tetap kering (temperatur ideal antara 60-75 derajat, dengan

kelembaban antara 50-60%).

b) Terang (terkena sinar matahari tak langsung)

(17)

2. Tempat penyimpanan arsip

Tempat penyimpanan arsip hendaknya diatur secara renggang, agar ada

udara diantara berkas yang disimpan. Tingkat kelembaban yang diingkan perlu

dipenuhi.

3. Penggunaan bahan-bahan pencegah rusaknya arsip

Salah satu caranya adalah meletakkan kapur barus (kamper) ditempat

penyimpanan, atau mengadakan penyemprotan dengan bahan kimia, secara

berkala

4. Larangan-larangan

Perlu dibuat larangan yang harus dilaksanakan, antara lain:

1. Dilarang membawa dan/atau makan ditempat penyimpanan arsip

2. Dalam ruangan penyimpanan arsip dilarang merikok (karena percikan api

dapat menimbulkan bahaya kebakaran).

5. Kebersihan

Arsip selalu dibersihkan dan dijaga dari noda karat dan lain-lain.

Tujuan pemeliharaan arsip adalah:

a) Untuk menjamin keamanan dari penyimpanan asip itu sendiri. Dengan demikian setiap pejabat yang bertanggungjawab ataspengelolaan arsip harus melakukan pengawasan apakah sesuatu arsip sudah tersimpan pada tempat yang seharusnya.

b) Agar penanggungjawab arsip dapat mengetahui dan mengawasi apakah sesuatu telah diproses menurut prosedur yang seharusnya. (Sedarmayanti, 2003:109)

2.7 Penyusutan dan Pemusnahan Arsip

2.7.1 Penyusutan Arsip

Penyusutan arsip (records disposal) meurpakan kegiatan ketiga dari

keseluruhan proses kegiatan kearsipan. Kegiatan ini merupakan upaya untuk

mengurangi jumlah arsip yang tercipta. Selama organisani melaksanakan

fungsinya, selama itu pula arsip akan senantiasa tercipta.

(18)

a) Memindahkan arsip inaktif dari Unit Pengolah ke Unit Kearsipan dalam lingkungan lembaga-lembaga negara atau badan-badan pemerintahan masing-masing

b) Memusnahkan arsip sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku c) Menyerahkan arsip statis oleh Unit Kearsipan kepada arsip Nasional.

(Barthos, Basir.2007:101)

Adapaun tujan penyusutan arsip, adalah untuk:

a) Mendayagunakan arsip dinas sebagai berkas kerja maupun sebagai referensi

b) Menghemat ruangan, peralatan dan perlengkapan c) Mempercepat penemuan kembali arsip

d) Menyelamatkan bahan bukti pertanggung jawaban pemerintah. (Sedarmayanti, 2003:103)

Untuk mewujudkan penyusutan arsip tersebut diperlukan jadwal retensi.

Jadwal retensi arsip adalah pedoman dalam penyusutan arsi di suatu organisasi,

fungsi jadwal retensi dalah untuk mengendalikan penyimpanan arsip baik pada

masa aktif disetiap pengolah atau central file maupun penyimpanan masa in-aktif

diunit kerasipan atau pusat arsip serta pengendalian terhadap pemusnahan dan

penyelamatan ke Arsip Nasional.

Bentuk dan susunan jadwal retensi arsip terdiri dari :

a) Jenis arsip (series).

b) Jangka waktu simpan (retensi) baik aktif maupun inaktif.

d) Keterangan, yaitu penentuan nasib akhir arsip, musnah, permanen atau review. (Barthos, Basir.2007:120).

2.7.2 Pemusnahan Arsip

Menurut Sutarto (1997:310) didalam buku petunjuk teknis tata kearsipan dinamis tentang masalah pemusnahan dikemukakan sebagai berikut:

1. Pemusnahan arsip dapat dilakukan oleh unit pengolah terhadap arsip-arsip yang dianggap tidak penting bagi unit pengolah yang bersangkutan maupun bagi kepentingan organisasi secara keseluruhan.

2. Sebelum dimusnahkan daftar inventarisasi arsip yang dimusnahkan disampaikan kepada pusat penyimpanan arsip untuk ditelah. Penelaahan ini dimaksud untuk meneliti kembali apakah terdapat arsip-arsip yang dianggap penting oleh pusat penyimpanan arsip.

3. Apabila telah mendapat persetujuan oleh pimpinan, arsip-arsip dapat dimusnahkan dengan membuat berita acara pemusnahan arsip.

(19)

Pemusnahan arsip yang tidak bernilai permanen (semetara/tidak penting)

dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Mendaftarkan secara langkap arsip-arsip yang dimusnahkan dengan perinciannya sebagai berikut:

a) Nama departemen/Instansi yang akan memusnahkan b) Kode dan Pokok Masalah

c) Kode dan Masaah d) Jenis fisik arsip

e) Tanggal, Bulan dan Tahun berkas f) Jumlah Berkas

2. Pemusnahan diselengarakan dengan membuat berita acara pemusnahan arsip.(Barthos,Basir. 2007:126).

Pada perinsipnya pemusnahan arsip hanya dilakukan oleh lembaga induk

kearsipan, maupun unit pengolah dimungkinkan untuk memusnahkan arsip.

Pemusnahan arsip dilingkungan organisasi dapat dilakukan diunit kearsipan

tingkat pusat dan diunit kearsipan regional tingkat daerah.

Gambar

Tabel : Sistem Masalah / Subject Filling System

Referensi

Dokumen terkait

(2001) bahwa untuk keberlanjutan pertanian akibat adanya perubahan iklim perlu dilakukan perubahan baik kalender tanam, pola tanam, maupun rotasi penanaman untuk setiap

maktab dengan menunjukkan akar katanya beserta derivasinya, seperti : kataba, yaktubu, dan seterusnya. Hal ini bisa membantu siswa memahami kosakata sesuai

Pengadaan barang/jasa dilaksanakan secara elektronik, dengan mengakses aplikasi Sistem. Pengadaan Secara Elektronik (aplikasi SPSE) pada alamat website

Dari tabel diatas untuk mencapai persepsi teacherprenuership dengan indikator: (a) Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang

Penelitian ini berjudul Pengaruh Restaurant atmosphere dan Keragaman Produk Terhadap Loyalitas Pelanggan Warung Nasi Ampera Cabang Padasuka Ciacaheum dan bertujuan untuk

Perusahaan฀Kami Pemegang฀Saham Laporan฀kepada฀ Analisa฀Manajemen Pembahasan฀dan฀ Laporan฀Tata฀Kelola฀ Perusahaan Tanggung฀Jawab฀Sosial฀ Perusahaan

Indikator-indikator dalam variable sikap ini meliputi penilaian atas adanya perbankan syariah, tanggapan atas informasi sosialisasi adanya perbankan syariah,

Mohamad Subhan dalam bukunya yang berjudul “Analisa Perancangan Sistem”.