• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN MUTU PADA BISNIS BENIH PADI SAWAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DESAIN MUTU PADA BISNIS BENIH PADI SAWAH"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

622 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

DESAIN MUTU PADA BISNIS BENIH PADI SAWAH DI TAMAN

TEKNOLOGI PERTANIAN KOTA JANTHO

Rachman Jaya1, Yusriana2, Rini Andriani1

1

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh,

Jl. Panglima Nyak Makam No. 27, Lampineung Banda Aceh, Indonesia, Email: rahmanjaya@pertanian.go.id, riniandriani.bptp@gmail.com

2

Program studi Teknologi Hasil Pertanian Universitas Syiah Kuala, Jl. Lingkar Kampus Darussalam, Banda Aceh, Indonesia,

Email: yusriana_ismail@yahoo.go.id

ABSTRAK

Taman Teknologi Pertanian (TTP) merupakan salah satu program strategis Kementerian Pertanian yang merupakan bagian dari penjabaran Nawacita Republik Indonesia. Salah satu lokasi pembangunan TTP adalah di Kecamatan Kota Jantho, Aceh Besar yang kemudian menjadi nama TTP tersebut. Indikator kunci keberhasilan dari pembangunan TTP adalah terbentuknya bisnis berbasis komoditas lokal, terutama wirausaha muda untuk meningkatkan ekonomi wilayah. Salah satu bisnis yang berkembangan adalah penyediaan benih sumber padi bersertifikat. Tujuan dari kajian ini adalah menghasilkan desain bisnis benih padi yang sesuai dengan spesifikasi kebutuhan daerah. Proses perancangan menggunakan Fuzzy-Analytical Hierarchy Process (F-AHP) untuk menentukan bobot parameter mutu, sedangkan Quality Function Deployment (QFD) untuk menentukan atribut kunci mutu berdasarkan keinginan konsumen. Hasil penelitian menunjukan atribut kunci yang sangat mempengaruhi mutu produk benih padi yang dihasilkan yaitu Regouing (102), Pemanenan (89), Pengeringan (80), Pengemasan (55), Pengadaan Benih (49), Pengolahan Lahan (45), Sortasi (42), dan Penanaman (35).Prioritas yang harus dilakukan oleh penggelola untuk meningkatkan daya saing produk adalah pada aspekRegouing dengan bobot 102 kemudian Pemanenan dengan bobot 89. Secara keseluruhan benih padi bersertifikat yang telah dihasilkan oleh Koperasi Babah Pinto, TTP Kota Jantho telah memenuhi spesifikasi mutu benih padi bersertifikat, akan tetapi diperlukan beberapa perbaikan untuk menjamin keberlanjutan dari sisi bisnis.

Kata Kunci: Jantho, Benih Padi, QFD, F-AHP.

PENDAHULUAN

(2)

Seminar Nasional 623

litbang pemerintah, perguruan tinggi dan swasta (Tatsuno, 1996; Bozzo et al. 2002; Vila dan Pages, 2008).

Pada tahun 2015, melalui Badan Litbang Pertanian telah dibangun 16 TTP diseluruh Indonesia, salah satunya berada di Kecamatan Kota Jantho Aceh Besar. Basis pembangunan TTP ini adalah komoditas padi sawah, ternak (sapi) dan tanaman sayuran, seperti Cabai, Cabai Rawit, Mentimun, Gambas dan Terong (Badan Litbang Pertanian, 2015; Jaya et al. 2015). Berdasarkan aspek bisnis, sampai dengan akhir tahun 2016 pembangunan TTP Kota Jantho fokus kepada penyediaan benih sumber padi dan penyediaan jasa alsintan, dalam kajian ini difokuskan kepada penyediaan benih sumber padi bersertifikat. Fokus pada bisnis ini berdasarkan pada potensi yang sangat besar dari wilayah Aceh, terhadap komoditas padi sawah. Dengan luas tanam komoditas padi sawah 490.000 ha, serta dengan pertumbuhan sawah baru 15.125 ha, maka akan dibutuhkan benih padi sebesar 20.205 ton/tahun, dengan asumsi penggunaan benih sebesar 25 kg/ha (BPS Provinsi Aceh, 2014; BB Padi, 2015).

Secara teknis, produksi benih sumber padi telah banyak dilakukan dibeberapa negara, terutama pada beberapa negara produsen padi utama dunia, seperti China, India, Indonesia, Bangladesh, Vietnam dan Thailand (PSEKP, 2015). Di Malaysia, sistem produksi benih padi telah menggunakan mekanisasi, dengan tingkat produksi rata-rata 7.63 ton/ha (Muazu et al. 2014), demikian juga di Indonesia Wahyuni et al. (2013) melakukan penelitian produktivitas benih padi dari varietas yang berbeda.

Berdasarkan pedoman umum pembangunan Taman Sains dan Teknologi Pertanian yang diterbitkan oleh Badan Litbang Pertanian (edisi revisi), salah satu indikator kunci kinerja TTP adalah terbentuknya sistem bisnis berbasis komoditas lokal di kawasan TTP tersebut, dalam hal ini TTP Kota Jantho. Sistem bisnis yang dimaksud adalah penyediaan benih sumber padi bersertifikat, yang dikelola oleh Koperasi Babah Pinto TTP Kota Jantho, akan tetapi sistem produksi yang telah dijalankan masih memiliki beberapa keterbatasan, terutama dalam aspek pasca panen (mutu) dan pemasaran. Untuk itu akan dikaji beberapa atribut utama yang paling berpengaruh kepada kesuksesan dan keberlanjutan dari sistem bisnis yang dibangun. Tujuan dari kajian ini adalah menghasilkan desain bisnis penyediaan benih padi bersertifikat di TTP Kota Jantho, dengan memperhatikan aspek pasca panen dan pemasaran.

TINJAUAN PUSTAKA

TTP Kota Jantho

(3)

624 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

saing bangsa (Zeng et al. 2011; Soenarso, 2011; Soenarso et al. 2013) karena melibatkan wirausaha dan calon wirausaha (Bank, 2015).

Dari sisi teknis pembangunan TTP, setidaknya (Gambar 1) melibatkan empat elemen (triple helix) yaitu: pemerintah daerah, akademisi, komunitas dan swasta (Leydesdorff dan Etzkowitz, 1998; Etzkowitz et al. 2007; Balitbangtan, 2015). Dari aspek yang lain pembangunan TTP juga membahas masalah pembiayaan, kerjasama (join venture), intellectual property dan lisensi (Lee et al. 2009; Narasimhalu, 2013).

Gambar 1.Konsep Triple Helix Pembangunan TSP (Kementerian Pertanian, 2015) adaptasi (M.Spolidoro, 2011; Soenarso et al., 2013)

TTP Kota Jantho sendiri mulai dibangun pada tahun 2015, di Kecamatan Kota Jantho Aceh Besar, lahan yang digunakan milik Pemerintah Daerah Aceh Besar seluas 1.85 ha yang kemudian dihibahkan kepada Balitbangtan dan selanjutnya semua aset yang dibangun diserahkan kembali ke Pemerintah Daerah Aceh Besar. Basis komoditas TTP ini mencakup Padi Sawah, Peternakan (sapi) dan Hortikultura, sedangkan penciri dari TTP Kota Jantho adalah Sistem Bioindustri berbasis padi-ternak (Jaya et al., 2015). Aktivitas bisnis yang berpotensi untuk dikembangkan antara lain penyediaan benih sumber padi sawah dan padi gogo, jasa alsintan, penyediaan sarana produksi pertanian dan usaha pembibitan dan budidaya Jamur Merang.

Spesifikasi Mutu Benih Padi

(4)

Seminar Nasional 625 Quality Function Deployment

Dalam proses merancang suatu produk (product development design), salah satu faktor yang menjadi kunci adalah melakukan identifikasi kebutuhan konsumen terhadap atribut dari produk tersebut. Hal ini bertujuan agar saat diproduksi masal, dapat memenuhi beberapa kategori yaitu ekonomi, teknis, kebutuhan konsumen (Bhuiyan, 2011). Untuk menjamin hal tersebut diperlukan suatu alat/teknik, agar faktor kunci kesuksesan produk dapat diakomodir. Salah satu Alat/teknik yang dapat digunakan adalah Quality Function Deployment (QFD).

QFD biasa juga disebut dengan Prima Facia Case merupakan suatu alat ukur yang sangat baik (powerful) menterjemahkan keinginan konsumen berbasis matrik, walaupun memiliki keterbatasan yaitu karakteristik pasar yang dituju, luasnya keinginan konsumen dalam artian bahwa berupa tingginya kompleksitas masalah yang dihadapi produsen (Burge, 2007).

Fuzzy-AHP

Dalam kajian ini, penyusunan alternatif kebijakan dalam desain bisnis penyediaan benih sumber di TTP Kota Jantho, menggunakan teknik Fuzzy-Analytical Hierarchy Process

(F-AHP). Pada dasarnya teknik ini adalah sintesa dari logika fuzzy dan AHP, yang masing-masing dikembangkan oleh Prof. Lotfi Zadeh dan Thomas L. Saaty. Penggunaan logika fuzzy didasarkan pada skala pengukuran berbasis bilangan fuzzy (sekitar 0-1), bukan logika Bolean (0-1), yang berhubungan dengan preferensi manusia sehingga pengukuran lebih sesuai. Sampai dengan saat ini teknik ini terus digunakan peneliti dalam berbagai bidang penelitian, hal ini menunjukkan bahwa alat ini sangat reliabel digunakan. Diantara peneliti yang mengaplikasian teknik ini antara lain Shiliang et al. (2012) pada kajian aspek risiko konstruksi, Jaya et al. (2014) untuk penyusunan skenario mitigasi risiko rantai pasok Kopi Gayo.

Secara teknis, tahapan analisis dengan F-AHP adalah melakukan penyusunan hirarki mengenai skenario/opsi kebijakan yang akan diambil, dalam hal ini berbasis tujuan (goal), tujuan, aktor dan opsi. Kemudian menyusun kuesioner, suvei pakar, agregasi pendapat pakar, membuat matrik kriteria dan alternatif, menghitung bobot (pairwaise comparison), menghitung konsistensi rasio dan skor akhir serta penarikan kesimpulan (Suharjito, 2011). Dalam teknik fuzzy, tahapan juga mencakup fuzzyfikasi dengan menggunakan Triangular Fuzzy Numbers (TFN, persamaan 1), (Kulak dan Kahraman, 2005) menyatakan bahwa umumnya peneliti banyak menggunakan TFN disebabkan oleh batasan yang jelas diantara tiga sisi, yaitu batas atas, batas tengah dan batas bawah. Penjelasan dari pernyataan ini dapat dilihat pada Tabel 1. Aggregasi dengan menggunakan pendekatan rata-rata geometri, sedangkan defuzzyfikasi dengan center of gravity(Mikhailov, 2004).

Tabel 1. Skala TFN dalam F-AHP

No. Skala Linguistik Fuzzy Berpasangan Skala TFN Resiprokal

1 Kedua faktor sama penting (1,1,3) (1/3,1,1)

(5)

626 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian μA(X)=A(X:Xm;Xs;XM)

0, x≥

Ket:

XS =

μA(x) = Fungsi keanggotaan untuk X

A = Himpunan fuzzy

X, Xm,Xs,XM = Nilai crips pada himpunan fuzzy

METODOLOGI

Konseptual Framework

Kerangka dasar dari kajian ini (Gambar 2) adalah bagaimana TTP Kota Jantho menjadi media bagi tumbuhkembangnya wirausaha, terutama yang berusia muda untuk meningkatkan jumlah pengusaha muda (transform agents) dibidang pertanian. Dalam kajian ini bentuk usaha difokuskan kepada bisnis penyediaan benih sumber padi bersertifikat.

Gambar 2. Konseptual framework kajian

(6)

Seminar Nasional 627 Tata Laksana Pengkajian

Pelaksanaan kajian difokuskan di kawasan Taman Teknologi Pertanian Kota Jantho, Kecamatan Kota Jantho, Aceh Besar. Alat analisis F-AHP yang digunakan berbasis survey pakar (expert survey), teknik ini digunakan untuk menentukan bobot parameter mutu yang digunakan (Jaya et al., 2014), sedangkan QFD untuk mengetahui desain mutu benih padi berbasis pada konsumen yang dilakukan melalui survey terhadap konsumen benih padi (Marimin, 2004). Latar belakang pakar sebagai peneliti, akademisi dan praktisi. Kualifikasi pakar yang terlibat dalam kajian ini minimal bergelar doktor dan telah berpengalaman minimal 5 tahun pada bidang agribisnis atau agroidustri untuk peneliti dan akademisi, sedangkan praktisi minimal telah melaksanakan kegiatan bisnis benih padi selama 10 tahun. Jumlah pakar yang terlibat 3 orang. Teknis pelaksanaan survei pakar dengan menggunakan alat bantu kuesioner, berupa matrik dengan skala pengukuran lingusitik (Tabel 1).

Survei konsumen menggunakan alat bantu kuesioner terstruktur, survey dilakukan di beberapa Kecamatan di Aceh Besar yang merupakan sentra produksi padi, yaitu Kecamatan Kota Jantho, Indra Puri, Kuta Cot Glie dan Kuta Malaka. Waktu pelaksanaan dari Bulan Oktober – Desember 2016. Jumlah responden 40 orang, yang dibagi secara proporsional untuk masing-masing kecamatan dimana semakin besar area pertanaman padi maka jumlah responden semakin besar. Sebelum dilakukan survei, terhadap kuesioner dilakukan uji

validitas dengan korelasi pearson dan reliabilitas dengan cronbach’s α (Umar, 2002). Data-data yang dikumpulkan mencakup: Atribut kebutuhan konsumen, tingkat kepentingan setiap atribut, benchmark kompetitor dan respon teknis untuk meningkatkan mutu produk.

Untuk penggalian informasi mengenai hubungan (korelasi) antara kebutuhan konsumen dengan aspek teknis, dilakukan juga survei berbasis pakar dengan alat bantu kuesioner terstruktur. Jenis data berbentuk skala ordinal, dalam hal ini mengacu kepada skala Likert (1-5), dengan penjelasan 1=tidak ada hubungan, 2=hubungan lemah, 3= hubungan sedang, 4= hubungan kuat dan 5= hubungan sangat kuat (Marimin, 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Bisnis

Berdasarkan pedoman umum pembangunan TSTP (Balitbangtan, 2015) salah satu indikator kunci keberhasilan pembangunan TTP adalah terbentuknya unit bisnis pertanian oleh wirausaha muda di kawasan. Bisnis di TTP Kota Jantho sepenuhnya dikelola oleh Koperasi Babah Pinto (Gambar 3) yang telah dibentuk dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang ada di Desa Teureubeh. Koperasi Babah Pinto dibentuk berdasarkan SK. Menteri Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Nomor: 001541/BH/M.KUKM.2/VI/2016, tentang Pengesahan Akta Pendirian Koperasi Pertanian Babah Pinto, tanggal 24 Juni 2016. Pihak Balitbangtan, melalui BPTP Aceh, Perguruan Tinggi, Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Aceh Besar hanya sebagai pendamping teknis, demikian juga Dinas Teknis lingkup Aceh Besar.

(7)

628 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

jamur merang, jamur merang, penggemukan sapid an beras premium. Pada paper ini yang dibahas hanya pada usaha bisnis penyediaan benih sumber padi sawah.

Gambar 3. Struktur Bisnis Koperasi Babah Pinto TTP Kota Jantho

Analisis F-AHP

Tahap awal dari kajian ini adalah menentukan bobot prioritas masing-masing atribut mutu yang digunakan. Pembobotan ini sangat penting untuk dilakukan karena berhubungan erat dengan tingkat kepentingan terhadap desain mutu produk benih padi, dengan kata lain pihak produsen fokus kepada atribut dengan bobot tertinggi (Tabel 2). Teknik yang digunakan adalah F-AHP, dengan melakukan analisis perbandingan berpasangan antar masing-masing atribut.

Tabel 2. Bobot atribut mutu produk benih padi

No. Atribut Bobot Rangking Bobot konversi Keterangan

1. Harga benih 0.039 6 2

2. Viabilitas 0.155 3 5

3. Kadar Air 0.233 1 7

4. Desain kemasan 0.009 7 1

5. Ukuran kemasan 0.038 5 3

6. Label benih 0.227 2 6

7. Informasi produk 0.110 4 4

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa atribut dengan bobot tertinggi pada kadar air, yang selanjutnya dikonversi bobotnya menjadi 7 dalam analisis QFD berbasis keinginan konsumen.

Analisis Kebutuhan Konsumen

(8)

Seminar Nasional 629

vegetative sebanyak 3 tahap, seleksi berbunga termasuk informasinya dua fase, seleksi fase masak termasuk informasinya serta pemeriksaan lapangan, pelaksanaan dan pengawasan panen, pengolahan dan pengawasan benih, pengambilan dan pengujian contoh, permintaan label, pemasaran dan pengawasan benih.

Tahap selanjutnya dalam analisis kebutuhan berbasis QFD adalah membuat matrik (Tabel 2) korelasi antara kebutuhan konsumen dengan aspek teknis produksi benih.

Tabel 2. Matrik korelasi kebutuhan konsumen dengan aspek teknis produksi benih.

Ket: = kuat = sedang = lemah

Dari matriks diatas terlihat bahwa atribut kunci yang mempengaruhi mutu produk benih padi yang dihasilkan yaitu seleksi (regouing) fase vegetative yang dilakukan dalam 3 tahap. Diikuti pemanenan, pengeringan, pengemasan, pengadaan benih, pengolahan lahan, sortasi dan penanaman.

KESIMPULAN

(9)

630 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, R., Abdullah, CS., Hasnan, N., Mohtar, S., Osman, NH. 2013. The Impact of Technology Parks Services on the High Technology Industry: A Case Study on Kulim Hi-Tech Park. Conference Paper, Entrepreneurship Vision 2020: Innovation, Development Sustainability, and Economic Growth: 1147-1154.

Altunoğlu AE, Bulgurcu GEB. 2015. Effects of Leader–member Exchange and Perceived Organizational Support on Organizational Innovation: The Case of Denizli Technopark. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 207, 175–181.

Bank, N. 2015. Sustainability profiled incubators-process for recruiting and supporting tenants Wisdom Kanda, (June), 0–17.

Bhuiyan N. 2011. A Framework For Successful New Product Development. Journal of Industrial Engineering and Management, 4 (4):746-770.

Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh. 2014. Aceh Dalam Angka. www.bps.aceh.go.id, diunduh 13 Januari 2015.

Balai Besar Penelitian Padi. 2015. Teknik Produksi Benih Padi. www.bbpadi.litbang.pertanian.go.id, di Unduh 15 Mei 2016.

Burge S. 2007. A Functional Approach to Quality Function Deployment (Putting the Function back into Quality Function Deployment). Technical Paper by System Engineering Company.

Direktorat Perbenihan. 2009. Persyaratan dan Tatacara Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan. 173 pp.

Etzkowitz H, Dzisah J, Ranga M, Zhou C. 2007. The triple helix model of innovation. Tech Monitor, 14–23. http://doi.org/10.1177/05390184030423002.

Jaya R, Machfud, Raharja S, Marimin. 2014. Analisis dan mitigasi risiko rantai pasok kopi Gayo Berkelanjutan. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 24 (1): 61-71.

Jaya, R,. Mulya, K., Ilham, N., Abu Bakar, B., Mirza, I., Dewi, I., Boestami, A., Koswanudin D., Harahap, D., Husaini, Rahmi, CH., Amin, M., 2015. Penentuan Komoditas Unggulan Pada Taman Teknologi Pertanian Kota Jantho, Provinsi Aceh Melalui Focus Group Discussion. Prosiding Seminar Hasil Riset dan Standarisasi Industri, Banda Aceh 11-12 November 2015. Balai Riset dan Standarisasi Industri Banda Aceh.

Leydesdorff, L., Etzkowitz, H. 1998. The Triple Helix as a Model for Innovation Study, Science & Public Policy, 25 (3): 195-203.

Lee, S., Yoon, B., Lee, C., Park, J. 2009. Business Planning Based on Technological Capabilities: Patent Analysis for Technology-Driven Roadmapping. Technological Forecasting & Social Change, 76 : 769–786.

Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta.

(10)

Seminar Nasional 631

Narasimhalu, AD. 2013. CUGAR: A Model for Open Innovation in Science and Technology Parks. World Technopolis Review (WTR) 2 (1): 1-11. Research Collection School of Information Systems.

Rasyidi, H., Kayode, O. 2011. The Role of Built Environment in Developing Sustainable High Tech Parks: Establishment of Physical Development and Knowledge Community Needs. Proceeding of International Conference on Science and Technology Parks 15th ASPA Annual Conference / IASP Asian Division Conference, ISFAHAN.

Seo, J. 2006. The Korean Techno-parks as the Hub of Sub-national Innovation System : Case of Daegu Techno-park.

Shiliang S, Min J, Yong L, Runqiu, L. 2012. Risk Assessment on Falling From Height Based on AHP-Fuzzy. Procedia Engineering, 45 :112 – 118.

Soenarso WH. 2011. Pengembangan Science and Technology Park di Indonesia. Disampaikan pada Seminar Nasional Kebijakan Iptek dan Inovasi Tanggal 26 Juli 2011, PAPPIPTEK-LIPI.

Soenarso WS, Nugraha D, Center EL. 2013. Development of Science and Technology Park (STP) in Indonesia to Support Innovation-Based Regional Economy: Concept and Early Stage Developmen, (18), 32–42. http://doi.org/10.7165/wtr2013.2.1.32.

Suharjito. 2011. Pemodelan Sistem Pendukung Keputusan Cerdas Manajemen Risiko Rantai Pasok Jagung [disertasi]. Sekolah Pascasarna, IPB. Bogor.

Spolidoro, R. (2011). Innovation Habitats and Regional Development driven by the Triple

Helix : Perspectives from a South American School of Thought and Action. 9th International Triple Helix Conference, (July), 1–23.

Umar, H. 2002. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT. Gamedia, Jakarta.

Peraturan Menteri Pertanian No. 39/Permentan /OT.140 /8/2006 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina. 19 pp.

Wahyuni S, Mulsanti IW, Satoto. 2013. Produktivitas Varietas Padi dari Kelas Benih Berbeda. Iptek Tanaman Pangan, 8 (2): 62-71.

Zeng G, Liefner I, Si Y. 2011. The role of high-tech parks in China’s regional economy: Empirical evidence from the IC industry in the Zhangjiang high-tech park, Shanghai. Erdkunde, 65(1), 43–53. http://doi.org/10.3112/erdkunde.2011.01.04.

Zhang F, Wu F. 2012. “Fostering Indigenous Innovation Capacities”: The Development of

Gambar

Gambar 1.Konsep Triple Helix Pembangunan TSP (Kementerian Pertanian, 2015) adaptasi (M.Spolidoro, 2011; Soenarso et al., 2013)
Tabel 1. Skala TFN dalam F-AHP
Gambar 2. Konseptual framework kajian
Gambar 3. Struktur Bisnis Koperasi Babah Pinto TTP Kota Jantho
+2

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-faktor tersebut adalah kondisi alam (letak geografis wilayah, kondisi toporafi, geometri sungai dan sedimentasi), peristiwa alam (curah hujan dan lamanya

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fractal lacunarity maupun gradiennya dapat digunakan untuk membedakan citra mammogram normal dan citra mammogram abnormal yang

Butir Kuesioner 1, ―Saya dapat melihat produk headphone muncul dalam salah satu scene MV Friends‖. Sementara 190 responden atau sebanyak 44% dari responden merasa

Pemberian terapi air rebusan kacang kedelai pada kelompok terapi C dan D menunjukkan adanya perbaikan pada pemeriksaan mikrokopis gambaran histopatologi glomerulus

Hasil penelitian ini akan menguatkan penelitian-penelitian sebelumnya (Saifuddin, 2011) bahwa penyebaran radikalisme sasarannya bukan hanya masyarakat biasa tetapi juga

Saya pastikan teman-teman sudah biasa menggunakan microsoft excel. Pada kolom pertama kita gunakan untuk nomor urut dari data source. Pada kolom berikutnya silahkan menyusun

Pembentukan pohon keputusan diperoleh dengan melakukan perhitungan Entropy dan Information Gain pada data sampel uji laboratorium klinis.. Data sampel uji laboratorium

67,70, dan tindakan III nilai rata-rata aktivitas menulis karangan narasi siswa adalah 73,95. Nilai rata-rata yang dicapai tersebut menunjukan bahwa aktivitas