• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEKAN ILMIAH NASIONAL RISET DAN TEKNOLOG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEKAN ILMIAH NASIONAL RISET DAN TEKNOLOG"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PEKAN ILMIAH NASIONAL RISET DAN TEKNOLOGI

DESAIN KONSEPTUAL KAPAL PENGOLAH SAMPAH,

STUDI KASUS : KOTA SURABAYA

Diusulkan oleh :

1.

Danang M. Pratomo

NRP 4109 100 066 (Angkatan 2009)

2.

Muafaq

NRP 4109 100 088 (Angkatan 2009)

3.

Tifani Rosa Mahardika

NRP 3312 100 078 (Angkatan 2012)

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

(2)

HALAMAN JUDUL

PEKAN ILMIAH NASIONAL RISET DAN TEKNOLOGI

DESAIN KONSEPTUAL KAPAL PENGOLAH SAMPAH,

STUDI KASUS : KOTA SURABAYA

Diusulkan oleh :

1.

Danang M. Pratomo

NRP 4109 100 066 (Angkatan 2009)

2.

Muafaq

NRP 4109 100 088 (Angkatan 2009)

3.

Tifani Rosa Mahardika

NRP 3312 100 078 (Angkatan 2012)

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Desain Konseptual Kapal Pengolah Sampah Studi Kasus : Kota Surabaya

d. Institut : Institut Teknologi Sepuluh Nopember 4. Anggota Kelompok

a. Nama Lengkap : Tifani Rosa Mahardika

b. NRP : 3312 100 078

c. Jurusan : Teknik Lingkungan

d. Institut : Institut Teknologi Sepuluh Nopember 5. Dosen Pembimbing

a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr.Ing. Setyo Nugroho

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kepada AllahSWT atas karunia-Nya yang telah memberikan kekuatan dan bimbingan sehingga Penyusun dapat menyelesaikan Laporan Karya Tulis ini.

Selesainya Laporan Karya tulis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberi dukungan. Dengan ini Penyusun hendak mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Orang tua beserta semua keluarga yang tidak berhenti mendoakan Penyusun selama masastudi di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

2. Ir. Tri Achmadi Ph.D selaku Ketua Program Studi Transportasi Laut Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

3. Dr.Ing. Setyo Nugroho selaku dosen pembimbing Penyusun yang telah banyak memberikan saran yang membangun bagi Penyusun dalam menyelesaikan laporan Karya tulis ini. Kepada seluruh dosen pengajar di Program Studi Transportasi Laut Jurusan Teknik Perkapalan FTK-ITS yang mengajarkan ilmunya kepada Penyusun.

4. Dinas Kebersihan dan Pertamanan kota Surabaya yang telah memberikan data-data pendukung untuk pengerjaan Karya tulis ini.

5. Dinas Kependudukan Kota Surabaya yang telah memberikan data-data pendukung untuk pengerjaan Karya tulis ini.

6. Pihak UPTD TPA Benowo yang telah memberi gambaran pengolahan sampah Kota Surabaya saat ini.

7. Teman-teman seperjuangan TPT Laksamana P - 49 serta seluruh pihak yang telah membantu kelancaran Karya tulisdan terselesaikannya laporan ini.

Akhir kata, semoga laporan Karya Tulisini bisa berguna bagi semua pihak. Saran dankritik yang membangun sangat berarti bagi Penyusun untuk penyempurnaan laporan ini.

(5)

DAFTAR ISI

2.2 Kapal Pembakar sampah (Ship Incinerator) MT Vulcanus I... 4

2.3 Biaya Transportasi Laut ... 4

2.3.1 Biaya Modal (Capital Cost) ... 4

2.3.2 Biaya Operasional (Operational Cost) ... 4

2.3.3 Biaya Pelayaran (VoyageCost) ... 5

2.3.4 Biaya Bongkar Muat (Cargo Handling Cost) ... 5

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 6

4.1.3 Proyeksi Jumlah Penduduk dan Jumlah Sampah Kota Surabaya ... 8

(6)

4.5.1.3 Biaya Pelayaran (Voyage Cost)... 16

4.5.1.4 Biaya Bongkar Muat (Cargo Handling Cost) ... 16

4.5.2 Biaya Infrastruktur Depot ... 16

4.5.2.1 Biaya Modal ... 16

4.5.2.2 Biaya Operasional ... 16

4.5.3 Biaya Alat Pengolah Sampah ... 17

4.5.3.1 Biaya Modal (Capital Cost) ... 17

4.5.3.2 Biaya Operasional ... 17

4.5.3.3 Biaya Produksi ... 18

4.6 Rekapitulasi dan Optimasi Konsep Kapal Pengolah Sampah ... 18

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 19

5.1 Kesimpulan ... 19

5.2 Saran ... 19

DAFTAR PUSTAKA ... 20

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 21

Lampiran 1. Perkiraan Umur Tpa Benowo... 22

Lampiran 2. Gaji Crew ... 25

Lampiran 3. Perhitungan Biaya Pelabuhan ... 26

Lampiran 4. Input Model ... 27

Lampiran 5. CostAnalysis ... 29

Lampiran 6. Rekapitulasi Biaya ... 32

Lampiran 7. Efektivitas ... 33

Lampiran 8. Penjadwalan ... 34

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data TPA Surabaya ... 8

Tabel 4.2 Pembagian Depot dan Wilayah Cakupan... 9

Tabel 4.3 Data Perhitungan Waktu ... 12

Tabel 4.4 Lama Waktu Pengolahan ... 12

Tabel 4.5 Perhitungan Waktu Operasi Tongkang dan Tugboat ... 12

Tabel 4.6 Perhitungan Waktu Moda Pengolahan Apung ... 13

Tabel 4.7 Perhitungan Waktu Operasi Kapal General Cargo 5000 ton ... 13

Tabel 4.8 Perhitungan Biaya Modal... 15

Tabel 4.9 Perhitungan Biaya Operasional ... 15

Tabel 4.10 Perhitungan VoyageCost ... 16

Tabel 4.11 Tabel Biaya Modal depot ... 16

Tabel 4.12 Biaya Operasional Depot ... 17

Tabel 4.13 Harga Alat Pengolah Sampah Plastik dan Briket... 17

Tabel 4.14 Rekapitulasi Biaya Modal Alat Pengolahan ... 17

Tabel 4.15 Rekapitulasi Biaya Operasional Alat Pengolah Sampah ... 18

Tabel 4.16 Biaya Produksi Alat Pengolah Sampah Plastik dan Briket ... 18

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sampah Organik (a) dan Sampah Anorganik (b) ... 3

Gambar 2.2 Kapal Insinerator MT Vulcanus I... 4

Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian ... 6

Gambar 4.1 Proyeksi Jumlah Sampah ... 9

Gambar 4.2 Rute Kapal ... 10

Gambar 4.3 Alur Perjalanan Sampah ... 11

Gambar 4.4 Conveyor di Depot ... 14

Gambar 4.5 Mobile crane untuk Membongkar Produk Olahan ... 14

(9)

ABSTRAK

DESAIN KONSEPTUAL KAPAL PENGOLAH SAMPAH STUDI KASUS : KOTA SURABAYA

Danang M. Pratomo, Muafaq, Tifani Rosa M. dan Setyo Nugroho

Program Studi Transportasi Laut - Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Abstrak

Surabaya merupakan salah satu kota di Propinsi Jawa Timur yang paling padat penduduk. Dengan kepadatan penduduk tersebut tidak menutup kemungkinan timbulnya sampah akibat aktivitas dilakukan penduduk. Selama ini sampah di kota Surabaya kurang ditangani dengan baik dan hanya ditumpuk di Tempat Pembuangan Akhir yang berpusat di daerah Benowo. Selain tata kelola sampah yang kurang baik, lahan di daerah Benowo yang dipakai untuk tempat penumpukan sampah semakin sempit dan tidak mampu menampung jumlah ton sampah yang dihasilkan kota Surabaya perhari-nya

Karya Tulis ini bertujuan untuk membuat suatu solusi alternatif masalah persampah di kota surabaya yaitu dengan merencanakan suatu alat transportasi berupa kapal yang khusus beroperasi untuk mengolah sampah. Untuk peramalan jumlah sampah digunakan metode regresi ganda sedangkan untuk penentuan opsi kapal digunakan metode optimasi dari dari pemilihan opsi dengan biaya yang paling minimum.

Hasil analisis menunjukkan bahwa hasil peramalan dengan menggunakan regresi berganda diperoleh jumlah sampah yang dihasilkan kota Surabaya pada tahun 2020 adalah 381.559 ton perbulan atau 12.179 ton perhari. Penempatan dua depot yang paling dekat dengan laut yang dipilih untuk menjangkau semua wilayah kota Surabaya adalah Depot A berada di kecamatan Krembangan (di area Pelabuhan Tanjung Perak) dan Depot B berada di kecamatan Kenjeran. Perencanaan armada dan operasi yang paling optimal adalah pada Opsi 2.1 yaitu konsep pengolahan sampah menggunakan moda tongkang pengangkut sampah dengan kapasitas 3000 ton yang ditarik tugboat dan tongkang pengolah sampah dengan kapasitas 13.000 ton secara terpisah. Dan menggunakan kapal General Cargo ukuran kapasitas 5.000 ton untuk mengangkut produk olahan sampah ke depot dengan total biaya sebesar Rp. 499,300,628,967,-

(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampahadalahmasalah yang kerapdihadapi pada suatudaerahkarena dimana adakehidupantidakterlepasdarimasalahsampah. Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia, yang keberadaannya banyak menimbulkan masalah apabila tidak dikelola dengan baik. Di kota surabaya merupakan salah satu kota terpadat di Indonesia setelah jakarta dengan jumlah penduduk sesuai dengan hasil Sensus Penduduk 2010 sebesar 2.765.487 jiwa menyebabkan produksi sampah semakin meningkat. (Badan Pusat Statistik Kota Surabaya, 2012). Berbagaisumbersampah yang memberikankontribusiterhadaptimbulansampahkota Surabaya antara lain berasaldaripermukiman, perkotaan, pasar, layanankesehatan, fasilitasumum. 60-80% sampahkotaberasaldaripermukimanataurumahtangga. Timbunansampahrumahtangga rata-rata di Kota Surabaya sebesar 319 gram per orang per hari, yang terdiridarisampahorganik 250 gram per orang ( 75,58% ) dansampahanorganiksebesar 61 gram per orang per hari ( 24,42% ).(Surya, 2012)

Menurut Tim Studi Japan International Coorperation Agency, ( JICA ) sebagaimanadilaporkanDepartemenPekerjaUmum ( 1993 ) antaratahun 1992-2010 bahwasampahrumahtangga Kota Surabaya mengalamipertumbuhan 5% setiaptahunnya yang disebabkankenaikanjumlahpenduduksekitar 1,6% per tahun, peningkatantimbulansampah per kapita 3,4% per tahun. Sampahtelahmenjadisalahsatupermasalahan Kota Surabaya yang serius. Pemandangankota Surabaya terlihatkumuhdansemakinparahdengantumpukan-tumpukansampahdiberbagaisudutkotadantelahmengganggukenyamananlingkunga n.

Sampah di kota Surabaya dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Sampah kota Surabaya ditampung di tempat yang dinamakan TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Di TPA inilah sampah yang ditampung kemudian diolah secara land disposal (penyingkiran dan pemusnahan limbah ke dalam tanah). Namun sistem land disposaliniterdapat dampak pencemaran air tanah. Sehingga sistem pengolahan tersebut tidak baik untuk diterapkan secara terus menerus di kota Surabaya.

Kondisi TPA di Surabaya ini sudah mengalami under capacity sehingga tidak mampu lagi menampung sampah yang dihasilkan di kota Surabaya. TPA Benowo merupakan satu satunya tempat pemrosesan akhir sampah Kota Surabaya dengan luas area 26,7 ha. Pembuangan sampah perkotaan yang mencapai 8.000 m3/hari dapat menyebabkan perkiraan umur operasional TPA tidak akan lebih

(11)

Oleh karena itu diperlukan suatu teknologi pengolahan sampah baru yang ramah lingkungan dan bisa mengolah sampah dalam jumlah besar dari kota Surabaya. Salah satu inovasi yang dapat mengatasi hal tersebut adalah Kapal Pengolah Sampah. Kapal Pengolah Sampah ini merupakan teknologi pengolahan sampah yang bersifat mobile (dapat berpindah-pindah). Dengan memanfaatkan kapal yang dilengkapi dengan instalasi pengolahan sampah yang nanti hasil residu pengolahannya dapat langsung dibuang ke laut tanpa menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya. Hal ini disebabkan karena sisa tersebut dibuang jauh di laut terbuka dan cepat diserap oleh air laut serta tidak terkonsentrasi di satu tempat.

1.2 Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang tersebut di atas permasalahan yang akan dikaji dalam Karya tulis ini yaitu :

1. Berapa jumlah sampah yang dihasilkan kota Surabaya.

2. Bagaimana penempatan lokasi depot transfer untuk mentransfer sampah dari darat ke kapal?

3. Bagaimana perencanaan armada dan pola operasi kapal pengolah sampahyang mampu menangani pengolahan sampah di kota Surabaya yang paling optimal?

1.3 Tujuan

Sedangkan tujuandaripenulisanKaryatulisiniadalah :

1. Mengidentifikasi jumlah sampah yang dihasilkan di kota Surabaya.

2. Mengidentifikasi letak depot transfer yang akan digunakan untuk mentransfer sampah dari darat ke kapal.

3. Mengidentifikasi pola operasi kapal yang sesuai untuk pengolahan sampah di kota Surabaya yang paling optimal.

1.4 Manfaat

(12)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengolahan Sampah

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah dapat berupa zat padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi.

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Tujuannya adalah untuk mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis, atau mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup. Secara umum, sampah dibagi menjadi dua kelompok, sampah organik dan sampah anorganik.

Sampah organik adalah sampah yang mayoritas berasal dari aktivitas rumah tangga juga sampah pasar. Dalam pengelolaannya, sampah organik bisa dikatakan mudah.Pengelolaan sampah organik menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagi pupuk, dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik. Sampah anorganik adalah sampah yang biasanya berupa botol, kertas, plastik, kaleng, sampah bekas alat alat elektronika dan lain lain. Sifatnya sukar diurai oleh mikroorganisme, sehingga akan bertahan lama menjadi sampah. Sampah anorganik dapat bertahan hingga ratusan tahun, sehingga dapat mencemari lingkungan sangat lama. Untuk mengatasi masalah ini, pada umumnya dilakukan cara reduce, reuse dan recycle. Reduce dengan cara mengurangi pemakaian barang yang tidak dapat didaur ulang oleh alam. Reuse dengan menggunakan ulang barang yang masih dapat digunakan. Dan recycle dengan mengolah sampah organik menjadi barang baru yang bernilai ekonomis.

(a) (b)

(13)

2.2 Kapal Pembakar sampah (Ship Incinerator) MT Vulcanus I

MT Vulcanus I merupakan kapal barang dengan nama Erich Schröder

yang kemudian dikonversi menjadi kapal insinerator sampah di KA van Brink merupakan galangan kapal di Rotterdam. Pada kapal tersebut ditambahkan Tanki untuk transportasi limbah dan dua insinerator terletak memanjang di mana limbah tersebut akan dibakar pada suhu antara 1300 dan 1400° Celcius. Pengelolaan kapal tetap dengan Samudera Layanan Pembakaran. Kapal ini mampu membakar 400-500 metrik ton perhari, atau sekitar 100.000 metrik ton per tahun. Kapal ini dioperasikan di Laut Utara dari Rotterdam, pada tahun 1980 dan kapal insinerator lainnya terbakar diperkirakan 80.000 metrik ton limbah termasuk TCDD di Laut Utara.

Gambar 2.2 Kapal Insinerator MT Vulcanus I

2.3 Biaya Transportasi Laut

Pada operasi suatu moda transportasi laut, memiliki 4 macam biaya (Wijnolst, N., & Wergeland, T. , 1997), yaitu:

1. Biaya modal (capital cost)

2. Biaya operasional (operational cost)

3. Biaya pelayaran (voyagecost)

4. Biaya bongkar muat (cargo handling cost)

2.3.1 Biaya Modal (Capital Cost)

Biaya modal adalah harga kapal ketika dibeli atau dibangun. Biaya modal disertakan dalam kalkulasi biaya untuk menutup pembayaran bunga pinjaman dan pengembalian modal tergantung bagaimana pengadaan kapal tersebut, Pengembalian nilai capital ini direfleksikan sebagai pembayaran tahunan.

2.3.2 Biaya Operasional (Operational Cost)

(14)

dan perbaikan kapal, bahan makanan, minyak pelumas, asuransi dan administrasi. Rumus untuk biaya operasional adalah sebagai berikut:

OC = M + ST + MN + I + AD (2.3) Keterangan:

OC = Operation Cost

M = Manning Cost

ST = Store Cost

I = Insurance Cost

AD = Administration Cost

2.3.3 Biaya Pelayaran (VoyageCost)

Biaya pelayaran adalah biaya-biaya variabel yang dikeluarkan kapal untuk kebutuhan selama pelayaran. Komponen biaya pelayaran adalah bahan bakar untuk mesin induk dan mesin bantu, biaya pelabuhan, biaya pandu dan tunda. Rumus untuk biaya pelayaran adalah:

VC = FC + PD (2.4)

Keterangan: VC = voyagecost

PD = port cost (ongkos pelabuhan) FC = fuel cost

2.3.4 Biaya Bongkar Muat (Cargo Handling Cost)

(15)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Pengerjaan Karya Tulis

Urutan pelaksanaan pemodelan yang akan dilakukan adalah mengikuti diagram alir sebagai berikut:

(16)

Langkah - langkah pengerjaan Karya tulis ini adalah:

3.1.1 Tahap Identifikasi Permasalahan

Pada tahap ini dilakukan identifikasi mengenai permasalahan dari tugas ini. Beberapa hal yang diidentifikasi adalah bagaimana kondisi Tempat Pembuangan Akhir sampah yang dihasilkan oleh kota Surabaya dan berapa jumlah sampah yang dihasilkan kota Surabaya.

3.1.2 Tahap Studi Literatur

Pada tahap ini dilakukan studi literatur yang terkait dengan permasalahan pada tugas ini. Materi-materi yang dijadikan sebagai tinjauan pustaka adalah teknologi pengolahan sampah, peramalan, teknologi-teknologi terdahulu mengenai pengoperasian Kapal Pengolah Limbah Berbahaya di dunia, biaya-biaya transportasi laut.

3.1.3 Tahap Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam tugas ini adalah metode pengumpulan data secara langsung (primer), dan tidak langsung (sekunder). Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengambil data terkait dengan permasalahan dalam tugas ini.

3.1.4 Tahap Pengolahan Data

Pada tahap ini dilakukan pengolahan data-data yang diperoleh untuk dijadikan sebagai input dalam perhitungan selanjutnya.

3.1.5 Tahap Analisa Data

Pada tahap analisa data dilakukan analisa terhadap dua hal, yaitu proyeksi jumlah penduduk kota Surabayasampai dengan tahun 2020 dan perhitungan jumlah sampah yang dihasilkan sampai dengan tahun 2020. Dengan mengetahui jumlah penduduk sepuluh tahun ke depan maka dapat diketahui berapa jumlah sampah yang akan diolah menggunakan kapal Pengolah Sampah ini.

3.1.6 Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan perencanaan bagaimana sampah yang ada di Surabaya diolah menggunakaan Kapal Pengolah Sampah.

3.1.7 Analisis Ekonomi

Pada tahap ini dilakukan perhitungan biaya-biaya yang dikenakan untuk mengoperasikan Kapal Pengolah Sampah sesuai dengan konsep yang telah direncanakan. kemudian dipilih konsep yang biayanya paling murah untuk dioperasikan.

3.1.8 Kesimpulan dan Saran

(17)

BAB 4

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Persampahan Kota Surabaya

4.1.1 Sampah Kota Surabaya

Surabaya merupakan kota metropolitan terbesar kedua setelah Jakarta. Kota terbesar dan sekaligus sebagai ibukota provinsi di Jawa Timur ini menjadi kawasan padat penduduk, hal ini terlihat dari jumlah penduduknya pada tahun 2010 mencapai ± 37.476.757 jiwa dengan kepadatan penduduk 8.353 jiwa/km2.

Tentunya hal ini akan berdampak pada jumlah produksi sampah yang dihasilkan oleh penduduk di Kota Surabaya. Per tahun 2011 volume sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo (Surabaya Barat) tercatat sebanyak ± 8.900 meter kubik (m3)/hari, dan kini menjadi sekitar 1.200 ton/hari seiring

dengan peningkatan pertumbuhan penduduk Surabaya.

4.1.2 Sistem Pengumpulan Sampah

Sistem pengumpulan sampah di pemukiman dilakukan dengan pick up

sedang untuk pemukiman yang tidak dapat dilalui denganpick up dilakukan dengan grobak sampah. Sampah yang telah diangkut dengan pick up dan grobak sampah selanjutnya akan ditampung sementara di Tempat Pembuangan Sementara atau dibawa ke transfer depo. Jumlah Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang ada di Kota Surabaya sebanyak 225 lokasi, sedangkan transfer depo sebanyak 76 lokasi. Dari transfer depo, sampah diangkut dengan truk sampah menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sumber : (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, 2011)

4.1.3 Proyeksi Jumlah Penduduk dan Jumlah Sampah Kota Surabaya

(18)

Gambar 4.1 Proyeksi Jumlah Sampah

Pada periode 1-5 merupakan data statistik yang sudah diketahui sedangkan 6-15 adalah data yang didapat dari hasil regresi ganda. Hasil proyeksi menunjukkan pada 2020 sampah yang diproduksi kota Surabaya mencapai 12.719 ton/hari. Dengan hasil tersebut, maka yang harus dirancang adalah operasi dan rencana armada kapal yang mampu mengolah sampah kurang lebih sebesar 13.000ton per-harinya.Sehingga sampah yang dengan jumlah tersebut dapat diolah dan bisa menggantikan sistem pengolahan sampah yang ada di darat yang selama ini diterapkan di kota Surabaya.

4.1.4 Penetuan Lokasi Depot

Penentuan lokasi depot dilakukan untuk menetapkan lokasi yang digunakan sebagai tempat konsolidasi dalam mendistribusikan sampah dari darat menuju kapal pengolah sampah. Penentuan lokasi titik pengumpulan sampah adalah membagi setiap titik untuk melayani wilayah cakupan yang dilayani dan nantinya akan ditetapkan menjadi lokasi depot. Untuk Depot A akan diletakkan di kawasan Tanjung Perak yang akan melayani pengumpulan sampah di wilayah Surabaya Barat, Surabaya Pusat dan Surabaya Utara. Sedangkan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya wilayah Surabaya Selatan dan Surabaya Timur akan dilayani oleh satu depot yakni Depot B yang akan diletakkan di kawasan Kenjeran seperti yang ditunjukkan padaTabel 4.2.

Tabel 4.2 Pembagian Depot dan Wilayah Cakupan

Untuk mentransfer sampah dari depot ke kapal maka diperlukan suatu fasilitas berupa dermaga/terminal atau fasilitas lainnya. Depot A berada di area pelabuhan Tanjung Perak sehingga depot tersebut bisa menggunakan fasilitas dermaga/terminal untuk mentransfer sampah dari depot ke kapal. Depot B berada

0

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Ju

Depot A (Tanjung Perak) Surabaya Barat, Surabaya Pusat, Surabaya Utara 4483,21 50,35% Depot B (Kenjeran) Surabaya Selatan, Surabaya Timur 4421,61 49,65%

(19)

found. menunjukkan letak dari lokasi Depot beserta cakupan wilayah yang dilayani masing-masing Depot.

4.2 Konsep Perencanaan Kapal Pengolah Sampah

Konsep ini menggunakan kapal dimana kapal tersebut berfungsi sebagai moda pengangkut sampah ke processing area sendiri dan moda pengolah sampah apung yang berada di processing area. Dengan demikian berarti konsep ini memakai kapal pengangkut sampah sendiri dan moda pengolahan apung sendiri. Sampah dari masing-masing kecamatan kota Surabaya diangkut menggunakan truk menuju ke depot sampah. Sampah yang ada di depot sampah akan dipilah-pilah sesuai dengan jenisnya. Adapun sampah yang akan diolah adalah hanya sampah organik dan sampah plastik saja.

Setelah sampah dipilah-pilah menjadi sampah organik dan sampah plastik, maka sampah-sampah tersebut akan dimuat ke dalam tongkang pengangkut sampah menggunakan conveyor. Setelah sampah masuk ke tongkang maka tongkang berangkat ditarik oleh Tugboat dari depot menuju ke alat pengolahan apung di processing area. Sampai processing area, sampah dari tongkang dibongkar ke pengolahan apung. Ketika sampah dari tongkang dibongkar, tugboat meninggalkan processing area. Setelah selesai dibongkar, tongkang akan menuju depot untuk mengangkut sampah lagi. Sampah yang sudah ada di pengolahan apung akan diolahh. Adapun pembagian pengolahannya adalah sebagai berikut : 1. Sampah organik diolah menjadi briket.

2. Sampah plastik akan diolah menjadi bijih plastik.

Gambar 4.2 Rute Kapal

Sampah yang sudah diolah berupa produk di atas, akan dikemas dalam kemasan karung. Kemasan karung dipilih karena untuk mempermudah proses pembongkaran produk di depot. Setelah proses pengolahan selesai maka produk olahan akan dibawa oleh kapal lain menuju depot sampah. Produk olahan dibongkar menggunakan mobile crane yang ada di depot. Dari depot ini produk olahan akan diangkut menuju perusahaan briket dan plastik.

(20)

Gambar 4.3 Alur Perjalanan Sampah

Adapun kapal yang digunakan sebagai alat pengangkut adalah tongkang yang ditarik tugboat dengan pertimbangan biaya lebih murah. Sedangkan untuk moda pengolahan apung, moda yang dipilih adalah tongkang yang dijangkar di tengah laut. Kemudian produk olahan akan diangkut dengan menggunakan kapal General Cargo.

4.3 Pembangunan Armada

Pembangunan armada ini dapat dilakukan dengan membuat kapal baru atau dengan cara konversi. Kapal pengangkut kita dapat membuat baru atau dengan charter sesuai dengan ukuran kapal yang diperlukan. Pada moda untuk pengolahan apung kita menggunakan tongkang yang dimodifikasi dengan instalasi alat pengolahan sampah di atasnya.

Untuk mengoperasikan konsep ini, moda yang digunakan adalah : 1. Tongkang kapasitas 3.000 ton

2. Tugboat

3. Tongkang kapasitas 13.000 ton 4. Kapal General Cargo

4.4 Perhitungan Waktu Operasi

Perhitungan waktu operasi dilakukan untuk mengetahui lamanya kapal melakukan satu siklus operasi (round trip) yang terdiri dari lama berlayar (sailing time), lama mengolah sampah (processing time) dan lama di pelabuhan (port time). Hasil perhitungan ini akan menjadi input dalam perhitungan biaya pelayaran (voyagecost) khususnya biaya bahan bakar kapal untuk masing-masing opsi.

(21)

adalah 8000 ton sedangkan sampah yang masuk ke depot B adalah 5000 ton. Sampah yang sudah masuk akan dipilah dan dimuat ke dalam kapal menggunakan

conveyor. Setelah sampah dimuat ke dalam tongkang, maka tongkang dalam

keadaan siap diberangkatkan. Setelah itu jarak masing-masing depot menuju ke

processing area ditentukan dengan menggunakan fasilitas yang ada di

softwaregoogle earth sehingga jaraknya bisa ditentukan dengan pasti.

Tabel 4.3 Data Perhitungan Waktu

Tongkang ditarik tugboat dengan kecepatan 3 knot dikarenakan rute yang dilalui merupakan perairan terlindung dan masih dalam wilayah pelabuhan Tanjung Perak. Setelah sampai di processing area, sampah segera dibongkar ke moda pengolahan sampah apung. Sementara sampah dibongkar, tugboat meninggalkan processing area ke depot untuk menarik tongkang lagi. Setelah proses bongkar sampah selesai maka segera melakukan pengolahan sampah. Lama waktu pengolahan masing-masing kapal diperhitungkan sama karena alat yang diperlukan mempunyai kapasitas olah yang sesuai dengan sampah yang masuk.

Tabel 4.4Lama Waktu Pengolahan

Setelah proses pengolahan sudah selesai beserta proses pengemasannya, maka produk olahan sampah dimuat ke kapal pengangkut produk olahan sampah ke depot. Setelah sampai di depot maka produk olahan dibongkar menggunakan

mobile crane. Dengan selesainya proses bongkar, maka perhitungan lama waktu

(22)

Tabel 4.6 Perhitungan Waktu Moda Pengolahan Apung

Tabel 4.7 Perhitungan Waktu Operasi Kapal General Cargo 5000 ton

Dari perhitungan di atas maka dapat kita hitung pula dalam satu tahun berapa kali roundtrip moda yang digunakan beroperasi. Selain itu juga dapat kita hitung berapa jumlah sampah yag diangkut pertahun, jumlah sampah yang diolah, dan kapasitas olah pertahunnya. Sehingga dapat kita hitung utilitas masing-masing moda yang digunakan.

Lama waktu bongkar muat sampah adalah sesuai dengan kecepatan bongkar muat sampah. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan alat bongkar muat yang ada di depot sampah maupun pada kapal pengolah sampah. Berikut adalah beberapa alat bongkar muat yang akan dipergunakan dalam konsep pengoperasian

(23)

1. Conveyor, memiliki kecepatan muat sampah ke kapal 400 ton/jam. Conveyor

ini ditempatkan pada depot sampah untuk memuat sampah dari depot ke ruang muat kapal.

Gambar 4.4Conveyor di Depot

2. Mobile crane, memiliki kecepatan bongkar 35 ton/jam. Mobile crane ini

ditempatkan pada depot sampah untuk membongkar produk olahan sampah dari kapal ke truk pengangkut produk olahan di depot.

Gambar 4.5Mobile crane untuk Membongkar Produk Olahan

3. Grab bucket crane, yaitu alat bongkar muat berupa grabb yang dalam hal ini

dipergunakan untuk membongkar sampah dari kapal pengangkut sampah. Kecepatan bongkarnya 30 ton/jam.

Gambar 4.6Grab bucket crane untuk membongkar sampah

4.5 Analisis Ekonomis

(24)

4.5.1 Biaya Kapal

Sesuai dengan literatur, biaya kapal digolongkan menjadi 4, yaitu: 1. Biaya modal (capital cost)

2. Biaya operasional (operational cost)

3. Biaya pelayaran (voyagecost)

4. Biaya bongkar muat (cargo handling cost)

4.5.1.1 Biaya Modal (Capital Cost)

Biaya modal dihitung dari persamaan regresi beberapa variasi antara harga sewa dengan DWT kapal yang ada. Dengan demikian kita dapat pendekatan harga sewa yang sesuai dengan kapal yang dibutuhkan.Berikut ini adalah tabel perhitungan biaya modalnya.

Tabel 4.8Perhitungan Biaya Modal

4.5.1.2 Biaya Operasional

Biaya operasional kapal terdiri dari biaya gaji ABK, biaya perawatan kapal, biaya perbekalan, dan biaya minyak pelumas. Biaya ABK ditentukan berdasarkan ukuran kapal yang digunakan. Semakin besar kapal semakin banyak pula ABK yang diperlukan dengan gaji yang lebih besar.

Biaya perbekalan kapal dihitung dengan menggunakan asumsi bahwa uang makan ABK adalah Rp 65.000,00 dalam sehari tiap ABK.Sedangkan biaya pelumas dihitung dengan asumsi biaya pelumas sebesar 5% dari biaya bahan bakar. Sama seperti perhitungan capital costsebelumnya, perhitungan biaya operasional juga mengkonversikan nilai kebutuhan biaya operasi selama masa operasi satu tahun.

Biaya perawatan kapal per tahun dihitung berdasarkan harga beli kapal, dengan asumsi biaya perawatan sebesar 0.1% dari harga kapal. Biaya perawatan selama satu tahun tersebut mencakup biaya perawatan seperti biaya cat, pengelasan, dan biaya spare part mesin induk yang harus diganti setiap bulan. Biaya perawatan juga dihitung selama 5 tahun sesuai dengan aturan klasifikasi yang mengharuskan kapal untuk melaksanakan docking selama 5 tahun sekali. Nilai dari biaya perawatan 5 tahun ini diasumsikan sebesar 5% dari harga kapal. Tabel 4.9Perhitungan Biaya Operasional

(25)

4.5.1.3 Biaya Pelayaran (VoyageCost)

Biaya pelayaran dibagi menjadi dua jenis, yaitu biaya bahan bakar kapal dan biaya pelabuhan. Biaya bahan bakar dihitung dengan memperhitungkan konsumsi bahan bakar kapal ketika beroperasi. Sedangkan biaya pelabuhan dihitung berdasarkan standart biaya pelabuhan yang dikeluarkan oleh PT. PELINDO.Berikut ini adalah perhitungan biaya yang dikeluarkan sesuai dengan konsumsi bahan bakar masing-masing moda pada setiap Opsi.

Tabel 4.10Perhitungan VoyageCost

4.5.1.4 Biaya Bongkar Muat (Cargo Handling Cost)

Dalam perencanaan Kapal Pengolah Sampah ini, biaya bongkar muat tidak termasuk dalam komponen biaya. Hal tersebut disebabkan karena kapal melakukan aktivitas bongkar di terminal milik sendiri sehingga tidak ada biaya bongkar muat.

Biaya modal pada infrastruktur mencakup biaya pembangunan depot, pembangunan dermaga untuk sandar kapal, dan infrastruktur lainnya. Untuk biaya peralatan ada juga terdapat biaya untuk alat bongkar muat sampah di depot yang berupa Mobile crane dan Conveyor. Selain itu juga pembelian sorting machine

sebagai alat pemilah sampah. Berikut ini adalah perhitungan biaya modal untuk pembangunan depot.

Tabel 4.11Tabel Biaya Modal depot

4.5.2.2 Biaya Operasional

Biaya operasional depot adalah biaya rumah tangga depot yang mencakup biaya penggunaan air, listrik, telepon, dan biaya gaji pegawai depot. Tabel 4.12menyajikan biaya operasional depot setiap bulan. Biaya yang diperlukan

(26)

untuk listrik adalah Rp 200.000,00, air Rp 100.000,00, telepon Rp 200.000,00. Setelah itu total biaya perbulan ini dihitung sampai satu tahun. Dikarenakan semua perhitungan dikalkulasi pertahun.

Tabel 4.12Biaya Operasional Depot

4.5.3 Biaya Alat Pengolah Sampah

Biaya alat desalinasi dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Biaya modal (capital cost)

2. Biaya operasional (operational cost) 3. Biaya produksi

4.5.3.1 Biaya Modal (Capital Cost)

Biaya modal digunakan untuk pembelian alat pengolah sampah baik itu sampah kompos maupun sampah plastik. Dengan mencari beberapa katalog dari instalasi pengolahan sampah di dunia, maka didapat data alat pengolah sampah yang sesuai dengan kapasitas kapal yang dioperasikan.

Tabel 4.13 Harga Alat Pengolah Sampah Plastik dan Briket

Sumber : (Shenjiasanwa.en.alibaba.com, 2010)

Tabel 4.14 Rekapitulasi Biaya Modal Alat Pengolahan

4.5.3.2 Biaya Operasional

Biaya operasional mencakup biaya untuk merawat alat termasuk gaji operator. Biaya ini akan tetap ada meskipun alat pengolah sampah tidak dioperasikan. Dalam perhitungan biaya ini, diasumsikan bahwa biaya perawatan alat selama satu tahun sebesar 1% dari biaya investasinya. Gaji seorang operator alat diasumsikan sebesar Rp. 75.000 per hari. Semua komponen biaya akan

Kapal 3000 ton Kapal 4000 ton Kapal 5000 ton Tongkang Pengolah Sampah

(27)

Tabel 4.15Rekapitulasi Biaya Operasional Alat Pengolah Sampah

4.5.3.3 Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan biaya energi yang dibutuhkan alat untuk bekerja mengolah sampah sesuai dengan kapasitasnya. Biaya ini hanya muncul apabila alat pengolah sampah bekerja mengolah sampah, atau dapat dianalogikan dengan biaya pelayaran pada perhitungan biaya kapal.

Biaya produksi besarnya benbanding lurus dengan kapasitas masing-masing alat. Jadi pada satu data didapat bahwa biaya produksi alat pengolah sampah ini sebagai berikut.

Tabel 4.16 Biaya Produksi Alat Pengolah Sampah Plastik dan Briket

4.6 Rekapitulasi dan Optimasi Konsep Kapal Pengolah Sampah

Setelah semua komponen dihitung mulai dari waktu operasi masing-masing Opsi, jumlah sampah yang mampu diangkut dan diolah, dan juga komponen pembiayaannya, maka dapat dipilih konsep mana yang lebih optimal untuk dioperasikan sebagai konsep pengolahan sampah berbasis transportasi laut untuk menggantikan TPA Benowo yang dinilai sudah mengalami under capacity. Berikut ini adalah rekapitulasi optimasi pembiayaan dari berbagai Opsi dan variasi yang selama ini dianalisis.

Tabel 4.17Rekapitulasi Optimasi Pembiayaan

Dengan demikian total annual cost-nya adalah Rp. 499,300,628,967,-

Untuk mengetahui besar biaya pengolahan setap ton-nya, maka dapat dihitung dengan cara total biaya dibagi dengan jumlah produksi sampah pertahun. Pada tahun pertama, unit cost yang diperlukan untuk mengolah sampah adalah Rp. 499,300,628,967,- dibagi dengan 4.745.000 ton. 4.745.000 ton ini diperoleh dari total sampah perhari sebesar 13.000 ton dikali dengan 365 hari. Sehingga, unit cost tahun pertama adalah Rp. 105.227,-

Opsi 2

Kapal 3000 ton Kapal 4000 ton Kapal 5000 ton Tongkang Pengolah Sampah

(28)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, beberapa kesimpulan dapat diambil yaitu :

1. Jumlah sampah yang dihasilkan kota Surabaya setelah dilakukan peramalan sampai pada tahun 2020 adalah 381.559 ton perbulan atau 12.179 ton perhari. Peramalan ini dilakukan menggunakan dua variabel yaitu jumlah pertumbuhan penduduk dan PDRB kota Surabaya.

2. Penempatan dua depot yang paling dekat dengan laut yang dipilih untuk menjangkau semua wilayah kota Surabaya adalah Depot A berada di kecamatan Krembangan (di area Pelabuhan Tanjung Perak) dan Depot B berada di kecamatan Kenjeran. Depot A untuk penumpukan sementara sampah dari wilayah Surabaya bagian utara, pusat dan barat. Sedangkan Depot B untuk penumpukan sementara sampah dari wilayah Surabaya bagiantimur dan selatan.

3. Konsep pengolahan sampah menggunakan moda tongkang pengangkut sampah dengan kapasitas 3000 ton yang ditarik tugboat dan tongkang pengolah sampah dengan kapasitas 13.000 ton secara terpisah. Dan menggunakan kapal General Cargo ukuran kapasitas 5.000 ton untuk mengangkut produk olahan sampah ke depot dengan total biaya sebesar Rp. 499,300,628,967,-

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pengerjaan Karya tulis ini, terdapat saran yang bisa diberikan terkait dengan pengembangan hasil studi berikutnya yaitu :

1. Perlunya pengembangan analisa teknis agar didapatkan desain secara mendetail untuk pembangunan Kapal Pengolah Sampah ini.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kota Surabaya. (2012, Juni 10). Penduduk Kota Surabaya

Hasil Sensus Penduduk 2010. Dipetik Oktober 22, 2012, dari www.bps.go.id:

http://surabayakota.bps.go.id/

BPS Kota Surabaya. (2010). Pertumbuhan Ekonomi Kota Surabaya. Surabaya: BPS Kota Surabaya.

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. (2011). Jumlah Rumah Tangga

dan Timbulan Sampah. Surabaya: Pemerintah Kota Surabaya.

Dinas Kependudukan Surabaya. (2013). Jumlah Penduduk Surabaya. Surabaya: Dispenduk.

Shenjiasanwa.en.alibaba.com. (2010). Dipetik 2013, dari

http://shenjiasanwa.en.alibaba.com/product/594994116-218089597/Single_Shaft_Waste_Plastic_Shredder.html

Sudarma, W. (2010). Pengolahan Ammonium Nitrogen pada Lindi TPA Benowo.

Surabaya: Teknik Lingkungan ITS.

Surya. (2012, Mei 14). Surya Online. 12.969 Ton Jumlah Sampah Surabaya

Selama 2 Bulan , hal. 12.

Tim Dosen Technopreneurship. (2009). Pengantar Technopreneurship. Surabaya: ITS Press.

Wijnolst N. & Wergeland T. (1997). Shipping. Netherland: Delft University Press. Wijnolst, N., & Wergeland, T. . (1997). Shipping. Netherlands: Delft University Press.

(30)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Ketua kelompok

Nama Lengkap : Danang M. Pratomo

NRP : 4109 100 066

Tempat, tanggal Lahir : Pati, 29 April 1991

Jurusan : Program Studi Transportasi Laut Teknik Perkapalan

Institut : Institut Teknologi Sepuluh Nopember Alamat Rumah : Rumah Dinas ITS Blok U Jl. T. Komputer II

No. 53

No. Judul Kategori Penyelenggara Tahun

(31)

Anggota

Nama Lengkap : Muafaq

NRP : 4109 100 088

Tempat, tanggal Lahir : Gresik, 3 Mei 1990

Jurusan : Program Studi Transportasi Laut Teknik Perkapalan

Institut : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Alamat Rumah : Sekretariat KSE ITS Keputih gang III No. 35 B Sukolilo Surabaya

No. Judul Kategori Penyelenggara Tahun

1

2 Business Plan Competition Best Participant HIMATEKPAL

ITS 2011

Tempat, tanggal Lahir : Jember, 23 Februari 1996

(32)

No. Judul Kategori Tahun

1 Trash Bioethanol ( Trol ) : Bioetanol dengan Bahan Sampah Organik Sebagai Solusi Krisis Energi dan Masalah Sampah Kota Surabaya

Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM-P)

2012

2 Sea Water Electrochemical Cells ( Sealls ) : Pemanfaatan Elektrolit Air Laut Menjadi Sumber Energi Listrik Terbarukan Ramah Lingkungan

Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM-P)

(33)

Lampiran 1.

Perkiraan Umur Tpa Benowo

Perhitungan menggunakan Software Powersim

Luas = 26.7 ha

= 267,000 m2

Tinggi maksimal tumpukan sampah = 30 m

Volume maksimal = 8,010,000 m3

Volume sampah masuk = 8,000 m3/hari

2,920,000

m3/pertahun

Volume sampah keluar = 730,000 m3/pertahun

Tahun ke Sampah Volume

Masuk

Volume Sampah Keluar

Volume TPA

Benowo Kondisi

0 2,920,000 730,000 0 0

1 2,920,000 730,000 2,190,000 0

2 2,920,000 730,000 4,380,000 0

3 2,920,000 730,000 6,570,000 0

4 2,920,000 730,000 8,760,000 1

5 2,920,000 730,000 10,950,000 1

6 2,920,000 730,000 13,140,000 1

7 2,920,000 730,000 15,330,000 1

8 2,920,000 730,000 17,520,000 1

9 2,920,000 730,000 19,710,000 1

10 2,920,000 730,000 21,900,000 1

Keterangan : 0 : TPA mengalami Over Capacity

(34)

Lampiran 2.

Gaji Crew

3000 4000 5000 Tongkang Tugboat Kapal 5000

Master/Captain Rp 65,000,000 1 1 1 1 1

Chief Engineer Rp 65,000,000 1 1 1 1 1

Chief Officer Rp 40,000,000 1 1 1 1 1

Second Officer Rp 32,000,000 1 1 1 1

Third Officer Rp 29,000,000 1 1 1 1

Second Engineer Rp 32,000,000 1 1 1 1

Third Engineer Rp 29,000,000 1 1 1 1

Oiler Rp 7,000,000 2 2 3 1 3

Chief Cook Rp 12,000,000 1 1 1 1 1

Quarter Master Rp 7,000,000 3 3 3 2 3

Electrician Rp 12,000,000 1 1 1 1

Purser Rp 9,000,000 1 1 1 1

Boatswain Rp 12,000,000 1 1 1 1

Steward Rp 7,000,000 1 1 1 1

17 17 18 0 7 18

379,000,000

Rp Rp 379,000,000 Rp 386,000,000 Rp - Rp 203,000,000 Rp 386,000,000 4,548,000,000

Rp Rp 4,548,000,000 Rp 4,632,000,000 Rp - Rp 2,436,000,000 Rp 4,632,000,000 12,460,274

Rp Rp 12,460,274 Rp 12,690,411 Rp - Rp 6,673,973 Rp 12,690,411 Total Gaji/Bulan

Total Gaji/Tahun Total Gaji/Hari

Gaji Per Jabatan Kapal

Jabatan

(35)

Lampiran 3.

Perhitungan Biaya Pelabuhan

3000 ton 4000 ton 5000 ton Tongkang Tugboat 5000 ton

1 Jasa Labuh

-Kapal Bukan Niaga 95 per GT/kunjungan 224,200 378,955 404,700 - 404,700

2 Jasa Tambat

-Dermaga (Besi/Kayu) 95 per GT/etmal 224,200 378,955 404,700 - 404,700

3 Pemanduan

-Tarif Pokok 150000 per kapal/gerakan 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 -Tarif Tambahan 30 per GT/kapal/gerakan 141,600 239,340 255,600 255,600

4 Penundaan

Kapal s.d 3.500 GT

-Tarif Tetap 320000 per kapal yang ditunda/jam -Tarif Variabel 20 per GT/kapal yang ditunda/jam Kapal 3.501 s.d 8.000 GT

-Tarif Tetap 600000 per kapal yang ditunda/jam 1,800,000 1,800,000 -Tarif Variabel 20 per GT/kapal yang ditunda/jam 141,600 255,600 Kapal 3.501 s.d 8.000 GT

-Tarif Tetap 900000 per kapal yang ditunda/jam 2,700,000 2,700,000 -Tarif Variabel 20 per GT/kapal yang ditunda/jam 239,340 255,600

2,831,600 4,236,590 4,320,600 300,000 - 3,420,600 Biaya

Total Biaya

(36)
(37)

Asumsi

Lifetime Kapal 10 Thn

Lifetime Desalination Plant

10 Thn

Lifetime Infrastruktur 10 Thn

Hari Satu Tahun 365 Hari

Masa Reparasi 5 Thn sekali

Gaji operator Infrastruktur

75,000.00 Rp/Day

Gaji operator Desalination Plant

27,375,000 Rp/tahun

Salvage Value 10.00% Investasi

Provision 65,000 per orang/hari

Harga MDO (Juli 2013)

9,955 Rp/lliter

Harga MFO (Juli 2013)

8,360 Rp/liter

Besarnya bunga 5.75% % / tahun

Debt 100.0% %

Cicilan 10 tahun

(38)

Page

Total Investasi Rp Rp 317,146,957,680 Rp 193,045,974,240 Rp 308,003,588,496 Rp 194,528,582,208 Rp 314,244,513,120 Rp 203,334,684,960 Annual Cost Rp/tahun Rp 42,581,186,700 Rp 25,918,983,209 Rp 41,353,568,081 Rp 26,118,042,998 Rp 42,191,495,011 Rp 27,300,379,125 Annual Cost Rp/tahun Rp 191,693,661,647 Rp 108,054,176,351 Rp 180,411,162,526 Rp 102,168,124,121 Rp 164,554,217,380 Rp 97,597,084,496

(39)

Biaya Infrastruktur Depot

Depot Rp 64,262,000,000

Annual Cost Rp/tahun Rp 8,628,026,073

Maintenance Cost (1% Harga) Rp/tahun Rp 86,280,261

Operasional alat Rp/tahun Rp 85,200,000

Jumlah operator Orang 10

Gaji Operator Rp/hari Rp 273,750,000

Listrik, air, telp Rp/hari Rp 6,000,000

Annual Cost Rp/tahun Rp 451,230,261

Jenis Biaya (Rp) Satuan (Rp)

1. Capital Cost

(40)
(41)

Page

Annual Cost Rp/tahun Rp 68,500,169,909 Rp 67,471,611,079 Rp69,491,874,135 Rp 111,984,298,539 Rp 74,922,476,245

Annual Cost Rp/tahun Rp 139,727,554,294 Rp 159,265,405,441 Rp 212,001,080,310 Rp 309,279,618,896 Rp 421,554,386,758

(42)

Page

L

a

mpir

a

n

7.

E

fek

ti

v

it

a

s

Kapal 3000 ton Kapal 4000 ton Kapal 5000 ton

Biaya Kapal Rp/tahun Rp 507,975,562,200 Rp 509,316,303,167 Rp 543,644,256,322 Rp 477,841,655,503 Rp 553,054,601,072

Biaya Infrastruktur Rp/tahun Rp 18,158,512,667 Rp 18,158,512,667 Rp 18,158,512,667 Rp 18,158,512,667 Rp 18,158,512,667

Biaya Alat Pengolahan Rp/tahun Rp 3,541,513,434 Rp 5,641,784,117 Rp 5,197,572,883 Rp 3,300,460,797 Rp 3,300,460,797

Jumlah Annual Cost Rp 529,675,588,300 Rp 533,116,599,950 Rp 567,000,341,871 Rp 499,300,628,967 Rp 574,513,574,536

Harga termurah Annual Cost Rp 499,300,628,967

=>

Opsi 2.1

105,227

Rp Rp/ton sampah Unit Cost pada tahun pertama

Opsi 2.2 Opsi 2.1

Satuan Opsi 1

(43)

Lampiran 8.

Penjadwalan

Opsi 1

Kapal 3

Kapal 2

Kapal 1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Keterangan

Depot(Muat sampah) Processing Area Depot(Bongkar Produk)

Opsi 2.1

Kapal GC

Tongkang

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Keterangan

Depot(Muat Sampah)

Pengolahan Apung (Bongkar Sampah) Pengolahan Apung

Pengolahan Apung (Muat Produk) Depot(Bongkar Produk)

Hari

(44)

Gambar

Gambar 2.1 Sampah Organik (a) dan Sampah Anorganik (b)
Gambar 2.2 Kapal Insinerator MT Vulcanus I
Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian
Gambar 4.1 Proyeksi Jumlah Sampah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dari penyajian dan analisis data serta temuan hasil penelitian terhadap informan inti dan diperkuat oleh informan kontrol serta

3.1 Menjelaskan m Menjelaskan metode pembuktian pernyataan matem etode pembuktian pernyataan matematis berupa barisan, keti atis berupa barisan, ketidaksamaan, daksamaan,

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa adanya bilingual dalam satu prasasti menunjukkan bahwa pada saat itu yaitu pada awal abad ke-10 di

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dapat diketahui bahwa perilaku tugas pemimpin di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Blitar diimplementasikan dalam bentuk

Pembangunan Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen didasarkan pada Perspektif Zachman dalam membangun sebuah Enterprise Architecture Framework... pembangunan

Masalah yang ditemukan oleh operator produksi adalah tekanan angin lemah, sehingga jika kertas yang digunakan adalah kertas dengan gramatur 100 gsm tekanan angin

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia serta nikmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berudul

Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan dan merujuk pada hasil yang ada, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut perlakuan A intensitas cahaya 1156 lux, 107 fc