• Tidak ada hasil yang ditemukan

VARIASI BAHASA JAWA MAHASISWA SASTRA ARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "VARIASI BAHASA JAWA MAHASISWA SASTRA ARA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

VARIASI BAHASA JAWA MAHASISWA SASTRA ARAB ASAL JAKARTA: KAJIAN FONOLOGIS

Dosen Pengampu : Muhammad Ridwan, S.S., M.A.

Haryati C1012014

Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta

I. Pendahuluan

Bahasa merupakan alat komunikasi terpenting dalam kehidupan manusia. Menurut teori struktural, bahasa sebagai suatu tanda arbitrer yang konvensional. Adanya bahasa memberikan keuntungan bagai manusia. Manusia tak hanya berkata-kata untuk dapat berbahasa, bahkan hanya dengan melambaikan tangan, berkedip atau tersenyum, ia sudah berbahasa dengan baik. Hal ini beralasan karena orang yang diajak berkomunikasi sudah mengetahui maksud yang dikehendaki komunikan.

Bahasa sering dianggap sebagai produk sosial ataupun budaya. Hal ini benar adanya, dikarenakan bahasa adalah salah satu bagian dari unsur kebudayaan. Menurut “Hipotesis Whorf-Sapir” bahasalah yang menentukan corak suatu masyarakat (Soeparno, 2002: 5). Keadaan suatu kelompok masyarakat menentukkan bahasa komunikasi sehari-hari.

Indonesia merupakan negara yang multikultural. Ia mempunyai berbagai macam bahasa, suku, kebudayaan, warna kulit, adat atau kebiasaan, dan sebagainya. Setiap pulau di Indonesia terdiri dari beberapa wilayah, yang di dalamnya terdiri bermacam-macam pula perbedaan. Kaitannya dalam bahasa, perbedaan yang dimaksud adalah adanya berbagai macam dialek.

Dialektologi adalah ilmu yang mempelajari dialek atau ilmu yang mempelajari variasi bahasa (Zulaeha, 2010: 1). Dialek merupakan suatu variasi bahasa yang mana keberadaannya mencerminkan suatu daerah tertentu. Bahkan di Pulau Jawa sendiri yang notabenenya bersuku Jawa mempunyai bahasa daerah yang berbeda dan muncul juga berbagai macam jenis dialek. Tak heran jika muncul istilah dialek Jawa Timuran, dialek Solo, dialek Banyumas, dialek Sunda, dan dialek-dialek yang lain.

(2)

pesisir mempunyai watak keras. Pandangan watak masyarakat Jawa dapat dilihat dari segi bahasa dan wilayah tempat tinggal.

Bahasa kesatuan masyarakat Surakarta dan sekitarnya adalah bahasa Jawa. Namun demikian, dalam kenyataan yang ada banyak sekali dialek yang ada di wilayah Surakarta. Hal ini karena adanya berbagai kota yang merupakan bagian dari karesidenan Surakarta. Yogyakarta terkenal dengan kota pelajar, demikian juga dengan Surakarta. Realitas ini dapat dilihat secara jelas bahwa tidak sedikit mahasiswa yang belajar di Universitas Sebelas Maret Surakarta berasal dari luar kota Surakarta. Mereka banyak yang datang dari Jakarta, Sunda, Bandung, Banyumas, Purwokerto, Pati, Kediri, Nganjuk dan berbagai kota besar di Indonesia.

II. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan hal itu, masalah utama yang hendak dijawab dalam penelitian yang berkaitan dengan variasi bahasa Jawa mahasiswa sastra Arab asal Jakarta, menyangkut:

1. Bagaimana variasi bahasa Jawa yang diucapkan oleh penutur asal Jakarta? 2. Bagaimana bentuk perbedaan fonologi bahasa Jawa antara penutur asli Jawa

dengan penutur yang berasal dari Jakarta?

III. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan variasi bahasa Jawa yang diucapkan oleh penutur asal Jakarta.

2. Mengetahui perbedaan fonologi bahasa Jawa antara penutur asli Jawa dengan penutur asal Jakarta.

IV. Tinjauan Pustaka

Dalam tinjauan pustaka ini dapat diuraikan (1) variasi dialek Jawa; (2) interferensi morfologi dan sintaksis bahasa Jawa dialek Solo; (3) ciri akustik tuturan modus deklaratif bahasa Jawa; (4) dialek sosial dalam masyarakat; (5) mahasiswa sebagai objek penelitian.

IV.1Variasi Dialek Jawa

(3)

Ngawi bukan merupakan sebuah dialek tersendiri, melainkan sebuah varian

IV.2Interferensi morfologi dan sintaksis bahasa Jawa dialek Solo

Penelitian tentang dialek Solo juga sudah pernah dilakukan oleh Hidayattullah (2009) yang merupakan mahasiswa Sastra Indonesia dalam skripsinya yang berjudul “ Interferensi morfologi dan sintaksis bahasa jawa dialek solo dalam penggunaan bahasa indonesia tulis murid kelas V sekolah dasar Surakarta”. Permasalahan penelitian ini adalah (1) Bagaimana interferensi sistem morfologi bahasa Jawa pada morfologi bahasa Indonesia tulis murid kelas V SD di Surakarta dan bagaimana wujud interferensi itu? (2) Bagaimana interferensi sistem sintaksis bahasa Jawa (termasuk frasa atau kelompok kata) pada pengkalimatan bahasa Indonesia tulis murid kelas V SD di Surakarta dan bagaimana wujud interferensi itu? Dalam penelitian tersebut mendapatkan beberapa kesimpulan mengenai bahasa Jawa dialek Solo. Pertama, interferensi sistem dan wujud morfologi bahasa Jawa pada morfologi bahasa Indonesia tulis murid kelas V SD di Surakarta adalah pembentukan konfiks {ke-/-an}, prefiks {ke-}, prefiks nasal {N-} beralomorf /ng/ dan /ny/, serta pembentukan prefiks zero, dan sufiks {-an}. Kedua, Interferensi sistem dan wujud sintaksis bahasa Jawa (termasuk frasa atau kelompok kata) pada pengkalimatan bahasa Indonesia tulis murid kelas V SD di Surakarta adalah penggunaan akhiran

IV.3Ciri akustik tuturan modus deklaratif bahasa Jawa

(4)

IV.4Dialek sosial dalam masyarakat

Kajian tentang dialek sosial masyarakat juga pernah ditulis oleh Veronika Unun Pratiwi, dkk dalam artikelnya yang berjudul “Mencermati Dialek Sosial dalam Masyarakat”. Mereka adalah mahasiswi pendidikan Bahasa Inggris Univet Sukoharjo. Tulisan mereka membahas mengenai dialek sosial. Dialek sosial adalah variasi bahasa yang dapat menunjukan dari kelas sosial menakah seorang penutur itu berasal. Di antara dialek-dialek sosial yang ada dalam masyarakat ada yang diangap standar dan ada yang dianggap tidak standar. Terjadinya hal tersebut lebih dikarenakan adanya intervensi dari masyarakat tutur. Standarisasi dialek biasanya bermula kalangan penutur yang terpelajar untuk membedakan diri dari kelompok sosial yang lain. Akan tetapi menurut pandangan sosiolinguistik baik bahasa yang standar maupun yang vernacular hanyalah merupakan realisasi dari variasi bahasa semata.

Dialek sosial adalah ragam bahasa yang dipergunakan oleh kelompok tertentu yang membedakannya dari kelompok masyarakat lainnya. Kelompok itu terdiri atas pekerjaan, usia, kegiatan, jenis kelamin, pendidikan, dan sebagainya. Dalam perkembangannya, dialek sosial dalam kajian dialektologi mengacu pada dialek yang dituturkan oleh penutur di daerah tertentu berdasarkan variabel sosial penuturnya. Dialek ini dimungkinkan mengalami perbedaan antara penutur dari variabel (Zulaeha, 2010). Sedangkan menurut Ayatrohaedi (1983) mengatakan bahwa dialek sosial atau socialecte ialah ragam bahasa yang dipergunakan oleh kelompok tertentu, yang dengan demikian membedakannya dari kelompok masyarakat lainnya.

IV.5Mahasiswa sebagai objek penelitian

(5)

dialek Banyumas disebabkan karena ketidakpahaman orang ke-2 dengan dialek yang digunakan oleh orang ke-1, terpengaruh dengan dialek orang ke-2 atau dialek di tempat tinggal yang baru, menirukan pembicaraan lawan bicara.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sampai saat ini belum ada penelitian yang berjudul ”Variasi Bahasa Jawa Mahasiswa Sastra Arab Asal Jakarta: Kajian Fonologis”, sehingga peneliti mempunyai hak untuk melanjutkan penelitian ini dan penelitian ini bisa melengkapi penelitian-penelitian lain yang berkaitan. hubungannya. (Zulaeha, 2010:1). Berdasarkan etimologi kata itu, dialektologi adalah ilmu yang mempelajari dialek atau ilmu yang mempelajari variasi bahasa. Dilihat dari cakupan ilmu yang membawahinya, dialektologi merupakan cabang sebuah cabang dari kajian linguistik yang timbul antara lain karena dampak kemajuan kajian linguistik komparatif atau linguistik diakronis. (Zulaeha, 2010:2).

Zulaeha (2010:31) menyimpulkan bahwa dialek merupakan sub bahasa. Sebagai sub bahasa, dialek memiliki ciri-ciri yang dimiliki bahasa. Untuk menentukan apakah evidensi (dalil) yang dituturkan suatu masyarakat di daerah tertentu adalah bahasa atau dialek, perlu diketahui ciri-ciri yang dapat membedakan keduanya secara jelas. Kapan evidensi itu disebut bahasa dan kapan evidensi itu disebut dialek. Evidensi tersebut mencakup fonetik, semantik, onomasiologis, semasiologis dan morfologis.

Secara etimologi kata fonologi berasal dari gabungan kata fon yang berarti “bunyi” dan logi yang berarti “ilmu”. Sebagai sebuah ilmu, fonologi lazim diartikan sebagai bagian dari kajian linguistik yang mempelajari, membahas, membicarakan, dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat-alat ucap manusia (Chaer, 2009: 1). Kajian dialektologi yang berusaha memetakan dialek-dialek dari suatu bahasa juga sangat membutuhkan hasil kajian folologi. Hal ini karena penentuan dialek-dialek dari satu bahasa didasarkan pada perbedaan-perbedaan bunyi dari bentuk-bentuk kata yang sama. Misalnya dalam dialek Jakarta (Betawi) ada subdialek yang mengucapkan kata <apa> menjadi [apε], [ap∂], dan [apah] (Chaer, 2009: 7).

VI. Metode Penelitian

Untuk pembahasan masalah yang diajukan dalam penelitian ini diperlukan data kebahasaan yang relevan, yang diperoleh melalui penelitian terhadap objek sasarannya. Menurut Sudaryanto (dalam Mahsun, 2007) penelitian ini akan ditempuh tiga tahapan strategis, yaitu tahapan pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data.

(6)

Data yang diperoleh dengan teknik pancing lalu dicatat. Teknik rekam digunakan peneliti sebagai pengecekan ulang data-data yang mungkin terlewat, sehingga data yang diperoleh bisa menjadi lengkap. Metode tersebut sangat efektif dalam memperoleh data penelitian.

Untuk penggunaan metode cakap tersebut, peneliti menggunakan beberapa informan mahasiswa sastra Arab yang berasal dari Jakarta. Lalu dari informan-informan tersebut, peneliti juga akan memanfaatkan dalam penggalian informasi secara akurat. Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode agih. Metode agih ialah metode distribusional, metode analisis yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti. Jadi, analisis data yang akan dilakukan peneliti tidak terlepas dari kebahasaan itu sendiri.

VII. Analisis data

Variasi tuturan bahasa Jawa yang diucapkan oleh penutur asal Jakarta terlihat jelas dalam tataran fonologinya. Bahasa Jawa mempunyai kekhasan bahasa. Kekhasan tersebut terlihat dalam bunyi vokal a, i, u, e dan o. Mayoritas mereka mengucapkan vokal tersebut seperti vokal dalam bahasa Indonesia. Padahal vokal dalam bahasa Jawa mempunyai variasi bunyi yang berbeda dengan tulisannya, misalnya vokal [a] pada kata [aja] dibaca [ojﬤ]. Ciri khas lainnya yaitu pengucapan konsonan [th] dan [dh]. Orang Jawa asli dapat mengucapkan konsonan tersebut dengan baik, sedangkan orang Jawa tidak asli sulit dalam melafalkannya. Terlebih bagi masyarakat Jakarta sendiri.

Berdasarkan informan yang dijadikan objek penelitian, mereka sangat suka menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi ketika di lingkungan kampus. Namun, kata-kata mereka ketika berbahasa Jawa sangatlah lucu. Hal itu dikarenakan lidah antara orang Jawa dan orang Jakarta berbeda jauh. Orang Jawa ketika berbicara tanpa menggunakan basa-basi dan apa yang diungkapkan jelas maksudnya. Sedangkan orang Jakarta ketika berbicara menggunakan banyak kata-kata kosong, kemudian barulah ia mengutarakan maksudnya. Selain itu, kebiasaan orang Jawa dengan orang Jakarta juga sangat berbeda. Mayoritas orang Jakarta lebih suka beraktivitas secara individual. Mereka jarang sekali bersosialisasi dengan tetangganya. Beda halnya dengan orang Jawa, dimanapun dan kapanpun, kenal dan tidak kenal, mereka akan selalu melakukan tegur sapa diantara sesamanya.

(7)

Disadari atau tidak, oarng Jawa sudah tersebar dimanapun, baik di Indonesia maupun di luar negri sekalipun.

Penelitian terhadap mahasiswa yang berasal dari Jakarta juga dapat memberikan gambaran kepada kita mengenai karakteristik kepribadian mereka. Melalui cara mereka melafalkan kosakata berbahasa Jawa sangatlah terlihat apabila diantara mereka merupakan orang-orang yang manja. Suara mereka terdengar lembut karena mereka jarang mendapat bentakan maupun perkataan kasar dari orang tua dan keluarganya. Ia cenderung individual. Hal tersebut dapat dilihat ketika ia mengucapkan kosakata bahasa Jawa dengan kurang cermat, sehingga hasil ucapan merekapun terdengar lucu.

Berdasarkan hasil wawancara 30 kosakata dalam bahasa Jawa dari 3 mahasiswa Sastra Arab asal Jakarta ditemukan beberapa perbedaan berikut.

1. Mahasiswa sastra Arab asal Jakarta kesulitan mengucapkan variasi bunyi vokal e.

2. Mahasiswa sastra Arab asal Jakarta tidak bisa membedakan antara bunyi konsonan d dan dh.

3. Mahasiswa sastra Arab asal Jakarta tidak bisa membedakan antara bunyi t dan th.

4. Tidak ada perbedaan bunyi pelafalan dari ketiga informan, mulai dari cara membaca dan mengeja kosakata hampir sama.

VIII. Kesimpulan

Bahasa adalah alat komunikasi terpenting bagi manusia. Keberadaan bahasa digunakan manusia dalam berbagai macam keadaan. Bahasa Jawa pada khususnya digunakan di lingkungan Jawa, namun seiring berjalannya waktu dan penyebaran masyarakat Jawa, kini Bahasa Jawa telah membumi dimana-mana. Terlebih bagi mahasiswa sastra Arab sendiri. Walaupun mereka berasal dari Jakarta, tetapi mereka menyukai bahasa Jawa. Namu, presentase mereka dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa relatif kurang. Mereka lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi setiap hari. Hal itulah yang menyebabkan mereka kesulitan dalam berbahasa Jawa. Hasil penelitian yang sangat terlihat yaitu ketika mahasiswa yang berasal dari Jakarta tersebut mengucapkan konsonan t dan th, d dan dh. Ketika mereka mengucapkan kosakata yang memakai konsonan tersebut, hasil pengucapannya sama dan tidak terlihat perbedaannya. Hal itulah yang menjadikan pengucapan berbahasa Jawa mereka terdengar lucu dan aneh.

(8)

Ayatrohaedi. 1983. Dialektologi Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineke Cipta.

Kridalaksana, Harimurti dkk. 2001. Wiwara Pengantar Bahasa dan Kebudayaan Jawa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Soeparno. 2002. Dasar-dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Subana dan Sudrajat. 2011. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV Pustaka Setia, Cetakan ke-4.

Sutardjo, Imam. 2013. Budaya Jawa. Surakarta: Bukutujju.

Zulaeha, Ida. 2010. Dialektologi “Dialek Geografi dan Dialek Sosial”. Yogyakarta: Graha Ilmu.

(9)

1. Tabel hasil wawancara 30 kosakata (Kridalaksana, dkk. 2001: xx) dalam bahasa Jawa dari 3 mahasiswa Sastra Arab asal Jakarta.

No. Bahasa

Jawa Gloss

Informan 1

Informan 2

Informan 3

1 mènèk Memanjat menεk Menεk menεk

2 para para para Para para

3 Sèjè lain sejε Sejε s∂jε

4 logro longgar logro Logro logro

5 dudul memencet dᴜdᴜl Dudul dhudhul

6 puthu jenis kue putu putu? putᴜ

7 sada sapu lidi sada Sada sada

8 watuk batuk watᴜk watᴜ? watᴜk

9 lunga pergi luŋﬤn luŋa? luŋo

10 dhadhal ludes dhﬤdhﬤl dhﬤdhﬤl dhadhal

11 watu batu watu Watu watu

12 paran tujuan paran Paran paran

13 Ijo hijau ijo Ijo ijo

14 kutuk anak ayam kutᴜk kuthᴜk kutuk

15 Selé selai selé Selé selé

16 lobok longgar lobok Lobok lobok

17 kluthuk jenis pisang klut

k kluth

k kluth

k 18 sabda perkataan nasehat sabda Sabdha sabda

19 pitik ayam pitIk pItIk pItIk

20 wadul mengadu wad

l wad

l wad

l

21 tegel tega t∂gel t∂gεl t∂g∂l

22 putu cucu pᴜtᴜ pᴜtᴜ pᴜtᴜ

23 jemèk lembek j∂m∂k j∂m∂k j∂m∂k

24 Ijon kehijauan ijﬤn ijﬤn ijﬤn

25 wadhuk waduk wadᴜk wadᴜk waduk

26 pithing pelukan erat pitIŋ pitIŋ pItIŋ

27 dhudhuk menggali dudᴜk dᴜdᴜk dᴜdᴜk

28 tègel keramik tεgεl t∂gεl t∂gεl

29 dodol berjualan dﬤdﬤl dﬤdﬤl dﬤdﬤl

30 lungan bepergian luŋan Luŋan luŋan

(10)

Informan 1

Nama Lengkap : Miranti Kencana Wirawan

Umur : 22 th

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat di Jakarta : Meruya Udik, Komplek Unilever Blok A6 No. 14, Kembangan, Meruya Selatan, Jakarta Barat

Waktu wawancara : 4 Juni 2014

Tempat wawancara : di bawah pohon beringin sampimg gedung 4 FSSR Keterangan : Informan merupakan kakak tingkat peneliti

Informan 2

Nama Lengkap : Indah Dianisya

Umur : 19 th

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat di Jakarta : Komplek Bukit Cengkeh 2 Blok B6 No. 15, Cimanggis, Depok, Jawa Barat

Waktu wawancara : 4 Juni 2014

Tempat wawancara : di depan ruang 204 gedung 4 FSSR

Keterangan : Informan merupakan teman seangkatan peneliti

Informan 3

Nama Lengkap : Nadya Pramitha Kirana Putri

Umur : 21 th

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat di Jakarta : Jl. Gelatik C-29 Perum Galaxy, Bekasi Selatan Waktu wawancara : 4 Juni 2014

Tempat wawancara : di ruang 203 gedung 4 FSSR

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Informasi keuangan di atas diambil dari Laporan Keuangan Konsolidasian PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Dan Banten (Persero) Tbk (&#34;Bank&#34;) dan Entitas Anaknya tanggal

Bank Syari’ah Mandiri Cabang Jember dalam memberikan pembiayaan mudharabah sudah memenuhi standar umum bank syari’ah dalam memberikan pembiayaan, hanya saja perlu

truksi teks tidak dapat menggantikan teks yang diturunkan dalam naskah- naskah.. • Turun temurun terjadi secara terpisah yang satu dari

Perlindungan terhadap anak luar kawin pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No.46/PUU-VIII/2010 bahwa perlindungan hukum terhadap anak luar kawin adalah anak luar kawin

Parikan berasal dari kata “ pari ” yang dalam bahasa Jawa bersinonim dengan kata pantun..  Satu bait terdiri dari

S-an&amp;aahafl diqjuknn kepada padtia pengad aa:n Ratanl/Jasa Dinas Kehutanan dan perkebunan Kabupaterr Merauke, dengan tembusan kepada ppK/pe;gguna Anggaran Dinas

Kasik Koto Sani - Sumani (0755) 380801. e-mail: Mtsmsumani91@gmail.com