LATAR BELAKANG FRAUD DAN AKUNTANSI FORENSIK Chapter 1: Singleton
Fraud dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai “kecurangan”. Fraud atau kecuranganini menjadi masalah dalam dunia bisnis, ditemui dalam banyak bentuk dan ragam fraud yang terjadi, bahkan juga terjadi pada perusahaan yang bergerak dibidang jasa audit dan anti-fraudsekalipun.
Defenisi Fraud
Untuk dapat memahami apa itu fraud, maka secara terminologi perlu kita ketahui apaitu fraud. Menurut Wikipedia, memberikan defenisi Fraud sebagai berikut:
“a fraud is a deception made for personal gain or to damage another individual. Incriminal law, fraud is the crime or offense of deliberately deceiving another in order todamage them usually, to obtain property or services unjustly. Fraud can be accomplished through the aid of forged objects. In the criminal law of common law jurisdictions it may be called “theft by deception,” “larceny by trick,” “larceny by fraud an deception” or something similar.”
Yang diterjemahkan sebagai berikut
“Kecurangan merupakan penipuan yang dibuat untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau untu k merugikan orang lain. Dalam hukum pidana, kecurangan adalah kejahatan atau pelanggaran
yang dengan sengaja menipu orang lain dengan maksud
untuk merugikan mereka, biasanya untuk memiliki sesuatu/harta benda atau jasaataupun keuntu
gan dengan cara tidak adil/curang. Kecurangan dapat mahir
melalui pemalsuan terhadap barang atau benda. Dalam hukum pidana secara umum disebut dengan “pencurian dengan penipuan”, “pencurian dengan tipu daya/muslihat”, “pencurian dengan penggelapan dan penipuan”, atau hal serupa lainnya.”
Sedangkan Singleton 2011, mendefenisikan fraud terbagi sesuai pengertiannya, yaitu:
b. Fraud sebagai perbuatan yang melawan?melanggar hukum, namun dalam hal ini yang paling sulit dibuktikan adalah bagaimana membuktikan unsur kesengajaan yang dilakukan oleh pelaku kecurangan.
Latar Belakang Sejarah Fraud dan Terbentuknya Anti Fraud
Menurut beberapa literatur, akuntansi forensik merupakan salah satu profesi la#as,sejak masa kejayaan Mesir Kuno. Seseorang yang disebut sebagai “mata dan telinga”-nya
Raja adalah orang kepercayaan yang dipercaya untuk mengusut jika terjadi kecurangan pada barangbarang persediaan raja.
Seiring perkembangan jaman, Fraud menjadi masalah bagi perusahaan, terlebih lagi bagi investo r dimana ada pemisahan antara ownership dan manajemen. Hal tersebut menyebabkan investor menyewa perusahaan jasa yang
bergerak d i b i d a n g a n t i F r a u d y a n g b e r t u g a s u n t u k m e n g e n d a l i k a n d a n m e m p r o t e k s i o w n e r d a r i kerugian penyertaan saham.
Menurut The National Insurance Crime Bureau (NICB) menyatakan bahwa dalam 10% claim yang telah dikeluarkan, ada 15% yang dicuri dan 20% adalah penipuan bukti klaim. Hal inimenurut NICB juga melibatkan para pekerja yang bekerja di perusahaan asuransi tersebutd engan berbagai modus kejahatan. Banyak sekali skandal yang terkenal di dunia diantaranya!
Tahun 2001 perusahaan Enron dinyatakan bangkrut oleh kongres di Amerika Serikat, lalu diturunkan KAP Arthur Andersen untuk melakukan Fraud audit dan akuntansi forensik untuk menyelidiki besar pendapatan dan hutang dalam laporan keuangannya. Hal ini dikenal dengan Skandal Enron dan SOX.
Tahun 1960, perusahaan franchises fastfood banyak yang tidak mampu bertahan akibat kebijakan harga produk sehingga banyak perusahaan franchise tersebut gulung tikar. Tahun 1970, Banyak politisi yang melakukan fraud atas pajak.
Siklus Fraud
Siklus fraud dasarnya dimulai dengan rencana dari penipu yang
1. Dugaan, keluhan, atau rumor penipuan yang dibawa oleh pihak ketiga (pemasok yang tidak puas atau sesama karyawan)
2. Intuisi penyidik atau kecurigaan umum bahwa ada sesuatu yang kacau.
3. Kondisi diluar harapan orang senior (kondisi yang tidak dapat diterima, laba, penjualan, biaya, aset, atau kewajiban yang terlalu rendah atau terlalu tinggi)
4. Kebetulan penemuan bahwa ada sesuatu yang hilang-cash, properti, laporan, files, dokumen, atau data)
5. Temuan audit, atau
6. Hasil sistem pengendalian internal terutama pengendalian anti fraud.
Enam langkah dasar dalam investigasi fraud adalah:
1. Memperoleh semua rincian yang tersedia dan dokumen yang berkaitan dengan tuduhan itu.
2. Menilai tuduhan terhadap dokumentasi yang tersedia.
3. Menilai lingkungan relatif perusahaan terhadap orang yang bersangkutan.
4. Tanyakan apakah teori penipuan dapat dikembangkan pada tahap ini. Apakah ada motif dan kesempatan.
5. Tentukan apakah bukti yang ada masuk akal. Apakah itu memenuhi uji realitas bisnis? 6. Bkomunikasi dengan pihak yang sesuai pada rincian dan status penipuan.
Setelah melakukan langkah-langkah ini, muncullah dua kemungkinan dari keenam kemungkinan yang tersebut di atas. Salah satunya mungkin dapat mengidentifikasi penipudan tahu siapa dia, atau mungkin juga tidak dapat diketahui. Bika tidak, investigasi lanjutan masih diperlukan. Tapi jika seseorang mengidentifikasi penipu, maka proses tersebut ditingkatkan bukan lagi dugaan, tapi sudah menjadi ranah hukum.
Semua pencuri tidak berpikir sama. Mereka cenderung oportunis. Mengingat satu set keadaan
yang memungkinkan mereka untuk mencuri, mereka mengambil
cara termudah, biasanya berat risiko dan manfaat dengan hatihati. Penyebab biasanya meninggal kan jejak dan kadang-kadang melakukan kesalahan. Auditor harus belajar untuk mencari tanda-tanda ini,atau bendera merah (Red Flag), karena mereka akan disebut dalam buku ini. Meskipun setiap penipuan selalu berbeda, namun mereka semua memiliki modus yang mirip.
Literatur teknis dimulai dengan undang-undang pidana dan peraturan yang
melibatkan bisnis. Misalnya, literatur sepert Sherman Anttrust Act (1890), Undang-Undang Internal Reveneue (1913), Securites Act of 1933 and Exchange Securites Act of 1934, Foreign Corrupt Practces Act (1977), Fraud Detecton Keuangan dan Pengungkapan Act (1986), Asuransi Kesehatan Portabilitas dan Akuntabilitas Act 1996 (HIPAA), Gramm-Leach-Bliley Act 1999 (GLBA) , dan tentu saja Sarbanes-Oxley Act (SOX) 2002. hukum yang berlaku
lainnya terkait dengan surat penipuan, penipuan dengan kawat, dan Federal TradeCommission (FTC). Skandal tabungan dan pinjaman dari awal 1980-an menyebabkan
Komisi Nasional Pelaporan Keuangan Fraud yang lebih dikenal sebagai Komisi Treadway, sebagai ketua Komisi, bertugas sebagai Committee of Sponsoring Organisatons (COSO). Menurut temuan Komisi Treadway, cara yang paling efektf
untuk mencegah skandal finansial, sepert mengetahui data tabungan dan hutang orang orang, merupakan salah satu cara perusahaan untuk mempunyai internal kontrol yang kuat. Model yang dikembangkan oleh kelompok ini dikenal sebagai Model COSO Pengawasan Internal. Ini berfokus pada lima bidang utama pengendalian internal:
1. Penilaian risiko.
2. Pengendalian lingkungan. 3. Informasi dan komunikasi 4. Pemantauan