• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh bahan baku tenaga kerja thd pro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "pengaruh bahan baku tenaga kerja thd pro"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MIKROEKONOMI

PENGARUH TENAGA KERJA, BAHAN BAKU DAN MESIN

TERHADAP PRODUKSI INDUSTRI BARANG DARI KAYU, ROTAN

DAN GABUS YANG TIDAK DIKLASIFIKASIKAN DI TEMPAT LAIN

TAHUN 2010.

Untuk selain yang memiliki kekayaan khas khasanah budaya daerah, nilai seni yang menggunakan bahan baku alamiah maupun imitasi.

Disusun guna memenuhi tugas Mikroekonomi

Dosen : DR. Budiasih

Disusun oleh:

Yunita Sartika Sari ( 10.6493 )

Kelas: 3SE1

SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK

JAKARTA

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan kekayaan sumber daya alam yang

melimpah. Oleh karena itu, Indonesia yang dahulu terkenal sebagai negara agraris dan

kini mulai bergeser mengikuti perkembangan zaman menjadi negara industri namun

tetap berbasis pada pemanfaatan kekayaan sumber daya alam sebagai bahan baku

industri. Sumber daya hutan merupakan ladang bahan baku industri yang menghasilkan

berbagai jenis kayu dan rotan. Industri besar dan sedang yaitu industri barang dari kayu,

rotan dan gabus merupakan salah satu industri pengolah hasil hutan menjadi berbagai

macam produk kerajinan tangan dari kayu, rotan dan gabus yang diminati di pasar lokal

bahkan hingga pasar internasional. Beberapa produk barang kerajinan tangan dari kayu,

rotan dan gabus antara lain aksesoris rumah (tempat tisu, tempat toples, rak, gantungan

baju), perabot dan alat mainan anak, sketsel, bola takro, holahok, kap lampu, keranjang,

dsb.

Industri pengolahan ini merupakan salah satu industri yang menyerap tenaga

kerja yang cukup besar terutama pada industri berskala besar sehingga penerapannya

sangat cocok di Indonesia yang membutuhkan industri teknologi padat karya guna

mengurangi tingkat pengangguran.

Hasil produk industri barang dari kayu, rotan dan gabus dari Indonesia ini

banyak diminati di beberapa negara kawasan Eropa. Telah banyak perusahaan jenis

industri ini yang terlibat sebagai eksportir dan mencatat nilai ekspor hingga miliaran

rupiah. Industri ini tergolong industri yang potensial untuk dikembangkan, namun

terdapat beberapa kendala yang menjadi hambatan produktivitas industri barang dari

kayu, rotan dan gabus ini diantaranya adalah kesulitan dalam pemenuhan volume bahan

baku yang dikarenakan naiknya harga bahan baku dan semakin berkurangnya

produktivitas terutama untuk bahan baku rotan di pulau Jawa. Sedangkan keberadaan

perusahaan pengrajin barang dari kayu, rotan dan gabus paling banyak tersebar di pulau

Jawa seperti yang paling populer adalah di daerah Jepara, Jawa Tengah, sehingga

banyak perusahaan yang terpaksa memasok bahan baku dari Kalimantan karena

cadangan rotan yang semakin menipis di Jawa bahkan beberapa industri ini juga

(3)

Kendala pasokan bahan baku ini semakin diperparah dengan adanya kebijakan

pemerintah SK No:12/M/Dag/Per/6/2005 tentang dibukanya ekspor rotan mentah dan

setengah jadi. Banyak negara-negara lain seperti China, Thailand, Vietnam dsb, yang

membeli bahan baku kayu dan rotan dari Indonesia sehingga banyak perusahaan

pengolah kayu mentah dan hasil hutan lainnya yang lebih cenderung untuk mengekspor

produk mentah atau setengah jadinya karena harga yang sedikit lebih tinggi daripada

harga lokal. Padahal produk tersebut akan menghasilkan keuntungan lebih maksimal

jika diolah lagi menjadi produk jadi.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan industri manufaktur Indonesia skala

besar dan menengah mencetak pertumbuhan 4,12% sepanjang tahun 2012 dibandingkan

setahun sebelumnya. Di tengah pertumbuhan sektor manufaktur tersebut, BPS mencatat

masih banyak industri yang mengalami penurunan produksi sepanjang

Januari-Desember 2012 yang salah satunya adalah industri barang dari kayu, rotan dan gabus

dengan persentase penurunan sebesar 3,3 %.

Penurunan produksi industri manufaktur pengolahan berbasis kayu dan rotan di

sepanjang 2012 dikarenakan oleh penurunan harga komoditas dunia. Adapun penyebab

penurunan harga di pasar global adalah krisis ekonomi yang terjadi di negara-negara

kawasan Eropa dan Amerika Serikat. Di samping itu, negara-negara Timur Tengah yang

menjadi pasar baru belum menyerap sempurna hasil produksi industri barang dari kayu,

rotan dan gabus.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dari penelitian adalah

sebagai berikut :

1. Apakah faktor tenaga kerja, bahan baku dan modal mesin berpengaruh terhadap

produksi industri barang dari kayu, rotan dan gabus?

2. Seberapa besar pengaruh dari masing-masing variabel terhadap produksi industri

barang dari kayu, rotan dan gabus?

3. Bagaimana nilai elastisitas produksi dan skala usaha industri barang dari kayu,

rotan dan gabus?

4. Berapakah nilai average product per variabel dan marginal product untuk setiap

(4)

1.3 Tujuan Penelitian

Dengan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh penggunaan tenaga kerja, bahan baku dan modal

mesin terhadap produksi industri barang dari kayu, rotan dan gabus.

2. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh masing-masing variabel terhadap

produksi industri barang dari kayu, rotan dan gabus.

3. Untuk menganalisis nilai elastisitas produksi dan skala usaha industri barang

dari kayu, rotan dan gabus.

4. Untuk menganalisis nilai average product per variabel dan marginal proudct

untuk setiap variabel.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan manfaat bagi

perusahaan barang dari kayu, rotan dan gabus dalam menggunakan faktor-faktor

produksi seperti tenaga kerja, bahan baku dan modal mesin sehingga bisa

diharapkan mempunyai prospek pasar yang lebih besar baik di dalam maupun di

luar negeri.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam

menentukan kebijakan terutama yang berkaitan dengan pengembangan industri

barang dari kayu, rotan dan gabus.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peneliti lain untuk

(5)

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori

2.1.1 Produksi

Istilah produksi secara umum diartikan sebagai penggunaan atau pemanfaatan

sumber daya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama

sekali berbeda, baik dalam pengertian apa, dan dimana atau kapan komoditi-komoditi

itu akan dialokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dapat dikerjakan oleh

konsumen oleh komoditi tersebut. (Miller dan Meiners dalam Kurniasari, 2011).

Produksi adalah transformasi atau perubahan menjadi barang produk atau proses dimana

masukan (input) diubah menjadi keluaran (output). Potung dalam Herawati (2008)

produksi atau memproduksi adalah menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang

sehungga memberikan manfaat baru dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi produksi

adalah kegiatan perusahaan dalam mengkombinasikan berbagai input untuk

menghasilkan output dengan biaya yang minimum.

2.1.2 Tenaga Kerja Sebagai Faktor Produksi

Menurut Sudarso dalam Utama (2011), tenaga kerja merupakan sumber daya

manusia untuk melaksanakan pekerjaan. Pengertian umum tersebut sesuai dengan

pengertian tenaga kerja yang tercantum dalm UU Pokok Ketenagakerjaan No.14 Tahun

1969, yaitu setiap orang yang mempu melakukan pekerjaan baik di dalam mapupun di

luar hubungan tenaga kerja guna menghasilkan jasa atau barang guna memenuhi

kebutuhan masyarakat.

Menurut P. Simanjuntak (Iryadini, 2010), sumber daya manusia mengandung

dua pengertian. Pertama, mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat

diberikan dalam proses produksi. Kedua, menyangkut manusia yang mampu bekerja

untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut.

Menurut Schroeder (Herawati, 2008) mengelola tenaga kerja adalah suatu hal

yang sangat penting dalam opersai, karena tidak ada sesuatu yang dapat diselesaikan

tanpa manusia yang mengerjakan. Mengelola tenaga kerja yang baik dan efisien adalah

(6)

2.1.3 Bahan Baku Sebagai Faktor Produksi

Bahan baku disebut juga bahan dasar yang dipergunakan untuk memproduksi

suatu barang. Bahan baku merupakan bagian yang integral dari produk yang dihasilkan

oleh suatu perusahaan.

2.1.4 Mesin Sebagai Faktor Produksi

Mesin merupakan alat bantu untuk melakukan proses transformasi atau proses

pengolahan dari masukan (input) atau keluaran (output) (Daryanto dalam Herawati,

2008). Mesin sangat memegang peranan penting dalam proses pengolahan, karena tanpa

mesin proses produksi tidaklah efisien, juga hasil yang didapat tidak optimal.

Kapasitas mesin terdiri dari kapasitas terpasang dan kapasitas terpakai.

Kapasitas terpasang merupakan jumlah maksimum dari bahan baku yang dapat diolah

oleh mesin tersebut. Sedangkan kapasitas terpakai merupakan jumlah minimum dari

bahan baku yang dapat diolah oleh mesin.

2.1.5 Fungsi Produksi

Fungsi produksi adalah hubungan antara faktor-faktor produksi (input) dengan

tingkat produksi (output) yang diciptakannya. Di dalam teori ekonomi, untuk

menganalisis mengenai produksi, selalu dimisalkan bahwa faktor produksi tanah dan

odal adalah tetap jumlahnya. Hanya tenaga kerja yang dipandang sebagai faktor

produksi yang berubah-ubah jumlahnya. Dengan demikian, di dalam menggambarkan

hubungan di antara faktor produksi yang digunakan dan tingkat produksi yang tercapai,

yang digambarkan adalah hubungan di antara jumlah tenaga kerja yang digunakan dan

jumlah produksi yang dicapai. (Sadono Sukirno, 2002)

Fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai berikut :

Q = f(K,L) ... (2.1)

Dimana K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan Q

adalah jumlah produk yang dihasilkan. (Sadono Sukirno, 2002)

Soekartawi dalam Utama (2011) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah

hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X).

Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan

biasanya berupa input. Secara matematis, hubungan ini dapat dituliskan sebagai berikut

(7)

Y = f(X1, X2,..., XL) ... (2.2)

Dalam sebuah fungsi produksi perusahaan terdapat tiga konsep produksi yang

penting, yaitu produk total, produk marginal, dan produk rata-rata. Produk total (Total

Product, TP) menunjukkan total output yang dihasilkan dalam unit fisik. Produk

marginal (Marginal Product, MP) dari suatu input adalah tambahan produk atau output

yang diakibatkan oleh tambahan satu unit input tersebut (yang bersifat variabel) dengan

menganggap input lainnya konstan. Produk rata-rata (Average Product, AP) adalah

output total dibagi dengan unit total input.

2.1.6 Fungsi Produksi Cobb-Douglass

Pada tahun1989, fungsi Cobb_Douglass pertama kali diperkenalkan oleh Cobb,

C.W dan Douglass, P.H. ,melalui artikelnya yang berjudul “A Theory of Production”.

Fungsi produksi Cobb-Douglass adalah suatu fungsi yang melibatkan dua atau lebih

variabel, dimana variabel satu disebut variabel dependen (Y) dan yang lainnya disebut

variabel independen (X). Penyelesaian hubungan antara X dan Y adalah dengan cara

regresi, dimana variasi Y akan dipengaruhi variasi dari X.

Secara matematis, fungsi produksi Cobb-Douglass dapat dituliskan sebagai

berikut :

... (2.3) Dimana : Y = variabel yang dijelaskan (produksi)

A = koefisien teknologi

K = modal

L = tenaga kerja

= elastisitas modal

= elastisitas tenaga kerja

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan di atas, maka persamaan tersebut

diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritma naturalkan persamaan

tersebut, yaitu:

... (2.4)

Dimana : Y = produksi

X1,...,Xn = faktor input

b1,....,bn = besaran parameter penduga

(8)

pada persamaan tersebut dilihat bahwa nilai b1,b2,....,bn adalah tetap walaupun variabel

yang terlibat telah dilogaritma naturalkan. Hal ini terjadi karena pada fungsi Cobb-

Douglass menunjukkan elastisitas X terhadap Y dan jumlah elastisitas merupakan

return to scale.

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk bisa menggunakan fungsi

produksi Cobb-Douglass dalam sebuah penelitian, syarat tersebut adalah :

1. Karena dalam penyelesaiannya fungsi produksi ditransformasikan ke dalam

bentuk linear double log maka tidak ada pengamatan yang bernilai nol.

2. Dalam fungsi produksi perlu ada asumsi tidak ada perbedaan teknologi pada

setiap pengamatan. Ini artinya kalau fungsi Cobb-Douglass yang dipakai sebagai

model dalam suatu pengamatan, dan bila diperlukan analisis yang memerlukan

lebih dari suatu model tersebut terletak pada intercept dan bukan pada

kemiringan garis (slope) model tersebut.

3. Tiap variabel bebas adalah perfect competition.

4. Hanya ada satu variabel yang dijelaskan yaitu (Y)

5. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) sperti iklim, adalah sudah tercakup

pada faktor kesalahan (error term).

Setiap fungsi produksi pasti memiliki beberapa kelebihan dan bahkan

kelemahan, hal ini terjadi pula pada fungsi produksi Cobb-Douglass. Fungsi produksi

Cobb-Douglass sering digunakan karena memiliki beberapa kelebihan antara lain :

1. Bentuk fungsi Cobb-Douglass bersifat sederhana dan mudah penerapannya

2. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglass akan menghasilkan

koefisien yang juga mencerminkan besaran elstisitas.

3. Berdasarkan besaran elastisitas tersebut dapat dilihat tingkat besaran return to

scale.

Selain ada bebarapa kelebihan dari fungsi produksi Cobb-Douglass, ada

beberapa kelemahan yang dimiliki fungsi ini, yaitu :

1. Spesifikasi variabel yang keliru, hal ini menyebabkan nilai elastisitas produksi

yang diperoleh negatif atau nilainya terlalu besaratau terlalu kecil. Spesifikasi ini

(9)

2. Kesalahan pengukuran variabel, hal ini terjadi bila data kurang valid sehingga

menyebabkan besaran elastisitas produksi yang terlalu besar atau terlalu kecil.

3. Dalam prakteknya, masalah multikolinearitas sulit untuk dihindarkan, meskipun

telah diusahakan besaran korelasi antar variabel independen tidak terlalu tinggi.

4. Apabila data yang digunakan adalah data cross section, maka data tersebut harus

mempunyai variasi yang cukup. Data yang digunakan tidak boleh bernilai nol

atau negatif karena logarotma dari bilangan nol atau negatif adalah tak

terhingga.

2.1.7 Return to Scale.

Menurut Soekartawi dalam Riyadi (2007) terdapat tiga model fungsi produksi

Cobb-Douglass atau tiga kemungkinan hasil skala usaha (return to scale). Return to

scale merupakan persentase pertambahan nilai produksi lebih besar, lebih kecil atau

sama dengan persentase pertambahan jumlah input.

Secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Hasil skala meningkat (Increasing return to scale)

Merupakan tambahan hasil yang meningkat atas skala produksi, kasus dimana

output bertambah dengan proporsi yang lebih besar daripada input.

b. Hasil skala konstan (Constant Return to Scale)

Merupakan tambahan hasil yang konstan atas skala produksi, kasus dimana

outpu bertambah dengan proporsi yang tepat sama dengan penambahan input.

c. Hasil skala menurun (Decreasing return to scale)

Merupakan tambahan hasil yang menurun atas skala produksi, kasus dimana

output bertambah dengan proporsi yang lebih kecil daripada input.

Menurut Hu dalam Riyadi (2007), untuk mengetahui skala usaha dapat

dilakukan dengan menjumlahkan koefisien regresi atau parameter elastisitasnya yaitu :

b1 + b2 +....+ bn

dengan mengikuti kaidah Return to Scale (RTS) yaitu :

a. Increasing RTS, jika b1 + b2 +....+ bn > 1

b. Constant RTS, jika b1 + b2 +....+ bn = 1

(10)

2.2 Penelitian yang Relevan

Sebuah penelitian dilakukan oleh Adrian Ramadhan, fakultas Ilmu Ekonomi dan

Manajemen Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 dengan judul “Analisis Daya

Saing Industri Furniture Rotan Indonesia. Untuk melihat faktor-faktor yang

mempengaruhi daya saing secara kuantitatif, peneliti menggunakan metode OLS

(Ordinary Least Squared). Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing

industri furnitur rotan menunjukkan bahwa tingkat daya saing dipengaruhi oleh nilai

produksi furnitur rotan, nilai ekspor furnitur rotan, dan kebijakan pemerintah.

2.3 Kerangka Pemikiran

Kegiatan produksi tidak akan terwujud dan terlaksana tanpa adanya alat atau

benda yang digunakan untuk memproduksi suatu barang, jadi diperlukan adanya

faktor-faktor produksi untuk menciptakan, menghasilkan benda atau jasa. Adapun faktor-faktor

produksi yang dimaksud adalah :

1. Faktor produksi tenaga kerja

2. Faktor produksi bahan baku

3. Faktor produksi modal mesin

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

2.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hipotesis pertama yang diajukan adalah untuk mengetahui pengaruh tenaga

kerja, bahan baku dan modal mesin secara bersamaan terhadap produksi barang

dari kayu, rotan, gabus lainnya.

H0 :

Produksi

(Y)

Tenaga kerja

(X1) Bahan baku

(X2) Modal mesin

(11)

Artinya tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara tenaga kerja, bahan

baku dan modal mesin terhadap produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya

yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.

2. Hipotesis yang kedua yang diajukan adalah untuk mengetahui pengaruh tenaga

kerja secara parsial terhadap produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya

Ytdl.

H0 :

Artinya tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara tenaga kerja terhadap

produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya Ytdl.

H0 :

Artinya ada pengaruh positif dan signifikan antara tenaga kerja terhadap

produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya Ytdl.

3. Hipotesis ketiga yang diajukan adalah untuk mengetahui pengaruh bahan baku

secara parsial terhadap produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya Ytdl.

H0 :

Artinya tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara bahan baku terhadap

produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya Ytdl.

H0 :

Artinya ada pengaruh positif dan signifikan antara bahan baku terhadap produksi

barang dari kayu, rotan, gabus lainnya Ytdl.

4. Hipotesis keempat yang diajukan adalah untuk mengetahui pengaruh modal

mesin secara parsial terhadap produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya

Ytdl.

H0 :

Artinya tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara modal mesin terhadap

produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya Ytdl.

H0 :

Artinya ada pengaruh positif dan signifikan antara modal mesin terhadap

(12)

BAB III METODOLOGI

3.1 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber

dari subdirektorat Industri Besar Sedang Badan Pusat Statistik (BPS) RI. Data yang

diperoleh berupa data produksi, data bahan baku, dan data modal mesin dalam nilai

rupiah serta tenaga kerja dalam satuan orang. Data yang digunakan merupakan data

hasil survei IBS tahun 2010.

3.2 Metode Analisis 3.2.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisis statistik yang menggambarkan atau

mendeskripsikan data menjadi informasi yang lebih jelas dan mudah difahami.

Penyajian tabel-tabel, grafik atau diagram, ukuran-ukuran dan deskripsi data yang

berhubungan dengan penelitian ini akan disajikan untuk pelengkap analisis. Analisis

deskriptif yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan penggambaran

keberadaan atau profil usaha industri barang dari kayu, rotan, gabus lainnya Ytdl

mengenai jumlah pekerja, nilai produksi, modal mesin dan bahan baku. Data yang

digunakan dalam analisis deskriptif ini berjumlah 57 perusahaan.

3.2.2 Analisis Regresi

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitrian ini adalah model data

silang tempat yaitu data yang dikumpulkan pada suatu titik waktu tertentu (Mudjarat

dalam Wanty, 2006). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi

linier berganda. Analisis dilakukan dengan media komputer menggunakan bantuan

software SPSS (Statistical Package for the Social Science) 20.0 for windows. Jumlah

perusahaan yang digunakan dalam analisis regresi adalah 38 perusahaan karena terdapat

19 perusahaan yang memiliki nilai nol atau non respon sehingga dalam analisis ini dari

57 perusahaan hanya 38 perusahaan yang akan dianalisis lebih lanjut.

Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah pendekatan model fungsi

Cobb-Douglass dengan tiga variabel bebas yaitu penggunaan tenaga kerja, biaya bahan

(13)

... (3.1)

Kemudian ditransformasikan ke model linear logaritmatik menjadi :

... (3.2) Keterangan :

prod = jumlah produksi yang dihasilkan

TK = input tenaga kerja

BB = input bahan baku (ribuan)

M = input modal mesin (ribuan)

= Konstanta/intercept

= elastisitas input tenaga kerja

= elastisitas input bahan baku

= elastisitas input modal mesin

u = elastisitas faktor produksi lain yang tidak diteliti.

Metode estimasi yang digunakan adalah “metode kuadrat terkecil” (OLS) yang

diharapkan menghasilkan Penduga Linier Tak Bias Terbaik (BLUE). Dalam metode

kuadrat terkecil asumsi-asumsi yang dipakai adalah sebagai berikut :

1. , untuk setiap i

Artinya rata-rata kesalahan pengganggu sama dengan nol atau menyatakan

variabel-variabel lain yang mempengaruhi akan tetapi tidak terwakili di dalam

model.

2. , untuk setiap i tidak sama dengan j

Artinya kovarian sama dengan nol, dengan kata lain tidak ada korelasi antara

kesalahan pengganggu yang satu dengan yang lain.

3. , untuk setiap i

Artinya setiap kesalahan pengganggu mempunyai varians sama atau mempunyai

penyebaran yang sama.

4.

Artinya rata-rata kesalahan pengganggu mengikuti distribusi normal dengan

rata-rata 0 dan varian .

Uji statistik yang dilakukan meliputi uji simultan (uji F) dan uji parsial (uji t).

(14)

metode kuadrat terkecil (OLS), seperti uji kenormalan, uji autokorelasi, uji

multikolinieritas dan uji heroskedastisitas.

3.3 Pengujian Statistik

3.3.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F pada dasarnya dimaksudkan untk membuktikan secara statistik bahwa

seluruh variabel independen berpengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel-variabel dependen yaitu probabilitas hasil produksi barang dari kayu, rotan, gabus

lainnya Ytdl dengan hipotesis untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang

dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel tak bebas. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :

Jika H0 :

Maka secara simultan tidak ada pengaruh yang signifikan dari tenaga kerja

(X1), bahan baku (X2), dan modal mesin (X3) terhadap hasil produksi barang

dari kayu, rotan, gabus lainnya Ytdl (Y).

Jika H1 :

Maka minimal ada satu diantara tenaga kerja (X1), bahan baku (X2), dan modal

mesin (X3) yang berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi barang dari

kayu, rotan, gabus lainnya Ytdl (Y).

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan statistik F, dimana nilai F hitung

dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut :

Dimana : = koefisien determinasi

n = banyaknya tahun penelitian

k = jumlah parameter

uji ini dilakukan dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut :

a. Apabila nilai F hitung < Ftabel atau nilai probabilitas F-Statistik > 0,5 maka H0

diterima.

b. Apabila nilai Fhitung < F tabel atau nilai probabilitas F-Statistik < 0,5 maka H0

(15)

3.3.2 Uji Signifikansi Partial (Uji t)

Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas secara individual menjelaskan variasi variabel dependen (Imam

Ghozali,2005). Untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen secara individual dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :

Jika H0 : maka tidak ada pengaruh masing-masing variabel bebas (tenaga

kerja (X1), bahan baku (X2) dan modal mesin (X3)) terhadap hasil

produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya Ytdl (Y).

Jika Ha : maka terdapat pengaruh masing-masing variabel bebas (tenaga

kerja (X1), bahan baku (X2), dan modal mesin (X3)) terhadap hasil

produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya Ytdl (Y).

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan statistik t, dmana nilai t hitung

dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut :

Dimana : = koefisien regresi

se ( = stadar error koefisien regresi

uji ini dilakukan dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut :

a. Apabila nilai t hitung < t tabel atau nilai probabilitas t-Statistik > 0,5 maka H0

diterima.

b. Apabila nilai t hitung < t tabel atau nilai probabilitas t-Statistik < 0,5 maka H0

ditolak.

3.3.3 Koefisien Determinasi ( )

Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh

variabel-variabel bebas dapat menerangkan dengan baik variasi variabel-variabel tak bebas. Untuk

mengukur kebaikan suatu model (goodness of fit) dengan menggunakan Koefisien

Determinasi (R2). Koefisien Determinasi (R2) merupakan angka yang memberikan proporsi atau presentase variasi total dalam variabel tak bebas (Y) yangdijelaskan oleh

variabel (X). Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut :

(16)

Nilai R2 yang sempurna adalah satu, yaitu apabila keseluruhan variabel dependen dapat dijelaskan sepenuhnya oleh variabel independen yang dimasukkan ke

dalam model. Dimana 0< R2<1 sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah :

 Nilai R2 yang kecil atau mendekati nol, berarti kemempuan variabel-variabel bebas dalam menerangkan variasi variabel tak bebas sangat terbatas.

 Nilai R2 mendekati satu, berarti kemampuan variabel-variabel bebas menerangkan hampir semua informasi yang digunakan untuk memprediksi

variasi variabel tak bebas.

3.3.4 Pengujian Asumsi Klasik 3.3.4.1 Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Cara untuk melihat normalitas

residual adalah melalui analisis grafik dan analisis statistik :

1. Analisis grafik, yaitu dengan melihat grafik Histogram dan grafik P-Plot yang

membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal, dasar pengambilan

keputusan :

a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal,

maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal,

maka regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Analisis statistik, yaitu dengan melihat uji statistik Non-Parametrik

Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan hipotesis :

Apabila nilai Asimp.sig (2-tailed) atau probabilitasnya di atas 0,05 , maka

(17)

3.3.4.2 Uji Non-Multikolinearitas

Uji non-multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah ada variasi yang

saling berkorelasi pada variabel bebas. Jika terjadi korelasi maka terdapat masalah

multikolinearitas sehingga model regresi tidak dapat digunakan.

Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :

Menurut Ghozali (2005), dengan software SPSS, pengujian dapat dilakukan

melalui nilai Tolerance dan Variation Inflation Factor (VIF). Jika nilai Tolerance <

0,10 dan nilai VIF > 10 mengindikasikan adanya multikolinieritas yang serius di antara

variabel bebas.

3.3.4.3 Uji Non-Autokorelasi

Uji non-autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu

pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan problem

autokorelasi. Menurut Ghozali (2005) autokorelasi muncul karena observasi yang

muncul secara berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.

Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi yaitu dengan

melihat uji dutbin-watson, hipotesis yang akan diuji :

Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi :

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0<dw<dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl<dw<du Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-dl<dw<4 Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4-du<dw<dl Tidak ada autokorelasi positif dan negatif Tidak ditolak du<dw<4-du

Keterangan : dw = Durbin Watson hitung

dl = Durbin Watson lower

(18)

3.3.4.4 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokestisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi terjadi

ketidaksamaan varians residual. Jika varians suatu pengamatan ke pengamatan yang lain

tetap maka disebut homokedastisitas dan jika varians berbeda disebut heterokedastisitas.

Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas.

Santoso (2002) mengatakan bahwa untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala

heterokedastisitas maka dapat dilakukan dengan menganalisis penyebaran titik yang

terdapat pada scatter plot yang dihasilkan dari pengolahan dengan dasar pengambilan

keputusan sebagai berikut : “Jika ada pola tertentu, seperti titik yang membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, menyempit) maka telah terjadi

heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka nol pada sumbu Y atau tersebar secara acak maka tidak terjadi

heterokedastisitas”.

Pendeteksian adanya heterokedastisitas dalam sebuah model belum cukup hanya

dengan pengamatan sebaran titiknya saja. Terdapat beberapa uji statistik yang dapat

dilakukan untuk mendeteksi atau menguji adanya heteroskedastisitas dalam suatu

model, salah satunya yang digunakan dalam analisis penelitian ini adalah uji Park.

Pengujian Park menggunakan fungsi sebagai berikut :

Karena umumnya tidak diketahui, maka Park menyarankan untuk menggunakan

sehingga persamaan regresinya menjadi

setelah diperoleh model regresi yang baru, kemudian dilakukan pengujian Park seperti

pada langkah-langkah uji overall regresi linier berganda dengan hipotesis sebagai

berikut :

H0 : tidak ada heteroskedastisistas.

H1 : terdapat heteroskedastisitas.

Apabila nilai Asimp.sig (2-tailed) atau probabilitasnya di atas 0,05 , maka hipotesis nol

(19)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif

4.1.1 Penyerapan Tenaga Kerja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang digunakan setiap

perusahaan dalam kegiatan produksi berbeda-beda. Secara umum industri barang dari

kayu, rotan, gabus lainnya ytdl dengan skala usaha besar dan sedang, didominasi oleh

industri sedang yang jumlah pekerjanya berkisar antara 20-99 pekerja. Pada industri

skala besar, perbandingan pekerja laki-laki dan perempuan adalah 5 : 2 yang didominasi

pekerja laki-laki sedangkan pada industri skala sedang perbandingan pekerjanya 2 : 1

dengan dominasi oleh pekerja laki-laki juga. Sehingga secara total pekerja yang banyak

bekerja di industri barang dari kayu, rotan, gabus lainnya ytdl adalah laki-laki. Tetapi

akan berbeda halnya jika kita melihat komposisi tenaga kerja tiap-tiap perusahaan.

Masing-masing perusahaan memiliki kebijakan tersendiri mengenai proporsi jumlah

tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin. Secara terperinci data penyerapan tenaga kerja

pada industri barang dari kayu, rotan, gabus lainnya ytdl dapat dilihat pada Tabel 4.1

berikut.

Tabel 4.1

Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kayu, Rotan, Gabus Lainnya Ytdl Berdasarkan Skala Usaha dan Jenis Kelamin

No. Skala Usaha Jumlah Jumlah Tenaga Kerja Total

Perusahaan Laki-laki Perempuan

1 Sedang 44 1008 416 1424

2 Besar 13 4176 1973 6149

Jumlah 57 5184 2389 7573

Sumber : Hasil pengolahan

4.1.2 Penggunaan Bahan Baku

Dalam proses produksi, selain menggunakan bahan baku lokal industri barang

dari kayu, rotan, gabus lainnya ytdl juga menggunakan bahan baku impor. Berdasarkan

hasil penelitian baik industri skala sedang maupun skala besar dari industri barang dari

kayu, rotan, gabus lainnya ytdl membeli atau menggunakan bahan baku impor kurang

(20)

sebagian besar bahan baku untuk industri barang dari kayu, rotan, gabus lainnya ytdl

masih bisa diperoleh dari dalam negeri. Secara rinci data penggunaan bahan baku pada

industri barang dari kayu, rotan, gabus lainnya ytdl dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai

berikut :

Tabel 4.2

Penggunaan Bahan Baku Pada Industri Kayu, Rotan, Gabus Lainnya Ytdl Berdasarkan Skala Usaha

perusahaan skala sedang lebih kecil daripada perusahaan skala besar. Hal ini berarti

perusahaan skala besar memiliki mesin yang lebih banyak atau nilai mesin yang lebih

besar daripada perusahaan berskala sedang.

Tabel 4.3

Nilai Mesin Pada Industri Kayu, Rotan, Gabus Lainnya Ytdl Berdasarkan Skala Usaha

No. Skala Industri Jumlah Nilai Mesin (Ribuan)

Perusahaan Total Rata-rata

Dari hasil penelitian dapat kita lihat bahwa nilai rata-rata produksi perusahaan

skala sedang lebih kecil daripada perusahaan skala besar. Hal ini terjadi karena

perusahaan skala besar memiliki pekerja dan mesin yang lebih banyak sehingga dapat

memaksimalkan produksi dari perusahaan tersebut. Secara rinci data nilai produksi pada

(21)

Tabel 4.4

Nilai Produksi Pada Industri Kayu, Rotan, Gabus Lainnya Ytdl Berdasarkan Skala Usaha

No. Skala

Industri

Jumlah Nilai Produksi (Ribuan) Perusahaan Total Rata-rata

Analisis statistik dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear

berganda, dimaksudkan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian. Teknik analisis

berganda bertujuan untuk mengestimasi variabel tenaga kerja, bahan baku dan mesin.

Pada regresi ini yang menjadi variabel bebas adalah faktor input yaitu tenaga kerja

(TK), bahan baku (BB), dan modal mesin (M) hubungan fungsionalnya adalah sebagai

berikut :

Sehubungan dengan pengujian hipotesis, berikut ini dikemukakan hasil analisis regresi

tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS menghasilkan

data sebagai berikut :

Tabel 4.5

(22)

Model persamaan regresi tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut :

1. Apabila variabel independen (tenaga kerja, bahan baku dan modal mesin)

dianggap konstan maka produksi batik akan bertambah sebesar 3,091

2. Berdasarkan koefisien regresi variabel tenaga kerja sebesar 0,218 artinya apabila

jumlah tenaga kerja naik 1 persen maka jumlah produksi barang dari kayu,

rotan, gabus lainnya Ytdl akan naik sebesar 0,218 persen dengan asumsi

variabel-variabel lain bersifat konstan.

3. Berdasarkan koefisien regresi variabel bahan baku sebesar 0,735 artinya apabila

jumlah bahan baku naik 1 persen maka jumlah produksi barang dari kayu, rotan,

gabus lainnya Ytdl akan naik sebesar 0,735 persen dengan asumsi

variabel-variabel lain bersifat konstan.

4. Berdasarkan koefisien regresi variabel modal mesin sebesar 0,047 artinya

apabila nilai modal mesin naik 1 persen maka jumlah produksi barang dari kayu,

rotan, gabus lainnya Ytdl akan naik sebesar 0,047 persen dengan asumsi

variabel-variabel lain bersifat konstan.

Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa nilai koefisien yang paling besar

adalah bahan baku (BB), diikuti oleh tenaga kerja (TK), dan modal mesin (M). Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa yang paling berpengaruh terhadap produksi barang

dari kayu, rotan, gabus lainnya Ytdl adalah bahan baku.

4.2.1 Uji Asumsi Klasik dan Pembahasan

Model yang dibuat dalam penelitian ini sebelum digunakan untuk pengujian

hipotesis agar dapat diperoleh estimasi BLUE (Best Linear Unbiased Estimation) maka

perlu dilakukan pengujian asumsi klasik. Pengujian terhadap penyimpangan asumsi

klasik dengan bantuan program SPSS yang dilakukan pada penelitian meliputi :

1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini akan dideteksi dengan dua cara

yaitu melalui analisis grafik dan uji k sample Kolmogorov-Smirnov yang dihasilkan

melalui perhitungan regresi dengan program SPSS. Hasil pengujian dengan

menggunakan analisa grafik hasil pengolahan SPSS dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan

(23)

Gambar 4.1 Histogram Uji Normalitas

Gambar 4.2 Pola Grafik Uji Normalitas

Sumber : Hasil pengolahan

Dilihat dari histogram yang tidak condong ke kanan maupun ke kiri dan normal

(24)

arah garis diagonal, maka dapat diasumsikan bahwa asumsi normalitas telah terpenuhi.

Namun, untuk lebih meyakinkan kebenaran asumsi tersebut maka dilakukan cara kedua

yaitu dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Data hasil pengolahan uji normalitas

Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6 Pengujian Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 38

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .38287387

Most Extreme Differences Absolute .156

Positive .156

Negative -.118

Kolmogorov-Smirnov Z .963

Asymp. Sig. (2-tailed) .312

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber : Hasil pengolahan

Berdasarkan hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov di atas menghasilkan

Signifikansi (2-tailed) sebesar 0,312 yang mana nilai signifikansi tersebut lebih dari

nilai yaitu 0,05 atau bisa dinyatakan dengan , maka dapat diputuskan terima H0 yang berarti asumsi kenormalan terpenuhi. Selain itu, dari hasil output di atas

juga menyatakan test distribution is normal yang berarti sebaran datanya masuk dalam

kategori normal.

2. Uji Non-Multikolinearitas

Setelah dilakukan uji Non-multikolinearitas pada variabel-variabel bebas dengan

pengukuran terhadap Varians Inflation Factor (VIF) hasilnya menunjukkan bahwa

semua variabel bebas pada model yang diajukan bebas dari multikolinearitas. Hal ini

(25)

bahwa persamaan tidak mengandung multikolinearitas, seperti dapat dilihat pada Tabel

4.7

Tabel 4.7

Pengujian Non-Multikolinearitas

Variabel VIF Keputusan

Tenaga kerja 2,747 Bebas multikolinearitas

Bahan baku 3,224 Bebas multikolinearitas

Modal mesin 2,526 Bebas multikolinearitas

Sumber : hasil pengolahan

Dari tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa semua variabel bebas yang diajukan

telah bebas dari masalah multikolinearitas sehingga dapat digunakan dalam penelitian.

3. Uji Non-Autokorelasi

Pengujian terhadap gejala autokorelasi dilakukan dengan Uji Durbin Watson.

Hasil perhitungan menggunakan program SPSS dapat dilihat pada Tabel 4.8 sebagai

berikut :

a. Predictors: (Constant), lnM, lnTK, lnBB

b. Dependent Variable: lnProd

Sumber : hasil pengolahan

Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh angka Durbin Watson sebesar 2,140 dengan

tingkat signifikansi 0,05 dengan jumlah sampel n = 38 variabel bebas k = 3 , maka dapat

ditentukan Durbin Watson tabel yaitu dengan dL sebesar 1,3177 dan dU sebesar 1,6563.

Nilai DW 2,140 lebih besar dari batas atas (dU) 1,3177 dan kurang dari 4- dU yaitu

2,3437 maka keputusan yang diambil adalah terima H0, sehingga dapat disimpulkan

bahwa dalam model penelitian tidak terjadi autokorelasi.

4. Uji Heteroskedastisitas

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada penelitian ini dapat

dilihat pada grafik scatter plot. Dari hasil data olahan terlihat bahwa pada grafik scatter

(26)

beberapa titik yang agak jauh dari angka nol sehingga grafik seolah mengindikasikan

adanya suatu pola menyempit. Sehingga pendeteksian heteroskedastisitas melalui grafik

scatter plot belum bisa dijadikan sebagai dasar acuan terpenuhinya asumsi

homoskedastisitas. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian heteroskedastisitas untuk

mengambil keputusan. Grafik scatter plot dapat dilihat pada Gambar 4.3 sebagai

berikut:

Gambar 4.3 Grafik Scatter Plot Pendeteksian Heteroskedastisitas.

Sumber : Hasil pengolahan

Untuk mengetahui apakah asumsi homoskedastisitas telah terpenuhi, maka

dilakukan suatu uji heteroskedastisitas yang mana dalam penelitian ini uji Park dipilih

untuk menentukan keputusan asumsi tersebut. Hasil pengujian pada Tabel 4.9 berikut :

Tabel 4.9 Pengujian Heteroskedastisitas (Uji Park)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 32.388 3 10.796 2.158 .111a

Residual 170.099 34 5.003

Total 202.487 37

a. Predictors: (Constant), ln_ln_M, ln_ln_TK, ln_ln_BB

b. Dependent Variable: ln_e_kuadrat

(27)

Dari hasil pengolahan uji Park tersebut menghasilkan nilai signifikansi sebesar

0,111 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

sehingga dapat diputuskan terima H0 yang berarti asumsi homoskedastisitas

terpenuhi.

4.2.2 Uji Hipotesis dan Pembahasan

Pengujian hipotesis dilakukan untuk melihat pengaruh secara serempak dan

parsial dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

4.2.2.1 Uji Simultan (Uji F)

Pengaruh variabel bebas (tenaga kerja, bahan baku dan modal mesin) secara

serempak dapat dihitung dengan menggunakan uji F. Hasil pengujian dapat dilihat pada

Tabel 4.10 sebagai berikut :

Tabel 4.10 Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 83.646 3 27.882 174.778 .000a

Residual 5.424 34 .160

Total 89.069 37

a. Predictors: (Constant), lnM, lnTK, lnBB

b. Dependent Variable: lnProd

Sumber : Hasil pengolahan

Dari Tabel 4.10 dapat diperoleh Fhitung sebesar 174,778 dengan tingkat

kepercayaan 95% ( , dari tabel nilai kritis distribusi F dengan derajat kebebasan dan diperoleh Ftabel sebesar 2,882604 karena Fhitung lebih

besar daripada Ftabel maka H0 ditolak dan terima H1 artinya secara bersama-sama

variabel tenaga kerja, bahan baku dan modal mesin berpengaruh signifikan terhadap

produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya Ytdl.

Hasil ini menunjukkan bahwa faktor input produksi yang terdiri dari tenaga

kerja, bahan baku dan modal mesin berpengaruh terhadap produksi barang dai kayu,

rotan, gabus lainnya. Dengan kata lain bahwa tanpa adanya nput produksi akan

(28)

4.2.2.2 Uji Partial (Uji t)

Hasil uji pengaruh variabel tenaga kerja, bahan baku, dan mesin secara parsial

dapat dilihat pada Tabel 4.11 sebagai berikut :

Tabel 4.11 Hasil Uji Partial (Uji t)

Coefficientsa

1. Pengaruh Tenaga KerjaTerhadap Produksi Barang dari Kayu, Rotan, gabus Lainnya Ytdl.

Dari tabel 4.11 terlihat untuk variabel ln X1 (tenaga kerja) diperoleh nilai thitung

sebesar 2,011 dengan tingkat kepercayaan 95% ( dengan derajat kebebasan 34 dari tabel distribusi t student diperoleh ttabel sebesar 2,0322 karena thitung lebih kecil

daripada ttabel maka termasuk dalam daerah terima H0 artinya dengan tingkat

kepercayaan 95% variabel tenaga kerja secara parsial tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya. Namun, lain halnya

dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 90% dalam penelitian ini. Dengan

tingkat kepercayaan sebesar 90% ( diperoleh ttabel sebesar 1,6809. Dalam

keadaan ini, nilai thitung lebih besar dari ttabel dan masuk dalam daerah penolakan maka

dapat diputuskan tolah H0 yang artinya dengan tingkat kepercayaan 90% variabel tenaga

kerja secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap produksi barang dari kayu,

rotan, gabus lainnya.

Kefisien ln X1 sebesar 0,218 sekaligus menunjukkan besarnya elastisitas input

tenaga kerja terhadap produksi barang dari kayu,rotan, gabus lainnya yang artinya jika

(29)

baku dan modal mesin) konstan, maka hanya akan meningkatkan produksi sebesar

0,218 persen.

2. Pengaruh Bahan Baku Terhadap Produksi Barng dari Kayu, Rotan, Gabus Lainnya Ytdl.

Dari Tabel 4.11 terlihat untuk variabel ln X2 (bahan baku) diperoleh nilai thitung

sebesar 10,538 dengan tingkat kepercayaan 95% ( dengan derajat kebebasan 34 dari tabel distribusi t student diperoleh ttabel sebesar 2,0322 karena thitung lebih besar

dari ttabel maka H0 ditolak dan terima H1 artinya dengan tingkat kepercayaan 95%

variabel bahan baku secara parsial mempunya pengarh yang signifikan terhadap

produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya.

Kefisien ln X2 sebesar 0,735 sekaligus menunjukkan besarnya elastisitas input

bahan baku terhadap produksi barang dari kayu,rotan, gabus lainnya yang artinya jika

ada kenaikan bahan baku sebesar 1% dengan mengasumsikan input lain (tenaga kerja

dan modal mesin) konstan, maka hanya akan meningkatkan produksi sebesar 0,735

persen.

3. Pengaruh Modal Mesin Terhadap Produksi Barang dari Kayu, Rotan, gabus Lainnya Ytdl.

Dari tabel 4.11 terlihat untuk variabel ln X3 (modal mesin) diperoleh nilai thitung

sebesar 1,032 dengan tingkat kepercayaan 95% ( dengan derajat kebebasan 34 dari tabel distribusi t student diperoleh ttabel sebesar 2,0322 karena thitung lebih kecil

daripada ttabel maka termasuk dalam daerah terima H0 artinya dengan tingkat

kepercayaan 95% variabel modal mesin secara parsial tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya.

Kefisien ln X3 sebesar 0,047 sekaligus menunjukkan besarnya elastisitas input

modal mesin terhadap produksi barang dari kayu,rotan, gabus lainnya yang artinya jika

ada kenaikan modal mesin sebesar 1% dengan mengasumsikan input lain (tenaga kerja

dan bahan) konstan, maka hanya akan meningkatkan produksi sebesar 0,047 persen.

4.2.2.3 Koefisien Determinasi (R2)

Dari Tabel 4.11 nilai koefisien daterminasi (R2) sebesar 0,939 menunjukkan bahwa sebesar 93,9% variasi tenaga kerja, bahan baku, dan modal mesin mampu

(30)

sisanya sebesar 6,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Dengan kata lain

masih ada beberapa input produksi antara lain bahan penolong (kimia) dan variabel lain

yang dapat menjelaskan variabel produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnnya.

4.2.3 Variabel Dominan

Temuan empiris menunjukkan bahwa bahan baku lebih dominan, hal ini dapat

dilihat dari nilai Unstandardized Coeffisien bahan baku (X2 ) 0,735 dengan nilai

Unstandardized Coeffisien tenaga kerja (X1) 0,218 dan nilai Unstandardized Coeffisien

modal mesin (X3) 0,047. Dengan demikian bahan baku menunjukkan pengaruh yang

lebih besar terhadap upaya peningkatan produksi barang dari kayu, rotan, gabus

lainnnya dibanding tenaga kerja dan modal mesin.

4.3 Skala Usaha (Return to Scale)

Berdasarkan hasil pengolahan maka diperoleh model sebagai berikut :

Atau bila dituliskan dalam bentuk fungsi Cobb-Douglass:

Hasil penelitian membuktikan pengaruh variabel input tenaga kerja, bahan baku

dan modal mesin berpengaruh positif terhadap produksi barang dari kayu, rotan, gabus

lainnya. Secara bersama-sama penggunaan input tenaga kerja, bahan baku dan modal

mesin dalam produksi berada pada kondisi cukup baik sebagaimana ditunjukkan oleh

homogeneity degree sebesar 1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil produksi

barang dari kayu, rotan, gabus lainnya mengalami Constant Return To Scale yang

artinya industri tersebut sudah memproduksi cukup baik namun masih perlu

ditingkatkan lagi. Hal ini ditunjukkan dari:

Hal ini menunjukkan bahwa persentase pertambahan nilai produksi barang dari

kayu, rotan, gabus lainnya sama dengan pertambahan kuantitas faktor produksi tenaga

(31)

Scale, maka nilai produksi dapat ditingkatkan dengan cara menambah input dalam

proporsi yang tetap.

4.4 Average Product

Untuk menghitung produksi rata-rata perusahaan secara keseluruhan maka dapat

didekati dengan menggunakan perbandingan jumlah produksi dengan jumlah tenaga

kerja, bahan baku, dan mesin. Dalam hal ini untuk menghitung jumlah produksi, tenaga

kerja, bahan baku dan mesin digunakan data-data yang tidak mengandung nonrespon

atau outlier.

Rincian Nilai

Jumlah perusahaan 38

Jumlah tenaga kerja 4669

Nilai bahan baku 383708165

Nilai modal mesin 325463416

Nilai produksi 609722012

APTk : Rata-rata produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya untuk setiap tenaga

kerja.

Nilai APTk sebesar menunjukkan bahwa setiap tenaga

kerja rata-rata menghasilkan nilai produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya

senilai .

APBB: Rata-rata produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya untuk bahan baku.

Nilai APBB sebesar menunjukkan bahwa setiap bahan baku

seharga satu ribuan rata-rata menghasilkan nilai produksi barang dari kayu, rotan, gabus

lainnya senilai .

APM : Rata-rata produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya untuk setiap mesin.

(32)

Nilai APM sebesar menunjukkan bahwa setiap mesin yang dinilai

seharga satu ribuan rata-rata menghasilkan nilai produksi barang dari kayu, rotan, gabus

lainnya senilai .

4.5 Marginal Product

Untuk mendapatkan nilai dari produksi marginal dapat dihitung melalui nilai

elastisitas dan nilai produksi rata-rata.

MPTK = Margina Product tenaga kerja

Nilai MPTK sebesar berarti setiap perubahan pertambahan

tenaga kerja akan meningkatkan perubahan pertambahan produksi sebesar

.

MPBB = Margina Product Bahan Baku

Nilai MPBB sebesar berarti setiap perubahan pertambahan bahan

baku akan meningkatkan perubahan pertambahan produksi sebesar

.

MPM = Margina Product Modal Mesin

Nilai MPM sebesar berarti setiap perubahan pertambahan

modal mesin akan meningkatkan perubahan pertambahan produksi sebesar

(33)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat

diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a. Faktor yang berpengaruh terhadap produksi barang dari kayu, rotan dan gabus

adalah tenaga kerja, bahan baku dan modal mesin. Namun di antara ketiga faktor

tersebut, faktor yang berpengaruh secara signifikan atau memiliki pengaruh yang

paling besar terhadap produksi barang dari kayu, rotan dan gabus adalah bahan

baku.

b. Nilai elastisitas produksi (RTS) adalah 1. Ini berarti bahwa secara umum hasil

produksi barang dari kayu, rotan dan gabus dalam industri besar dan sedang

mengalami constant return to scale. Hal ini berarti bahwa penambahan semua

faktor produksi dalam proporsi yang sama akan menghasilkan penambahan nilai

produksi dalam proporsi yang sama dengan proporsi penambahan faktor

produksinya. Sehingga industri ini perlu lebih meningkatkan kualitas dan

kuantitas produksinya agar bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal.

5.2 Saran

Apabila perusahaan yang bergerak di industri barang dari kayu, rotan dan gabus

ingin meningkatkan produksi, maka diperlukan penambahan bahan baku, pengawasan

kualitas bahan baku, peningkatan keterampilan kerja serta penggunaan mesin dengan

teknologi yang tepat guna.

Pemerintah diharapkan dapat memberikan bantuan atau kemudahan untuk

memperoleh bahan baku dengan menerapkan kebijakan yang konsisten, terarah dan

sesuai sehingga kebutuhan bahan baku untuk industri barang dari kayu, rotan dan gabus

dapat terpenuhi dari dalam negeri, sehingga volume impor bahan baku dapat dikurangi

dan akan semakin meringankan beban produsen. Jika produktivitas barang dari kayu,

rotan dan gabus meningkat, peluang ekspor produk ini pun akan semakin terbuka lebar

sehingga daya saing produk barang dari kayu, rotan dan gabus semakin meningkat di

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Pindyck, Robert S. dan Daniel L.Rubinfeld.2009.Microeconomics.Seventh

Edition.United State of America:Pearson Prentice Hall.

Neter, J., Wasserman, W., & Kutner, M.H.1989.Applied Linear Regression Models.

Boston:Irwin.

Ramadhan, Adrian.2009. Analisis Daya Saing Industri Furniture Rotan Indonesia.

Fakultas Ekonomi dan Manajemen.Institut Pertanian Bogor.

Herawati, Efie.2006.Analisis Pengaruh Faktor Produksi Modal, Bahan Baku, Tenaga

Kerja dan Mesin Terhadap Produksi Glycerine pada PT. Flora Sawita

Chemindo Medan.Tesis S2.Magister Ilmu Manajemen Fakultas

Ekonomi.Universitas Sumatera Utara Medan.

Liputan6.com.2013.Manufaktur 2012 Tumbuh 4,12%, 10 Industri Ini Justru Jeblok

[On-Line] Available

http://id.berita.yahoo.com/manufaktur-2012-tumbuh-4-12-10-industri-ini-075742422.html

Bramantyo.2013.Pemasaran Lemah, Industri Mebel Rotan Tersingkir [On-Line]

Available.http://economy.okezone.com/read/2013/02/01/320/755340/pemas

aran-lemah-industri-mebel-rotan-tersingkir

Metrotvnews.com.2013. Zulkifli: Kinerja Industri Kayu Melorot karena Turunnya

Harga di Dunia [On-Line] Available

(35)

LAMPIRAN

Berikut adalah data industri besar sedang dengan kode KBLI 16299 yaitu Industri

barang dari kayu, rotan dan gabus yang tidak diklasifikasikan di tempat lain tahun 2010.

NO SKALA

1 BESAR 2173 423 2596 295642760 22809088 318451848 473554650 305730603

2 BESAR 130 81 211 24252830 166180 24419010 38489997 0

JUMLAH 4176 1973 6149 423717695 45044018 468761713 818498593 313889472

(36)

NO SKALA

JUMLAH 1008 416 1424 58881002 766286 59647288 111125816 11573944

TOTAL 5184 2389 7573 482598697 45810304 528409001 929624409 325463416

Sumber : BPS

Catatan:

 Kolom TK merupakan hasil penjumlahan jumlah tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan di masing-masing industri.

TK = TK (L) + TK (P)

 Kolom BB merupakan hasil penjumlahan data bahan baku lokal dan bahan baku impor yang digunakan pada masing-masing perusahaan.

Gambar

Tabel 4.2 Penggunaan Bahan Baku Pada Industri Kayu, Rotan, Gabus Lainnya Ytdl
Tabel 4.4 Nilai Produksi Pada Industri Kayu, Rotan, Gabus Lainnya Ytdl
Gambar 4.1 Histogram Uji Normalitas
Tabel 4.6 Pengujian Normalitas
+5

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang bahwa pengertian umum tentang hak-hak dan kebebasan-kebebasan tersebut sangat penting untuk pelaksanaan yang sungguh-sungguh dari janji ini, maka, Majelis

mengajukan permohonan perubahan Izin Lingkungan sebagai akibat perubahan fungsi Ekosistem Gambut sesuai dengan Peraturan Menteri ini, dengan pembinaan dan pengawasan

PADA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TEMANGGUNG NO JENIS INFORMASI DESKRIPSI INFORMASI (RINGKASAN ISI INFORMASI) PEJABAT YANG MENGUASAI INFORMASI PENANGGU NG JAWAB

Penelitian pertama yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Yudaningrum (2014) yang berjudul “Keefektifan Strategi POINT dalam Pembelajaran Membaca

Besarnya nilai rentabilitas pada usahatani Jagung Hibrida apabila dibandingkan nilai suku bunga bank yang berlaku saat penelitian yaitu sebesar 3 persen per

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, guna memenuhi

Lalu, di data kedua penulis mencari data yang mencangkup apakah para responden belajar Bahasa Indonesia secara formal, apakah mereka sudah pernah mendengar

Dengan pendekatan ini, komitmen dapat dilihat dari tiga komponen yaitu identifikasi (sikap yang menunjukkan seseorang tahu dan menerima nilai-nilai), keterlibatan (perilaku