• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kelayakan Hutan Pendidikan Wanagam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Studi Kelayakan Hutan Pendidikan Wanagam"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KELAYAKAN HUTAN PENDIDIKAN WANAGAMA I SEBAGAI TEMPAT RESTORASI RUSA JAWA (Cervus timorensis)

Oleh:

Bahtera Ardi 11/313309/KT/06908

INTISARI

Rusa Jawa adalah satwa liar berstatus konservasi vulnerable dan dilindungi. Hal ini dikarenakan populasinya yang semakin menurun karena adanya perburuan dan semakin sempitnya habitat Rusa Jawa. Hal ini dikarenakan populasinya yang semakin menurun menyusul adanya perburuan dan semakin sempitnya habitat Rusa Jawa.Hutan Pendidikan Wanagama I merupakan salah satu bentuk hasil rehabilitasi yang berhasil. Dengan perkembangan keanekaragaman jenis-jenis vegetasi, berpengaruh pada perilaku dan keanekaragaman satwa yang hidup di kawasan tersebut sebagai habitatnya khususnya Rusa Jawa. Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya restorasi sebagai upaya pelestarian Rusa Jawa di Hutan Pendidikan Wanagama I untuk mengembalikan pada kondisi semula dan menghindari dari risiko kepunahan. Untuk mendukung keberhasilan restorasi Rusa Jawa tersebut perlu adanya dukungan dari masyarakat sekitar. Selain faktor sosial masyarakat yang perlu diperhatikan adalah faktor habitat seperti ketersediaan pakan, pelindung, air, dan ruang yang juga dapat menentukkan bertumbuhnnya populasi Rusa Jawa di Hutan Pendidikan Wanagama I.

(2)

berkembang biak, dan lain sebagainya. Hutan Pendidikan Wanagama I yang memiliki luas 600 hektar mampu menyediakan ruang untuk 9 individu Rusa Jawa yang secara keseluruhan membutuhkan home range seluas 66,67 hektar.Masyarakat di sekitar Hutan Pendidikan Wanagama I sebagian besar mendukung program restorasi Rusa Jawa di Hutan Pendidikan Wanagama I. Dari ketiga kategori tersebut maka dapat dikatakan bahwa Hutan Pendidikan Wanagama I layak sebagai tempat restorasi Rusa Jawa.

Kata kunci: Restorasi, kelayakan, Rusa Jawa 1. PENDAHULUAN

Rusa Jawa atau Rusa Timor adalah satwa liar berstatus konservasi vulnerable (rentan) menurut IUCN redlist. Menurut SK Menteri Kehutanan RI No. 301/Kpts-II/1991, Rusa Jawa merupakan salah satu satwa yang dilindungi. Hal ini dikarenakan populasinya yang semakin menurun karena adanya perburuan dan semakin sempitnya habitat Rusa Jawa. Hal ini dikarenakan populasinya yang semakin menurun menyusul adanya perburuan dan semakin sempitnya habitat Rusa Jawa. Menurut Suratini (2004), Rusa Jawa merupakan jenis satwa liar yang banyak diburu di banyak tempat di Indonesia bagian timur. Penurunan populasi rusa ini terjadi selain karena tekanan lingkungan yang berupa perburuan liar juga karena degradasi lingkungan yang mengakibatkan menurunnya daya dukung terhadap keberadaan satwa tersebut (Darmawan dalam Dewi, 2006).

Menurut Djuwantoko (2003), Rusa Jawa memiliki tipe habitat berupa hutan dataran terbuka, padang rumput dan

savana dengan ketinggian hingga 2.600 mdpl. Selain padang rumput, Rusa Jawa juga membutuhkan semak-semak untuk berlindung, pepohonan untuk berteduh, dan ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan minum. Rusa Jawa juga memanfaatkan kawasan dengan kerapatan tumbuhan yang relatif tinggi seperti di sekitaran anak sungai. Ukuran home range rusa berbeda-beda tergantung ketersediaan makanan, penutupan (cover), air dan hal-hal penting lainnya (Alikodra, 1990). Menurut penelitian Semiadi (1998), tingkat konsumsi pakan harian Rusa Jawa adalah sebesar 2,79 kg/hari berat kering (11,6 – 27,9 kg per hari). Oleh karena itu Rusa Jawa memerlukan habitat yang luas dan memilki kecukupan pakan untuk kelangsungan hidupnya.

(3)

tahun 1983. Hutan Pendidikan Wanagama I merupakan salah satu bentuk hasil reboisasi yang berhasil, dimana dahulunya merupakan kawasan bukit gundul berbatu menjadi hutan yang heterogen. Dengan perkembangan keanekaragaman jenis-jenis vegetasi, berpengaruh pada perilaku dan keanekaragaman satwa yang hidup di kawasan tersebut sebagai habitatnya (Soesono dan Setyo dalam Suratini, 2004).

Lokasi keberadaan Rusa Jawa berdekatan dengan lahan pertanian masyarakat sehingga upaya pelestarian Rusa Jawa tersebut dirasa merugikan sebagian masyarakat karena Rusa Jawa merusak tanaman pertanian milik masyarakat (Suratini, 2004).Keadaan masyarakat yang menganggap keberadaan Rusa Jawa tersebut merugikan menjadi faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan restorasi di Hutan Pendidikan Wanagama I. Rusa Jawa adalah satwa yang dilindungi kareana populasinya semakin menurun. Untuk mendukung keberhasilan restorasi Rusa Jawa tersebut perlu adanya dukungan dari masyarakat sekitar. Selain faktor sosial masyarakat yang perlu diperhatikan adalah faktor habitat seperti ketersediaan pakan, pelindung, air, dan ruang yang juga dapat menentukkan bertumbuhnnya populasi Rusa Jawa di Hutan Pendidikan Wanagama I.Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui daya

dukung Hutan Pendidikan Wanagama I sebagai kawasan restorasi Rusa Jawa, serta sebagai bahan pertimbangan bagi pihak pengelola menyusun rencana dan strategi konservasi Rusa Jawa di Hutan Pendidikan Wanagama I.

2. TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan Hutan Pendidikan Wanagama I sebagai tempat restorasi Rusa Jawa yang ditinjau dari aspek populasi, habitat, dan sosial (persepsi) masyarakat. 3. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Hutan Pendidikan Wanagama I Gunung kidul. Secara geografis, Hutan Pendidikan Wanagama I terletak antara 110º30’38” dan 110º33’3” Bujur Timur dan antara 7º53’25” dan 7º54’52” Lintang Selatan. Untuk pengambilan data estimasi populasi Rusa Jawa, habitat Rusa Jawa, dan faecal analysisdilaksanakan tanggal 15 Desember 2013. Sedangkan pengambilan data persepsi masyarakat dilaksanakan tanggal 29 Desember 2013.

3.2. Bahan dan Alat Penelitian

(4)

Pendidikan Wanagama I, GPS, protractor, kamera, clinometer, termohygrometer, roll meter, tali tampar, jam tangan, tallysheet dan alat tulis, density board, tabung okuler, Kuisioner, serta Software R Statistic.

3.3. Metode Pengambilan Data 3.3.1. Estimasi Populasi Rusa Jawa

Untuk Estimasi populasi Rusa Jawa, pembuatan plot sampel(Pellet Count) minimal sebanyak 3 plot denganukuran 20 m x 100 m (Gambar 1.). Penetuantempat plot dilakukan secara

purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan subyek yang dipilih karena beberapa karakteristik. Dalam hal ini pellet count diletakkan dengan asumsi mewakili semua kawasan dan memiliki tanda-tanda kehadiran Rusa Jawa (kotoran).Kotoran yang terdapat didalam plot dihitung jumlah onggokannya. Setelah selesai dihitung, plot dibersihkan darikotoran.Setelah 2 minggu, dihitung lagi jumlah kotoran baru yang terdapat di dalam plot.

Gambar1.Pellet Count

3.3.2. Habitat Rusa Jawa Produktivitas Pakan Rusa Jawa

Metode pengambilan data produktivitas pakan dilakukan dengan membuat 5 petak ukur permanen (PUP) berukuran 1m x 1m untuk pengambilan data produktivitas rumput dan 2m x2m untuk produktivitas tumbuhan bawah. Penempatan tersebar mewakili kondisi petak.Data yang diambil adalah jenis tumbuhan/individu rumput dan tumbuhanbawah. Jenis dipisahkan dan dihitung per jenis. Rumput dan tumbuhan bawah dalam PUP dipanen dan dibiarkan selama kurang lebih dua minggu untuk

diketahui pertumbuhan (produktivitasnya). Setelah dipanen, dilakukan penimbangan tiap spesies untuk memperoleh berat basahnya. Kemudian dioven sampai diperoleh berat kering konstan dan ditimbang untuk memperoleh berat keringnya. Berat kering inilah yang digunakan untuk menghitung INP dari tiap jenis yang ada.

Produksi biomasa diperoleh dari hasil pemanenan kembali setelah 2 minggu pada PUP yang sama. Kemudian ditimbang beratnya untuk mendapatkan beratbasahnya dan hasil panenan dioven

(5)

keringnya.Produktivitas rumput dan tumbuhan bawah dilakukan dengan perhitungan matematis.

Jenis Pakan Rusa Jawa

Kotoran rusa yang didapatkan di lapangan dapat dianalisis dengan serangkaian percobaan kimiawi untuk menentukan kandungan epidermis dari tumbuhan yang menjadi pakannya (faecal analysis).

Cover

Data cover yang diambil adalah penutupan vertikal dan horizontal vegetasi yang menggunakan metode protocol plot dengan bantuan alat tabung okuler dan density board.Shurb density diperoleh dari protocol plot dengan mencatat tumbuhan dengan dbh = 3cm. Suhu, kelembaban, kelerengan, dan jarak dari sumber air merupakan faktor lingkungan fisik yang digunakan untuk komponen cover (pelindung) yang diambil di dalam protocol plot. Pengambilan data kelas vegetasi dilakukan untuk mengetahui kelas vegetasi (struktur) habitat Rusa Jawa. Kelas vegetasi adalah kelas tumbuhan dari kelas S s.d. H dengan kriteria diameter tertentu. S = ( 3 ≤ dbh < 8 cm); A = ( 8 ≤ dbh < 15 cm); B = ( 15 ≤ dbh < 23 cm); C = ( 23 ≤ dbh < 38 cm); D = ( 38 ≤ dbh < 53 cm);E = ( 53 ≤ dbh < 69 cm); F = (69 ≤ dbh < 84 cm); G = ( 84 ≤ dbh < 102 cm);

H = ( 102 ≤ dbh < seterusnya) (Noon, 1981).

Air

Penentuan jumlah air kebutuhan Rusa Jawa ditinjau dari sumber air yang ada di Hutan Pendidikan Wanagama I.

Ruang

Ruang yang digunakan oleh Rusa Jawa di Hutan Pendidikan Wanagama I merupakan hasil dari luas Hutan Wanagama I dibagi dengan estimasi populasi Rusa Jawa yang diperoleh dari hasil analisis.

3.3.3. Sosial Masyarakat

Untuk mengetahui persepsi masyarakat sekitar terhadap keberadaan rusa di Hutan Pendidikan Wanagama I diperoleh dengan melakukan wawancara terstruktur kepada masyarakat yang dijumpai di sekitar Hutan Pendidikan Wanagama I. Data ini kemudian dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan persepsi masyarakat terhadap keberadaan Rusa Jawa di Hutan Pendidikan Wanagama I. 3.4. Analisis Data

3.4.1. Estimasi Populasi Rusa Jawa

P=

t

A

.

d

.

.

p

a

Keterangan :

a = luas seluruh plot sampel A = luas wilayah pengamatan

t =waktu yang digunakan untuk pengamatan

(6)

p = jumlah onggokan baru yang ada (Alikodra, 1990) diketahui dengan rumus: INP = Wa / Wt x 100%

Keterangan:

Wa: Berat kering pemanenan setiap jenis tumbuhan bawah

Wt: Berat kering pemanenan semua jenis tumbuhan bawah.

Produksi biomassa rumput dan semak (Alikodra, 1990) dihitung dengan rumus :

Keterangan:

P:Produksi biomassa di suatukawasan L:Luas seluruh kawasan

p:Produksi biomassa seluruh plot sampel l :Luas seluruh plot sampel

Produktivitas rumput dan tumbuhan bawah dihitung dengan rumus:

Produksi biomassa seluruh kawasan (rata – rata tiap PUP)

Interval waktu pengamatan (14 hari) Jenis Pakan

Preparat kotoran dan tumbuhan yang telah dibuat dianalisis dengan mencocokkan preparat kotoran yang berisi potongan epidermis dengan preparat epidermis kotoran. Epidermis tumbuhan yang dikenali berada pada preparat kotoran

dicatat jenisnya kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasilnya akan diketahui jenis pakan yang dimakan Rusa Jawa.

Cover (Pelindung)

Penutupan HorizontalVegetasi = Jumlah kotak tertutup

120 x100%

Penutupan tajuk atau tumbuhan bawah = Jumlah penutupan

20 x 100%

Analisis shrub density menggunakan analisis kerapatan vegetasi semak. Kerapatan semak diperoleh dari jumlah semak per satuan luas (Heddy, 2012). Data yang diambil adalah jumlah dan jenis semak atau tumbuhan bawah yang hanya memiliki dbh 3 cm.

Air

Analisis data jarak sumber air

menggunakan hasil pengamatan air di Hutan Pendidikan Wangama I.

Ruang Ruang =

3.4.3. Sosial Masyarakat

(7)

jumlah masyarakat yang mendukung dan tidak mendukung tentang adanya kegiatan restorasi Rusa Jawa.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Estimasi Populasi Rusa Jawa

Tabel 1. Tabel Onggokan Kotoran Rusa Jawa di Berbagai Petak

Petak Onggokan

5 1

6 6

7 1

13 0

14 1

16 0

18 2

Total 11

Rusa Jawa memiliki sifat selektif terhadap pemilihan habitat, dari ke tujuh petak yang digunakan sebagai penelitian yakni petak 5,6,7,13,14,16, dan 18 hanya petak 14 dan 13 yang tidak dijumpai adanya kotoran rusa. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh estimasi populasi rusa di Hutan Pendidikan Wanagama I

sebesar 8,6342 yang kemudian dibulatkan menjadi 9 individu Rusa Jawa.Pada hal terjadi penurunan populasi Rusa Jawa karena pada penelitian sebelumnya pada tahun 2011 dan 2012, Rusa Jawa mempunyai estimasim populasi sebanyak 21 ekor dan 19 ekor. Jadi Rusa Jawa di Hutan Pendidikan Wanagama I mengalami penurunan populasi tiap tahunnya. Menurut keterangan dari hasil wawancara warga bahwa penurunan populasi Rusa Jawa tersebut dikarenan kebanyak Rusa Jawa telah berpindah ke tempat lain contohnya di Paliyan Gunungkidul. Tetapi dari jumlah individu tersebut, maka daya dukung khususnya ruang dan pakan akan mencukupi sebab ketersediaan ruang serta pakan yang ada dapat mengakomodir kebutuhan rusa-rusa tersebut. Dengan demikian, Hutan Wanagama I layak dijadikan sebagai tempat merestorasi Rusa Jawa jika ditinjau dari aspek populasi Rusa Jawa yang ada.

(8)

Berat Kering Panen 2 187.55

Luas seluruh PUP (Ha) 0.0144

Luas Wanagama (Ha) 600

Produksi Biomassa Seluruh Kawasan (kg/Ha) 7814.5833

Produksi Biomassa Seluruh Kawasan (ton/Ha) 7.8146

Produktivitas Rumput dan Tumbuhan Bawah (kg/Ha/hari) 558.1845 Produktivitas Rumput dan Tumbuhan Bawah (kg/Ha/hari) 203.7374 Produktivitas Pakan

Tabel 2.Produktivitas rumput dan tumbuhan bawah di Hutan Pendidikan Wanagama I

Ketersediaan pakan dapat diperoleh dari perhitungan produktivitas pakan. Pada pengambilan tanaman, diperoleh 47 jenis tanaman. Data tersebut kemudian dihitung produktivitas pakannya. Dari 47 jenis tanaman tersebut, yang memiliki nilai INP paling besar adalah alang-alang dengan nilai INP sebesar 16,4417%. Kemudian, dari luas total kawasan Wanagama I sebesar 600 Ha dan luas total seluruh PUP sebesar 0,0144 Ha, dilakukan perhitungan produksi biomassa seluruh kawasan dan diperoleh hasil sebesar 7814,5833 kg/Ha

atau sebesar 7,8146 ton/Ha. Dari nilai tersebut, maka dapat diperoleh angka produktivitas pakan yaitu sebesar 558,1845 kg/Ha/hari atau sebesar 203,743 ton/Ha/tahun. Sedangkan kebutuhan pakan rusa per hari menurut Semiadi (1998) adalah 11,6-27,9 kg per hari. Dengan estimasi populasi 9 individu, maka kebutuhan pakan per hari Rusa adalah 104,4-251,1 kg. Dari hasil tersebut maka ketersediaan pakan di Hutan Pendidikan Wanagama I sudah mencukupi.

Jenis Pakan Rusa Jawa

Tabel 3. Jenis pakan rusa jawa di tiap petak Hutan Pendidikan Wanagama I

Petak 5

Grinting

Petak 14

Kolonjono

Rumput Z5

Kriting Skop Mirip Jambu

Peatk 6

Teki

Petak 16

Jarong

Kolonjono

Alang-alang Putihan

(9)

Petak 7 Gamal Petak18

Teki Rambatan Kangkung-kangkungan Turi

Petak 13

Grinting Kerinyu Kriting Skop X13

Selanjutnya, dilakukan faecal analysis untuk mengetahui jenis tanaman yang merupakan pakan Rusa Jawa di Hutan Pendidikan Wanagama I. Berdasarkan hasil analisis kotoran Rusa Jawa yang ditemukan, didapatkan 16 jenis rumput dan tumbuhan bawah. Hal ini menunjukkan bahwa jenis rumput dan

tumbuhan bawah tersebut adalah jenis-jenis yang dijadikan pakan Rusa Jawa di Hutan Pendidikan Wanagama I. Dari ketersediaan jumlah dan jenis pakan Rusa Jawa yang ada, Hutan Pendidikan Wanagama I layak dijadikan lokasi restorasi Rusa Jawa.

Cover (Pelindung)

Tabel 4. Data penutupan vertikal, penutupan horizontal, dan shrub density(kerapatan semak) yang diperoleh

Dilihat dari faktor fisik, Hutan Pendidikan Wanagama I memiliki rentang suhu 20o-38o dan rata-rata sebesar 28,96o. Sedangkan kelembaban rentangnya adalah 36%-90% dan rata-ratanya adalah 66,32%.

Dengan demikian, Rusa Jawa dapat hidup di Hutan Pendidikan Wanagama I karena menurut Drajat (2002) Rusa Jawa dapat hidup hingga ketinggian 2600 mdpl yang notabene memiliki suhu dan kelembaban Terendah Tertinggi Rata-rata

Penutupan Tajuk 0 100 63.25

Penutupan Tumbuhan Bawah 0 100 65.05

Penutupan Rumput 0 100 58.19

Penutupan Belukar 0 100 47.99

Penutupan Tiang 0 100 19.89

Penutupan Pohon 0 100 19.89

(10)

lebih ekstrim dibandingkan dengan Hutan Pendidikan Wanagama I. Untuk faktor kerapatan semak dan penutupan, dapat dilihat pada tabel 5.4. Menurut Djuwantoko (2003), rusa memanfaatkan kawasan dengan kerapatan tumbuhan yang relatif tinggi. Rata-rata kerapatan semak yang didapatkan adalah 68152.03 individu/ hektar. Angka tersebut termasuk tinggi sehingga Hutan Pendidikan Wanagama I akan menjadi tempat yang baik untuk rusa. Rusa Jawa memiliki tipe habitat berupa hutan dataran terbuka, padang rumput, dan savana dengan ketinggian hingga 2600 mdpl (Drajat, 2002). Nilai penutupan tajuk

dan tumbuhan bawah terendah yang didapatkan adalah 0. Hal tersebut akan memenuhi kebutuhan rusa akan tempat terbuka. Selain itu, rata-rata penutupan tajuk dan tumbuhan bawah yang didapatkan lebih dari 60%. Angka tersebut dapat dikatakan relatif tinggi karena penutupan yang ada berarti lebih dari setengah luas area yang ada atau lebih dari 50% sehingga bisa dikatakan mendukung berbagai aktivitas rusa yang memanfaatkan penutupan tajuk dan tumbuhan bawah seperti berteduh, bersembunyi, dan lain sebagainya.

Tabel 5. Data Kelas Vegetasi

Rusa Jawa lebih dipengaruhi struktur vegetasi dibandingkan komposisi vegetasi.Oleh karena itu adanya kelas-kelas vegetasi dapat digunakan sebagai pelindung terhadap keberadaan Rusa Jawa. Rusa juga membutuhkan semak-semak

untuk berlindung, pepohonan untuk berteduh (Drajat, 2002). Jika dilihat dari Tabel 5. maka sudah terdapat kelas-kelas vegetasi di Hutan Wanagama I. Pada tabel tersebut, kelas yang memiliki jumlah terbanyak adalah kelas S. Struktur vegetasi

Petak S A B C D E F G H

5 36 36 23 27 10 3 0 0 0

6 53 35 16 3 0 1 0 0 0

7 34 23 11 3 1 0 0 0 0

13 28 31 24 6 0 0 0 0 0

14 20 25 12 16 2 0 0 0 1

16 48 25 7 13 3 7 0 3 1

18 30 25 24 3 0 0 0 0 0

(11)

habitat Rusa Jawa didominasi pada tumbuhan berkelas S (3≤dbh≤8cm) (Noon, 1981). Umumnya vegetasi tersebut merupakan jenis-jenis tumbuhan bawah atau tumbuhan yang dapat dijadikan pakan Rusa Jawa. Karena faktor fisik lingkungan dan faktor vegetasi yang mendukung, Wanagama I terdapat beberapa sumber air yang mendukung kehidupan satwa liar yaitu rusa Jawa. Hal ini dikarenakan Hutan Wanagama I dilewati Sungai Oyo dan beberapa sumber air besar serta anak sungai. Rusa jawa tersebut banyak ditemukan di sekitar sumber-sumber air di kawasan wanagama I. Terlebih lagi karena adanya Sungai Oyo yang dapat mendukung kebutuhan air Rusa Jawa baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Karena banyaknya sumber-sumber air yang tersedia disana, maka dapat dikatakan Hutan Wanagama layak sebagai tempat restorasi Rusa Jawa berdasarkan ukuran tubuh Rusa Jawa itu sendiri yang tidak terlalu besar serta kebiasaan Rusa jawa yang hidup secara mengelompok. Jika dikonversi dengan Luasan Wanagama I sebesar 599,99 hektar, maka total individu Rusa jawa yang dapat ditampung adalah 100 ekor. Sedangkan data yang di dapat yaitu terdapat 9 ekor rusa sehingga kurang lebih home range 9 ekor Rusa Jawa tersebut adalah 66,67 hektar. Jatah kebutuhan home range Rusa Jawa ditinjau populasinya sebanyak 9 individu maka masing – masing individu akan mendapat jatah home range sebesar 74,8 hektar per individu. Hal tersebut membuktikan bahwa Hutan Pendidikan Wanagama I layak sebagai tempat restorasi Rusa Jawa jika ditinjau dari ketersediaan ruang.

4.3. Sosial Masyarakat

(12)

sebagian besar responden menyatakan tidak akan melakukan apa-apa atau membiarkan saja. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase jawaban sebesar 87%. Ada beberapa variasi alasan mengenai jawaban tersebut, namun sebagian besar menyatakan bahwa mereka membiarkan saja karena percuma jika dikejar sebab rusa jawa sangat sulit didekati dan memiliki gerakan yang cepat. Ada juga yang beralasan bahwa rusa tidak memberi kerugian apa-apa bagi mereka sehingga dibiarkan saja. Selain itu, sebanyak 3% responden akan menangkap rusa jawa tersebut jika mereka menjumpainya karena mereka merasa dirugikan oleh keberadaan rusa tersebut yang biasanya merusak tanaman pertanian mereka. Sedangkan 10% responden menjawab dengan jawaban lain seperti memburu, diusir, dsb.

Keberadaan Rusa Jawa di Wanagama yang berdekatan dengan wilayah lain tentunya akan menimbulkan pertanyaan apakah rusa jawa tersebut pernah keluar dari Wanagama atau tidak. Dari wawancara yang dilakukan, sebanyak 18% responden mengaku pernah melihat rusa keluar dari kawasan Wanagama. Ada yang menyatakan pernah melihat rusa di hutan rakyat, di pemukiman, di jalan pedesaan, bahkan masuk ke dalam rumah. Sedangkan 82% lainnya menyatakan tidak pernah melihat rusa keluar dari area Wanagama. Kemudian ketika ditanyai

mengenai apa yang akan dilakukan jika melihat rusa keluar dari Wanagama, sebanyak 85% responden menjawab hanya membiarkan saja dengan alasan yang sama yaitu rusa jawa sangat sulit didekati dan memiliki gerakan yang cepat sehingga yang paling mungkin dilakukan hanya mengusirnya. Selain itu, sebanyak 10% responden menjawab akan mengembalikan kembali rusa tersebut ke Wanagama, 3%

responden menjawab akan

mengkonsumsinya, dan sisanya yaitu 2% responden berpendapat untuk dipelihara.

(13)

pertanian meningkatkan kemungkinan terjadinya perusakan tanaman oleh rusa jawa tersebut. Sebanyak 88% responden menyatakan hanya akan membiarkan saja jika hal tersebut terjadi. Alasan utama mereka adalah karena tidak memungkinkan untuk menangkap rusa tersebut sebab sulit didekati dan memiliki gerakan yang cepat. Sebanyak 6% responden mencoba menangkap rusa karena tidak terima tanamannya dirusak dan sebanyak 6% responden memilih melaporkan kerusakan yang dilakukan oleh rusa kepada pihak pengelola.

Meskipun banyak yang mengetahui keberadaan rusa di Wanagama, namun banyak responden yang merasa belum tahu apa manfaatnya. Terlihat dari persentase responden sebesar 49% yang tidak mengetahui apa manfaat keberadaan rusa di Wanagama. Meskipun demikian, 49% responden lainnya berpendapat bahwa rusa-rusa tersebut dapat dijadikan sebagai sarana wisata dan pendidikan. Mereka menilai bahwa akan lebih baik jika bisa melihat rusa secara langsung dan di alam bebas daripada harus ke kebun binatang. Sedangkan 2% sisanya menyatakan manfaat rusa di wilayah Wanagama adalah untuk dikonsumsi.

Rusa merupakan hewan yang bisa dijadikan target berburu. Alasan berburu rusa bermacam-macam, antara lain adalah

(14)

akan dibiarkan saja. Kemudian, sebanyak 25% responden akan mencoba menegur pemburu yang dating, 12% responden menyatakan akan melaporkan tindakan pemburu pada pihak pengelola, dan 1% menyatakan akan ikut berburu.

Cukup banyak responden yang tidak mengetahui bahwa rusa jawa di Wanagama adalah hewan yang dilindungi. Sebanyak 32% responden menyatakan tidak mengetahui hal tersebut. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai rusa jawa yang dimiliki oleh warga. Sedangkan 68% responden lainnya mengaku tahu bahwa rusa di Wanagama merupakan hewan yang dilindungi.

Keberadaan Rusa Jawa harus dilestarikan. Pihak-pihak tertentu harus berperan dan ikut serta dalam pelestarian rusa jawa. Menurut 9% responden, pemerintahlah yang berkewajiban mengelola rusa. Sedangkan 32% responden berpendapat bahwa pengelola merupakan pihak yang seharusnya melestarikan rusa. Kemudian 39% berpendapat bahwa semua pihak harus ikut serta dalam pelestarian Rusa Jawa. Sementara 20% sisanya tidak mengetahui persis siapa yang harusnya melestarikan Rusa Jawa.

Ketika restorasi tersebut berjalan lancar dan sukses, populasi rusa jawa di Wanagama tentunya akan semakin

meningkat. Sebanyak 76% responden memilih untuk membiarkan rusa berkembang di hutan Wanagama dengan berbagai alasan seperti untuk kepentingan wisata, agar anak cucunya mengetahui wujud rusa tanpa harus pergi ke kebun binatang, dan lain sebagainya. Sedangkan yang memilih untuk diburu atau diternakkan masing-masing sebesar 12%.

Cukup banyak responden yang tidak mengetahui bahwa Rusa Jawa di Wanagama adalah hewan yang dilindungi. Sebanyak 32% responden menyatakan tidak mengetahui hal tersebut. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai rusa jawa yang dimiliki oleh warga. Sedangkan 68% responden lainnya mengaku tahu bahwa rusa di Wanagama merupakan hewan yang dilindungi.

(15)

Ketika restorasi tersebut berjalan lancar dan sukses, populasi rusa jawa di Wanagama tentunya akan semakin meningkat. Sebanyak 76% responden memilih untuk membiarkan rusa berkembang di hutan Wanagama dengan berbagai alasan seperti untuk kepentingan wisata, agar anak cucunya mengetahui wujud rusa tanpa harus pergi ke kebun binatang, dan lain sebagainya. Sedangkan yang memilih untuk diburu atau diternakkan masing-masing sebesar 12%.

Keberadaan kelompok masyarakat yang menangani masalah rusa dapat membantu menjadi penengah ketika terjadi konflik antara masyarakat dengan keberadaan rusa serta dapat membantu dalam pelestarian rusa. Sebanyak 65% responden setuju dengan pembuatan kelompok tersebut, 24% responden tidak setuju, dan sebanyak 11% lainnya menyatakan belum tahu apakah akan setuju atau tidak mengenai pembuatan kelompok masyarakat tersebut. Selanjutnya, partisipasi masyarakat dalam bekerjasama mengelola rusa juga diperlukan. 59% responden bersedia berpartisipasi untuk bekerjasama. Misalnya dengan menjaga kelestarian

lingkungan, mengawasi perburuan, tidak memburu rusa, dan lain sebagainya. 31% responden menyatakan tidak bersedia dengan berbagai alasan. Salah satunya karena mereka sudah terlalu sibuk untuk mengurus pekerjaan mereka masing-masing sehingga tidak begitu mempedulikan Rusa Jawa di Wanagama. Sedangkan 10% sisanya belum tahu akan ikut bekerjasama dalam pengelolaan Rusa Jawa di Wanagama atau tidak

Dari 12 pertanyaan yang dipilih dan efektif sebagai pertanyaan yang mengarah pada dukungan masyarakat terhadap kegiayan restorasi Rusa Jawa, akan diperoleh jawaban dari responden yang kemudian akan diklasifikasikan sebagai mendukung dan tidak mendukung. Jika responden yang memilih jawaban yang mendukung kegiatan restorasi Rusa Jawa lebih dari 50%, maka akan diklasifikasikan sebagai mendukung. Sebaliknya, jika responden yang memilih jawaban tersebut kurang dari 50%, maka akan diklasifikasikan sebagai tidak mendukung. Hasil klasifikasi akan ditampilkan dalam bentuk tabel pada Tabel 6. dan dalam bentuk diagram pie pada Gambar 2.

(16)

Jawaban masyarakat yang dihasilkan kemudian dianalisis dengan melihat seberapa besar (dominan) dukungan masyarakat terhadap kegiatan restorasi. Jika jawaban mengarah pada dukungan terhadap kegiatan restorasi maka diberikan poin 1 dan 0 untuk jawaban yang tidak mendukung adanya restorasi. Sebaliknya jika jawaban lebih mengarah pada tidak mendukungnya kegiatan restorasi maka poin 1 diberikan pada jawaban yang tidak mendukung dan 0 poin untuk jawaban yang mendukung adanya kegiatan restorasi. Dari keduabelas

pertanyaan yang dikumpulkan, didapatkan hasil sebanyak 10 poin untuk jawaban yang mendukung adanya restorasi Rusa Jawa dan 2 poin untuk jawaban yang tidak mendukung adanya restorasi Rusa Jawa di Hutan Pendidikan Wanagama I. Apabila dipersentasekan ada 87% jawaban mendukung restorasi Rusa Jawa dan 17% jawaban yang tidak mendukung Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa dari aspek sosial kegiatan restorasi Rusa Jawa di Hutan Pendidikan Wanagama I telah mendapat dukungan.

(17)

4.4. Kelayakan Hutan Pendidikan Wanagama I Sebagai Tempat Restorasi Rusa Jawa

Kelayakan restorasi Rusa Jawa dapat diketahui dari tiga aspek yaitu populasi, habitat, dan sosial. Estimasi populasi Rusa Jawa yang dilakukan menghasilkan hasil yang layak jika dibandingkan dengan habitatnya. Faktor habitat yang ada, baik dari ketersediaan pakan, cover, air, dan ketersediaan ruang, dapat mencukupi kebutuhan Rusa Jawa yang ada di Hutan Pendidikan Wanagama I. Sedangkan dari aspek sosial, berdasarkan wawancara yang dilakukan, sebagian besar masyarakat mendukung adanya kegiatan restorasi Rusa Jawa. Maka dari itu berdasarkan ketiga aspek kelayakan restorasi tersebut, hutan Wanagama I dapat dikatakan layak sebagai kawasan restorasi Rusa Jawa. Namun demikian, masih diperlukan tindakan-tindakan untuk melancarkan kegiatan restorasi Rusa Jawa dan menjamin keberhasilan restorasi tersebut, khususnya untuk aspek sosial.

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

1. Hutan Pendidikan Wanagama I layak dijadikan sebagai lokasi kegiatan restorasi Rusa Jawa jika ditinjau dari aspek:

a. Populasi: Estimasi populasi Rusa Jawa di Hutan Pendidikan

Wanagama I sebanyak 9 Rusa Jawa sebesar 104,4-251,1 kg/hari.

 Air: terdapat Sungai Oyo yang menyediakan kebutuhan air Rusa Jawa sepanjang tahun.

 Pelindung (cover): Hutan Pendidikan Wanagama I mampu menyediakan pelindung bagi Rusa Jawa baik untuk berteduh, berlindung, bersembunyi, berkembang biak, dan lain sebagainya.

 Ruang: Hutan Pendidikan Wanagama I yang memiliki luas 600 hektar mampu menyediakan ruang untuk 9 individu Rusa Jawa yang secara keseluruhan membutuhkan home range seluas 54 hektar.

(18)

1. Disarankan untuk pengelola untuk melakukan monitoring terhadap kondisi populasi Rusa Jawa, komponen habitat Rusa Jawa, dan aspek sosial masyarakat terkait Rusa Jawa di kawasan Hutan Wanagama I.

2. Disarankan untuk menyediakan habitat yang optimal bagi Rusa Jawa, pengelola perlu menyediakan kawasan tertentu dengan luasan yang memadai bagi populasi Rusa Jawa.

3. Diperlukan kegiatan sosialisasi mengenai program restorasi Rusa Jawa agar masyarakat mengetahui pentingnya program restorasi, meningkatkan tingkat kesadaran masyarakat terhadap upaya pelestarian Rusa Jawa di Hutan Pendidikan Wanagama I, dan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam membantu dan mendukung program restorasi.

4. Untuk mengatasi permasalahan dengan warga sekitar yang lahannya dirusak oleh rusa saat musim kemarau, perlu dilakukan pengaturan distribusi air dengan pembuatan instalasi saluran dan penampungan air di untuk mendukung ketersediaan pakan Rusa Jawa di dalam kawasan, sehingga Rusa Jawa tidak perlu mencari pakan di luar kawasan, khususnya di lahan pertanian atau perkebunan warga. Apabila tetap dirasa merugikan maka diperlukan kegiatan kolaboratif masyarakat untuk memecahkan masalah dan mendapatkan soslusinya.

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H. S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Pusat Antar

Departemen Kehutanan, Direkur Jenderal Bina Produksi Kehutanan, Direktorat Bina Pengembangan Hutan Alam. 2008. Kumpulan Peraturan Perizinan Pemanfatan Hutan Alam Produksi. Jakarta : Departemen Kehutanan. Dewi. 2006. Studi Tingkat Kerusakan oleh

Rusa Jawa (Cervus timorensis) di Sekitar Petak 5 Hutan Wanagama I Kabupaten Gunungkidul. Skripsi. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM). Yogyakarta. (Tidak dipublikasikan).

Djuwantoko dan S. Hardiwinoto.1983. Studi Peranan Vegetasi Sebagai Habitat Satwa Burung diWanagama I. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.

(19)

Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Dradjat, A. S. 2002. Satwa Harapan (Rusa Indonesia). Mataram University Press. Mataram.

Gilles, R. H. Jr. 1978. Wildlife Management. San Fransisico: W. H. Freeman and Company.

Heddy, S. 2012. Metode Analisis Vegetasi dan Komunitas. Rajawali Press. Jakarta.

Indrawan, M., B. Richard, Primarck.,dan J. Supriatna. 2007. Biologi Konservasi. Yayasan Obor . Jakarta.

Jordan, W.R., III. 2003. The Sunflower Forest: Ecological Restoration and the New Communion with Nature. The Tenggara. Skripsi. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. (Tidak dipublikasikan).

Lavieren, L. P. 1992. Wildlife Management in the Tropics: with Special Emphasis on South East Asia. A Guide Book for the Warden Part I. School of Environment Conservation Management (A.T.A 190). Bogor. Nugroho, A. D. 1992. Studi Ekologi

Makan Rusa Jawa (Cervus timorensis russa Mul. And Schl. 1844) pada

Musim Kemarau di Taman Nasional Baluran. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. (Tidak dipublikasikan).

Noon, B. R. 1981. Techniques for sampling avian habitats, Page 42 – 52 in: Capen, D.E., editor. The use of multivariate statistics in studies of wildlife habitat. General Technical Report RM-87, USDA, Forest Service, Rocky Mountain Forest and Range Esperiment Station, Fort Collins, CO, USA.

Purnomo, D. W. 2003. Studi Jenis pakan dan Tingkat Kesukaannya pada Rusa Jawa (Cervus timorensis Mull.& Schl.)di Wanagama I Gunung Kidul. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. (Tidak dipublikasikan).

Rakhmat, J. 1998. Psikologi Komunikasi Cetakan ke-11. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Semiadi, G. 2002. Perkembangan dan Status Populasi Rusa di Alam dan Penangkaran Menuju Status Pemanfaatan. Makalah dalam Seminar dan Lokalatih Rusa 19-21 Desember 2002. BKSDA. Yogyakarta, Fak. Biologi, UAJY, FKT UGM, Lembaga Studi dan Konservasi Hidupan Liar. Subeno dan Purnomo. 2008. Seleksi

(20)

Mempengaruhinya di Kawasan Hutan Wanagama I dan Sekitarnya. Laporan Penelitian. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM). Yogyakarta.

Supraptomo, H. 2006. Home Range dan Kelimpahan Rusa Jawa (Cervus timorensis) di Wanagama I Gunung Kidul. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta. (Tidak dipublikasikan). Supriyadi. 2009. Petunjuk Praktikum

Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.

Suratini. 2006. Persepsi Masyarakat Sekitar Hutan terhadap Keberadaan

Rusa Jawa (Cervus timorensis russa, Mull & Schl) di Hutan Wanagama I. Skripsi. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM). Yogyakarta. (Tidak dipublikasikan). Wahyu, T. 2006. Karakteristik Habitat

dan Komposisi Vegetasi Pelindung Rusa Jawa(Cervus Timorensis) di Wanagama I Kab. Gunung Kidul. Skripsi. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta. (Tidak dipublikasikan). Wing, L. W. 1951.Practice of Wildlife

Gambar

Tabel 1. Tabel Onggokan Kotoran Rusa
Tabel 3. Jenis pakan rusa jawa di tiap petak Hutan Pendidikan Wanagama I
Tabel 4. Data penutupan vertikal, penutupan horizontal, dan shrub density(kerapatan semak)
Tabel 5. maka sudah terdapat kelas-kelas

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan ketiga guru kelas, kepala sekolah dapat dilihat sudah melaksanakan supervisi dalam pelaksanaan program kerja guru di MTsN 2 Banda

Pengaruh penggunaan media power point terhadap hasil belajar siswa Untuk melihat bagaimana pengaruh penggunaan media power point. terhadap hasil belajar dengan

Penulis menggunakan warna sebagai alat penciptaan kreasi bentuk pada keseluruhannya karya, dan kuas dengan berbagai ukuran sebagai alat untuk menyapukan warna pada

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) juga berhak mendapatkan hak mereka, disamping pendidikan yang membantu perkembangan jasmani mereka yakni pedidikan pada raga, mereka juga

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

Penegakan s Penegakan sanksi anksi pidana pidana pada pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan pada pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tahun