• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III 2014  - 1. Reproduksi Sel dan Pewarisan Gen.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB III 2014  - 1. Reproduksi Sel dan Pewarisan Gen."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

REPRODUKSI SEL dan PEWARISAN GEN

REPRODUKSI SEL

Sel yang membelah disebut sel induk, dan hasil pembelahannya disebut sel

anak. Sel induk memindahkan salinan informasi genetiknya (DNA) ke sel anak.

Untuk menyampaikan informasi genetik tersebut sel induk harus melipatgandakan

informasi genetik yang dimilikinya (DNA) melalui replikasi (duplikasi) sebelum

melaksanakan pembelahan atau reproduksi sel.

Sel merupakan unit terkecil tempat berlangsungnya proses metabolisme

dan reproduksi. Kedua proses ini dikendalikan oleh bahan genetik, yaitu DNA

yang menyusun keseluruhan gen. Bahan genetic akan mengendalikan

pembentukan enzim yang menjalankan metabolisme,dan mampu bereplikasi

memperbanyak diri dalam proses reproduksi. Dari jenis selnya makhluk selular

dibagi menjadi prokariot dan eukariot. Pada sel eukariot terdapat pembagian

ruang menjadi inti dan sitoplasma; pada inti terdapat bahan genetik (kromosom),

sedangkan pada sitoplasma terdapat organel-organel tempat berlangsungnya

proses metabolisme. Sel prokariot tidak terdapat pembagian sel menjadi inti dan

sitoplasma sehingga material genetik dapat langsung kontak dengan organel.

Tubuh virus tidak memenuhi syarat untuk disebut sel, hanya terdiri dari bahan

genetik yang dibungkus mantel. Oleh karena itu, virus tidak dapat melakukan

metabolisme, kecuali kalau berada di dalam sel inang.

Bakteri bereproduksi melalui pembelahan biner, satu sel membelah

menjadi dua, yang dimulai dengan replikasi kromosom bersamaan dengan

pembesaran sel yang diikuti dengan pembelahan sel. Virus akan bereproduksi di

dalam sel inang melalui dua siklus, siklus litik dan siklus lisogenik. Pada siklus

litik virus setelah menginfeksi inang langsung akan menggandakan bahan

genetiknya yang kemudian disusul dengan pembentukan virus-virus utuh. Pada

siklus lisogenik bahan genetik virus akan berintegrtasi dengan kromosom inang,

dan ikut bereproduksi bersamaan reproduksi sel inang. Siklus reproduksi sel

eukariot mempunyai tahapan G1/ S/ G2/M. Pada tahapan S dilakukan replikasi

kromosom dan pada tahapan M terjadi pembelahan sel, yaitu melalui proses

mitosis atau proses meiosis. Proses mitosis berlangsung terutama pada

(2)

sama. Pada mitosis setiap kromosom akan membentuk kromatid bersaudara, yang

selanjutnya kedua kromatid tersebut akan berpisah menjadi dua kromosom, yang

kemudian masing-masing akan bermigrasi ke dua kutub yang berbeda dan

akhirnya menjadi dua sel yang berbeda. Pada meiosis selain masing-masing

kromosom membentuk dua kromatid juga terjadi perpasangan kromosom

homolog. Pada meiosis I akan terjadi pemisahan kromosom homolog, kemudian

pada meiosis II terjadi pemisahan kromatid bersaudara. Pada akhir meiosis akan

terbentuk empat sel dengan jumlah kromosom separuh dari kromosom tetua, dan

antarsel terdapat perbedaan genetik.

Kita mengenal tiga jenis reproduski sel, yaitu Amitosis, Mitosis dan

Meiosis (pembelahan reduksi). Sel terus berkembang dan berkembang biak ,

sel-sel baru menggantikan sel-sel-sel-sel tua yang mati. Reproduksi dimulai dari inti yaitu

mengalami replikasi (duplikasi) DNA dalam kromosom. Kemudian pembelahan

dua pasang DNA antara dua inti yang membelah. Yang terakhir adalah

pembelahan sel membentuk dua anak sel baru ( proses mitosis ). Mitosis adalah

pembelahan sel nukleus setelah terjadinya duplikasi kromosom. Setiap sel anak

mengadakan seperangkat lengkap kromosom yang identik dengan sel induknya (

Diploid=2n ). Jadi mitosis merupakan cara untuk transfer informasi tanpa

mengalami perubahan atau pengurangan dari sel induk ke sel anaknya. Semua

macam reproduksi aseksual dilakukan secara mitosis. Mitosis dapat dijumpai atau

dilihat pada sel-sel embrionik baik pada hewan maupun tumbuhan, namun ada

individu yang cara pembelahannya sederhana yakni pada amoeba yang di kenal

dengan amitosis.

Amitosis ( a = tidak , mitos= benang ) adalah proses pembelahan sel secara

langsung dan sederhana, didahului dengan pembelahan inti tanpa pembentukan

benang-benang kumparan ( kromosom ). Sel membelah diri secara langsung tanpa

melalui tahap-tahap pembelahan sel. Pembelahan cara ini banyak dijumpai pada

(3)

Gambar : Pembelahan amitosis pada amoeba

Apabila gen telah mengadakan duplikasi dan tiap kromosom dinamakan

kromatid. Proses mitosis pertama terjadi dalam sitoplasma, terjadi selama bagian

akhir interfase ( periode antara dua mitosis ) pada stuktur kecil yang disebut

dengan sentriole, yang selama interfase tidak aktif sampai sebelum mitosis

berlangsung. Ini disebabkan oleh protein mikrotubulus yang tumbuh antara

masing-masing pasang yang sebenarnya mendorong mereka saling menjauhi.

Pada saat yang sama mikrotubulus tumbuh secara radial menjauhi setiap

pasangan. Sebagian protein mengadakan penetrasi ke inti, sekumpulan

mikrotubulus yang menghubungkan ke dua pasang sentriole dinamakan spindel,

dan seluruh kumpulan mikrotubulus ditambah dua pasangan sentriole dinamakan

aparatus mitosis.

MITOSIS adalah cara reproduksi sel dimana sel membelah melalui tahap-tahap

yang teratur, yaitu Profase-Metafase-Anafase-Telofase. Antara tahap telofase ke

tahap profase berikutnya terdapat masa istirahat sel yang dinarnakan Interfase

(tahap ini tidak termasuk tahap pembelahan sel). Pada tahap interfase, inti sel

melakukan sintesis bahan-bahan inti.

Secara garis besar ciri dari setiap tahap pembelahan pada mitosis adalah sebagai

(4)

Tingkat-tingkat pembelahan sel :

™ Profase ( A, B, C ). Spindel sedang terbentuk , zat krolmatid inti yang

panjang memendek mejadi kromosom nyata.

™ Promentase ( D ). Pada tingkat pertama selubung inti melarut

mikrotubulus dari apparatus mitosis yang terbetuk melekat pada

kromosom. Pelekatan selalu terjadi pada tempat yang sama pada tiap

kromosom, pada bagian kecil yang disebut sentromer.

™ Metafase ( E ) . Pasangan sentriole terdorong saling menjauhi perlekatan

mikrotubulus ke pusat sel, berbaris pada bidang ekuator spindel mitosis.

™ Anafase ( F ).Dengan masih bertumbuhnya spindel, tiap pasang kromosom

saling berpisahan. Mikrotubulus yang menghubungkan satu pasang

sentriole menarik satu kromatid dan mikrotubulus yang menghubungkan

pasangan sentriole lainnya menaeik kromatid ke arah yang berlawanan.

™ Telofase ( G & H ). Spindel mitosis terus tumbuh lebih panjang, menarik

dua kumpulan kromosom anak terpisah sama sekali. Kemudian apparatus

mitosis melarut dan membetuk membram inti baru disekitar tiap kumpulan

kromosom. Membran ini mungkin terbetuk dari bagian-bagian retikulum

endoplasma yang telah tersedia dalam sitoplasma. Setelah itu sel

membetuk batas pada dua garis tengah antara ke dua inti :

ƒ .Reproduksi sel dimulai pada inti : adanya duplikasi DNA (

Deoksiribosa Nukleid acaid ) dalam kromosom.

ƒ Kemudian pembelelahan dua pasang DNA : antara dua inti

yang membelah menjadi 2 sel.

(5)

Ada pun tahapan-tahapan mitosis :

Fase-fase Aktivitas yang terjadi

1. Profase ( merupakan fase terpanjang )

2. Metafase ( kurang 30 menit ).

¾ Nukleus menghilang, membram inti melebur.

¾ Kromosom timbul menjadi pilihan ( heliks ). Untaian tersebut lebih pendek dan lebih tebal sehingga tampak lebih nyata. Membram nukleus mulai menghilang.

¾ Kromosom membetuk duplikat. Duplikatnya saling melekat pada daerah khusus yang di sebut dengan sentromer atau kinektor.

¾ Masing-masing untaian di sebut Kromatid.

¾ Munculnya gelendong yang terjadi dari sebaris mirotubula yang meluas di antara kutub sel.

¾ Sentromer mulai terikat pada sekelompok mikrotubula berpindah ke suatu titik ditengah-tengah antar kutub.

¾ Semua sentromer terletak pada suatu bidang ekuator.

3. Anafase ( fase terpendek < 4 menit ; mudah di kenali ).

¾ Kromosom dan duplikatnya saling berpisah.

¾ Masing-masing bergerak ke kutub yang berlawanan.

4 Telofase ¾ Merupakan kebalikan dari profase.

¾ Kromosom mulai membuka gulungannya.

¾ Nukleus mulai muncul kembali.

¾ Membram nukleus mulai muncul kembali.

¾ Struktur yang disebut lempengan sel muncul di ekuator.

¾ Dinding sel disetiap lempengan sel disekresikan.

¾ Pembelahan sel selesai.

(6)

(7)

MEIOSIS (Pembelahan Reduksi) adalah reproduksi sel melalui tahap-tahap

pembelahan seperti pada mitosis, tetapi dalam prosesnya terjadi pengurangan

(reduksi) jumlah kromosom. Meiosis terbagi menjadi dua tahap besar yaitu

Meiosis I dan Meiosis II. Baik meiosis I maupun meiosis II terbagi lagi menjadi

tahap-tahap seperti pada mitosis. Secara lengkap pembagian tahap pada

pembelahan reduksi adalah sebagai berikut:

Berbeda dengan pembelahan mitosis, pada pembelahan meiosis antara telofase I

dengan profase II tidak terdapat fase istirahat (interface). Setelah selesai telofase

II dan akan dilanjutkan ke profase I barulah terdapat fase istirahat atau interface.

Gambar : Pembelahan Meiosis

PERBEDAAN ANTARA MITOSIS DENGAN MEIOSIS

Aspek yang dibedakan Mitosis Meiosis

Tujuan Untuk pertumbuhan Sifat mempertahan-kan diploid

(8)

Pada hewan dikenal adanya peristiwa meiosis dalam pembentukan gamet,

yaitu Oogenesis dan Spermatogenesis. Sedangkan pada tumbuhan dikenal

Makrosporogenesis (Megasporogenesis) dan Mikrosporogenesis.

Pada makhluk hidup uniseluler (bersel satu) populasinya dapat

bertambah dalam waktu yang sangat singkat disebabkan juga karena

masing-masing sel terus-menerus membelah. Tapi pembelahan sel yang tidak terkendali

justru membawa suatu dampak yang merugikan makhluk hidup, seperti

munculnya penyakit kanker. Demikian halnya jika pembelahan sel terlalu lambat,

maka pertumbuhan dari makhluk hidup tersebut menjadi lambat sehingga

terbentuk orang-orang kerdil (orang kate)

(9)

Daur Hidup dan Penentuan Jenis Seks

Daur hidup eukariot dapat dipenuhi dengan reproduksi vegetatif (siklus

aseksual) atau reproduksi generatif (siklus seksual). Pada reproduksi vegetatif

tidak dilibatkan proses pembentukan gamet dan perkawinan, sedangkan pada

reproduksi generatif terdapat proses pembentukan gamet dan perkawinan. Adanya

pembentukan gamet dan perkawinan menyebabkan adanya fase haploid dan fase

diploid dalam siklus hidup. Makhluk yang sebagian besar dari siklus hidupnya

berada pada fase haploid disebut haplobion, sedangkan yang fase diploidnya yang

lebih panjang disebut diplobion. Cendawan merupakan makhluk haplobion,

sedangkan tumbuhan dan hewan merupakan diplobion. Khamir merupakan

cendawan uniselular, dapat berkembang secara aseksual maupun seksual. Dua sel

dengan tipe perjodohan yang berbeda dapat melakukan perkawinan membentuk

sel diploid, selanjutnya bermeiosis membentuk sel haploid yang selanjutnya dapat

berkembang menjadi cendawan baru. Sel diploid juga dapat bertahan,

berkembang secara vegetatif menghasilkan cendawan diploid. Neurospora crassa

merupakan cendawan multiselular, mempunyai siklus seksual dan siklus aseksual.

Pada siklus aseksual konidium akan berkecambah membentuk hifa, yang

kemudian dapat berkembang menghasilkan konidium. Konidium ini juga dapat

digunakan sebagai sarana untuk perkawinan. Konidium apabila jatuh ke dalam

askogonium dengan tipe perjodohan yang berbeda akan berkembang menjadi sel

induk spora diploid. Melalui proses meiosis akan dihasilkan spora yang tersusun

dan askus.

Askospora ini akan berkecambah menjadi individu baru. Tumbuhan dan

hewan merupakan eukaroit multiselular diplobion. Tumbuhan dewasa diploid

akan menghasilkan bunga yang mengandung anter dan putik.Pada anter terdapat

sel induk mikrospora yang melalui proses meiosis akan menghasilkan polen

haploid. Sedangkan pada putik terdapat sel induk megaspora, yang melalui proses

meiosis akan dihasilkan sel telur haploid. Melalui proses perkawinan akan terjadi

penggabungan inti polen dengan sel telur, menghasilkan zigot diploid. Zigot ini

akan berkembang menjadi biji, yang selanjutnya akan berkembang menjadi

(10)

keistimewaan bahwa sebagian terbesar hewan ada pemisahan seks menjadi

individu jantan dan individu betina. Jenis seks organisme diatur dengan berbagai

sistem. Pada bakteri jenis seks diatur dengan adanya plasmid F, yang

membedakan bakteri menjadi F+ dan F-. Adanya pembedaan tersebut

memungkinkan suatu bakteri melakukan konjugasi, setara dengan

perkawinan.Pada cendawan dan tumbuhan jenis seks ditentukan oleh satu atau

beberapa lokus (gen). Perbedaan alel pada lokus-lokus tersebut menyebabkan

organisme menjadi jantan atau betina. Pada hewan jenis seks ditentukan oleh jenis

kromosom seks. Komposisi kromosom seks tertentu menentukan jenis seks

betina, sedangkan komposisi yang lain menjadi jantan. Pada lebah jenis seks

ditentukan oleh perbedaan tingkat ploidi. Jantan berasal dari telur yang tidak

dibuahi (haploid), dan betina berasal dari telur yang dibuahi (diploid). Pada ikan

dan cacing laut tertentu jenis seks ditentukan oleh lingkungan, seperti hormon

yang dikeluarkan induknya.

HUKUM PEWARISAN MENURUT MENDEL

Hukum Segregasi

Sifat organisme dikendalikan oleh gen yang dapat diwariskan dari satu generasi

ke generasi berikutnya. Setiap sifat dikendalikan oleh sepasang alel yang terdapat

pada satu lokus dari suatu kromosom. Antara dua alel pada satu lokus mungkin

mempunyai hubungan dominan-resesif atau kodominan. Pada persilangan antara

dua tetua homozigot yang berbeda akan diperoleh F1 yang bersifat heterozigot.

Dalam kasus alel dominan-resesif, fenotipe F1 akan sama dengan fenotipe tetua

dominan, tetapi dalam kasus alel kodominan genotipe F1 yang berbeda dari kedua

genotipe tetuanya akan menghasilkan fenotipe yang berbeda pula. Persilangan

sendiri antar F1 akan menghasilkan generasi F2. Pada percobaan monohibrid atau

persilangan dengan pembeda satu sifat atau satu lokus, akan diperoleh nisbah

genotipe AA : Aa : aa sama dengan 1:2:1, bila F1nya bergenotipe Aa atau

tetua-tetua awalnya AA dan aa. Dalam kasus alel dominan-resesif dari nisbah genotipe

tersebut akan dihasilkan nisbah fenotipe 3:1 untuk dominan (A-) : resesif (aa),

(11)

mewakili fenotipe tetua-1 (homozigot), F1 (heterozigot), tetua-2 (homozigot)

dengan nisbah sama dengan nisbah genotipe. Dari data F2 monohibrid, Mendel

menyusun Hukum Segregasi yang bermakna bahwa pasangan alel yang

bergabung melalui perkawinan akan bersegregasi dengan bebas dalam proses

pembentukan gamet. Kebebasan ini ditunjukkan oleh nisbah yang sama antara

gamet F1 beralel A dengan yang beralel a atau 1/2 A dan 1/2 a sehingga melalui

proses penggabungan gamet secara acak dalam pembentukan populasi F2 akan

diperoleh genotipe AA, Aa, dan aa dengan perbandingan AA, 1/2Aa, dan 1/4 aa.

Hukum Perpaduan Bebas

Berdasarkan data F2 dihibrid, Mendel menyusun Hukum Perpaduan Bebas yang

berisi bahwa segregasi alel-alel pada suatu lokus, bebas dari pengaruh segregasi

alel-alel lokus lainnya. Dari F1 bergenotipe AaBb dalam proses pembentukan

gamet alel A dapat bebas berpadu dengan B atau b, juga a bebas memilih B atau

b. Akibat perpaduan bebas ini maka setiap jenis gamet yang terbentuk, yaitu AB,

Ab, aB, dan ab akan mempunyai frekuensi yang sama. Dalam kasus dihibrid akan

mempunyai frekuensi masing-masing 0,25. Akibat perpaduan bebas dari alel-alel

dalam pembentukan gamet, dan penggabungan bebas gametgamet dalam

perkawinan maka dalam kasus alel dominan-resesif, F2 akan mempunyai fenotipe

dengan perbandingan 9:3:3:1. Untuk membuktikan Hukum Perpaduan Bebas

dilakukan uji silang dihibrid dengan menyilangkan F1 terhadap tetua resesif.

Terbukti kebenaran Hukum ini dengan munculnya turunan uji silang dengan

perbandingan 1:1:1:1 untuk fenotipe yang menggambarkan gamet AB, Ab, aB,

dan ab. Kebenaran Hukum Mendel diperkuat oleh hasil pengamatan kromosom

yang memperlihatkan kesetaraan Hukum Mendel dengan perilaku kromosom

dalam proses meiosis. Kesetaraan tersebut terlihat sebagai berikut: kesetaraan

perpasangan alel dengan perpasangan kromosom homolog, kesetaraan segregasi

sepasang alel dengan perpisahan pasangan kromosom homolog menuju kutub

yang berbeda, dan kesetaraan antara perpaduan bebas alel-alel dengan kebebasan

berbagai kromosom dalam memilih kutub yang dituju dalam meiosis.

(12)

Dengan kemajuan penemuan genetika terlihat adanya berbagai fenomena yang

menyimpang dari kaidah Mendel. Penyebab pertama dari penyimpangan tersebut

karena adanya interaksi alel-alel antarlokus dalam ekspresi pembentukan fenotipe.

Interaksi seperti ini secara umum disebut epistasis, yang terbagi atas interaksi

komplementasi, modifikasi dan duplikasi. Penyebab kedua adalah terjadinya

pautan antarlokus atau segregasi alel-alel suatu lokus yang dipengaruhi oleh

segregasi pada lokus yang lain pada kromosom yang sama. Dan yang terakhir

disebabkan oleh gen yang bersangkutan terletak pada organel di luar inti

(ekstrakromosom). Migrasi organel pada waktu pembelahan sel berbeda dengan

proses migrasi kromosom pada saat meiosis sehingga pewarisannya tidak

mengikuti kaidah Mendel.

PEMETAAN KROMOSOM

Peta Genetika Ekuariot Diploid

Penentuan posisi gen pada kromosom dilakukan dengan melihat pada kromosom

mana gen-gen tersebut terletak, dan bagaimana jaraknya satu dengan yang lain.

Pengelompokan gen pada kromosom dilihat dengan keterpautan antara satu lokus

dengan yang lainnya. Bila dua lokus berpautan maka disimpulkan bahwa kedua

lokus tersebut terletak pada satu kromosom. Bila lokus tersebut bersegregasi

bebas kemungkinan lokus-lokus tersebut terpisah pada kromosom yang berbeda.

Pada satu kromosom jarak antara satu lokus dengan lokus yang lainnya diukur

dengan menghitung persentase rekombinasi, yaitu banyaknya gamet tipe

rekombinan dibandingkan dengan total gamet. Bila rekombinan bernilai lebih

besar atau sama dengan 0.5 maka kedua lokus dinyatakan bebas, dan lebih kecil

dari 0.5 maka dinyatakan berpautan. Semakin besar jarak antara dua lokus maka

akan semakin besar frekuensi pindah silang dan akan semakin meningkatkan

persentase gamet rekombinan.

Pemetaan Genetik Eukariot Haploid

Cendawan merupakan makhluk haplobion sehingga analisis genetic dapat

langsung dilakukan terhadap spora hasil meiosis. Spora yang terdapat dalam askus

(13)

askus ada yang teratur (disebut tetrad teratur) dan ada pula yang tidak teratur

(tetrad tidak teratur). Pada cendawan dengan tetrad teratur, susunan spora pada

askus dapat menggambarkan proses meiosis yang terjadi. Apabila tidak terjadi

pindah silang akan dihasilkan askus tipe DP, dan akan muncul tipe T bila terjadi

pindah silang. Dalam kasus analisis untuk dua lokus akan muncul tipe DR yang

merupakan hasil pindah silang dua pasang kromatid atau akibat perpaduan bebas.

Jarak satu lokus terhadap sentromernya dihitung dengan rumus r = (0.5T/Total)

100%; dan jarak antara dua lokus dihitung dengan rumus r = {(DR + 0.5T)/Total}

100%. Dalam kasus cendawan dengan tetrad tidak teratur jarak antarlokus

dihitung dari persentase spora rekombinan terhadap total spora. Jarak dihitung

berdasarkan persamaan r = (n-spora rekombinan/ Total spora) 100%.

Peta Sitologis

Peta sitologi merupakan peta fisik berdasarkan pengamatan pada kromosom di

bawah mikroskop. Untuk memperoleh gambar kromosom dilakukan pengambilan

sampel dari jaringan dengan sel yang sedang aktif membelah. Gambar kromosom

diperoleh dari pengamatan kromosom saat metafase, kemudian kromosom

tersebut diatur berdasarkan tipenya. Gambar seperti ini disebut kariotipe. Dalam

analisis akan dihitung jumlah kromosom tiap sel, kemudian dari masing-masing

kromosom dipelajari morfologinya, seperti letak sentromer, keberadaan satelit,

dan pita kromatin. Pita-pita menunjukkan kondensasi DNA, yang dapat diartikan

sebagai posisi gen. Hubungan pita dengan gen dipelajari dengan melihat

keberadaan atau kehilangan pita (delesi) dengan Untuk memperdalam pemahaman

Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut ! kehilangan sifat

tertentu dari organisme. Keparalelan antara peta sitologi dengan peta genetik

dilakukan dengan membandingkan urutan-urutan gen yang dihasilkan oleh kedua

pita tersebut.

STRUKTUR DAN REPLIKASI BAHAN GENETIK

Melalui kejadian transformasi genetik pada bakteri telah dibuktikan bahwa DNA

merupakan unsur genetik atau penentu sifat makhluk hidup. DNA merupakan

(14)

sedangkan nukleotida itu sendiri disusun oleh tiga komponen, yaitu gula

(deoksiribonukleotida), fosfat, dan basa. Ada empat jenis basa pada DNA, yaitu

Sitosin, Guanin, Adenin, dan Timin. Di samping DNA ada asam nukleat lain,

yaitu RNA yang dibedakan dari DNA oleh gula dan basanya. Pada RNA terdapat

Ribosa sebagai pengganti Deoksiribosa, dan Urasil sebagai pengganti Timin pada

DNA. Nukleotida yang satu dirangkaikan dengan nukleotida lain oleh ikatan 3′ –

5′ fosfodiester membentuk suatu rantai polinukleotida. Dalam satu molekul DNA

terdapat dua utas polinukleotida yang diikat oleh ikatan hidrogen yang terbentuk

antara basa-basanya. Perpasangan A-T diikat oleh dua ikatan hidrogen dan

perpasangan G-C oleh tiga ikatan hidrogen. Pasangan kedua utasan tersebut

berpilin membentuk heliks ganda; pada satu pilinan terdapat 10 pasang basa

dengan jarak antar nukleotida sebesar 3.4 A0 atau satu pilinan mempunyai

panjang sekitar 34 A0.

Pilinan heliks ganda mempunyai garis tengah 20 A0. Struktur heliks ganda

dengan gula fosfat yang terletak di bagian luar heliks dan basa di bagian dalam

heliks, menjamin kestabilan struktur DNA. Kestabilan ini meliputi, pertama

ketahanan DNA terhadap kerusakan akibat keadaan lingkungannya, dan yang

kedua kestabilan genetik yang berhubungan dengan ketepatan dalam proses

replikasi. Struktur heliks-ganda memungkinkan adanya replikasi semikonservatif

(15)

di dalam sel DNA berasosiasi dengan protein, seperti histon pada eukariot.

Besarnya DNA yang menyusun genom beragam dari satu organisme ke organisme

lain. Genom virus berkisar dari 3 103 sampai 105 pasang basa, bakteri dari 5 105

sampai 107 pasang basa, eukariot dari 107 sampai 1011 pasang basa. Genom

bakteri terdiri dari kromosom dan plasmid; dan sebagian besar bakteri mempunyai

satu kromosom. Genom eukariot terdiri dari gen inti yang disusun oleh sejumlah

kromosom, dan gen sitoplasma yang terdapat dalam bentuk DNA mitokondria dan

DNA kloroplas.

Replikasi DNA

Replikasi DNA mengikuti pola semikonservatif yang melibatkan sejumlah enzim

dan protein di dalamnya. Heliks ganda akan diudar menjadi utas tunggal dengan

bantuan helikase, girase, dan protein SSB. Utas tunggal yang terbentuk akan

membentuk percabangan replikasi dan akan digunakan sebagai utas model

cetakan. Karena pertumbuhan sintesis DNA berjalan dengan arah 5-3 maka pada

utas leading (berujung 3′OH) sintesis akan bergerak dari ujung ke arah pangkal

percabangan replikasi. Sebaliknya pada utas lagging (berujung 5′P), sintesis

berjalan dari pangkal ke ujung percabangan. Sintesis ini berjalan secara bertahap

dalam bentuk fragmen Okazaki. Polimerase DNA mempunyai tingkat ketepatan

yang tinggi karena dilengkapi dengan perangkat baca ulang. Dengan situs

eksonuklease 3-5 nukleotida yang salah akan dibuang dan diganti dengan yang

seharusnya. Dalam replikasi kromosomnya, bakteri menggunakan replikasi model

q yang dimulai dari satu titik Ori, yaitu Ori-C. Replikasi kromosom eukariot

dimulai dari banyak titik Ori, dan berjalan dwiarah. Virus menggunakan cara

(16)

EKSPRESI GEN

Transkripsi: Informasi dari Gen ke RNA

Gen diekspresikan melalui peranan dalam pengendalian sifat-sifat organisme.

Peran ini dijalankan melalui pengendalian proses pembentukan protein dan

enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi kimia pada berbagai tahapan

metabolisme. Gen diekspresikan melalui dua tahapan, yaitu transkripsi dan

translasi. Transkripsi adalah penyalinan informasi dari gen ke dalam molekul

RNA, yang dalam pelaksanaannya adalah berupa penyusunan basa-basa pada

rantai RNA dengan menggunakan runtunan basa DNA gen sebagai modelnya.

Translasi adalah penterjemahan informasi berupa runtunan basa RNA menjadi

rangkaian asam-amino pada protein. Dalam transkripsi terdapat dua perangkat,

yaitu ruas DNA yang menjadi model dan enzim transkriptase yang mengkatalisis

proses sintesis RNA. Ruas DNA yang dijadikan model juga disebut ruas penyandi

ialah ruas yang dibatasi oleh promotor dan terminator. Promotor ialah segmen

DNA yang berfungsi sebagai tanda bagi enzim transkriptase untuk mengawali

proses transkripsi atau penyalinan basa DNA menjadi basa RNA. Terminator

ialah segmen DNA yang menjadi tanda untuk berakhirnya proses transkripsi.

Panjang ruas antara promoter dan terminator (ruas penyandi) akan sama dengan

panjang RNA yang dihasilkan. Terdapat empat jenis RNA hasil transkripsi, yaitu

mRNA, tRNA, rRNA, dan snRNA. Tiga RNA selain snRNA berperanan dalam

(17)

menyusun runtunan asam-amino rantai polipeptida atau protein. tRNA berperan

sebagai pengangkut asam-amino dan penterjemah rangkaian kodon-kodon yang

terdapat pada mRNA menjadi rangkaian asam-amino. rRNA berfungsi sebagai

rangka ribosom dan mengenali tRNA dan mRNA.

Protein dan Sandi Genetik

Protein merupakan makromolekul dengan asam-amino sebagai molekul dasarnya.

Semua asam-amino mempunyai rumus bangun molekul yang sama, kecuali

prolin, terdiri dari gugus R, Ca, gugus – NH2, dan gugus -COOH. Perbedaan satu

asam-amino dengan yang lainnya terletak pada gugus R-nya. Dikenal 20 jenis

asam-amino yang terlibat pada tahap translasi. Asam-amino dirangkaikan satu

dengan yang lain membentuk rantai polipeptida, yang berbentuk liniear. Struktur

polipeptida yang linear merupakan struktur primer protein, yang kemudian akan

berkembang menjadi struktur sekunder berkat terbentuknya ikatan hidrogen antara

asam-amino pada jarak tertentu. Terdapat dua jenis struktur sekunder yaitu

heliks-a dheliks-an lembheliks-arheliks-an-b. Pheliks-adheliks-a theliks-ahheliks-ap heliks-akhir heliks-akheliks-an terjheliks-adi lheliks-agi pelipheliks-atheliks-an dheliks-ari struktur

(18)

struktur tersier sudah terdapat situs-situs fungsional protein. Untuk protein

monomer (disusun oleh satu polipeptida) struktur tersier merupakan bentuk akhir

protein yang menentukan fungsinya, sedangkan pada protein oligomer (disusun

beberapa polipeptida) bentuk akhirnya adalah struktur kuartener, yang merupakan

gabungan dari struktur tersier. Struktur akhir protein menentukan fungsinya,

perubahan struktur dapat menyebabkan protein kehilangan fungsinya.

Berdasarkan fungsinya protein terbagi menjadi enzim (berperan sebagai

katalisator), protein cadangan, protein sistem pengangkut, protein sistem

kekebalan, hormon, dan protein struktur. Hubungan antara protein dengan gen

diatur melalui sandi genetik, yaitu suatu aturan yang menghubungkan antara suatu

kodon pada mRNA dengan asam-amino pada polipeptida. Satu kodon akan

menyandikan satu jenis asam-amino, sehingga dengan begitu satu gen akan

menyandikan satu jenis polipeptida. Perubahan pada kodon akan menyebabkan

terjadinya perubahan pada protein.

Translasi: RNA menjadi Protein

Translasi adalah proses penterjemahan informasi genetik berupa rangkaian kodon

mRNA menjadi rangkaian asam-amino polipeptida. Ada tiga unsur yang terlibat

proses translasi tersebut, yaitu mRNA, tRNA, dan rRNA. Unsur pertama, mRNA

berperan sebagai model untuk menyusun runtunan asam-amino polipeptida. Pada

mRNA terdapat ruas penyandi, yaitu bagian yang dibatasi oleh kodon awal dan

kodon akhir yang akan menjadi model untuk penyusunan protein. Unsur kedua,

tRNA berperan menterjemahkan kodon-kodon mRNA menjadi asamamino

polipeptida dan mengangkut asam-amino ke kompleks translasi. Kemampuan

menterjemahkan dipunyai tRNA berkat adanya simpul antikodon, sedangkan

kemampuan sebagai pengangkut karena ada ujung penerima asam-amino sehingga

tRNA dapat berasosiasi dengan asam amino membentuk aminoasil-tRNA.

Ribosom berperan sebagai tempat pertemuan mRNA dengan tRNA serta

penterjemahan kodon serta reaksi perangkaian asam-amino. Pada ribosom

terdapat berbagai situs yang berfungsi untuk mendukung peran di atas; situs

tersebut ialah situs mRNA, situs P dan situs A untuk tRNA, serta situs

(19)

perpanjangan polipeptida, dan proses akhir. Inisiasi dimulai dengan subunit

ribosom kecil mengenali mRNA berkat kemampuan rRNA16S berpasangan

dengan ruas Shine Dalgarno di hulu kodon awal, selanjutnya tRNA inisiator akan

menempel pada kodon awal yang terdapat pada mRNA, terakhir subunit ribosom

besar akan bergabung menghasilkan ribosom sempurna.

Setelah insisasi pada ribosom akan menempel mRNA dan

aminoasil-tRNA-inisiator pada situs P yang juga tepat pada posisi kodon awal, kemudian ke situs A

akan menempel satu aminoasil-tRNA yang cocok dengan kodon yang terdapat

pada situs tersebut. Setelah ada dua tRNA pada ribosom akan terjadi reaksi

transpeptidasi yang memindahkan asam-amino dari situs P merangkai dengan

asam amino pada situs A, membentuk aminoasil-tRNA dan terjadi penambahan

satu asam-amino pada rantai polipeptida. Selanjutnya terjadi pergeseran ribosom

satu kodon ke arah hilir mRNA yang menyebabkan peptidiltRNA dari situs A

pindah ke situs P dan situs A kosong dan siap menerima aminoasil-tRNA

berikutnya. Proses akan terus berulang sampai ribosom menemukan kodon akhir.

Ketika ribosom mencapai kodon akhir tidak akan ada aminoasiltRNA yang masuk

ke situs A dan muncul protein FR yang akan memisahkan ribosom, tRNA, mRNA

dan polipeptida. Subunit ribosom kecil akan terpisah dari subunit besar, mRNA

akan terurai menjadi nukleotida bebas, dan polipeptida siap masuk ke proses

berikutnya untuk membentuk protein yang berfungsi. Untuk dapat mencapai

struktur akhir protein yang fungsional polipeptida hasil translasi kadang-kadang

harus melewati suatu proses modifikasi pascatranslasi, yang dapat berupa

pemotongan rantai polipeptida, perubahan asam-amino tertentu atau penambahan

senyawasenyawa tertentu. Berbagai protein hasil translasi menurut fungsinya,

yaitu enzim, hormon, protein pengangkut, protein toksin, antibodi, protein

penyimpan dan cadangan, protein kontraksi, serta protein penyangga struktur.

Mutasi Tingkat Gen

Mutasi ialah perubahan struktur DNA kromosom atau gen-gen, yang

menyebabkan perubahan pada tingkat ekspresi. Perubahan pada struktur gen akan

(20)

protein. Oleh karena itu, mutasi akan menyebabkan terjadinya perubahan proses

metabolisme, yang dikatalisis oleh enzimenzim yang disandikan oleh gen-gen

yang bermutasi tersebut. Perubahan struktur dan ekspresi gen serta perubahan

metabolisme tersebut dapat terlihat pada perubahan morfologi, perubahan kimia

atau perubahan pertumbuhan dan daya adaptasi. Ukuran perubahan struktur dapat

dilihat dari banyaknya basa yang berubah; apabila hanya satu basa yang berubah

maka disebut mutasi titik, dan apabila sejumlah basa yang berdampingan yang

berubah disebut mutasi basa ganda. Mutasi basa ganda dapat mengenai satu gen

atau melebihi satu gen. Mutasi yang hanya mengenai satu gen disebut mutasi gen,

dan apabila mengenai lebih dari satu gen biasa disebut mutasi kromosom. Mutasi

titik terjadi akibat adanya pergantian (substitusi) suatu pasangan basa pada DNA

dengan pasangan basa lainnya atau akibat terjadinya penyisipan atau pengurangan

satu pasang basa. Substitusi pasangan basa dapat berupa transisi (purin diganti

oleh purin atau pirimidin diganti oleh pirimidin) atau transversi (purin diganti oleh

pirimidin atau pirimidin diganti oleh purin). Pasangan TA melalui transisi akan

diganti oleh CG, dan melalui transversi diganti oleh AT dan GC. Akibat

perubahan satu basa ini maka akan terjadi perubahan satu kodon pada mRNA dan

perubahan satu asam-amino pada rantai polipeptida. Ada tiga kemungkinan jenis

kodon baru yang muncul, kodon sinonim (disebut mutasi bisu), kodon lain bukan

sinonim (mutasi ubah arah), dan kodon akhir (mutasi hilang arah). Penambahan

atau pengurangan basa DNA akan menyebabkan perubahan sejumlah kodon yang

terdapat di belakang tempat penyisipan atau pengurangan tersebut.

Perubahan kodon tersebut dapat juga memunculkan kodon akhir di posisi baru.

Oleh karena itu, mutasi akibat penambahan atau pengurangan akan menyebabkan

terjadinya perubahan sejumlah asam-amino dibelakang titik mutasi serta

mengubah ukuran panjang rantai polipeptida. Mutasi ini dapat terjadi secara

spontan atau akibat adanya rangsangan dari luar. Mutasi spontan terjadi karena

adanya fenomena kimia tautomerik, yaitu perubahan konfigurasi molekul akibat

perubahan kondisi larutan. Perubahan tautomerik menyebabkan Adenin menjadi

Aimino, Sitosin menjadi Cimino, Guanin menjadi Genol, dan Timin menjadi

Tenol. Dalam proses replikasi turunan-turunan basa tersebut dapat membentuk

(21)

Sejumlah senyawa kimia (seperti hidroksilamin, EES, EMS, akridin) dapat

merangsang terjadinya perubahan basa DNA. Perubahan basa ini dapat

menyebabkan terjadi perpasangan basa atau basa tersebut dilewati dalam replikasi

atau basa tersebut dibuang dari DNA. Sinar dengan gelombang tertentu dapat

merupakan bahan yang merangsang terjadinya perubahan struktur DNA dan

memunculkan mutasi.

Mutasi Tingkat Kromosom

Mutasi kromosom ialah mutasi basa ganda yang lingkupannya melebihi rentang

suatu gen. Mutasi kromosom terbagi menjadi perubahan struktur kromosom dan

perubahan jumlah kromosom. Perubahan struktur kromosom terdiri dari duplikasi

(pertambahan atau penggandaan segmen kromosom tertentu), delesi (kehilangan

segmen kromosom), inversi (perubahan arah segmen kromosom), dan translokasi

(perpindahan posisi segmen baik dalam satu kromosom maupun antarkromosom).

Rekombinasi merupakan kekuatan utama terjadinya perubahan struktur

kromosom, yaitu akibat terjadinya penyimpangan dari proses rekombinasi

homolog. Rekombinasi antara pasangan kromosom homolog pada situs yang

bukan situs aslinya dapat memunculkan duplikasi dan delesi. Rekombinasi

antardua situs yang terdapat dalam satu kromosom yang sama dapat

memunculkan delesi dan inversi. Rekombinasi nirhomolog dapat menyebabkan

terjadinya translokasi intrakromosom. Rekombinasi antara dua kromosom

heterolog dapat memunculkan translokasi antar kromosom. Perubahan jumlah

kromosom terdiri dari perubahan aneuploid (penambahan kromosom tertentu) dan

perubahan euploid (penambahan dengan semua kromosom satu ploidi).

Terjadinya penyimpangan dalam proses mitosis dapat menyebabkan terjadinya

perubahan jumlah kromosom. Perubahan euploid terbagi menjadi alopoliploid

(penambahan dengan ploidi yang berbeda) dan autopolyploid (penambahan

(22)

REGULASI EKSPRESI GEN

Regulasi Ekspresi Gen pada Mikrobia

Ekspresi suatu gen dapat diatur, “dinyalakan atau dimatikan” melalui suatu sistem

yang disebut ekspresi gen. Pada makhluk bersel tunggal terdapat berbagai tipe

atau tingkat regulasi, antara lain regulasi pada tingkat inisiasi transkripsi (operon

laktosa), regulasi pada tingkat RNA translasi (operon triptofan), regulasi pada

tingkat struktur promoter (pada pergantian protein permukaan flagela S.

typhimurium) dan regulasi pada tingkat struktur gen (pada perubahan tipe

perjodohan Saccharomyces cereviseae). Pada operon laktosa terdapat tiga gen

struktural yang salah satunya ialah lak-Z yang menyandikan enzim

b-galaktosidase, yang berperan mengkatalisis penguraian laktosa menjadi glukosa

dan galaktosa. Enzim b-galaktosidase akan diekspresikan apabila tersedia laktosa

dan tidak ada glukosa, dan ekspresinya harus dihentikan bila glukosa cukup

tersedia atau tidak tersedia laktosa. Ekspresi operon laktosa diatur dengan dua

cara yaitu dengan protein represor yang berinteraksi dengan laktosa, atau dengan

protein aktivator yang berinteraksi dengan glukosa. Gen regulator lak-i akan

menyandikan protein represor, yang bila tidak ada laktosa akan mencegah

transkriptase melakukan inisiasi transkripsi. Bila ada laktosa maka senyawa ini

akan mengubah konfigurasi protein represor sehingga tidak dapat menghalangi

transkriptase menginisiasi transkripsi. Protein aktivator CAP yang disandikan oleh

gen regulator crp berfungsi mengaktifkan transkriptase. Protein CAP dapat

berperan sebagai aktivator bila berasosiasi dengan cAMP, yang ketersediaannya

dalam sel ditentukan oleh keberadaan glukosa.

Apabila kuantitas glukosa tinggi, cAMP rendah maka CAP tidak dapat

mengaktifkan transkriptase, dan sebaliknya bila glukosa rendah, cAMP tinggi

maka CAP dapat mengaktifkan transkriptase. Operon triptofan keberlangsungan

ekspresinya diatur pada tingkat RNA yang ditranskripsikan; dan pengaturan

tersebut dilakukan oleh triptofan hasil metabolisme. Pada operon triptofan

terdapat lima gen struktural dan satu gen regulator (trp-L); dengan trp-L berada

tepat di belakang promotor. Inisiasi transkripsi akan berjalan dengan lancar, dan

(23)

enzim transkriptase berada pada ruas trp-L, yaitu dengan menentukan apakah

transkripsi akan berhenti pada trp-L atau dilanjutkan ke ruas gen yang ada di

Gambar

Gambar : Pembelahan amitosis pada amoeba

Referensi

Dokumen terkait

Proses pendataan dilakukan untuk wajib pajak baru dan wajib pajak yang sudah memiliki, dimulai dengan persiapan formulir SPTPD, pengisian SPTPD oleh wajib pajak,

Penelitian utama tahap II dilakukan dengan perendaman dalam larutan asam dan garam pada umbi talas yang telah mendapat perlakuan terbaik dari tahap perendaman dalam air

Berdasarkan pemerhatian terhadap terhadap kajian-kajian semasa yang dilakukan oleh para ilmuan kini dan dimuatkan dalam artikel-artikel scopus, kami telah menemui lebih 500 tajuk

Matriks pertumbuhan pangsa adalah metode perencanaan portofolio yang mengevaluasi unit bisnis strategis perusahaan menyangkut tingkat pertumbuhan pasar mererka dan pangsa

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Manfaat rawat inap akan dipulihkan apabila perawatan oleh penyakit yang sama terjadi dalam jangka waktu LEBIH 30 hari dari tanggal

Setiap permasalahan yang dihadapi perusahaan berbeda satu dengan yang lainnya, berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang berkaitan dengan akuntansi persediaan

Maka dari foto asli Aryo Blitar dengan referensi dan menambahkan unsur sifat yang sudah dijelaskan dari cerita maka dihasilkan beberapa alternatif desain