KATA PENGANTAR
GUBERNUR BANK INDONESIA
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalaamu’alaikum warrahmatullaah wabarakaatuh,
Puji dan syukur kehadirat Allah Azza Wa Jalla yang telah memberikan cahaya ilmu dan petunjuk-Nya kepada kita semua, sehingga upaya-upaya dalam rangka pengembangan perbankan syariah nasional dapat dilakukan dengan baik. Shalawat dan salam kepada junjungan kita Baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat Beliau, yang telah berjasa menyampaikan Risalah Islam, sehingga cahaya Islam dapat menerangi semua sisi kehidupan manusia hingga saat ini.
Sebagaimana kita ketahui bersama, perkembangan industri perbankan syariah begitu pesat di tanah air, bukan hanya perkembangan volume industri tetapi juga institusi perbankan dan produk-produk jasa pelayanan bank syariah. Sebagai bagian dari industri pelayanan jasa keuangan, pada dasarnya bank syariah memiliki fungsi utama yang tidak berbeda dengan bank-bank konvesional yang telah ada, yaitu sebagai media intermediasi. Meskipun demikian, kita tahu bahwa perbankan syariah memiliki karakteristik, mekanisme dan jenis-jenis produk dengan prinsip-prinsip dasar yang berbeda dengan perbankan biasa. Dalam perbedaan-perbedaan inilah sebenarnya justru tersimpan kelebihan dan kekuatan perbankan syariah untuk terus maju berkembang di tengah persaingan industri perbankan yang begitu ketat dewasa ini.
Terkait dengan hal tersebut di atas, salah satu cara yang dipilih Bank Indonesia dalam proses edukasi dan sosialisasi perbankan syariah kepada masyarakat, adalah dengan penerbitan buku Kodifikasi Produk Perbankan Syariah ini. Dengan buku ini, masyarakat diharapkan akan dapat memperoleh informasi yang lengkap dan jelas tentang fitur produk bank syariah, baik yang ada di sisi pendanaan (pasiva) maupun yang ada pada sisi pembiayaan (aktiva). Buku ini juga memuat tambahan informasi seperti kemanfaatan, jenis akad, risiko dan landasan-landasan hukum syariah berupa fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) – Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Di sisi yang lain, kita juga menyadari bahwa isi buku Kodifikasi ini tentu memerlukan penyesuaian dan penyempurnaan dari waktu ke waktu mengikuti dinamika yang terjadi dalam industri perbankan syariah, khususnya perkembangan berbagai produknya. Untuk itu, Bank Indonesia akan dengan senang hati dan senantiasa terbuka di dalam menerima kritik, saran dan masukan dari seluruh masyarakat luas demi perbaikan dan kesesuaian isi buku ini.
Akhir kata, semoga buku ini dapat memberikan manfaat sesuai harapan kita semua, dan semoga pula Allah SWT memberikan kekuatan bagi kita untuk terus membangun karsa, kerja dan karya yang bermanfaat dan membawa kebaikan bagi seluruh umat manusia.
B i l l a a h i t t a u f i q w a l h i d a a y a h , w a s s a l a a m u ’ a l a i k u m warrahmatullaah wabarakaatuh.
Jakarta, Agustus 2007 GUBERNUR BANK INDONESIA
KATA SAM BUTAN
Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu’alaikum W arrahmatullaahi W abarakaatuh
Alhamdulillaah at as segala Rahmat dan Rahim Allah SW T kepada kit a
semua. Berkat kasih dan sayang-Nya, Allah SWT mengajarkan kita ilmu-ilmu yang
berguna hingga nanti Ia kumpulkan kita di istana dan taman syurga. Shalaw at dan
salam kepada Nabi Besar pem im pin um m at di dunia dan akhirat Rasulullah
M uham m ad SAW besert a keluarga dan sahabat Beliau, yang t elah berjuang
m enyadarkan um m at m anusia t ent ang kekuasaan Allah SW T at as sem ua sisi
kehidupan manusia, sehingga kita dapat selalu melakukan kebaikan demi kebaikan
dan di-istiqamah-kan dalam kebaikan.
Perkembangan perbankan Syariah merupakan salah satu praktek ekonomi
Syariah yang kini sedang tumbuh dengan cukup pesat di tanah air. Perkembangan
ini pada dasarnya merepresent asikan bangkit nya kesadaran ummat pada
nilai-nilai luhur yang ada dalam Islam sebagai agama bagi mayoritas penduduk negeri
ini. Sem angat unt uk kem bali pada nilai-nilai Islam dit unjukkan oleh t ingkat
kebut uhan pada semua sisi akt if it as kehidupan masyarakat muslim Indonesia,
diantaranya adalah maraknya buku-buku bernafaskan agama, sekolah-sekolah dari
pendidikan dasar hingga lanjut an dan perguruan t inggi, bahkan pesant
ren-pesant ren pun m eningkat pem inat nya. Khusus pada akt if it as ekonom i dan
keuangan, semangat itu tergambar pada berkembangnya industri keuangan dan
perbankan Syariah.
Dengan populasi muslim t erbesar di dunia, Indonesia memiliki pot ensi
pasar terbesar dalam pengembangan industri keuangan dan perbankan Syariah.
Kecenderungan pot ensi t ersebut unt uk m enjadi realit a dit unjukkan dengan
pert um buhan indust ri ini yang sangat t inggi, bahkan t ergolong t ert inggi jika
dibandingkan negara-negara lain yang memiliki industri perbankan syariah. Namun
dibandingkan dengan besarnya pasar yang ada di Indonesia. Oleh sebab itu,
segala usaha membesarkan industri sudah selayaknya menjadi perhatian semua
pihak, bukan hanya regulator dan praktisi tetapi segenap komponen masyarakat
yang ada.
Kendala utama yang dapat diidentifikasi dalam pengembangan industri
perbankan syariah adalah sosialisasi tentang konsep, mekanisme, urgensi atau
bahkan keberadaan industri tersebut. Perkembangan yang cepat dari industri
ini ternyata tidak diikuti dengan meluasnya pemahaman terlebih lagi kesadaran
masyarakat akan pentingnya perbankan syariah. Salah satu kekurangpahaman
masyarakat adalah konsep-konsep aplikasi perbankan syariah. Oleh sebab itu,
buku “ Kodifikasi Produk Bank Syariah” yang saat ini ada di tangan anda menjadi
sebuah solusi unt uk m engurangi kekurangpaham an m asyarakat . Buku ini
diharapkan m em berikan pem aham an sederhana m engenai konsep dasar
produk-produk bank syariah.
Akhirnya, kami berharap agar buku ini baik langsung maupun tidak
langsung dapat berkontribusi untuk membesarkan industri perbankan syariah.
Harapan ini juga bermakna bahw a besarnya industri perbankan syariah akan
sem ak i n m em b er i k an k esej ah t er aan b ag i p er ek o n o m i an b an g sa i n i ,
kesejaht eraan yang penuh keberkahan dari Allah SW T, yang t idak hanya
memberikan ketentraman di dunia tetapi juga di akhirat nanti. Semoga Allah
SWT menjaga dan memelihara kita semua untuk selalu ada di jalan
keberkahan-Nya. Amin.
W assalamu’alaikum W arrahmatullaahi W abarakaatuh.
Jakarta, Juli 2007
Ketua Dew an Syariah Nasional M ajelis Ulama Indonesia
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... i
Kata Sambutan DSN-M UI ... iii
Daftar Isi ... v
A. PENGHIM PUN DANA ... 1
1. Giro Syariah ... 1
2. Tabungan Syariah ... 5
3. Deposito Syariah ... 9
B. PENYALURAN DANA ... 1 3
1. Pembiayaan M udharabah ... 1 3
2. Pembiayaan M usyarakah ... 2 2
3. Pembiayaan M urabahah ... 3 0
4. Pembiayaan Salam ... 4 4
5. Pembiayaan Istishna’ ... 5 0
6. Pembiayaan Ijarah ... 5 6
7. Pembiayaan Qardh ... 6 3
8. Pembiayaan M ult ijasa ... 6 7
9. Penyert aan ... 7 0
C. PENYEDIAAN JASA ... 7 3 1. Letter of Credit (L./C) Impor Syariah ... 7 3
2. Bank Garansi Syariah ... 7 8
3. Transfer dan Inkaso ... 8 1 4. Gadai Syariah (Rahn) ... 8 5
5. Syariah Charge Card ... 9 0
7. Jasa Pembayaran ... 100
D. LAIN-LAIN ... 103
1. Surat Berharga Syariah (Sukuk) ... 103
A. PENGHIMPUNAN DANA
1. GIRO SYARIAH
a. Definisi Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat
dilakukan set iap saat dengan menggunakan
cek, bilyet giro, sarana perint ah pembayaran
lainnya, atau dengan pemindah-bukuan.
b. Akad
1) Wadi’ah Tit ip an n asab ah yan g h ar u s d ijag a d an
dikem balikan set iap saat bila nasabah yang
b ersan g k u t an m en g h en d ak i. Ban k syariah
bertanggungjaw ab atas pengembalian titipan
dana t ersebut , dan t idak m em persyarat kan
im b alan k ecu ali d alam b en t u k p em b erian
(’athaya) yang bersifat sukarela.
2) M udharabah Kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) d an p en g elo la d an a (m u d h ar i b) u n t u k melakukan kegiatan usaha dengan nisbah bagi
hasil (keunt ungan at au kerugian) m enurut
k esep ak at an d i m u k a. Nasab ah b ert in d ak
seb ag ai sh ah i b u l m aal d an b an k syar iah bertindak sebagai mudharib.
c. Fitur dan M ekanisme 1) Giro w adiah adalah sim panan dana yang
bersif at t it ipan yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan
cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran
lainnya, atau dengan pemindahbukuan, dan
t er h ad ap t it ip an t er seb u t t id ak d ip
er-syarat kan im balan kecuali dalam bent uk
pemberian sukarela.
2) Giro m udharabah adalah sim panan dana
dapat dilakukan berdasarkan kesepakat an
d en g an m en g g u n ak an cek , b ilyet g iro ,
sarana perint ah pembayaran lainnya, at au
dengan pem indahbukuan, dan t erhadap
investasi tersebut diberikan bagi hasil sesuai
nisbah yang disepakati dimuka.
d. Tujuan/ M anfaat
1) Bagi Bank Giro merupakan sumber pendanaan bank (Ru-piah dan valuta asing) selain sebagai salah satu
aktivitas yang dilakukan bank untuk membantu
p en g elo laan ar u s d an a n asab ah m elalu i
rekening giro tersebut.
2) Bagi Nasabah M anf aat ut am a bagi nasabah adalah peng-gunaan rekening giro untuk memperlancar arus
d an a u n t u k p em b ayaran at au p en erim aan
dengan m enggunakan cek/ bilyet giro at au sarana lainnya. Nasabah juga dapat memperoleh
bonus bila bank m em ut uskan unt uk m em
-berikannya.
e. Analisis dan
Identifikasi Risiko Giro merupakan kew ajiban jangka pendek yang
harus dipenuhi oleh bank setiap saat. Bank akan
t erekspos pada risiko likuidit as disebabkan
fluktuasi rekening giro yang relatif tinggi. Selain
itu, bank juga menghadapi risiko pasar yang
disebabkan pergerakan nilai tukar untuk giro
dalam valuta asing.
1) Dalam t ran sak si in i n asab ah b ert in d ak
sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan b an k b ert in d ak seb ag ai m u d h arib at au pengelola dana.
2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat m elakukan berbagai m acam usaha
yang t idak bert ent angan dengan prinsip
syariah dan mengembangkannya, termasuk
di dalamnya mudharabah dengan pihak lain.
3) M odal harus dinyatakan dengan jumlahnya,
dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
4) Pem bagian keunt ungan harus dinyat akan
dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam
akad pembukaan rekening.
5) Ban k seb ag ai m u d h arib m en u t u p b iaya
o p erasio n al g iro d en g an m en g g u n ak an
nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6) Ban k t id ak d ip erk en an k an m en g u ran g i
nisbah keunt ungan nasabah t anpa
perse-tujuan yang bersangkutan. Ketentuan umum
giro berdasarkan Wadi’ah:
7) Bersifat titipan.
8) Titipan bisa diambil kapan saja (on call)
9) Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali
dalam bent uk pem berian (’ at haya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.
g. Referensi 1) PBI No.3/10/PBI/2001 t ent ang Penerapan Prinsip M engenal Nasabah (Know Your Cus-tomer Principles);
2) PBI No.3/23/PBI/2001 t ent ang Perubahan
At as PBI No.3/10/PBI/2001 t ent ang
Customer Principles);
3) PBI No.5/21/PBI/2003 t ent ang Perubahan
Kedua At as PBI No.3/10/PBI/2001 t ent ang
Penerapan Prinsip M engenal Nasabah (Know Your Customer Principles);
4) PBI No.6/21/PBI/2004 t ent ang Giro W ajib
M inimum Dalam Rupiah Dan Valuta Asing
Bag i Ban k Um u m Yan g M elak san ak an
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah;
5) PBI No.7/6/PBI/2005 t ent ang Transparansi
Inf orm asi Produk Bank dan Penggunaan
Data Pribadi Nasabah;
6) PBI No.7/46/PBI/2005 t ent ang Akad
Peng-himpunan Dan Penyaluran Dana Bagi Bank Yang M elaksanakan Kegiat an Usaha
2. TABUNGAN SYARIAH
a. Definisi Tabungan adalah simpanan yang penarikannya
hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu
yang disepakat i, t et api t idak dapat dit arik
dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya
yang dipersamakan dengan itu.
b. Akad
1) Wadi’ah Titipan nasabah yang harus dijaga dan
dikem-balikan setiap saat bila nasabah yang
bersang-kutan menghendaki. Bank syariah
bertanggung-jaw ab atas pengembalian titipan dana tersebut.
2) M udharabah Kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana (m udharib) unt uk m e-lakukan kegiat an usaha dengan nisbah bagi
hasil (keunt ungan at au kerugian) m enurut
k esep ak at an d i m u k a. Nasab ah b ert in d ak
sebagai shahibul maal dan bank syariah ber-tindak sebagai mudharib. M udharabah dalam Tabungan adalah M udharabah M uthlaqah yaitu
ak ad m u d h ar ab ah d im an a sh ah ib u l m aal memberikan kebebasan kepada pengelola dana
(mudharib) dalam pengelolaan investasinya.
c. Fitur Dan M ekanisme 1) Tabungan w adiah adalah sim panan dana
nasabah pada bank, yang bersifat titipan dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dan
terhadap titipan tersebut bank tidak
diper-syaratkan untuk memberikan imbalan kecuali d alam b en t u k p em b erian b o n u s secara
sukarela.
2) Tabungan m udharabah adalah sim panan
d an a n asab ah p ad a b an k yan g b ersif at
dilakukan set iap saat namun berdasarkan
kesepakatan dan terhadap investasi tersebut
bank dipersyaratkan untuk memberikan bagi
hasil sesuai nisbah yang disepakati dimuka.
d. Tujuan/ M anfaat
1) Bagi Bank Sebagaimana halnya deposito dan giro, secara
tradisional tabungan merupakan sumber
pen-danaan bank (khususnya dalam Rupiah).
2) Bagi Nasabah Selain mendapat kan kemudahan dalam me-ngelola likuiditasnya baik dalam hal penyetoran
m au p u n p en arik an yan g f lek sib el d en g an
keharusan pemeliharaan minimum saldo yang
relatif lebih kecil dibandingkan giro, nasabah
d ap at m en g g u n ak an b eb er ap a f asilit as
tambahan yang diberikan bank (misalnya ATM
atau kartu debet).
e. Analisis Dan
Identifikasi Risiko Ban k akan t ereksp o s p ad a risiko liku id it as t er u t am a d iseb ab k an f lu k t u asi r ek en in g
t ab u n g an w ad iah yan g relat if leb ih t in g g i
dibandingkan deposito. Selain itu, bank juga
t ereksp o s p ad a d isp lacem en t risk (p o t en si nasabah memindahkan dananya yang didorong
oleh t ingkat bagi hasil riil lebih rendah dari
tingkat suku bunga).
f. Fatw a Syariah Fatw a Dew an Syari’ah Nasional No:02/ DSN-M UI/ IV/ 2000 tentang Tabungan.Tabungan yang dibenarkan secara syari’ah, yait u t abungan yang berdasarkan prinsip M udharabah dan Wadi’ah.Ketentuan Umum Tabungan ber-dasarkan M udharabah:
sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan b an k b ert in d ak seb ag ai m u d h arib at au pengelola dana.
2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat m elakukan berbagai m acam usaha
yang t idak bert ent angan dengan prinsip
syariah dan mengembangkannya, termasuk
di dalamnya mudharabah dengan pihak lain.
3) M odal harus dinyatakan dengan jumlahnya,
dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
4) Pem bagian keunt ungan harus dinyat akan
dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam
akad pembukaan rekening.
5) Ban k seb ag ai m u d h arib m en u t u p b iaya o p er asio n al p en g elo laan g ir o d en g an
menggunakan bagian nisbah keunt ungan
yang menjadi hak bank.
6) Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi
nisbah keunt ungan nasabah t anpa
perse-tujuan yang ber-sangkutan.Ketentuan Umum
Tabungan berdasarkan Wadi’ah:
7) Bersifat simpanan.
8) Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan.
9) Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali
dalam bent uk pem berian (‘ at haya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.
g. Referensi 1) SE BI No.27/160/UPG tahun 1995 tentang
PPh At as Bunga Deposit o Dan Tabungan
Serta Diskonto SBI;
2) PBI No.3/10/PBI/2001 t ent ang Penerapan
Cus-tomer Principles);
3) PBI No.3/23/PBI/2001 t ent ang Perubahan
At as PBI No.3/10/PBI/2001 t ent ang
Pene-rapan Prinsip M engenal Nasabah (Know Your Customer Principles);
4) PBI No.5/21/PBI/2003 t ent ang Perubahan
Kedua At as PBI No.3/10/PBI/2001 t ent ang
Penerapan Prinsip M engenal Nasabah (Know Your Customer Principles);
5) PBI No.6/15/PBI/2004 t ent ang Giro W ajib
M inimum Bank Umum Pada Bank Indonesia
Dalam Rupiah Dan Valuta Asing;
6) PBI No. 7/46/PBI/2005 tentang Akad
Peng-himpunan dan Penyaluran Dana bagi Bank Yang M elaksanakan Kegiat an Usaha
3. DEPOSITO SYARIAH
a. Definisi Deposito adalah simpanan yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada w aktu tertentu
ber-dasarkan perjanjian antara nasabah penyimpan
dengan bank.
b. Akad
1) M udharabah Simpanan berupa investasi tidak terikat pihak ket iga pada bank syariah yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada w akt u t ert ent u
berdasarkan perjanjian antara nasabah pemilik
dana (shahibul maal) dengan bank (mudharib) dengan pembagian hasil sesuai dengan nisbah
yang telah disepakati di muka. Selaku mudharib, bank t idak m enjam in dana nasabah kecuali
diat ur berbeda dalam perundang-undangan
yang berlaku.
c. Fitur Dan M ekanisme Deposito adalah simpanan yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada w akt u t ert ent u
b er d asar k an p er jan jian an t ar a n asab ah
penyimpan dengan bank.
d. Tujuan/ M anfaat
1) BagiBank Secara t radisional m erupakan sum ber pen-danaan bank dengan jangka w aktu tertentu dan
fluktuasi dana yang relatif rendah.
2) Bagi Nasabah M erupakan alternatif investasi yang memberikan keuntungan kepada nasabah dalam bentuk bagi
hasil.
e. Analisis Dan
Identifikasi Risiko Sebagai produk penghim punan dana, bank akan terekspos pada risiko likuiditas terutama
gap ant ara penghim punan dana dan pena-naman dana cukup besar. Selain itu bank juga
menghadapi risiko pasar (market risk) berupa risiko nilai tukar (bila deposito dalam bentuk
valas). Bank juga t erekspos pada commercial d isp lacem en t risk b eru p a p o t en si n asab ah m em indahkan dananya yang didorong oleh
tingkat bagi hasil riil lebih rendah dari tingkat
suku bunga.
f. Fatw a Syariah Fatw a Dew an Syari’ah Nasional No: 03/ DSN-M UI/ IV/ 2000 tentang Deposito. Deposito yang dibenarkan secara syari’ah, yait u deposito yang berdasarkan prinsip M udha-rabah dengan ketentuan umum sebagai berikut:
1) Dalam t ran sak si in i n asab ah b ert in d ak
sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan b an k b ert in d ak seb ag ai m u d h arib at au pengelola dana.
2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat m elakukan berbagai m acam usaha
yang t idak bert ent angan dengan prinsip
syariah dan mengembangkannya, termasuk
di dalamnya mudharabah dengan pihak lain.
3) M odal harus dinyatakan dengan jumlahnya,
dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
4) Pem bagian keunt ungan harus dinyat akan
dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam
akad pembukaan rekening.
5) Ban k seb ag ai m u d h arib m en u t u p b iaya o p erasio n al g iro d en g an m en g g u n ak an
nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
nisbah keunt ungan nasabah t anpa
perse-tujuan yang bersangkutan.
g. Referensi 1) SE BI No.27/160/UPG tahun 1995 tentang
PPh At as Bunga Deposit o Dan Tabungan
Serta Diskonto SBI;
2) PBI No.3/10/PBI/2001 t ent ang Penerapan
Prinsip M engenal Nasabah (Know Your Cus-tomer Principles);
3) PBI No.3/23/PBI/2001 t ent ang Perubahan
At as PBI No.3/10/PBI/2001 t ent ang
Pene-rapan Prinsip M engenal Nasabah (Know Your Customer Principles);
4) PBI No.5/21/PBI/2003 t ent ang Perubahan
Kedua At as PBI No.3/10/PBI/2001 t ent ang
Penerapan Prinsip M engenal Nasabah (Know Your Customer Principles);
5) PBI No.7/6/PBI/2005 t ent ang Transparansi
Inf orm asi Produk Bank dan Penggunaan
Data Pribadi Nasabah;
6) PBI No.7/46/PBI/2005 t ent ang Akad
Peng-himpunan dan Penyaluran Dana bagi Bank
Yang M elaksanakan Kegiat an Usaha
B. PENYALURAN DANA
1. PEMBIAYAAN MUDHARABAH
a. Definisi Pem b iayaan ad alah p en yed iaan d an a at au t ag ih an /p iu t an g yan g d ap at d ip ersam akan
dengan itu berupa:
1) transaksi investasi dalam akad M udharabah
dan/atau M usyarakah;
2) transaksi sew a dalam akad Ijarah atau sew a
dengan opsi perpindahan hak milik dalam
akad Ijarah M untahiyah bit Tamlik;
3) transaksi jual beli dalam akad M urabahah,
Salam, dan Istishna’;
4) t ransaksi pinjam m em injam dalam akad
Qardh; dan
5) t ransaksi mult ijasa dengan menggunakan
akad Ijarah atau Kafalah, berdasarkan
per-set ujuan at au kesepakat an ant ara bank
dengan nasabah pembiayaan yang mew
ajib-kan nasabah pembiayaan unt uk melunasi
hutang/kew ajibannya dan/atau
menyelesai-kan investasi mudharabah dan/atau
musya-rak ah d an h asil p en g elo laan n ya sesu ai
dengan akad.
b. Akad
1) M udharabah Kerjasam a usaha ant ara pihak pem ilik dana (shahibul maal) dengan pihak pengelola dana (mudharib) dimana keuntungan dibagi sesuai nisbah yang disepakati sebelumnya, sedangkan
kerugian ditanggung pemilik dana/modal.
2) M udharabah M udharabah untuk kegiatan usaha yang
3) M udharabah M u d h ar ab ah u n t u k k eg iat an u sah a yan g
M uqayyadah cakupannya dibatas oleh spesifikasi jenis usaha, w akt u, dan daerah bisnis sesuai permint aan
pemilik dana.
c. Fitur Dan M ekanisme 1) Pembiayaan M udharabah adalah penyediaan
dana bank unt uk modal kerjasama usaha
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dengan nasabah yang mew
ajib-kan nasabah untuk melakuajib-kan setelmen atas
in vest asi d im ak su d sesu ai d en g an ak ad
mudharabah.
2) Jangka w akt u pembiayaan, pengembalian
dana dan pembagian keuntungan
ditentu-kan berdasarditentu-kan kesepakat an bank dan
nasabah.
3) Bank t idak ikut sert a dalam pengelolaan usaha nasabah t et api memiliki hak dalam
pengaw asan dan pembinaan usaha nasabah.
4) Pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai
dan/at au barang. Dalam hal pem biayaan
d ib erik an d alam b en t u k b aran g , m ak a
barang yang diserahkan harus dinilai
ber-dasarkan harga perolehan atau harga pasar
w ajar.
5) Pem bagian keunt ungan dari pengelolaan
dana dinyatakan dalam bentuk nisbah yang
d isep ak at i d an d it u an g k an d alam ak ad
pembiayaan mudharabah. Nisbah bagi hasil
yang disepakati tidak dapat diubah
sepan-jang sepan-jangka w aktu investasi, kecuali atas dasar
kesepakatan para pihak dan tidak berlaku
surut.
berjenjang (tiering) yang besarnya berbeda-beda berdasarkan kesepakat an pada aw al
akad.
7) Bank sebagai penyedia dana menanggung
seluruh risiko kerugian usaha yang dibiayai
kecuali jika nasabah melakukan kecurangan,
lalai, at au m en yalah i p er jan jian yan g
mengakibatkan kerugian usaha.
8) Bagi hasil m udharabah dapat dilakukan
dengan m enggunakan dua m et ode yait u
bagi laba (prof it sharing) at au bagi pen-dapatan (net revenue sharing). Pembagian keuntungan bagi hasil berdasarkan laporan
realisasi hasil usaha nasabah.
9) Pengembalian pokok pembiayaan dilakukan
pada akhir periode akad untuk pembiayaan
dengan jangka w aktu sampai dengan satu
tahun atau dilakukan secara angsuran
ber-dasarkan aliran kas masuk (cash in flow) usaha nasabah.
10) Dalam hal salah satu pihak tidak melakukan
kew ajiban atau melakukan pelanggaran
ter-hadap kesepakat an dengan unsur kese-ngajaan maka bank atau pihak yang
dirugi-kan berhak mendapat ganti rugi (ta’w idh) atas biaya riil yang telah dikeluarkan.
11) Pad a p r in sip n ya, d alam p em b iayaan
m udharabah t idak ada jam inan, nam un
dalam rangka prinsip kehat i-hat ian, bank
syariah d ap at m em in t a jam in an kep ad a
nasabah pada saat penyaluran pembiayaan.
Jaminan yang diterima oleh bank hanya dapat
e-lakukan pelanggaran terhadap kesepakatan
akad pembiayaan mudharabah.
12) Krit eria pengusaha, prosedur pembiayaan,
dan m ekanism e pem bagian keunt ungan
d iat u r o leh b an k selak u m u d h arib b
er-dasarkan prinsip kehati-hatian bank dengan
memperhatikan prinsip syariah.
d. Tujuan/ M anfaat
1) Bagi Bank Secara umum pembiayaan mudharabah
me-rupakan produk penyaluran dana bank (Rupiah
d an valu t a asin g ) u n t u k m em b an t u u sah a
nasabah m elalui penyediaan m odal usaha.
Sebagai kompensasinya, bank memperoleh bagi
hasil.
2) Bagi Nasabah M anf aat ut am a bagi nasabah adalah
peng-gunaan pembiayaan mudharabah unt uk me-menuhi kebutuhan permodalan usaha nasabah.
Selain dipergunakan untuk pem-biayaan modal
kerja, secara umum pembiayaan mudharabah digunakan unt uk pembelian barang invest asi
dan pembiayaan proyek.
e. Analisis Dan
Identifikasi Risiko Risiko ut am a dari produk ini adalah risiko pembiayaan (credit risk) yang terjadi jika debitur
w anprestasi atau default. Selain itu, risiko pasar juga dapat terjadi jika pembiayaan mudharabah diberikan dalam valuta asing, yaitu risiko dari
pergerakan nilai tukar. Selain itu, terdapat risiko
operasional berupa internal fraud antara lain pencatatan yang tidak benar atas nilai posisi,
p en yo g o k an / p en yu ap an , k et id ak sesu aian
pencatatan maupun pelaporan.
f. Fatw a Syariah Fatw a Dew an Syari’ah Nasional No: 07/ DSN-M UI/ IV/ 2000 tentang Pembiayaan DSN-M udha-rabah (Qiradh).
Ketentuan Pembiayaan:
1) Pem b iayaan M u d h ar ab ah ad alah p em
-biayaan yang disalurkan oleh LKS kepada
pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.
2) Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul m aal (p em ilik d an a) m em b iayai 1 0 0 % kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan
p en g u sah a (n asab ah ) b ert in d ak seb ag ai
mudharib atau pengelola usaha.
3) Jangka w aktu usaha, tata cara pengembalian
dana dan pembagian keuntungan
ditentu-kan berdasarditentu-kan kesepakatan kedua belah
pihak (LKS dengan pengusaha).
4) M udharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang t elah disepakat i bersama dan
sesuai dengan syari’ah; dan LKS tidak ikut
sert a dalam manajemen perusahaan at au
proyek t et api m em punyai hak unt uk m
e-lakukan pembinaan dan pengaw asan.
5) Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan
dengan jelas dalam bentuk tunai dan bukan
piut ang.
6) LKS sebagai penyedia dana m enanggung
sem ua kerugian akibat dari m udharabah
kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan k esalah an yan g d isen g aja, lalai at au
menyalahi perjanjian.
mudha-r ab ah t id ak ad a jam in an , n am u n ag amudha-r
mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat
dicairkan apabila m udharib t erbukt i m e-lakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang
telah disepakati bersama dalam akad.
8) Krit eria pengusaha, prosedur pembiayaan
dan m ekanism e pem bagian keunt ungan
diat ur oleh LKS dengan m em perhat ikan
fatw a DSN.
9) Biaya o p er asio n al d ib eb an k an k ep ad a
mudharib.
10) Dalam hal penyandang dana (LKS) t idak
melakukan kew ajiban atau melakukan
pe-langgaran terhadap kesepakatan, mudharib berhak mendapat ganti rugi atau biaya yang
telah dikeluarkan.
Rukun dan Syarat Pembiayaan:
1) Penyedia dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib) harus cakap hukum.
2) Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan
oleh para pihak unt uk m enunjukkan
ke-hendak mereka dalam mengadakan kontrak
(ak ad ), d en g an m em p erh at ik an h al-h al
berikut:
a) Penaw aran dan penerimaan harus secara
eksplisit m enunjukkan t ujuan kont rak
(akad).
b) Penerimaan dari penaw aran dilakukan
pada saat kontrak.
c) Akad dituangkan secara tertulis, melalui
-gunakan cara-cara komunikasi modern.
3) M odal ialah sejumlah uang dan/ atau aset
yang diberikan oleh penyedia dana kepada
mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut:
a) M o d al h ar u s d ik et ah u i ju m lah d an
jenisnya.
b) M o d al d ap at b er b en t u k u an g at au
barang yang dinilai. Jika modal diberikan
dalam bentuk aset, maka aset tersebut
harus dinilai pada w aktu akad.
c) M odal t idak dapat berbent uk piut ang
dan harus dibayarkan kepada mudharib, b aik secara b ert ah ap m au p u n t id ak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
4) Keunt ungan m udharabah adalah jum lah
yang didapat sebagai kelebihan dari modal.
Syar at k eu n t u n g an b er ik u t in i h ar u s
dipenuhi:
a) Harus diperuntukkan bagi kedua pihak
dan tidak boleh disyaratkan hanya untuk
satu pihak.
b) Bagian keunt ungan proporsional bagi
set iap pihak harus diket ahui dan
di-nyatakan pada w aktu kontrak disepakati
d an h aru s d alam b en t u k p ro sen t ase
(nisbah) dari keunt ungan sesuai
kese-pakat an. Perubahan nisbah harus
ber-dasarkan kesepakatan.
c) Pen yed ia d an a m en an g g u n g sem u a
kerugian akibat dari mudharabah, dan
p en g elo la t id ak b o leh m en an g g u n g
k esalah an d isen g aja, k elalaian , at au
pelanggaran kesepakatan.
5) Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib) sebagai perimbangan (muqabil) modal yang disediakan oleh penyedia dana, harus
mem-perhatikan hal-hal berikut:
a) Kegiat an usaha adalah hak eksklusif
m udharib, t anpa cam pur t angan pe-nyedian dana, tetapi ia mempunyai hak
untuk melakukan pengaw asan.
b) Pen yed ia d an a t id ak b o leh m em p
er-sempit t indakan pengelola sedemikian
r u p a yan g d ap at m en g h alan g i t
er-cap ain ya t u ju an m u d h arab ah , yait u
keunt ungan.
c) Pengelola tidak boleh menyalahi hukum
Syari’ah Islam dalam tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah, dan
harus mematuhi kebiasaan yang berlaku
dalam aktifitas itu.
Beberapa Ketentuan Hukum Pembiayaan:
1) M udharabah boleh dibat asi pada periode
tertentu.
2) Kont rak t idak boleh dikait kan (m u’ allaq) dengan sebuah kejadian di masa depan yang
belum terjadi.
3) Pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada
gant i rugi, karena pada dasarnya akad ini
bersif at am anah (yad al-am anah), kecuali akibat dari kesalahan disengaja, kelalaian
atau pelanggaran kesepakatan.
4) Jika salah satu pihak tidak menunaikan
ant ara kedua belah pihak, m aka
penye-lesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase
Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan
melalui musyaw arah.
g. Referensi 1) PBI No . 7 / 4 6 / PBI/ 2 0 0 5 t en t an g A k ad Penghimpunan Dan Penyaluran Dana Bagi
Bank Yang M elaksanakan Kegiat an Usaha
Berdasarkan Prinsip Syariah.
2) PBI No .8 /2 1 /PBI/2 0 0 6 t en t an g Pen ilaian
Kualit as Akt iva Bank Umum Yang M elak-sanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
Syariah.
3) PBI No. 9/9/PBI/2007 tentang perubahan PBI
No.8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas
A kt iva Bank Um um Yang M elaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
4) PBI No .8 /2 4 /PBI/2 0 0 6 t en t an g Pen ilaian
Kualitas Aktiva Bagi Bank Perkreditan Rakyat
2. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
a. Definisi Pem b iayaan ad alah p en yed iaan d an a at au
t ag ih an /p iu t an g yan g d ap at d ip ersam akan dengan itu berupa:
1) transaksi investasi dalam akad M udharabah
dan/atau M usyarakah;
2) transaksi sew a dalam akad Ijarah atau sew a
dengan opsi perpindahan hak milik dalam
akad Ijarah M untahiyah bit Tamlik;
3) transaksi jual beli dalam akad M urabahah,
Salam, dan Istishna’;
4) t ransaksi pinjam m em injam dalam akad
Qardh; dan
5) t ransaksi mult ijasa dengan menggunakan
akad Ijarah atau Kafalah, berdasarkan
per-set ujuan at au kesepakat an ant ara bank
dengan nasabah pembiayaan yang mew
ajib-kan nasabah pembiayaan unt uk melunasi
hutang/kew ajibannya dan/atau
menyelesai-kan investasi mudharabah dan/atau
musya-rak ah d an h asil p en g elo laan n ya sesu ai
dengan akad.
b. Akad
1) M usyarakah Kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing
pihak m em berikan kont ribusi dana dengan
k et en t u an b ah w a k eu n t u n g an d ib ag i b
er-dasarkan nisbah yang disepakati sebelumnya,
sedangkan kerugian dit anggung oleh para
pihak sebesar partisipasi modal yang disertakan
dalam usaha.
dana bank untuk memenuhi sebagian modal
suat u usaha t ert ent u berdasarkan
perse-tujuan atau kesepakatan antara bank dengan
nasabah yang mew ajibkan nasabah unt uk
melakukan setelmen atas investasi dimaksud
sesuai dengan akad musyarakah.
2) Nasabah bertindak sebagai pengelola usaha
dan bank sebagai m it ra usaha ikut sert a
dalam pengelolaan usaha sesuai dengan
tugas dan w ew enang yang disepakati. Bank
berdasarkan kesepakatan dengan nasabah
dapat menunjuk nasabah untuk mengelola
usaha.
3) Pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai
dan/at au barang. Dalam hal pem biayaan
d ib erik an d alam b en t u k b aran g , m ak a
b ar an g yan g d i ser ah k an h ar u s d i n i l ai
terlebih dahulu secara tunai dan disepakati
oleh para mitra.
4) Jangka w akt u pembiayaan, pengembalian
dana, dan pembagian keuntungan
ditentu-kan berdasarditentu-kan kesepakatan antara bank
dan nasabah.
5) Bag i h asil m u syarak ah d ap at d ilak u k an
dengan m enggunakan dua m et ode yait u
bagi laba (prof it sharing) at au bagi pen-dapatan (revenue sharing). M etode bagi laba
(profit sharing) dihitung dari total pendapat-an setelah dikurpendapat-angi seluruh biaya operasio-nal. M etode bagi pendapatan (revenue
6) Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat
diubah sepanjang jangka w akt u invest asi,
kecuali atas dasar kesepakatan para pihak
dan t idak berlaku surut . Nisbah bagi hasil
dapat ditetapkan secara berjenjang (tiering) yang besarnya berbeda-beda berdasarkan
kesepakatan pada aw al akad.
7) Pem b ag ian k eu n t u n g an b ag i h asil b
er-dasarkan laporan realisasi hasil usaha dari
usaha nasabah.
8) Pengem balian pokok pem biayaan dapat
disepakati secara fleksibel, dilakukan pada
akhir periode akad at au dilakukan secara
angsuran berdasarkan aliran kas masuk (cash in flow) usaha.
9) Pad a p r in sip n ya d alam p em b iayaan
m u syar ak ah t id ak d ip er lu k an jam in an ,
namun dalam rangka prinsip kehati-hatian,
bank dapat meminta jaminan atau agunan
d ari p en g elo la d an a at au p ih ak k et ig a.
Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila
pengelola dana terbukti melakukan
pelang-garan terhadap hal-hal yang telah disepakati
bersama dalam akad.
d. Tujuan/ M anfaat
1) Bagi Bank Secara umum pembiayaan musyarakah memberi m an f aat b ag i b an k d en g an k esem p at an
mendapatkan profit yaitu bagi hasil dari
pem-biayaan yang dalam hal t erjadi peningkat an
pendapatan usaha, bank akan tidak terbatasi
dengan pendapat an yang meningkat seiring
dengan peningkatan pendapatan usaha yang
dikelola nasabah. Disamping itu, bank akan
komisi asuransi dan komisi notaris).
2) Bagi Nasabah Keb u t u h an n asab ah u n t u k m en d ap at k an
tambahan modal kerja dapat terpenuhi setelah
m endapat kan pem biayaan dari bank. Selain
dipergunakan untuk pembiayaan modal kerja,
secara umum pembiayaan mudharabah
diguna-kan unt uk pem belian barang invest asi dan
pembiayaan proyek.
e. Analisis Dan
Identifikasi Risiko Risiko ut am a dari produk ini adalah risiko
pembiayaan (credit risk) yang terjadi jika debitur w anprestasi atau default. Selain itu, risiko pasar juga dapat terjadi jika pembiayaan musyarakah
diberikan dalam valuta asing, yaitu risiko dari
pergerakan nilai tukar. Selain itu, terdapat risiko
operasional berupa int ernal f raud antara lain pencatatan yang tidak benar atas nilai posisi,
p en yo g o k an / p en yu ap an , k et id ak sesu aian
pencatatan pajak (secara sengaja), kesalahan,
manipulasi dan markup dalam akuntansi/pen-catatan maupun pelaporan
f. Fatw a Syariah Fatw a Dew an Syari’ah Nasional No:08/ DSN-M U I/ IV/ 2000, t ent ang Pem biayaan M usyarakah. Beberapa ketentuan:
1) Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan
oleh para pihak unt uk m enunjukkan
ke-hendak mereka dalam mengadakan kontrak
(ak ad ), d en g an m em p erh at ik an h al-h al
berikut:
a) Penaw aran dan penerimaan harus secara
eksplisit m enunjukkan t ujuan kont rak
b) Penerim aan dari penaw aran dilakukan
pada saat kontrak.
c) Akad dituangkan secara tertulis, melalui
korespondensi, atau dengan
mengguna-kan cara-cara komunikasi modern.
2) Pihak-pihak yang berkont rak harus cakap
hukum, dan memperhatikan hal-hal berikut:
a) Ko m p et en d alam m em b er ik an at au
diberikan kekuasaan perw akilan.
b) Setiap mitra harus menyediakan dana dan
pekerjaan, dan setiap mitra melaksanakan kerja sebagai w akil.
c) Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur
aset musyarakah dalam proses bisnis normal.
d) Setiap mitra memberi w ew enang kepada
mitra yang lain untuk mengelola aset dan
m asing-m asing dianggap t elah diberi
w ew enang unt uk m elakukan akt if it as
m u syarak ah d en g an m em p erh at ik an
kepentingan mitranya, tanpa melakukan
kelalaian dan kesalahan yang disengaja.
e) Seorang mitra tidak diizinkan untuk
men-cairk an at au m en g in vest asik an d an a
untuk kepentingannya sendiri.
3) Obyek akad (modal, kerja, keuntungan dan
kerugian)
a) M odal
i. M odal yang diberikan harus uang tunai,
emas, perak atau yang nilainya sama.
M odal dapat t erdiri dari aset
perda-g an perda-g an , sep er t i b ar an perda-g - b ar an perda-g ,
propert i, dan sebagainya. Jika modal
dinilai dengan tunai dan disepakati oleh
para mitra.
ii. Para p ih ak t id ak b o leh m em in jam ,
meminjamkan, menyumbangkan atau
m enghadiahkan m odal m usyarakah
kepada pihak lain, kecuali at as dasar
kesepakatan.
iii. Pada prinsipnya, dalam pem biayaan
musyarakah tidak ada jaminan, namun
untuk menghindari terjadinya
penyim-pangan, LKS dapat meminta jaminan.
b) Kerja
i. Partisipasi para mitra dalam pekerjaan
merupakan dasar pelaksanaan musya-rakah; akan tetapi, kesamaan porsi kerja
bukanlah merupakan syarat . Seorang
mitra boleh melaksanakan kerja lebih banyak dari yang lainnya, dan dalam hal
ini ia boleh m enunt ut bagian
keun-tungan tambahan bagi dirinya.
ii. Setiap mitra melaksanakan kerja dalam
musyarakah atas nama pribadi dan w akil
d ari m it ran ya. Ked u d u k an m asin g
-m asing dala-m organisasi kerja harus
dijelaskan dalam kontrak.
c) Keunt ungan
i. Keu n t u n g an h ar u s d ik u an t if ik asi
dengan jelas unt uk m enghindarkan
perbedaan dan sengketa pada w aktu
alokasi keuntungan atau penghentian
musyarakah.
ii. Set iap k eu n t u n g an m it r a h ar u s
dasar seluruh keuntungan dan tidak ada
jumlah yang ditentukan di aw al yang
ditetapkan bagi seorang mitra.
iii. Seo ran g m it ra b o leh m en g u su lk an
bahw a jika keuntungan melebihi jumlah
tertentu, kelebihan atau prosentase itu
diberikan kepadanya.
iv. Sist em pembagian keunt ungan harus
tertuang dengan jelas dalam akad.
d) Kerugian
Kerugian harus dibagi diantara para mitra secara p ro p o rsio n al m en u ru t sah am
masing-masing dalam modal.
4) Biaya Operasional dan Persengketaan
a) Biaya operasional dibebankan pada modal
bersama.
b) Jika salah satu pihak tidak menunaikan
kew ajibannya atau jika terjadi perselisihan
di ant ara para pihak, maka
penyelesai-annya dilakukan melalui Badan Arbitrase
Syari’ah setelah tidak tercapai
kesepakat-an melalui musyaw arah.
g. Referensi 1) PBI No . 7 / 4 6 / PBI/ 2 0 0 5 t en t an g A k ad Penghimpunan Dan Penyaluran Dana Bagi
Bank Yang M elaksanakan Kegiat an Usaha
Berdasarkan Prinsip Syariah.
2) PBI No .8 /2 1 /PBI/2 0 0 6 t en t an g Pen ilaian
Kualit as Akt iva Bank Umum Yang M
elak-sanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
3) PBI No. 9/9/PBI/2007 tentang perubahan PBI
No.8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas
A kt iva Bank Um um Yang M elaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
4) PBI No .8 /2 4 /PBI/2 0 0 6 t en t an g Pen ilaian
Kualitas Aktiva Bagi Bank Perkreditan Rakyat
3. PEMBIAYAAN MURABAHAH
a. Definisi Pem b iayaan ad alah p en yed iaan d an a at au
t ag ih an /p iu t an g yan g d ap at d ip ersam akan
dengan itu berupa:
1) transaksi investasi dalam akad M udharabah
dan/atau M usyarakah;
2) transaksi sew a dalam akad Ijarah atau sew a dengan opsi perpindahan hak milik dalam
akad Ijarah M untahiyah bit Tamlik;
3) transaksi jual beli dalam akad M urabahah,
Salam, dan Istishna’;
4) t ransaksi pinjam m em injam dalam akad
Qardh; dan
5) t ransaksi mult ijasa dengan menggunakan
akad Ijarah atau Kafalah, berdasarkan
per-set ujuan at au kesepakat an ant ara bank
dengan nasabah pembiayaan yang mew
ajib-kan nasabah pembiayaan unt uk melunasi
hutang/kew ajibannya dan/atau
menyelesai-k an in vest asi m u d h ar ab ah d an / at au
musyarakah dan hasil pengelolaannya sesuai
dengan akad.
b. Akad
1) M urabahah Jual beli barang sebesar harga pokok barang dit am bah dengan m argin keunt ungan yang
disepakat i.
c. Fitur Dan M ekanisme 1) Pembiayaan M urabahah adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu untuk transaksi jual beli barang
seb esar h arg a p o k o k d it am b ah m arg in
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
e-w ajibkan nasabah untuk melunasi hutang/
kew ajibannya sesuai dengan akad.
2) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga
pem belian barang yang t elah disepakat i
kualifikasinya, dimana bank membeli barang
yang diperlukan oleh nasabah at as nama
b an k sen d iri k em u d ian m en ju al b aran g
tersebut kepada nasabah sebesar harga jual
yait u h ar g a p o k o k b ar an g d it am b ah
keunt ungan.
3) Dalam memperoleh barang yang dibutuhkan
o leh n asab ah , b an k d ap at m ew ak ilk an
kepada nasabah unt uk m em beli barang
tersebut dari pihak ketiga untuk dan atas nama
bank. Dan kemudian barang tersebut dijual
k ep ad a n asab ah . Dalam h al in i ak ad
murabahah baru dapat dilakukan setelah secara
prinsip barang tersebut menjadi milik bank.
4) Pembayaran oleh nasabah dapat dilakukan
secara tunai atau tangguh (pada akhir periode
atau secara angsuran) sesuai kesepakatan.
5) Jangka w akt u pem bayaran harga barang
oleh nasabah kepada bank ditentukan ber-dasarkan kesepakatan bank dan nasabah.
6) Bank dapat meminta nasabah untuk
mem-bayar uang muka atau urbun saat
menanda-t an g an i k esep ak amenanda-t an aw al p em esan an
barang oleh nasabah.
7) Uang m uka adalah sejum lah uang yang
diminta oleh bank kepada nasabah sebagai
tanda kesungguhan nasabah dalam transaksi
m urabahah. Pem bayaran uang m uka
8) Pada prinsipnya uang m uka adalah m ilik
nasabah sehingga bank tidak boleh
mem-pergunakannya. Apabila transaksi murabahah
jadi dilaksanakan, maka uang muka
diper-gunakan sebagai pengurang dari piut ang
murabahah.
9) Apabila transaksi murabahah tidak jadi
di-laksanakan (batal) maka uang muka harus
d ik em b alik an k ep ad a n asab ah set elah
dikurangi kerugian riil yang dialami oleh bank
sehubungan dengan pembatalan tersebut,
dan apabila uang m uka t idak m encukupi
maka nasabah w ajib membayar
kekurangan-nya kepada bank.
10) Urbun adalah sejumlah uang yang diminta oleh bank kepada nasabah sebagai t anda
k esu n g g u h an n asab ah d alam t ran sak si
murabahah. Pembayaran urbun dilakukan setelah transaksi murabahah terjadi.
11) Dalam p em b iayaan b erd asark an p rin sip
murabahah bank dapat memint a nasabah
untuk menyediakan agunan tambahan selain
barang yang dibiayai bank.
12) Kesepakatan margin harus ditentukan satu
kali pada aw al akad dan t idak berubah
selama periode akad.
13) Apabila bank memperoleh potongan harga
(diskon) dari supplier sebelum t erjadinya t r an sak si m u r ab ah ah m ak a b esar n ya
pot ongan harga (diskon) m erupakan hak
nasabah dan sebagai pengurang harga jual
murabahah.
(d isko n ) d ari su p p lier set elah t erjad in ya t ran sak si m u rab ah ah m ak a p em b ag ian
pot ongan harga (diskon) dilakukan
ber-d asarkan kesep akat an an t ara b an k ber-d an
nasabah dan dituangkan dalam akad serta
ditandatangani oleh kedua belah pihak.
15) Ban k d ap at m em b erik an p o t o n g an p
e-lunasan dalam transaksi murabahah:
a) b ag i n asab ah yan g t elah m elak u k an
pelunasan piut ang m urabahah secara
tepat w aktu; atau
b) bagi nasabah yang melakukan pelunasan
p iu t an g m u rab ah ah leb ih cep at d ari
w aktu yang telah disepakati.
16) Bank dapat memberikan potongan tagihan
m urabahah (al-khashm f i al-m urabahah) bagi:
a) nasabah yang telah melakukan kew ajiban
p em b ayaran cicilan n ya d en g an t ep at
w aktu;
b) n asab ah yan g m en g alam i p en u ru n an
kemampuan pembayaran.
17) Yan g d im ak su d d en g an n asab ah yan g
membayar cicilannya dengan t epat w akt u
adalah nasabah yang membayar cicilannya
(pokok dit am bah m argin) sesuai dengan
jadw al yang telah disepakati di dalam akad.
18) Yan g d im ak su d d en g an n asab ah yan g
mengalami penurunan kemampuan
mem-b ayar ad alah n asamem-b ah yan g u sah an ya
d. Tujuan/ M anfaat
1) BagiBank Secara prinsip merupakan saluran penyaluran dana bank dengan cepat dan m udah. Bank
m endapat kan prof it yait u m argin dari pem
-biayaan serta mendapatkan fee based income (ad m in ist rasi, k o m isi asu ran si d an k o m isi
notaris).
2) Bagi Nasabah M erupakan alt ernat if pendanaan yang
mem-berikan keunt ungan kepada nasabah dalam
bentuk membiayai kebutuhan nasabah dalam
hal pengadaan barang seperti pembelian dan
renovasi bangunan, pem belian kendaraan,
p em b elian b aran g p ro d u kt if sep ert i m esin
p ro d u k si, d an p en g ad aan b aran g lain n ya.
Nasabah mendapat peluang mengangsur
pem-bayarannya dengan jumlah angsuran tidak akan
berubah selama masa perjanjian.
e. Analisis Dan
Identifikasi Risiko Risiko utama dari produk ini adalah risiko pem-biayaan (credit risk) yang t erjadi jika debit ur w anprestasi atau default. Selain itu, risiko pasar juga dapat terjadi jika pembiayaan murabahah
diberikan dalam valuta asing, yaitu risiko dari
pergerakan nilai tukar.
f. Fatw a Syariah Fatw a Dew an Syari’ah Nasional No:04/ DSN-M UI/ IV/ 2000 tentang DSN-M urabahah
Ket en t u an Um u m M u rab ah ah d alam Ban k
Syari’ah:
1) Bank dan nasabah harus melakukan akad
murabahah yang bebas riba.
2) Barang yang diperjualbelikan tidak
diharam-kan oleh syari’ah Islam.
pem belian barang yang t elah disepakat i
kualifikasinya.
4) Ban k m em b eli b aran g yan g d ip erlu k an
nasabah atas nama bank sendiri, dan
pem-belian ini harus sah dan bebas riba.
5) Bank harus menyampaikan semua hal yang
berkaitan dengan pembelian, misalnya jika
pembelian dilakukan secara hutang.
6) Bank kem udian m enjual barang t ersebut
kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual
senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam
kaitan ini Bank harus memberitahu secara
jujur harga pokok barang kepada nasabah
berikut biaya yang diperlukan.
7) Nasabah membayar harga barang yang telah
d isep ak at i t erseb u t p ad a jan g k a w ak t u
tertentu yang telah disepakati.
8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan
atau kerusakan akad tersebut, pihak bank
d ap at m en g ad ak an p er jan jian k h u su s
dengan nasabah.
9) Jik a b an k h en d ak m ew ak ilk an k ep ad a
nasabah untuk membeli barang dari pihak
ket ig a, akad ju al b eli m u rab ah ah h aru s
dilakukan set elah barang, secara prinsip,
menjadi milik bank.
Ketentuan M urabahah kepada Nasabah:
1) Nasabah mengajukan permohonan dan janji
pembelian suatu barang atau aset kepada
bank.
2) Jika bank menerima permohonan tersebut,
ia harus membeli terlebih dahulu aset yang
3) Bank kemudian menaw arkan aset tersebut
kepada nasabah dan nasabah harus
mene-rima (membeli)-nya sesuai dengan janji yang
t elah disepakat inya, karena secara hukum
janji t ersebut m engikat ; kem udian kedua
belah pihak harus membuat kontrak jual beli.
4) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta
nasabah untuk membayar uang muka saat
menandatangani kesepakatan awal pemesanan.
5) Jika nasabah kemudian menolak membeli
barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar
dari uang muka tersebut.
6) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian
yang harus dit anggung oleh bank, bank
dapat m em int a kem bali sisa kerugiannya
kepada nasabah.
7) Jika uang muka memakai kont rak ‘urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka:
a) jika nasabah memutuskan untuk membeli
barang tersebut, ia tinggal membayar sisa
harga.
b) jika nasabah batal membeli, uang muka
m enjadi m ilik bank m aksim al sebesar
kerugian yang dit anggung oleh bank
akibat pembatalan tersebut; dan jika uang
muka t idak mencukupi, nasabah w ajib
melunasi kekurangannya.
Jaminan dalam M urabahah:
1) Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar
nasabah serius dengan pesanannya.
2) Bank dapat meminta nasabah untuk
Hutang dalam M urabahah:
1) Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah
d alam t r an sak si m u r ab ah ah t id ak ad a
kaitannya dengan transaksi lain yang
dilaku-k an n asab ah d en g an p ih adilaku-k dilaku-k et ig a at as
b aran g t erseb u t . Jik a n asab ah m en ju al
kembali barang tersebut dengan
keuntung-an atau kerugikeuntung-an, ia tetap berkew ajibkeuntung-an untuk
menyelesaikan hutangnya kepada bank.
2) Jik a n asab ah m en ju al b ar an g t er seb u t
sebelum masa angsuran berakhir, ia t idak
w ajib segera melunasi seluruh angsurannya.
3) Jika penjualan barang tersebut menyebabkan
k eru g ian , n asab ah t et ap h aru s m en
ye-lesaikan hutangnya sesuai kesepakatan aw al.
Ia tidak boleh memperlambat pembayaran
angsuran atau meminta kerugian itu
diper-hit ungkan.
Penundaan Pembayaran dalam M urabahah:
1) Nasabah yang memiliki kemampuan t idak
d ib en ar k an m en u n d a p en yelesaian
hutangnya.
2) Jika nasabah menunda-nunda pembayaran
dengan sengaja, atau jika salah satu pihak
t id ak m en u n aik an k ew ajib an n ya, m ak a
penyelesaiannya dilakukan m elalui Badan
A rbit rase Syari’ ah set elah t idak t ercapai
kesepakatan melalui musyaw arah.
Bangkrut dalam M urabahah:
Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal
menyelesaikan hutangnya, bank harus menunda
t agihan hut ang sam pai ia m enjadi sanggup
Fatw a Dew an Syari’ah Nasional No:10/ DSN-M UI/ IV/ 2000 tentang Wakalah
Ketentuan tentang Wakalah:
1) Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan
o leh p ar a p ih ak u n t u k m en u n ju k k an
k eh en d ak m er ek a d alam m en g ad ak an
kontrak (akad).
2) Wakalah dengan imbalan bersifat mengikat
dan tidak boleh dibatalkan secara sepihak.
Rukun dan Syarat Wakalah:
1) Syarat-syarat muw akkil (yang mew akilkan) a) Pem ilik sah yang dapat bert indak t
er-hadap sesuatu yang diw akilkan.
b) Oran g m u kallaf at au an ak m u m ayyiz dalam batas-batas tertentu, yakni dalam
hal-hal yang bermanfaat baginya seperti
m ew ak ilk an u n t u k m en erim a h ib ah , menerima sedekah dan sebagainya.
2) Syarat-syarat w akil (yang mew akili)
a) Cakap hukum,
b) Dapat mengerjakan tugas yang diw akilkan
kepadanya,
c) Wakil adalah orang yang diberi amanat.
3) Hal-hal yang diw akilkan
a) Diketahui dengan jelas oleh orang yang
mew akili,
b) Tidak bertentangan dengan syari’ah Islam,
c) Dapat diw akilkan menurut syari’ah Islam.
Fatw a Dew an Syari’ah Nasional No:13/ DSN-M UI/ IX/ 2000 tentang Uang DSN-M uka Dalam M urabahah
Ketentuan Umum Uang M uka:
Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) dibolehkan
untuk meminta uang muka apabila kedua
belah pihak bersepakat.
2) Besar jum lah uang m uka dit ent ukan
ber-dasarkan kesepakatan.
3) Jika nasabah membatalkan akad murabahah,
nasabah harus memberikan ganti rugi kepada
LKS dari uang muka tersebut.
4) Jik a ju m lah u an g m u k a leb ih k ecil d ari
kerugian, LKS dapat m em int a t am bahan
kepada nasabah.
5) Jika jum lah uang m uka lebih besar dari
k er u g ian , LKS h ar u s m en g em b alik an
kelebihannya kepada nasabah.
Fatw a Dew an Syari’ah Nasional No:16/ DSN-M U I/ IX/ 2000 t ent ang D iskon D alam M urabahah
Ketentuan Umum
1) Harga (tsaman) dalam jual beli adalah suatu jum lah yang disepakat i oleh kedua belah
pihak, baik sama dengan nilai (qîmah) benda yang menjadi obyek jual beli, lebih t inggi
maupun lebih rendah.
2) Harga dalam jual beli m urabahah adalah
harga beli dan biaya yang diperlukan
di-t am b ah k eu n di-t u n g an sesu ai d en g an
kesepakatan.
3) Jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat
diskon dari supplier, harga sebenarnya adalah harga set elah diskon; karena it u, diskon
adalah hak nasabah.
4) Jika pemberian diskon terjadi setelah akad,
berdasarkan perjanjian (perset ujuan) yang
dimuat dalam akad.
5) Dalam akad, pembagian diskon setelah akad
h en d ak lah d ip er jan jik an d an d it an d
a-t angani.
Fatw a Dew an Syari’ah Nasional No:23/ DSN-M UI/ III/ 2002 tentang Potongan Pelunasan Dalam M urabahah
Ketentuan Umum:
1) Jika nasabah dalam t ransaksi m urabahah
m elakukan pelunasan pem bayaran t epat w aktu atau lebih cepat dari w aktu yang telah
disepakati, LKS boleh memberikan potongan
dari kew ajiban pembayaran tersebut, dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad.
2) Besar potongan sebagaimana dimaksud di
at as d iser ah k an p ad a k eb ijak an d an
pertimbangan LKS.
Fatw a Dew an Syari’ah Nasional No:46/ DSN-M UI/ II/ 2005 t ent ang Pot ongan Tagihan M urabahah (Khashm Fi Al-M urabahah)
Ketentuan pemberian potongan:
1) LKS boleh memberikan potongan dari total
kew ajiban pem bayaran kepada nasabah
dalam t ransaksi (akad) m urabahah yang
t elah m elakukan kew ajiban pem bayaran
cicilannya dengan tepat w aktu dan nasabah
yang m engalam i penurunan kem am puan
pembayaran.
2) Besar potongan sebagaimana dimaksud di
atas diserahkan pada kebijakan LKS.
3) Pem b erian p o t o n g an t id ak b o leh d ip
Fatw a Dew an Syari’ah Nasional No:47/ DSN-M UI/ II/ 2005 tentang Penyelesaian Piutang M urabahah Bagi Nasabah Tidak M ampu M embayar
LKS boleh melakukan penyelesaian murabahah
bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikan/
m elunasi pem biayaannya sesuai jum lah dan
w aktu yang telah disepakati, dengan ketentuan:
1) Obyek m urabahah at au jam inan lainnya
dijual oleh nasabah kepada atau melalui LKS
dengan harga pasar yang disepakati.
2) Nasabah melunasi sisa hut angnya kepada
LKS dari hasil penjualan.
3) Apabila hasil penjualan melebihi sisa hutang maka LKS mengembalikan sisanya kepada
nasabah.
4) Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa
hut ang m aka sisa hut ang t et ap m enjadi
hutang nasabah.
5) Apabila nasabah t idak mampu membayar
sisa h u t an g n ya, m ak a LKS d ap at m em
-bebaskannya.
Fatw a Dew an Syari’ah Nasional No:48/ DSN-M UI/ II/ 2005 tentang Penjadw alan Kembali Tagihan M urabahah
LKS boleh m elakukan penjadw alan kem bali
(rescheduling) tagihan murabahah bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikan/melunasi
pem-biayaannya sesuai jumlah dan w aktu yang telah
disepakati, dengan ketentuan:
1) Tid ak m en am b ah ju m lah t ag ih an yan g
2) Pem b eb an an b iaya d alam p r o ses p en
-jadw alan kembali adalah biaya riil.
3) Perp an jan g an m asa p em b ayaran h aru s
berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
Fatw a Dew an Syari’ah Nasional No:49/
DSN-M U I/ II/ 2005 t ent ang Konversi A kad M urabahah
LKS b o leh m elak u k an k o n ver si d en g an
m em buat akad (m em buat akad baru) bagi
n asab ah yan g t id ak b isa m en yelesaik an /
m elunasi pem biayaan m urabahahnya sesuai
jumlah dan w aktu yang telah disepakati, tetapi
ia masih prospektif dengan ketentuan:
1) Akad murabahah dihentikan dengan cara:
a) Obyek murabahah dijual oleh nasabah
kepada LKS dengan harga pasar.
b) Nasabah melunasi sisa hutangnya kepada
LKS dari hasil penjualan.
c) A p ab ila h asil p en ju alan m eleb ih i sisa
hutang maka kelebihan itu dapat
dijadi-kan uang muka untuk akad ijarah atau
b ag ian m o d al d ari m u d h arab ah d an
musyarakah.
d) Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa
hutang maka sisa hutang tetap menjadi
hutang yang cara pelunasannya
disepa-kati antara LKS dan nasabah.
2) LKS dan nasabah eks-murabahah t ersebut
dapat membuat akad baru dengan akad:
a) Ijarah M untahiyah Bit Tamlik atas barang
tersebut di atas dengan merujuk kepada
t ent ang Al Ijarah M unt ahiyah Bi
Al-Tamlik.
b) M udharabah dengan m erujuk kepada
f at w a DSN No . 0 7 / DSN- M UI/ IV/ 2 0 0 0
t en t an g Pem b iayaan M u d h ar ab ah
(Qiradh); atau
c) M u syarakah d en g an m eru ju k kep ad a
f at w a DSN No . 0 8 / DSN- M UI/ IV/ 2 0 0 0
tentang Pembiayaan M usyarakah.
g. Referensi 1) PBI No.7/46/PBI/2005 t ent ang Akad Peng-himpunan Dan Penyaluran Dana Bagi Bank
Yang M elaksanakan Kegiat an Usaha
Ber-dasarkan Prinsip Syariah.
2) PBI No .8 /2 1 /PBI/2 0 0 6 t en t an g Pen ilaian
Kualit as Akt iva Bank Umum Yang M
elak-sanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
Syariah.
3) PBI No. 9/9/PBI/2007 tentang perubahan PBI
No.8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas
A kt iva Bank Um um Yang M elaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
4) PBI No .8 /2 4 /PBI/2 0 0 6 t en t an g Pen ilaian
Kualitas Aktiva Bagi Bank Perkreditan Rakyat
4. PEMBIAYAAN SALAM
a. Definisi Pem b iayaan ad alah p en yed iaan d an a at au
t ag ih an /p iu t an g yan g d ap at d ip ersam akan dengan itu berupa:
1) transaksi investasi dalam akad M udharabah
dan/atau M usyarakah;
2) transaksi sew a dalam akad Ijarah atau sew a
dengan opsi perpindahan hak milik dalam
akad Ijarah M untahiyah bit Tamlik;
3) transaksi jual beli dalam akad M urabahah,
Salam, dan Istishna’;
4) t ransaksi pinjam m em injam dalam akad
Qardh; dan
5) t ransaksi mult ijasa dengan menggunakan
akad Ijarah atau Kafalah, berdasarkan
per-set u ju an at au kesep akat an an t ara b an k
dengan nasabah pembiayaan yang mew
ajib-kan nasabah pembiayaan unt uk melunasi
hutang/kew ajibannya dan/atau
menyelesai-k an in vest asi m u d h ar ab ah d an / at au
musyarakah dan hasil pengelolaannya sesuai
dengan akad.
b. Akad
1) Salam Ju al b eli b aran g d en g an cara p em esan an berdasarkan persyaratan dan kriteria tertentu
sesuai kesepakat an sert a pem bayaran t unai
terlebih dahulu secara penuh.
c. Fitur Dan M ekanisme 1) Pembiayaan Salam adalah penyediaan dana at au t ag ih an yan g d ap at d ip ersam ak an
dengan itu untuk transaksi jual beli barang
dengan pesanan yang dibayar penuh dimuka
antara bank dengan nasabah yang mew
ajib-kan nasabah untuk memenuhi kew ajibannya
sesuai dengan akad.
2) Spesifikasi barang salam disepakati pada saat
akad transaksi salam;
3) Bank selaku pembeli barang Salam membeli
barang dari nasabah dengan spesif ikasi,
kualitas, jumlah, jangka w aktu, tempat, dan
harga yang disepakati;
4) Pembayaran harga oleh Bank kepada nasabah
harus dilakukan secara penuh pada saat Akad
disepakati. Pembayaran oleh Bank kepada
nasabah t idak boleh dalam bent uk pem
-bebasan kew ajiban nasabah kepada Bank;
5) A lat b ayar h aru s d ik et ah u i ju m lah d an
bentuknya sesuai dengan kesepakatan;
6) Bank sebagai pembeli tidak menjual barang
yang belum diterima;
7) Dalam rangka meyakinkan bahw a penjual
dapat m enyerahkan barang sesuai
kese-pakatan maka Bank dapat meminta jaminan
pihak ketiga sesuai ketentuan yang berlaku;
8) Bank hanya dapat memperoleh keuntungan
atau kerugian pada saat barang yang dibeli
Bank telah dijual kepada pihak lain, kecuali
t erdapat perubahan harga pasar t erhadap
harga perolehan, sebelum barang dijual
kepada pihak lain;
9) Dalam hal seluruh atau sebagian barang tidak
tersedia sesuai dengan w aktu penyerahan,
kualitas atau jumlahnya sebagaimana
kese-pakatan maka Bank memiliki pilihan untuk
pengembalian dana hak Bank, (ii) menunggu
p en yerah an b aran g t ersed ia; at au , (iii)
meminta kepada nasabah untuk mengganti
dengan barang lainnya yang sejenis at au
tidak sejenis sepanjang nilai pasarnya sama
dengan barang pesanan semula;
10) Dalam hal nasabah m enyerahkan barang
kepada Bank dengan kualit as yang lebih
tinggi maka nasabah tidak boleh meminta
t am bahan harga, kecuali t erdapat
kese-pakatan antara Bank dengan nasabah;
11) Dalam hal nasabah m enyerahkan barang
kepada Bank dengan kualit as yang lebih
rendah dan Bank dengan sukarela
mene-r im an ya, m ak a t id ak b o leh m en u n t u t
pengurangan harga (discount).
d. Tujuan/ M anfaat
1) Bagi Bank M em enuhi kebut uhan nasabah yang ingin m em p u n yai b ar an g t er t en t u b er d asar k an
pesanan dan sebagai upaya diversifikasi produk
Bank sesuai kebutuhan yang diharapkan pasar.
2) Bagi Nasabah Seb ag ai su m b er p em b iayaan d an layan an
perbankan bagi nasabah baik unt uk t ujuan
modal kerja maupun konsumsi.
e. Analisis Dan
Identifikasi Risiko Risiko ut am a dari produk ini adalah risiko
pembiayaan (credit risk) yang terjadi jika debitur w anprestasi atau default. Selain itu, risiko pasar juga dapat t erjadi jika m odal Salam dalam
penyelesaian adalah dalam valuta asing dimana
risiko dapat berasal dari pergerakan nilai tukar.
Pen g g u n aan ak ad Salam d alam t r an sak si
p erb an k an syariah d ih aru sk an m em en u h i
beberapa ketentuan umum sebagai berikut:
Ketentuan tentang Pembayaran:
1) A lat b ayar h aru s d ik et ah u i ju m lah d an
bentuknya, baik berupa uang, barang, atau
manfaat.
2) Pem b ayaran h aru s d ilak u k an p ad a saat
kontrak disepakati.
3) Pem b ayaran t id ak b o leh d alam b en t u k
pembebasan hutang.
Ketentuan tentang Barang:
1) Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui
sebagai hutang.
2) Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.
3) Penyerahannya dilakukan kemudian.
4) Waktu dan tempat penyerahan barang harus
ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
5) Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum
menerimanya.
6) Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan
barang sejenis sesuai kesepakatan.
Ketentuan tentang Salam Paralel:
Dibolehkan melakukan salam paralel dengan
syarat:
1) Akad kedua terpisah dari akad pertama, dan
2) Akad kedua dilakukan setelah akad pertama
sah.
Pen yer ah an Bar an g Seb elu m at au p ad a
Waktunya:
1) Penjual harus m enyerahkan barang t epat
yang telah disepakati.
2) Jika penjual menyerahkan barang dengan
kualitas yang lebih tinggi, penjual tidak boleh
meminta tambahan harga.
3) Jika penjual menyerahkan barang dengan
kualitas yang lebih rendah, dan pembeli rela
menerimanya, maka ia tidak boleh menuntut
pengurangan harga (diskon).
4) Penjual dapat m enyerahkan barang lebih
cepat dari w akt u yang disepakat i dengan
syarat : kualit as dan jumlah barang sesuai
dengan kesepakat an, dan ia t idak boleh
menuntut tambahan harga.
5) Jika semua atau sebagian barang tidak ter-sedia pada w aktu penyerahan, atau
kualitas-nya lebih rendah dan pem beli t idak rela
menerimanya, maka ia memiliki dua pilihan:
a) M em b at alk an k o n t rak d an m em in t a
kembali uangnya,
b) M enunggu sampai barang tersedia.
g. Referensi 1) PBI No . 7 / 4 6 / PBI/ 2 0 0 5 t en t an g A k ad Penghimpunan Dan Penyaluran Dana Bagi
Bank Yang M elaksanakan Kegiat an Usaha
Berdasarkan Prinsip Syariah.
2) PBI No .8 /2 1 /PBI/2 0 0 6 t en t an g Pen ilaian
Kualit as Akt iva Bank Umum Yang M
elak-sanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
Syariah.
3) PBI No. 9/9/PBI/2007 tentang perubahan PBI
No.8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas
A kt iva Bank Um um Yang M elaksanakan
4) PBI No .8 /2 4 /PBI/2 0 0 6 t en t an g Pen ilaian
Kualitas Aktiva Bagi Bank Perkreditan Rakyat