• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kesalahan siswa dalam mengerjakan soal fisika ragam esai berdasarkan perbedaan jenis kelamin SMA N I Jogonalan Klaten - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis kesalahan siswa dalam mengerjakan soal fisika ragam esai berdasarkan perbedaan jenis kelamin SMA N I Jogonalan Klaten - USD Repository"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENGERJAKAN SOAL FISIKA

RAGAM ESAI BERDASARKAN PERBEDAAN JENIS KELAMIN

SMA N I JOGONALAN KLATEN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Fisika

Oleh :Widiyowati NIM : 031424011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN

(2)
(3)
(4)

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Pelajaran yang paling berharga adalah sebuah pengalaman”

“Dengan mata hati, Jari kerinduan

Tanggapan iman, Pelukan kasih

Berdoa dan selalu berusaha

Yang akan membawa kita hidup dalam kebahagiaan”.

(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Rubahlah cara berfikir yang lebih baik maka hidup kamu

akan berubah menjadi lebih baik.

Selalu berdoa dan terus berusaha, dengan hal itu tak akan ada kata

terlambat untuk meraih keberhasilan”

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 27 Maret 2009 Yang Menyatakan

(7)

ABSTRAK

WIDIYOWATI : Analisis Kesalahan Siswa Dalam Mengerjakan Soal Fisika Ragam Esai Berdasarkan Perbedaan Jenis Kelamin di SMA N I Jogonalan Klaten.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis kesalahan yang dialami siswa, mengetahui jenis kesalahan yang banyak dibuat siswa siswa laki-laki , mengetahui jenis kesalahan yang banyak dibuat siswa perempuan, dan mengetahui langkah atau strategi untuk mengatasi kesalahan-kesalahan yang dibuat siswa.

Penelitian dilakukan di SMA Negeri I Jogonalan Klaten dengan mengambil sampel kelas X1, X1A1, X1A1 dengan 91 siswa. Penelitian dilakukan dengan mengambil

dokumen yang berupa jawaban siswa pada ujian. Dokumen yang diambil merupakan hasil dari ulangan harian 2 ( UH 2 ). Berdasarkan perkiraan yang telah disusun, dilakukan analisis terhadap jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa. Selanjutnya untuk mengetahui kesalahan apa saja yang dilakukan oleh siswa laki-laki dan siswa perempuan, dihitung dengan statistik sederhana yaitu dengan dalam bentuk prosentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis-jenis kesalahan yang dialami siswa sangat terkait dengan kemampuan mengidentifikasi besaran satuan, kemampuan menggambarkan diagram bebas, kemampuan melalui penyelesaian secara matematik, kesalahan karena menggunakan strategi coba-coba dan kemampuan dalam menangkap soal. Jenis-jenis kesalahan tersebut memiliki tingkat keumuman dan bervariasi. Secara umum jenis kesalahan terkait kemampuan melalui penyelesaian secara matematik memiliki kajian-kajian keumuman yang paling tinggi.

Bila dilihat dari jenis kelamin siswa maka untuk kelompok siswa laki-laki dan siswa perempuan kesalahan yang banyak dibuat adalah kesalahan terkait kemampuan penyelesaian secara matematis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedan jenis kelamin sangat tipis sekali.

(8)

ABSTRACT

WIDIYOWATI: Student Error Analysis in Solving Essays of Various Physics Problem Base On Sexual Category in Jogonalan I Klaten Public High School

This research aimed to find out the error types made by students: the error types that mostly made by the male and female students and discovering the steps and strategy to address students error.

This research was conducted in Jogonalan First Public High School with 91 samples derived from students of classes X1, X1A1, X12. The research was performed by

deriving the documents from students respond on physics examination. The document were result from daily quiz 2 (DQ 2). Based on the pre-determined estimation, researcher performed the analysis on the error type made by students. Subsequently, in order to know the error type made by both male and female students, simple statistic was performed.

The result of the research indicated that the error types made by the students having strong relation to their abilities to identify the quantity unit, to draw free diagram, to resolve the problem mathematically, to comprehend the problem, and additionally the error also come from trial-error strategy to solve problem. In general the error types related to the ability to resolve the problem mathematically, were highest.

In the term of students’ sex category, male and female students made many error that related to the ability to resolve the problem mathematically. The male and female student have no different error.

(9)
(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas karunia, bimbingan dan penyertaanNya dari awal hingga akhir penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Kesalahan Siswa Dalam Mengerjakan Soal Fisika Ragam Esai Berdasarkan Perbedaan

Jenis Kelamin di SMA N I Jogonalan Klaten”.

Penelitian ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik atas kerjasama, bantuan, gagasan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih pada :

1. Romo Dr. Paul Suparno, S.J M.S.T., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dengan kesabaran dan pengetahuan kepada peneliti selama penyusunan skripsi.

2. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan kepada peneliti selama menempuh studi di Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Dra Ryryn Purwanti. H.R., M.Hum, selaku kepala sekolah SMA N I Jogonalan Klaten yang telah memberikan ijin penelitian.

4. Bapak Drs. Siswanto, dan Dra. Agnes, selaku guru fisika SMA N I Jogonalan Klaten yang telah memberikan waktu dan membantu dalam penelitian.

5. Sekretariat JPMIPA FKIP.

6. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma. 7. Bapak dan Ibu Wagiyo tersayang.

8. Kakanda Sugeng dan adinda Wanti, Edi dan Aning

9. Yang aku cintai suamiku Sofyan Kusyanto dan Putriku Seisilia Sofi Destina Arumdalu menjadi semangat dalam hidupku.

(11)

sahabat-sahabat yang lain terimaksih atas semua dukungan dan semangat yang pernah kalian berikan.

11. Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2003, yang telah bekerjasama dalam menempuhstudi di Pendidikan Fisika, Rosa, Gita, Siska, Eko, Endar, Ervan, Ely, Dewi cilacap, Gilang, Dias, Romo Dion, Sr. Ruth, Ipus, Boni, Nana, Ica, Andre, Loren, Lilis, Eka, Tica, Mei, Shinta, Siwi, Alphon, cornel, Juni, dan jose terikasih sudah membantu persiapan ujian. Tak lupa teman-teman Pendidikan Fisika semua angkatan.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu di sini.

Peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun serta menyempurnakan tulisan ini.

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

DAFTAR TABEL... xv

BAB I. PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Perumusan Masalah...3

C. Tujuan Penelitian...4

D. Pembatasan Masalah...4

E. Manfaat Penelitian...5

BAB II. LANDASAN TEORI...6

A. Evaluasi dan Hasil Belajar Fisika...6

B. Hakikat tes Esai...13

C. Perbedaan Siswa Laki-laki dan Perempuan...19

D. Jenos-jenis Kesalahan Pada Tes Esai...21

E. Hubungan Dasar Teori Dengan Penelitian...25

(13)

A. Desain Penelitian...26

B. Tempat dan Waktu Penelitian...26

C. Populasi dan Sampel Penelitian...26

D. Variabel Penelitian...26

E. Instrumen Penelitian...27

F. Metode Analisis Data...27

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...31

A. Analisis Jenis Kesalahan...31

B. Analisis Tingkat Keumuman...44

C. Analisis jenis Kesalahan Yang Dilakukan Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan...49

D. Pembahasan Lain...54

BAB V. KESIMPILAN DAN SARAN ...59

A. Kesimpulan ...60

B. Saran ...63

DAFTAR PUSTAKA...65

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Surtat ijin penelitian dari USD...65

Lampiran II. Surat pernyataan telah melakukan penelitian...66

Lampiran III. Soal esai dan jawaban...67

Lampiran IV. Tabel daftar nama siswa...72

Lampiran V. Distribusi kesalahan dari setiap siswa...74

Lampiran VI. 1. Tabel 1 spd 3. tabel kesalahan terkait aspek kemampuan menyeleseikan soal...78

a. Tabel kesalahan tiap siswa pada kelas X...78

b. Tabel kesalahan tiap siswa pada kelas XI...88

c. Tabel kesalahan tiap siswa pada kelas XII...96

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Konversi nilai berdasarkan PAP………..10

Tabel 2. Konversi nilai berdasarkan PAN………..11

Tabel 3. Tabel jumlah kesalahan terkait kemampuan menyelesaikan soal………28

Tabel 4. Tabel jumlah siswa yang melakukan kesalahan……….………….29

Tabel 5. Tabel jumlah total siswa yang melakukan kesalahan………..29

Tabel 6. Tabel tingkat keumuman jenis kesalahan berdasarkan jumlah kesalahan yang dilakukan siswa……….……….30

Tabel 7. Tabel tingkat keumuman jenis kesalahan semua kelas………31

Tabel 8. Tabel jumlah siswa yang melakukan kesalahan ……….44

Tabel 9. Tabel jumlah total siswa yang melakukan kesalahan……….……..46

Tabel 10. Tabel tingkat keumuman jenis kesalahan berdasarkan jumlah kesalahan yang di lakukan siswa………..49

Tabel 11. Tabel tingkat keumuman jenis kesalahan berdasarkan jumlah kesalahan yang di lakukan seluruh siswa………52

Tabel 12. Tabel jumlah kesalahan yang dilakukan siswa berdasarkan perbedaan Jenis kelamin………52

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu kunci yang menjadi elemen penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Di samping itu pembelajaran fisika di Sekolah dimaksudkan agar siswa mampu menguasai konsep-konsep fisika serta mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini menguasai bahan berarti memahami konsep fisika tersebut. Penguasaan tersebut tampak dari kemampuan siswa dalam mengerjakan soal.

Bentuk soal fisika ragam esai banyak disajikan oleh guru fisika untuk mengukur penguasaan materi oleh siswa. Tes dalam uraian ini digunakan untuk mengukur prestasi belajar, baik aspek pengetahuan maupun aspek ketrampilan (Nahar, M, 2003:07).

Tipe soal fisika ragam esai menuntut kemampuan analisis, sintesis, dan bahkan evaluasi. Ketika siswa dihadapkan pada soal fisika ragam esai, siswa perlu tahu konsep-konsep yang terkait dan hubungan secara matematik antara konsep-konsep tersebut.

(17)

memungkinkan timbulnya kesalahan-kesalahan tertentu ketika siswa harus mnyelesaikan soal tersebut.

Perolehan nilai tes fisika yang rendah dapat menunjukkan bahwa siswa mengalami kesalahan tertentu dalam mengerjakan soal. Sebaiknya hal ini dijadikan pemikiran tersendiri bagi guru, mengingat bahwa nilai tersebut menunjukkan kemampuan siswa dan sangat berpengaruh dalam menentukan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Pendidikan merupakan produk atau konstruksi sosial yang diperuntukkan bagi siapa saja tanpa memandang jenis kelamin. Adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan menarik untuk diteliti.

Ideologi gender cukup dominan dalam masyarakat, maka tidak mengherankan jika hal tersebut tercermin dalam proses pembelajaran sekolah. Oleh sebab itu juga tidak mengherankan jika ditemukan permasalahan yang terkait dengan gender dalam proses pembelajaran di sekolah. Proses pembelajaran yang dimaksud adalah keseluruhan aktivitas dalam belajar dan mengajar demi tercapainya tujuan belajar dan mengajar itu sendiri. Dalam hal ini keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat dilihat dengan keberhasilan siswa dalam mengerjakan soal.

(18)

abstrak.

Pendapat tersebut telah memberikan stereotip pada perempuan bahwa perempuan adalah sosok yang lebih baik dalam ingatan, lebih emsional dan tidak mempunyai ketertarikan yang menyeluruh terhadap soal-soal yang teotitis. Di sisi lain, laki-laki lebih baik dalam berfikir logis, lebih rasional dan mempunyai minat yang tinggi dalam soal-soal yang bersifat teoritis.

Pandangan yang beredar yang membutuhkan perhatian dari para ahli psikologi pendidikan adalah permasalahan gender di sekolah. Pertanyaan yang mendasar adalah apakah perbedaan gender sangat berpengaruh pada bidang fisika, khususnya pada saat mengerjakan soal-soal fisika ragam esai.

Analisis kesalahan dapat memberikan manfaat bagi guru maupun siswa. Bagi guru dapat memberikan gambaran bagaimana siswa memahami materi yang dipelajarinya, mengetahui bagaimana siswa menyelesaikan soal, serta memberi gambaran kesalahan yang dilakukan siswa, sehingga dapat menjadi umpan balik yang dapat digunakan untuk menungkatkan pembelajaran yang berikutnya. Bagi siswa sendiri, analisis kesalahan ini dapat dijadikan pedoman bila suatu saat menemui soal yang sejenis.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas penelitian ini ingin menjawab beberapa masalah :

(19)

2. Jenis kesalahan apa yang banyak dibuat siswa laki-laki ? 3. Jenis kesalahan apa yang banyak dibuat siswa perempuan ?

4. Langkah atau strategi apa yang digunakan untuk mengatasi kesalahan-kesalahan yang dibuat siswa dalam menyelesaikan soal fisika ragam esai?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah ingin:

1. Mengetahui jenis-jenis kesalahan yang dibuat siswa dalam menyelesaikan soal fisika ragam esai

2. Mengetahui jenis kesalahan yang banyak dibuat siswa laki-laki 3. Mengetahui jenis kesalahan yang banyak dibuat siswa perempuan

4. Mengetahui langkah atau strategi untuk mengatasi kesalahan-kesalahan yang dibuat siswa dalam menyelesaikan soal fisika ragam esai.

D. Pembatasan Masalah

Penelitian ini menyelidiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa pada : 1. Materi semester genap kelas X, XI, dan XII

(20)

E Manfaat Penelitian

Bagi guru :

1. Guru mengetahui kesalahan yang dibuat siswa.

2. Guru mengetahui langkah-langkah atau strategi yang diterapkan siswa dalam mengerjakan soal fisika ragam esai. Dengan gambaran ini diharapkan dapat membantu dalam merencanakan pengajaran remedial yang tepat agar guru dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Dengan mengetahui kesalahan yang dibuat siswa laki-laki dan perempuan, guru dapat membuat program remidi bagi siswa yang sesuai dengan jenis kelaminnya.

Bagi siswa :

1. Siswa mengetahui kesalahan yang dilakukan dalam menyelesaikan soal fisika ragam esai.

2. Siswa memperoleh acuan bila suatu saat di hadapkan pada soal fisika ragam esai yang sejenis.

Bagi peneliti :

(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Evaluasi dan Hasil Belajar Fisika

1. Definisi Evaluasi

a. Pengertian evaluasi

Menurut Modjiono dan Dimyanti (1991:1-2) evaluasi adalah cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasil proses yang yang telah dilakukan di dalam kelas. Menurut Subiyanto (1990:27) secara umum evaluasi dapat diberikan sebagai proses yang ditempuh oleh seseorang guna mana diantara dua atau lebih pilihan yang paling diinginkan. dalam pembelajaran evaluasi berarti penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program yang dalam hal ini ditetapkan dalam tujuan pembelaran.

Jadi inti evaluasi adalah proses perbaikan atau menentukan nilai kepada suatu obyek tertentu berdasarkan kriteria tertentu. Sebagai proses evaluasi bukanlah suatu kegiatan final.

b. Manfaat evaluasi

(22)

mengelompokkan siswa, analisis kesulitan-kesulitan siswa; dan (3) menyusun program remidiasi baik untuk kelompok maupun individual. Bagi siswa evaluasi dapat bermanfaat dalam (1) menumbuhkan motivasi untuk belajar; (2) membantu siswa untuk menumbuhkan usaha belajarnya; (3) membantu siswa dalam memahami dirinya sendiri. Bagi kepala sekolah evaluasi berguna untuk melengkapi (1) kartu catatan tingkah laku siswa, minat, dan kecakapan khusus; (2) laporan pendidikan; (3) data supervisi bagi para guru. Bagi konselor evaluasi berguna untuk (1) melengkapi bahan bimbingan lebih lanjut /pelajaran sesuai bakat, minat, kemampuan dan kecakapan masing-masing; dan (2) melengkapi bahan bimbingan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial siswa.

2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar diasumsikan sebagi keberhasilan siswa dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh guru maupun dalam menginterpretasikan pemahaman materi yang dipelajarinya secara lisan atau tertulis. Hasil belajar berkaitan dengan peninjauan kembali keterlibatan siswa dalam proses belajar dan mengajar yang telah berlangsung dan refleksi atas pola mengajar guru, sekaligus menemukan langkah kongkrit dalam langkah selanjutnya.

(23)

kualitasnya rendah ; dan (4) kuantitas dan kualitasnya tinggi.

Hasil belajar siswa diwujudkan dalam nilai. Nilai adalah simbol yang digunakan untuk menyatakan peringkat keberhasilan siswa selama mengikuti pelajaran. Tahap untuk menentukan nilai adalah ulangan, skoring, dan pemrosesan skor menjadi nilai.

3. Penilaian

a. Penilaian

Menurut Purwanti (2002:16) yang dimaksud dengan penilaian adalah kegiatan membandingkan hasil pengukuran (skor) sifat suatu obyek dengan arah yang relevan sedemikian sehingga diperoleh suatu kualitas yang bersifat kualitatif. Oleh karena itu penilaian meliputi dua pokok yaitu penskoran dan pembuatan nilai.

Penskoran adalah pembuatan skor terhadap jawaban yang dilakukan penilai bagi hasil pekerjaan siswa. Berikut akan dibahas mengenai bentuk penskoran tes esai.

Untuk soal tes esai, penskoran dilakukan dengan menggunakan sistem bobot. Bobot yang dimaksud dalam hal ini adalah besarnya skor maksimal yang bisa dicapai siswa untuk setiap soalnya. Bobot tiap soal dipengaruhi oleh aspek yang ingin diukur.

Proses pembuatan nilai

Pada penentuan bobot. Bobot untuk masing-masing aspek ditentukan oleh: a. Kemampuan siswa mengenali dan menyajikan informasi.

b. Mengenali dan merumuskan permasalahan yang diajukan.

c. Jumlah kriteria yang dituntut untuk masing-masing aspek yang ingin diukur.

(24)

skala penilaian dan norma penilaian. Ada empat skala penilaian yaitu skala bebas, skala 1 – 10, skala 1 – 100, dan skala huruf. Skala bebas adalah skala yang nilai tertinggi tergantung pada banyak dan bentuk soal. Skala 1 – 10 yaitu rentangan nilai dari 1- 10 untuk laporan prestasi belajar siswa dimana angka pecahan biasanya tidak digunakan. Skala 1 – 100 yaitu rentangan nilai 1 – 100 dimana terdapat 100 angka bulat sehingga pecahan pada skala 1 – 10 pada skala 1 – 100 merupakan angka bulat yang dapat di tulis apa adanya. Misalnya angka 5,5 pada skala 1-10 pada skala 1-100 menjadi 55.

Dalam pemberian nilai diperlukan sebuah norma atau patokan penilaian, yaitu untuk menetapkan batas antara derajad prestasi yang akan dinilai “cukup” dan derajad prestasi yang akan dinilai “tidak cukup”. Dalam penilaian ada dua pendekatan yaitu pendekatan dengan menggunakan norma yang pasti (standar absolut, standar mutlak) dimana derajad prestasi siswa dibandingkan dengan patokan yang sudah ditetapkan sebalumnya dan penilaian beracuan patokan (PAP) dan pedoman yang menggunakan norma yang relatif (standar relatif), dimana derajad prestasi setiap siswa dibandingkan dengan derajad prestasi dari semua siswa dalam kelompoknya (penilaian beracuan norma /PAN).

b. Penilaian Beracuan Patokan (PAP)

(25)

Patokan bersifat pasti atau tetap dan dapat diterapkan terhadap kelompok siswa yang mendapat pengajaran yang sama. Patokan itu berupa suatu tuntutan penguasaan yang telah ditetapkan. Yang menjadi dasar penentuan batas antara “cukup” dan “tidak cukup” adalah tujuan instruksional. Dalam keadaan demikian guru harus menentukan suatu norma minimal yang harus dipenuhi oleh siswanya, misalnya pada suatu tes suamatif siswa harus mencapai derajad prestasi setinggi minimal 75% dari kemampuan-kemampuan yang tercakup dalam tujuan instriksional khusus (TIK). Ketentuan inilah yang menjadi ciri khas dari PAP. Tabel skala konversi skor menjadi nilai berdasarkan PAP dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Konversi nilai berdasarkan PAP

Interval (%) Nilai

95-100 10

86-94 9

77-85 8

68-76 7

60-67 6

31-59 5

0-30 4

c. Penilaian Beracuan Norma (PAN)

(26)

tes hasil belajar yang satu dengan tes hasil belajar yang lain, tergantung dari hasil rata-rata yang dicapai dalam kelas dan norma penilaian mengikuti derajad prestasi yang pada umumnya tercapai. Penilaian yang mengikuti norma ini disebut Penilaian Acuan Norma (PAN). PAN mengikuti penerapan norma yang relatif, dimana dua harga digunakan sebagai dasar untuk menafsirkan derajad prestasi yang diperoleh oleh masing-masing siswa yaitu angka rata-rata (mean) dan angka penyimpangan rata-rata (standart deviasi).

Apabila hasil rata-rata dalam kelompok siswa agak tinggi, norma penilaian yang didasarkan pada hasil rata-rata itu ikut bergeser keatas dan bila hasil rata-rata dalam kelompok agak rendah, maka batas penilaian antara “cukup” dan “tidak cukup” ikut bergeser kebawah. Untuk mengkonversi nilai berdasarkan PAN dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Konversi nilai berdasarkan PAN

Skor nilai

Kaum konstruktifis mengungkapkan bahwa hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar : konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari (Suparno, 1997:61).

(27)

belajar (Winkel, 1996:52). Hasil belajar yang baik menunjukkan tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, yang dikenal dengan prestasi belajar. Pada umumnya prestasi belajar siswa di wujudukan dengan nilai sebagai simbol yang digunakan untuk menyatakan tingkat tingkat keberhasilan siswa selama mengikutu kegiatan belajar dan mengajar.

Siswa dikatakan memiliki prestasi belajar yang tinggi apabila banyak tujuan yang bisa dicapai dari pembelajaran. Indikator pembelajaran dapat dilihat dari aspek pemahaman, ingatan, penerapan, dan analisis. Aspek pemahaman ditunjukkan dengan seberapa jauh siswa mampu memahami materi dengan membedakan pernyataan, mampu mengklarifikasikan materi pelajaran, aspek ingatan ditunjukkan dengan kemampuan siswa mengingat materi pelajaran, mendefinisikan, dan mampu mengungkapkan kembali suatu konsep atau hukum yang telah dipelajari, aspek penerapan ditunjukkan dengan kemampuan siswa menggunakan suatu konsep atau hukum yang tepat, misalnya dalam langkah menyelesaikan soal.

Hasil belajar siswa juga dipengaruhi oleh kemampuan belajar yang merupakan kombinasi dari berbagai hal, yaitu :

i. Taraf inteligensi atau intelektual.

ii. Bakat khusus, mengingat keberhasilan dalam jenjang dan jenis studi tertentu mungkin menuntut adanya suatu bakat khusus, misalnya untuk memperdalam bidang studi fisika.

iii. Taraf pengetahuan yang dimiliki, yang diperoleh melalui pendidikan di sekolah dan studi pribadi, misalnya kosakata.

(28)

suatu bacaan dan merumuskan kemampuan dan pemahaman dalam bentuk bahasa tertulis yang baik.

v. Taraf organisasi kognitif, yaitu sampai beberapa jauh hal-hal yang sudah dipelajari, dapat diorganisir dengan baik dalam alam pikiran dan di sampaikan secara sistematis dalam ingatan (Winkel, 1996:26).

Suwito (2004:11) menyatakan secara singkat hasil belajar yang diharapkan mencangkup :

1. Pengetahuan dan penguasaan konsep.

2. Ketrampilan yang terkait dengan metode ilmiah, dan kemampuan untuk menerapkan metode tersebut dalam memecahkan masalah.

3. Sikap-sikap positif.

B. Hakikat Tes Esai

1. Tes Esai

Nana Sujana (1989:25) menjelaskan tes subyektif sebagai salah satu jenis tes dimana siswa diminta menjawab pertanyaan dengan uraian atau menjelaskan dengan menggunakan kata atau kalimat sendiri. M.Nahar menyatakan bahwa tes subyektif adalah tes yang menurut jawaban siswa untuk mengingat dan mengorganisasikan gagasan-gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam uraian tertulis. Menurut Suharsini Arikunto (1984:35) yang dimaksud tes subyektif adalah sejenis tes kemajuan hasil belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat uraian kata-kata.

(29)

yang bersifat kompleks, walaupun tidak dipungkiri bahwa banyak rekan-rekan dosen yang menggunakan soal tes bentuk esai ini untuk mengukur kemampuan-kemampuan faktual.

2. Jenis-jenis Tes Esai

Subino (1987:2) menyebutkan bahwa tes bentuk esai ada 2 jenis yaitu esai terbatas dan esai bebas. Soal tes bentuk esai terbatas tepat di gunakan untuk mengevaluasi hasil belajar kompleks berupa kemampuan-kemampuan :

a. Menjelaskan hubungan sebab-akibat. b. Menuliskan aplikasi prinsip.

c. Mengajukan argumen-argumen yang relevan. d. Merumuskan hipotesis-hipotesis dengan tepat. e. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan secara tepat f. Merumuskan asumsi-asumsi secara tepat.

g. Melukiskan keterbatasan-keterbatasan kata. h. Menjelaskan metode dan prosedur.

i. Semacamnya yang menunurut kemampuan-kemampuan tes untuk melengkapi jawabannya.

Sedangkan tes bentuk esai bebas tepat dipergunakan untuk mengevaluasi hasil belajar yang bersifat kompleks berupa kemampuan-kemampuan :

a. Menghasilkan, menyusun dan menyatakan ide-ide.

b. Memadukan berbagai hasil belajar di berbagai bidang studi.

(30)

Menurut Nana Sudjana (1990:37-38) menyatakan tes bentuk esai bebas tepat digunakan bila bertujuan untuk :

a. Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah sehingga dapat diketahui luas dan intensitasnya.

b. Mengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam sehinggga sehingga tidak ada satupun jawaban yang pasti.

c. Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari berbagai segi atau dimensinya.

3. Prosedur Pembuatan Soal Esai

Prosedur/kaidah pembuatan soal bentuk esai menurut Nana Sudjana (1990:39) hendaknya memperhatikan hal-hal berikut :

a. Dari segi isi yang diukur.

Segi yang diukur hendaknya di tentukan secara jelas abilitasnya, misalnya pemahaman konsep, aplikasi suatu konsep, analisis suatu permasalahan, dan aspek kognitif lainnya.

b. Dari segi bahasa.

Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah diketahui makna yang terkandung dalam rumusan pertanyaan. Bahasanya sederhana, singkat, tetapi jelas apa yang ditanyakan. Hindari bahasa yang berbelit-belit, membingungkan, atau mengecoh siswa.

c. Dari segi teknis penyajian soal.

(31)

diajukan lebih komprehensif daripada segi lingkup materinya. d. Dari segi jawaban.

Setiap pertanyaan yang hendak diajukan sebaiknya telah ditentukan jawaban yang diharapkan, minimal pokok-pokoknya.

4. Batas-batas Pembuatan Soal Esai

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan tes esai menurut Drs. Zainal Amir (1988:31-32) adalah sebagai berikut :

a. Materi yang akan diujikan hendaknya materi yang kurang cocok diukur dengan menggunakan tes obyektif.

b. Setiap pertanyaan hendaknya menggunakan petunjuk dan rumusan yang jelas dan mudah dipahami sehingga tidak menimbulkan kebimbangan pada anak didik.

c. Jangan memberikan kesempatan pada anak didik untuk memilih dari beberapa soal dari sejumlah soal yang diberikan, sebab cara yang demikian tidak memungkinkan untuk memperoleh skor yang dapat dibandingkan. d. Persoalan dalam tes esai hendaknya terarah pada hal-hal seperti : menelaah

(32)

penskoran merupakan panduan atau petunjuk yang menjelaskan tentang :

a. Batasan atau kata-kata kunci untuk melakukan penskoran terhadap soal-soal bentuk esai

b. Tuliskan kemungkinan-kemungkinan jawaban.

c. Kriteria-kriteria jawaban yang digunakan untuk melakukan penskoran terhadap soal-soal esai.

5. Kebaikan dan Kelebihan Tes Esai

Terdapat beberapa kebaikan dan kelemahan dari tes esai. Menurut Anas Sujiono (2000:102-103), Subino (1987:3-4), dan Nana Sudjana (1990: 36-37), kebaikan dan kelemahan tes esai sebagai berikut :

a. Kebaikan tes esai adalah :

1) Mudah disiapkan atau disusun.

2) Tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berspekulasi.

3) Dapat diketahui sejauh mana siswa menguasai materi yang telah dipelajari. 4) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapatnya serta menyusun

dalam bentuk kalimat. Jawaban pada tes esai berupa urauan-uraian yang harus di susun dengan kata-kata dan kalimat-kalimat sendiri. Ini akan menuntut siswa untuk terampil memilih kata-kata dan kalimat-kalimat secara tepat dalam merumuskan jawaban-jawabannya

(33)

itu.

6) Pada tes esai, kemungkinan menebak jawaban sangat kecil. Sekiranya jawaban yang diberikan itu adalah hasil tebakan, maka sangat mudah diketahui.

7) Soal tes bentuk esai sangat tepat digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil belajar yang bersifat kompleks yang tidak dapat dievaluasi dengan alat lainnya.

8) Tes esai relatif lebih mudah dari pada soal tes bentuk obyektif.

9) Pada tes esai proses berfikir siswa dapat dilacak dari jawaban-jawabannya. 10) Soal tes bentuk esai lebih menekankan pengintegrasian dan pengaplikasian

berfikir teoritis atau penalaran yakni berfikir logis, sistematis, analitis dan memecahkan masalah (problem solving) dari pada hanya sekedar memanipulasi informasi-informasi yang faktual.

b. Kelemahan tes esai adalah :

1) Kurang dapat mewakili bahan pelajaran atau ruang lingkupnya kecil karena soalnya sedikit.

2) Cara mengoreksi sukar sekali karena memerlukan pertimbangan dari penilai dan menyita waktu, tenaga dan pikiran.

3) Dalam pemberian skor terdapat kecenderungan penilai lebih banyak bersifat subyektif.

4) Lembar jawaban tes esai sulit untuk dikoreksi oleh orang lain sebab yang tahu jawaban yang sempurna hanya penyusun tes itu sendiri.

(34)

(reliabilitas) tes esai umumnya rendah sehingga kurang dapat diandalkan untuk alat mengukur hasil tes yang baik.

C. Perbedaan Siswa Laki-laki dan Perempuan

Beberapa penelitian menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin antara siswa laki-laki dan perempuan berpengaruh terhadap belajar di sekolah. Kecerdasan manusia sekarang ini dapat ditentukan oleh angka matematis yang sering disebut dengan IQ. Kecerdasan itu sering digambarkan sebagai kumpulan program kemampuan yang ada di beragam bagian otak manusia. Otak manusia terbagi atas dua bagian, yaitu otak kanan dan otak kiri. Dalam hal ini cara berfikir antara siswa laki-laki dan perempuan berbeda, hal ini dipengaruhi oleh adanya perbedaan antara otak perempuan dan otak laki-laki. Perbedaan otak laki-laki dan perempuan sebenarnya karena pengaruh hormonal pada saat pembentukannya. Hal ini menyebabkan otak laki-laki dan otak perempuan menjadi berbeda secara struktural. Perbedaan struktur terutama tampak pada ukuran pada bagian-bagian otak tertentu. Perbedaan struktur ini kemudian termanifestasi dalam perbedaan mengolah masalah, termasuk ketrampilan motorik tertentu. Perbedaan struktur ini hanya manandakan kemampuan berfikir, tetapi bukan pada skala kecerdasan. Sebagai contoh pusat pengaturan bahasa pada otak perempuan lebih tersebar dari pada otak laki-laki yang lebih terpusat (fokus) di otak kiri. Konsekuensinya, perempuan lebih piawai dalam mengolah kata (lisan maupun tertulis).

(35)

kaum laki-laki. Pada umumnya kemampuan perempuan itu lebih tertarik pada hal-hal yang praktis, langsung dari segi-segi kehidupan yang konkrit dan segera. Atau dengan kata lain siswa perempuan di sekolah lebih suka memilih mata pelajaran yang mempunyai dasar menarik dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Menurut Kompas (2003:18) wanita pada rata-ratanya memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan pria pada kemampuan verbal. Laki-laki rata-rata memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan wanita pada hal penalaran kecakapan matematika dan visual spasial. Perbedaan jenis kelamin pada kemampuan kognitif, yang telah diamati sejak awal pengujian sistematik, tampaknya semakin menghilang. Laki-laki dan perempuan tampaknya memiliki nilai yang kira-kira sama pada bagian verbal tetapi laki-laki memiliki nilai yang lebih tinggi secara bermakna pada bagian matematika. Fakta bahwa perbedaan jenis kelamin telah menurun tahun demi tahun menyatakan bahwa perbedaan nilai tes mencerminkan perbedaan latihan dan harapan sosial, sampai belum lama ini anak perempuan didorong untuk mengembangkan minat dalam puisi dan literatur. Anak laki-laki diharapkan lebih memperhatikan hal-hal ilmiah dan mekanika. Walaupun masyarakat semakin mengakui kesederajatan antara laki-laki dan perempuan, dan orang tua dan guru semakin tidak stereotipe terhadap kemampuan yang mereka dorongkan, masih terdapat perbedaan dalam cara bagaimana anak laki-laki dan perempuan diperlakukan sehingga banyak anak perempuan kurang percaya diri dalam bidang matematika dan sains dan cenderung memberikan lebih banyak dorongan dan penguatan bagi anak laki-laki dibandingkan untuk anak perempuan.

(36)

sejenisnya bukan berarti dia tidak cerdas, melainkan anak tersebut perlu belajar lebih banyak. Di sekolah guru mempunyai peranan penting dalam membantu siswa belajar. Dari mulai masuk sekolah siswa meluangkan ratusan jam untuk belajar dan bertatap muka dengan guru. Perbedaan perlakuan guru terhadap siswa laki-laki dan perempuan berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam belajar. Oleh karena itu diharapkan perlakuan guru terhadap siswa di dalam kelas merata.

Fennema (1980, dalam Sriyanto, 1999:16) berpendapat bahwa pada umumnya guru lebih banyak memberi perhatian pada siswa laki-laki, banyak pertanyaan yang diajukan oleh siswa laki-laki dari pada siswa perempuan. Selain itu siswa laki-laki diberi kesempatan untuk merespon lebih banyak pertanyaan yang memerlukan kemampuan kognitif yang tinggi. Namun kurangnya perhatian yang diberikan guru tersebut menyebabkan siswa perempuan berusaha dengan keras untuk dapat mengerti fisika. Dan hal ini merupakan salah satu sebab keberhasilan siswa perempuan dalam belajar fisika.

D. Jenis-Jenis Kesalahan Pada Tes Esai

Menurut Nahar (2003:7) pada umumnya kesalahan siswa dalam pengerjaan ulangan IPA fisika dibagi dalam lima kriteria, yaitu :

1. Kesalahan siswa dalam menyebutkan konsep-konsep atau hukum-hukum fisika. 2. Kesalahan dalam menerapkan persamaan.

3. Kesalahan dalam memahami model-model.

(37)

Beberapa kategori kesalahan yang terkait dengan kemampuan siswa menyelesaikan soal fisika ragam esai yang diusulkan oleh Suwito (2004) adalah : 1. Kesalahan mengidentifikasi besaran dan satuan.

a. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara transparan. b. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara tidak transparan. c. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang dinyatakan.

d. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara tidak langsung. e. Kesalahan mengidentifikasi besaran vektor.

f. Kesalahan mengidentifikasi besaran skalar. g. Kesalahan menentukan simbol.

h. Kesalahan menuliskan satuan.

i. Kesalahan mengkonversi satuan ke dalam bentuk yang saling cocok. 2. Kesalahan menggambarkan diagram bebas sesuai rumusan soal.

a. Kesalahan menggambarkan obyek atau sistem.

b. Kesalahan menentukan besaran yang ada pada obyek atau sistem. 3. Kesalahan menggambarkan obyek atau sistem.

a. Kesalahan mengidentifikasi formula dasar. b. Kesalahan mengidentifikasi formula antara. 4. Kesalahan melakukan penyelesaian secara matematis.

a. Kesalahan memanipulasi persamaan

b. Kesalahan mensubtitusi nilai besaran ke dalam suatu persamaan.

(38)

dalam Sriyanto 1999:19) memberikan klasifikasi penyebab kesalahan dalam matematika sebagai berikut :

1. Kesalahan karena kesulitan-kesulitan dan salah pengertian dalam bahasa.

2. Kesalahan yang disebabkan karena kesulitan menyatakan informasi dari representasi visual dan keruangan dalam tugas matematika.

3. Kesulitan karena tidak matangnya penguasaan syarat perlu seperti fakta dasar, ketrampilan dan konsep-konsep.

4. Kesalahan karena asosiasi yang salah pada proses pemecahan masalah.

5. Kesalahan karena pengaplikasian aturan-aturan yang tidak relevan, dan aplikasi strategi yang tidak matang dalam meyelesaikan masalah-masalah.

Beberapa kategori penyebab kesalahan yang diusulkan oleh Gerhard Beaker (1978, dalam Sriyanto 1999:19) dalam pembuktian geometri yang kemungkinan besar juga terjadi dalam penyelesaian soal fisika :

1. Kekurangan pengetahuan khusus

Pengetahuan yang diperlukan tidak ada dalam ingatan. 2. Strategi coba-coba (Trial-and error)

Srategi ini disebabkan karena respon random atau strategi hapzard. Siswa sering memilih memberikan sembarang jawaban entah benar atau salah dari pada tidak memberi jawaban.

3. Kesalahan karena pengertian yang tidak lengkap pada elemen-elemen sederhana. Kesalahan ini sering muncul pada istilah tehnik, simbol, bagian-bagian dari gambar atau teks dan lain-lain.

(39)

Kesalahan ini sering muncul pada teorema secara keseluruhan, hubungan-hubungan logika komplek antara bagian-bagian sebuah teorema atau urutan serangkaian teorema.

5. Kesalahan dikarenakan mengubah informasi.

Kesalahan ini dapat dilihat khususnya ketika siswa diharuskan menyatakan penyelesaian, pemikiran, atau penalaran dalam bahasa.

6. Kesalahan disebabkan karena bagian-bagian sederhana dari sebuah kalimat, gambar, atau bagian-bagian konfigurasi atau elemen-elemen.

Berdasarkan uraian dan hasil penelitian yang telah diperoleh para peneliti, maka kami dapat menentukan beberapa kemampuan yang dituntut dalam menyelesaikan soal fisika ragam esai, dimana kemampuan ini sangat terkait dengan kesalahan-kesalahan yang dialami siswa. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain: 1. Kesalahan mengidentifikasi besaran dan satuan.

a. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara transparan. b. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara tidak transparan. c. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang dinyatakan.

d. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara tidak langsung. e. Kesalahan mengidentifikasi besaran vektor.

f. Kesalahan mengidentifikasi besaran skalar. g. Kesalahan menentukan simbol.

h. Kesalahan menuliskan satuan.

(40)

a. Kesalahan menggambarkan obyek atau sistem.

b. Kesalahan menentukan besaran yang ada pada obyek atau sistem. 3. Kesalahan melakukan penyelesaian secara matematis.

a. Kesalahan memanipulasi persamaan

b. Kesalahan mensubtitusi nilai besaran ke dalam suatu persamaan.

c. Kesalahan menghitung nilai suatu besaran dengan perhitungan matematik. 4. Kesalahan karena menggunakan strategi coba-coba (Trial and error).

5. Kesalahan menangkap soal.

E. Hubungan Antara Dasar Teori dengan Penelitian

Dasar teori yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah evaluasi dan hasil belajar, tes esai, perbedaan jenis kelamin, dan kesalahan-kesalahan yang muncul pada saat siswa mengerjakan soal fisika ragam esai.

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain penelitian.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Deskripsi kualitatif dilakukan dengan memaparkan dan menganalisis jenis kesalahan yang dideteksi lewat hasil pekerjaan siswa. Deskripsi kuantitatif dilakukan dengan menghitung secara kuantitatif kesalahan tersebut dalam prosentase banyaknya siswa yang melakukan kesalahan dan seberapa sering siswa laki-laki atau perempuan yang melakukan suatu kesalahan.

2. Tempat dan Waktu Penelitian.

Penelitian dilaksanakan di SMA N I Jogonalan Klaten. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan juni 2008.

3. Populasi dan Sampel Penelitian.

Populasi yang diteliti adalah populasi siswa kelas X, XI, XII dengan mengambil sampel kelas X1, XIA1, XIIA1.

4. Variabel Penelitian.

(42)

Berdasarkan jenis kesalahan yang terdeteksi dicari tingkat keumuman suatu jenis kesalahan. Dalam hal ini tingkat keumuman dapat didefinisikan berapa banyak siswa yang melakukan suatu jenis kesalahan.

Selanjutnya berdasarkan jenis kesalahan itu pula dicari tingkat keseringan siswa melakukan suatu jenis kesalahan berdasarkan jenis kelaminnya. Dalam hal ini dapat didefinisikan seberapa banyak jenis kesalahan yang dilakukan siswa laki-laki dan seberapa banyak kesalahan yang dilakukan siswa perempuan.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah dokumen yang berupa jawaban siswa pada ujuan. Dokumen yang diambil merupakan hasil dari ulangan harian 2 (UH 2). Dokumen tersebut kami peroleh dari guru fisika atas persetujuan kepala sekolah SMA N I Jogonalan Klaten.

6. Metode Analisis Data

Data diperoleh dari berkas jawaban siswa. Hasil pekerjaan siswa merupakan sumber data utama yang dianalisis. Jenis kesalahan dianalisis secara langsung dari hasil pekerjaan siswa dari prakiraan yang telah disusun. Tabel data memuat jenis kesalahan, jumlah kesalahan untuk tiap siswa, tiap nomor soal dan jumlah total kesalahan.

(43)

Tabel 3. Tabel jumlah kesalahan terkait kemampuan menyelesaikan soal. Kelas X, XI, XII.

No Jenis kesalahan Jumlah kesalahan

No. siswa 1 No. siswa 2

No. soal No. soal

1 2 3 dst

jml

1 2 3 dst

jml

2 3 2 ..

Pada tiap kolom soal akan diisi angka tertentu sesuai dengan jumlah kesalahan yang terdeteksi. Misalnya pada jenis kesalahan 1, untuk soal 1 dalam kolom 1 ada angka 3 berarti jumlah kesalahan terkait dengan jenis kesalahan 1 yang terdeteksi untuk siswa tersebut ada 3. Jika pada kolom 2, 3 dan seterusnya terisi secara berurutan maka total kesalahan untuk semua soal pada suatu jenis kesulitan dapat dihitung total kesalahannya. Begitu seterusnya untuk kesalahan yang lain.

1. Analisis jenis kesalahan.

Analisis jenis kesalahan dimaksudkan untuk menentukan atau mendaftar jenis kesalahan yang dilakukan siswa. Analisis ini didasarkan pada prakiraan yang telah disusun. Namun sangat dimungkinkan muncul kesalahan yang lain yang belum tercakup dalam prakiraan sebelumnya, sehingga jenis kesalahan ini akan menambah daftar jenis kesalahan yang telah diprakirakan sebelumnya.

2. Analisis tingkat keumuman.

(44)

prosentase. Secara lebih rinci analisis tingkat keumuman didata dalam tabel 4 sebagai berikut :

Table 4 : Tabel jumlah siswa yang melakukan kesalahan Kelas X, XI, XII.

Jenis kesalahan Jumlah siswa

Jumlah Prosen %

Tabel 5. Tabel jumlah total siswa yang melakukan kesalahan.

Jenis kesalahan Jumlah siswa

Jumlah Prosen %

3. Analisis jenis kesalahan yang banyak dilakukan siswa laki-laki dan siswa perempuan.

(45)

jenis kesalahan ini akan menambah daftar jenis kesalahan yang telah diprakirakan sebelumnya. Analisis ini diperoleh dari analisis yang pertama yang telah diketahui sehingga dalam analisis ini hanya tinggal mengelompokkan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan.

Tabel 6. Tabel tingkat keumuman jenis kesalahan berdasarkan jumlah kesalahan yang di lakukan siswa.

Kelas X, XI, XII.

Jumlah kesalahan Laki-laki Perempuan Jenis Kesalahan

Jumlah Jumlah 1.

(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Jenis Kesalahan

Pada prakiraan yang telah disusun dijelaskan bahwa kesalahan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal esai fisika terkait dengan kemampuan mengidentifikasi besaran dan satuan, kemampuan menggambarkan diagram bebas, kemampuan siswa dalam menangkap soal, kemampuan menyelesaikan soal secara matematik. Berdasarkan kemampuan tersebut maka dapat dipaparkan bagaimana kesalahan yang terjadi. Kesalahan yang terjadi dapat di lihat pada tabel 7.

Tabel 7 Tabel distribusi kesalahan seluruh siswa

Jumlah Kesalaan

No Jenis kesalahan No. Soal

Total Kesalahan

1. Kesalahan mengidntifikasi besaran dan satuan

a. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui

secara tidak transparan 22 21

b. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui

secara tidak transparan 4 4

c. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang ditanyakan 15 8 d. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui

secara tidak langsung 19 14

e. Kesalahan mengidentifikasi besaran vektor - -f. Kesalahan mengidentifikasi besaran skalar 6 5

g. Kesalahan menentukan simbol 33 26

h. Kesalahan menuliskan satuan 28 33

i. Kesalahan mengkonversi satuan ke dalam bentuk

yang saling cocok 3 3

2. Kesalahan menggambarkan diagram bebas sesuai rumusan soal

a. Kesalahan menggambarkan objek atau sistim 5 5 b. Kesalahan menentukan besaran yang ada pada objek

atau sistim 11 9

3. Kesalahan melakukan penyelesaian secar matematis 9 16 a. Kesalahan memanipulasi persamaan

b. Kesalahan mensubstitusi nilai besaran ke dalam suatu

persamaan 26 19

c. Kesalahan menghitung nilai suatu besaran dengan

(47)

4. Kesalahan terkait dengan kemampuan menggunakan

strategi coba-coba (Trial and Error) 21 16

5. Kesalahan menangkap soal. 3 1

1. Kesalahan terkait dengan kemampuan mengidentifikasi besaran dan satuan.

a. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara transparan

Pada bagian ini peneliti mengamati bahwa identifikasi yang dilakukan siswa terhadap besaran yang relevan tidak lengkap. Misalnya seharusnya ada 3 besaran yang relevan tetapi dua saja yang diidentifikasi. Selain hal tersebut ada pula siswa yang tidak mengidentifikasi besaran yang relevan.

Meskipun besaran tersebut tidak diidentifikasi, tetapi akan muncul ketika siswa mulai menghitung atau mencari jawaban yang diinginkan. Meskipun demikian memungkinkan bahwa dalam menyelesaikan soal ada identifikasi siswa lebih mementingkan memeriksa jawaban secara singkat. Sering ditemukan adanya siswa yang memasukkan nilai besaran di luar besaran yang ada dalam soal. Kesalahan tersebut di atas tetap memunculkan suatu jenis kealahan.

b. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara tidak transparan Dari identifikasi ditemukan adanya siswa yang tidak melakukan identifikasi, misalnya pada soal 1 siswa dituntut untuk menentukan arah loop yang nantinya bisa dipakai sebagai pedoman dalam perhitungan untuk mencari kuat arus (I) pada masing-masing cabang.

(48)

c. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang ditanyakan

Identifikasi besaran yang ditanyakan dapat dikatakan mudah, karena jelas bahwa besaran tersebut sudah dinyatakan dalam kalimat pertanyaan. Pada soal ke-1 kelas X besaran yang ditanyakan adalah besaran kuat arus pada tiap titik cabang (I1, I2, I3). Soal ke-1 pada kelas XI memuat tekanan (P). Pada

no 2 menanyakan suhu (T). Untuk soal kelas X dan kelas XI secara langsung dapat diketahui lewat pertanyaan yang disajikan. Untuk soal kelas XII siswa perlu berpikir karena besaran yang ditanyakan tidak secara langsung diketahui, tetapi perlu pemikiran yang lebih.

Selain hal tersebut, ada siswa yang cenderung mengidentifikasi besaran yang ditanyakan secara tidak lengkap. Ada siswa yang hanya mengidentifikasi satu besaran yang ditanyakan, ada juga siswa yang tidak mengidentifikasi, bahkan ditemukan adanya siswa yang maksud identifikasinya benar namun simbol yang digunakan salah. Contoh pada energi kinetik yang seharusnya simbolnya EKtetapi menuliskan simbol EK.

(49)

Contoh 1 (Siswa 01/XA)

Dari contoh penyelesaian soal 1 dapat diamati arah arus tidak teridentifikasi. Bahkan arah arus pada titik cabang tidak diuraikan. Padahal besaran tersebut digunakan dalam menyelesaikan soal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa dalam identifikasi besaran yang diketahui secara tidak langsung, siswa masih mengalami kesalahan. Begitu juga untuk soal-soal yang lain, dapat ditemukan siswa tidak mampu mengidentifikasi besaran-besaran yang diketahui secara tidak langsung. Ada juga siswa yang mampu mengidentifikasi besaran tersebut, namun dalam prosentase yang kecil.

e. Kesalahan mengidentifikasi besaran vektor

Dalam hal ini tidak ditemukan siswa yang melakukan kesalahan dalam mengidentifikasi besaran vektor.

f. Kesalahan mengidentifikasi besaran skalar

(50)

g. Kesalahan menentukan simbol

Dalam analisis terhadap penulisan siswa dalam menentukan simbol ditemukan bahwa ada kesalahan siswa dalam menentukan simbol. Misalnya pada beda potensial pada suatu titik cabang diberi simbol VBD yang seharusnya VBD ,energi kinetik Ekdiberikan simbol EK dan banyak yang lain.

Hal-hal seperti di atas menunjukan bahwa siswa juga mengalami kesalahan dalam menentukan simbol.

(51)

h. Kesalahan menuliskan satuan

(52)

i. Kesalahan mengkonfersi satuan ke dalam bentuk yang saling cocok

Konversi yang disertakan dalam soal ini hanya bersifat sederhana, yaitu mengubah satuan massa dari mili gram (mg) menjadi kilogram (kg), dari kwintal ke kg serta satuan kecepatan dari km/jam menjadi m/s. Meskipun mudah namun ada juga siswa yang hanya memasukkan nilai begitu saja ketika melakukan perhitungan, tanpa mengkorversi ke dalam satuan yang seragam. Ada pula yang mengkonversi namun tidak disesuaikan dengan satuan besaran yang lain. Sehingga dalam penyelesaian soal ditemukan antara satuan gr dan m/s bisa dihitung begitu saja. Keadaan ini menunjukkan adanya kesalahan dalam mengkonversi satuan.

2. Kesalahan terkait kemampuan menggambarkan diagram bebas

Menggambarkan objek atau sistem dan menentukan besaran yang ada pada objek atau sistem, merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Beberapa hal yang teramati dari pekerjaan siswa antara lain :

1) Siswa tidak menggambarkan diagram bebas.

2) Siswa menggambarkan sesuai dengan gambar yang sudah ada, dengan penempatan besaran yang seharusnya ada, sangat minimal (besaran yang langsung diketahui saja).

3) Siswa menggambarkan diagram bebas namun besaran-besaran yang terkait sangat minimal bahkan salah.

(53)

Contoh 1 (Soal 1)

Contoh 1a (siswa 06/XA)

Contoh 1b (siswa 01/XA)

(54)

Contoh 2 (Soal 1) (Siswa17/XA)

Pada contoh 2, diagram bebas diberikan siswa (gambar c) terlihat jelas bahwa ada kesalahan ataupun kurang lengkapnya menempatkan besaran terkait. Pada loop 1 dan loop 2 yang seharusnya ada I1, I2, dan I3. Keadaan ini menunjukkan siswa

mengalami kesalahan ketika menempatkan besaran yang terkait dalam diagram bebas. Contoh 3 (Soal 1) (Siswa 17/XA)

(55)

Adanya kemungkinan mengapa mereka tidak menggambarkan diagram bebas ada berbagai komentar yang muncul. Ada yang beranggapan bahwa diagram bebas tidak perlu, yang pentig rumus atau formula benar. Kemungkinan lain yang muncul adalah bahwa diagram akan membuat bingung waktu mengerjakan soal, lebih esktrim lagi di mana siswa memang tidak mampu membuat diagram, terutama terkait dengan besaran-besaran yang belum secara langsung diketahui. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa masih mengalami kesalahan dalam menggambarkan diagram bebas.

3. Kesalahan terkait dengan kemampuan melakukan penyelesaian secara

matematik

Manipulasi persamaan, mensubstitusi nilai besaran ke dalam persamaan yang terkait dan menghitung nilai besaran dengan perhitungan matematik merupakan kesatuan yang saling terkait. Manipulasi persamaan yang kurang tepat akan mengakibatkan substitusi nilai besaran dan perhitungan menjadi tidak tepat pula.

Dari soal yang digunakan, siswa tidak bisa langsung mensubstitusi nilai besaran ke dalam persamaan. Siswa perlu melakukan manipulasi persamaan-persamaan tersebut. Pada soal 1 siswa dituntut untuk bisa memanipulasi persamaan dalam bentuk eliminasi untuk menentukan nilai kuat arus pada masing-masing cabang.

(56)

Akibat dari manipulasi yang salah, meskipun substitusi nilai yang terkait benar tetap tidak akan membawa siswa menemukan jawaban yang benar. Hitungan siswa yang tidak sesuai dengan jawaban yang diminta merupakan bentuk kesalahan.

Berikut ini adalah contoh hasil pekerjaan siswa. Contoh ini dapat menjadi gambaran bagaimana siswa menyelesaikan soal yang sebenarnya.

Contoh a ( Siswa 17/XA).

(57)

4. Kesalahan terkait dengan kemampuan menggunakan strategi coba-coba (Trial

and error).

Strategi coba-coba sering digunakan siswa apabila siswa mengalami kesulitan dalam menanalisis soal, apalagi soal ragam esai. Dalam hal ini penyebabnya karena siswa kurang memahami konsep atau bahkan lupa dengan konsep yang akan digunkan dalam menganalisis soal. Hal ini terlihat pada contoh di bawah ini.

Contoh 1. (Siswa 27/XA)

(58)

5. Kesalahan dalam menangkap soal.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, terlihat masih ada beberapa siswa yang melakukan kesalahan dalam menangkap soal. Sehingga dalam mengerjakan soal fisika ragam esai ini dibutuhkan pemahaman dan ketelitian, misalnya dalam memahami bahsa yang ada pada soal tersebut.

Dari analisis dan contoh-contoh di atas dapat dipahami bahwa kesalahan yang dialami siswa sangat berkaitan dengan kemampuan mengidentifikasi besaran dan satuan. Kemampuan menggambarkan diagram bebas, kemampuan mengidentifikasi formula dan kemampuan melakukan penyelesaian secara matematik. Secara lebih rinci kesalahan-kesalahan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Kesalahan mengidentifikasi besaran dan satuan

a) Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara transparan. b) Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara tidak transparan. c) Kesalahan mengidentifikasi besaran yang ditanyakan

d) Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara tidak langsung e) Kesalahan mengidentifikasi besaran vektor.

f) Kesalahan mengidentifikasi besaran skalar. g) Kesalahan menentukan simbol

h) Kesalahan menuliskan satuan

i) Kesalahan mengkonversi satuan ke dalam bentuk yang saling cocok. 2. Kesalahan menggambarkan diagram bebas

(59)

b) Kesalahan menentukan besaran yang ada pada objek atau sistim 3. Kesalahan melakukan penyelesaian secara matematik

a) Kesalahan memanipulasi persamaan.

b) Kesalahan mensubstitusi nilai besaran ke dalam suatu persamaan

c) Kesalahan menghitung nilai suatu besaran dengan perhitungan matematik. 4. Kesalahan karena menggunakan strategi coba-coba (Trial and error)

5. Kesalahan dalam menangkap soal.

B. Analisis Tingkat Keumuman

Uraian di atas menjelaskan jenis-jenis kesalahan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal esai fisika. Selanjutnya berdasarkan tabel I sampai dengan tabel 3, serta tabel 4 pada lampiran VI halaman 82 dapat diketahui bagaimana tingkat keumuman atau berapa banyak jumlah siswa yang melakukan suatu jenis kesalahan.

Dari seluruh kesalahan yang ada, tingkat keumuman hampir sama. Pada setiap jenis kesalahan secara umum jumlah siswa yang mengalami kesalahan cukup banyak. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum pula pada setiap siswa ditemukan adanya kesalahan, meskipun ada siswa untuk jenis tertentu tidak mengalami kesalahan. Tabel 8 berikut menunjukkan data tingkat keumuman siswa yang mengalami suatu jenis kesalahan pada masing-masing kelas.

Tabel 8. Tabel jumlah siswa yang melakukan kesalahan Kelas XA

Jumlah Siswa Jenis Kesalahan

Jumlah Prosen 1. Kesalahan mengidntifikasi besaran dan satuan

(60)

b. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara tidak transparan

0%

c. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang ditanyakan 0% d. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui

secara tidak langsung

27 69 %

e. Kesalahan mengidentifikasi besaran vektor 0% f. Kesalahan mengidentifikasi besaran skalar 0% g. Kesalahan menentukan simbol 24 66 % h. Kesalahan menuliskan satuan 11 61 % i. Kesalahan mengkonversi satuan ke dalam bentuk yang

saling cocok

0%

2. Kesalahan menggambarkan diagram bebas sesuai rumusan soal

a. Kesalahan menggambarkan objek atau sistim 0% b. Kesalahan menentukan besaran yang ada pada objek

atau sistim

20 51 %

3. Kesalahan melakukan penyelesaian secar matematis

a. Kesalahan memanipulasi persamaan 24 61 % b. Kesalahan mensubstitusi nilai besaran ke dalam suatu

persamaan

24 61 %

c. Kesalahan menghitung nilai suatu besaran dengan perhitungan matematik

39 74 %

4. Kesalahan terkait dengan kemampuan menggunakan strategi coba-coba (Trial and Error)

9 23 %

5. Kesalahan menangkap soal. 1 2 %

Kelas XIA1

Jumlah Siswa Jenis Kesalahan

Jumlah Prosen 1. Kesalahan mengidntifikasi besaran dan satuan

a. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara transparan

36 90 %

b. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara tidak transparan

0%

c. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang ditanyakan 39 72% d. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui

secara tidak langsung

12 30 %

e. Kesalahan mengidentifikasi besaran vektor

f. Kesalahan mengidentifikasi besaran skalar 5 12% g. Kesalahan menentukan simbol 20 50 %

h. Kesalahan menuliskan satuan 37 92%

i. Kesalahan mengkonversi satuan ke dalam bentuk yang saling cocok

29 72%

2. Kesalahan menggambarkan diagram bebas sesuai rumusan soal

a. Kesalahan menggambarkan objek atau sistim

b. Kesalahan menentukan besaran yang ada pada objek atau sistim

3. Kesalahan melakukan penyelesaian secar matematis a. Kesalahan memanipulasi persamaan

(61)

persamaan

c. Kesalahan menghitung nilai suatu besaran dengan perhitungan matematik

39 97%

4. Kesalahan terkait dengan kemampuan menggunakan strategi coba-coba (Trial and Error)

9 22 %

5. Kesalahan menangkap soal. 5 12 %

Kelas XIIA1

Jumlah Siswa Jenis Kesalahan

Jumlah Prosen 1. Kesalahan mengidntifikasi besaran dan satuan

a. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara tidak transparan

11 91%

b. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara tidak transparan

10 83%

c. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang ditanyakan 0% d. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui

secara tidak langsung

11 91 %

e. Kesalahan mengidentifikasi besaran vektor 0% f. Kesalahan mengidentifikasi besaran skalar 5 56% g. Kesalahan menentukan simbol 12 100 % h. Kesalahan menuliskan satuan 12 100% i. Kesalahan mengkonversi satuan ke dalam bentuk yang

saling cocok

0%

2. Kesalahan menggambarkan diagram bebas sesuai rumusan soal

a. Kesalahan menggambarkan objek atau sistim 6 50% b. Kesalahan menentukan besaran yang ada pada objek

atau sistim

11 91 %

3. Kesalahan melakukan penyelesaian secar matematis

a. Kesalahan memanipulasi persamaan 11 91 % b. Kesalahan mensubstitusi nilai besaran ke dalam suatu

persamaan

12 100 %

c. Kesalahan menghitung nilai suatu besaran dengan perhitungan matematik

9 75%

4. Kesalahan terkait dengan kemampuan menggunakan strategi coba-coba (Trial and Error)

7 58 %

5. Kesalahan menangkap soal. 2 %

Tabel 9. Tabel jumlah total siswa yang melakukan kesalahan

Jumlah Siswa Jenis Kesalahan

Jumlah Prosen 1. Kesalahan mengidntifikasi besaran dan satuan

a. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara transparan

69 75 %

b. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara tidak transparan

10 10%

(62)

secara tidak langsung

e. Kesalahan mengidentifikasi besaran vektor 0% f. Kesalahan mengidentifikasi besaran skalar 11 12% g. Kesalahan menentukan simbol 47 51 % h. Kesalahan menuliskan satuan 73 80 % i. Kesalahan mengkonversi satuan ke dalam bentuk yang

saling cocok

1 1%

2. Kesalahan menggambarkan diagram bebas sesuai rumusan soal

a. Kesalahan menggambarkan objek atau sistim 6 6% b. Kesalahan menentukan besaran yang ada pada objek

atau sistim

31 34 %

3. Kesalahan melakukan penyelesaian secar matematis

a. Kesalhan memanipulasi persamaan 64 70 % b. Kesalahan mensubstitusi nilai besaran ke dalam suatu

persamaan

45 49 %

c. Kesalahan menghitung nilai suatu besaran dengan perhitungan matematik

87 95 %

4. Kesalahan terkait dengan kemampuan menggunakan strategi coba-coba (Trial and Error)

25 27 %

5. Kesalahan menangkap soal. 6 6%

Pada tabel 9 tersebut dapat diamati bahwa hampir seluruh siswa melakukan kesalahan. Ada satu jenis kesalahan di mana tidak ada siswa yang mengalami kesalahan. Kesalahan tersebut adalah kesalahan mengidentifikasi besaran vector. Untuk jenis kesalahan yang lain, jumlah siswa yang mengalami kesalahan tidak ada yang 100%.

Seluruh jenis kesalahan seperti memiliki tingkat keumuman yang sama, oleh karena itu perlu melibatkan faktor lain agar diketahui tingkat keumuman secara jelas. Faktor yang mungkin dilibatkan adalah melihat jumlah kesalahan yang dilakukan siswa. Prosentase tertinggi digunakan karena prosentase ini jelas menunjukkan kesalahan yang tinggi.

(63)

Kesalahan paling umum terletak pada jenis kesalahan memanipulasi persamaan dengan jumlah siswa yang melakukan kesalahn 87 siswa (95%). Tidak ada siswa yang melakukan kesalahan dalam mengidentifikasi besaran vektor.

Berdasarkan tabel 9 jika pada setiap kelompok kesalahan terkait kemampuan tertentu diambil rata-rata jumlah siswa yang mengalami kesalahan, maka tingkat keumuman kesalahan yang terkait dengan kemampuan tersebut adalah : 1. Kesalahan yang terkait dengan kemampuan melakukan penyelesaian secara

matematik dengan jumlah siswa 65 (71%).

2. Kesalahan yang terkait dengan kemampuan mengidentifikasi besaran dan satuan dengan jumlah siswa 32 (35%)

3. Kesalahan yang terkait dengan kemampuan menggunakan strategi coba-coba dengan jumlah siswa 25 (27%).

4. Kesalahan yang terkait dengan kemampuan menggambarkan diagram bebas dengan jumlah siswa 18 (20%).

5. Kesalahan yang terkait dengan kesalahan menangkap soal dengan jumlah 6 siswa (6%).

(64)

ini. Dengan demikian penyelesaian soal fisika ragam esai oleh siswa bermakna, tidak hanya sekedar tuntutan matematik belaka.

C. Analisis jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa laki-laki dan siswa

perempuan

Pada tabel daftar nama siswa (lihat lampiran IV halaman 75) terlihat bahwa banyaknya siswa laki-laki baik itu di kelas XI maupun di kelas XII lebih sedikit dibandingkan dengan siswa perempuan. Dan bila diamati lebih jauh ternyata perbandingan jumlah siswa laki-laki dan siswa perempuan sekitar 2 : 3. Perbandingan ini menurut pernyataan dari pihak sekolah memang siswa perempuan yang lebih banyak masuk IPA di bandingkan dengan siswa laki-laki.

Untuk pelajaran fisika menurut guru fisika kelas X SMA N I Jogonalan partisipasi siswa perempuan lebih banyak dibandingkn dengan siswa laki-laki. Partisipasi siswa perempuan ini diwujudkan dalam bentuk keaktifan siswa bertamya di dalam kelas. Jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa laki-laki dan siswa perempuan dapat dilihat pada table 10 berikut :

Tabel 10. Tabel tingkat keumuman jenis kesalahan berdasarkan jumlah kesalahan yang di lakukan siswa.

Kelas X

Jumlah Siswa Laki-laki Perempuan Jenis Kesalahan

Jumlah Jumlah 1.Kesalahan mengidntifikasi besaran dan satuan

a. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara transparan

18 34

(65)

-tidak transparan

c. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang ditanyakan - -d. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara

tidak langsung 49 30

e. Kesalahan mengidentifikasi besaran vektor - -f. Kesalahan mengidentifikasi besaran skalar -

-g. Kesalahan menentukan simbol 27 53

h. Kesalahan menuliskan satuan 27 34

i. Kesalahan mengkonversi satuan ke dalam bentuk yang

saling cocok - 3

2. Kesalahan menggambarkan diagram bebas sesuai rumusan soal

a. Kesalahan menggambarkan objek atau sistim - -b. Kesalahan menentukan besaran yang ada pada objek atau

sistim

22 40

3. Kesalahan melakukan penyelesaian secara matematik

a. Kesalahan memanipulasi persamaan 23 36 b. Kesalahan mensubstitusi nilai besaran ke dalam suatu

persamaan 15 51

c. Kesalahan menghitung nilai suatu besaran dengan

perhitungan matematik 31 61

4. Kesalahan terkait dengan kemampuan menggunakan strategi

coba-coba (Trial and Error) 13 9

5. Kesalahan menangkap soal -

-Kelas XI.

Jumlah kesalahan Laki-laki Perempuan Jenis Kesalahan

Jumlah Jumlah

1.Kesalahan mengidntifikasi besaran dan satuan

a. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui

secara transparan 85 81

b. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui

secara tidak transparan -

-c. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang

ditanyakan 56 64

d. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui

secara tidak langsung 10 10

e. Kesalahan mengidentifikasi besaran vektor - -f. Kesalahan mengidentifikasi besaran skalar 3 3

g. Kesalahan menentukan simbol 38 61

h. Kesalahan menuliskan satuan 183 282 i. Kesalahan mengkonversi satuan ke dalam bentuk

yang saling cocok -

-2. Kesalahan menggambarkan diagram bebas sesuai rumusan soal

(66)

-3. Kesalahan melakukan penyelesaian secara matematik

a. Kesalahan memanipulasi persamaan 39 59 b. Kesalahan mensubstitusi nilai besaran ke dalam

suatu persamaan 11 15

c. Kesalahan menghitung nilai suatu besaran dengan

perhitungan matematik 46 84

4. Kesalahan terkait dengan kemampuan menggunakan

strategi coba-coba (Trial and Error) 13 10

5. Kesalahan menangkap soal - 5

Kelas XII.

Jumlah kesalahan Laki-laki Perempuan Jenis Kesalahan

Jumlah Jumlah 1.Kesalahan mengidntifikasi besaran dan satuan

a. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara

transparan 12 18

b. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara

tidak transparan 6 13

c. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang ditanyakan - -d. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara

tidak langsung 22 26

e. Kesalahan mengidentifikasi besaran vektor - -f. Kesalahan mengidentifikasi besaran skalar 5 5

g. Kesalahan menentukan simbol 15 25

h. Kesalahan menuliskan satuan 15 25

i. Kesalahan mengkonversi satuan ke dalam bentuk yang

saling cocok -

-2. Kesalahan menggambarkan diagram bebas sesuai rumusan soal

a. Kesalahan menggambarkan objek atau sistim 10 8 b. Kesalahan menentukan besaran yang ada pada objek atau

sistim 13 19

3. Kesalahan melakukan penyelesaian secara matematik

a. Kesalahan memanipulasi persamaan 14 18 b. Kesalahan mensubstitusi nilai besaran ke dalam suatu

persamaan 10 15

c. Kesalahan menghitung nilai suatu besaran dengan

perhitungan matematik 13 20

4. Kesalahan terkait dengan kemampuan menggunakan strategi

coba-coba (Trial and Error) 6 3

(67)

-Tabel 11. -Tabel tingkat keumuman jenis kesalahan berdasarkan jumlah kesalahan yang di lakukan seluruh siswa.

Jumlah Kesalahan Laki-laki Perempuan Jenis Kesalahan

Jumlah Jumlah 1.Kesalahan mengidntifikasi besaran dan satuan

a. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara

transparan 115 133

b. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara tidak transparan

6 13

c. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang ditanyakan 56 64 d. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara

tidak langsung 81 66

e. Kesalahan mengidentifikasi besaran vektor

f. Kesalahan mengidentifikasi besaran skalar 8 8

g. Kesalahan menentukan simbol 80 138

h. Kesalahan menuliskan satuan 225 120

i. Kesalahan mengkonversi satuan ke dalam bentuk yang

saling cocok 3

2. Kesalahan menggambarkan diagram bebas sesuai rumusan soal

a. Kesalahan menggambarkan objek atau sistim 10 8 b. Kesalahan menentukan besaran yang ada pada objek atau

sistim 35 59

3. Kesalahan melakukan penyelesaian secara matematik

a. Kesalahan memanipulasi persamaan 74 113 b. Kesalahan mensubstitusi nilai besaran ke dalam suatu

persamaan 36 81

c. Kesalahan menghitung nilai suatu besaran dengan

perhitungan matematik 96 165

4. Kesalahan terkait dengan kemampuan menggunakan strategi

coba-coba (Trial and Error) 32 22

5. Kesalahan menangkap soal 5

Tabel 12. Tabel jumlah kesalahan yang dilakukan oleh siswa berdasarkan jenis kelamin.

Jumlah siswa

Laki-laki Perempuan Jenis Kesalahan

Jum Prosen Jum Prosen 1.Kesalahan mengidntifikasi besaran dan satuan

a. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang

diketahui secara transparan 33 80% 38 76% b. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang

Gambar

Tabel kesalahan tiap siswa pada kelas X..................................................78
Tabel 1. Konversi nilai berdasarkan PAP
tabel 2.Tabel 2. Konversi nilai berdasarkan PAN
gambar atau teks dan lain-lain.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bahasa ini diolah sehingga akan timbulnya suatu rutinitas, yaitu dengan merancang city branding yang ditujukan untuk mengangkat bahasa Tegal untuk dapat lebih diterima dan

Gambar IV.1. flowmap pendataan narapidana yang berjalan.. Narapidana yang telah menerima surat keputusan dari pengadilan yang akan di serahkan ke lembaga pemasyarakatan

Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisi sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan,

Keputusan Kepala LAN No.239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, menjelaskan bahwa akuntabilitas kinerja

Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual 216,634a. c Bagian efektif dari lindung nilai arus kas

Pengelolaan penambangan minyak tradisional Desa Ledok, masyarakat penambang harus memenuhi kewajiban yang ditentukan, yaitu terdaftar sebagai anggota dalam jamsostek, membayar

Sayuran adalah produk segar yang masih hidup, yang dicirikan dengan adanya aktivitas metabolisme seperti respirasi untuk mempertahankan hidupnya. Faktor lingkungan yang

ketergantungan terhadap para pemandu SLPHT sangat tinggi. 3) Sikap dan persepsi yang kuat terhadap penggunaan pestisida kimiawi sebagai cara praktis dan ampuh dalam