• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara status sosial ekonomi orang tua, prestasi belajar dengan pilihan siswa masuk sekolah menengah : studi kasus siswa kelas IX SMP N 1 Turi Jl. Turi-Pakem, Turi, Donokerto, Turi, Sleman tahun ajaran 2010/2011 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan antara status sosial ekonomi orang tua, prestasi belajar dengan pilihan siswa masuk sekolah menengah : studi kasus siswa kelas IX SMP N 1 Turi Jl. Turi-Pakem, Turi, Donokerto, Turi, Sleman tahun ajaran 2010/2011 - USD Repository"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, PRESTASI BELAJAR DENGAN PILIHAN SISWA

MASUK SEKOLAH MENENGAH Studi kasus Siswa Kelas 1X SMP N 1 TURI

Jl. Turi-Pakem, Turi, Donokerto Turi, Sleman Tahun Ajaran 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Hilaria Melani Yustejo NIM: 041334069

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, PRESTASI BELAJAR DENGAN PILIHAN SISWA

MASUK SEKOLAH MENENGAH Studi kasus Siswa Kelas 1X SMP N 1 TURI

Jl. Turi-Pakem, Turi, Donokerto Turi, Sleman Tahun Ajaran 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Hilaria Melani Yustejo NIM: 041334069

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Juru Selamatku dan Bunda Maria

Bapakku Victorianus Suwartidjo dan Ibuku Yustina Suyatni

Suamiku Dudik Hariyanto dan anakku Sherly Angelia Margaretha

(6)

v

MOTTO

“Awalilah segala sesuatu dengan senyuman

sekalipun itu tidak menyenangkan hatimu”

“Kita Bertemu Demi Ilmu

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 10 Juni 2011 Penulis

(8)

vii

LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Hilaria Melani Yustejo

Nomor Mahasiswa : 041334069

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

“HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, PRESTASI BELAJAR DENGAN PILIHAN SISWA MASUK SEKOLAH MENENGAH”

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 10 Juni 2011

Yang menyatakan

(9)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, PRESTASI BELAJAR DENGAN PILIHAN SISWA MASUK SEKOLAH

MENENGAH

Studi Kasus: Siswa Kelas IX SMP N 1 TURI Jl. Turi-Pakem, Turi, Donokerto Turi, Sleman

Tahun Ajaran 2010/2011

Hilaria Melani Yustejo Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara: (1) status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah, (2) prestasi belajar dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah siswa siswa kelas IX SMP N 1 TURI Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX SMP N 1 TURI Sleman Yogyakarta yang berjumlah 101 responden. Data dikumpulkan dengan teknik kuisioner dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan penelitian populasi. Data dianalisis dengan menggunakan korelasi sperman.

(10)

ix

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN PARENT’S ECONOMIC SOSIAL STATUS, ACHIVEMENT OF STUDYING AND STUDENTS’ OPTION FOR

CONTINUING THEIR STUDY TO HIGH SCHOOL

A Case Study on: Students of the 9th Grade, 1 TURI Junior High School Jl. Turi-Pakem, Turi, Donokerto Turi, Sleman

Hilaria Melani Yustejo Sanata Dharma University

Yogyakarta 2011

The research aims to know the relationship between: (1) parent’s economic sosial status and the choice of students to continue their studies to high school, (2) the achivement of studying and the option to continue their studies to high school of the students of the 9th grade, 1 TURI Junior High School, 2010/2011 Academic year.

The population of this research was 101 students of the 9th grade, 1 TURI Junior High School. The data were collected by applying questionnaire and documentation techniques. This study is a population study. Data were analysed by applying Spearman corelation.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Yang Mulia Yesus Kristus karena berkat kasih karunia

yang besar dan dampinganNya maka penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah

dengan judul ”HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG

TUA, PRESTASI BELAJAR DENGAN PILIHAN SISWA MASUK SEKOLAH

MENENGAH: Studi Kasus: Siswa kelas IX SMP N 1 Turi Sleman” dengan baik

dan lancar.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, banyak kesulitan dan hambatan yang dialami

penulis, terutama karena kemampuan yang terbatas, tetapi berkat bimbingan dari

dosen pembimbing, serta bantuan dari berbagai pihak, maka penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

(12)

xi

3. Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

4. Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan, memberikan

nasehat, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

5. A. Heri Nugroho,S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Penguji yang telah banyak

meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran

untuk kesempurnaan skripsi ini;

6. Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Penguji yang

telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan

kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

7. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan

tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan;

8. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu

kelancaran proses belajar selama ini;

9. Drs. Purwadi, M.Pd., Kepala Sekolah, SMP Negeri 1 Turi, Sleman, Yogyakarta

yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian;

10. Para guru, tenaga administrasi, dan siswa-siswi kelas IX SMP Negeri 1 Turi,

Sleman, Yogyakarta, yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian;

11. Orang Tuaku Bapak Victorianus Suwartidjo dan Ibu Yustina Suyatni, suamiku

Dudik Hariyanto, adikku Meytha yang selalu memberikan doa, dukungan serta

(13)

xii

12. Teman-temanku: Octa Savinawati, Yohanes Dana Puspita, Tri Purnomo, Agil,

Krismanto, Elisabeth Danny Pratiwi, Christina Dwi Hartanti, Galuh, Rosalia

Eka, Budiman, Lilik, Vina, Vitri yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu

yang telah mendukung selesainya skripsi ini. Semoga mereka juga meraih

kesuksesan.

Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan umumnya, dan pendidikan akuntansi khususnya.

Penulis

(14)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

(15)

xiv

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Sekolah Menengah ... 7

1. Sekolah Menengah Umum ... 7

2. Sekolah Menengah Kejuruan ... 8

B. Pilihan. ... 9

C. Tingkat Pendidikan ... 11

D. Status Sosial ekonomi ... 13

E. Pendapatan ... 16

F. Prestasi Belajar ... 17

G. Kerangka Berpikir ... 19

1. Hubungan antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah ... 19

2. Hubungan antara Prestasi Belajar dengan Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menegah ... 20

H. Hipotesis ... 22

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 23

A. Jenis Penelitian ... 23

(16)

xv

C. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 24

D. Populasi Penelitian ... 24

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 25

1. Uji Validitas ... 28

2. Uji Reliabilitas ... 30

F. Data yang Diambil ... 32

G. Teknik Pengumpulan Data ... 32

1. Kuisioner ... 32

2. Dokumentasi ... 32

H. Teknik Analisa Data dan Pengujian Hipotesis. ... 33

1. Analisis Deskriptif ... 33

2. Pengujian Hipotesis ... 35

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 37

A. Sejarah Berdirinya SMP N 1 TURI ... 37

B. Visi, Misi SMP N 1 TURI ... 39

C. Analisis Keadaan dan Potensi Sekolah ... 40

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Deskripsi Responden ... 44

B. Deskripsi Data Penelitian ... 44

(17)

xvi

2. Data Variabel Prestasi Belajar ... 45

3. Data Variabel Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah ... 46

C. Uji Hipotesis ... 48

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 51

1. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Pilihan Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah .. 51

2. Hubungan Antara Prestasi Belajar Dengan Pilihan Siswa Untuk melanjutkan Studi Ke sekolah Menengah ... 53

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Keterbatasan ... 56

C. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 25

Tabel 3.2 Kisi-Kisis Instrumen Pilihan Siswa Masuk Sekolah Menengah ... 28

Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 29

Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Uji Validitas Pilihan Siswa Masuk Sekolah Menengah ... 30

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 31

Tabel 3.6 PAP II. ... 33

Tabel 3.7 Interval Skor Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 34

Tabel 3.8 Interval Skor Prestasi Belajar ... 34

Tabel 3.9 Interval Skor Pilihan Siswa Masuk Sekolah Menengah ... 35

Tabel 5.1 Kategori Data Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 45

Tabel 5.2 Kategori Data Prestasi Belajar ... 46

Tabel 5.3 Kategori Data Pilihan Siswa Masuk Sekolah Mnenengah ... 47

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Uji Coba Instrumen Penelitian ... 62

Lampiran 2 Data Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 67

Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 69

Lampiran 4 Kuisioner Penelitian ... 71

Lampiran 5 Data Hasil Penelitian ... 76

Lampiran 6 Deskriptif Data Variabel (PAP Tipe 2) ... 85

Lampiran 7 Uji Korelasi Sperman ... 86

Lampiran 8 Nilai-Nilai r Product Moment... 87

(20)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, peningkatan

kualitas pendidikan menduduki peranan penting, sehingga perlu mendapatkan

prioritas tinggi dalam pembangunan nasional. Dalam rangka peningkatan kualitas

manusia itu, pendidikan memberikan bekal pada seseorang agar potensinya

berkembang sehat, wajar, dan bersikap adaptif, sehingga sifat dasar manusia yang

eksploratif dan kreatif bisa berkembang dan menemukan artikulasinya dalam

wadah pendidikan (Suharso, 1993:7)

Pendidikan sering juga dipandang sebagai persiapan untuk kehidupan

yang lebih baik di kemudian hari. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya orang tua

yang tidak ragu-ragu memberikan pengorbanan yang besar untuk pendidikan

anaknya. Anak yang telah menamatkan sekolah diharapkan sanggup melakukan

pekerjaan sebagai mata pencaharian atau setidaknya mempunyai dasar untuk

mencari nafkahnya. Dalam hal ini yang mendukung suatu pekerjaan seseorang

atau yang mendasari tingkat pekerjaan seseorang adalah pendidikan. Semakin

tinggi pendidikan seseorang semakin besar harapannya untuk memperoleh

pekerjaan yang lebih baik.

Namun demikian memperoleh pendidikan tersebut diperlukan biaya yang

(21)

kendala bagi mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu. Banyak dari

mereka yang terpaksa putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan ke jejang

pendidikan yang lebih tinggi karena keterbatasan biaya pendidikan.

Ketika siswa tamat dari Jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

(SLTP), mereka akan dihadapkan pada pilihan, melanjutkan ke bangku Sekolah

Menengah Umum (SMU) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Ada di

antara mereka yang sudah mempunyai kepastian dalam menentukan studi

lanjutnya, namun ada pula yang masih ragu-ragu dalam menentukan pilihanya

karena adanya dorongan atau paksaaan dari orang tua. Pada umumnya orang tua

yang mampu akan memilih SMU agar anak-anaknya mampu mempersiapkan

untuk pendidikan tinggi. Sebaliknya orangtua yang mengetahui batas kemampuan

keluarganya cenderung memilih SMK bagi anak-anaknya. (Nasution, 1985:35).

Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya kelak hidup sejahtera.

Untuk mencapai itu tidaklah mudah. Salah satu jalan anak harus dibekali dengan

pendidikan/pengetahuan yang cukup, baik dari pendidikan yang bersifat informal,

formal maupun nonformal. Pada saat sekarang ini duduk dibangku sekolah sudah

merupakan suatu kewajiban bagi seorang anak. Bentuk pendidikan seperti ini

merupakan pendidikan formal. Menurut H. Coombs (Yusuf, 1989:62) Pendidikan

formal adalah pendidikan yang berstruktur, mempunyai jenjang/ tingkatan dalam

periode waktu-waktu tertentu, berlangsung dari SD sampai universitas.

Untuk melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi sudah barang

(22)

sebagai orang tua dalam hal pendidikan anak-anak juga semakin besar. Setiap

orang tua secara langsung maupun tidak langsung akan mendorong anak-anaknya

melanjutkan studi ke jenis sekolah yang menurut mereka baik. Keinginan dalam

menentukan pilihan studi antara orang tua dan anak belum tentu sama sehingga

keinginan anak untuk melanjutkan sekolah ataupun menentukan jenis sekolah

harus menyesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi orang tuanya. Untuk

mencapai aspirasi tersebut orang tua sering menjejalkan macam-macam pelajaran

dan pangalaman kepada anak tanpa mempertimbangkan minat, kemampuan, dan

aspirasi remaja itu sendiri (Munandar, 1984:21).

Ambisi dari orang tua sering kali mengakibatkan adanya konflik antara

anak dan orang tuanya. Namun dalam hal ini kedua belah pihak tidak dapat

disalahkan. Banyak hal yang berpengaruh terhadap anak dan dalam memilih apa

yang mereka inginkan. Dari sudut orang tua (keluarga) dapat dilihat dari sifat

keluarga itu sendiri. Menurut Probbins (Ahmadi, 1982:102) sifat keluarga di bagi

menjadi 3 macam yaitu: keluarga yang bersifat otoriter, di sini perkembangan

anak semata-mata ditentukan oleh orang tuanya; keluarga yang demokratis, di sini

sikap pribadi anak lebih dapat menyesuaikan diri; keluarga yang liberal, di sini

anak-anak bebas bertindak dan berbuat.

Bagi anak sendiri sudah memikirkan kemana ia akan meneruskan, ada

beberapa faktor yang mempengaruhi sikapnya terhadap pendidikan, antara lain:

sikap orang tua terhadap pendidikan dilihat dari jawaban menuju mobilitas sosial;

(23)

bekerja; sejauh mana ia diterima secara sosial oleh teman-teman sekelasnya;

keberhasilan dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Pada akhir masa remaja ia sudah banyak memikirkan tentang apa yang ia

lakukan dan yang tidak mampu dilakukan. Makin banyak mendengar tentang

macam-macam kemungkinan, baik dalam pendidikan maupun dalam pekerjaan,

dapat membuatnya ragu-ragu mengenai apa yang sebetulnya yang paling cocok

baginya (Semiawan, dkk, 1984:22). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

antara orang tua dan anak (siswa) mempunyai tingkat pemahaman yang berbeda

dalam hal pendidikan.

Namun pada akhirnya saat siswa hendak mengambil keputusan terhadap

sekolah lanjutnya, mereka harus mempertimbangkan adanya dua hal (Winkel,

1984:31): kemampuan intelektual, bakat khusus, arah minat, cita-cita hidup dan

kemampuan finansial; tidak dapat diabaikan pula harapan dari keluarga serta

kewajibannya keluarga.

Di era globalisasi sekarang ini pendidikan sangat penting sebab sumber

daya manusia sangat berpengaruh tetapi keluarga juga mempunyai harapan-harapan

yang ingin diwujudkan untuk meningkatkan taraf hidupnya agar menjadi lebih baik,

selain itu keluarga juga memiliki kewajiban-kewajiban lain yang harus dipenuhi

dalam kehidupannya sehari-hari agar memperoleh status sosial yang layak di dalam

keluarga maupun masyarakat.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa dalam menentukan jenjang

(24)

faktor-faktor tersebut, dalam penelitian ini dipilih faktor-faktor yang diduga dominan

berpengaruh dalam menentukan pilihan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang

lebih tinggi.

Dalam hal ini pilihan siswa SLTP kelas III dalam menentukan pendidikan

ke sekolah menengah. Faktor tersebut adalah status sosial ekonomi orang tua dan

prestasi belajar siswa. Dipilihnya prestasi belajar siswa di dasarkan pertimbangan

bahwa prestasi belajar siswa selama ini dijadikan sebagai alat seleksi dalam

penerimaan siswa baru, sehingga prestasi belajar siswa dalam menentukan

pendidikan lanjutannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka dirumuskan

permasalahan sebagai berikut;

1. Apakah ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan

siswa untuk melanjutkan studi ke Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah

Kejuruan.

2. Apakah ada hubungan antara prestasi belajar dengan pilihan siswa untuk

melanjutkan studi ke Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan.

C. Tujuan Penelitian

(25)

1. Ada tidaknya hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan

siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah.

2. Ada tidaknya hubungan antara prestasi belajar dengan pilihan siswa

melanjutkan studi ke sekolah menengah.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Sebagai gambaran siswa dalam menetukan pilihan sebagai kelanjutan dari

pendidikannya setelah tamat dari SLTP.

2. Bagi SLTP

Sebagai masukan bagi sekolah dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan

yang berhubungan dengan studi lanjut.

3. Bagi Peneliti

Dapat mengetahui secara menyeluruh latar belakang sosial ekonomi orang

tua, prestasi belajar dan hubungannya dengan pilihan siswa untuk melanjutkan

studi.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Sebagai tambahan bacaan di perpustakaan Universitas Sanata Dharma dan

(26)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Sekolah Menengah

Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri dari

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Dalam proposal

ini khusus dibicarakan mengenai jalur pendidikan sekolah menengah.

Jalur pendidikan sekolah menengah adalah pendidikan yang

diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta

menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial,

budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut

dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi (Hastuti, 1995:19).

Pendidikan sekolah menengah terdiri atas dua jalur, yaitu SMU dan SMK.

1. Sekolah Menengah Umum (SMU)

Sekolah Menengah Umum merupakan lembaga pendidikan umum,

yang disatu pihak sebagai kelanjutan dari SMP, sedangkan di lain pihak

sebagai persiapan ke Perguruan Tinggi (Hamalik, 1990:159). Pasal 3 ayat (2)

Peraturan Pemerintah No.29 tahun 1990 menyebutkan bahwa pendidikan

(27)

a. meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada

jenjang yang lebih tinggi dan mengembangkan diri sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian;

b. meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam

mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya,

dan alam sekitarnya.

Kurikulum Sekolah Menengah Umum disusun untuk mewujudkan

tujuan pendidikan Sekolah Menengah Umum pada umumnya, yaitu

meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikannya pada

jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini yang tak kalah pentingnya

adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat

dengan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial,

budaya, dan alam sekitarnya.

2. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan jalur pendidikan

sekolah/ pendidikan formal dalam sistem pendidikan di Indonesia, sebagai

lembaga pendidikan formal, berdasarkan pada surat keputusan Menteri

Pendidikan dan kebudayaan No.180/1993 tentang kurikulum SMK.

(28)

a. menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan

sikap professional;

b. menyiapkan siswa agar mampu memilih karir, berkompetensi, serta

mampu mengembangkan sikap diri;

c. menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan

dunia usaha dan industri pada saat ini dan masa yang akan datang;

d. menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif dan

kreatif.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menyelenggarakan program

pendidikan Sekolah Menengah yang disesuaikan dengan jenis-jenis lapangan

kerja. Menurut Departemen Pendidikan, (1993:6) program kejuruan

dikelompokkan menjadi enam kelompok, yaitu:

1) kelompok Pertanian dan Kehutanan;

2) kelompok Teknologi dan Industri;

3) kelompok Bisnis dan Manajemen (SMEA);

4) kelompok Kesejahteraan Masyarakat;

5) kelompok Seni dan Kerajinan.

Kemudian setiap kelompok program tersebut masih dibagi menjadi

beberapa jurusan, dan selanjutnya setiap jurusan dipecah lagi menjadi

beberapa program studi. Pendidikan di SMK dalam jangka waktu

(29)

B. Pilihan

Memilih merupakan faktor psikologis yang dapat memberikan suatu

keputusan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pilihan adalah hasil dari

memilih, yang berarti hasil dari mencari atau hasil dari memisahkan mana yang

baik dan menghendaki yang sesuai dengan keinginannya, yang sangat penting

untuk kemajuan dan keberhasilan seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

1988:683).

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi pilihan siswa untuk memilih

melanjutkan studi ke sekolah menengah, antara lain faktor teman seusia, prestasi

belajar, keadaan sosial ekonomi orang tua, tingkat pendidikan orang tua. Namun

yang akan dibahas di sini hanyalah faktor status sosial ekonomi orang tua dan

prestasi belajar (Siwi, 2009:9).

Dalam penelitian ini pilihan yang dimaksud adalah siswa yang

menentukan apakah memilih melanjutkan sekolah atau tidak dan jika ia memilih

melanjutkan sekolah, maka ia masih dihadapkan pada dua pilihan yaitu akan

melanjutkan ke SMA atau SMK. Ada di antara mereka yang sudah mempunyai

kepastian dalam menentukan studi lanjutnya. Ada pula yang masih ragu-ragu

dalam menentukan pilihannya, karena adanya paksaan atau dorongan dari orang

tua. Pada umumnya orang tua yang mampu akan memilih SMU agar anak-anakya

mampu mempersiapkan untuk pendidikan tinggi. Sebaliknya orang tua yang

mengetahui batas kemampuan keuangannya akan cenderung memilih SMK bagi

(30)

Namun demikian untuk memperoleh pendidikan tersebut perlu biaya yang

tidak kecil jumlahnya. Biaya pendidikan yang tinggi kadang menjadi kendala bagi

mereka yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Banyak dari mereka yang

terpaksa putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang

lebih tinggi karena keterbatasan biaya untuk pendidikan (Winahyu, 2009:1).

C. Tingkat Pendidikan

Sejak dahulu sebenarnya manusia telah mengenal pendidikan, namun

dalam perwujudannya yang berbeda-beda, sesuai dengan situasi dan kondisi saat

itu. Perkembangan dan pertumbuhan manusia sejalan dengan perubahan yang

terjadi dalam masyarakat. Dengan terjadinya perkembangan ilmu dan teknologi,

maka timbul bermacam-macam pendapat mengenai pendidikan.

Menurut Tap MPR RI No IV/MPR/1973 tentang GBHN: “Pendidikan

pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup”.

Menurut Fudyartanta: Pendidikan adalah proses yang membawa perubahan

kelakuan manusia dalam pengetahuan, cara berpikir kecakapan dan perasaan atau

sikap mental mereka sedangkan menurut Noeng Muhadjir (1975:11), pendidikan

adalah membimbing anak menuju kedewasaan oleh seseorang yang bertanggung

jawab.

Pendidikan tidak hanya diperuntukan bagi anak-anak saja, melainkan juga

(31)

sebab pada hakikatnya pendidikan terutama adalah untuk menambah

pengetahuan. Dengan demikian orang yang telah menerima pendidikan dalam

bentuk apapun akan menjadi berkembang baik pikiran, kemampuan, pengetahuan

maupun kecakapannya sebagai manusia yang bertanggung jawab dan berguna

bagi individu itu sendiri dalam kehidupannya maupun bagi masyarakat dan

Negara. Pendidikan dapat diperoleh atau dilakukan baik di dalam sekolah maupun

di luar sekolah.

Westy Soemarto memberikan batasan bahwa pendidikan adalah proses

pengalaman yang memberikan kesejahteraan pribadi, baik lahiriah maupun

batiniah (Soemarto, 1984:211).

Dari batasan-batasan pengertian serta pendapat di atas disimpulkan bahwa

melalui pendidikan seseorang akan memperoleh pengalaman, mampu

mengembangkan kepribadian dan lebih terbuka dalam menerima nilai-nilai dan

hal-hal yang baru, yang semua itu akhirnya akan memberikan kesejahteraan pada

orang itu sendiri. Dengan pendidikan yang cukup seseorang akan mudah

mendapatkan pekerjaaan yang sesuai pula. Dengan demikian orang akan lebih

terbuka menerima nilai-nilai baru dan mempunyai cakrawala kehidupan yang luas

sehingga mempermudah bagi orang itu sendiri untuk menyesuaikan diri dalam

masyarakat di mana ia berada. Tingkat pendidikan adalah jenjang sekolah yang

telah diselesaikan oleh orang tua yang telah dibuktikan dengan ijazah yang paling

akhir diperolehnya, misalnya lulus SD, SMP, Sekolah Menengah, Sarjana Muda,

(32)

mencari atau mendapatkan pekerjaan sesuai dengan tingkat pendidikan yang

dimilikinya.

D. Status Sosial Ekonomi

Status sosial adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok.

Status ekonomi merupakan kombinasi dari status sosial dan status ekonomi yang

dimiliki seseorang (orang tua) dalam suatu kelompok masyarakat. Soerjono

Sukanto (1990:263) mengatakan bahwa status sosial adalah tempat orang secara

umum di dalam masyarakat, sehubungan dengan orang lain, dalam arti

lingkungan pergaulannya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya.

Mengenai status sosial ekonomi, Keeves (1972:67) mengatakan bahwa

status sosial ekonomi mencakup unsur pendidikan, pekerjaan, jabatan,

penghasilan, pemilikan barang berharga yang dimiliki seseorang di dalam suatu

masyarakat atau kelompoknya.

Pernyataan di atas didukung oleh Hopkins (1985:59) yang menyatakan

bahwa status sosial ekonomi dirumuskan sebagai kombinasi dari status sosial dan

ekonomi dimana di dalamnya mencakup tingkat pendidikan, pekerjaan, jabatan,

dan tempat tinggal. Kedudukan seseorang di masyarakat banyak ditentukan oleh

yang dia miliki, yang dipandang penting oleh masyarakat. Semakin tinggi tingkat

pendidikan, jabatan, dan pekerjaan seseorang maka semakin tinggi pula statusnya

di masyarakat. Semakin tinggi pendapatan yang dimiliki, dan cenderung memiliki

(33)

tinggi di masyarakat. Dengan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa status

sosial ekonomi merupakan kedudukan seseorang dipandang dari sudut sosial dan

ekonomi.

Kedudukan seseorang dalam masyarakat akan mempengaruhi kegiatan

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kedudukan sosial ekonomi juga akan

mempengaruhi seseorang untuk menuntut ilmu dan mempersiapkan serta melihat

masa depanya. Mengenai kedudukan ini, Jhonson(1986:131) berpendapat bahwa :

“Kegiatan individu, apakah itu diarahkan untuk sekedar memperthankan hidup biologisnya atau memenuhi pelbagai kebutuhan manusia yang lain-lain, dibatasi oleh kedudukan sosial ekonomi tertentu yang kebetulan ia miliki dalam lingkungan sosial dan material ini. Juga cara individu melihat dunia dikondisikan oleh kedudukannya yang tertentu dalam lingkungan sosial dan materialnya”

Adanya perbedaan status dalam masyarakat akan memberikan kesempatan

atau fasilitas hidup yang berbeda bagi masyarakat, seperti keselamatan hidup,

harta bendanya, standar hidup, kebebasan dan tingkah laku. Disamping itu juga

akan memberikan perbedaan dalam memperoleh kesempatan-kesempatan dan

menjalani jenis pendidikan.

Hal tersebut di atas diartikan bahwa keluarga yang mendapat fasilitas

lebih banyak akan berpeluang untuk menganyam pendidikan yang lebih tinggi

pula. Dengan adanya perbedaan dalam hal kemampuan, sebagai akibat perbedaan

situasi sosial, maka disini sekolah dihargai bukan karena nilai pendidikannya saja

(34)

Tingkat pendidikan seseorang dapat dilihat dari jenjang pendidikan yang

pernah dialaminya atau lamanya pendidikan. Pada umumnya tingkat pendidikan

menentukan jenis pekerjaan atau jabatan. Hal ini sejalan dengan pendapat Mifflen

F.J & Mifflen S.C,(1986:54) bahwa semakin tinggi pendidikan akan berpeluang

yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan yang status sosialnya lebih tinggi

dan berakibat pada tingkat penghasilan yang tinggi pula.

Sementara itu Ridwan Said seperti yang dikutip Mulyanto S. (1985:76)

menyatakan bahwa kebutuhan hidup menusia erat kaitanya dengan kebutuhan

jasamani dan rohani manusia itu sendiri. Kebutuhan manusia dapat dirinci

menjadi nutrisi, pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan, partisipasi, air dan

sanitasi. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut keadaan ekonomi keluarga akan

memegang peranan yang sangat penting.

Keadaan keluarga juga akan berpengaruh terhadap perkembangan

pendidikan anak. Ini dapat diartikan bahwa sikap, cita-cita, minat motivasi anak

terhadap suatu objek akan dipengaruhi oleh keadaan ekonomi orang tuanya,

seperti yang dikemukakan Gerungan bahwa : “dengan kondisi ekonomi keluarga

yang cukup, ia akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk

mengembangkan bermacam-macam kecakapannya yang tidak dapat ia

kembangkan apabila tidak ada alat-alatnya”. Dari pendapat tersebut dapat

diartikan bahwa anak yang berasal dari keluarganya yang ekonominya cukup,

mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan kemampuannya

(35)

Nasution (1983:18) mengungkapkan bahwa orang tua yang mengetahui

batas kemampuan keluarganya akan memilih sekolah umum sebagai persiapan

untuk dapat melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Jadi dalam tingkat pendidikan

anak, untuk memasuki suatu sekolah seorang siswa dapat dipengaruhi oleh

keadaan ekonomi orang tuanya.

E. Pendapatan

Pendapatan sangat erat hubungannya dengan penghasilan, yaitu jumlah

barang dan jasa yang diperoleh dari hasil pekerjaan seseorang. Jika kita

memperhatikan lingkungan di sekitar kita, maka akan terlihat betapa sibuknya

orang-orang bekerja. Hal ini dilakukan orang agar memperoleh imbalan. Untuk

memenuhi kebutuhan hidup suatu rumah tangga, maka sebuah keluarga harus

berusaha agar memperoleh pemasukan sebagai sumber keuangan guna memenuhi

kebutuhannya.

Menurut Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers (1982:92),

“pendapatan adalah hasil yang diperoleh suatu keluarga baik bersumber dari

pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan dan pendapatan lain yang berupa uang

maupun barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan “.

Penghasilan dalam jumlah besar akan memudahkan bagi mereka untuk

memenuhi kebutuhan yang diinginkan, termasuk kebutuhan akan pendidikan.

Sebaliknya penghasilan dalam jumlah kecil akan mengakibatkan keluarga dalam

(36)

Pemenuhan kebutuhan sering dirasa sukar dengan penghasilan yang kecil,

padahal mereka dituntut untuk dapat selalu mempertahankan kehidupan

keluarganya. Agar kebutuhan pokok hidup dapat terpenuhi sering sekali harus

mengorbankan kebutuhan lain yang sifatnya tidak mendesak.

Sedangkan pada saat sekarang ini pendidikan merupakan kebutuhan

pokok dan sangat penting untuk dipenuhi. Untuk itu orang tua bekerja keras untuk

memperoleh pendapatan guna mencukupi macam-macam kebutuhan akan

pendidikan.

a. Bentuk Pendapatan

Menurut Biro Pusat Statistik pendapatan dapat dibedakan menjadi tiga

bentuk yaitu sebagai berikut:

1) Pendapatan berupa uang

Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang

sifatnya regular dan diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra

prestasi.

2) Pendapatan berupa barang

Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya regular

dan biasa dan diterima dalam bentuk barang dan jasa.

3) Lain-lain penerimaan uang dan barang

Untuk penerimaan uang dan barang yang dipakai sebagai pedoman adalah

segala penerimaan yang bersifat transfer atau retribusi dan biasanya

(37)

F. Prestasi Belajar

Prestasi adalah suatu hasil yang telah dicapai (Purwodarminto, 1976:768).

Sejalan dengan itu Winkel (1989:161) mengatakan bahwa prestasi merupakan

bukti usaha yang dicapai.

Apabila prestasi dikaitkan dengan belajar maka kita akan mengenal apa

yang dinamakan dengan prestasi belajar. Hal ini menyangkut seberapa jauh hasil

yang telah dicapai atau dibuktikan oleh seseorang.

Belajar sendiri merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan

dengan didapatkannya kemampuan baru yang disebabkan usaha (Suryabrata,

1984:324). Sehubungan dengan prestasi belajar maka ia mengemukakan bahwa

nilai raport merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai

kemajuan siswa atau prestasi belajar siswa selama masa tertentu.

Dari beberapa pengertian tentang prestasi belajar tersebut dapat

disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan perubahan kemampuan yang

dinyatakan dalam nilai raportnya, setelah siswa tersebut selesai mengikuti

pelajaran selama jangka waktu tertentu. Dengan demikian prestasi belajar

merupakan hasil setelah proses belajar yang menyatakan (mengukur) tingkat

keberhasilan seseorang mengikuti proses belajar.

Apabila seseorang belajar, maka ia akan memperoleh hasilnya. Hasil

belajar adalah perubahan didalam diri si pelajar, dimana ia dapat mengetahui

sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. Setiap orang mempunyai hasil yang

(38)

belajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang diraihnya. Prestasi belajar dapat

diketahui dari hasil evaluasi belajarnya. Evaluasi adalah usaha penilaian terhadap

suatu hal, bisa dari segi tujuan yang ingin dicapai, gagasan, cara kerja, metode

pemecahan (Sudjana, 1990:28).

Usaha mengetahui hasil belajar biasanya dilakukan dengan mengadakan

pengukuran dalam bentuk ujian tertulis, lisan mupun praktik yang kemudian

diberi skor, yang biasanya berwujud angka. Hasil dari pengukuran ini merupakan

informasi-informasi atau data yang diwujudkan dalam bentuk angka-angka yang

disebut prestasi belajar (Masrun, 1975:1).

G. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah

Status sosial adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu

kelompok. Status ekonomi merupakan kombinasi dari status sosial dan status

ekonomi yang dimiliki seseorang (orang tua) dalam suatu kelompok

masyarakat. Soerjono Sukanto (1990:263) mengatakan bahwa status sosial

adalah tempat orang secara umum di dalam masyarakat, sehubungan dengan

orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, dan hak-hak serta

kewajiban-kewajibannya.

Mengenai status sosial ekonomi, Keeves (1972:67) mengatakan bahwa

(39)

penghasilan, pemilikan barang berharga yang dimiliki seseorang di dalam

suatu masyarakat atau kelompoknya.

Keadaan sosial ekonomi orang tua akan berpengaruh pada anak yang

beranjak dewasa. Biasanya hal ini tampak apabila anak akan melanjutkan

sekolahnya. Mereka yang kurang mampu hanya menyekolahkan anaknya

sampai SLTA saja ada pula yang hanya sampai SLTP saja kemudian

dianjurkan untuk bekerja (Sukanto, 1990:63).

Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Alwin dan Thornton

sebagaimana dikutip oleh Mahmud M.Dimyanti (1990:21), bahwa

siswa-siswa yang berasal dari latar belakang sosial ekonomi yang tidak

menguntungkan mengalami problem-problem finansial sehingga tidak

mempunyai kesempatan untuk melanjutkan sekolah, dengan demikian mereka

membatasi keinginan untuk lebih maju. Orang tua yang status sosial

ekonominya tinggi cenderung menginginkan anaknya melanjutkan sekolah,

sedangkan orang tua yang status sosial ekonominya rendah cenderung lebih

menghendaki agar anaknya bekerja membantu orang tua dari pada untuk

sekolah.

2. Hubungan Antara Prestasi Belajar dengan Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah

Prestasi adalah suatu hasil yang telah dicapai (Purwodarminto,

(40)

merupakan bukti usaha yang dicapai. Apabila prestasi dikaitkan dengan

belajar maka kita akan mengenal apa yang dinamakan dengan prestasi belajar.

Hal ini menyangkut seberapa jauh hasil yang telah dicapai atau dibuktikan

oleh seseorang.

Belajar merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan

dengan didapatkannya kemampuan baru yang disebabkan usaha (Suryabrata,

1984:324). Sehubungan dengan prestasi belajar maka ia mengemukakan

bahwa nilai raport merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru

mengenai kemajuan siswa atau prestasi belajar siswa selama masa tertentu.

Setiap siswa tentu menginginkan sekolah setinggi-tingginya namun

untuk mencapai tidaklah mudah karena diperlukan usaha yang besar.

Meskipun mempunyai uang yang cukup, anak belum tentu anak dapat

melanjutkan sekolah jika tidak mempunyai kesungguhan dalam belajar.

Menurut Roestiyah (1983:159), faktor yang mempengaruhi prestasi

siswa yang rendah adalah dia tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas.

Siswa mengangap dirinya masuk sekolah menengah hanya sekedar memenuhi

anjuran orang tua, atau sekedar menggunakan waktu senggang dan hanya

sekedar gengsi. Adapula yang berpendapat bahwa sekolah menengah adalah

tempat menambah pergaulan para siswa supaya mereka tidak ketinggalan

informasi yang disampaikan oleh orang lain atau dari alat teknologi. Yang

mempunyai pendapat demikian sudah kelihatan ia tidak mempunyai tujuan

(41)

Siswa mempunyai prestasi belajar tinggi dapat dipastikan dia

mempunyai tujuan yang jelas untuk terus dapat melanjutkan sekolahnya,

karena ia memiliki bekal ilmu atau kemampuan yang memadai. Bagi siswa

yang prestasi belajarnya rendah diduga lebih memilih untuk tidak melanjutkan

sekolah karena sekolah hanya merupakan beban bagi dirinya.

H. Hipotesis

Hipotesis adalah sebuah kesimpulan sementara dan masih harus

dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dalam pengertian ini merupakan perumusan

jawaban atas dugaan sementara sehingga menjadi tuntunan untuk mencari

jawaban yang sebenarnya atas dasar kerangka berpikir tersebut di atas.

Hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1. Ada hubungan positif antara status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan

siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah.

2. Ada hubungan positif antara prestasi belajar dengan pilihan siswa untuk

(42)

23 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan meliputi

1. Deskriptif yaitu suatu penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan

masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya bersifat

sekedar mengungkapkan (Wasito dkk, 1996:8).

2. Studi Kasus yaitu suatu penelitian mendalam mengenai unit sosial tertentu

yang menghasilkan gambaran yang berlaku untuk jangka waktu tertentu,

karena mengumpulkan data dan analisa data dilakukan pada waktu tertentu

(Winarno dan Surahman, 1990:43).

3. Studi ex post facto yaitu penelitian dimana si peneliti tidak dimungkinkan

untuk memanipulasi variabel atau menunjuk subyek untuk perlakuan

tertentu secara rambang atau menciptakan kondisi-kondisi secara rambang

(Wayan Ardhana, 1987: 131).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SLTP N 1 TURI

2. Waktu Penelitian

(43)

C. Lokasi dan Subyek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi SLTP N 1 TURI. Adapun alasan

mengambil lokasi tersebut disebabkan sekolah tersebut masih berstandar

biasa dan siswa-siswinya berasal dari berbagai macam kalangan, baik

kalangan atas maupun kalangan bawah dengan status sosial ekonomi orang

tua yang berbeda-beda. Hal ini akan mendukung kelengkapan data yang

diperlukan. Dibandingkan sekolah yang mempunyai standar internasional

lebih sulit untuk memperoleh data yang diperlukan karena siswa-siswinya

hampir semua berasal dari keluarga yang status sosial ekonominya sama

(keluaga mampu).

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi SLTP Kelas IX. Dengan alasan

siswa kelas IX sebentar lagi tamat dari SLTP, mereka tentunya sudah

memiliki gambaran tentang pendidikan lanjutan yang dipilihnya.

D. Populasi Penelitian

1. Populasi Penelitian

Menurut Arikunto (2002:108) “Populasi adalah keseluruhan

subyek penelitian atau semua elemen yang ada dalam penelitian”. Populasi

dapat berupa kumpulan atau kelompok yang anggotanya orang atau benda.

Populasi bukan sekedar jumlah tetapi meliputi seluruh karakteristik atau

sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek yang sedang dipelajari. Dalam

penelitian ini yang digunakan penelitian populasi, dengan populasi siswa

(44)

E. Variabel Penelitian dan Pengukuranya

1. Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Status sosial ekonomi mencakup unsur pendidikan terakhir yang ditempuh

oleh ayah atau ibu siswa, penghasilan orang tua bersih dari pekerjaan

pokok dan pekerjaan sampingan ayah dan ibu selama satu bulan, status

rumah yang ditempati keluarga, luas rumah yang ditempati keluarga, atap

rumah, dinding rumah yang ditempati keluarga, lantai rumah yang

ditempati keluarga, langit-langit rumah yang ditempati keluarga, jenis

penerangan yang ada dalam rumah keluarga, rata-rata pengeluaran

pembayaran rekening listrik selama satu bulan, sumber air bersih rumah,

kamar mandi dan wc yang dimiliki dirumah, sawah atau kebun yang

dimiliki orang tua dan fasilitas yang dimiliki dalam keluarga. Adapun

kisi-kisi instrumen penelitian adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Status Sosial Ekonomi Orang Tua

NO Deskripsi Item Skor

d. Tamat Diploma/ Sarjana

1

d.Tamat Diploma/ Sarjana

1 2 3 4

3

Penghasilan per bulan Ayah/ Ibu

a. Dibawah Rp.500.000

(45)

a. Sewa

Luas bangunan rumah yang dimiliki orang tua a. <36m2

Atap rumah yang dimiliki orang tua

a. Kayu

Dinding rumah yang dimiliki a. Tanah liat

Lantai rumah yang dimiliki

a. Tanah

Langit-langit rumah yang dimiliki a. Tidak ada langit-langit

b. Triplek

Besarnya tegangan listrik rumah

a. 450 watt

Rata-rata pengeluaran listrik per bulan a. < Rp.50.000

Sumber air rumah orang tua

a. Mata air

13 Jumlah kamar mandi dan wc yang dimiliki

(46)

b. 1 kamar mandi dan 1 wc

Luas sawah atau kebun yang dimiliki orang tua

a. Tidak memiliki

Fasilitas yang dimiliki keluarga

1. Mesin Cuci

Nilai raport kels VIII semester I

3. Pilihan siswa terhadap studi lanjut

Memilih merupakan faktor psikologis yang dapat memberikan suatu

(47)

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah

Indokator Positif Negatif

Keinginan untuk melanjutkan ke SLTA 1,2,3 4,5,6

Pengaruh faktor ekonomi orang tua 7,9

Keterbatasan pengetahuan 8

Untuk pilihan studi, pengukuran variabel menggunakan skala

Linkert dengan kriteria sebagai berikut.

Sebelum instrumen digunakan dalam sebuah penelitian, maka

hendaknya instrumen tersebut diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya.

1. Pengujian Validitas

Pengujian validitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah

butir-butir pertanyaan mampu mengukur yang seharusnya diukur sahih atau tidak.

Pengujian validitas ini menggunakan rumus Korelasi Product Moment

(Arikunto, 2002:146) sebagai berikut:

Untuk mengetahui validitas instrumen (kuesioner) terlebih dahulu

item instrumen diujicobakan pada 30 responden. Penulis menggunakan taraf

signifikansi 5%. Setiap item pertanyaan dalam kuesioner dikatakan valid

apabila rhitung > rtabel dan tidak valid jika rhitung < rtabel. Penulis menggunakan

Pernyataan Skor

SS (sangat setuju) 4

S (setuju) 3

TS (tidak setuju) 2

(48)

bantuan program komputer SPSS for windows versi 16 untuk menghitung

validitas kuesioner, apabila diperoleh hasil r hitung untuk setiap butir lebih

besar dari r tabel dengan N=30 dimana untuk df = 30 – 2 = 28 dengan taraf

signifikansi 5% menunjukan nilai r tabel sebesar 0,361. Oleh karena semua r

hitung > r tabel, maka butir-butir soal dinyatakan valid sehingga dapat

digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.

a. Uji Validitas Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Tabel 3.3

Uji Validitas Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua

(49)

b. Uji Validitas Variabel Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke

Sekolah Menengah

Dari tabel di bawah tampak bahwa dari 9 item pertanyaan,

diperoleh nilai r hitung lebih besar dari r tabel, sehingga item-item

pertanyaan tersebut layak digunakan untuk mengumpulkan data

penelitian.

Tabel 3.4

Uji Validitas Variabel Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data

karena insrumen tersebut sudah baik. Menurut pengujian (Arikunto,

2002:171), reliabilitas instrumen digunakan rumus koefisien alpha sebagai

berikut:

Keterangan:

(50)

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

= jumlah varians butir

= varians total

Kriteria pengujian instrumen dikatakan handal apabila r hitung lebih besar

dari pada r tabel pada taraf signifikansi 5%. Jika r alpha positif dan r alpha >

r tabel, maka variabel tersebut reliabel.

Uji reliabilitas ini menggunakan komputer program SPSS, apabila diperoleh

hasil r hitung untuk setiap butir lebih besar dari r tabel dengan N = 30

dimana untuk df = 30 - 2 = 28 dengan taraf signifikansi 5% menunjukan

nilai tabel 0,361. Oleh karena butir-butir soal yang telah disusun dalam

instrumen dinyatakan reliabel maka dapat digunakan untuk pengambilan

data penelitia

Tabel 3.5

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Variabel Koefisien

Alpha

r-tabel (df = 28, α = 5%)

Status

Status Sosial Ekonomi Orang Tua 0,927 0,361 Reliabel

Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan

Studi Ke Sekolah Menengah 0,812 0,361 Reliabel

Pada penelitian ini untuk menginterprestasikan hasil uji coba instrumen

menggunakan pedoman dari (Arikunto,2002:254) sebagai berikut:

Interval Kategori

0,800-1,000 Sangat tinggi

0,600-0,799 Tinggi 0,400-0,599 Cukup 0,200-0,399 Rendah

(51)

Berdasarkan tabel di atas maka, hasil pengujian reliabilitas Status Sosial

Ekonomi Orang Tua, dengan nilai alpha 0,927 termasuk dalam kategori

sangat tinggi dan hasil pengujian reliabilitas Pilihan Siswa Untuk

Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah, dengan nilai alpha 0,812

termasuk dalam kategori sangat tinggi.

F. Data yang Diambil

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data atau

responden oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian tersebut sebagai

berikut: Status sosial ekonomi orang tua dan pilihan siswa

2. Data Skunder

Data skunder adalah data yang diperoleh dari data yang sudah ada di SLTP

tersebut, meliputi nilai raport siswa dan data-data monografi tentang

keadaan sekolah seperti jumlah siswa, jumlah guru, fasilitas sekolah.

G. Teknik Pengumpulan Data

a. Kuisioner yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah

daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi dengan

jawaban yang sesuai dengan keadaan responden yang sebenarnya.

b. Dokumentasi yaitu pengumpulan data skunder nilai raport siswa kelas VIII

semester I dan data monografi dari sekolah tentang keadaan sekolah

misalnya jumlah siswa, jumlah guru, fasilitas sekolah, serta laporan KHL

(52)

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Untuk menganalisa data yang diperoleh digunakan beberapa cara sebagai

berikut.

1. Analisis Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk mengambarkan karakteristik data orang tua,

prestasi belajar terhadap pilihan siswa masuk sekolah menengah. Teknik

pengujian yang digunakan adalah dengan menghitung presentase.

Tabel 3.6 PAP II

Tingkat Penguasaan Kompetensi Kategori Kecenderungan

Variabel

81%-100% Sangat Baik

66%-80% Baik

56%-65% Cukup Baik

46%-55% Tidak Baik

Dibawah 46% Sangat Tidak Baik

Berdasarkan kriteria di atas, maka kategori kecenderungan dari

masing-masing variabel adalah sebagai berikut.

a. Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Skor tertinggi yang diharapkan dicapai dari 19 item pertanyaan

adalah 69 dan skor terendah adalah 14, maka selisih antara skor

tertinggi dengan skor terendah adalah 55, sehingga diperoleh :

Skor = nilai terendah + %(nilai tertinggi-nilai terendah)

Tingkat Penguasaan Kompetensi

Kategori Kecenderungan

Variabel

14 + (81% x 55) = 58,55 dibulatkan menjadi 59 Sangat Tinggi

14 + (66% x 55) = 50,3 dibulatkan menjadi 50 Tinggi

14 + (56% x 55) = 44,8 dibulatkan menjadi 45 Sedang

(53)

Dibawah 40 Sangat Rendah Disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 3.7

Interval Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Interval Skor Keterangan

59-69 Sangat Tinggi

50-58 Tinggi 45-49 Sedang 39-44 Rendah

14-38 Sangat Rendah

b. Prestasi Belajar

Skor tertinggi yang diharapkan dicapai adalah 100 dan skor

terendah adalah 0, maka selisih antara skor tertinggi dengan skor

terendah adalah 100, sehingga diperoleh:

Skor = nilai terendah + %(nilai tertinggi – nilai terendah)

Tingkat Penguasaan Kompetensi

Dibawah 46 Sangat Rendah

Disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 3.8

Interval Prestasi Belajar

Interval Skor Keterangan

81-100 Sangat Tinggi

66-80 Tinggi 56-65 Sedang 46-55 Rendah

(54)

c. Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah.

Skor tertinggi yang diharapkan dicapai dari 9 item pertanyaan

adalah 36 dan skor terendah adalah 9, maka selisih antara skor

tertinggi dengan skor terendah adalah 27, sehingga diperoleh:

Skor = nilai terendah + %(nilai tertinggi - nilai terendah)

Tingkat Penguasaan Kompetensi

Dibawah 21 Sangat Rendah

Disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 3.9

Interval Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan studi Ke Sekolah Menengah

Interval Skor Keterangan

31-36 Sangat Tinggi

27-30 Tinggi 24-26 Sedang 21-23 Rendah

9-20 Sangat Rendah

2. Pengujian Hipotesis

a. Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji hubungan status sosial

ekonomi orang tua dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke

sekolah menengah, prestasi belajar dengan pilihan siswa untuk

melanjutkan studi ke sekolah menengah, status sosial ekonomi orang

tua, prestasi dengan pilihan siswa terhadap jenis sekolah menegah.

(55)

spearman yang dinyatakan dalam bentuk formulasi sebagai berikut

(Andi Supangat, 2007:362-363):

Keterangan:

r : Koefisien korelasi

d : Selisih ranking

n : Jumlah data

Dengan kriteria:

Range Hubungan

0 - 0,55 Tidak kuat

0,56 - 0,65 Cukup kuat

0,66 - 0,75 kuat

0,76 - 0,99 Sangat kuat

(56)

37  

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Berdirinya SMP N 1 TURI

Permulaan berdirinya SMP N 1 Turi, dimulai sekitar awal tahun 1960 oleh tokoh pendiri antara lain

1.Bp.Sutarjo (Almarhum) Kembangarum 2.Bp.Sunarjo (Almarhum) Turi

3.Bp.Sujud Hadi Sulistyo (Almarhum) Kembangarum

4.Didukung Seluruh Lurah di Kecamatan Turi seperti Bp.Radyo Sadewo (Almarhum) Lurah Desa Donokerto alamat Randusongo, Bp.Radyo Hadi Sugondo (Almarhum) Lurah Desa Girikerto, Lurah Desa Bangun Kerto dan Lurah Desa Wonokerto.

Nama SMP ini pada mulanya merupakan SMP Swasta dan di kepalai Bp.Sujud Hadi Sulityo dimana Guru-gurunya berasal dari warga sekitar Turi, yang pada waktu itu berstatus perangkat desa dan menarik sebagian warga yang menjadi guru SD di daerah lain. Perlu diketahui bahwa pada awalnya SMP ini tempatnya terpencar di Rumah-rumah penduduk seperti di Joglo depan SMP ( Rumah Bp.Darwanto ), Rumah Bp.Atmo Wiyono Turi.

(57)

Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan Nomor : 87/S.K/B/III tertanggal 30 September 1964 dan sejak itu disebut SMP Negeri Turi, yang diangkat sebagai Kepala Sekolah pertama kali adalah Bp.Muhamad Supardi dari Randusonggo dan SMP N Turi menempati gedung 3 kelas di Lapangan Turi dan sebagian belajar di Randu Songgo (Rumah Bp. Lurah), selanjutnya SMP N Turi mengalami cobaan cukup berat pada tahun 1968 dengan robohnya gedung sekolah di lapangan Turi karena angin ribut dengan korban jiwa Bp.Puspo Harjono (Dukuh Balong Kembangarum). Sejak peristiwa itu kembali SMP N Turi harus terpisah-pisah mendompleng ke SD Ngipik (SD Turi II sekarang), dan rumah- rumah penduduk di Ngentak.

Pada tahun 1974 atas inisiatif Bp.Radyo sadewo maka SMP N Turi tukar guling dengan Sekolah Misi (SMP Aloysius) dengan surat serah terima Gedung Pemerintah Kalurahan Donokerto Nomor:182/UM/DN/16/74 tertanggal 29 april 1974 dari Yayasan Santo Aloysius.

Mulai 1974 mulailah babak baru SMP N Turi di tempat ini dengan menempati 9 ruang kelas.

Tahun 1975 mendapat bantuan ruang laboratorium dan 2 ruang kelas.

Tahun 1979 BP 3 memperluas lokasi sekolah di sebelah barat, dengan membeli tanah milik Bp.Darto Winarto dan Bp.Sujiyono (tanah yang diduduki sekarang ini).

(58)

Tahun 1988 Kepala Sekolah dari Bp.Hubertus Sumarsono kepada Bp. Suhadi,BA dari Godean,

Tahun 1986 Dari Bp.Suhadi,BA kepada Bp.Drs.Umar Sahid dari Cepet, Purwobinagun.

Tahun 1992 Dari Bp.Drs.Umar Sahid kepada Bp.Samirejo,BA dari Gentan, Ngaglik.

Tahun 1998 Dari Bp.Samirejo,BA kepada Ibu Dra. Margini dari Wonorejo, Monjali

Tahun 2003 Dari Ibu Dra Margini kepada Bp.Heru Sumarsono, S.Pd. dari MinoMartani.

Pada tahun 2002 SMP N 1 Turi berganti nama SLTP N 1 Turi

Pada tahun 2004 SLTP N 1 Turi berganti Nama lagi SMP Negeri 1 Turi sampai sekarang.

Demikian sejarah SMP N 1 TURI Sleman Yogyakarta yang sekarang: Alamat : Jl. Turi-Pakem, Turi, Donokerto, Turi, Sleman Yogyakarta Telepon : 0274-896673

Faximile : 0274-896673

E-mail : smpn1_turi@yahoo.co.id

B. Visi, Misi SMP N 1 TURI 1. Visi

Unggul Dalam Prestasi, Terampil & Berakhlak Mulia 2. Misi

(59)

b. Mengintensifkan pembelajaran dan bimbingan akademik terhadap siswa secara efisien dan efektif.

c. Menanamkan jiwa keunggulan pada siswa dan masyarakat sekolah. d. Membekali siswa dengan ketrampilan komputer, penguasaan bahasa

inggris.

e. Meningkatkan profesionalisme guru dan tenaga kependidikan. f. Membekali siswa dengan ketrampilan jurnalistik.

g. Menumbuhkan minat siswa dalam penelitian dan penulisan karya ilmiah.

h. Mengembangkan bakat dan kemampuan seni budaya maupun olah raga.

C. Analisis Keadaan dan Potensi Sekolah 1. Lingkungan Sekolah

SMP N 1 TURI terletak di sebuah desa dengan suasana lingkungan yang mendukung proses belajar mengajar, suasananya aman nyaman jauh dari keramaian tepatnya di Jl.Turi-Pakem, Turi, Donokerto, Turi Sleman Yogyakarta.

2. Keadaan Sekolah a. Sarana Prasarana

Ruang Keterangan

Jenis Jumlah Luas Jumlah Luas 1 Ruang Belajar

1.Ruang Teori/Kelas 9 63 567

(60)

3.Ruang Lab IPA 1 105 105

9.Ruang Serbaguna/Aula *R.Terbuka

Ruang

Keterangan Jenis Jumlah Luas Jumlah

Luas

3 Ruang Penunjang

1.Ruang Gudang 1 15 15

15.Bangsal Kendaraan/

Parkiran 1 36 36

16.Rumah Penjaga 1 24 24

Jumlah Luas Bangunan 1.696,5

b. Anggaran Sekolah

(61)

insidental. Adapun anggaran pendapatan dan belanja sekolah selama dua tahun terakhir adalah sebagai berikut

No Tahun Pelajaran Jumlah (Rupiah)

1 2008-2009 1.059.007.400

2 2009-2010 1.526.317.000

3. Personalia Sekolah a. Tenaga Pendidik

Pendidikan Jumlah dan Status Guru Jumlah

GT/PNS GTT/Guru Bantu

L P L P

b. Tenaga Kependidikan

Pendidikan Jumlah

Ket: TS: Tenaga Tetap Sekolah, TT: Tenaga Tidak Tetap 4. Peserta Didik

(62)

b. Profil Tamatan

Tahun Ajaran

Jumlah kelulusan dan kelanjutanStudi Jumlah

Peserta Ujian

Jumlah

Lulus Persentase

% Lulusan yang Melanjutkan

Studi

2007/2008 113 113 100 100

2008/2009 108 108 100 100

5. Latar Belakang Sosial Ekonomi Orang Tua Siswa

No Pekerjaan Persentase

1 PNS 15.2

2 TNI/POLRI 1.5

3 Petani 24.4

4 Swasta 13.7

5 Perangkat Desa 0.6

6 Pedagang 3.2

7 Buruh 39.6

(63)

44 BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Responden

Penelitian ini dilakukan di SMP N 1 TURI Sleman Yogyakarta dengan responden berjumlah 106 orang yang terdiri dari siswa-siswi kelas IX. Jumlah kuisioner yang dibagikan sebanyak 106 kuisioner, dan jumlah kuisioner yang dibagikan tersebut kembali sebanyak 101, sehingga response rate sebesar 95%

B. Deskripdi Data Penelitian

Pendeskripsian data penelitian berfungsi untuk mengungkapkan cirri-ciri data dari setiap penelitian. Pendeskripsian dalam variabel ini meliputi : variabel status sosial ekonomi orang tua, prestasi belajar, dan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah. Pendeskripsian dilakukan dengan menggunakan PAP tipe II.

1. Data Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Berdasarkan data hasil penelitian skor data tertinggi untuk variabel status sosial ekonomi orang tua yang diharapkan adalah 69 dan skor data terendah adalah 14. Berikut disajikan perhitungan menggunakan PAP Tipe II.

Skor = Nilai terendah + % (Nilai tertinggi – Nilai terendah) • 14 + (81%x55) = 58,55 dibulatkan 59

(64)

• 14 + (56%x55) = 44,8 dibulatkan 45 • 14 + (46%x55) = 39,3 dibulatkan 39

Dari perhitungan di atas dapat disajikan tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 5.1

Kategori Data Status Sosial Ekonomi Orang Tua

No Interval Skor Frekuensi Persentase (%) Keterangan 1 59-69 5 4,95 Sangat Tinggi

Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah siswa yang memiliki status sosial ekonomi orang tua sangat tinggi adalah 5 siswa (4,95%); tinggi adalah 68 siswa (67,33%); sedang adalah 13 siswa (12,87%); rendah adalah 15 siswa (14,85%); sedangkan status sosial ekonomi orang tua sangat rendah adalah 0 siswa (0%). Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa status sosial ekonomi orang tua sebagian siswa dikategorikan tinggi.

2. Data Variabel Prestasi Belajar

Batas untuk menentukan tinggi rendanya prestasi belajar menggunakan PAP Tipe II. Skor tertinggi yang mungkin dicapai 100 dan skor terendah 0.

(65)

• 0 + (66%x100) = 66 • 0 + (56%x100) = 56 • 0 + (46%x100) = 46

Dari perhitungan di atas dapat disajikan tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 5.2

Kategori Data Prestasi Belajar

No Interval Skor Frekuensi Persentase (%) Keterangan

1 81-100 24 23,76 Sangat Tinggi

Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah siswa yang memiliki prestasi belajar sangat tinggi adalah 24 siswa (23,76%); tinggi adalah 77 siswa (76,24%); sedangkan kategori sedang, rendah, dan sangat rendah adalah 0 siswa (0%). Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa siswa SMP N 1 TURI memiliki kategori yang tinggi terhadap prestasi belajar. 3. Data Variabel Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah

Menengah

Berdasarkan data hasil penelitian skor data tertinggi untuk variabel pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah yang diharapkan adalah 36 dan skor data terendah adalah 9. Berikut disajikan perhitungan menggunakan PAP Tipe II.

(66)

• 9 + (81%x27) = 30,87 dibulatkan 31 • 9 + (66%x27) = 26,82 dibulatkan 27 • 9 + (56%x27) = 24,12 dibulatkan 24 • 9 + (46%x27) = 21,42 dibulatkan 21

Dari perhitungan di atas dapat disajikan tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 5.3

Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah No Interval Skor Frekuensi Persentase (%) Keterangan

1 31-36 17 16,83 Sangat Tinggi

2 27-30 36 35,64 Tinggi

3 24-26 43 42,58 Sedang

4 21-23 5 4,95 Rendah

5 9-20 0 0 Sangat Rendah

Jumlah 101 100

Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah sangat tinggi adalah 17 siswa (16,83%); tinggi adalah 36 siswa (35,64%); sedang adalah 43 siswa (42,58%); rendah adalah 5 mahasiswa (4,95%); sedangkan kategori sangat rendah adalah 0 siswa (0%). Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah dalam kategori sedang.

C. Pengujian Hipotesis

(67)

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan massalah penelitian.

Penggunaan Hipotesis selengkapnya tampak seperti di bawah ini. 1. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Pilihan

Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah a. Rumusan Hipotesis

Ho = Tidak ada hubungan yang posistif dan signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah.

Ha = Ada hubungan yang positif dan signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menangah.

b. Pengujian Hipotesis

(68)

Tabel 5.4

Hasil Pengujian Hipotesisi I

Correlations

SE PS

Spearman's rho SE Correlation Coefficient 1.000 .226*

Sig. (2-tailed) . .023

N 101 101

PS Correlation Coefficient .226* 1.000

Sig. (2-tailed) .023 .

N 101 101

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Dari tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menegah memiliki koefisien korelasi rhitung sebesar 0,226.

Bila rhitungini dibandingkan dengan rtabel maka rhitung 0,226 lebih besar

dari rtabel 0,196 yang dicari dengan cara interpolasi. Nilai rhitung yang

lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi 2 tailed 5% dan nilai

signifikan value 0,023 yang lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, yang artinya bahwa ada hubungan positif antara status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah.

2. Hubungan Antara Prestasi Belajar Dengan Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Status Sosial Ekonomi Orang Tua
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke
Tabel 3.3 Uji Validitas Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua
Tabel 3.4 Uji Validitas Variabel Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut: (1) ” Apakah pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi pada siswa kelas IV

Dokumen ini merupakan hasil dari penelitian pada komunitas Magis Indonesia.. yang dilakukan kurang lebih

Rp240.399.000,00 (Dua Ratus Empat Puluh Juta Tiga Ratus Sembilan. Puluh Sembilan

[r]

pemilhan kata atau diksi, dalam penggunaan tanda baca, pembentukan kata, penggunaan ejaan dan penguasaan kalimat efektif, sebagai salah satu faktor kebahasaan yang

Pembuatan Larutan Warna Ekstrak Kulit Buah Naga Pembuatan larutan zat warna dilakukan dengan beberapa variasi volume larutan ekstrak kulit buah naga merah yaitu variasi

Sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah adalah menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka, yang diimplementasikan dalam sasaran program, yaitu : Meningkatnya

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh profitabilitas, kepemilikan manajerial, dan Ukuran Perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor industri