• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI BAGIAN-BAGIAN TUMBUHAN DAN FUNGSINYA MELALUI MODEL PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) PADA SISWA KELAS IV MI KLERO KEC. TENGARAN KAB. SEMARANG TAHUN AJARAN 2015/2016 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI BAGIAN-BAGIAN TUMBUHAN DAN FUNGSINYA MELALUI MODEL PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) PADA SISWA KELAS IV MI KLERO KEC. TENGARAN KAB. SEMARANG TAHUN AJARAN 2015/2016 - Test Repository"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI BAGIAN-BAGIAN TUMBUHAN DAN FUNGSINYA MELALUI MODEL PENEMUAN

TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) PADA SISWA KELAS IV MI KLERO KEC. TENGARAN KAB. SEMARANG

TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

SHOLIKAH

NIM : 11511028

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

(PGMI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI BAGIAN-BAGIAN TUMBUHAN DAN FUNGSINYA MELALUI MODEL PENEMUAN

TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) PADA SISWA KELAS IV MI KLERO KEC. TENGARAN KAB. SEMARANG

TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

SHOLIKAH

NIM : 11511028

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

(PGMI)

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Dari kesalahan kita temukan kebenaran, dari kesedihan kita temukan kebahagiaan, dan dari kekalahan kita temukan kemenangan.

The best revenge for the people who have insulted you is the success that you can show them later.

PERSEMBAHAN

Bapak Nardi dan Ibu Pariyem yang telah membesarkanku semoga selalu di sisiku agar aku bisa terus membahagiakan kalian.

Adikku Lilik Adhari yang selalu memberikan semangat.

Sahabat-sahabatku Giyarti, Yuni, dan Umi yang selalu berada di sampingku. Teman terbaikku yang selalu memberikan dukungannya kepadaku.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Swt, atas karunianya sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. Sholawat serta salam senantiasa terlantunkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw semoga beliau senantiasa dirahmati Allah.

Penelitian yang diberi judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya Melalui Model Penemuan Terbimbing

(Guided Discovery) Pada Siswa Kelas IV MI Klero Kecamatan Tengaran

Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2015/2016”, pada dasarnya diadakan

penelitian ini bertujuan untuk menyempurnakan ataupun memperbaiki penerapan model pembelajaran yang dipakai oleh guru pengampu mata pelajaran IPA dan dengan sasaran akhir untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian ini mengacu pada prosedur penelitian tindakan kelas, yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Dimana pada siklus kedua dari penerapan model

penemuan terbimbing (guided discovery) ini dapat meningkatkan hasil belajar

siswa di MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang dengan cukup memuaskan.

Peneliti menyadari bahwa skripsi yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna dan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak skripsi ini tidak mungkin bisa selesai. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmad Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Peni Susapti, M.Si. selaku ketua jurusan PGMI yang telah

memberikan kesempatan serta saran pembangun untuk peneliti.

3. Bapak Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah

memotivasi serta membimbing peneliti sehingga peneliti mampu menyelesaikan penelitian ini.

4. Bapak Drs. M. Choderin, M.A. selaku dosen pembimbing akademik yang

(9)

5. Ibu Ainun Mardliyah, S.Pd.I. selaku kepala Sekolah MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk meneliti.

6. Bapak Rofik Anwari, S.Ag. selaku wali kelas IV MI Klero Kecamatan

Tengaran Kabupaten Semarang yang telah berkenan memberikan waktu dan kesempatan bagi peneliti untuk melakukan penelitian di kelasnya, serta semua siswa yang telah berkenan menjadi subyek penelitian.

Dan hanyalah Allah Swt yang dapat membalas semua kebaikan. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati peneliti mempersembahkan hasil penelitian yang jauh dari kesempurnaan ini kepada seluruh insan pendidikan. Kritik dan saran pembangun dari pembaca yang budiman sangat berharga bagi peneliti.

Salatiga, 25 Agustus 2015 Peneliti

(10)

ABSTRAK

Sholikah.2015. Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Bagian-Bagian

Tumbuhan dan Fungsinya Melalui Model Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) Pada Siswa Kelas IV MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dr. Budiyono Saputro, M.Pd.

Kata Kunci : Hasil Belajar IPA dan Model Penemuan Terbimbing (Guided Discovery)

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya dengan menggunakan model penemuan

terbimbing (guided discovery) pada siswa kelas IV MI Klero Kecamatan

Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2015/2016.

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan selama 3 bulan mulai bulan Juni-Agustus 2015. Subjek penelitian terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dimana tiap-tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi dan refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah tes tertulis, lembar observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan peneliti adalah membandingkan nilai pencapaian KKM yang ditandai dengan adanya peningkatan KKK (Kriteria Ketuntasan Klasikal) pada setiap siklusnya.

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dan II, diperoleh data seperti berikut: Standar KKM pada mata pelajaran IPA adalah 70, sebelum menggunakan

model penemuan terbimbing (guided discovery) hanya ada 44% (12 Siswa) yang

tuntas, sedangkan 56% (15 siswa) belum mencapai KKM. Setelah diterapkan

model pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery) dalam mata

pelajaran IPA pada siklus I diperoleh data 63% (17 siswa) tuntas, dan 37% (10 siswa) tidak tuntas. Setelah dilakukan refleksi pada siklus I, terjadi peningkatan hasil belajar yaitu 93% (25 siswa) tuntas sedangkan 7% (2 siswa) tidak tuntas atau belum memenuhi standar KKM yang ditentukan.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... I

LEMBAR BERLOGO ... Ii

JUDUL ... Iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... Iv

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN...

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... Xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Hipotesis dan Indikator Keberhasilan ...

1. Hipotesis Penelitian ...

2. Indikator Keberhasilan ... 5

5

5

E. Manfaat Penelitian ... 5

(12)

2. Manfaat Praktik ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar ... 16

1. Pengertian Hasil Belajar ... 16

2. Jenis Hasil Belajar ... 19

3. Perwujudan Hasil Belajar ... 4. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Dan Hasil Belajar... 23 25 B. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 33

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 33

2. Karakteristik IPA ...

3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPA ... 34

(13)

4. Ruang lingkup IPA ... 36

5. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD/MI... 36

6. IPA Materi Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya... 38

C. Model Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) ... 42

1. Pengertian Model Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) ... 42

2. Kelebihan dan Kelemahan Model Penemuan Terbimbing (Guided Discovery )... 3. Merancang Pembelajaran dengan Model Penemuan Terbimbing ... 4. Langkah-Langkah Pembelajaran Menggunakan Model Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) ... 52 44 45 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subjek Penelitian ... 1. Gambaran Umum Sekolah... 47 47 B. Deskripsi Awal (Pra Siklus) ... 50

1. Perolehan Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran IPA ... 50

(14)

1. Perencanaan Tindakan ... 58

2. Pelaksanaan Tindakan ... 58

3. Observasi ... 4. Refleksi ... 60 63 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 65

1. Deskripsi Data Pra Siklus ... 65

2. Deskripsi Data Siklus I ... 67

3. Deskripsi Data Siklus II ... 68

B. Pembahasan ... 70

1. Siklus I ... 71

2. Siklus II ... 75

3. Rekapitulasi Pra Siklus, Siklus I, Siklus II ... 79

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 37

Tabel 3.1 Daftar Guru MI Klero Kecamatan Tengaran... Tabel 3.2 Daftar Jumlah Siswa MI Klero Kecamatan Tengaran... 48 49 Tabel 3.3 Daftar Siswa Kelas IV MI Klero... 49

Tabel 3.4 Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus)... 51

Tabel 3.5 Lembar Observasi Guru Siklus I... 54

Tabel 3.6 Nilai Evaluasi Siklus I... 56

Tabel 3.7 Lembar Observasi Guru Siklus II... 60

Tabel 3.8 Nilai Evaluasi Siklus II... 63

Tabel 4.1 Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus)... 66

Tabel 4.2 Nilai Akhir Siklus I... ... 67

Tabel 4.3 Nilai Akhir Siklus II... ... 69

Tabel 4.4 Gabungan Nilai Evaluasi Antar Siklus ... 70

Tabel 4.5 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 72

Tabel 4.6 Lembar Observasi Guru Siklus II ...

Tabel 4.7 Rekapitulasi Pra Siklus, Siklus I, Siklus II ... 76

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Bagan Rancangan Pelaksanaan PTK Model Spiral... 8

Gambar 2.1 Bagan Perencanaan Pembelajaran...

Gambar 4.1 Presentase Nilai Evaluasi Siklus I ...

Gambar 4.2 Presentase Nilai Evaluasi Siklus II ...

Gambar 4.3 Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, Siklus II... 44

72

76

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Siklus I ... 87

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Siklus II ...

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa Siklus I...

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa Siklus II ...

Lampiran 5 Soal Evaluasi Siklus I ...

Lampiran 6 Soal Evaluasi Siklus II ...

Lampiran 7 Daftar Nilai Ulangan Harian Siswa (Pra Siklus) ...

Lampiran 8 Lembar Observasi Guru Siklus I ...

Lampiran 9 Lembar Observasi Guru Siklus II ...

Lampiran 10 Dokumentasi ...

Lampiran 11 Surat Pengantar Lembaga ...

Lampiran 12 Surat Keterangan Penelitian ...

Lampiran 13 Lembar Konsultasi Pembimbing ...

Lampiran 14 Daftar SKK ...

Lampiran 15 Daftar Riwayat Hidup ...

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan konsep pembelajaran alam

dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia.

Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

perkembangan teknologi, karena IPA memiliki upaya membangkitkan minat

manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta pemahaman tentang alam semesta. Oleh sebab itu, IPA menjadi

suatu mata pelajaran yang diberikan mulai sekolah dasar hingga perguruan

tinggi. Adapun ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi dan

perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya. IPA

terdiri dari tiga aspek yaitu Fisika, Biologi, dan Kimia.

IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang

diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode

ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum

sehingga akan terus disempurnakan. Hal ini sejalan dengan pengertian IPA

menurut Abdullah Aly dan Eni Rahma (1998: 18), IPA merupakan

pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau

khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan,

penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait

mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.

(19)

Dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi

disebutkan bahwa IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan menjadi

tempat bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri, dan alam serta rencana

lebih lanjut untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses

pembelajaran dalam IPA tidak sekedar teori saja, tetapi lebih menekankan

untuk memberikan pengalaman secara langsung untuk memahami alam sekitar

dan mengembangkan kompetensi yang dimiliki melalui pemikiran dan sikap

yang ilmiah.

Setelah dilakukan survey di MI Klero, Kecamatan Tengaran,

Kabupaten Semarang melalui wawancara dengan guru kelas IV ditemukan

beberapa masalah dalam pembelajaran IPA diantaranya yaitu, kurangnya

pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan sehingga masih ada siswa

yang nilainya belum mencapai KKM yang ditentukan sebesar 70. Hal tersebut

ditandai dengan nilai siswa pada mata pelajaran IPA, dari 27 siswa hanya 12

(44%) siswa yang memenuhi standar KKM, sedangkan 15 (56 %) siswa

mendapat nilai dibawah KKM.

Berdasarkan wawancara dan diskusi yang dilakukan oleh peneliti

dengan guru kelas IV di MI Klero, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi siswa mendapat nilai dibawah

standar KKM seperti siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, bermain

(20)

mengikuti pelajaran. Berdasarkan pengakuan guru kelas IV MI Klero yang

mengajar mata pelajaran IPA, guru menyadari bahwa selama ini ia mengajar

tidak menggunakan model pembelajaran yang bisa melibatkan siswa untuk

aktif dalam jalannya pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan proses

pembelajaran kurang menarik minat siswa dan siswa cenderung pasif serta

mengakibatkan hasil belajar siswa rendah.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa di

atas, peneliti memberikan tawaran solusi yakni dengan model pembelajaran

penemuan terbimbing (guided discovery). Penerapan model penemuan

terbimbing (guided discovery) diharapkan mampu memancing keaktifan siswa

dalam mengikuti pembelajaran. Model penemuan terbimbing (guided

discovery) adalah salah satu pendekatan pembelajaran dimana guru memberi

contoh-contoh topik spesifik dan memandu siswa untuk memahami topik

tersebut (Paul Eggen dan Don Kauchak, 2012: 177). Dengan kata lain, model

penemuan terbimbing (guided discovery) merupakan model pembelajaran

yang membutuhkan peran guru sebagai fasilitator dalam proses

pembelajarannya. Guru memberikan petunjuk kepada siswa, sehingga siswa

akan lebih terarah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain

mendorong pemahaman materi secara mendalam dan mengembangkan

pemikiran siswa, model temuan terbimbing lebih efektif untuk meningkatkan

motivasi siswa.

Adapun kelebihan dari model penemuan terbimbing (guided

discovery) yaitu siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang

(21)

(mencari-temukan), mendukung kemampuan memecahkan masalah, memberikan

wahana interaksi antar siswa, siswa dengan guru, dan materi yang dipelajari

dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas

karena siswa dilibatkan dalam proses penemuannya. Untuk memahami

persoalan di atas, peneliti bermaksud mengadakan penelitian tindakan kelas

yang berjudul :

“PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI BAGIAN-BAGIAN TUMBUHAN DAN FUNGSINYA MELALUI MODEL PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) PADA SISWA KELAS IV MI KLERO KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2015/2016”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah:

Apakah penerapan model penemuan terbimbing (guided discovery) dapat

meningkatkan hasil belajar IPA materi bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya

pada siswa kelas IV MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

tahun ajaran 2015/2016?

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai

melalui penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi

bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya melalui model pembelajaran penemuan

terbimbing (guided discovery) pada siswa kelas IV MI Klero Kecamatan

(22)

D.Hipotesis Penelitian dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Penelitian

Penerapan model penemuan terbimbing (guided discovery) dapat

meningkatkan hasil belajar IPA materi bagian-bagian tumbuhan dan

fungsinya pada siswa kelas IV MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten

Semarang tahun 2015/2016.

2. Indikator Keberhasilan

Penerapan model penemuan terbimbing (guided discovery) ini

dikatakan efektif apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapun

indikator yang dapat dirumuskan penulis sebagai berikut :

a. Kriteria ketuntasan klasikal dari jumlah seluruh siswa ≥ 85%.

b. Kriteria Ketuntasan Minimal siswa kelas IV dalam pembelajaran IPA

adalah ≥ 70.

E.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat, baik dari segi teoritis

maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut:

a. Dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan kajian ilmu

pendidikan.

b. Dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan yang diperoleh dari

(23)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, dapat memberikan suasana pembelajaran yang

menyenangkan sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran dan

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk

memperkenalkan pembelajaran IPA melalui penerapan model penemuan

terbimbing (guided discovery) guna untuk meningkatkan hasil belajar

siswa.

c. Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan yang berguna bagi sekolah

dalam kegiatan pembelajaran, meningkatkan mutu pendidikan khususnya

pada pembelajaran IPA.

d. Bagi peneliti, dapat menambah pengalaman peneliti untuk terjun ke

bidang pendidikan.

F. Definisi Operasional

Untuk memberikan gambaran sekaligus memperjelas pengertian dan

pemahaman serta agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap judul di

atas,maka penulis memberikan definisi operasional terhadap istilah-istilah yang

ada. Adapun istilah-istilah tersebut adalah:

1. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan

pembelajaran di sekolah. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu

hasil belajar dari siswa. Dalam penelitian ini yang dimaksud hasil belajar

(24)

pemahaman tentang materi yang ditandai dengan adanya perubahan nilai

siswa secara serta tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

IPA adalah suatu ilmu teoritis, tetapi teori tersebut didasarkan pada

pengamatan atas percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam (Abu

Ahmadi, 2000: 1). Yang dipelajari di dalam IPA di sini adalah

bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya.

3. Model Penemuan Terbimbing (Guided Discovery)

Model pembelajaran adalah prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Model penemuan terbimbing (guided discovery) adalah jenis pendekatan

pembelajaran penemuan yang masih banyak dibimbing guru dalam kegiatan

pembelajarannya (Sudirman, 1989: 172). Pengertian lain model penemuan

terbimbing (guided discovery) adalah salah satu pendekatan pembelajaran

dimana guru memberi siswa contoh-contoh topik spesifik dan memandu

siswa untuk memahami topik tersebut (Paul Eggen dan Don Kauchak, 2012:

177). Dengan kata lain, model penemuan terbimbing (guided discovery)

merupakan model pembelajaran yang membutuhkan peran guru sebagai

fasilitator dalam proses pembelajarannya.

G.Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) yang istilah dalam bahasa inggrisnya adalah Classroom Action

(25)

penelitian metode deskriptif, yang tertuju kepada pemecahan masalah

tertentu. Dalam memecahkan masalah dalam penelitian tindakan kelas

digunakan aturan sesuai dengan metodologi penelitian yang dilakukan

dalam beberapa periode atau siklus.Penerapan PTK dalam penelitian ini

didasarkan pada temuan problem dalam bentuk problem pembelajaran yaitu

hasil belajar IPA yang rendah dan adanya keinginan guru untuk

memperbaiki hasil belajar siswa.

Siklus atau tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai

berikut:

Gambar 1.1. Bagan Rancangan Pelaksanaan PTK Model Spiral

Sumber (Suharsimi Arikunto, 2006: 74)

SIKLUS 1

Refleksi

Tindakan/

observasi Perbaikan/

(26)

2. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI Klero, Kecamatan Tengaran

tahun 2015. MI ini dipilih menjadi tempat penelitian karena memerlukan

pengembangan model pembelajaran yang akan meningkatkan prestasi

kinerja guru dan siswa. Dengan demikian tujuan pembelajaran akan

tercapai dengan optimal.

b. Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dari bulan Juni – Agustus

2015 pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.

c. Subjek penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru

atau pengajar mata pelajaran IPA dan siswa kelas IV MI Klero,

Kecamatan Tengaran tahun 2015 dengan jumlah siswa sebanyak 27

siswa, yang terdiri dari 15 siswa laki-laki, dan 12 siswa perempuan.

Peneliti menggunakan pola partisipan yaitu peneliti yang melaksanakan

pembelajaran, dan guru sebagai pengamat.

3. Langkah-langkah Penelitian

a. Perencanaan

Perencanaan tindakan berkaitan dengan hal-hal yang harus

disiapkan untuk melaksanakan tindakan perbaikan berkaitan dengan

masalah penelitian yang ditetapkan (Samsu Sumadayo, 2013: 44). Hal–

(27)

1) Membuat rencana atau skenario pelaksanaan pembelajaran

menggunakan model penemuan terbimbing (guided discovery) materi

bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya.

2) Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan saat

proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model

penemuan terbimbing (guided discovery) materi bagian-bagian

tumbuhan dan fungsinya.

3) Menyiapkan lembar observasi guru untuk mengetahui kinerja guru

dalam menerapkan model penemuan terbimbing (guided discovery).

4) Perencanaan tindakan pembelajaran menggunakan model penemuan

terbimbing (guided discovery).

5) Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran menggunakan model

penemuan terbimbing (guided discovery).

6) Menyiapkan instrumen untuk menggali data hasil belajar siswa

dengan menggunakan tes evaluasi.

b. Pelaksanaan

Merupakan tahapan pengaplikasian semuan perencanaan tindakan

yang telah disusun (Samsu Sumadayo, 2013: 44). Jadi, guru mengadakan

proses pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing (guided

discovery). Adapun yang dilakukan guru adalah sebagai berikut:

1) Guru membagikan lembar kerja siswa atau data yang berisi rumusan

masalah yang akan disusun, diproses, diorganisir, dan dianalisis oleh

(28)

2) Siswa bekerja secara kelompok untuk menyusun, memproses,

mengorganisir, dan menganalisis data yang telah diberikan melalui

bimbingan guru.

3) Untuk menyelesaikan tugas yang diberikan, Guru mengajak siswa

secara berkelompok untuk mengamati atau melakukan observasi pada

tumbuhan di sekitar lingkungan sekolah, dan melakukan eksperimen

terhadap tumbuhan yang telah disiapkan. Selanjutnya, guru

melakukan bimbingan dengan cara mengajukan pertanyaan atau

pernyataan yang berhubungan dengan apa yang hendak akan

ditemukan siswa (pertanyaan mengacu pada data dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai siswa).

4) Setelah itu setiap kelompok diminta untuk menyusun hipotesis atau

dugaan dari hasil temuannya. Hipotesis atau dugaannya yang telah

disusun diserahkan kepada guru untuk diperiksa, dan akan

dikembalikan lagi kepada kelompok.

5) Apabila telah diperoleh kepastian kebenaran dari hipotesis atau

dugaan siswa, maka guru memberikan penjelasan dari hipotesis yang

telah disusun siswa.

6) Selanjutnya guru memberikan soal evaluasi untuk memastikan apakah

penemuan siswa itu benar.

c. Observasi atau Pengamatan

Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas merupakan

pengamatan yang dilakukan untuk menggali data yang dilakukan dengan

(29)

lembar observasi guru. Pada penelitian ini, guru mata pelajaran IPA yang

menjadi pengamat saat peneliti melaksanakan pembelajaran dengan

model penemuan terbimbing (guided discovery) dalam mata pelajaran

IPA materi bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya. Selain itu dilakukan

tes evaluasi untuk menggali data siswa.

d. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan analisis, interpretasi dan eksplanasi

terhadap semua informasi yang diperoleh dari observasi atas pelaksanaan

tindakan. Analisis dan refleksi dilakukan untuk memaknai hasil temuan

pada pelaksanaan tindakan dan menentukan tingkat keberhasilan

tindakan dalam menyelesaikan masalah penelitian (Samsu Sumadayo,

2013: 44).

Pada tahap refleksi meliputi: (1) mencatat hasil observasi dan

pelaksanaan pembelajaran, (2) evaluasi hasil observasi, (3) analisis hasil

pembelajaran. Memperbaiki kelemahan pada siklus I, silus II dan

sebagainya.

4. Instrument Penelitian

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

tindakan kelas adalah :

a. Tes tertulis, digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif berupa nilai

yang menggambarkan pencapaian target kompetensi dalam mata

pelajaran IPA materi bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya. Adapun tes

(30)

b. Lembar observasi, adalah alat yang digunakan dalam mengobservasi

yaitu pedoman observasi. Pedoman observasi berisikan indikator yang

didesain berdasarkan fokus penelitian. Observasi dilakukan untuk

mengamati guru dalam menerapkan model penemuan terbimbing (guided

discovery).

c. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dapat membantu

peneliti dalam mengumpulkan data penelitian yang berupa foto kegiatan

proses pembelajaran dengan menggunakan model penemuan terbimbing

(guided discovery).

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk penelitian tindakan kelas ini adalah:

a. Tes Tertulis

Tes tertulis dilakukan terhadap siswa untuk mengetahui

pemahaman siswa dalam mata pelajaran IPA dan untuk mendapatkan

data kuantitatif dari siswa dalam materi bagian-bagian tumbuhan dan

fungsinya. Peneliti membuat lembar tes tertulis yang berupa tes objektif

dan tes subjektif.

b. Lembar Observasi

Observasi ini dilakukan terhadap guru atau pengajar selama

pembelajaran berlangsung untuk mengetahui keterampilan guru atau

pengajar dalam menerapkan model penemuan terbimbing (guided

(31)

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan adalah

dokumentasi berupa foto kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

model penemuan terbimbing (guided discovery).

6. Analisis Data

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan

membandingkan antara skor nilai tiap siklus dengan KKM yang telah

ditentukan oleh sekolah yakni sebesar 70. Oleh karena itu setiap siswa

dikatakan tuntas belajarnya atau ketuntasan individual jika proporsi jawaban

benar siswa ≥ 70%. Sebaliknya siswa dikatakan belum tuntas belajarnya jika

proporsi jawaban benar siswa < 70%.

Selanjutnya, untuk menentukan akhir perbaikan melalui siklus-siklus

digunakan tolok ukur kriteria ketuntasan klasikal. Adapun KKK yang

dipilih sebesar 85% (Trianto, 2009: 241).

Presentase ketuntasan klasikal dapat dihitung menggunakan rumus

(Aqib. dkk, 2010: 41):

Sedangkan untuk menghitung nilai rentang kategori pada lembar

observasi guru ditentukan rumus (Supramono dan Sugiarto, 1993: 29):

(32)

K = Banyaknya kelas

H. Sistematika Penulisan

Bagian awal yang meliputi sampul, lembar berlogo judul persetujuan

pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan

persembahan, kata pengatar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar,

dan daftar lampiran.

Bab I pendahuluan berisi yang mencakup latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian,

definisi operasional, dan sistematika penulisan. Metode penelitian mencakup

rancangan penelitian, subjek penelitian, langkah-langkah penelitian, intrumen

penelitian, pengumpulan data, dan analisis data.

Bab II kajian pustaka mencakup: Hasil belajar, Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA), Model Penemuan Terbimbing (Guided Discovery).

Bab III metodologi penelitian berisi tentang deskripsi pelaksanaan pra

siklus meliputi rencana, pelaksanaan, pengamatan/ pengumpulan data dan

refleksi. Deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II, dan

sebagainya.

Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan meliputi deskripsi per

siklus yang membahas mengenai data dari hasil pengamatan atau wawancara,

refleksi keberhasilan dan kegagalan dan berisi pembahasan.

(33)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh

seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda

antara sebelum dan sesudah belajar. Belajar adalah serangkaian kegiatan

jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang

menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor (Syaiful Bahri Djamarah,

2002: 13).Pengertian belajar menurut Kimble dan Germezi (dalam Trianto,

2009: 9) adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen, terjadi

sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan belajar menurut Hilgrad dan

Bower (dalam Muhibbin Syah, 2010: 13 ), belajar (to learn) memiliki arti:

1) to gain knowledge, comprehension, or mastery of through experience or

study; 2) to fix in the mind or memory; memorize; 3) to acquire trough

experience; 4) to become in forme of to find out. Menurut definisi tersebut,

belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai

pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan

mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar

memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan pengusaan tentang

(34)

Belajar mengandung tiga hal pokok, yaitu (1) belajar mengakibatkan

perubahan kemampuan atau perilaku, (2) perubahan kemampuan atau

perilaku yang terjadi bersifat relatif menetap, (3) perubahan tersebut

disebabkan karena hasil adanya latihan atau pengalaman dan bukan karena

proses dari pertumbuhan atau kematangan (Rosma Hartiny Sam`s, 2010:

32).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, belajar adalah suatu kegiatan

yang dilakukan oleh seseorang yang mengakibatkan perubahan, baik dari

segi keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.

Setelah melalui proses pembelajaran, maka seseorang akan

menerima hasil belajar. Perubahan perilaku yang terjadi akibat proses

pembelajaran pada diri seseorang inilah yang disebut hasil belajar. Hal ini

sejalan dengan pengertian hasil belajar menurut (Rosma Hartiny Sam`s,

2010: 31) bahwa hasil belajar dapat dinyatakan sebagai kapabilitas atau

kemampuan yang diperoleh seseorang sebagai akibat dari belajar.

Menurut Snelbelker (dalam Rusmono, 2012: 8) hasil belajar adalah

perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan

perbuatan belajar, karena belajar pada dasarnya adalah bagaimana perilaku

seseorang berubah sebagai akibat dari pengalaman.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman

belajarnya. Kemampuan-kemampuan itu mencakup aspek kognitif, afektif,

(35)

Untuk mengetahui hasil belajar sekaligus keberhasilan dari setiap

proses belajar, guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai penyajian

suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh

mana siswa telah menguasai tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai.

Fungsi penilaian ini adalah untuk memberikan umpan balik kepada guru

dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan

program remedial bagi siswa yang belum berhasil. Karena itulah suatu

proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil

apabila hasilnya memenuhi tujuan intruksional khusus dari bahan tersebut.

Indikator keberhasilan suatu proses belajar mengajar adalah hal-hal

sebagai berikut (Syaiful Bahri Djamari & Aswan Zain, 2006: 105-106):

a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi

tinggi, baik secara individual dan kelompok.

b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran intruksional khusus

telah dicapai oleh siswa, baik secara individu atau kelompok.

Namun demikian, indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur

keberhasilan adalah daya serap.

Menurut Trianto (2009: 241) berdasarkan ketentuan KTSP

penentuan keberhasilan belajar di tentukan oleh masing-masing sekolah

yang dikenal dengan istilah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dengan

berpedoman pada tiga pertimbangan yaitu: kemampuan setiap peserta didik

berbeda-beda, fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda, dan daya dukung

setiap sekolah juga berbeda. Maka dalam penelitian ini sesuai dengan

(36)

pada mata pelajaran IPA adalah 70 dan ketuntasan secara klasikal 85%. Jadi

setiap siswa dikatakan berhasil dalam pembelajaran apabila (ketuntasan

individu) jika proporsi jawaban benar siswa ≥ 70 % dan suatu kelas

dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut

terdapat ≥ 85% siswa yang tuntas belajarnya. Siswa dikatakan tuntas

belajarnya apabila nilai yang diperoleh sekurang-kurangnya mencapai 70.

2. Jenis Hasil Belajar

Jenis hasil belajar memiliki sasaran yang berupa ranah-ranah yang

terkandung dalam dalam tujuan pendidikan. Ranah-ranah tersebut

diklasifikasikan menjadi tiga yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik

(Dimyati dan Mudjiono, 2002: 202-208).

a. Ranah kognitif (cognitive domain)

Yang termasuk ranah kognitif yaitu:

1) Pengetahuan, merupakan tingkat terendah tujuan ranah kognitif

berupa pengenalan, dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan

tentang fakta, istilah, dan prinsip-prinsip dalam bentuk seperti

mempelajari.

2) Pemahaman, merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif

berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pelajaran

yang dipelajari tanpa perlu menghubungkan dengan isi pelajaran

lainnya.

3) Penerapan, merupakan kemampuan menggunakan generalisasi atau

abstraksi lainnya yang sesuai dalam situasi konkret atau situasi baru.

(37)

atau memilih generalisasi atau abstraksi tertentu secara tepat untuk

dieterapkan dalam situasi yang baru dan menerapkan secara benar.

4) Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke

bagian-bagian yang menjadi unsur pokok.

5) Sintesis, merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok

ke dalam struktur yang baru.

6) Evaluasi, merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu

maksud atau tujuan tertentu. Dalam evaluasi, siswa diminta untuk

menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk

menilai suatu kasus.

b. Ranah afektif (Effective Domain)

Ranah afektif ini berhubungan dengan perhatian, sikap, tindakan,

nilai, perasaan, emosi, dan penghargaan. Menurut Kratwohl, Bloom, dan

Masia (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 205) yang termasuk ke

dalam ranah afektif yaitu:

1) Menerima, merupakan tingkat terendah tujuan ranah afektif berupa

perhatian terhadap stimulasi secara pasif yang meningkat secara

lebih aktif. Dalam menerima siswa diminta untuk menunjukkan

kesadaran, kesediaan untuk menerima, dan perhatian terkontrol.

2) Merespon, merupakan kesempatan untuk menanggapi stimulan dan

merasa terikat serta secara aktif memperhatikan. Untuk merespon

siswa diminta untuk menunjukkan persetujuaan, kesediaan, dan

(38)

3) Menilai, merupakan kemampuan menilai gejala atau kegiatan

sehingga dengan sengaja merespon lebih lanjut untuk mencari jalan

bagaimana dapat mengambil bagian atas apa yang terjadi. Dalam

menilai, siswa dituntut untuk menunjukkan penerimaan terhadap

nilai, kesukaran terhadap nilai, dan keterikatan terhadap nilai.

4) Mengorganisasi, merupakan kemampuan untuk membentuk suatu

sistem nilai bagi dirinya berdasarkannilai-nilai yang dipercaya.

Untuk menunjukkan kemampuan mengorganisasi ini, siswa diminta

untuk mengorganisasikan nilai-nilai ke suatu organisasi yang lebih

besar.

5) Karakterisasi,merupakan kemampuan untuk mengkonseptualisasikan

masing-masing nilai pada waktu merespon, dengan jalan

mengidentifikasi karakteristik nilai atau membuat

pertimbangan-pertimbangan. Dalam karakterisasi ini, siswa diminta untuk

menunjukkan kemampuannya dalam menjelaskan, memberikan

batasan dan mempertimbangkan nilai-nilai yang direspon.

c. Ranah psikomotorik (psikomotor domain)

Menurut Davies (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 205) ranah

psikomotorik berhubungan dengan keterampilan motorik, manipulasi

benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan koordinasi

badan.

1) Persepsi (perception) mencakup kemampuan untuk mengadakan

diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan

(39)

rangsangan yang dinyatakan dengan adanya suatu reaksi yang

menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan dan perbedaan

antara rangsangan-rangsangan yang ada.

2) Kesiapan (set) mencakup kemampuan untuk menempatkan diri dalam

keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan, yang

dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.

3) Gerakan terbimbing (guided Response) mencakup kemampuan untuk

melakukan sesuatu rangkaian gerak yang dinyatakan dengan

menggerakkan angota tubuh menurut contoh yang telah diberikan.

4) Gerakan yang terbiasa (mechanical response) mencakup kemampuan

untuk melakukan suatu rangkaian gerakan dengan lancar, tanpa

memperhatikan lagi contoh yang diberikan karena siswa sudah

mendapat latihan yang cukup, yang dinyatakan dengan menggerakkan

anggota tubuh.

5) Gerakan yang komplek (complex response) mencakup kemampuan

untuk melaksanakan suatu keterampilan yang terdiri atas berbagai

komponen dengan lancar tepat dan efisien yang dinyatakan dalam satu

rangkaian perbuatan yang berurutan, serta menggabungkan beberapa

sub keterampilan menjadi suatu keseluruhan gerakan yang teratur.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa ranah-ranah yang

menjadi sasaran dari jenis hasil belajar mencakup ranah kognitif, afektif,

dan psikomotorik. Ranah kognitif berhubungan dengan pengetahuan,

ranah afektif berhubungan dengan sikap, dan ranah psikomotor

(40)

3. Perwujudan Hasil Belajar

Menurut Syah (dalam Lilik Sriyanti, dkk, 2008: 20) menyatakan

bahwa wujud hasil belajar dapat dilihat adanya sembilan wujud perubahan,

yaitu:

a. Kebiasaan

Salah satu wujud hasil belajar adalah adanya perubahan kebiasaan

dalam diri individu. Orang yang berhasil belajar akan mengurangi

kebiasaan-kebiasaan yang tidak diperlukan. Keberhasilan belajar akan

menjadikan seseorang akan berperilaku positif yang relatif menetap dan

otomatis.

b. Keterampilan

Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat

syaraf dan otot yang bersifat motorik. Kegiatan ini membutuhkan

koordinasi gerak yang teliti dan memerlukan kesadaran yang tinggi. Oleh

sebab itu, hasil belajar dapat dilihat tingkat ketrampilan yang ada dalam

individu.

c. Pengamatan

Pengamatan dapat diartikan proses menerima, menafsirkan dan

mengartikan rangsangan yang masuk melalui panca indra, terutama mata

dan telinga. Seseorang yang belajar akan menghasilkan pengamatan

objektif dan benar.

d. Berpikir asosiatif dan daya ingat

Seseorang yang belajar akan menjadikan dirinya mampu berpikir

(41)

berpikir untuk menggabungkan sesuatu dengan sesuatu lainnya. Orang

yang belajar akan mudah melakukan berpikir asosiatif tersebut. Selain

itu, orang belajar akan memiliki daya ingat yang lebih baik.

e. Berpikir rasional dan kritis

Proses belajar akan menjadikan seseorang dapat berpikir rasional

dan kritis. Berpikir rasional berarti mampu menggunakan logika untuk

menentukan sebab akibat, menganalisis, menyimpulkan, bahkan

meramalkan sesuatu.

f. Sikap

Sikap adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk mereaksi

terhadap sesuatu hal. Hasil belajar akan ditandai muncul kecenderungan

baru dalam diri sseorang dalam menghadapi suatu objek, tata nilai,

peristiwa, dan sebagainya.

g. Inhibisi

Inhibisi dalam konteks belajar dapat diartikan kesanggupan

individu untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu

dan mampu memilih dan melakukan tindakan lain yang lebih baik. Hasil

belajar dapat dilihat adanya kesanggupan individu dalam melakukan

sesuatu secara baik.

h. Apresiasi

Hasil belajar dapat dilihat adanya apresiasi dalam diri individu

yang belajar. Orang belajar akan muncul kemampuan untuk menilai dan

(42)

i. Tingkah laku efektif

Orang belajar akan memiliki tingkah laku yang efektif. Tingkah

laku efektif ini dapat dilihat sebagai wujud hasil belajar. Maksudnya,

seseorang dikatakan berhasil belajar jika orang tersebut memiliki tingkah

laku yang efektif, yaitu tingkah laku yang memiliki manfaat (Lilik

Sriyanti, dkk, 2008: 20-21).

4. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Dan Hasil Belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil

belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam sebagai berikut

(Muhibbin Syah, 2010: 145) :

a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi

jasmani dan rohani siswa.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di

sekitar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar siswa (approach to learning), yakni jenis

upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan

siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering berkaitan satu sama

lain. Misalnya, seorang siswa yang bersikap conserving terhadap ilmu

pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) biasanya, cenderung

mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tiddak mendalam.

Sebaliknya, seorang siswa yang berintelegensi tinggi dan mendapat

dorongan positif dari orangtuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih

(43)

Jadi, karena faktor-faktor di atas muncul siswa-siswa yang berprestasi tinggi

dan rendah atau gagal sama sekali.

Berikut uraian dari faktor-Faktor yaang mempengaruhi proses dan

hasil belajar:

a. Faktor internal siswa

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu dan

dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini

meliputi faktor fisiologis dan psikologis (Baharudin dan Esa Nur

Wahyuni, 2008: 19).

1) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan

dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi

dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani dan kedua keadaan

fungsi jasmani/ fisiologis.

Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi

aktivitas belajar seseorang. Menurut Noehi Nasution (dalam Syaiful

Bahri Djamarah, 2002: 189), kondisi fisiologis pada umumnya

berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang

dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari

orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan

gizi ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak-anak yang tidak

kekurangan gizi, mereka lekas lelah, mudah mengantuk, dan sukar

(44)

Dari pendapat di atas maka dapat kita katakan bahwa kondisi

fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif

terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang

lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang

maksimal.

Karena keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses

belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani

antara lain adalah : 1) menjaga pola makan yang sehat dengan

memerhatikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh, karena

kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah,

lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah belajar; 2) rajin

berolahraga agar tubuh selalu bugar dan sehat; 3) istirahat yang

cukup dan sehat (Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, 2008: 19).

Keadaan fungsi jasmani/ fisioligis sangat berperan saat proses

belajar berlangsung. Peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia

sangat memengaruhi hasil belajar terutama pancaindera.panca indera

yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar

dengan baik pula. Dalam proses belajar, panca indera merupakan

pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh

manusia, sehingga manusia akan mengenal dunia luar.

Pancaindera yang berperan besar dalam aktivitas belajar

adalah mata dan telinga. Sebagian besar yang dipelajari manusia

(anak) yang belajar berlangsung dengan membaca, melihat contoh,

(45)

mendengarkan keterangan guru, mendengarkan ceramah,

mendengarkan keterangan orang lain dalam diskusi dan sebagainya

(Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 189).

Jika mata dan telinga mengalami masalah, maka akan

mengganggu proses belajar siswa. Untuk mengatasi timbulnya

masalah pada mata dan telinga, hendaknya guru yang profesional

seyogianya bekerja sama dengan pihak sekolah untuk memperoleh

bantuan pemeriksaan rutin (periodik) dari dinas-dinas kesehatan

setempat. Kiat lain yang tak kalah penting untuk mengatasi

kekurangsempurnaan pendengaran dan penglihatan siswa–siswa

tertentu itu ialah dengan menempatkan mereka di deretan bangku

terdepan (Muhibbin Syah, 2010: 147).

2) Faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis

seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor

psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah

kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat (Baharuddin dan

Esa Nur Wahyuni, 2008: 20).

a) Kecerdasan/intelegensi siswa

Menurut Reber (dalam Muhibbin Syah, 2010: 148)

kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam

mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan cara yang

tepat. Jadi intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak

(46)

tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam

hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol

daripada peran organ-organ tubuh lainnya, karena fungsi otak

sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari

hampir seluruh aktivitas manusia.

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling

penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan

kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat intelegensi seorang

individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses

dalam belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang

lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya.

b) Minat

Menurut Slameto dalam (dalam Syaiful Bahri Djamarah,

2011: 191) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa

ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu

hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.

Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil

belajar siswa dalam bidang-bidang tertentu (Muhibbin Syah,

2010: 152). Hal ini dikarenakan jika seseorang tidak memiliki

minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak

mau belajar. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu

membengkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi

(47)

c) Motivasi

Motivasi adalah satu faktor yang memengaruhi kefektifan

kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin

melakukan kegiatan belajar. Motivasi diartikan sebagai pengaruh

kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah

dari perilaku seseorang (Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2008:

23).

Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1)

motivasi intrinsik; 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik

adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri

yang dapat mendorongnya untuk melakukan tindakan belajar.

Yang termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan

menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut.

Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang

datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk

melakukan kegiatan belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi,

baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan

menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan

proses pembelajaran materi-materi pelajaran baik di sekolah

maupun di rumah (Muhibbin Syah, 2010: 153).

d) Sikap siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif

berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara

(48)

baik secara positif maupun negatif (Baharuddin dan Esa Nur

Wahyuni, 2008: 25).

Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan

senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran atau

lingkungan sekitarnya. Untuk mengantisipasi sikap negatif,

hendaknya guru berusaha menjadi guru yang profesionaldan

bertanggungjawab terhadap profesi yang telah dipilih. Guru harus

berusaha memberikan yang terbaik untuk siswanya, bersikap

empatik, sabar, tulus kepada siswanya sehingga siswa bisa

mengikuti pelajaran dengan baik dan rasa senang tidak

menjemukan.

e) Bakat

Bakat adalah kemampuan individu untuk melakukan tugas

tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan

pelatihan. Bakat dapat memengaruhi tinggi rendahnya prestasi

belajar bidang-bidang studi tertentu (Muhibbin Syah, 2010: 151).

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal terdiri dari dua macam, yaitu: faktor lingkungan

sosial dan lingkungan non sosial.

1) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan

teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar siswa.

Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi

(49)

a) Lingkungan sosial masyarakat, kondisi lingkungan masyarakat

tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Kebiasaan

yang ada dalam lingkungan tersebut akan memengaruhi aktivitas

belajar siswa.

b) Lingkungan sosial keluarga, lingkungan ini sangat memengaruhi

kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua,

pengelolaan keluarga dan letak rumah dapat mempberi dampak

terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antar anggota keluarga,

orang tua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu

siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

2) Lingkungan nonsosial

a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas,

dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak

terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan

alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi

aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam

tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.

b) Lingkungan instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat

digolongkan menjadi dua macam. Pertama, hardware, seperti

gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan

olahraga, dan sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum

sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan

(50)

c) Faktor materi pelajaran, faktor ini hendaknya disesuaikan dengan

usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar

guru disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.

3) Faktor pendekatan belajar

Yaitu segala segala cara atau strategi yang digunakan siswa

dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran

materi tertentu. Faktor ini juga berpengaruh dengan terhadap taraf

keberhasilan proses belajar. Seorang siswa yang terbiasa

mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya, mungkin

berpeluang sekali untuk meraih prestasi belajar yang bermutu dari

pada siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface (Muhibbin

Syah, 2010: 157).

B.Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah usaha manusia dalam

memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta

menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga

mendapatkan suatu kesimpulan (Ahmad Susanto, 2013: 167).

Menurut H.W Fowler (dalam Abu Ahmadi dan Supatmo, 200: 1)

IPA adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan

gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan

induksi.

Sedangkan pengertian IPA menurut Abdullah Aly dan Eny Rahma

(51)

disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan

observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi,

observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu

dengan cara yang lain.

Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian

IPA adalah suatu pengetahuan yang diperoleh atau disusun melalui

pengamatan serta menggunakan prosedur atau metode ilmiah dan dijelaskan

menggunakan penalaran untuk memahami alam semesta sehingga akan

mendapatkan kesimpulan.

2. Karakteristik IPA

IPA memiliki karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya

menurut Jacobson & Bergman (dalam Ahmad Susanto, 2013: 170),

meliputi:

a. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori.

b. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena

alam, termasuk juga penerapannya.

c. Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap

rahasia alam.

d. IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau

berupa saja.

e. Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat

objektif.

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa hakikat IPA merupakan

(52)

menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Oleh

karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan

penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA.

Dengan kegiatan-kegiatan tersebut pembelajaran IPA akan mendapat

pengalaman langsung melaluui pengamatan, diskusi dan penyelidikan

sederhana. Pembelajaran yang demikian, dapat menmbuhkan sikap ilmiah

siswa yang diiindikasikan dengan merumuskan masalah, menarik

kesimpulan, sehingga mampu berfikir kritis melalui pembelajaran IPA.

3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA di sekolah dasar berfungsi untuk mengembangkan

pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar

yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Konsep

pembelajaran IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang masih terpadu,

karena belum memisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia,

biologi, fisika.

Adapun tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar dalam Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (Mulyasa, 2006: 111) dimaksudkan untuk:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan,

(53)

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

4. Ruang Lingkup IPA

Ruang lingkup kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek

berikut (Mulyasa, 2006: 112) :

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan,

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.

c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya.

5. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD/MI

Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran IPA kelas

IV SD/ MI semester satu dalam struktur Kurikulum Satuan Tingkat

Pendidikan yaitu sebagai berikut:

(54)

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Makhluk Hidup Dan

Proses Kehidupan

1. Memahami hubungan

antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya.

1.1 Mendeskripsikan hubungan

antara struktur kerangka tubuh manusia denagn fungsinya.

1.2 Menerapkan cara memelihara

kesehaatan kerangka tubuh.

1.3 Mendeskripsikan hubungan

antara struktur panca indera dengan fungsinya.

1.4 Menerapkan cara memelihara

kesehatan panca indera.

2. 2. Memahami hubungan

antara struktur bagian

tumbuhan dengan

fungsinya.

2.1Menjelaskan hubungan antara

struktur akar tumbuhan dengan funginya.

2.2Menjelaskan hubungan antara

struktur batang tumbuhan dengan fungsinya.

2.3Menjelaskan hubungan antara

struktur daun tumbuhan dengan fungsinnya.

2.4Menjelaskan hubungan antara

bungan dengan fungsinya.

3. Menggolongkan hewan

berdasarkan jenis

makanannya

3.1Mengidentifikasi jenis makanan

hewan.

3.2menggolongkan hewan

berdasarkan jenis makanannya.

4. Memahami daur hidup

beragam jenis makhluk hidup

4.1Mendiskripsikan daur hisup

beberapa hewan di lingkungan sekitar, misalnya kecoa, nyamuk, kupu-kupu, kucing.

4.2Menunjukkan kepedulian

terhadap hewan peliharaan,

misalnya kucing, ayam, ikan

5. Memahami hubungan

sesama makhluk hidup

dan antara makhluk

hidup dengan

lingkungannya

5.1Mengidentifikasi beberapa jenis

hubungan khas (simbiosis) dan

hubungan “makan dan dimakan”

antar makhluk hidup (rantai makanan).

5.2Mendeskripsikan hubungan

antara makhluk hidup dengan lingkungannya.

(55)

Benda Dan Sifatnya

6. Memahami beragam

sifat dan perubahan

wujud benda serta

berbagai cara

penggunaan benda

berdasarkan sifatnya

6.1Mengidentifikasi wujud benda

padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu.

6.2Mendeskripsikan terjadinya

perubahan wujud cair; padat ; cair; cair; gas ; cair; padat; gas

6.3Menjelaskan hubungan antara

sifat bahan dengan kegunaannya. Sumber : (Mulyasa, 2006: 117)

6. IPA Materi Bagian-Bagian Tumbuhan Dan Fungsinya

Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya

Tumbuhan termasuk makhluk hidup karena dapat tumbuh dan

berkembang. Seperti halnya makhluk hidup lain, tumbuhan juga

mempunyai bagian-bagian yang penting. Bagian-bagian tersebut

memiliki fungsi masing-masing dalam setiap proses kehidupannya.

Bagian-bagian tersebut antara lain akar, batang, daun, bunga, dan biji.

a. Akar

Akar adalah bagian tumbuhan yang berada di bawah tanah.

Akar membuat tumbuhan tidak mudah dicabut dari tanah. Jadi, akar

berfungsi sebagai bagian yang mengokohkan tumbuhan. Jika

tumbuhan tidak memiliki akar, maka tumbuhan akan mudah dicabut,

mineral, tetapi juga berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan

(56)

Disamping itu, ada juga akar yang berfungsi membantu penyerapan

oksigen di udara, seperti pada tumbuhan bakau.

Berdasarkan bentuknya, terdapat dua jenis akar, yaitu akar

serabut dan akar tunggang. Akar serabut biasanya dimiliki oleh

tumbuhan jenis monokotil (biji berkeping tunggal). Misalnya, padi,

jagung, dan kelapa. Adapun akar tunggang biasanya dimiliki oleh

tumbuhan jenis dikotil (biji berkeping dua). Misalnya mangga, jagung,

jeruk, kacang-kacangan dll.

b. Batang

Batang adalah bagian tumbuhan yang berada di atas tanah.

Batang berfungsi sebagai tempat munculnya daun, bunga, dan buah.

Disamping itu, batang juga berfungsi untuk mengedarkan mineral dan

air yang diserap oleh akar, serta zat makanan hasil fotosintesis ke

seluruh bagian tubuh.

c. Daun

Bagian tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat fotosintesis

adalah daun. Daun banyak mengandung zat warna hijau yang disebut

klorofil. Daun terdiri atas tangkai daun dan helai daun. Disamping

bagian-bagian tersebut, ada juga jenis tumbuhan yang memiliki

pelepah daun. Daun pun memiliki susunan tulang daun. Berdasarkan

susunannya tulang daun ada yang menyirip, menjari, dan sejajar.

1) Tulang daun menyirip

Tulang daun pada daun tersebut berbentuk seperti sirip.

(57)

helai daun. Oleh karena itu, bentuk tulang daun seperti ini, disebut

bertulang daun menyirip.

2) Tulang daun menjari

Bentuk daun seperti jari. Tumbuhan yang memiliki tulang

daun menjari yaitu, singkong, pepaya, dan daun jarak.

3) Tulang daun sejajar

Daun jenis ini memiliki jenis tulang daun berbentuk

seperti garis-garis sejajar. Terlihat bahwa tulang daun sejajar mulai

dari pangkal daun hingga ujung daun. Biasanya bentuk daunnya

panjang-panjang. Contohnya jagung, padi, tebu, dan alang-alang.

d. Bunga

Bunga adalah bagian tumbuhan yang berfungsi sebagai alat

perkembangbiakan. Bagian-bagian yang terdapat dalam bunga yaitu

tangkai bunga, kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari, dan putik.

1) Tangkai bunga

Tangkai bunga merupakan bagian yang terdapat pada

bagian bawah bunga. Tangkai ini berperan sebagai penopang bunga

dan sebagai penyambung antara bunga, batang atau ranting.

2) Kelopak bunga

Kelopak bunga merupakan bagian yang melindungi

mahkota bunga ketika masih kuncup. Biasanya, bentuk dan

Gambar

Gambar 1.1. Bagan Rancangan Pelaksanaan PTK Model Spiral
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Gambar 2.1 Bagan Perencanaan Pembelajaran
Tabel 3.1 Daftar Guru MI Klero Kecamatan Tengaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian adalah modul IPA berbasis inkuiri materi bagian tumbuhan dan fungsinya layak digunakan dalam proses pembelajaran IPA pada peserta didik kelas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery)

Pembelajaran berbasis penemuan terbimbing (guided discovery) dengan pendekatan SAVI lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa dibandingkan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa LKS praktikum berbasis penemuan terbimbing/guided discovery pada materi pencemaran air

Dengan bantuan teknologi, model pembelajaran yang yang mungkin adalah penemuan terbimbing ( guided discovery ) dengan didukung media powerpoint. Adapun tujuan dalam

Berdasarkan hasil uji analisis data diperoleh t hitung &gt; t tabel yaitu 5,54 &gt; 1,68, artinya penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing (guided

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery) dapat meningkatkan prestasi dan motivasi belajar siswa kelas

Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Media Audio – Visual IPA Kelas IV tentang Tumbuhan dan Fungsinya di MI Muhammadiyah 3 Penatarsewu1.