PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI BAGIAN-BAGIAN TUMBUHAN DAN FUNGSINYA MELALUI MODEL PENEMUAN
TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) PADA SISWA KELAS IV MI KLERO KEC. TENGARAN KAB. SEMARANG
TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
SHOLIKAH
NIM : 11511028
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
(PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI BAGIAN-BAGIAN TUMBUHAN DAN FUNGSINYA MELALUI MODEL PENEMUAN
TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) PADA SISWA KELAS IV MI KLERO KEC. TENGARAN KAB. SEMARANG
TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
SHOLIKAH
NIM : 11511028
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
(PGMI)
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Dari kesalahan kita temukan kebenaran, dari kesedihan kita temukan kebahagiaan, dan dari kekalahan kita temukan kemenangan.
The best revenge for the people who have insulted you is the success that you can show them later.
PERSEMBAHAN
Bapak Nardi dan Ibu Pariyem yang telah membesarkanku semoga selalu di sisiku agar aku bisa terus membahagiakan kalian.
Adikku Lilik Adhari yang selalu memberikan semangat.
Sahabat-sahabatku Giyarti, Yuni, dan Umi yang selalu berada di sampingku. Teman terbaikku yang selalu memberikan dukungannya kepadaku.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Swt, atas karunianya sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. Sholawat serta salam senantiasa terlantunkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw semoga beliau senantiasa dirahmati Allah.
Penelitian yang diberi judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya Melalui Model Penemuan Terbimbing
(Guided Discovery) Pada Siswa Kelas IV MI Klero Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2015/2016”, pada dasarnya diadakan
penelitian ini bertujuan untuk menyempurnakan ataupun memperbaiki penerapan model pembelajaran yang dipakai oleh guru pengampu mata pelajaran IPA dan dengan sasaran akhir untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian ini mengacu pada prosedur penelitian tindakan kelas, yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Dimana pada siklus kedua dari penerapan model
penemuan terbimbing (guided discovery) ini dapat meningkatkan hasil belajar
siswa di MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang dengan cukup memuaskan.
Peneliti menyadari bahwa skripsi yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna dan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak skripsi ini tidak mungkin bisa selesai. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmad Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Peni Susapti, M.Si. selaku ketua jurusan PGMI yang telah
memberikan kesempatan serta saran pembangun untuk peneliti.
3. Bapak Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah
memotivasi serta membimbing peneliti sehingga peneliti mampu menyelesaikan penelitian ini.
4. Bapak Drs. M. Choderin, M.A. selaku dosen pembimbing akademik yang
5. Ibu Ainun Mardliyah, S.Pd.I. selaku kepala Sekolah MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk meneliti.
6. Bapak Rofik Anwari, S.Ag. selaku wali kelas IV MI Klero Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang yang telah berkenan memberikan waktu dan kesempatan bagi peneliti untuk melakukan penelitian di kelasnya, serta semua siswa yang telah berkenan menjadi subyek penelitian.
Dan hanyalah Allah Swt yang dapat membalas semua kebaikan. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati peneliti mempersembahkan hasil penelitian yang jauh dari kesempurnaan ini kepada seluruh insan pendidikan. Kritik dan saran pembangun dari pembaca yang budiman sangat berharga bagi peneliti.
Salatiga, 25 Agustus 2015 Peneliti
ABSTRAK
Sholikah.2015. Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Bagian-Bagian
Tumbuhan dan Fungsinya Melalui Model Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) Pada Siswa Kelas IV MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dr. Budiyono Saputro, M.Pd.
Kata Kunci : Hasil Belajar IPA dan Model Penemuan Terbimbing (Guided Discovery)
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya dengan menggunakan model penemuan
terbimbing (guided discovery) pada siswa kelas IV MI Klero Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2015/2016.
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan selama 3 bulan mulai bulan Juni-Agustus 2015. Subjek penelitian terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dimana tiap-tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi dan refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah tes tertulis, lembar observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan peneliti adalah membandingkan nilai pencapaian KKM yang ditandai dengan adanya peningkatan KKK (Kriteria Ketuntasan Klasikal) pada setiap siklusnya.
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dan II, diperoleh data seperti berikut: Standar KKM pada mata pelajaran IPA adalah 70, sebelum menggunakan
model penemuan terbimbing (guided discovery) hanya ada 44% (12 Siswa) yang
tuntas, sedangkan 56% (15 siswa) belum mencapai KKM. Setelah diterapkan
model pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery) dalam mata
pelajaran IPA pada siklus I diperoleh data 63% (17 siswa) tuntas, dan 37% (10 siswa) tidak tuntas. Setelah dilakukan refleksi pada siklus I, terjadi peningkatan hasil belajar yaitu 93% (25 siswa) tuntas sedangkan 7% (2 siswa) tidak tuntas atau belum memenuhi standar KKM yang ditentukan.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... I
LEMBAR BERLOGO ... Ii
JUDUL ... Iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... Iv
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN...
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... Xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Hipotesis dan Indikator Keberhasilan ...
1. Hipotesis Penelitian ...
2. Indikator Keberhasilan ... 5
5
5
E. Manfaat Penelitian ... 5
2. Manfaat Praktik ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar ... 16
1. Pengertian Hasil Belajar ... 16
2. Jenis Hasil Belajar ... 19
3. Perwujudan Hasil Belajar ... 4. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Dan Hasil Belajar... 23 25 B. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 33
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 33
2. Karakteristik IPA ...
3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPA ... 34
4. Ruang lingkup IPA ... 36
5. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD/MI... 36
6. IPA Materi Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya... 38
C. Model Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) ... 42
1. Pengertian Model Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) ... 42
2. Kelebihan dan Kelemahan Model Penemuan Terbimbing (Guided Discovery )... 3. Merancang Pembelajaran dengan Model Penemuan Terbimbing ... 4. Langkah-Langkah Pembelajaran Menggunakan Model Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) ... 52 44 45 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subjek Penelitian ... 1. Gambaran Umum Sekolah... 47 47 B. Deskripsi Awal (Pra Siklus) ... 50
1. Perolehan Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran IPA ... 50
1. Perencanaan Tindakan ... 58
2. Pelaksanaan Tindakan ... 58
3. Observasi ... 4. Refleksi ... 60 63 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 65
1. Deskripsi Data Pra Siklus ... 65
2. Deskripsi Data Siklus I ... 67
3. Deskripsi Data Siklus II ... 68
B. Pembahasan ... 70
1. Siklus I ... 71
2. Siklus II ... 75
3. Rekapitulasi Pra Siklus, Siklus I, Siklus II ... 79
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 82
B. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 84
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 37
Tabel 3.1 Daftar Guru MI Klero Kecamatan Tengaran... Tabel 3.2 Daftar Jumlah Siswa MI Klero Kecamatan Tengaran... 48 49 Tabel 3.3 Daftar Siswa Kelas IV MI Klero... 49
Tabel 3.4 Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus)... 51
Tabel 3.5 Lembar Observasi Guru Siklus I... 54
Tabel 3.6 Nilai Evaluasi Siklus I... 56
Tabel 3.7 Lembar Observasi Guru Siklus II... 60
Tabel 3.8 Nilai Evaluasi Siklus II... 63
Tabel 4.1 Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus)... 66
Tabel 4.2 Nilai Akhir Siklus I... ... 67
Tabel 4.3 Nilai Akhir Siklus II... ... 69
Tabel 4.4 Gabungan Nilai Evaluasi Antar Siklus ... 70
Tabel 4.5 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 72
Tabel 4.6 Lembar Observasi Guru Siklus II ...
Tabel 4.7 Rekapitulasi Pra Siklus, Siklus I, Siklus II ... 76
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Bagan Rancangan Pelaksanaan PTK Model Spiral... 8
Gambar 2.1 Bagan Perencanaan Pembelajaran...
Gambar 4.1 Presentase Nilai Evaluasi Siklus I ...
Gambar 4.2 Presentase Nilai Evaluasi Siklus II ...
Gambar 4.3 Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, Siklus II... 44
72
76
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Siklus I ... 87
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Siklus II ...
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa Siklus I...
Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa Siklus II ...
Lampiran 5 Soal Evaluasi Siklus I ...
Lampiran 6 Soal Evaluasi Siklus II ...
Lampiran 7 Daftar Nilai Ulangan Harian Siswa (Pra Siklus) ...
Lampiran 8 Lembar Observasi Guru Siklus I ...
Lampiran 9 Lembar Observasi Guru Siklus II ...
Lampiran 10 Dokumentasi ...
Lampiran 11 Surat Pengantar Lembaga ...
Lampiran 12 Surat Keterangan Penelitian ...
Lampiran 13 Lembar Konsultasi Pembimbing ...
Lampiran 14 Daftar SKK ...
Lampiran 15 Daftar Riwayat Hidup ...
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan konsep pembelajaran alam
dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia.
Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga
perkembangan teknologi, karena IPA memiliki upaya membangkitkan minat
manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta pemahaman tentang alam semesta. Oleh sebab itu, IPA menjadi
suatu mata pelajaran yang diberikan mulai sekolah dasar hingga perguruan
tinggi. Adapun ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi dan
perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya. IPA
terdiri dari tiga aspek yaitu Fisika, Biologi, dan Kimia.
IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang
diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode
ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum
sehingga akan terus disempurnakan. Hal ini sejalan dengan pengertian IPA
menurut Abdullah Aly dan Eni Rahma (1998: 18), IPA merupakan
pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau
khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan,
penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait
mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.
Dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi
disebutkan bahwa IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan menjadi
tempat bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri, dan alam serta rencana
lebih lanjut untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajaran dalam IPA tidak sekedar teori saja, tetapi lebih menekankan
untuk memberikan pengalaman secara langsung untuk memahami alam sekitar
dan mengembangkan kompetensi yang dimiliki melalui pemikiran dan sikap
yang ilmiah.
Setelah dilakukan survey di MI Klero, Kecamatan Tengaran,
Kabupaten Semarang melalui wawancara dengan guru kelas IV ditemukan
beberapa masalah dalam pembelajaran IPA diantaranya yaitu, kurangnya
pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan sehingga masih ada siswa
yang nilainya belum mencapai KKM yang ditentukan sebesar 70. Hal tersebut
ditandai dengan nilai siswa pada mata pelajaran IPA, dari 27 siswa hanya 12
(44%) siswa yang memenuhi standar KKM, sedangkan 15 (56 %) siswa
mendapat nilai dibawah KKM.
Berdasarkan wawancara dan diskusi yang dilakukan oleh peneliti
dengan guru kelas IV di MI Klero, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang
ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi siswa mendapat nilai dibawah
standar KKM seperti siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, bermain
mengikuti pelajaran. Berdasarkan pengakuan guru kelas IV MI Klero yang
mengajar mata pelajaran IPA, guru menyadari bahwa selama ini ia mengajar
tidak menggunakan model pembelajaran yang bisa melibatkan siswa untuk
aktif dalam jalannya pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan proses
pembelajaran kurang menarik minat siswa dan siswa cenderung pasif serta
mengakibatkan hasil belajar siswa rendah.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa di
atas, peneliti memberikan tawaran solusi yakni dengan model pembelajaran
penemuan terbimbing (guided discovery). Penerapan model penemuan
terbimbing (guided discovery) diharapkan mampu memancing keaktifan siswa
dalam mengikuti pembelajaran. Model penemuan terbimbing (guided
discovery) adalah salah satu pendekatan pembelajaran dimana guru memberi
contoh-contoh topik spesifik dan memandu siswa untuk memahami topik
tersebut (Paul Eggen dan Don Kauchak, 2012: 177). Dengan kata lain, model
penemuan terbimbing (guided discovery) merupakan model pembelajaran
yang membutuhkan peran guru sebagai fasilitator dalam proses
pembelajarannya. Guru memberikan petunjuk kepada siswa, sehingga siswa
akan lebih terarah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain
mendorong pemahaman materi secara mendalam dan mengembangkan
pemikiran siswa, model temuan terbimbing lebih efektif untuk meningkatkan
motivasi siswa.
Adapun kelebihan dari model penemuan terbimbing (guided
discovery) yaitu siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang
(mencari-temukan), mendukung kemampuan memecahkan masalah, memberikan
wahana interaksi antar siswa, siswa dengan guru, dan materi yang dipelajari
dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas
karena siswa dilibatkan dalam proses penemuannya. Untuk memahami
persoalan di atas, peneliti bermaksud mengadakan penelitian tindakan kelas
yang berjudul :
“PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI BAGIAN-BAGIAN TUMBUHAN DAN FUNGSINYA MELALUI MODEL PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) PADA SISWA KELAS IV MI KLERO KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2015/2016”.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah:
Apakah penerapan model penemuan terbimbing (guided discovery) dapat
meningkatkan hasil belajar IPA materi bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya
pada siswa kelas IV MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang
tahun ajaran 2015/2016?
C.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai
melalui penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi
bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya melalui model pembelajaran penemuan
terbimbing (guided discovery) pada siswa kelas IV MI Klero Kecamatan
D.Hipotesis Penelitian dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Penelitian
Penerapan model penemuan terbimbing (guided discovery) dapat
meningkatkan hasil belajar IPA materi bagian-bagian tumbuhan dan
fungsinya pada siswa kelas IV MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang tahun 2015/2016.
2. Indikator Keberhasilan
Penerapan model penemuan terbimbing (guided discovery) ini
dikatakan efektif apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapun
indikator yang dapat dirumuskan penulis sebagai berikut :
a. Kriteria ketuntasan klasikal dari jumlah seluruh siswa ≥ 85%.
b. Kriteria Ketuntasan Minimal siswa kelas IV dalam pembelajaran IPA
adalah ≥ 70.
E.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat, baik dari segi teoritis
maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut:
a. Dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan kajian ilmu
pendidikan.
b. Dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan yang diperoleh dari
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, dapat memberikan suasana pembelajaran yang
menyenangkan sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran dan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk
memperkenalkan pembelajaran IPA melalui penerapan model penemuan
terbimbing (guided discovery) guna untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
c. Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan yang berguna bagi sekolah
dalam kegiatan pembelajaran, meningkatkan mutu pendidikan khususnya
pada pembelajaran IPA.
d. Bagi peneliti, dapat menambah pengalaman peneliti untuk terjun ke
bidang pendidikan.
F. Definisi Operasional
Untuk memberikan gambaran sekaligus memperjelas pengertian dan
pemahaman serta agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap judul di
atas,maka penulis memberikan definisi operasional terhadap istilah-istilah yang
ada. Adapun istilah-istilah tersebut adalah:
1. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan
pembelajaran di sekolah. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu
hasil belajar dari siswa. Dalam penelitian ini yang dimaksud hasil belajar
pemahaman tentang materi yang ditandai dengan adanya perubahan nilai
siswa secara serta tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA adalah suatu ilmu teoritis, tetapi teori tersebut didasarkan pada
pengamatan atas percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam (Abu
Ahmadi, 2000: 1). Yang dipelajari di dalam IPA di sini adalah
bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya.
3. Model Penemuan Terbimbing (Guided Discovery)
Model pembelajaran adalah prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Model penemuan terbimbing (guided discovery) adalah jenis pendekatan
pembelajaran penemuan yang masih banyak dibimbing guru dalam kegiatan
pembelajarannya (Sudirman, 1989: 172). Pengertian lain model penemuan
terbimbing (guided discovery) adalah salah satu pendekatan pembelajaran
dimana guru memberi siswa contoh-contoh topik spesifik dan memandu
siswa untuk memahami topik tersebut (Paul Eggen dan Don Kauchak, 2012:
177). Dengan kata lain, model penemuan terbimbing (guided discovery)
merupakan model pembelajaran yang membutuhkan peran guru sebagai
fasilitator dalam proses pembelajarannya.
G.Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang istilah dalam bahasa inggrisnya adalah Classroom Action
penelitian metode deskriptif, yang tertuju kepada pemecahan masalah
tertentu. Dalam memecahkan masalah dalam penelitian tindakan kelas
digunakan aturan sesuai dengan metodologi penelitian yang dilakukan
dalam beberapa periode atau siklus.Penerapan PTK dalam penelitian ini
didasarkan pada temuan problem dalam bentuk problem pembelajaran yaitu
hasil belajar IPA yang rendah dan adanya keinginan guru untuk
memperbaiki hasil belajar siswa.
Siklus atau tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai
berikut:
Gambar 1.1. Bagan Rancangan Pelaksanaan PTK Model Spiral
Sumber (Suharsimi Arikunto, 2006: 74)
SIKLUS 1
Refleksi
Tindakan/
observasi Perbaikan/
2. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MI Klero, Kecamatan Tengaran
tahun 2015. MI ini dipilih menjadi tempat penelitian karena memerlukan
pengembangan model pembelajaran yang akan meningkatkan prestasi
kinerja guru dan siswa. Dengan demikian tujuan pembelajaran akan
tercapai dengan optimal.
b. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dari bulan Juni – Agustus
2015 pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.
c. Subjek penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru
atau pengajar mata pelajaran IPA dan siswa kelas IV MI Klero,
Kecamatan Tengaran tahun 2015 dengan jumlah siswa sebanyak 27
siswa, yang terdiri dari 15 siswa laki-laki, dan 12 siswa perempuan.
Peneliti menggunakan pola partisipan yaitu peneliti yang melaksanakan
pembelajaran, dan guru sebagai pengamat.
3. Langkah-langkah Penelitian
a. Perencanaan
Perencanaan tindakan berkaitan dengan hal-hal yang harus
disiapkan untuk melaksanakan tindakan perbaikan berkaitan dengan
masalah penelitian yang ditetapkan (Samsu Sumadayo, 2013: 44). Hal–
1) Membuat rencana atau skenario pelaksanaan pembelajaran
menggunakan model penemuan terbimbing (guided discovery) materi
bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya.
2) Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan saat
proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model
penemuan terbimbing (guided discovery) materi bagian-bagian
tumbuhan dan fungsinya.
3) Menyiapkan lembar observasi guru untuk mengetahui kinerja guru
dalam menerapkan model penemuan terbimbing (guided discovery).
4) Perencanaan tindakan pembelajaran menggunakan model penemuan
terbimbing (guided discovery).
5) Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran menggunakan model
penemuan terbimbing (guided discovery).
6) Menyiapkan instrumen untuk menggali data hasil belajar siswa
dengan menggunakan tes evaluasi.
b. Pelaksanaan
Merupakan tahapan pengaplikasian semuan perencanaan tindakan
yang telah disusun (Samsu Sumadayo, 2013: 44). Jadi, guru mengadakan
proses pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing (guided
discovery). Adapun yang dilakukan guru adalah sebagai berikut:
1) Guru membagikan lembar kerja siswa atau data yang berisi rumusan
masalah yang akan disusun, diproses, diorganisir, dan dianalisis oleh
2) Siswa bekerja secara kelompok untuk menyusun, memproses,
mengorganisir, dan menganalisis data yang telah diberikan melalui
bimbingan guru.
3) Untuk menyelesaikan tugas yang diberikan, Guru mengajak siswa
secara berkelompok untuk mengamati atau melakukan observasi pada
tumbuhan di sekitar lingkungan sekolah, dan melakukan eksperimen
terhadap tumbuhan yang telah disiapkan. Selanjutnya, guru
melakukan bimbingan dengan cara mengajukan pertanyaan atau
pernyataan yang berhubungan dengan apa yang hendak akan
ditemukan siswa (pertanyaan mengacu pada data dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai siswa).
4) Setelah itu setiap kelompok diminta untuk menyusun hipotesis atau
dugaan dari hasil temuannya. Hipotesis atau dugaannya yang telah
disusun diserahkan kepada guru untuk diperiksa, dan akan
dikembalikan lagi kepada kelompok.
5) Apabila telah diperoleh kepastian kebenaran dari hipotesis atau
dugaan siswa, maka guru memberikan penjelasan dari hipotesis yang
telah disusun siswa.
6) Selanjutnya guru memberikan soal evaluasi untuk memastikan apakah
penemuan siswa itu benar.
c. Observasi atau Pengamatan
Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas merupakan
pengamatan yang dilakukan untuk menggali data yang dilakukan dengan
lembar observasi guru. Pada penelitian ini, guru mata pelajaran IPA yang
menjadi pengamat saat peneliti melaksanakan pembelajaran dengan
model penemuan terbimbing (guided discovery) dalam mata pelajaran
IPA materi bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya. Selain itu dilakukan
tes evaluasi untuk menggali data siswa.
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan analisis, interpretasi dan eksplanasi
terhadap semua informasi yang diperoleh dari observasi atas pelaksanaan
tindakan. Analisis dan refleksi dilakukan untuk memaknai hasil temuan
pada pelaksanaan tindakan dan menentukan tingkat keberhasilan
tindakan dalam menyelesaikan masalah penelitian (Samsu Sumadayo,
2013: 44).
Pada tahap refleksi meliputi: (1) mencatat hasil observasi dan
pelaksanaan pembelajaran, (2) evaluasi hasil observasi, (3) analisis hasil
pembelajaran. Memperbaiki kelemahan pada siklus I, silus II dan
sebagainya.
4. Instrument Penelitian
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
tindakan kelas adalah :
a. Tes tertulis, digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif berupa nilai
yang menggambarkan pencapaian target kompetensi dalam mata
pelajaran IPA materi bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya. Adapun tes
b. Lembar observasi, adalah alat yang digunakan dalam mengobservasi
yaitu pedoman observasi. Pedoman observasi berisikan indikator yang
didesain berdasarkan fokus penelitian. Observasi dilakukan untuk
mengamati guru dalam menerapkan model penemuan terbimbing (guided
discovery).
c. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dapat membantu
peneliti dalam mengumpulkan data penelitian yang berupa foto kegiatan
proses pembelajaran dengan menggunakan model penemuan terbimbing
(guided discovery).
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk penelitian tindakan kelas ini adalah:
a. Tes Tertulis
Tes tertulis dilakukan terhadap siswa untuk mengetahui
pemahaman siswa dalam mata pelajaran IPA dan untuk mendapatkan
data kuantitatif dari siswa dalam materi bagian-bagian tumbuhan dan
fungsinya. Peneliti membuat lembar tes tertulis yang berupa tes objektif
dan tes subjektif.
b. Lembar Observasi
Observasi ini dilakukan terhadap guru atau pengajar selama
pembelajaran berlangsung untuk mengetahui keterampilan guru atau
pengajar dalam menerapkan model penemuan terbimbing (guided
c. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan adalah
dokumentasi berupa foto kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
model penemuan terbimbing (guided discovery).
6. Analisis Data
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan
membandingkan antara skor nilai tiap siklus dengan KKM yang telah
ditentukan oleh sekolah yakni sebesar 70. Oleh karena itu setiap siswa
dikatakan tuntas belajarnya atau ketuntasan individual jika proporsi jawaban
benar siswa ≥ 70%. Sebaliknya siswa dikatakan belum tuntas belajarnya jika
proporsi jawaban benar siswa < 70%.
Selanjutnya, untuk menentukan akhir perbaikan melalui siklus-siklus
digunakan tolok ukur kriteria ketuntasan klasikal. Adapun KKK yang
dipilih sebesar 85% (Trianto, 2009: 241).
Presentase ketuntasan klasikal dapat dihitung menggunakan rumus
(Aqib. dkk, 2010: 41):
Sedangkan untuk menghitung nilai rentang kategori pada lembar
observasi guru ditentukan rumus (Supramono dan Sugiarto, 1993: 29):
K = Banyaknya kelas
H. Sistematika Penulisan
Bagian awal yang meliputi sampul, lembar berlogo judul persetujuan
pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan
persembahan, kata pengatar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar,
dan daftar lampiran.
Bab I pendahuluan berisi yang mencakup latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian,
definisi operasional, dan sistematika penulisan. Metode penelitian mencakup
rancangan penelitian, subjek penelitian, langkah-langkah penelitian, intrumen
penelitian, pengumpulan data, dan analisis data.
Bab II kajian pustaka mencakup: Hasil belajar, Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA), Model Penemuan Terbimbing (Guided Discovery).
Bab III metodologi penelitian berisi tentang deskripsi pelaksanaan pra
siklus meliputi rencana, pelaksanaan, pengamatan/ pengumpulan data dan
refleksi. Deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II, dan
sebagainya.
Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan meliputi deskripsi per
siklus yang membahas mengenai data dari hasil pengamatan atau wawancara,
refleksi keberhasilan dan kegagalan dan berisi pembahasan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Belajar merupakan aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh
seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda
antara sebelum dan sesudah belajar. Belajar adalah serangkaian kegiatan
jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor (Syaiful Bahri Djamarah,
2002: 13).Pengertian belajar menurut Kimble dan Germezi (dalam Trianto,
2009: 9) adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen, terjadi
sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan belajar menurut Hilgrad dan
Bower (dalam Muhibbin Syah, 2010: 13 ), belajar (to learn) memiliki arti:
1) to gain knowledge, comprehension, or mastery of through experience or
study; 2) to fix in the mind or memory; memorize; 3) to acquire trough
experience; 4) to become in forme of to find out. Menurut definisi tersebut,
belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai
pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan
mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar
memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan pengusaan tentang
Belajar mengandung tiga hal pokok, yaitu (1) belajar mengakibatkan
perubahan kemampuan atau perilaku, (2) perubahan kemampuan atau
perilaku yang terjadi bersifat relatif menetap, (3) perubahan tersebut
disebabkan karena hasil adanya latihan atau pengalaman dan bukan karena
proses dari pertumbuhan atau kematangan (Rosma Hartiny Sam`s, 2010:
32).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, belajar adalah suatu kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang yang mengakibatkan perubahan, baik dari
segi keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.
Setelah melalui proses pembelajaran, maka seseorang akan
menerima hasil belajar. Perubahan perilaku yang terjadi akibat proses
pembelajaran pada diri seseorang inilah yang disebut hasil belajar. Hal ini
sejalan dengan pengertian hasil belajar menurut (Rosma Hartiny Sam`s,
2010: 31) bahwa hasil belajar dapat dinyatakan sebagai kapabilitas atau
kemampuan yang diperoleh seseorang sebagai akibat dari belajar.
Menurut Snelbelker (dalam Rusmono, 2012: 8) hasil belajar adalah
perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan
perbuatan belajar, karena belajar pada dasarnya adalah bagaimana perilaku
seseorang berubah sebagai akibat dari pengalaman.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya. Kemampuan-kemampuan itu mencakup aspek kognitif, afektif,
Untuk mengetahui hasil belajar sekaligus keberhasilan dari setiap
proses belajar, guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai penyajian
suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh
mana siswa telah menguasai tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai.
Fungsi penilaian ini adalah untuk memberikan umpan balik kepada guru
dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan
program remedial bagi siswa yang belum berhasil. Karena itulah suatu
proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil
apabila hasilnya memenuhi tujuan intruksional khusus dari bahan tersebut.
Indikator keberhasilan suatu proses belajar mengajar adalah hal-hal
sebagai berikut (Syaiful Bahri Djamari & Aswan Zain, 2006: 105-106):
a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik secara individual dan kelompok.
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran intruksional khusus
telah dicapai oleh siswa, baik secara individu atau kelompok.
Namun demikian, indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur
keberhasilan adalah daya serap.
Menurut Trianto (2009: 241) berdasarkan ketentuan KTSP
penentuan keberhasilan belajar di tentukan oleh masing-masing sekolah
yang dikenal dengan istilah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dengan
berpedoman pada tiga pertimbangan yaitu: kemampuan setiap peserta didik
berbeda-beda, fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda, dan daya dukung
setiap sekolah juga berbeda. Maka dalam penelitian ini sesuai dengan
pada mata pelajaran IPA adalah 70 dan ketuntasan secara klasikal 85%. Jadi
setiap siswa dikatakan berhasil dalam pembelajaran apabila (ketuntasan
individu) jika proporsi jawaban benar siswa ≥ 70 % dan suatu kelas
dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut
terdapat ≥ 85% siswa yang tuntas belajarnya. Siswa dikatakan tuntas
belajarnya apabila nilai yang diperoleh sekurang-kurangnya mencapai 70.
2. Jenis Hasil Belajar
Jenis hasil belajar memiliki sasaran yang berupa ranah-ranah yang
terkandung dalam dalam tujuan pendidikan. Ranah-ranah tersebut
diklasifikasikan menjadi tiga yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik
(Dimyati dan Mudjiono, 2002: 202-208).
a. Ranah kognitif (cognitive domain)
Yang termasuk ranah kognitif yaitu:
1) Pengetahuan, merupakan tingkat terendah tujuan ranah kognitif
berupa pengenalan, dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan
tentang fakta, istilah, dan prinsip-prinsip dalam bentuk seperti
mempelajari.
2) Pemahaman, merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif
berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pelajaran
yang dipelajari tanpa perlu menghubungkan dengan isi pelajaran
lainnya.
3) Penerapan, merupakan kemampuan menggunakan generalisasi atau
abstraksi lainnya yang sesuai dalam situasi konkret atau situasi baru.
atau memilih generalisasi atau abstraksi tertentu secara tepat untuk
dieterapkan dalam situasi yang baru dan menerapkan secara benar.
4) Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke
bagian-bagian yang menjadi unsur pokok.
5) Sintesis, merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok
ke dalam struktur yang baru.
6) Evaluasi, merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu
maksud atau tujuan tertentu. Dalam evaluasi, siswa diminta untuk
menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk
menilai suatu kasus.
b. Ranah afektif (Effective Domain)
Ranah afektif ini berhubungan dengan perhatian, sikap, tindakan,
nilai, perasaan, emosi, dan penghargaan. Menurut Kratwohl, Bloom, dan
Masia (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 205) yang termasuk ke
dalam ranah afektif yaitu:
1) Menerima, merupakan tingkat terendah tujuan ranah afektif berupa
perhatian terhadap stimulasi secara pasif yang meningkat secara
lebih aktif. Dalam menerima siswa diminta untuk menunjukkan
kesadaran, kesediaan untuk menerima, dan perhatian terkontrol.
2) Merespon, merupakan kesempatan untuk menanggapi stimulan dan
merasa terikat serta secara aktif memperhatikan. Untuk merespon
siswa diminta untuk menunjukkan persetujuaan, kesediaan, dan
3) Menilai, merupakan kemampuan menilai gejala atau kegiatan
sehingga dengan sengaja merespon lebih lanjut untuk mencari jalan
bagaimana dapat mengambil bagian atas apa yang terjadi. Dalam
menilai, siswa dituntut untuk menunjukkan penerimaan terhadap
nilai, kesukaran terhadap nilai, dan keterikatan terhadap nilai.
4) Mengorganisasi, merupakan kemampuan untuk membentuk suatu
sistem nilai bagi dirinya berdasarkannilai-nilai yang dipercaya.
Untuk menunjukkan kemampuan mengorganisasi ini, siswa diminta
untuk mengorganisasikan nilai-nilai ke suatu organisasi yang lebih
besar.
5) Karakterisasi,merupakan kemampuan untuk mengkonseptualisasikan
masing-masing nilai pada waktu merespon, dengan jalan
mengidentifikasi karakteristik nilai atau membuat
pertimbangan-pertimbangan. Dalam karakterisasi ini, siswa diminta untuk
menunjukkan kemampuannya dalam menjelaskan, memberikan
batasan dan mempertimbangkan nilai-nilai yang direspon.
c. Ranah psikomotorik (psikomotor domain)
Menurut Davies (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 205) ranah
psikomotorik berhubungan dengan keterampilan motorik, manipulasi
benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan koordinasi
badan.
1) Persepsi (perception) mencakup kemampuan untuk mengadakan
diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan
rangsangan yang dinyatakan dengan adanya suatu reaksi yang
menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan dan perbedaan
antara rangsangan-rangsangan yang ada.
2) Kesiapan (set) mencakup kemampuan untuk menempatkan diri dalam
keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan, yang
dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.
3) Gerakan terbimbing (guided Response) mencakup kemampuan untuk
melakukan sesuatu rangkaian gerak yang dinyatakan dengan
menggerakkan angota tubuh menurut contoh yang telah diberikan.
4) Gerakan yang terbiasa (mechanical response) mencakup kemampuan
untuk melakukan suatu rangkaian gerakan dengan lancar, tanpa
memperhatikan lagi contoh yang diberikan karena siswa sudah
mendapat latihan yang cukup, yang dinyatakan dengan menggerakkan
anggota tubuh.
5) Gerakan yang komplek (complex response) mencakup kemampuan
untuk melaksanakan suatu keterampilan yang terdiri atas berbagai
komponen dengan lancar tepat dan efisien yang dinyatakan dalam satu
rangkaian perbuatan yang berurutan, serta menggabungkan beberapa
sub keterampilan menjadi suatu keseluruhan gerakan yang teratur.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa ranah-ranah yang
menjadi sasaran dari jenis hasil belajar mencakup ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Ranah kognitif berhubungan dengan pengetahuan,
ranah afektif berhubungan dengan sikap, dan ranah psikomotor
3. Perwujudan Hasil Belajar
Menurut Syah (dalam Lilik Sriyanti, dkk, 2008: 20) menyatakan
bahwa wujud hasil belajar dapat dilihat adanya sembilan wujud perubahan,
yaitu:
a. Kebiasaan
Salah satu wujud hasil belajar adalah adanya perubahan kebiasaan
dalam diri individu. Orang yang berhasil belajar akan mengurangi
kebiasaan-kebiasaan yang tidak diperlukan. Keberhasilan belajar akan
menjadikan seseorang akan berperilaku positif yang relatif menetap dan
otomatis.
b. Keterampilan
Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat
syaraf dan otot yang bersifat motorik. Kegiatan ini membutuhkan
koordinasi gerak yang teliti dan memerlukan kesadaran yang tinggi. Oleh
sebab itu, hasil belajar dapat dilihat tingkat ketrampilan yang ada dalam
individu.
c. Pengamatan
Pengamatan dapat diartikan proses menerima, menafsirkan dan
mengartikan rangsangan yang masuk melalui panca indra, terutama mata
dan telinga. Seseorang yang belajar akan menghasilkan pengamatan
objektif dan benar.
d. Berpikir asosiatif dan daya ingat
Seseorang yang belajar akan menjadikan dirinya mampu berpikir
berpikir untuk menggabungkan sesuatu dengan sesuatu lainnya. Orang
yang belajar akan mudah melakukan berpikir asosiatif tersebut. Selain
itu, orang belajar akan memiliki daya ingat yang lebih baik.
e. Berpikir rasional dan kritis
Proses belajar akan menjadikan seseorang dapat berpikir rasional
dan kritis. Berpikir rasional berarti mampu menggunakan logika untuk
menentukan sebab akibat, menganalisis, menyimpulkan, bahkan
meramalkan sesuatu.
f. Sikap
Sikap adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk mereaksi
terhadap sesuatu hal. Hasil belajar akan ditandai muncul kecenderungan
baru dalam diri sseorang dalam menghadapi suatu objek, tata nilai,
peristiwa, dan sebagainya.
g. Inhibisi
Inhibisi dalam konteks belajar dapat diartikan kesanggupan
individu untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu
dan mampu memilih dan melakukan tindakan lain yang lebih baik. Hasil
belajar dapat dilihat adanya kesanggupan individu dalam melakukan
sesuatu secara baik.
h. Apresiasi
Hasil belajar dapat dilihat adanya apresiasi dalam diri individu
yang belajar. Orang belajar akan muncul kemampuan untuk menilai dan
i. Tingkah laku efektif
Orang belajar akan memiliki tingkah laku yang efektif. Tingkah
laku efektif ini dapat dilihat sebagai wujud hasil belajar. Maksudnya,
seseorang dikatakan berhasil belajar jika orang tersebut memiliki tingkah
laku yang efektif, yaitu tingkah laku yang memiliki manfaat (Lilik
Sriyanti, dkk, 2008: 20-21).
4. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Dan Hasil Belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam sebagai berikut
(Muhibbin Syah, 2010: 145) :
a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi
jasmani dan rohani siswa.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa.
c. Faktor pendekatan belajar siswa (approach to learning), yakni jenis
upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering berkaitan satu sama
lain. Misalnya, seorang siswa yang bersikap conserving terhadap ilmu
pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) biasanya, cenderung
mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tiddak mendalam.
Sebaliknya, seorang siswa yang berintelegensi tinggi dan mendapat
dorongan positif dari orangtuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih
Jadi, karena faktor-faktor di atas muncul siswa-siswa yang berprestasi tinggi
dan rendah atau gagal sama sekali.
Berikut uraian dari faktor-Faktor yaang mempengaruhi proses dan
hasil belajar:
a. Faktor internal siswa
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu dan
dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini
meliputi faktor fisiologis dan psikologis (Baharudin dan Esa Nur
Wahyuni, 2008: 19).
1) Faktor fisiologis
Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan
dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi
dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani dan kedua keadaan
fungsi jasmani/ fisiologis.
Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi
aktivitas belajar seseorang. Menurut Noehi Nasution (dalam Syaiful
Bahri Djamarah, 2002: 189), kondisi fisiologis pada umumnya
berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang
dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari
orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan
gizi ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak-anak yang tidak
kekurangan gizi, mereka lekas lelah, mudah mengantuk, dan sukar
Dari pendapat di atas maka dapat kita katakan bahwa kondisi
fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif
terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang
lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang
maksimal.
Karena keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses
belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani
antara lain adalah : 1) menjaga pola makan yang sehat dengan
memerhatikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh, karena
kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah,
lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah belajar; 2) rajin
berolahraga agar tubuh selalu bugar dan sehat; 3) istirahat yang
cukup dan sehat (Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, 2008: 19).
Keadaan fungsi jasmani/ fisioligis sangat berperan saat proses
belajar berlangsung. Peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia
sangat memengaruhi hasil belajar terutama pancaindera.panca indera
yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar
dengan baik pula. Dalam proses belajar, panca indera merupakan
pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh
manusia, sehingga manusia akan mengenal dunia luar.
Pancaindera yang berperan besar dalam aktivitas belajar
adalah mata dan telinga. Sebagian besar yang dipelajari manusia
(anak) yang belajar berlangsung dengan membaca, melihat contoh,
mendengarkan keterangan guru, mendengarkan ceramah,
mendengarkan keterangan orang lain dalam diskusi dan sebagainya
(Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 189).
Jika mata dan telinga mengalami masalah, maka akan
mengganggu proses belajar siswa. Untuk mengatasi timbulnya
masalah pada mata dan telinga, hendaknya guru yang profesional
seyogianya bekerja sama dengan pihak sekolah untuk memperoleh
bantuan pemeriksaan rutin (periodik) dari dinas-dinas kesehatan
setempat. Kiat lain yang tak kalah penting untuk mengatasi
kekurangsempurnaan pendengaran dan penglihatan siswa–siswa
tertentu itu ialah dengan menempatkan mereka di deretan bangku
terdepan (Muhibbin Syah, 2010: 147).
2) Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis
seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor
psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah
kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat (Baharuddin dan
Esa Nur Wahyuni, 2008: 20).
a) Kecerdasan/intelegensi siswa
Menurut Reber (dalam Muhibbin Syah, 2010: 148)
kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam
mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan cara yang
tepat. Jadi intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak
tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam
hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol
daripada peran organ-organ tubuh lainnya, karena fungsi otak
sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari
hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling
penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan
kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat intelegensi seorang
individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses
dalam belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang
lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya.
b) Minat
Menurut Slameto dalam (dalam Syaiful Bahri Djamarah,
2011: 191) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.
Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil
belajar siswa dalam bidang-bidang tertentu (Muhibbin Syah,
2010: 152). Hal ini dikarenakan jika seseorang tidak memiliki
minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak
mau belajar. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu
membengkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi
c) Motivasi
Motivasi adalah satu faktor yang memengaruhi kefektifan
kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin
melakukan kegiatan belajar. Motivasi diartikan sebagai pengaruh
kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah
dari perilaku seseorang (Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2008:
23).
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1)
motivasi intrinsik; 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik
adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri
yang dapat mendorongnya untuk melakukan tindakan belajar.
Yang termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan
menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut.
Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang
datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk
melakukan kegiatan belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi,
baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan
menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan
proses pembelajaran materi-materi pelajaran baik di sekolah
maupun di rumah (Muhibbin Syah, 2010: 153).
d) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif
berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara
baik secara positif maupun negatif (Baharuddin dan Esa Nur
Wahyuni, 2008: 25).
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan
senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran atau
lingkungan sekitarnya. Untuk mengantisipasi sikap negatif,
hendaknya guru berusaha menjadi guru yang profesionaldan
bertanggungjawab terhadap profesi yang telah dipilih. Guru harus
berusaha memberikan yang terbaik untuk siswanya, bersikap
empatik, sabar, tulus kepada siswanya sehingga siswa bisa
mengikuti pelajaran dengan baik dan rasa senang tidak
menjemukan.
e) Bakat
Bakat adalah kemampuan individu untuk melakukan tugas
tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan
pelatihan. Bakat dapat memengaruhi tinggi rendahnya prestasi
belajar bidang-bidang studi tertentu (Muhibbin Syah, 2010: 151).
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal terdiri dari dua macam, yaitu: faktor lingkungan
sosial dan lingkungan non sosial.
1) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan
teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar siswa.
Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi
a) Lingkungan sosial masyarakat, kondisi lingkungan masyarakat
tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Kebiasaan
yang ada dalam lingkungan tersebut akan memengaruhi aktivitas
belajar siswa.
b) Lingkungan sosial keluarga, lingkungan ini sangat memengaruhi
kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua,
pengelolaan keluarga dan letak rumah dapat mempberi dampak
terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antar anggota keluarga,
orang tua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu
siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
2) Lingkungan nonsosial
a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas,
dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak
terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan
alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi
aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam
tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
b) Lingkungan instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat
digolongkan menjadi dua macam. Pertama, hardware, seperti
gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan
olahraga, dan sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum
sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan
c) Faktor materi pelajaran, faktor ini hendaknya disesuaikan dengan
usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar
guru disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.
3) Faktor pendekatan belajar
Yaitu segala segala cara atau strategi yang digunakan siswa
dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran
materi tertentu. Faktor ini juga berpengaruh dengan terhadap taraf
keberhasilan proses belajar. Seorang siswa yang terbiasa
mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya, mungkin
berpeluang sekali untuk meraih prestasi belajar yang bermutu dari
pada siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface (Muhibbin
Syah, 2010: 157).
B.Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah usaha manusia dalam
memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta
menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga
mendapatkan suatu kesimpulan (Ahmad Susanto, 2013: 167).
Menurut H.W Fowler (dalam Abu Ahmadi dan Supatmo, 200: 1)
IPA adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan
gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan
induksi.
Sedangkan pengertian IPA menurut Abdullah Aly dan Eny Rahma
disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan
observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi,
observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu
dengan cara yang lain.
Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian
IPA adalah suatu pengetahuan yang diperoleh atau disusun melalui
pengamatan serta menggunakan prosedur atau metode ilmiah dan dijelaskan
menggunakan penalaran untuk memahami alam semesta sehingga akan
mendapatkan kesimpulan.
2. Karakteristik IPA
IPA memiliki karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya
menurut Jacobson & Bergman (dalam Ahmad Susanto, 2013: 170),
meliputi:
a. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori.
b. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena
alam, termasuk juga penerapannya.
c. Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap
rahasia alam.
d. IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau
berupa saja.
e. Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat
objektif.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa hakikat IPA merupakan
menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Oleh
karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan
penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA.
Dengan kegiatan-kegiatan tersebut pembelajaran IPA akan mendapat
pengalaman langsung melaluui pengamatan, diskusi dan penyelidikan
sederhana. Pembelajaran yang demikian, dapat menmbuhkan sikap ilmiah
siswa yang diiindikasikan dengan merumuskan masalah, menarik
kesimpulan, sehingga mampu berfikir kritis melalui pembelajaran IPA.
3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA di sekolah dasar berfungsi untuk mengembangkan
pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar
yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Konsep
pembelajaran IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang masih terpadu,
karena belum memisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia,
biologi, fisika.
Adapun tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (Mulyasa, 2006: 111) dimaksudkan untuk:
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan,
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
4. Ruang Lingkup IPA
Ruang lingkup kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek
berikut (Mulyasa, 2006: 112) :
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan,
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.
c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana.
d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya.
5. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD/MI
Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran IPA kelas
IV SD/ MI semester satu dalam struktur Kurikulum Satuan Tingkat
Pendidikan yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Makhluk Hidup Dan
Proses Kehidupan
1. Memahami hubungan
antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya.
1.1 Mendeskripsikan hubungan
antara struktur kerangka tubuh manusia denagn fungsinya.
1.2 Menerapkan cara memelihara
kesehaatan kerangka tubuh.
1.3 Mendeskripsikan hubungan
antara struktur panca indera dengan fungsinya.
1.4 Menerapkan cara memelihara
kesehatan panca indera.
2. 2. Memahami hubungan
antara struktur bagian
tumbuhan dengan
fungsinya.
2.1Menjelaskan hubungan antara
struktur akar tumbuhan dengan funginya.
2.2Menjelaskan hubungan antara
struktur batang tumbuhan dengan fungsinya.
2.3Menjelaskan hubungan antara
struktur daun tumbuhan dengan fungsinnya.
2.4Menjelaskan hubungan antara
bungan dengan fungsinya.
3. Menggolongkan hewan
berdasarkan jenis
makanannya
3.1Mengidentifikasi jenis makanan
hewan.
3.2menggolongkan hewan
berdasarkan jenis makanannya.
4. Memahami daur hidup
beragam jenis makhluk hidup
4.1Mendiskripsikan daur hisup
beberapa hewan di lingkungan sekitar, misalnya kecoa, nyamuk, kupu-kupu, kucing.
4.2Menunjukkan kepedulian
terhadap hewan peliharaan,
misalnya kucing, ayam, ikan
5. Memahami hubungan
sesama makhluk hidup
dan antara makhluk
hidup dengan
lingkungannya
5.1Mengidentifikasi beberapa jenis
hubungan khas (simbiosis) dan
hubungan “makan dan dimakan”
antar makhluk hidup (rantai makanan).
5.2Mendeskripsikan hubungan
antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Benda Dan Sifatnya
6. Memahami beragam
sifat dan perubahan
wujud benda serta
berbagai cara
penggunaan benda
berdasarkan sifatnya
6.1Mengidentifikasi wujud benda
padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu.
6.2Mendeskripsikan terjadinya
perubahan wujud cair; padat ; cair; cair; gas ; cair; padat; gas
6.3Menjelaskan hubungan antara
sifat bahan dengan kegunaannya. Sumber : (Mulyasa, 2006: 117)
6. IPA Materi Bagian-Bagian Tumbuhan Dan Fungsinya
Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya
Tumbuhan termasuk makhluk hidup karena dapat tumbuh dan
berkembang. Seperti halnya makhluk hidup lain, tumbuhan juga
mempunyai bagian-bagian yang penting. Bagian-bagian tersebut
memiliki fungsi masing-masing dalam setiap proses kehidupannya.
Bagian-bagian tersebut antara lain akar, batang, daun, bunga, dan biji.
a. Akar
Akar adalah bagian tumbuhan yang berada di bawah tanah.
Akar membuat tumbuhan tidak mudah dicabut dari tanah. Jadi, akar
berfungsi sebagai bagian yang mengokohkan tumbuhan. Jika
tumbuhan tidak memiliki akar, maka tumbuhan akan mudah dicabut,
mineral, tetapi juga berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan
Disamping itu, ada juga akar yang berfungsi membantu penyerapan
oksigen di udara, seperti pada tumbuhan bakau.
Berdasarkan bentuknya, terdapat dua jenis akar, yaitu akar
serabut dan akar tunggang. Akar serabut biasanya dimiliki oleh
tumbuhan jenis monokotil (biji berkeping tunggal). Misalnya, padi,
jagung, dan kelapa. Adapun akar tunggang biasanya dimiliki oleh
tumbuhan jenis dikotil (biji berkeping dua). Misalnya mangga, jagung,
jeruk, kacang-kacangan dll.
b. Batang
Batang adalah bagian tumbuhan yang berada di atas tanah.
Batang berfungsi sebagai tempat munculnya daun, bunga, dan buah.
Disamping itu, batang juga berfungsi untuk mengedarkan mineral dan
air yang diserap oleh akar, serta zat makanan hasil fotosintesis ke
seluruh bagian tubuh.
c. Daun
Bagian tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat fotosintesis
adalah daun. Daun banyak mengandung zat warna hijau yang disebut
klorofil. Daun terdiri atas tangkai daun dan helai daun. Disamping
bagian-bagian tersebut, ada juga jenis tumbuhan yang memiliki
pelepah daun. Daun pun memiliki susunan tulang daun. Berdasarkan
susunannya tulang daun ada yang menyirip, menjari, dan sejajar.
1) Tulang daun menyirip
Tulang daun pada daun tersebut berbentuk seperti sirip.
helai daun. Oleh karena itu, bentuk tulang daun seperti ini, disebut
bertulang daun menyirip.
2) Tulang daun menjari
Bentuk daun seperti jari. Tumbuhan yang memiliki tulang
daun menjari yaitu, singkong, pepaya, dan daun jarak.
3) Tulang daun sejajar
Daun jenis ini memiliki jenis tulang daun berbentuk
seperti garis-garis sejajar. Terlihat bahwa tulang daun sejajar mulai
dari pangkal daun hingga ujung daun. Biasanya bentuk daunnya
panjang-panjang. Contohnya jagung, padi, tebu, dan alang-alang.
d. Bunga
Bunga adalah bagian tumbuhan yang berfungsi sebagai alat
perkembangbiakan. Bagian-bagian yang terdapat dalam bunga yaitu
tangkai bunga, kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari, dan putik.
1) Tangkai bunga
Tangkai bunga merupakan bagian yang terdapat pada
bagian bawah bunga. Tangkai ini berperan sebagai penopang bunga
dan sebagai penyambung antara bunga, batang atau ranting.
2) Kelopak bunga
Kelopak bunga merupakan bagian yang melindungi
mahkota bunga ketika masih kuncup. Biasanya, bentuk dan