• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM MENINGKATKAN HAFALAN AL-QUR’AN SANTRI PONDOK PESANTREN AL-MUNTAHA CEBONGAN ARGOMULYO SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM MENINGKATKAN HAFALAN AL-QUR’AN SANTRI PONDOK PESANTREN AL-MUNTAHA CEBONGAN ARGOMULYO SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN METODE WAHDAH

DALAM MENINGKATKAN HAFALAN AL-

QUR’AN

SANTRI PONDOK PESANTREN AL-MUNTAHA

CEBONGAN ARGOMULYO SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

TUTIK KHOIRUNISA

NIM 111-12-047

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi MOTTO

نارقلا ةلمح ىتّما قادشا

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku tersayang yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang sepanjang masa, kesabaran yang tiada tara, dan keikhlasan do‟a -do‟anya.

2. Suamiku tersayang yang selalu memberikan do‟a, semangat, motivasi, dan

kasih sayang yang tiada henti, serta selalu setia mencarikan saya referensi.

3. Ibu Nyai Zulaecho AH yang saya hormati dan selalu saya harapkan ridho dan

berkah ilmunya, serta terimakasih telah memberikan ijin saya untuk

penelitian.

4. Dik Danang, adikku yang selalu menggangguku saat belajar, dan terimakasih atas do‟anya.

5. Alumni Pondok Al-Muntaha atas kesediaan kalian memberikan informasi dan

ilmu dalam menghafal Al-Qur‟an.

6. Sahabat-sahabatku di Pondok Al-Muntaha sevisi dan semisi yang sangat aku

sayangi dan banggakan.

7. Kummi, Milkha, Muja, dan Zahra terimakasih atas dukungan, bantuan dan

semangat dari kalian.

8. Semua temanku PAI‟B terimakasih atas dukungan dan semangat kalian serta

motivasi yang kalian berikan. Ku kan kenang masa-masa saat bersama.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum, Wr.Wb

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ni‟mat, taufiq serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Penerapan Metode Wahdah Dalam

Meningkatkan Hafalan Al-Qur‟an Santri Pondok Pesantren Al-Muntaha

Cebongan Argomulyo Salatiga”.

Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad

SAW. Beliaulah Rasul utusan Allah yang membimbing umat manusia dari zaman jahiliyah sampai pada zaman yang modern ini. Yang kita nantikan syafa‟atnya di yaumul qiyamah.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) di Institut Agama Islam

(IAIN) Salatiga. Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya pihak yang

membantu dan membimbing. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(PAI).

4. Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag., selaku pembimbing skripsi yang selalu

memberi semangat, bimbingan, arahan dan kesabaran kepada penulis.

5. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd., selaku pembimbing akademik yang selalu

membimbing dengan penuh kesabaran.

6. Bapak dan Ibu dosen yang dengan tulus mendidik dan memberikan jasanya

(9)

ix

7. Semua pihak yang selalu membantu dalam penulisan ini, sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari

keterbatasan dan kekurangan, untuk itu peneliti menerima saran maupun kritik

yang sekiranya dapat peneliti gunakan sebagai perbaikan dalam penyusunan

skripsi ini. Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya

dan pembaca pada umumnya. Amin.

Wassalamu‟alaikum Wr.Wb

Salatiga, Juni 2016

Tutik Khoirunisa

(10)

x ABSTRAK

Khoirunisa, Tutik. 2016. Penerapan Metode Wahdah Dalam Meningkatkan

Hafalan Al-Qur‟an Santri Pondok Pesantren Al-Muntaha Argomulyo Cebongan Salatiga. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama

Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam

Negeri Salatiga. Pembimbing: Tri Wahyu Hidayati, M.Ag.

Kata Kunci: penerapan metode wahdah dan meningkatkan hafalan Al-Qur‟an Penelitian ini terfokus pada penerapan metode wahdah dalam meningkatkan hafalan al-Qur‟an bagi santri di podok pesantren Al-Muntaha. Metode wahdah adalah merupakan menghafalkan al-Qur‟an dengan cara satu persatu terhadap ayat yang hendak dihafalnya secara berulang-ulang. Tidak sedikit dari santri yang mengeluhkan tentang sulitnya menghafal al-Qur‟an, itu disebabkan banyaknya santri yang belum mengetahui tentang metode-metode yang dapat digunakan dalam menghafal al-Qur‟an. Agar menghafal al-Qur‟an menjadi lebih ringan, tentu sebagai santri harus memahami berbagai metode yang dapat diterapkan dalam menghafal. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimanakah penerapan metode wahdah dalam meningkatkan hafalan santri?. Dan (2) bagaimanakah efektivitas metode wahdah dalam hafalan santri?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (Field Research). Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik data melalui observasi dan wawancara. Metode analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas santri menerapkan metode wahdah dalam meningkatkan hafalannya. Para santri banyak yang belum mengetahui metode apa yang digunakannya, melalui wawancara ini mereka mengungkapkan cara mereka dalam menghafal setelah itu peneliti menyimpulkan. Para santri menerapkan metode ini karena mereka merasa cocok dengan cara yang digunakannya. Para santri menggunakan metode wahdah dengan cara (a) mempersiapkan al-Qur‟an pojok, (b) membaca satu persatu ayat-ayat yang hendak dihafalnya, dan (c) setiap ayat yang hendak dihafalkan dibaca berulang-ulang sepuluh sampai dua puluh kali hingga membentuk pola dalam bayangannya.

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN LOGO IAIN ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

HALAMAN MOTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii

HALAMAN ABSTRAK ... x

HALAMAN DAFTAR ISI ... xi

HALAMAN DAFTAR TABEL DAN BAGAN... xiv

HALAMAN LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Fokus Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Peneliti ... 6

E. Penegasan Istilah ... 6

F. Metode Penelitian ... 8

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan ... 8

2. Kehadiran Peneliti ... 9

3. Lokasi Penelitian ... 9

(12)

xii

5. Prosedur Pengumpulan Data ... 11

6. Analisis Data ... 13

G. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Pembelajaran Al-Qur‟an Pada Masa Rasulullah Saw ... 15

1. Periode Mekah ... 18

2. Periode Madinah ... 18

B. Tahfizh Al-Qur‟an ... 18

1. Pengertian Tahfizh Al-Qur‟an ... 18

2. Syarat-syarat Tahfizh Al-Qur‟an ... 19

3. Keutamaan Tahfizh Al-Qur‟an ... 24

4. Adab Tahfizh Al-Qur‟an ... 27

5. Kaidah Penting dalam Tahfizh Al-Qur‟an ... 28

C. Berbagai metode Menghafal Al-Qur‟an ... 30

D. Metode Wahdah ... 32

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren ... 33

1. Profil Pondok Pesantren Al-Muntaha ... 33

2. Tujuan Pondok Pesantren Al-Muntaha ... 34

3. Letak Geografis ... 35

4. Struktur Kepengurusan ... 36

5. Kegiatan Santri di Pondok Pesantren Al-Muntaha ... 37

6. Bimbingan dan Penyuluhan ... 42

B. Temuan Penelitian ... 42

1. Penerapan Metode Wahdah ... 42

(13)

xiii BAB IV PEMBAHASAN

A. Penerapan Metode Wahdah dalam Meningkatkan Hafalan ... 55

B. Efektivitas Metode Wahdah dalam Meningkatkan Hafalan ... 62

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 67

(14)

xiv

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

TABEL 3.1 Struktur Pengurus Pondok Pesantren Al-Muntaha ... 36

TABEL 3.2 Jadwal Kegiatan Santri ... 38

TABEL 4.1 Data Khotmil Qur‟an ... 63

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup

2. Daftar Nilai SKK

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang bernilai mu‟jizat, yang di

turunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantara malaikat

Jibril, diriwayatkan kepada ita dengan mutawatir, membaca terhitung

sebagai ibadah dan tidak akan di tolak kebenarannya. Kitab al-Qur‟an

sesungguhnya adalah bacaan yang mulia dan tidak ada yang

menyentuhnya kecuali orang-orang yang suci (Ahsin, 1994:1-2). Allah

berfirman:

“sesungguhnya Kamilah yang menurunka Al-Qur‟an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”(QS. Al-Hijr:9)

Dengan penjagaan ganda inilah yang telah ditanamkan Allah dalam

jiwa Muhammad untuk mengikuti langkah kenabiannya, maka al-qur‟an

akan tetap terjaga dalam benteng yang kokoh. Hal demikian tidaklah lain

merupakan proses Allah dalam mewujudkan janjiNya, bahwa Ia akan

menjamin terpeliharanya Al-Qur‟an.

Al-Qur‟an selayaknya dipelihara dalam bentuk hafalan dan tulisan.

Dengan demikian apabila salah satunya ada ang melenceng, maka yang

stunya akan meluruskan. Kita tidak dapat menyandarkan hanya kepada

hafalan seseorang sebelum hafalannya sesuai dengan tulisan yang telah

(17)

2

generasi menurut keadaan sewaktu dibuatnya pertama kali, begitupun juga

dengan kita tidak dapat menyandarkan kepada tulisan penulis sebelum

tulisan itu sesuai dengan hafalan berdasarkan isnad yang shahih dan

mutawatir (Ahsin, 1994:3). Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Dr.

Muhaamad Abdullah Daraz yang di kutip dari buku bimbingan praktis

menghafal al-Qur‟an karya Ahsin W, ia berkata:

“ Ia dinamakan al-Qur‟an karena ia dibaca dengan lisan dan dinamakan al-Kitab karena ia ditulis dengan pena”

Menghafal al-Qur‟an merupakan langkah awal dalam suatu proses

penjagaan al-Qur‟an. Kekhawatiran dan kesulitan didalam menghafal

al-Qur‟an akan dirasakan para penghafal al-Qur‟an. Dalam hal ini proses

menghafal al-Qur‟an secara garis besar dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu: pertama, menghafal terlebih dahulu walaupun sang penghafal belum

mengetahui seluk beluk ulumul Qur‟an, gaya bahasa maupun makna yang

terkandung didalamnya, selain hanya bisa membacanya dengan baik.

Kedua, mempelajari uslub bahasa dengan mendalami bahasa Arab dengan

segala aspeknya sebelum menghafal sehingga setelah merasa cukup ia

mulai proses menghafal (Ahsin, 1994:19).

Program pendidikan menghafal al-Qur‟an adalah program

menghafal dengan mutqin atau hafalan yang kuat terhadap lafadz-lafadz

al-Qur‟an dan menghafal makna-maknanya dengan kuat yang

memudahkan untuk menghadirkannya didalam sebuah permasalahan yang

(18)

3

sehingga memudahkan untuk menerapkan dan mengamalkannya (Al

Lahim, 2008:19).

Masing-masing dari umat islam tentu saja bercita-cita untuk

menghafal al-Qur‟an. Banyak dari mereka yang berkeyakinan bahwa

mereka mampu menghafalnya ayat demi ayat hingga akhirnya sampai 30

juz. Akan tetapi setelah mereka memutuskan untuk menghafal, banyak

sekali bisikan-bisikan yang membuat semangat mereka luntur, banyaknya

ayat yang mirirp, susahnya mengingat ayat yang sama bahkan karena

mereka merasa terlalu sibuk dengan kegiatannya sehari-hari membuat

mereka merasa tidak ada waktu untuk menghafal.

Menghafal al-Qur‟an tidak semata-mata hanya konsisten didalam

hafalannya, akan tetapi kerumitan mencakup ketepatan membaca dan

pengucapan lafadz tidak bisa di abaikan begitu saja, sebab kesalahan

sedikit saja adalah suatu dosa. Apabila hal ini dibiarkan dan tidak dijaga

secara ketat maka kemurnian al-Qur‟an menjadi tidak terjaga dalam setiap

aspeknya. Oleh karena itu menghafal al-Qur‟an tidak semudah

membalikkan telapak tangan, perlu usaha yang ekstra dan mempelajari

banyak ilmu-ilmu al-Qur‟an sebelum menghafalnya.

Al-Qur‟an adalah kalam Allah, yang akan mengangkat derajat

mereka di surga (Abdul Rauf, 2015: 57), oleh karena itu para penghafal

al-Qur‟an perlu mengetahui hal-hal atau upaya agar mutu hafalnnya tetap

terjaga dengan baik karena menghafal al-Qur‟an berbeda dengan

(19)

4

terhadap kesulitan-kesulitan yang akan ia hadapi, karena sesungguhnya

menghafal al-Qur‟an telah dijamin akan di mudahkan oleh Allah. Allah

“Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?.” (QS. Al-Qamar:17)

Maksudnya adalah Allah akan memudahkan bagi umatnya untuk

menghafal al-Qur‟an. Jika ada umatnya yang berniat akan menghafal al

-Qur‟an sudah pasti akan dimudahkan oleh Allah sesuai dengan janji-Nya

sesuai dengan ayat di atas. Bagi para penghafal seharusnya tidak perlu ada

kekhawatiran dalam sulitnya menghafal karena sudah jelas akan

dimudahkan, dan tidak perlu merasa sulit dalam penjagaannya karena

sesungguhnya yang sungguh menjaga al-Qur‟an adalah Allah. Kita hanya

perlu berusaha dan berdo‟a dalam hal menghafal maupun menjaga hafalan.

Proses menghafal al-Qur‟an bisa dikatakan mudah, tetapi tidak

semudah kita membayangkannya. Para penghafal biasanya mengeluhkan

akan hafalannya yang semula baik-baik saja dan lancar dalam suatu saat

hafalannya menjadi kacau dan tidak sempurna. Sedikit sekali para

penghafal yang mengeluhkan tentang sulitnya hafalan, tetapi sulitnya

dalam penjagaan. Salah satu cara yang di anggap mudah dan diterapkan di

Pondok Pesantren hafalan al-Qur‟an adalah metode wahdah yakni, metode

menghafalkan al-Qur‟an dengan menghafalkan satu per satu ayat-ayat

(20)

5

melanjutkannya pada ayat berikutnya dengan cara yang sama hingga

mencapai satu halaman (Ahsin, 1994:63).

Setelah melihat uraian latar belakang di atas penulis mencoba

meneliti tentang Metode Wahdah hafalan al-Qur‟an, dengan judul

Penerapan Metode Wahdah Dalam Meningkatkan Hafalan Santri Pondok

Pesantren Al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga.

B. Fokus Penelitian

Dari pemaparan diatas peneliti membuat fokus penelitian sebagai

batasan agar permasalahan tidak meluas dan membuat penelitian tidak

valid dan tidak reliabel. Terkait judul di atas maka penelitian ini berfokus

pada penerapan metode wahdah yang akan menjawab dua permasalahan

yaitu:

1. Bagaimana penerapan metode wahdah dalam meningkatkan hafalan

al-Qur‟an santri ponpes Al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga?

2. Bagaimana efektivitas metode wahdah dalam hafalan santri di ponpes

Al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode wahdah dalam

meningkatkan hafalan al-Qur‟an santri ponpes Al-Muntaha Cebongan

Argomulyo Salatiga

2. Untuk mengetahui efektivitas metode wahdah dalam meningkatkan

(21)

6 D. Kegunaan Peneliti

Penelitian yang dilakukan ini di harapkan akan memberi manfaat,

baik manfaat secara teoritis, maupun secara praktis.

1. Secara teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah

keilmuwan khususnya dibidang metode menghafal al-Qur‟an. Serta

hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wacana keilmuwan yang

mengangkat penggunaan metode wahdah dalam usaha meningkatkan

kemampuan menghafal al-Qur‟an

2. Secara praktis

a. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan kepada para santri dalam meningkatkan hafalan

al-Qur‟an.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu metode

dalam meningkatkan kualitas hafalan santri.

E. Penegasan Istilah

Sebelum penulis membahas lebih lanjut yang menjadi inti

pembahasan, maka perlu penulis jelaskan istilah-istilah yang berkaitan

dengan judul di atas antara lain:

1. Metode Wahdah

Metode Wahdah adalah metode menghafalkan al-Qur‟an dengan

menghafal satu per satu ayat-ayat yang hendak dihafalkan (Ahsin,

(22)

7

untuk menghafalkan al-Qur‟an dengan menghafal ayat satu persatu

secara berulang-ulang hingga benar-benar hafal, kemudian lanjut ke

ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama.

2. Santri

Santri adalah orang yang mendalami agama Islam, orang yang

beribadat, orang yang sholeh (Depdikbud, 1997: 374). Santri di sini

adalah sebagai objek penelitian.

3. Hafalan

Kata hafalan berasal dari kata dasar hafal yang dalam bahasa Arab

dikatakan al-hafizh dan memiliki arti ingat (Yunus, 2010:105). Maka

kata hafalan dapat diartikan dengan mengingat atau menjaga ingatan.

4. Al-Qur‟an

Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang memiliki mu‟jizat, diturunkan

kepada nabi dan rasul, dengan melalui perantara malaikat Jibril, ditulis

dalam berbagai mushaf, dinukilkan kepada kita dengan cara mutawatir,

yang dianggap ibadah membacanya, dimulai dengan surat al-Fatihah

dan di akhiri dengan al-Nas (Amin Suma, 2014:63).

5. Meningkatkan

Kata meningkatkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah kata kerja yang berarti menaikkan dan mempertinggikan.

Sedangkan menurut Moeliono seperti yang dikutip Sawiwati,

(23)

8

mendapatkan keterampilan atau kemampuan menjadi lebih baik

(Sawiwati, 2009:4).

Jadi yang di maksud dengan metode wahdah dalam meningkatkan

hafalan adalah sebuah cara yang di gunakan santri untuk menghafalkan

al-Qur‟an agar hafalan menjadi lebih kuat dan utuh, serta hafalan menjadi

lebih baik.

F. Metode Penelitian

Kedudukan metode penelitian sangat penting dalam suatu

penelitian ilmiah. Metode penelitian merupakan teknik atau sebuah cara

yang di gunakan demi keberhasilan penelitian sesuai hasil yang

diinginkan. Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Suatu penelitian dikatakan memenuhi syarat apabila penelitian

tersebut memperhatikan pendekatan penelitian dan konsisten dalam

memilih jenis penelitian dalam pelaksanaannya. Secara umum, metode

penelitian ada dua macam, yakni metode kuantitatif dan metode

kualitatif. Penelitian yang penulis lakukan ini merupakan metode

kualitatif dalam pelaksanaannya.

Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif, ucapan atau tulisan, dan perilaku yang dapat diamati

dari orang-orang (subyek) itu sendiri (Fuchan, 1992:21). Penelitian ini

(24)

9

menyusunnya secara deskriptif sesuai keadaan yang sebenarnya di

lapangan.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti di lapangan untuk penelitian kualitatif mutlak

diperlukan. Dalam peneltian ini peneliti berperan tidak hanya sebagai

instrument saja melaikan juga sebagai pengamat dan pengumpul data.

Disamping itu kehadiran peneliti di Pondok Pesantren Al-Muntaha

Cebongan Argomulyo Salatiga diketahui statusnya sebagai peneliti

oleh subyek atau informasi.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana suatu penelitian

dilaksanakan. Penelitian yang penulis lakukan ini mengambil lokasi di

Pondok Pesantren Al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga.

4. Sumber Data

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subyek

dari mana data diperoleh (Arikunto, 2013: 172). Pada tahap ini peneliti

berusaha mencari dan mengumpulkan berbagai sumber yang ada

hubungannya dengan masalah yang diteliti. Penelitian itu sendiri

merupakan suatu kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang

benar tentang suatu hal dengan menggunakan prosedur penelitian yang

(25)

10

Dalam penelitian ini terdapat data utama (primer) dan data

pendukung (sekunder)

a. Data Primer

Data primer menurut (Suryabrata,1995:84) merupakan data

yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya

atau sumber-sumber dasar yang terdiri dari buku-buku atau saksi

utama dari kejadian (fenomena) objek yang diteliti dan gejala yang

terjadi di lapangan.

Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan melakukan penggalian data dari pesantren Al-Muntaha

dengan mencari keterangan dari orang yang terlibat secara

langsung terutama para santri, pengasuh, pengurus, dan dewan

asatidz. Sebagai sumber untuk menggali informasi terkait fokus

penelitian, untuk mendapatkan informasi ini peneliti menggunakan

metode wawancara.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat atau diperoleh

secara tidak langsung, data sekunder mencakup data yang

diperoleh arsip-arsip, dokumen, catatan, dan laporan pondok

pesantren.

Hal ini dilakukan karena data yang digali harus valid

(26)

11

dan mengobservasi dilapangan yang menghasilkan data yang

lengkap dan dapat dipertanggung jawabkan.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Sebuah penelitian haruslah tersusun secara sistematis dan

memenuhi semua aspek yang menjadi syarat sebuah penelitian. Salah

satu aspek yang merupakan syarat sebuah penelitian adalah adanya

data yang terkumpul melalui beberapa teknik atau pengumpulan data.

Teknik pengumpulan data yang penulis terapkan dalam penelitian ini

adalah sebagi berikut:

a. Observasi

Sebagai metode ilmiah, observasi bisa diartikan

pengamatan dan pencatatan dengan sistematika

fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1989: 136). Metode observasi

adalah cara menghimpun bahan-bahan yang dilakukan dengan

mengadakan pengamatan fenomena yang dijadikan pengamatan

(Sudiyono, 1996: 76). Metode ini digunakan penulis untuk

mengetahui secara langsung kegiatan menghafal dan metode

wahdah yang telah diterapkan di Pondok Pesantren Al-Muntaha

Cebongan Argomulyo. Catatan data yang diperoleh adalah hasil

dari mengamati secara langsung kegiatan-kegiatan santri atau

kegiatan belajar mengajar santri serta ikut terjun langsung dalam

(27)

12

b. Metode Wawancara

Secara umum yang disebut wawancara adalah metode yang

dilakukan dengan pertanyaan secara lisan kepada orang lain

dengan maksud agar orang lain memberi jawaban. Dalam metode

wawancara terjadi komunikasi antara penulis dengan subyek

(Surakhmad, 1989: 174). Metode ini diterapkan kepada para

santri dan pengasuh pondok karena mereka memiliki peran

penting dalam aktivitas menghafal al-Qur‟an. Didalam

wawancara ini terjadi interaksi atau hubungan timbal balik antara

penulis dengan subyek, penulis memberikan pertanyaan dan

subyek menjawab. Sehingga terciptalah tanya jawab yang

menghasilkan data konkret.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya

(Arikunto, 2010:274). Peneliti mencari data mengenai hal-hal

yang berkaitan dengan objek penelitian berupa catatan, arsip-arsip

dan dokumen yang berkaitan dengan kegiatan yang menunjang

(28)

13 6. Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara

sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan

menyajikannya sebagai temuan bagi yang lain, sedangkan untuk

meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan

berupaya mencari makna (meaning) (Muhadjir, 1998: 124).

Miles dan Huberman menggambarkan bahwa analisis data

kualitatif model air akan melalui tiga alur, meliputi; reduksi data,

display data, dan penarikan kesimpulan. Sebagaimana yang

dikemukakan Miles dan Huberman berkaitan dengan gambaran

mengenai kualitatif model alir, penelitian yang penulis lakukan ini juga

menerapkan analisis data kualitatif model alir. Reduksi data adalah

proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan

transformasi data yang muncul dari data-data tertulis dilapangan.

Penyajian data dilakukan dalam rangka pemahaman terhadap

informasi yang terkumpul yang member kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan bertahap,

melalui esimpulan-kesimpulan sementara untuk menuju kesimpulan

akhir yang memiliki kepercayaan tinggi setelah data mencukupi untuk

penarikan kesimpulan (Sutopo, 2008: 75). Sebagaimana yang

dinyatakan Sutopo, penarikan kesimpulan dalam penelitian ini

(29)

14 G. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini penulis membagi kedalam beberapa

bab dan setiap bab ada masing-masing sub bab yang berisis sebagai

berikut:

BAB I: merupakan pendahuluan yang membahas tentang latar belakang

masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II: Kajian Pustaka. Pada bab ini akan diuraikan berbagai teori yang

menjadi landasan teoritik penelitian, meliputi: metode pembelajaran

al-Qur‟an pada masa Rosulullah saw, tahfizh al-Qur‟an, berbagai metode

dalam menghafal al-Qur‟an dan metode wahdah.

BAB III: paparan data dan temuan peneliti. Berisi tentang gambaran

umum pondok pesantren Al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga

meliputi: profil pondok pesantren, tujuan, letak geografis, struktur

kepengurusan, kegiatan santri, bimbingan dan penyuluhan. penerapan

metode wahdah dan efektivitas metode wahdah dalam hafalan santri di

pondok pesantren Al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga.

BAB IV: Pembahasan. Bab ini berisikan tentang analisis penerapan

metode wahdah dalam meningkatkan hafalan santri dan efektivitas metode

wahdah dalam hafalan santri pondok pesantren Al-Muntaha Cebongan

Argomulyo Salatiga.

(30)

15 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Metode Pembelajaran Al-Qur’an Pada Masa Rasulullah Saw

Al-Qur‟an sebagai mu‟jizat Nabi Muhammad untuk membuktikan

bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi atau Rasul Allah dan bahwa

al-Qur‟an adalah firman Allah, bukan ucapan/ciptaan Nabi Muhammad

sendiri. Mu‟jizat terbesar yang diterima Nabi Muhammad adalah kitab

suci al-Qur‟an (Zuhdi, 1993:22). Mu‟jizat hanya diberikan Allah kepada

para nabi dan Rasul-Nya. Orang-orang biasa tidak akan mungkin dan tidak

akan sanggup mendatangkan apa yang telah didatangkan oleh orang yang

nyata-nyata telah memproklamirkan, bahwa dirinya itu adalah seorang

nabi dan pesuru Allah. Didalam al-Qur‟an terdapat banyak sekali mu‟jizat

ma‟nawi daripada mu‟jizat aqli (Chalil,1952:56).

Untuk memahami al-Qur‟an, kita harus mengkaji terlebih dahulu

tentang sirah Rasulullah saw, mengenai akhlak dan karakter beliau, serta

memahami sabda dan perbuatan beliau. Karena Rasul telah menjelaskan

al-Qur‟an dengan sabda beliau serta mengaplikasikannya dengan

perbuatan dan budi pekerti (As-Sirjani, 2013:23). Rasulullah adalah suri

tauladan yang merupakan perwujudan sosok manusia sempurna dan di

cintai Allah swt. Allah juga berkehendak agar setiap mukmin menjalankan

(31)

16

”sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari

kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab:21)

Karena itu, segala daya upaya yang dilakukan untuk mentadaburi

al-Qur‟an tanpa melakukan pengkajian terhadap sirah Rasul akan menjadi daya

upaya yang masih mengandung kekurangan. Sebab, Rasul adalah teladan

nyata yang merealisasikan kitab Allah. Kita harus mengambil penjelasan

Rasul dalam memahami al-Qur‟an. Melalui sunnah qauliyah dan amaliyah

yang digunakan Rasul dalam menjelaskannya. Sebab Allah telah menjadikan

Rasul sebagai penjelas dari al-Qur‟an.

Sebagaimana telah diketahui dalam kitab sejarah, dan telah diakui oleh

para ulama ahli tarikh, baik kawan maupun lawan, pribadi nabi Muhammad

adalah seorang Ummi, seorang yang tak pandai membaca maupun menulis

(Chalil,1952:56). Beliau tidak pernah membaca kitab-kitab kuna, tulisan

dalam buku kina, dan tidak pernah pula menulis atau mencatat kitab-kitab

kuna dengan tangan kanannya. Karena jika beliau dapat menulis, membaca

dengan tangan kanannya, niscaya orang yang membantahal-Qur‟an akan

semakin ragu padanya.

Pembelajaran al-Qur‟an yang disampaikan kepada nabi Muhammad

adalah dengan mendengarkan malaikat Jibril menyampaikan ayat-ayat

(32)

17

Karena hakikatnya nabi Muhammad dapat membaca dan menerangkan

lisannya itu adalah dari kekuasaan Allah. Potensi nabi hanya di tuangkan

untuk menghafal dan menghayatinya, agar nabi dapat menguasai al-Qur‟an

yang di turunkan. Setelah beliau hafal, beliau membacakan atau

memperdengarkan hafalannya kepada orang-orang dengan tenang agar

mereka dapat menghafal dan memantapkannya.

Pada saat itu sengaja dibentuk dengan hafalan yang tertanam di dalam

dada para sahabat dan penulis teks, dan tidak dibukukan didalam satu mushaf

dikarenakan Nabi menunggu wahyu yang akan turun berikutnya. Sebagian

ayat-ayat al-Qur‟an ada yang dimansukh oleh ayat yang lain. Jika pada masa

Nabi segera dibukukan maka kemungkinan adanya perubahan ketika ada ayat

yang turun lagi atau ada ayat yang dimansukh dengan ayat yang lain.

Membaca al-Qur‟an harus dengan lidah bahasa dan lagu bangsa Arab,

maka sudah tentu menulis al-Qur‟an dengan huruf Arab. Karena jika

al-Qur‟an ditulis dengan huruf selain Arab, misalnya dengan huruf latin, tentu

akan ada beberapa perubahan bacaannya yang tidak sesuai lagi dengan

asalnya. Demikianlah, tidak dapat disangkal lagi, bahwa al-Qur‟an itu harus

ditulis dengan huruf Arab (Chalil, 1952:36-37).

Sedangkan menurut Al-„Azami (2005:63-69) membagi pengajaran

al-Qur‟an pada masa Rasul menjadi 2 yaitu periode Mekkah dan periode

(33)

18

1. Periode Mekkah

Pada zaman ini, Nabi Muhammad mengajarkan al-Qur‟an kepada

para sahabat, lalu sahabat sebagai guru al-Qur‟an. Arus pendidikan di

Mekah berjalan tanpa dapat dihalangi kendati berhadapan dengan

berbagai hambatan dan siksaan yang dikenakan secara paksa dari

masyarakat; sikap tegas merupakan bukti yang meyakinkan adak

keterikatan dan rujukan mereka terhadap kitab Allah. Para sahabat selalu

menanamkan ayat-ayatnya pada kabilah mereka melewati batas lembah

kota Mekah yang dapat memperkuat tumbuhnya keislaman sebelum

hijrah ke Madinah.

2. Periode Madinah

Di zaman ini, nabi sebagai maha guru al-Qur‟an, lalu para sahabat sebagai

pengajar al-Qur‟an. Hasil pendidikan diperiode madinah ini adalah para

Huffazh. Kesempatan memperlajari kitab suci yang berjalan bersama

gelombang manusia yang terlibat dalam penyebarannya, ternyata

membuahkan banyak para sahabt yang secara cermat menghafal

al-Qur‟an. Akan tetapi banyak dari mereka yang terbunuh di Yamama dan di

Bir Ma‟una,

B. Tahfizh Al-Qur’an

1. Pengertian Tahfizh Al-Qur’an

Tahfizh al-Qur‟an terdiri dari dua kata, yaitu Tahfizh dan

al-Qur‟an, yang mana keduanya memiliki arti yang berbeda. Pertama,

(34)

19

hafal yang dari bahasa arab

اظفح

-

ظفحي

-

ظفح

, yaitu lawan dari lupa,

yang berarti selalu ingat atau sedikit lupa (Yunus, 2010:105).

Sedangkan menurut Nawabudin “menghafal adalah mengungkapkan

satu demi satu dengan tepat” (Nawabudin, 1991:24).

Al-Qur‟an secara bahasa berarti “bacaan”. Secara istilah, al-Quran

adalah kalam Allah yang tiada tandingannya (mu‟jizat), diturunkan

kepada nabi Muhammad, penutup para nabi dan rasul dengan perantara

malaikat jibril, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan

surat An-Nas, dan di tulis dengan mushaf-mushaf yang disampaikan

kepada kita secara mutawatir, serta mempelajarinya suatu ibadah

(Ash-Shabuuny, 1991:15). Semua definisi al-Qur‟an yang diberikan para

ahli, selalu diawali dengan penyebutan al-Qur‟an sebagai kalam Allah

(Amin Suma, 2014:23).

Dengan demikian, yang dimaksud dengan tahfizhul Qur‟an adalah menghafal al-Qur‟an sesuai dengan urutan yang terdapat didalam

mushaf al-Qur‟an dimulai dari surat Al-Fatihah dan di akhiri surat

An-Nas dengan maksud beribadah kepada Allah.

2. Syarat- Syarat Tahfizh Al-Qur’an

Menurut Sugianto (2004:52-55) sebelum memulai untuk

menghafal al-Qur‟an seorang penghafal hendaknya memenuhi syarat

yang berhubungan dengan naluri insaniyahnya. Adapun syaratnya

tersebut diantaranya adalah (1) persiapan pribadi, (2) bacaan al-Qur‟an

(35)

20

bagi wanita yang sudah menikah, (4) memiliki sifat mahmudah, (5)

kontinuitas dalam menghafal al-Qur‟an, (6) sanggup memelihara

hafalan dan yang ke (7) adalah memiliki mushaf sendiri.

Sedangkan menurut Ahsin (1994:48-54), diantara beberapa hal

yang harus terpenuhi sebelum seseorang memasuki periode menghafal

al-Qur‟an, ialah (1) mampu mengosongkan benaknya dari segala yang

akan mengganggunya, (2) niat yang ikhlas, (3) memiliki keteguhan

dan kesabaran, (4) istiqomah, (5) menjauhkan diri dari maksiat dan

sifat-sifat tercela, (6) izin dari orang tua, wali dan suami, (7) mampu

membaca dengan baik.

Dari beberapa pendapat di atas dapat terlihat bahwa syarat-syarat

menghafal al-Qur‟an sebagai berikut:

a. Niat yang ikhlas

Ketika kita ingin memutuskan sesuatu maka seharusnya

kita memperbaiki niat awal kita terlebih dahulu, supaya tujuan kita

dalam menghafal al-Qur‟an beanr-benar hanya mencari Ridho

Allah. Niat yang kuat dan sungguh-sungguh akan mengantarkan

seseorang ke tempat tujuan, akan membentengi atau menjadi

perisai terhadap kendala-kendala yang mungkin akan datang

merintanginya. Allah berfirman:

(36)

21 Maka siapa yang berhijrah semata-mata karena taat kepada Allah dan rasulullah. Dan siapa yang berhijrah karena keuntungan dunia yang dikejarnya, atau karena perempuan yang akan dikawininya, maka hijrahnya terhenti pada apa yang ia niatkan”.

(HR.Bukhari-Muslim, Al-Kitabu bud u wahyu, bab bud u al-wahyu:1)

b. Izin dari orang tua

Walaupun hal ini tidak merupakan suatu keharusan atau

kejelasan, tetapi hal ini akan menciptakan kenyamanan dan

pengertian antara kedua belah pihak, yakni antara orang tua

dengan anak, suami dengan istri. Seseorang yang telah

memutuskan untuk menghafal adalah seseorang yang telah

merelakan waktu untuk senantiasa berlama-lama dengan

al-Qur‟an.

c. Istiqomah

Yang dimaksud istiqomah yaitu konsisten yakni, tetap

menjaga keajekan dalam proses menghafal al-Qur‟an. Seorang

penghafal harus menjaga kontinuitas dan efisien terhadap waktu.

Seorang penghafal yang konsisten akan sangat menghargai waktu,

dimana dan kapan saja ada waktu luang, ia akan selalu kembali

(37)

22

d. Menjauhkan diri dari maksiat dan sifat tercela

Perbuatan maksiat dan perbuatan tercela merupakan suatu

perbuatan yang harus dijauhi bukan saja oleh orang yang

menghafal al-Qur‟an, tetapi jiga semua kaum muslim pada

umumnya. Keduanya mempunyai pengaruh besar terhadap

perkembangan jiwa dan mengusik ketenangan hati orang yang

sedang menghafal al-Qur‟an, sehingga akan merusak konsentrasi

yang terlah terbina dan terlatih. Dalam kitab Ta‟limul- Muta‟alim

oleh Syeikh Al-Alamah Az-Zamubi dikatakan:

ميهنا ةلاصوءاذغنا ميهقحو تبظاىًناودجنا ظفحنا بابسا

بىَذناةزثكو ًصاعًناف ٌايسُنا درىياياياو .ٌازقناةأزقو

قئلاعناو لاغشناةزثكوايَدنارىيا ًف ٌزحلْاو وىًهناو

“yang menjadi sebab-sebab hafal antara lain ialah bersungguh-sungguh, keajekan/kontinuitas, sedikit makan, memperbanyak shalat malam dan memperbanyak membaca al-Qur‟an. Adapun yang menyebabkan menjadi pelupa adalah: perbuatan maksiat, banyaknya dosa, bersedih karena urusan-urusan keduniaan, banyaknya kesibukan yang kurang berguna dan banyaknya

hubungan yang tidak mendukung”.(As‟ad, 1978:78)

Diantara penyakit tercela adalah antara lain: iri hati, bakhil,

pemarah, dusta, ingkar, mengumpat, membicarakan aib seseorang,

cinta dunia,sombong dan masih banyak lagi. Jika seprang

penghafal dihinggapi penyakit tersebut maka usaha dalam

menghafal al-Qur‟an akan menjadi lemah. Maka dari itu penyakit

hati seperti penyakit diatas wajib disingkirkan dari seorang

(38)

23

penghafalan al-Qur‟an, dengan demikian akan menciptakan

keselarasan antara penghafal dan kesucian al-Qur‟an.

e. Keteguhan dan kesabaran

Keteguhan dan kesabaran merupakan faktor yang sangat

penting bagi orang yang sedang dalam proses menghafal

al-Qur‟an. Karena dalam proses menghafal akan banyak sekali

diemui berbagai macam kendala. Oleh karena itu, untuk senantiasa

dapat melestarikan hafalan perlu keteguhan dan kesabaran, karena

kunci utama keberhasilan menghafal al-Qur‟an adalah ketekunan

menghafal dan mengulang-ulang ayat-ayat yang telah

dihafalkannya.

f. Mampu membaca dengan baik

Sebelum seseorang penghafal melangkah keperiode

menghafal, seharusnya ia terlebih dahulu meluruskan bacaan dan

memperlancar bacaannya. Ini dimaksudkan agar calon penghafal

benar-benar lurus dan lancar membacanya, serta ringan lisannya

untuk mengucapkan fonetik arab. Dalam hal ini hendaknya

seorang penghafal terlebih dahulu: meluruskan bacaannya sesuai

dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid, memperlancar bacaannya,

membiasakan lisan dengan fonetik arab, dan memahami bahasa

dan tata nahasa arab. Dikarenakan masalah tersebut mempunyai

fungsional penting dalam menunjang tercapainya tujuan

(39)

24 3. Keutamaan Tahfizh Al-Qur’an

Menghafal al-Qur‟an merupakan suatu perbuatan yang sangat

terpuji dan mulia. Banyak sekali hadits-hadits Rosululah saw, yang

mengungkapkan keagungan orang yang belajar membaca, atau

menghafal al-Qur‟an. Orang-orang yang mempelajari, membaca atau

menghafal al-Qur‟an merupakan orang-orang pilihan yang memang

dipilih oleh Allah untuk menerima warisan kitab suci al-Qur‟an

(Ahsin, 1994: 26). Allah berfirrman:

Kemudian Kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.

yang demikian itu adalah karunia yang amat besar”. (QS. Faathir: 32).

Dari ayat di atas kita dapat mengetahui bahwa al-Qur‟an adalah

wahyu Allah swt yang diturunkan kepada Nabi saw. Kita tahu bahwa

didunia ini tidak ada yang abadi, kecuali Allah. Semua umat manusia

tidak ada yang abadi, untuk itulah untuk menjaga al-Qur‟an maka al

-Qur‟an ini diwariskan kepada orang-orang terpilih. Orang-orang yang

terpilih itu adalah umat Nabi Muhammad saw. Dalam ayat ini juga

(40)

25

mengamalkan al-Qur‟an yaitu ada yang menganiaya diri sendiri, ada yang

pertengahan dan ada juga yang terlebih dahulu berbuat kebaikan.

Menurut Sugianto (2004:37) ada beberapa keutamaan dalam

menghafalkan kitab suci al-Qur‟an. Berikut ini adalah beberapa

keutamaan-keutamaan menghafal al-Qur‟an:

a. Allah memberikan kedudukan yang tinggi dan terhormat diantara manusia lain.

Namun hal ini jangan sekali-kali dijadikan tujuan utama dalam

menghafal al-Qur‟an dan tujuan utama kita adalah mengharapkan

Ridho Allah semata-mata. Dari Umar bin Kaththab ra., bahwa Nabi

Muhammad saw. Telah bersabda:

ٍيزخلْا هب عضيواياىقأ باخكنا ذهب عفزي الله ٌإ

“sesungguhnya Allah mengangkat derajat kamu dengan kitab ini dan menjatuhkan yang lain” (HR.Muslim, Shahih Muslim, hadits no. 1353)

b. Yang paling berhak memimpin. Rasulullah saw. Bersabda:

الله باخكن ىهؤزقأ وىقنا وؤي

“yang lebih berhak memimpin suatu kaum adalah yang paling bagus bacaan al-Qur‟annya”.(HR.Muslim Shahih Muslim, hadits no. 1078)

Orang yang hafal al-Qur‟an adalah orang yang mempunyai hak

untuk memimpin, termasuk memimpin diwaktu shalat atau sebagai

(41)

26

c. Penghafal al-Qur’an adalah orang yang akan beruntung dalam perdagangannya dan tidak akan ada rugi.

Seperti dalam QS. Fathir:29 yang artinya:

“sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rizqi yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang

tidak akan merugi”

Al-Imam Muthrif mengatakan dalam buku karya Abdur Rauf

(2015:60) yang berjudul Kiat Sukses Menjadi Hafidz Al-Qur‟an

Da‟iyah bahwa “Ayat ini merupakan kabar gembira bagi orang yang banyak berinteraksi dengan al-Qur‟an.”

d. Kebahagiaan di dunia dan akhirat

Banyak sekali faedah dalam menghafal al-Qur‟an selain yang

dipaparkan diatas, ada faedah yang telah banyak di ungkapkan oleh

nabi dalam hadits-hadits nya, kebahagiaan di dunia dan akhirat juga

termasuk didalam keutamaan dalam menghafal al-Qur‟an, seperti

sabda Rasulullah yang di riwayatkan oleh Tirmidzi, Ad-Darami, dan

Al-Baihaqi yang artinya:

“Dari Abu Sa‟id al-Khudri, dari Nabi saw. Beliau bersabda: Allah swt, berfirman: barangsiapa membaca al-Qur‟an dan zikir kepada-Ku sehingga ia tidak sempat memohon apa-apa kepada-Ku, maka ia akan Kuberi anugerah yang paling baik, yang diberikan kepada orang-orang yang memohon

(42)

27 4. Adab Tahfizh Al-Qur’an

Segala sifat dan karkternya hendaknya selalu baik, dan menjaga

diri jangan sampai ada larangan al-Qur‟an yang dilakukannya. Hal itu

dilakukan demi mengagungkan dan menghormati al-Qur‟an al-Karim.

Diharapkan tidak melakukan usaha yang bertentangan dengan seruan

al-Qur‟an. Kemudian, selain itu, harus menjaga kemuliaan diri dan

pribadinya. Berhadapan dengan orang-orang sombong (yang todak

tunduk kepada al-Qur‟an) tidak boleh tunduk dan berlembah lembut,

dan jangan sampai terlihat hina dihadapan orang-orang yang justru

menentang al-Qur‟an. Sebaiknya, perlu bertawadu‟ terhadap orang

-orang saleh, -orang baik dan dermawan, serta terhadap -orang miskin

dan fakir. Diharapkan sekali selalu tampil serius dan khusyu‟, penuh

karisma dan kalem (Nawawi, 1996: 65).

Sedangkan menurut Ahsin (1994:93-96) etika orang yang hafal

al-Qur‟an ialah: (1) harus bertingkah laku terpuji dan mulia, yakni

berakhlak al-Qur‟an, (2) melepaskan jiwanya dari segala yang

merendahkan dirinya terhadap orang-orang ahli keduniaan, (3)

khusyu‟, sakinah dan waqar, (4) memperbanyak shalat malam, (5)

memperbanyak membaca al-Qur‟an pada malam hari, sebagaimana

banyak dilakukan oleh para sahabat Rasulullah.

Dari beberapa adab yang telah dikemukakan di atas, dapat

disimpulkan bahwa adab-adab penghafal al-Qur‟an intinya adalah

(43)

28

5. Kaidah Penting Dalam Tahfizh Al-Qur’an

Ada beberapa kaidah umum yang diharapkan bisa membantu

mereka yang ingin menghafal al-Qur‟an, agar mereka mendapatkan

kedudukan yang tinggi atau sebagian darinya jika tidak bisa dicapai

seluruhnya. Tekad itu hanya datang kepada seorang yang memiliki

keteguhan (Badwilan, 2009:105). Beberapa kaidah yang harus

diperhatikan yakni:

a. Konsisten dengan satu rasm mushaf hafalan

Termasuk yang bisa menjadikan hafal secara sempurna

adalah jika seorang penghafal menjadikan satu mushaf khusus

tidak ganti-ganti secara mutlak. Karena manusia dapat mengingat

tidak lain dengan melihat, dengan melihat gambaran ayat juga

posisi-posisi ayat dalam mushaf bisa melekat dalam pikiran.

b. Menguasai ilmu tajwid

Mempelajari ilmu tajwid merupakan hal yang sangat penting

bagi orang yang ingin mahir membaca al-Qur‟an. Menguasai ilmu

tajwid akan membantu dan mempermudah dalam menghafal

al-Qur‟an. Karena, keunikan-keunikan dalam teknik membaca

al-Qur‟an bisa mengekalkannya di dalam hati (As-Sirjani, 2013:78).

c. Memilih dan memanage waktu dengan baik

Ada beberapa waktu yang dianggap baik untuk menghafalkan

al-Qur‟an, antara lain: waktu sebelum datang fajar, setelah shalat

(44)

29

2009:196). Bukan berarti waktu selain itu tidak baik untuk

menghafal, yang terpenting dari menghafal al-Qur‟an adalah

kemampuan seseorang dalam membagi waktu untuk

menghafalkan al-Qur‟an.

d. Menentukan target hafalan

Untuk menentukan program dalam menyelesaikan hafalan,

dapat ditentukan dengan mengukur kemampuan yang ada pada diri

sang penghafal. Perhatikan perkiraan berikut ini (Sugianto,

2004:84-87) :

1. Apabila seorang penghafal menghafal 2 halaman secara rutin

maka waktu yang dihabiskan untuk menyelesaikan 30 juz

adalah 1 tahun.

2. Apabila seorang penghafal menghafal 1 halaman secara rutin

maka waktu yang dihabiskan untuk menyelesaikan 30 juz

adalah 2 tahun.

e. Mengulangi secara rutin

Pengulangan hafalan bertujuan untuk menjaga hafalan.

Seorang penghafal harus mempunyai wirid rutin, minimal sehari 1

juz. Dengan adanya pengulangan hafalan akan tetap terus dan

(45)

30

C. Berbagai Metode Menghafal Al-Qur’an

Metode adalah cara yang tersusun dan teratur untuk mencapai

tujuan (Haryanto, 2003:267). Tujuan yang akan dicapai disini adalah

tujuan menghafal al-Qur‟an, jadi metode menghafal al-Qur‟an adalah

suatu cara yang tersusun untuk mencapai tujuan atau target dalam hafalan

al-Qur‟an.

Menghafal al-Qur‟an merupakan harta simpanan yang sangat

berharga yang diperebutkan oleh orang yang bersungguh-sungguh. Hal ini

karena al-Qur‟an adalah kalam Allah yang bisa menjadi syafa‟at bagi

pembacanya kelak dihari kiamat. Menghafal al-Qur‟an keutamaan

-keutamaannya memiliki berbagai cara yang beragam (Muhsin, 2007:205).

Menurut Munjahid (2000:77-80), ada metode yang dapat

digunakan bagi para penghafal, yakni metode menghafal dengan

pengulangan penuh, metode menghafal dengan tulisan, metode menghafal

dengan memahami makna, metode menghafal dengan bimbingan guru.

Metode yang dipaparkan Munjahid tidak jauh berbeda dengan metode

yang dipaparkan oleh Ahsin.

Menurut Ahsin (1994:63), ada beberapa metode yang sering

dilakukan para penghafal diantarannya adalah sebagai berikut:

a. Metode Wahdah

Yang dimaksud metode ini, yaitu menghafal satu persatu

terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan

(46)

31

kali atau lebih sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam

bayangannya.

b. Metode Kitabah

Kitabah artinya menulis. Metode ini memberikan alternatif lain

daripada metode yang pertama. Pada metode ini penulis menulis

ayat-ayat yang hendak dihafalkannya terlebih dahulu pada secarik kertas

yang telah disediakan untuk dihafal. Kemudian ayat tersebut dibaca

sampai lancar dan benar kemudian dihafalkannya.

c. Metode Sima’i

Sima‟i artinya mendengar. Yang dimaksud metode ini adalah

mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini akan

Sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat extra,

terutama bagi penghafal yang tuna netra atau anak-anak yang masíh

dibawah umur yang belum mengenal baca tulis al-Qur‟an. Cara ini

bisa mendengar dari guru atau mendengar melalui kaset.

d. Metode Gabungan

Metode ini merupakan gabungan antara metode wahdah dan

kitabah. Hanya saja kitabah disini lebih mempunyai fungsional

sebagai uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya. Prakteknya

yaitu setelah menghafal kemudian ayat yang telah dihafal ditulis,

(47)

32

e. Metode Jama’

Metode jama‟ adalah cara menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal secara kolektif, atau

bersama-sama, dipimpin seorang instruktur.cara ini termasuk metode yang baik

untuk di kembangkan, karena akan dapat menghilangkan kejenuhan,

disamping membantu menghidupkan daya ingat terhadap ayat-ayat.

D. Metode Wahdah

Menghafalkan al-Qur‟an dengan metode wahdah adalah

merupakan menghafalkan al-Qur‟an dengan cara menghafal satu persatu

terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal,

setiap ayat dapat dibaca sebanyak sepuluh kali atau dua puluh kali atau

lebih, sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam bayangannya.

Setelah benar-benar hafal baru dilanjutkan pada ayat-ayat

berikutnya dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga mencapai

satu muka dengan gerak reflek pada lisannya. Setelah itu dilanjutkan

membaca dan mengulang-ulang lembar tersebut hingga benar-benar lisan

mampu memproduksi ayat-ayat dalam satu muka tersebut secara alami,

atau reflek dan akhirnya akan membentuk hafalan yang representatif

(48)

33

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al-Muntaha 1. Profil Pondok Pesantren Al-Muntaha

Sebuah pondok pesantren putri yang memiliki takhassus pada

bidang hafalan al-Qur‟an, dengan corak pesantren semi tradisional

-modern. Mengkombinasikan sistem pondok salaf dan modern dengan

menonjolkan ilmu ke-Qur‟an-an sebagai identitas pesantren.

Kurikulum dibentuk sedemikian rupa agar santriwati mampu membaca

al-Qur‟an dengan baik dan benar, mengetahui isinya dan mengamalkan

kandungannya. Sehingga akan dihasilkan muslimah yang berkompeten

menjadi pendidik baca tulis al-Qur‟an, berkepribadian solihah

berakhlak mulia, berwawasan luas, mandiri serta kreatif.

Semua santri dikonsentrasikan untuk menghafal, namun bagi

yang belum sanggup membaca al-Quran dengan baik dan benar

diperkenankan juga mengaji al-Quran bin-nadhar. Pesantren ini tidak

memberi batasan waktu dan usia bagi para santri, terbuka bagi

mahasiswi, pelajar tingkat SD hingga SMU, maupun santri yang hanya

ingin berkonsentrasi belajar di pondok saja.

Pondok Pesantren ini berdiri pada tahun 1992 dengan jumlah

santri empat orang dari Jakarta. Saat itu belum berdiri bangunan

khusus santri, melainkan empat orang santri tersebut tinggal bersama

(49)

34

Azhari bersama istrinya nyai Hj. Siti Zulaecho, AH, sejak awal

berdirinya pondok ini hanya khusus pada program Tahfizh.

Tahun 1996 mengajukan pengakuan ke aktanotaris sebagai

lembaga pendidikan atau yayasan Al-Azhar, namun pada tahun 2012

yayasan Al-Azhar berganti menjadi Al-Muntaha dengan alasan

legalitas dan tanah wakaf. Pondok ini berdiri diatas 3300m dan diatas

tanah wakaf.

Pesantren ini diasuh oleh Hj. Siti Zulaecho, AH. Beliau adalah

alumnus Ponpes BUQ Betengan Demak dan Masjid Agung Kauman

Semarang. Sejak belia sudah mengikuti event-event MTQ dalam

cabang Tahfizh baik di tingkat Propinsi Jawa Tengah hingga tingkat

Nasional, dan beberapa kali menjadi juara. Hampir satu dekade ini

diberi mandat untuk menjadi juri pada MTQ baik di tingkat Kota

maupun tingkat Propinsi.

(Dokumen di PP Al-Muntaha dan Website PP Al-Muntaha)

2. Tujuan

Adapun tujuan yang dipaparkan oleh Hj. Siti Zulaecho, AH

selaku pengasuh Pondok Pesantren Muntaha tujuan PP

Al-Muntaha sebagai salah satu lembaga pendidikan keagamaan ingin

berperan aktif dalam usaha-usaha memajukan bangsa. Hal ini

dilakukan dengan memberikan pendidikan ilmu-ilmu al-Qur‟an,

terutama bagaimana cara membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar,

(50)

35

dalam pengucapannya, hingga menghafalkan al-Qur‟an suatu tingkat

tertinggi dalam bidang qira‟ah al-Qur‟an serta mengamalkannya. Selain itu, pondok juga memberikan pendidikan ilmu-ilmu keislaman,

mulai dari Nahwu, Sharaf, Fiqih, dan akhlak berikut pengamalannya.

Pendidikan ini diberikan kepada para santri, baik yang tinggal di dalam

pondok maupun putri-putri dari lingkungan sekitar yang ikut belajar di

PP Al- Muntaha.

Pondok Pesantren Al-Muntaha memiliki visi dan misi dalam

pendidikan yaitu sebagai berikut:

a. Visi

Mencetak muslimah penghafal al-Qur‟an yang berakhlak karimah

b. Misi

1) Menyelenggarakan ta‟lim al-Qur‟an yang komprehensif

2) Membimbing santri menjadi muslimah yang berkarakter

(Hasil wawancara dengan pengasuh PP Al-Muntaha, 15/11/2015)

3. Letak Geografis

Pondok Pesantren Al-Muntaha terletak di Argomulyo, sebuah

kecamatan di Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.

Argomulyo dikenal masyarakat luas sebagai wilayah yang sejuk di

kaki Gunung Merbabu dengan suhu cuaca berkisar 15-26 °C. dengan

jumlah penduduk Argomulyo mencapai 16.000 jiwa. Menurut

keterangan yang diambil dari Surat Lembaga Pemberdayaan

(51)

36

a. Sebelah Utara : Kecamatan Sidomukti

b. Sebelah Timur : Kecamatan Tingkir dan Tengaran

c. Sebelah Selatan : Kecamatan Tengaran

d. Sebelah Barat : Kecamatan Getasan

(Hasil wawancara Pak RT Cebongan, 2015)

Lokasi pesantren terletak di tepi jalan utama Solo-Semarang,

sangat strategis dan mudah transportasi. Ini adalah alamat Pondok

Pesantren Al-Muntaha, Jl. Soekarno-Hatta no. 39, Kel. Cebongan,

Kec. Argomulyo, Kota Salatiga. Fasilitas pendukung yang ada didalam

kawasan pondok adalah Masjid, Taman Kanak-Kanak ,Fotocopy

Center, Laundry, dan Toko Kelontong. (Hasil Observasi tahun 2015).

4. Struktur Kepengurusan

Adapun struktur kepengurusan pondok pesantren Al-Muntaha

(52)

37

Tabel 3.1

Struktur Pengurus Pondok Pesantren Al-Muntaha Tahun 2015/2016

( Dokumen PP Al-Muntaha 2016)

5. Kegiatan Santri di Pondok Pesantren Al-Muntaha

Setelah calon santri mendaftarkan diri untuk menjadi santri di

Pondok Pesantren Al-Muntaha dan telah mendapat izin dari pengasuh,

(53)

38

Al-Muntaha. Seluruh santri pondok diwajibkan tinggal di dalam

pondok pesantren dan mengikuti seluruh kegiatan pondok.

Dengan diwajibkannya santri tinggal di pondok, maka akan lebih

mudah bagi pelaksana pondok untuk mencetak santri yang bertitel

Hafizh Qur‟an dengan ilmu tajwid yang baik dan memahami pokok

-pokok dari al- Qur‟an dalam kehidupan sehari-hari. Setiap santri wajib

mengikuti semua jadwal kegiatan yang telah terjadwal dibawah ini:

1) Kegiatan harian

Secara garis besar kegiatan harian santri terdiri dari beberapa

kegiatan yaitu:

a. Sorogan al-Qur‟an 3x sehari,

b. Takrir dan tahsin al-Qur‟an,

c. Sorogan fasholatan, al arzanji, al-Diba‟i, al-Burdah, Manaqib,

Dalailul khairat

d. Bandongan tafsir Al-Jalalain

Sedangkan untuk kegiatan rincinya setiap hari adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.2

Jadwal Kegiatan Santri

No. Waktu Kegiatan

1. 04.00-04.30 Bangun tidur dan persiapan sholat

berjamaah subuh

2. 04.30-04.45 Sholat subuh berjamaah

3. 04.45-06.00 Membuat hafalan baru untuk

(54)

bin-39

nadhar

4. 06.00-07.30 KBM bin-nadhar dan bil-ghoib

5. 07.30-12.00 Makan, mandi dan kegiatan sekolah

masing-masing

6. 12.00-14.00 Sholat dzuhur berjamaah dan muroja‟ah bagi santri yang berada didalam pondok

7. 14.00-15.00 KBM bin-nadhar dan bil-ghoib bagi

santri yang berada di dalam pondok

8. 15.00-15.30 Sholat asar berjamaah

9. 15.30-16.00 Istirahat, mandi dan makan

10. 16.00-17.30 Muroja‟ah

11. 17.30-18.00 Persiapan sholat maghrib berjamaah

12. 18.00-19.00 KBM bin-nadhar

13. 19.00-19.15 Sholat isya‟ berjamaah

14. 19.15-21.00 KBM bil-ghoib dan sekolah diniyah

bagi bin-nadhar

15. 21.00-04.00 Tidur malam atau membuat hafalan

baru

( Hasil observasi, 30/03/2016, di Pondok Al-Muntaha)

2) Kegiatan Mingguan

Para santri diwajibkan mengikuti kegiatan yang sudah di

jadwalkan oleh pengasuh yaitu sebagai berikut:

a. Ro‟an sugro

kegiatan santri setiap minggu pagi adalah membersihkan

(55)

masing-40

masing. Setiap santri dibentuk kelompok-kelompok yang

telah dibagi oleh seksi kebersihan

b. Sima‟an mingguan 30 juz

Sima‟an ini dilakukan oleh para santri bil-ghoib dengan

berpasangan. Setiap santri harus punya satu pasangan yang

hampir sama pendapatan hafalannya, karena sima‟an ini

dilakukan bergantian setiap satu muka hingga sampai juz yang

mereka dapatkan. Tujuannya agar mereka dapat melanjutkan

setiap ayat-ayat secara spontan, melatih agar santri lebih

berkonsentrasi serta para santri dapat membenarkan hafalan

jika pasangannya lupa atau kurang tepat tajwidnya

c. Tilawatil Qur‟an

Setiap hari minggu siang, semua santri di bimbing untuk

kegiatan tilawah Qur‟an. Tujuannya agar para santri dapat

melantunkan ayat-ayat al-Qur‟an dengan indah. Dan supaya

santri mempunyai keahlian dalam seni membaca al-Qur‟an.

d. Berzanji atau sholawatan dan rebana

Seriap dua minggu sekali ada acara sholawat al-berzanzi ini

dilaksanakan pada malam jum‟at.

e. Khitobah

Khitobah juga dilaksanakan setiap dua minggu sekali,

berselang-seling dengan sholawat al-berzanji. Disini telah

(56)

41

sebagai Nyai, MC, pembaca tilawah, pembaca sholawat dan

pembaca do‟a.

f. Yasin dan Tahlil dan mujahadah

Kegiatan ini dipimpin oleh santri secara bergilir yang sudah

ditetapkan oleh seksi pendidikan. Tahlil ini dilaksanakan

setelah sholat maghrib berjama‟ah dengan pengasuh.

g. Bandongan kitab Fathul Qorib, Nashoihul „Ibad dan Siroh al-Barzanji

h. Muroja‟ah Tahfizh bit-tartil

i. Tajwid teori dan praktek

3) Kegiatan Bulanan

a. Sima‟an minggu legi 30 juz

Sima‟an minggu legi ini berbeda dengan sima‟an minggu

-minggu biasa, karena setiap santri sudah mendapat jatahnya

masing-masing sampai pada juz yang dia hafalkan. Setiap

minggu legi ini sima‟an hafalan lengkap 30 juz. Setiap santri

disima‟ oleh semua santri dan pengasuh.

b. Ro‟an kubro

Ro‟an kubro disini adalah membersihkan seluruh bagian

pondok dan sekitarnya. Setelah semua bersih para santri

makan bersama.

(57)

42

4) Kegiatan Tahunan

a. Acara maulid Nabi Muhammad saw

b. Ziarah , dilaksanakan dua tahun sekali.

c. Isra‟ Mi‟raj dan khatmil Qur‟an

d. Kegiatan ramadhan, pesantren kilat

e. Liburan akhir tahun

f. Acara kurban

(Hasil observasi dan dokumen kalender pondok Al-Muntaha

tahun 2016)

6. Bimbingan dan penyuluhan

Semua santri diwajibkan tinggal dipondok dan mengikuti

kegiatan pondok kecuali santri kalong. Apabila salah satu santri

melakukan pelanggaran, maka santri tersebut akan mendapat

bimbingan langsung dari pengasuh.

B. Temuan Penelitian

1. Penerapan Metode Wahdah Dalam Meningkatkan Hafalan

Al-Qur’an Pondok Pesantren Al-Muntaha

Pendidikan al-Qur‟an merupakan program utama dari pesantren

ini, maka dari itu pondok tersebut menginginkan santri yang lulus dari

pesantren tersebut menjadi hafizh yang fasih dalam bacaan

al-Qur‟annya. Setiap santri di Pondok Pesantren Al-Muntaha sebelum

mulai untuk menghafal ada beberapa syarat yang diberikan oleh

(58)

43

proses menghafal santri tidak merasa sulit dan menghasilkan mutu

hafalan yang baik (Hj. Siti Zulaecho, AH, 2016).

a. Syarat Sebelum Menghafal

1) Izin dari orang tua

2) Menguasai ilmu tajwid

3) Baik makharij al-huruf

4) Sudah khatam al-Qur‟an bin-nadhar

Setiap santri yang belum memenuhi syarat-syarat tersebut di

atas, pengasuh akan membimbingnya langsung, dengan

mempelajari kitab-kitab yang berhubungan dengan hal tersebut.

Setelah santri menguasai ilmu-ilmu tersebut, santri mengaji

bin-nadhar sampai khatam baru memulai dengan menghafal. Seperti

yang diungkapkan SB salah satu santri pesantren Al-Muntaha

sebagai berikut:

“setiap santri yang ingin menghafal di pesantren ini memang harus memenuhi semua syarat yang sudah ditentukan mbak. Jika ada santri yang ingin menghafal tetapi belum pernah khatam bin-nadhar, dia akan dibimbing langsung oleh ibu nyai untuk mengkhatamkan al-Qur‟an secara bin-nadhar dan tidak lupa pula untuk memenuhi syarat yang lainnya. Selain syarat diatas, seorang santri yang ingin menghafal juga harus mempersiapkan apa yang harus dipersiapkan sebelum menghafal, seperti: Al-Qur‟an pojok dan niat yang tulus serta kuat, supaya dalam menghafal tidak mudah menyerah (SB, 17/03/2016).”

Setiap santri yang ingin menghafal al-Qur‟an selain memenuhi

syarat diatas, santri juga harus mempunyai persiapan menghafal

(59)

44

1) Niat yang kuat untuk menghafal

2) Menyiapkan al-Qur‟an pojok

3) Target hafalan

4) Mengatur waktu

Ungkapan santri tentang persiapan menghafal al-Qur‟an

sebagai berikut:

1. MF adalah santri yang sudah khatam, dia menghafal al-Qur‟an

sambil menempuh pendidikan formal yaitu kuliah. Dia

mempersiapakan diri sebelum menghafal dengan selalu

mentargetkan hafalan dan mengatur waktu dengan baik seperti

ungkapannya berikut ini:

menempuh pendidikan formal, bagi ST, kunci menghafal

al-Qur‟an adalah selalu berinteraksi dengan al-Qur‟an. Jadi

sebelum menghafal al-Qur‟an harusnya sudah sering membaca

al-Qur‟an. Berikut ungkapannya:

“Menurut saya yang terpenting untuk dipersiapakan sebelum mulai untuk menghafal adalah khatam bin-nadhar

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Santri
Tabel 4.2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ditujukan untuk menganalisis pengaruh ketebalan lapisan subbase course material batu kapur pada subgrade tanah granuler terhadap nilai CBR dan k v.. Penelitian

Skripsi ini berjudul Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Bagi Pengembangan Perpustakaan Sekolag di SMPN 1 Sinjai Barat Kabupaten Sinjai. Penelitian ini

2 Sistem informasi inventori obat memudahkan karyawan gudang untuk mengetahui sirkulasi obat di gudang Apotek K24, membantu karyawan dalam hal mencari informasi mengenai data

terhadap penilaian kinerja UPTD parkir sendiri dalam pelaksanaan pengawasan parkir di kota Pekanbaru khususnya di Kecamatan Sukajadi, dilihat dari adanya

Sehingga banyak remaja berpikir bahwa apa yang mereka pikirkan lebih baik dari pada apa yang dipikirkan orang dewasa, hal tersebut yang menjadi penyebab banyak remaja sering

Berdasarkan tabel MRP diketahui bahwa jumlah persediaan ekstrak kayumanis di gudang masih dapat memenuhi proses produksi pesanan - pesanan tersebut, sehingga Cokelat

[r]

Untuk peserta Seleksi Tertulis dan Keterampilan Komputer harap mengambil undangan di kantor KPU Kota Jakarta Pusat pada Hari Sabtu tanggal 2 Juli 2016 pukul 01.00 WIB