• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN POTENSI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (TELAAH QS AL-BAQARAH 2: 30-37) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGEMBANGAN POTENSI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (TELAAH QS AL-BAQARAH 2: 30-37) SKRIPSI"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN POTENSI MANUSIA DALAM

PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

(TELAAH QS AL-BAQARAH 2: 30-37)

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

IKA FITRI SUCIATI NIM: 111-12-066

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

(7)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah dengan izin Allah SWT skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Ibuku tercinta yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, mendidik dari kecil sampai sekarang, dan doa restunya yang tidak pernah putus serta naihat-nasihatnya.

2. Keluarga besarku yang senantiasa memberikan semangat dan nasihat-nasihat

dalam meraih kesuksesan di dunia maupun di akhirat.

3. Mbak Umi, Tilam, Septine, Kummi, Mbak Alfi, dan seluruh sahabatku yang

telah memberikan goresan warna di setiap langkahku serta terimakasih atas motivasi dan kebersamaan kita selama ini karena kalian telah mengajarkanku bagaimana menjadi teman yang sesungguhnya dan menghargai indahnya persahabatan.

4. Teman-teman PAI B angkatan 2012 senasib seperjuangan yang telah

memberikan kenangan-kenangan indah dalam kebersamaan kita selama ini.

5. Teman-teman PPL SMK PELITA Salatiga dan KKN 2016 yang telah

mengajarkanku bagaimana menjalin kebersamaan dengan penuh tanggung jawab.

6. Seseorang yang senantiasa mengajarkanku bagaiamana menjadi pribadi yang

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “PENGEMBANGAN POTENSI

MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (TELAAH QS AL-BAQARAH 2: 30-37)”.

Alhamdulillah proses perjuangan dalam penyusunan skripsi ini telah penulis lalui dengan baik. Tidak aka penggambaran lain yang dapat penulis utarakan selain ucapan syukur yang tiada tara kepada Allah SWT kerena hanya atas ridho dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada:

1. Bapak Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Bapak Suwardi, M.Pd.

(9)

4. Dosen pembimbing Bapak Muh. Hafidz, M.Ag. atas bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan.

5. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag. selaku pembimbing akademik.

6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

7. Keluargaku yang telah mencurahkan pengorbanan dan doa restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis.

8. Semua pihak yang ikut serta memberikan bantuan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis hanya bisa berdoa, semoga amal dan kebaikan semua pihak dapat diterima oleh Allah sebagai amal sholeh dan mendapatkan balasan sebaik-baiknya.

Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini melainkan Ia yang Maha Sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga tulisan ini mempunyai nilai guna dan manfaat bagi penulis khusunya dan bagi pembaca umumnya.

Salatiga, Juni 2016 Penulis

(10)

ABSTRAK

Suciati, Ika Fitri. 2016. Pengembangan Potensi Manusia dalam Perspektif Pendidikan Islam dalam Qs Al-Baqarah 2: 30-37. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Muh. Hafidz, M.Ag.

Kata kunci: Potensi Manusia, Pendidikan Islam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan potensi manusia dalam perspektif pendidikan Islam dalam Surat Al-Baqarah ayat 30-37. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana pengembangan potensi manusia dalam perspektif pendidikan Islam berdasarkan surat Al-Baqarah ayat 30-37. 2) Implementasi pengembangan potensi manusia dalam pendidikan Islam.

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research), yaitu studi kepustakaan yang mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian. Sumber data yang digunakan berasal dari data primer dan data sekunder. Penelitian ini menggunakan metode tahlili, yaitu metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-Qur‟an dari seluruh aspeknya dan mengungkapkan maksud-maksudnya secara terinci sesuai urutan ayat dan surat, mengemukakan arti kosa kata yang diikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Penegasan Istilah ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Metode Penelitian ... 10

G. Sistematika Penulisan Skripsi ... 12

(12)

B. Makna Mufrodat ... 15 C. Isi Kandungan Qs Al-Baqarah 2: 30-37 ... 25 BAB III MUNASABAH QS AL-BAQARAH 2: 30-37

A. Pengertian Munasabah ... 32

B. Munasabah Surat Al-Baqarah dengan Surat Sebelum dan

Sesudahnya ... 32

C. Munasabah Surat Al-Baqarah ayat 30-37 dengan Ayat Sebelum dan

Sesudahnya ... 41 BAB IV PENGEMBANGAN POTENSI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM BERDASARKAN QS AL-BAQARAH 2: 30-37

A. Pandangan Ahli Tafsir Terhadap Qs Al-Baqarah 2: 30-37 ... 43 B. Potensi Manusia ... 52 C. Pendidikan Islam ... 53

D. Pengembangan Potensi Manusia dalam Perspektif Pendidikan Islam

berdasarkan Qs Al-Baqarah 2: 30-37 ... 57

E. Implementasi Pengembangan Potensi Manusia dalam Perspektif

Pendidikan Islam ... 59 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 61 B. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar SKK

2. Nota Pembimbing Skripsi

3. Lembar Konsultasi

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang istimewa memang memiliki latar belakang kehidupan yang penuh rahasia. Lembaran-lembaran kitab suci Al-Quran yang memuat petunjuk Ilahi tentang penciptaan manusia memuat sejumlah informasi, baik yang tersurat (jelas maknanya) maupun tersirat (perlu penafsiran) tentang hakikat makhluk manusia ini. Manusia selaku makhluk ciptaan dengan segala fungsi dan peran yang harus dilakukannya, semuanya diinformasikan dalam Kitab Suci (Jalaluddin, 2003:11).

(15)

manusia mampu untuk menjadikan dirinya sebagai makhluk yang berperadaban (Jalaluddin, 2003:12).

Manusia adalah makhluk yang termulia di antara makhluk-makhluk yang lain dan ia dijadikan oleh Allah dalam sebaik-baik bentuk/kejadian, baik fisik maupun psikisnya, serta dilengkapi dengan berbagai alat potensial dan potensi-potensi dasar (fitrah) yang dapat dikembangkan dan diaktualisasikan seoptimal mungkin melalui proses pendidikan (Muhaimin, 2008:22). Sebagaimana firman Allah dalam Qs At-Tiin 95: 4, sebagai berikut:



Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”

Keistimewaan ini menyebabkan manusia dijadikan khalifah atau wakil Tuhan di muka bumi, yang kemudian dipercaya untuk memikul amanah berupa tugas dalam menciptakan tata kehidupan yang bermoral dimuka bumi. Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang paling mulia karena kesempurnaan bentuk dan kelebihan akal pikiran yang ikut membedakannya dari makhluk lainnya. Sebagai konsekuensinya, manusia dituntut untuk berbakti kepada Allah dengan memanfaatkan kesempurnaan dan kelebihan akal pikiran dan segala kelebihan lain yang telah dianugerahkan kepadanya (Jalaluddin, 2003:13).

(16)

dilengkapi dengan potensi berupa kekuatan fisik, fungsi organ tubuh dan panca indera. Kemudian dari aspek mental, manusia dilengkapi dengan potensi akal, bakat, fantasi maupun gagasan. Potensi ini dapat mengantarkan manusia memiliki peluang untuk bisa mengausai serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sekaligus menempatkannya sebagai makhluk berbudaya (Jalaluddin, 2003:13-14).

Allah telah memberikan kepada manusia kemampuan untuk belajar dan berpengetahuan, serta membekalinya dengan segala peralatan kemampuan. Adapaun peralatan kemampuan belajar itu ialah pendengaran, penglihatan dan hati. Pendegaran bertugas memelihara ilmu pengetahuan yang telah ditemukan oleh orang lain. Penglihatan bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan dengan menambahkan hasil-hasil penelitian dan pengkajian kepadanya. Hati bertugas membersihkan ilmu pengetahuan dari segala noda dan kotorannya, kemudian mengambil beberapa kesimpulan darinya (An-Nahlawi, 1992:59).

(17)

manusia dengan Khaliq (Pencipta) maupun antar sesama makhluk tidak dapat dipisahkan (Jalaluddin, 2003:32-33).

Manusia adalah makhluk Allah yang paling potensial. Berbagai kelengkapan yang dimilikinya memberi kemungkinan bagi manusia untuk meningkatkan kualitas sumber daya dirinya. Selain itu manusia juga memiliki kemampuan untuk menghayati berbagai masalah yang bersifat abstrak seperti simbol-simbol, ucapan dan ungkapan hingga kepada pengenalan terhadap Penciptanya. Potensi tersebut seluruhnya dinilai sebagai pengarahan dari penciptanya agar manusia mampu mejalani perannya sebagai pengabdi Allah dalam pola dan perilaku yang benar.

Potensi dapat diibaratkan lembaga pada tumbuh-tumbuhan. Ujudnya baru akan nampak nyata apabila dipelihara, dirawat, dijaga, dibimbing serta dikembangkan. Kodratnya manusia memang dianugerahi oleh Penciptanya berupa kemampuan potensial dasar (Jalaluddin, 2003:37).

Islam memandang manusia sebagai makhluk pendukung dan pencipta kebudayaan. Dengan akal, ilmu dan perasaan, ia membentuk kebudayaan, dan sekaligus mewariskan kebudayaannya itu kepada anak dan keturunannya, kepada orang atau kelompok lain yang dapat mendukungnya. Kesanggupan mewariskan dan menerima warisan ini merupakan anugerah Allah yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang mulia (Daradjat, 2011:8).

(18)

telah membekalinya dengan tiga modal dasar yaitu akal, pengetahuan serta potensi untuk dimanfaatkan dalam kehidupannya (Munir, 2008:27). Berdasarkan uraian tersebut penulis akan mendeskripsikan dan menganalisa bagaimana pengembangan potensi manusia melalui pendidikan yang akan penulis kemas dalam judul penelitian yaitu “PENGEMBANGAN POTENSI

MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (TELAAH QS AL-BAQARAH 2: 30-37)”.

B. Rumusan Masalah

Mengacu latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas adalah:

1. Bagaimana pengembangan potensi manusia dalam perspektif pendidikan

Islam berdasarkan Qs Al-Baqarah 2: 30-37?

2. Bagaimana implementasi pengembangan potensi manusia dalam

pendidikan Islam?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkan tujuan penelitian yaitu:

1. Untuk memperoleh deskripsi tentang pengembangan potensi manusia dalam perspektif pendidikan Islam berdasarkan Qs Al-Baqarah 2: 30-37.

2. Untuk memperoleh deskripsi tentang implementasi pengembangan

(19)

D. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan terhadap judul penelitian ini, maka penulis perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul ini antara lain:

1. Pengembangan Potensi Manusia

Dalam bahasa Inggris disebut development; dalam bahasa Jerman disebut durchführung. Pengembangan adalah pengolahan frase-frase dan motif-motif dengan detail terhadap tema atau subyek yang dikemukakan sebelumnya. Pengembangan juga dapat diartikan sebagai suatu bagian dari karangan yang memperluas, memperdalam, dan menguatkan argumentasi yang terdapat dalam bagian eksposisi (Komaruddin, 2006:186). Sedangkan eksposisi dalam bahasa Inggris disebut exposition yang berasal dari bahasa Latin, exponere, expono; menguraikan, menjelaskan. Eksposisi merupakan bagian dari karya tulis ilmiah yang menyajikan argumentasi dan analisis terhadap pembuktian-pembuktian data yang dihimpun berdasarkan penelitian. Syarat penting bagi keberhasilan eksposisi adalah data yang sah, metode penelitian yang tepat, dan ketajaman analisis dan argumentasi (Komaruddin, 2006:66).

(20)

Sedangkan pengertian manusia menurut Soetriono (2007:1) manusia adalah makhluk Tuhan yang otonom, berdiri sebagai pribadi yang tersusun atas kesatuan harmonis jiwa raga dan eksis sebagai individu yang memasyarakat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengembangan potensi manusia adalah pengolahan potensi atau kemampuan yang dianugerahkan Allah kepada manusia dengan memperluas, memperdalam dan menguatkan kemampuan tersebut.

2. Pendidikan Islam

Pendidikan dalam wacana keislaman populer dengan istilah tarbiyah. Tarbiyah berasal dari kata rabba, yarbu, tarbiyah yang memiliki makna tambah dan berkembang. Artinya, pendidikan merupakan proses menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada diri peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual (Mujib, 2006:10).

Secara etimologi pendidikan berasal dari kata didik; mendidik, yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan adalah perbuatan (hal, cara, dsb) mendidik (Poerwadarminta, 1982:250).

(21)

Menurut Poerbakawatja dan Harahap (1982:257) pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu memilku tanggung jawab moril dari segala perbuatannya.

Menurut Hamdani (1987:8) pendidikan mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, kecakapannya serta ketrampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya.

Menurut Suhartono (2008:43) pendidikan adalah segala jenis pengalaman kehidupan yang mendorong timbulnya minat belajar untuk mengetahui dan kemudian bisa mengerjakan sesuatu hal yang telah diketahui itu.

Sedangkan pengertian Islam, Islam berasal dari Bahasa Arab yamg berasal dari kata

مهس

yang berarti damai dan

مهسا

yang artinya menyerahkan (Yunus, 2010:177). Islam adalah agama yang diajarkan oleh

Nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada kitab suci Al-Qur‟an yang

(22)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia dan sumber daya insani untuk membentuk manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam.

3. Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah 2: 30-37

Secara etimologis, Al-Qur‟an berarti bacaan atau yang dibaca. Adapaun menurut istilah, Al-Qur‟an adalah kalamullah yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang disampaikan secara mutawatir, bernilai ibadah bagi umat muslim yang membacanya, dan ditulis dalam mushaf (Amrullah, 2008:1).

Surat Al-Baqarah termasuk surat yang pertama kali turun di Madinah. Khalid bin Ma‟ berkata: “Surat Al-Baqarah disebut juga

Fusbaatul Qur‟an (rangkuman Al-Qur‟an).” Sementara para ulama

(23)

E. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat dari peneltian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Memberikan sumbangan pemikiran ilmu tentang bagaimana

mengembangakan potensi manusia dalam perspektif pendidikan Islam yang terkandung dalam Qs Al-Baqarah 2: 30-37.

2. Penelitian ini memiliki relevansi dengan ilmu agama Islam khusunya jurusan pendidikan agama Islam, sehingga hasil pembahasannya berguna menambah literatur atau bacaan tentang pengembangan potensi manusia dalam perspektif pendidikan Islam dalam Qs Al-Baqarah 2: 30-37.

3. Penelitian ini semoga dapat memberikan kontribusi positif bagi pembaca

khusunya penulis untuk mengetahui dan memahami tentang

pengembangan potensi manusia dalam perspektif pendidikan Islam dalam Qs Al-Baqarah 2: 30-37.

4. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi manusia agar senantiasa mengembangkan potensinya melalui pendidikan yang telah dianugerahan oleh Allah sejak ia dilahirkan.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

(24)

permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti (Nazir, 1985:111).

2. Teknik Pengumpulan Data

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan hari dan, dan sebagainya (Arikunto, 2010:201).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik dokumentasi dalam pengumpulan data karena sesuai dengan jenis penelitian ini, yaitu dengan mencari dan menganalisis buku-buku yang diperlukan, mulai dari buku tafsir, buku-buku tentang pendidikan dan buku-buku lain yang relevan. Dikarenakan metode ini menggunakan penelitian yang bersifat library research dalam pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian, maka penulis membagi sumber data menjadi dua bagian:

a. Sumber data primer, yaitu Al-Qur‟an yang berkaitan dengan

(25)

b. Sumber data sekunder, yaitu tafsir-tafsir Al-Qur‟an yang berkaitan dengan pengembangan potensi manusia melalui pendidikan oleh mufassir dan buku-buku yang bersangkutan dengan pembahasan skripsi ini.

3. Metode Analisis Data

Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data dengan menggunakan metode Tahlili. Metode Tahlili adalah metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-Qur‟an dari seluruh aspeknya dan mengungkapkan maksud-maksudnya secara terinci sesuai urutan ayat dan surat. Mufassir memulai uraiannya dengan mengemukakan arti kosa kata yang diikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat. Mufassir juga mengemukakan munãsabah (korelasi) ayat-ayat, dan menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain, membahas asbabun nuzul (latar belakang turunnya ayat) jika ada (Budihardjo, 2012:132).

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk mempermudah dalam pembahasan penelitian, maka disusunlah sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar sebagai berikut:

(26)

penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

Pada BAB II merupakan pemaparan hasil penelitian yang berupa telaah terhadap Qs Baqarah 2: 30-37 yang meliputi: deskripsi Qs Al-Baqarah 2: 30-37 yang disertai makna mufradat dan isi kangdungan ayat tersebut.

Pada BAB III merupakan tafsir Qs Al-Baqarah 2: 30-37. Pada bab ini peneliti akan menguraikan tentang tema penelitian yang meliputi munãsabah dan azbãbun nuzûl Qs Al-Baqarah 2: 30-37.

Pada BAB IV penulis lebih memfokuskan dalam inti pembahasan yaitu menganalisis tentang Pengembangan Potensi Manusia Melalui Pendidikan dalam Qs Al-Baqarah 2: 30-37.

(27)

BAB II

DESKRIPSI QS AL-BAQARAH 2: 30-37

A. Redaksi Ayat dan Terjemahan Qs Al-Baqarah 2: 30-37



(28)

Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"

32. mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."

33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka Nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"

34. dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir.

35. dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu Termasuk orang-orang yang zalim.

36. lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari Keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."

37. kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, Maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

B. Makna Mufradat

1. Mufradat Ayat 30

ِةَكِئَهَم

berasal dari kata dasar

كَهَم

yang berarti malaikat (Yunus,

(29)

ٌمِعبَج

berasal dari kata

بًهْعَج

-

ُمَعْجَي ـ

َمَعَج

yang memiliki arti

mengadakan, menjadikan, memulai (Yunus, 2010:89). Dalam ayat ini, Allah menjelasakan bahwa Dia akan menjadikan khalifah di bumi sebagai pengganti kaum yang telah binasa.

َفِهَخ

ة

berasal dari kata

ًةَفبَهِخ ـ ُفُهْخَي ـ َفَهَخ

yang artinya

menggantikan (Yunus, 2010:120). Menurut Abdullah (2005:46) kata khalifah diambil dari kata kerja khalafa (

َفَهَخ

) yang berarti mengganti dan melanjutkan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan khalifah adalah orang yang menggantikan orang lain. Seperti halnya Abu Bakar telah menggantikan Nabi Muhammad SAW setelah Nabi wafat, maka Abu Bakar disebut sebagai khalifah Rasulullah.

Taufik Rahman mengutip dari Ar-Raghib Al-Asfahani

(30)

ُذِسْفُي

berasal dari kata

اًدىُسُف ـ اًدبَسَف ـ َذُسَف

-

ُذُسْفَي

-

َذَسَف

yang

berarti rusak, binasa, busuk (Yunus, 2010:316). Salah satu sifat manusia yang disebutkan oleh malaikat dalam ayat tersebut adalah berbuat kerusakan.

ُكِفْسَي

berasal dari kata

بًكْفَس ـ ُكِفْسَي ـ َكَفَس

yang memiliki arti

mencurahkan, menumpahkan (Yunus, 2010:172). Dalam ayat ini, malaikat juga menyebutkan sifat manusia yang lain yaitu suka membunuh dan menunpahkan darah. Dijelaskan juga, bahwa malaikat merasa heran, mengapa Allah menjadikan makhluk yang akan berbuat kerusakan dan pertumpahan darah itu sebagai khalifah di bumi. Allah menegaskan, Dia Maha Tahu atas hikmah penciptaan Adam sebagai khalifah di bumi (Ash-Shiddieqy, 2000:75).

ُحِجَسُو

berasal dari kata

بًحْيِجْسَج ـ ُحِجَسُي

-

َحَجَس

yang berarti

memahasucikan Allah dengan bertasbih (Yunus, 2010:161). Malaikat merupakan makhluk Allah yang senantiasa bertasbih dan mensucikan-Nya. Mensucikan Allah dari sifat-sifat yang tidak patut bagi Allah.

ُسِذَقُو

berasal dari kata

بًسْذُق ـ ُسُذْقَي ـ َسُذَق

yang berarti suci,

(31)

2. Mufradat Ayat 31

َمَهَع

berasal dari kata

بًمْهِع ـ ُمَهْعَي ـ َمِهَع

yang berarti mengetahui

sesuatu (Yunus, 2010:277). Dedeng Rosidin mengutip dari Al-Maraghi menjelaskan bahwa kata „allama dengan alhamahu (memberi ilham), maksudnya Allah memberi ilham kepada Nabi Adam untuk mengetahui jenis-jenis yang telah diciptakan beserta zat, sifat dan nama-namanya. Sedangkan Ash-Shawi, menjelaskan dengan makna alqa (memberikan atau menuangkan), maksudnya Allah memberikan atau menuangkan ilmu ke dalam hati Nabi Adam. Secara konteks, „allama menunjukkan adanya tadrij (tahapan), bahwa penyampaian itu dilakukan melalui tahap demi tahap. Akan tetapi, pada ayat ini menunjukkan secara sekaligus. Secara struktur, „allama mempunyai dua objek, baik disebut ataupun tidak. Jika dilihat dari jabatan kata dalam kalimat, tersusun dari fi‟il (pekerjaan), hal ini berarti menunjukkan pada pekerjaan mengajar, atau proses belajar mengajar yang didalamnya terdapat teknik dan metode mengajar. Fa‟il (yang melakukan pekerjaan), di sini berarti menunjukkan pengajar (guru) yang melakukan pekerjaan mengajar. Maf‟ul bih pertama (objek pertama) menunjukkan murid yang menerima pelajaran, dan maf‟ul bih kedua (objek kedua) menunjukkan materi yang diajarkan. Jadi, dalam ta‟lim tersirat beberapa unsur penting, yaitu guru, murid, proses pembelajaran dan materi pelajaran (Rosidin, 2003:67-68).

َءبَمْسَلاا

berasal dari kata dasar

ٌمْسِا

yang berarti nama (Yunus,

(32)

dengan menyebut namanya. Al-Asma‟ berarti nama-nama benda. Allah SWT telah mengajari Nabi Adam berbagai nama makhluk yang telah diciptakan-Nya. Kemudian Allah memberinya ilham untuk mengetahui eksistensi nama-nama tersebut (Al-Maraghy, 1985:138).

ًِوىُئِجْوَأ

berasal dari kata dasar

َأَجْوَأ

yang memiliki arti

mengabarkan, memberi kabar (Yunus, 2010:50). Dalam ayat ini, kata tersebut mengandung pengertian bahwa para malaikat dituntut untuk menyebutkan nama-nama benda, tetapi mereka tidak akan mungkin mampu mengatakannya. Hal ini karena mereka sama sekali belum pernah mengetahuinya (Al-Maraghy, 1985:139).

3. Mufradat Ayat 32

َكَىَحْجُس

berasal dari kata

بًحْيِجْسَج ـ ُحِجَسُي

-

َحَجَس

yang berarti

memahasucikan Allah dengan bertasbih (Yunus, 2010:161). Para malaikat mensucikan Allah dari sifat-sifat yang tidak pantas, yakni sifat keterbatasan pengetahuan yang mengakibatkan Allah menciptakan khalifah tetapi Allah tidak mengetahui hikmah dan faedahnya (Al-Maraghy, 1985:139).

َمْهِع

berasal dari kata

بًمْهِع ـ ُمَهْعَي ـ َمِهَع

yang berarti mengetahui

(33)

pengakuan para malaikat atas ketidakmampuan mendatangkan apa yang dibebankan kepada mereka (Al-Maraghy, 1985:140).

بَىَحْمَهَع

berasal dari kata

ميِهْعَج

yang berarti hal mengajar, melatih

(Yunus, 2010:278). Dalam ayat ini, malaikat mengakui bahwa ilmu yang dimilikinya terbatas, tidak mencakup segala benda dan segala yang diberi nama. Tidak ada ilmu yang dimiliki malaikat, selain apa yang diajarkan Allah kepada mereka.

4. Mufradat Ayat 33

ْمُهْئِجْوَأ

yang berasal dari kata

َأَجْوَأ

yang memiliki arti mengabarkan

(Yunus, 2010:50). Allah memerintahkan kepada Adam untuk mengajarkan kepada para malaikat tentang nama-nama yang tidak mereka ketahui karena kelemahannya.

َتْيَغ

berasal dari kata

بًثبَيِغ ـ ًةَجْيَغ ـ بًجْيَغ ـ ُتْيِغَي

-

َةب

َغ

yang

berarti ghaib, tidak hadir (Yunus, 2010:304). Dalam ayat ini, dijelaskan bahwa Allah Maha Mengetahui hal-hal gaib yang ada di langit ataupun bumi (Al-Maraghy, 1985:141).

َنْوُذْجُج

berasal dari kata dasar

ِدبَث

yang memiliki arti yang nyata

(Yunus, 2010:55). Sedangkan kata

َنْىُمُحْكَج

berasal dari kata

ـ ُمُحْكَي ـ َمَحَك

َمَحَحْكِا ـ َمَحَك ـ بًوبَمْحِك ـ بًمْحَك

yang berarti menyembunyikan sesuatu (Yunus,

(34)

sesuatu dengan percuma dan Allah tidak menjadikan khalifah tanpa arti dan himah. Allah mengetahui apa yang nyata dan apa yang disembunyikan (Ash-Shiddieqy, 2000:79).

5. Mufradat Ayat 34

ا

ْس

ُج

ُذ

ْاو

berasal dari kata

اًد

ْىُجُس ـ ُذُجْسَي ـ َذَجَس

yang berarti sujud,

menundukkan kepala sampai ke tanah (Yunus, 2010:163). Sujud adalah penghormatan, penghargaan dan pemuliaan (Alu Syaikh, 2008:106). Ungkapan yang paling kongkrit dari sujud ini ialah meletakkan kening di lantai (tanah). Hal ini merupakan kebiasaan pada masa dahulu di dalam menghormati raja. Seperti sujudnya Nabi Ya‟qub dan putra-putranya kepada Nabi Yusuf (Al-Maraghy, 1985:143).

ًَثَأ

berasal dari kata

يَثَأ

ًءبَثِإ ـ ًَثْأَي ـ

yang berarti enggan, tidak

mau (Yunus, 2010:32). Dalam ayat ini dijelaskan bahwa iblis menolak melakukan sujud kepada Adam. Karena ia merasa lebih mulia dibanding manusia.

َرَجْكَحْسا

berasal dari kata

رُجَكَج

yang berarti takabur, sombong

(35)

6. Mufradat Ayat 35

ْهُكْسا

berasal dari kata

بًىَكَس ـ ُهُكْسَي ـ َهَكَس

yang berarti

mendiami, tinggal (Yunus, 2010:174). Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Adam dan Hawa untuk berdiam di surga dengan aturan, dilarang memakan buah satu pohon.

اًذَغَر

berasal dari kata

اًذَغَر ـ ُذَغْرَي ـ َذَغَر

yang berarti baik,

lapang, senang (Yunus, 2010:144). Dalam ayat di atas kata

اًذَغَر

memiliki makna bahwa Allah memperkenankan Adam untuk tinggal di Surga di mana saja yang ia sukai, memakan makanan yang ada di Surga sepuasnya, makanan yang banyak, lezat, lagi baik (Alu Syaikh, 2008:108). Jadi, kata tersebut dapat diartikan kebebasan untuk melakukan apa saja.

بَثَرْقَج

berasal dari kata

َةُرَق

بًوبَثْرُق ـ بًثْرُق ـ ُةُرْقَي ـ

yang berarti

menghampiri, mendekati (Yunus, 2010:335). Allah memperkenankan Adam untuk tinggal di surga di mana saja yang ia sukai, tetapi Allah melarang Adam untuk mendekati satu pohon terlarang yang ada di surga.

َهْيِمِهَظنا

berasal dari kata

ةَمِهْظَم ـ بًمْهَظ ـ بًمْهُظ ـ ُمِهْظَي ـ َمًهُظ

yang

(36)

7. Mufradat Ayat 36

َلَزَّا

berasal dari kata

بًهَنَزّ ـ بًنَزّ ـ ُل

ِزَي ـ َلَزّ

yang memiliki arti

tergelincir dan jatuh (Yunus, 2010:156). Dalam bukunya, Al-Maraghy mejelaskan bahwa az-zalal berarti terpeleset (jatuh). Pengertiannya ialah dipakai untuk terpeleset (tergelincir) karena licin, atau tergelincir lidah (berbicara) (Al-Maraghy, 1985:150).

اىُطِجْها

berasal dari kata

ُهَطَجْهَا ـ بًطْجَه ـ بًطىُجُه ـ ُطِجْهَي ـ َطَجَه

yang memiliki arti turun (Yunus, 2010:476). Sebagaimana Al-Maraghy mengutip dari Ar-Raghib Al-Ashfahany menjelaskan kata turun dalam pengertian ada unsur paksaan. Sehingga kata turun disamakan arti dengan mengusir (Al-Maraghy, 1985:150).

ٌرَقَحْسُم

berarti tempat kediaman, tempat tinggal. Sedangkan

ٌعَحَم

(37)

8. Mufradat Ayat 37

ٍثَمِهَك

berasal dari kata

تبَمِهَك ـ ٌمِهَك

yang berarti kata-kata, kalimat

(Yunus, 2010:381). Pada ayat ini, setelah melakukan pengusiran, Allah memberikan ilham kepada Nabi Adam beberapa kalimat yang dilaksanakan dengan baik oleh Nabi Adam. Kemudian barulah Allah menerima taubatnya (Al-Maraghy, 1985:156).

َةبَحَف

berasal dari kata

ةَثْىَج

-

بًثَىَج

-

ُةْىُحَي

-

َةبَج

yang memiliki

arti bertaubat, menyesal atas perbuatan dosa, kembali (Yunus, 2010:79). Jika seorang hamba melakuka taubat berarti ia telah kembali taat dan meninggalkan kemaksiatan. Taubat tidak akan bisa diterima apabila tidak diikuti dengan rasa penyesalan terhadap apa yang telah dilakukan oleh orang yang bertaubat, meninggalkan perbuatan dosa sejak bertaubat, dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan maksisat yang pernah dilakukan. Setelah melakukan taubat kemudian mengembalikan hak kepada orang yang dianiaya dan meminta maaf kepada yang bersangkutan secara lisan (Al-Maraghy, 1985:157). Jadi, dalam pengertian ayat di atas, Allah menerima taubat Nabi Adam dan Allah kembali melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada Nabi Adam.

ُةاَىَحنا

berarti Maha Penerima Taubat. Kata tersebut berasal dari

(38)

dan tidak akan mengulangi lagi perbuatan tersebut, maka taubatnya akan diterima oleh Allah SWT (Al-Maraghy, 1985:157).

ُمْيِحَرنا

berarti Maha Penyayang. Kata tersebut berasal dari kata

َمِحَر

-ًةَمْحَر ـ ُمَحْرَي

yang memiliki arti mengasihi, menaruh kasihan

(Yunus, 2010:139). Ar-Rahim artinya yang selalu melimpahi hamba-hamba-Nya dengan kasih sayang jika mereka kembali kepada-Nya atau bertaubat dari kesalahan yang mereka lakukan (Al-Maraghy, 1985:157).

C. Isi Kandungan Qs Al-Baqarah 2: 30-37

1. Kandungan Qs Al-Baqarah Secara Umum

Surat Baqarah terdiri dari 286 aya. Surat ini dinamai Al-Baqarah yang berarti seekor sapi, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak jelas dengan sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.

Dinamakan juga Futsal Al-Quran yang berarti puncak Al-Quran, karena surat ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut dalam surat-surat yang lain. Juga dinamakan Alif Lam Mim, karena surat ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah alif, lam, dan mim (Departemen Agama RI, 2009:31).

(39)

Al-Qur‟an yang terpanjang. Sedangkan surat terpendek adalah Surat Al-Kautsar (Al-Maraghy, 1985:57).

Tujuan dan tema surat ini adalah:

a. Akidah tauhid dan argumentasi-argumentasinya, antara lain

fenomena alam yang terbentang di alam raya.

b. Kisah kejadian manusia, potensi dan fungsi yang harus

dikembangkan dan diembannya, serta permusuhan setan

terhadapnya.

c. Bukti kebenaran Al-Qur‟an/tantangan terhadap yang meragukannya.

d. Pemaparan yang cukup panjang tentang orang Yahudi dan munafik.

e. Aneka ketetapan hukum, seperti shalat, kiblat, puasa, haji, perkawainan, perceraian, perdagangan, utang-piutang, dan riba, serta minuman keras dan wasiat (Shihab, 2012:12).

2. Kandungan Qs Al-Baqarah 2: 30-37

Qs Al-Baqarah 2: 30, menjelaskan pengangkatan manusia oleh Tuhan menjadi khalifah. Tuhan mengangkat manusia sebagai khalifah atau menjadikan khalifah meliputi:

a. Pengangkatan sebagian anggota masyarakat manusia dengan

mewahyukan syariat-Nya kepada mereka untuk menjadi khalifah. b. Pengangkatan seluruh manusia pada posisi di atas makhluk lain

(40)

Dalam ayat tersebut terdapat kisah yang dikemukakan dalam bentuk dialog untuk mendekatkan pemahaman tentang bagaimana penciptaan Adam dan keutamaan apa yang ada padanya. Tuhan memberi tahu malaikat bahwa Adam akan dijadikan sebagai khalifah di bumi.

Kemudian para malaikat seolah memprotes tentang manusia yang sedemikian keadaanya akan dijadikan khalifah di bumi, bukan para malaikat yang telah terpelihara (bebas) dari kesalahan-kesalahan. Tuhan menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi, karena Tuhan tahu kemaslahatan yang tidak diketahui oleh para malaikat. Dalam rangkaian ayat ini, Tuhan menjelaskan bahwa segala perbuatan-Nya mengandung hikmah yang dalam, meskipun tersembunyi bagi malaikat (Ash-Shiddieqy, 2000:72).

Jadi, dalam ayat ini mengandung pemahaman bahwa para malaikat ingin mengetahui apa hikmah Tuhan menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi, sedangkan keadaan manusia seperti itu (suka membuat kerusakan). Para malaikat juga ingin mengetahui apa sebabnya Tuhan tidak menjadikan mereka sebagai khalifah di bumi, sedangkan mereka selalu bertasbih dan menyucikan Allah. Tuhan pun menjelaskan, dalam diri manusia terdapat kemampuan-kemampuan yang tidak diberikan kepada malaikat.

(41)

seperti manusia, binatang, darat, laut, gunung, dan sebagainya. Tuhan menggambarkan bentuk segala makhluk dan memberinya nama.

Dengan demikian, hikmah Tuhan mengajarkan nama-nama kepada Adam dan kemudian mengajukannya kepada para malaikat. Hal tersebut bertujuan untuk memuliakan Adam dan mengutamakannya, sehingga malaikat tidak membanggakan diri dengan ilmunya. Selain itu, juga untuk menunjukkan rahasia ilmu yang tersimpan dalam perbendaharaan ilmu Allah yang maha luas dengan perantaraan lisan seorang hamba yang dikehendaki-Nya.

Kemudian Adam mengajarkan kepada para malaikat nama-nama yang tidak mereka ketahui karena kelemahannya. Hal ini bertujuan untuk menujukkan bahwa ilmu Adam telah diakui dan tidak perlu diuji, serta untuk menujukkan bahwa Adam telah layak memberi pelajaran kepada orang lain. dengan demikian jadilah Adam sebagai guru, dan para malaikat sebagai murid (Ash-Shiddieqy, 2000:77-78).

(42)

daripada malaikat. Para malaikat memang lebih banyak beribadah daripada Adam. Namun, mereka tidak ahli untuk mengendalikan kekhalifahan. Syarat mutlak untuk memegang kekhalifahan adalan ilmu. Adam menjadi lebih utama dibanding malaikat karena dia lebih alim daripada malaikat.

Qs Al-Baqarah 2: 34, menjelaskan bahwa Allah memberi perintah kepada malaikat untuk sujud kepada Adam. Sujud para malaikat itu dilakukan atas nama ibadah kepada Allah, bukan ibadah kepada Adam. Sebab, sujud itu dilakukan atas perintah Allah sebagai penghormatan kepada Adam. Sedangkan iblis menolak sujud kepada Adam, mereka justru memperlihatkan kesombongan dan keangkuhannya. Mereka merasa lebih baik dalam masalah asal kejaidan. Iblis memang makhluk yang mengingkari kebenaran dan durhaka. Menurutnya, dialah yang paling patut memegang kekhalifahan (Ash-Shiddieqy, 2000:81).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam ayat terseut, Allah lebih menegaskan lagi kemuliaan Adam, dengan memerintah seluruh malaikat untuk bersujud kepadanya. Semua malaikat tunduk dan bersujud, kecuali iblis yang menolaknya dan tidak mau bersujud kepada Adam.

(43)

dzalim terhadap diri sendiri. Kemudian setan menggoda Adam dan istrinya hingga berakibat terusirnya mereka berdua dari kenikmatan hidup di surga. Kemudian Adam bertaubat kepada Allah, dan Allah pun menerima taubatnya (Al-Maraghy, 1985:151).

Jadi, dalam ayat-ayat tersebut terkandung pemahaman bahwa Allah memerintah Adam dan Hawa untuk berdiam di surga dengan aturan dilarang memakan buah pohon tertentu. Tetapi setan berupaya menipu Adam dan istrinya, sehingga menyebabkan mereka berdua dikeluarkan dari surga dan tinggal di bumi untuk masa tertentu.

Dapat disimpulkan bahwa Qs Al-Baqarah 2: 30-37 memiliki kandungan makna yang dapat dipahami, yaitu ayat-ayat tersebut merupakan ayat yang berisi tentang dialog antara Allah dan malaikat. Informasi tentang pengukuhan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini mendapat interupsi dari malaikat yang dalam pandangannya meragukan by product dari pembakuan kedudukan khlaifah manusia atas alam ini (Munir, 2008:17). Selain itu ayat-ayat di atas dapat dipahami bahwa ilmu yang diterima Adam dari Allah dengan segala potensi yang diciptakan Allah padanya telah menjadi sebab diutamakannya Adam atas para malaikat, dan para malaikat diperintah oleh Allah SWT supaya sujud kepada Adam dan dijadikannya umat manusia sebagai khlaifah-khalifah Allah di muka bumi (Jalal, 1988:26).

(44)
(45)

BAB III

MUNÃSABAH QS AL-BAQARAH 2: 30-37

D. Pengertian Munãsabah

Kata munãsabah berasal dari kata

ةجسبىم ـ تسبىي ـ تسبو

yang berarti hubungan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Munãsabah berarti muqãrabah (

ةثربقم

) atau kedekatan dan kemiripan. Hal ini tentunya bisa terjadi antara dua hal atau lebih, sedangkan kemiripan tersebut dapat terjadi pada seluruh unsur-unsurnya, dapat juga terjadi pada sebagiannya saja. Dengan demikian munãsabah menurut istilah adalah adanya kecocokan, kepantasan dan keserasian antara ayat dengan ayat atau surat- dengan surat, atau munãsabah adalah kemiripan yang terdapat pada hal-hal tertentu dalam Al-Qur‟an baik pada surat maupun pada ayat-ayatnya yang menghubungkan antara uraian yang satu dengan yang lainnya (Budihardjo, 2012: 39).

E. Munãsabah surat Al-Baqarah dengan surat sebelum dan sesudahnya.

1. Munãsabah surat Al-Baqarah dengan surat Al-Fatikhah (Departemen Agama RI, 2009:32).

(46)

Sedangkan pokok-pokok isi dari surat Al-Baqarah ialah:

1) Keimanan, yaitu dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.

2) Hukum, yaitu perintah mengerjakan shalat, perintah menuanikan zakat, puasa, haji dan umrah, qisas, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsio ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkan dan yang berhak menerimanya, wasial kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‟, ila, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3) Kisah, yaitu penciptaan Nabi Adam, kisah Nabi Ibrahim, dan

kisah Nabi Musa dengan Bani Israil.

4) Sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati (Departemen Agama RI, 2009:31).

b. Di bagian akhir surat Al-Fatikhah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus. Ditegaskan dalam ayat

َمْيٍقَحْسُمنا َطاَرِصّنا بَوِذْهِا

“Tunjukilah kami jalan yang

(47)

Allah mengadakan peraturan-peraturan, hukum-hukum, menjelaskan kepercayaan, memberi pelajaran dan contoh-contoh. Ini semua adalah laksana jalan lurus yang dibentangkan Allah yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiannya di dunia dan di akhirat. Maka berbahagialah mereka yang menjalaninya dan sengsaralah orang yang menghindari diri dari jalan itu (Departemen Agama RI, 2009:7).

S

edangkan surat Al-Baqarah dimulai dengan ayat yang

menerangkan bahwa Al-Qur‟an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. Hal tersebut dijelaskan dalam ayat

َهْيِقَحُمهِن يًذُه ِهْيِف َتْيَربَن ُتَحِكْنا َكِنر

“Kitab (Al-Quran) ini tidak ada

keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa”. Al-Quran merupakan bimbingan bagi orang yang bertakwa, untuk hidup di dunia dan di akhirat nanti (Departemen Agama RI, 2009:36).

(48)

mengetahui jalan yang lurus atau dia mengetahuinya, tetapi dia tersesat dalam menempuh jalan itu (Departemen Agama RI, 2009:9). Sedangkan di awal surat Al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir dan, orang munafik. Orang yang bertakwa ialah orang yang memelihara dan menjaga dirinya dari azab Allah dengan selalu melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Di antara tanda-tanda orang yang bertakwa ialah sebagai berikut:

Pertama; Beriman kepada yang gaib. Gaib ialah sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh pancaindra. Pengetahuan tentang yang gaib itu semata-mata berdasar kepada petunuk-petunjuk Allah SWT. Karena jika beriman kepada Allah, maka beriman pula kepada firman-firman dan petunjuk-petunjuk-Nya. Termasuk yang gaib, ialah Allah, para malaikat, hari kiamat, surga, neraka, dan sebagainya. Pangkal iman kepada yang gian ialan iman kepada Allah SWT. Iman kepada Allah adalah dasar dari pembentukan watak dan sifat-sifat seseorang manusia agar dia menjadi manusia yang sebenarnya, sesuai dengan maksud Allah menciptakan manusia.

(49)

Ketiga; Menginfakkan sebagian rezeki yang telah dianugerahkan Allah. Rezeki ialah segala sesuatu yang dapat diambil manfaatnya. Menginfakkan sebagian rezeki ialah memberikan sebagian rezeki atau harta yang telah dianugerahkan Allah kepada orang-orang yang telah ditentukan oleh agama.

Keempat; Beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan-Nya, yaitu Al-Qur‟an dan kitab-kitab (wahyu), Taurat, Zabur, Injil dan sahifah-sahifah yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. Beriman kepada kitab-kitab dan sahifah-sahifah tersebut berarti beriman pula kepada para rasul yang telah diutus Allah kepada umat-umat yang dahulu.

Kelima; Beriman kepada adanya hari akhir. Beriman kepada adanya hari akhir ialah benar-benar percaya adanya hidup yang kedua setelah dunia ini berakhir (Departemen Agama RI, 2009:36-39).

(50)

Bagi mereka sama saja, apakah mereka diberi peringatan keras atau tidak (Departemen Agama RI, 2009:40).

Sedangkan orang munafik adalah orang yang mengaku bahwa mereka beriman, tetapi sebenarnya tidak beriman. Pengakuan mereka tidaklah benar. Mereka mengaku beriman untuk mengelabuhi mata dan mempermainkan orang Islam (Departemen Agama RI, 2009:44).

2. Munãsabah surat Al-Baqarah dengan surat Ali-Imron (Departemen

Agama RI, 2009:451).

a. Dalam surat Al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam langsung diciptakan Allah, yang tercantum dalam ayat 30, “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

(51)

diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan Termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)”.

b. Dalam surat Al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, yang dijelaskan dalam ayat 99-101.

“99. dan Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas; dan tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik. 100. Patutkah (mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah), dan Setiap kali mereka mengikat janji, segolongan mereka melemparkannya? bahkan sebagian besar dari mereka tidak beriman.101. dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (Kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah)”.

(52)

bantah membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui? Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”

c. Surat Al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia,

yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik. Sedangkan surat Ali-Imron menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya. Hal tersebut dijelaskan dalam ayat ke 7, “Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal”.

(53)

ketaatan. Hal tersebut tertera dalam ayat ke 286, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."

Sedangkan surat Ali-Imron disudahi dengan perhmohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya. Hal tersebut disebutkan dalam ayat 135, “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”.

(54)

kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat”.

Sedangkan surat Ali-Imron dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang meraka minta pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. Hal tersebut dijelaskan dalam ayat ke 2, “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya”.

F. Munãsabah Qs Al-Baqarah 2: 30-37 dengan Ayat Sebelum dan

Sesudahnya

(55)

kepada-Nya, dan mereka tidak akan durhaka dan menghindari nikmat-nikmat-Nya itu. Kemudian pada ayat 30-34, Allah SWT menerangkan nimat-Nya yang jauh lebih besar, yang disyukuri oleh semua keturunan Adam dengan cara menaati perintah-perintah-Nya, serta menjauhkan diri dari kedurhakaan dan kekafiran terhadap-Nya. Nikmat tersebut ialah diangkatnya manusia sebagai khalifah di bumi (Departemen Agama RI, 2009:75).

Pada ayat-ayat sebelumnya dijelaskan bahwa Allah telah mengangkat Adam menjadi khalifah di bumi dan Adam telah diberi-Nya ilmu pengetahuan kemudian para malaikat diperintahkan agar bersujud kepadanya dan mereka mematuhi perintah itu, kecuali iblis. Selanjutnya dalam ayat 35-37, Allah SWT menjelaskan penempatan Adam dan istrinya di surga, godaan setan terhadap mereka, dan akibat dari godaan itu. Kemudian diakhiri-Nya dengan memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya, dan ancaman terhadap orang-orang yang kafir (Departemen Agama RI, 2009:85).

(56)

BAB III

MUNÃSABAH QS AL-BAQARAH 2: 30-37

G. Pengertian Munãsabah

Kata munãsabah berasal dari kata

ةجسبىم ـ تسبىي ـ تسبو

yang berarti hubungan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Munãsabah berarti muqãrabah (

ةثربقم

) atau kedekatan dan kemiripan. Hal ini tentunya bisa terjadi antara dua hal atau lebih, sedangkan kemiripan tersebut dapat terjadi pada seluruh unsur-unsurnya, dapat juga terjadi pada sebagiannya saja. Dengan demikian munãsabah menurut istilah adalah adanya kecocokan, kepantasan dan keserasian antara ayat dengan ayat atau surat- dengan surat, atau munãsabah adalah kemiripan yang terdapat pada hal-hal tertentu dalam Al-Qur‟an baik pada surat maupun pada ayat-ayatnya yang menghubungkan antara uraian yang satu dengan yang lainnya (Budihardjo, 2012: 39).

H. Munãsabah surat Al-Baqarah dengan surat sebelum dan sesudahnya.

3. Munãsabah surat Al-Baqarah dengan surat Al-Fatikhah (Departemen Agama RI, 2009:32).

(57)

Sedangkan pokok-pokok isi dari surat Al-Baqarah ialah:

5) Keimanan, yaitu dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.

6) Hukum, yaitu perintah mengerjakan shalat, perintah menuanikan zakat, puasa, haji dan umrah, qisas, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsio ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkan dan yang berhak menerimanya, wasial kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‟, ila, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 7) Kisah, yaitu penciptaan Nabi Adam, kisah Nabi Ibrahim, dan

kisah Nabi Musa dengan Bani Israil.

8) Sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati (Departemen Agama RI, 2009:31).

e. Di bagian akhir surat Al-Fatikhah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus. Ditegaskan dalam ayat

َمْيٍقَحْسُمنا َطاَرِصّنا بَوِذْهِا

“Tunjukilah kami jalan yang

(58)

Allah mengadakan peraturan-peraturan, hukum-hukum, menjelaskan kepercayaan, memberi pelajaran dan contoh-contoh. Ini semua adalah laksana jalan lurus yang dibentangkan Allah yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiannya di dunia dan di akhirat. Maka berbahagialah mereka yang menjalaninya dan sengsaralah orang yang menghindari diri dari jalan itu (Departemen Agama RI, 2009:7).

S

edangkan surat Al-Baqarah dimulai dengan ayat yang

menerangkan bahwa Al-Qur‟an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. Hal tersebut dijelaskan dalam ayat

ِنر

َهْيِقَحُمهِن يًذُه ِهْيِف َتْيَربَن ُتَحِكْنا َك

“Kitab (Al-Quran) ini tidak ada

keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa”. Al-Quran merupakan bimbingan bagi orang yang bertakwa, untuk hidup di dunia dan di akhirat nanti (Departemen Agama RI, 2009:36).

(59)

mengetahui jalan yang lurus atau dia mengetahuinya, tetapi dia tersesat dalam menempuh jalan itu (Departemen Agama RI, 2009:9). Sedangkan di awal surat Al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir dan, orang munafik. Orang yang bertakwa ialah orang yang memelihara dan menjaga dirinya dari azab Allah dengan selalu melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Di antara tanda-tanda orang yang bertakwa ialah sebagai berikut:

Pertama; Beriman kepada yang gaib. Gaib ialah sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh pancaindra. Pengetahuan tentang yang gaib itu semata-mata berdasar kepada petunuk-petunjuk Allah SWT. Karena jika beriman kepada Allah, maka beriman pula kepada firman-firman dan petunjuk-petunjuk-Nya. Termasuk yang gaib, ialah Allah, para malaikat, hari kiamat, surga, neraka, dan sebagainya. Pangkal iman kepada yang gian ialan iman kepada Allah SWT. Iman kepada Allah adalah dasar dari pembentukan watak dan sifat-sifat seseorang manusia agar dia menjadi manusia yang sebenarnya, sesuai dengan maksud Allah menciptakan manusia.

(60)

Ketiga; Menginfakkan sebagian rezeki yang telah dianugerahkan Allah. Rezeki ialah segala sesuatu yang dapat diambil manfaatnya. Menginfakkan sebagian rezeki ialah memberikan sebagian rezeki atau harta yang telah dianugerahkan Allah kepada orang-orang yang telah ditentukan oleh agama.

Keempat; Beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan-Nya, yaitu Al-Qur‟an dan kitab-kitab (wahyu), Taurat, Zabur, Injil dan sahifah-sahifah yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. Beriman kepada kitab-kitab dan sahifah-sahifah tersebut berarti beriman pula kepada para rasul yang telah diutus Allah kepada umat-umat yang dahulu.

Kelima; Beriman kepada adanya hari akhir. Beriman kepada adanya hari akhir ialah benar-benar percaya adanya hidup yang kedua setelah dunia ini berakhir (Departemen Agama RI, 2009:36-39).

(61)

Bagi mereka sama saja, apakah mereka diberi peringatan keras atau tidak (Departemen Agama RI, 2009:40).

Sedangkan orang munafik adalah orang yang mengaku bahwa mereka beriman, tetapi sebenarnya tidak beriman. Pengakuan mereka tidaklah benar. Mereka mengaku beriman untuk mengelabuhi mata dan mempermainkan orang Islam (Departemen Agama RI, 2009:44).

4. Munãsabah surat Al-Baqarah dengan surat Ali-Imron (Departemen

Agama RI, 2009:451).

f. Dalam surat Al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam langsung diciptakan Allah, yang tercantum dalam ayat 30, “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

(62)

diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan Termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)”.

g. Dalam surat Al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, yang dijelaskan dalam ayat 99-101.

“99. dan Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas; dan tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik. 100. Patutkah (mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah), dan Setiap kali mereka mengikat janji, segolongan mereka melemparkannya? bahkan sebagian besar dari mereka tidak beriman.101. dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (Kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah)”.

(63)

bantah membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui? Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”

h. Surat Al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia,

yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik. Sedangkan surat Ali-Imron menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya. Hal tersebut dijelaskan dalam ayat ke 7, “Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal”.

(64)

ketaatan. Hal tersebut tertera dalam ayat ke 286, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."

Sedangkan surat Ali-Imron disudahi dengan perhmohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya. Hal tersebut disebutkan dalam ayat 135, “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”.

(65)

kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat”.

Sedangkan surat Ali-Imron dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang meraka minta pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. Hal tersebut dijelaskan dalam ayat ke 2, “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya”.

I. Munãsabah Qs Al-Baqarah 2: 30-37 dengan Ayat Sebelum dan

Sesudahnya

(66)

kepada-Nya, dan mereka tidak akan durhaka dan menghindari nikmat-nikmat-Nya itu. Kemudian pada ayat 30-34, Allah SWT menerangkan nimat-Nya yang jauh lebih besar, yang disyukuri oleh semua keturunan Adam dengan cara menaati perintah-perintah-Nya, serta menjauhkan diri dari kedurhakaan dan kekafiran terhadap-Nya. Nikmat tersebut ialah diangkatnya manusia sebagai khalifah di bumi (Departemen Agama RI, 2009:75).

Pada ayat-ayat sebelumnya dijelaskan bahwa Allah telah mengangkat Adam menjadi khalifah di bumi dan Adam telah diberi-Nya ilmu pengetahuan kemudian para malaikat diperintahkan agar bersujud kepadanya dan mereka mematuhi perintah itu, kecuali iblis. Selanjutnya dalam ayat 35-37, Allah SWT menjelaskan penempatan Adam dan istrinya di surga, godaan setan terhadap mereka, dan akibat dari godaan itu. Kemudian diakhiri-Nya dengan memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya, dan ancaman terhadap orang-orang yang kafir (Departemen Agama RI, 2009:85).

(67)

BAB IV

PENGEMBANGAN POTENSI MANUSIA

DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM BERDASARKAN QS AL-BAQARAH 2: 30-37

A. Pandangan Ahli Tafsir Terhadap Qs Al-Baqarah 2: 30-37 1. Tafsir Ayat 30

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

a. Tafsir Al-Maraghy

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh komitmen profesi dan sosialisasi antisipatif mahasiswa profesi akuntansi terhadap niat

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa faktor yang mendorong mahasiswa untuk bermain judi sepak bola online adalah longgarnya kontrol dari orang tua, keuntungan yang mungkin

Tidak terpenuhinya nilai OEE di perusahaan tersebut karena nilai dari Quality Rate pada pperusahaan tersebut yang sangat rendah yaitu sebesar 50,1%sehingga perlu dilakukan

Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode Algoritma Genetika permasalahan optimasi kebutuhan kapal pengawas perikanan dengan mudah diselesaikan, mengacu

Tindakan yang lebih sistematis dalam menemukan kebenaran dari sebuah konsep yang muncul dari pengamatan dan pemikiran tersebut melalui percobaan-percobaan 16 sampai

Diversitas makrofauna yang aktif di permukaan mempunyai potensi sebagai indikator C- organik dan rasio C/N tanah, sedangkan makrofauna yang aktif di dalam tanah berhubungan

Ketiga, kendala-kendala yang dialami oleh nelayan tradional untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya: (1) kondisi internal, yang dicirikan dengan nelayan yang

Berbagai bentuk kelainan kongenital dan yang diperoleh pada penyakit kardiovaskuler merupakan mekanisme penyebab yang paling sering, tapi struktur yang mirip dapat juga