• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan pada keadaan yang sangat mengkhawatirkan akibat semakin maraknya penggunaan narkoba, kekhawatiran ini semakin dipertajam akibat meluasnya peredaran narkoba di kalangan generasi muda, selain itu Indonesia yang beberapa waktu lalu menjadi tempat transit dan pasar bagi peredaran narkoba, saat ini sudah berkembang menjadi produsen narkoba.

Masalah peredaran narkoba tentunya sangat berpengaruh terhadap ketahanan masyarakat dan kehidupan bangsa dan negara khususnya generasi muda, karena generasi muda adalah penerus cita-cita bangsa dan negara pada masa mendatang. Oleh karena itu, semua potensi bangsa harus serius mencurahkan perhatian untuk berpartisipasi aktif dalam penanggulangan penyalahgunaan narkoba demi kelangsungan hidup bangsa Indonesia (Nasution, 2004).

Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN, 2005) tercatat bahwa masalah penyalahgunaan narkoba di tanah air telah merambah pada sebagian besar kelompok usia produktif yakni yang masih berstatus pelajar maupun mahasiswa. Hasil survei BNN dan UI Tahun 2005 menyebutkan bahwa setiap hari 40 orang

(2)

Indonesia meninggal karena narkoba, 3,2 juta orang atau 1,5% penduduk Indonesia menjadi pengguna dan penyalahguna narkoba.

Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para remaja tertular dan menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini telah terbukti dari pemakaian narkoba melalui jarum suntik secara bergantian. Berdasarkan data KPA (Komisi Penanggulangan AIDS, 2007), dari seluruh jumlah kasus di Indonesia tersebut, sekitar 8 ribu atau 57,1% kasus HIV/AIDS terjadi pada remaja antara 15–29 tahun (37,8% terinfeksi melalui hubungan seks yang tidak aman dan 62,2% terinfeksi melalui penggunaan narkoba jarum suntik).

Berdasarkan kasus penyalahgunaan narkoba, guna peningkatan upaya preventif dan represif perlu dilakukan pembaharuan terhadap Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, termasuk peningkatan ancaman hukuman pidana baik dalam bentuk pidana minimal khusus dan maksimal maupun peningkatan pidana denda yang berkaitan dengan kejahatan narkotika dan penyalahgunaan prekursor narkotika serta penguatan kelembagaan yang berkaitan dengan pencegahan penyalahgunaan dan pemberantasan kejahatan narkotika (Listyawati, 2003).

Penyalahgunaan narkoba dapat merusak hubungan kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar dan produktivitas kerja secara drastis, ketidakmampuan membedakan yang baik dan yang buruk, perilaku maladaptif, gangguan kesehatan fisik dan mental, tindak kekerasan dan kriminalitas (Hawari, 2003).

(3)

Data dari BNN (2008) bahwa kerugian ekonomi yang ditimbulkan dari konsumsi narkoba di Indonesia sepanjang 2008 mencapai Rp15,37 triliun. Total kerugian ekonomi akibat penyalahgunaan narkoba, jenis shabu yang paling tinggi konsumsinya dengan kerugian Rp 5,52 triliun. Selain jenis narkoba shabu yang paling banyak menimbulkan kerugian ekonomi dari 33 provinsi di Indonesia, jenis ganja tercatat menimbulkan kerugian ekonomi terbesar kedua yakni Rp 2,37 triliun, menyusul putau bubuk Rp 2,31 triliun dan ekstasi Rp1,98 triliun dari 14 jenis narkoba yang terdata pada BNN.

Kasus narkoba di Sumatera Utara tahun 1998 tercatat 232 kasus, tahun 1999 sebanyak 561 kasus, tahun 2000 sebanyak 1014 kasus, dan tahun 2001 sebanyak 1247 kasus. Jumlah tersebut diperkirakan bisa sepuluh kali lipat kasus yang belum terungkap dan terdata oleh petugas (Tanjung, 2002).

Penelitian epidemiologi telah dilakukan beberapa kali di Indonesia dan menunjukkan hasil yang konsisten, yaitu pengguna zat psikoaktif sebagian besar berusia kurang dari 25 tahun. (Hartadi, 2008).

Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan membentuk perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa. Karena itulah bila masa anak-anak dan remaja rusak karena narkoba, maka suram atau bahkan hancurlah masa depannya. Pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya hidup, serta bersenang-senang besar sekali. Walaupun

(4)

semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan remaja untuk terdorong menyalahgunakan narkoba. Data menunjukkan bahwa jumlah pengguna narkoba yang paling banyak adalah kelompok usia remaja (Soetjiningsih, 2007).

Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN, 2009), banyak remaja yang mati muda karena overdosis dan tersiksa akibat kecanduan narkoba. Bahkan banyak dari mereka yang sudah terinfeksi penyakit mematikan yaitu HIV/AIDS akibat penggunaan narkoba dengan jarum suntik (Hartadi, 2000).

Sejak masa kanak-kanak telah merasakan kebutuhan akan bersosialisasi dengan

peer group/ teman sebayanya, dalam hidup bermasyarakat remaja dituntut

bersosialisasi. Perkembangan sosial pada masa remaja adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial, disamping dengan keluarga juga remaja mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group), sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas (Yusuf, 2008).

Remaja dalam kehidupan sosialnya akan selalu dihadapkan kepada berbagai peran yag ditawarkan oleh lingkungan keluarga maupun kelompok sebayanya, yang kadang-kadang membingungkan dan sering menimbulkan benturan-benturan, misalnya menjadi anggota kelompok musik tetapi juga harus menjadi siswa teladan. Maka dalam hal ini remaja harus mampu mengintegrasikan berbagai peran tersebut dalam diri pribadi (identitas diri) dan apabila terjadi benturan-benturan berbagai tututan peran harus dapat diselesaikan (Soetjiningsih, 2007).

(5)

Kebutuhan remaja untuk bersosialisasi dengan kelompok sebayanya bisa dimanfaatkan untuk proses sosialisasi yang normatif, sehingga remaja tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak sehat, tetapi sering sekali kegiatan bersosialisasi yang dilakukan para remaja dengan kelompok sebayanya malah akan berdampak pada kegiatan yang bersifat negatif, seperti penyalahgunaan narkoba. Hubungan sosial dengan teman sebayanya dapat menimbulkan dampak positif atau negatif. Dampak negatif yang diperoleh remaja dalam hal ini pengaruh buruk jika seorang remaja dengan lingkungan teman sebayanya sudah melakukan penyalahgunaan narkoba (Soetjiningsih, 2007).

Upaya penanggulangan masalah narkoba sudah dilaksanakan semenjak munculnya masalah tersebut bahkan bahaya penyalahgunaan narkoba telah ditetapkan sebagai ancaman nasional karena dapat mempengaruhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Listyawati,2003).

Berkaitan dengan itu, salah satu upaya yang dipandang strategis adalah melalui kegiatan penyebarluasan informasi tentang bahaya penyalahgunaan narkoba sehingga masyarakat akan mampu membentengi diri untuk tidak menjadi korban ataupun pelaku penyalahgunaan narkoba itu sendiri dengan tidak mengkonsumsi narkoba ataupun mengambil keuntungan dari peredaran gelap narkoba. Upaya dalam pemberantasan narkoba masyarakat dapat berperan sebagai mitra kerja aparat penegak hukum dengan memberikan informasi seluas-luasnya tentang penyalahgunaan dan peredaran narkoba (Yusuf, 2008).

(6)

Faktor-faktor yang mempunyai peran positif terhadap tumbuh kembang dan perubahan perilaku remaja, yaitu: kepribadian anak dan orang tua yang kuat; keluarga yang akrab, hangat, mempunyai pandangan dan aspirasi yang positif; orang tua yang dapat memberikan penghargaan terhadap upaya anak untuk belajar mandiri; dukungan dari lingkungan seperti guru, pengelola sekolah, kelompok sebaya (peer

group), kelompok pendukung keluarga (family support group), serta lainnya

(Soedjiningsih, 2007).

Remaja mempunyai risiko untuk menyalahgunakan obat-obatan, dalam kehidupan sehari-hari pengaruh oleh teman dekat untuk menyalahgunakan obat lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak dikenal. Khususnya pada remaja-remaja yang mempunyai riwayat kejahatan, bolos sekolah, gagal di sekolah, atau perilaku seks bebas mempunyai risiko menyalahgunakan obat lebih besar (Soetjiningsih, 2007).

Strategi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan narkoba pada remaja yang paling efektif dengan perubahan perilaku melalui pendidikan kesehatan, dalam beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya kecenderungan yang tinggi dalam perubahan perilaku remaja melalui Pendidikan Kelompok Sebaya. Raharjo (2005) mengungkapkan pendidikan bercirikan dengan tiga hal pokok; belajar dari realistis atau pengalaman, tidak menggurui, dan dialogis.

Pendidikan sebaya adalah suatu proses komunikasi, informasi dan edukasi yang dilakukan oleh dan untuk kalangan yang sebaya yaitu kalangan satu kelompok. Ini

(7)

dapat berarti satu kelompok sebaya pelajar, kelompok mahasiswa, sesama rekan kerja, sesama profesi dan jenis kelamin (Sahiva USU dan Komisi Penanggulangan AIDS dan Penanggulangan Narkoba Daerah, 2000).

Bee (dalam Amin, 1999) menyatakan bahwa remaja cenderung melakukan hal-hal yang sama dengan teman-temannya semata-mata agar dapat diterima dan tetap menjadi anggota kelompok tersebut. Beberapa hasil penelitian tentang masalah perilaku remaja, strategi pencegahan yang dilakukan melalui Pendidikan Kelompok Sebaya (PKS) yang dilakukan oleh Penggerak Pendidik Kelompok Sebaya (PPKS) merupakan strategi pendidikan kesehatan yang dipandang cukup efektif (Wisni, 2009).

Memfasilitasi pendidikan sebaya dalam konteks ini dilakukan dalam serangkaian aktivitas diskusi, ceramah, dan transformasi pengetahuan. Muninjaya (1999) mengatakan sudah saatnya dilakukan Pendidikan Kesehatan dikalangan remaja dan dapat dimulai di lingkungan sekolah. Dengan demikian diharapkan para remaja dapat lebih mengetahui dan dapat mengindari resiko penyalahgunaan obat terlarang (narkoba).

Sasaran yang paling efektif dalam upaya penanggulangan narkoba ini adalah remaja. Target yang tepat untuk memberikan pendidikan kesehatan pada remaja adalah remaja dengan tahap pendidikan sekolah menengah atas (SMA). Data statistik BPS Provinsi Sumut tahun 2009, diperoleh tercatat pada tahun 2007 jumlah SMA 857 sekolah yang masih aktif melaksanakan proses pendidikan.

(8)

Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Harapan dengan adanya pesan tersebut masyarakat, keluarga atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik (Notoatmodjo, 2003).

Menurut data dari PIMANSU (Pusat informasi masyarakat anti narkoba Sumatera Utara) tahun 2009, data kejadian perkara narkoba di sekolah terdapat di daerah Polsek Medan Halvetia. Data dari Januari sampai Desember tahun 2009, Satuan Narkoba Poltabes Medan mencacat pemakai narkoba terbanyak dari kalangan pelajar SMA dengan jumlah 591 orang, SMP sebanyak 321 orang, pelajar SD 106 orang dan dan mahasiswa 50 orang (Depkominfo, 2010).

Aktivitas pendidikan di Kota Medan merupakan tergolong tinggi, dari jumlah sekolah di semua jenjang tingkat pendidikan, mulai dari tingkat terendah hingga perguruan tinggi dan juga kursus-kursus. Sarana sekolah tersebar di seluruh wilayah pemerintahan Kota Medan termasuk pada daerah tertinggal. Jumlah SMA/SMU, SMK, dan MA (Madrasah Aliyah) di Kota Medan 352 sekolah, dengan rincian SMA/SMU Negeri sebanyak 21 sekolah, SMA/SMU swasta sebanyak 170 sekolah, SMK Negeri sebanyak 12 sekolah, SMK swasta 121 sekolah, MA Negeri ada 3 sekolah, dan MA swasta sebanyak 26 sekolah (Pemko Medan, 2009).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa penting melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kelompok Sebaya terhadap Pengetahuan dan

(9)

Sikap Remaja tentang Risiko Penyalahgunaan Narkoba di SMA Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan”.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pengaruh Pendidikan Kelompok Sebaya terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Risiko Penyalahgunaan Narkoba di SMA Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan”.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis “Pengaruh Pendidikan Kelompok Sebaya terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Risiko Penyalahgunaan Narkoba di SMA Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan.”

1.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ada pengaruh pendidikan kelompok sebaya terhadap pengetahuan dan sikap pada remaja tentang risiko penyalahgunaan narkoba di SMA Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan.

(10)

1.5. Manfaat Penelitian a. Bagi Pendidikan

Penelitian ini berguna sebagai sumber informasi dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam lingkup pendidikan ilmu kesehatan masyarakat tentang pengaruh pendidikan kelompok sebaya terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang risiko penyalahgunaan narkoba, sehingga dapat berguna dalam penerapan upaya promotif dan preventif kepada masyarakat.

b. Bagi Petugas Kesehatan

Penelitian ini merupakan dasar yang dapat digunakan sebagai informasi bagi petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya bagi kelompok remaja, bahwa pendidikan kesehatan melalui kegiatan penyuluhan dapat merubah perilaku remaja tentang risiko penyalahgunaan narkoba sehingga intensitas pelaksanaan program pendidikan kesehatan dapat dilaksanakan melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

c. Bagi Masyarakat

Memberikan pengetahuan yang sangat penting kepada masyarakat khususnya remaja, tentang dampak buruk penyalahgunaan narkoba sehingga dapat melakukan tindakan terhadap risiko penyalahgunaan narkoba agar terhindar dari risiko penyalahgunaan narkoba.

(11)

d. Bagi Pihak Sekolah

Sebagai masukan berupa informasi serta evaluasi bagi sekolah, agar para guru pembimbing untuk selalu aktif memantau kegiatan siswanya baik kegiatan didalam sekolah maupun diluar sekolah agar siswa remaja dapat terhindar dari risiko penyalahgunaan narkoba. Para guru dan pengurus sekolah diharapkan lebih aktif memberikan pendidikan bahaya dan rsiko penyalahgunaan narkoba dan meminta dengan melibatkan berbagai pihak seperti badan narkotika nasional, kepolisian dan sebagainya.  

Referensi

Dokumen terkait

Perjanjian utang piutang antara unit simpan pinjam tersebut dengan masyarakat dilakukan secara lisan dengan tanpa adanya jaminan khusus harta benda milik

Uways Sulqurni Graha Piesta, Jalan Warung Buncit Raya No.. Bursa Efek

Infeksi bedah merupakan penyulit pembedahan yang sering dijumpai pada praktek sehari –   hari infeksi dapat terbatas di tempat  pembedahan, luka insisi atau menyebar secara

Setelah menganalisis data yang diperoleh dari SMP Negeri 1 Jepara yaitu dengan melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Kesiswaan dan Guru

Dari anamnesis, manifestasi klinis pneumonia didahului beberapa hari dengan gejala infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), yaitu batuk dan rinitis (pada pasien ini

Wawancara dengan Desbenneri Sinaga, Hakim PN Sidoarjo tanggal 17 Mei 2013.. 10 hakim berhak memberikan pertimbangan sebagai alasan pemberat bagi terdakwa. Tindak pidana

Dari sini akan semakin jelas bahwa sesungguhnya penggunaan dana pensiun yang benar dewasa ini tidak hanya harus difokuskan kepada tabungan di hari tua bagi para

a) Piutang yang timbul dari Tuntutan Perbendaharaan/Ganti Rugi apabila telah timbul hak yang didukung dengan Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak dan/atau telah