• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU KEWASPADAAN MONYET HITAM SULAWESI PULAU BACAN, MALUKU UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERILAKU KEWASPADAAN MONYET HITAM SULAWESI PULAU BACAN, MALUKU UTARA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

17 PERILAKU KEWASPADAAN MONYET HITAM SULAWESI

(Macaca nigra DESMAREST, 1822) DI HUTAN KONVERSI PULAU BACAN, MALUKU UTARA

Ahmad, Zulkifli 1 dan Abdu Mas’ud 1

1

Dosen Pada Prodi Pendidikan Biologi Universitas Khairun Ternate Email: zulkifliahmad@ugm.ac.id

abdu_unk@yahoo.co.id

ABSTRAK

Monyet hitam Sulawesi, selain terdapat di Pulau Sulawesi dapat pula ditemukan di Pulau Bacan Maluku Utara. Monyet hitam yang ada di Pulau Bacan memiliki kesamaan karakter morfologi dengan monyet hitam yang ada di Pulau Sulawesi. Adanya aktivitas manusia di sekitar dan di dalam kawasan Cagar Alam Gunung Sibela Bacan, telah menyebabkan terjadinya degradasi habitat dan deforestasi. Hal ini dapat menimbulkan dampak terhadap ketidakstabilan populasi serta perubahan perilaku hewan, dan dimungkinkan termasuk perilaku kewaspadaan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perilaku kewaspadaan monyet hitam Sulawesi di hutan konversi Pulau Bacan. Teknik pengumpulan data perilaku kewaspadaan dilakukan dengan metode All Occurance Sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa monyet hitam Sulawesi di hutan konversi masih memiliki tingkat kewaspadaan yang tinggi. Kemampuan mendeteksi dan reaksi yang ditunjukkan di hutan konversi, menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p>0,05). Hasil uji Wilcoxon dan Friedman terhadap penggunaan ketinggian dan kanonpi pohon menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p>0,05). Walaupun secara statistik menunjukkan perbedaan tidak bermakna, namun ada kecenderungan bahwa dalam jangka waktu panjang monyet hitam Sulawesi di kawasan Cagar Alam Gunung Sibela Bacan akan berkurang sifat kewaspadaannya, bahkan dimungkinkan menunjukkan reaksi positif apabila aktifitas masyarakat di hutan konversi Pulau Bacan semakin meningkat.Implikasi hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai materi ajar matakuliah ekologi hewan khususnya dalam pengembangan praktikum dan riset mahasiswa.

Kata kunci : Perilaku kewaspadaan, monyet hitam Sulawesi, hutan konversi Pulau Bacan, Maluku Utara

Monyet hitam Sulawesi, selain terdapat di Pulau Sulawesi dapat pula ditemukan di Pulau Bacan Maluku Utara. Monyet hitam yang ada di Pulau Bacan memiliki kesamaan karakter morfologi dengan monyet hitam yang ada di Pulau Sulawesi (Fooden, 1969; Napier and Napier, 1985; Hamada, et al. 1994; Hamada,

et al. 1988). Jumlah populasi monyet hitam di Pulau Bacan diperkirakan menurun drastis ketika terjadi konflik horizontal (periode 1999-2000). Penurunan populasi monyet hitam disebabkan oleh adanya perburuan untuk dikonsumsi dagingnya, sebagai hewan peliharaan, atau dibunuh secara sengaja

(2)

18 (Hamada, et al. 1994; Rosenbaum et al.1998;

Melvi, 2010), karena hewan tersebut bersifat agresif. Adanya aktivitas penduduk di sekitar kawasan cagar alam, juga dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan populasi monyet hitam. Aktivitas tersebut dapat berupa penebangan kayu oleh penduduk, baik untuk keperluan kayu bakar, sebagai bahan dasar pembuatan rumah dan keperluan lainnya (Rosenbaum et al.1998; Melvi, 2010). Perburuan liar dan kebisingan yang ditimbulkan oleh manusia (Melvi, 2010), juga dapat menyebabkan terjadinya migrasi dan menimbulkan gangguan terhadap populasi monyet hitam Sulawesi serta perubahan pada perilakunya.

Salah satu upaya untuk menjaga dan melindungi kelestarian monyet hitam Sulawesi yang ada di kawasan Cagar Alam Gunung Sibela Bacan adalah dengan melakukan perlindungan dan pengelolaan secara komprehensif. Salah satunya adalah dengan mempelajari perilaku kewaspadaan monyet hitam Sulawesi. Perilaku kewaspadaan monyet hitam Sulawesi dapat diketahui dengan mempelajari kemampuan responnya terhadap kehadiran “benda asing”. Kemampuan tersebut dapat berupa kecepatan deteksi, reaksi yang ditunjukkan, dan penggunaan ketinggian serta kanopi pada pohon.

Informasi ilmiah tentang perilaku kewaspadaan (kecepatan deteksi, reaksi, penggunaan ketinggian serta kanopi pohon) monyet hitam Sulawesi yang ada di hutan konversi Pulau Bacan masih sangat terbatas dan belum diketahui. Untuk itu, hasil penelitian ini sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan perlindungan dan pengelolaan kawasan Cagar Alam Gunung Sibela Bacan secara efektif dan efisien.

Tujuan dalam penelitian ini adalah mempelajari perilaku kewaspadaan (kecepatan deteksi, reaksi, penggunaan ketinggian serta kanopi pohon) oleh monyet hitam Sulawesi (M. nigra) di hutan konversi Pulau Bacan Kabupaten Halmahera Selatan, Propinsi Maluku Utara.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan selama 84 hari pengamatan, dimulai pada bulan Mei-Juli tahun 2011 di hutan konversi Pulau Bacan. Alat-alat yang digunakan meliputi; peta lokasi, kompas, roll meter, GPS, teropong binokular Sakura AT 78m/1000m, kamera DSLR Canon EOS 1100D EF-S 18-55mm f/3.5-5.6 IS, handcounter dan jam tangan, lembar pengamatan, serta pita untuk tanda di setiap jalur pengamatan. Objek kajian dalam penelitian ini adalah semua jenis monyet hitam

(3)

19 Sulawesi yang ditemukan di setiap jalur

pengamatan.

Metode yang digunakan untuk pengambilan data perilaku kewaspadaan adalah All Occurrence Sampling (Alttman, 1974; Slatter, et al. 1991). Pengamatan dilakukan di hutan konversi dengan membuat 7 jalur pengamatan, berjarak 6 km untuk setiap jalur. Pengamatan dilakukan setiap hari, saat terbit matahari (sekitar pukul 06.00 Wit) sampai terbenam matahari (sekitar pukul 17.00 Wit). Pengamatan perilaku kewaspadaan dilakukan dengan menelusuri jalur-jalur pengamatan, bergantian setiap hari pada jalur pengamatan yang lain (Tobing, 1999). Pengamatan tetap dilakukan pada monyet hitam Sulawesi yang berada di luar jalur pengamatan (Fachrul, 2007). Pencatatan data deteksi, reaksi dan penggunaan ketinggian serta kanopi pohon dilakukan saat awal perjumpaan dengan kelompok monyet hitam Sulawesi. Untuk data deteksi, pada setiap pertemuan dengan monyet hitam, akan diperoleh suatu frekuensi deteksi. Untuk data reaksi, dicatat reaksi yang diperlihatkan oleh monyet tersebut, apakah bersifat positif, netral atau negatif. Masing-masing frekuensi kategori reaksi, dihitung persentasenya. Pengamatan penggunaan ketinggian pada pohon dilakukan dengan mencatat interval ketinggian yang digunakan monyet hitam pada saat perjumpaan awal. Berdasarkan total

frekuensi penggunaan setiap interval ketinggian, dihitung persentasenya, kemudian dianalisis secara statistik. Cara pencatatan seperti ini juga dilakukan untuk mengetahui penggunaan kanopi pohon.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Titik-titik sampling pengamatan monyet hitam Sulawesi di Pulau Bacan sebagai berikut :

1) Desa Wayamiga terletak di Kecamatan Bacan Timur, berada di sebelah timur dari kawasan CAGS, dan berbatasan langsung dengan Bukit Batu (masyarakat setempat menyebutnya Gunung Batu). Di kampung lama Desa Wayamiga, ditentukan 6 jalur pengamatan pada hutan konversi. Kelompok monyet hitam yang ditemukan, selanjutnya disebut kelompok monyet hitam Wayamiga (M-W).

2) Di Desa Makian Kecamatan Bacan Tengah, khususnya sekitar area kebun percobaan Balittro, dibuat empat jalur pengamatan pada hutan konversi. Kelompok monyet hitam yang ditemukan, selanjutnya disebut kelompok monyet hitam Makian (M-K).

3) Di Desa Papaloang Kecamatan Bacan Selatan, dibuat 4 jalur pengamatan pada hutan konversi. Kelompok monyet hitam yang ditemukan, selanjutnya disebut kelompok monyet hitam Papaloang (M-P).

(4)

20 Berdasarkan hasil perhitungan jumlah

individu dengan menggunakan metode Rapid Assesment di sepanjang jalur tiap titik pengamatan, ditemukan jumlah individu monyet hitam yang berfariasi. Di hutan konversi Desa Wayamiga ditemukan 35 individu, dengan perbandingan sex rasio dewasa kelamin; 4 ekor jantan dewasa (male):10 ekor betina dewasa (female). Di Desa Makian dijumpai 26 individu dengan perbandingan sex rasio dewasa kelamin; 1 ekor jantan dewasa (male):3 ekor betina dewasa (female), serta di Desa Papaloang dijumpai 45 individu dengan perbandingan sex rasio dewasa kelamin; 2 ekor jantan dewasa (male):8 ekor betina dewasa (female).

Perilaku Kewaspadaan Monyet Hitam Sulawesi Di Hutan Konversi Pulau Bacan a. Kecepatan deteksi monyet hitam

Sulawesi

Perbedaan habitat dan perubahan lingkungan yang terjadi, memiliki pengaruh terhadap kecepatan deteksi (deteksi awal) monyet hitam Sulawesi di hutan konversi Pulau Bacan. Umumnya di dua lokasi pengamatan (Makian dan Papaloang), monyet hitam lebih dulu mendeteksi kehadiran pengamat/manusia (rerata deteksi awal 98,9%). Sedangkan di hutan konversi Wayamiga, rerata persentase deteksi awal adalah 40%. Dengan semakin rendahnya

persentase frekuensi deteksi awal pada monyet hitam Sulawesi yang ditemukan di hutan konversi Wayamiga, diduga monyet hitam Sulawesi telah mulai teradaptasi sehingga menjadi terbiasa terhadap kehadiran manusia di habitatnya. Hal ini ada hubungannya dengan keberadaan perkebunan rakyat yang berdekatan dengan kawasan CAGS. Jenis tanaman yang ditanam, merupakan sumber pakan utama bagi monyet hitam Sulawesi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Saroyo (2009), pakan utama monyet hi

Hasil analisis dengan uji proporsi terhadap persentase frekuensi deteksi awal oleh monyet hitam di hutan konversi adalah berbeda tidak bermakna (p > 0,05). Analisis ini memberi arti bahwa walaupun secara statistik mendapatkan nilai perbedaan tidak bermakna, namun ada kecenderungan tingkat kewaspadaan monyet hitam Sulawesi di kawasan CAGS, khususnya di lokasi hutan konversi Wayamiga telah mengalami penurunan.

b. Reaksi monyet hitam Sulawesi

Perjumpaan dengan monyet hitam Sulawesi di lokasi pengamatan umumnya memiliki reaksi yang bersifat negatif (menghindari pengamat/manusia) ataupun reaksi netral (tidak memperlihatkan reaksi yang nyata dan tidak lari), sedangkan reaksi

(5)

21 Tabel 1. Persentase frekuensi kategori reaksi monyet hitam yang ditemukan di hutan konversi di

Pulau Bacan

positif (bereaksi mendekati pengamat) tidak pernah teramati selama pengamatan.

Aktifitas masyarakat secara langsung belum memberikan nilai positif langsung terhadap populasi monyet hitam Sulawesi, namun kehadiran manusia dengan aktifitasnya dapat memberikan nilai positif tidak langsung terhadap kewaspadaan monyet hitam Sulawesi. Hal ini dapat terjadi karena adanya perkebunan rakyat di sekitar kawasan CAGS yang menjadi sumber pakan utama, dan memberikan stimulus bagi kehadiran monyet hitam Sulawesi. Semakin tinggi nilai frekuensi kehadiran monyet hitam di perkebunan rakyat, peluang bertemu dengan manusia semakin besar. Hal ini akan memperbesar pula nilai reaksi netral dari monyet hitam tersebut. Jika keadaan ini terus berlanjut, dikhawatirkan dalam jangka waktu panjang perilaku kewaspadaan monyet hitam Sulawesi yang merupakan sifat alami dari hewan tersebut akan berkurang, sehingga berkurang pula kemampuan mempertahankan diri di alam (struggle for life) dari serangan predator. Di

hutan konversi Desa Papaloang memiliki persentase frekuensi reaksi netral masih sangat kecil (0,18%). Hal ini karena kondisi hutan

konversi telah berubah menjadi hutan sekunder dan jauh dari pemukiman, sehingga peluang bertemu dengan manusia relatif berkurang dan hampir jarang terjadi. Selain itu, akses manusia menuju hutan konversi Desa Papaloang masih sulit untuk di jangkau.

Dari segi konservasi, perilaku kewaspadaan monyet hitam Sulawesi di kawasan CAGS mestinya tetap dipertahankan, sebagai salah satu sifat alami satwa liar agar tetap mampu bertahan hidup di alam. Salah satu peran untuk menjaga agar kewaspadaan monyet hitam Sulawesi tetap lestari adalah dengan tidak melakukan aktifitas di sekitar kawasan CAGS, sehingga dapat meminimalisir perjumpaan dengan monyet hitam Sulawesi dan menurunkan nilai reaksi netral.

c. Penggunaan ketinggian dan kanopi pohon oleh monyet hitam Sulawesi

Hasil pengamatan terhadap penggunaan ketinggian oleh monyet hitam Sulawesi di pohon, memiliki frekuensi yang

Kelompok Wayamiga Makian Papaloang

Reaksi positif 0 0 0

Reaksi netral 7,27 1,26 0,18

Reaksi negatif 43,64 38,13 48,21

(6)

22 berfariasi pada setiap ketinggian. Frekuensi

ketinggian yang umum digunakan oleh monyet hitam Sulawesi di hutan konversi adalah antara 0 sampai 35 meter dari permukaan tanah. Persentase penggunaan ketinggian di pohon oleh monyet hitam di hutan konversi disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Persentase frekuensi penggunaan ketinggian oleh monyet hitam Sulawesi di hutan konversi pada kawasan CAGS Bacan

Kelompok Wayamiga Makian Papaloang

0-5 meter 14,63 11,36 0 5 – 10 meter 6,25 8,33 0,36 10 – 15 meter 9,60 10,86 4,65 15 – 20 meter 3,20 2,78 21,29 20 – 25 meter 4,57 3,28 3,94 25 – 30 meter 4,27 2,27 5,37 30 – 35 meter 0,15 0,51 12,70 35 – 40 meter 0 0 0

Di hutan konversi Desa Wayamiga, monyet hitam lebih sering terlihat dan ditemukan berada di ketinggian 0-5 meter, karena di kedua daerah tersebut, masyarakat telah menanam beberapa jenis tanaman hortikultura yang menjadi sumber pakan utama monyet hitam, misalnya jagung (Zea mays), singkong (Manihot esculenta), dan pisang (Musa sp.). Di hutan konversi Desa Papaloang, monyet hitam sering tidak ditemukan berada di ketinggian 0-5 meter, karena sebagian besar lokasi sudah

ditinggalkan sehingga telah berubah menjadi hutan sekunder. Jenis tanaman palawija yang menjadi sumber pakan utama bagi monyet hitam juga sudah jarang dijumpai. Di bagian tepi dari hutan sekunder, dekat dengan pemukiman, masyarakat banyak yang menanam tanaman cokelat (Theobroma cacao) dan aren (Arenga pinnata Merr).

Berdasarkan hasil analisis uji Wilcoxon terhadap persentase frekuensi ketinggian oleh monyet hitam menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p > 0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa walaupun penggunaan ketinggian berfariasi, namun pola penggunaan ketinggian di hutan konversi belum mengindikasikan perbedaan bermakna. Dengan demikian, dapat disebutkan bahwa perubahan lingkungan belum berpengaruh secara nyata terhadap penggunaan ketinggian pohon oleh monyet hitam Sulawesi.

Hasil pengamatan tentang penggunaan lapisan kanopi pohon oleh monyet hitam di hutan konversi memperlihatkan bahwa umumnya monyet hitam ditemukan hampir di semua lapisan kanopi pohon dan relatif lebih sering menggunakan kanopi bawah, sedang dan atas. Hal ini menjadi indikasi bahwa semua lapisan kanopi pohon dapat dimanfaatkan oleh monyet hitam Sulawesi untuk melakukan aktifitas, walaupun frekuensi penggunaannya berfariasi di setiap kanopi,

(7)

23 karena masih dapat ditemukan sumber pakan

serta masih memungkinkan dijadikan sarana dalam melakukan aktifitas harian monyet hitam Sulawesi.

Hasil analisis statistik dengan uji Wilcoxon menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p > 0,05). Hasil analisis ini memberi arti bahwa walaupun penggunaan kanopi pohon oleh monyet hitam Sulawesi di hutan konversi adalah relatif berfariasi, namun tidak ada suatu pola tertentu yang khusus dalam menggunakan kanopi pohon pada kondisi habitat tertentu. Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa walaupun lingkungan telah terjadi perubahan, namun belum berpengaruh secara nyata terhadap penggunaan ketinggian dan kanopi pohon oleh monyet hitam Sulawesi.

IMPLIKASI HASIL PENELITIAN PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

Hasil penelitian ini memiliki kontribusi pada perkuliahan di Prodi pendidikan Biologi khususnya matakuliah Ekologi Hewan spesifikasi tingkah laku hewan. Melalui riset ini dapat memberikan informasi awal pada mahasiswa untuk mempelajari tingkah laku hewan khususnya perilaku kewaspadaan pada monyet hitam Sulawesi. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan praktikum ekologi hewan dan dapat membekali

mahasiswa untuk melakukan riset sejenis dalam rangka pengembangan keilmuwan bidang Ekologi Hewan.

Pembelajaran kontruktivisme kontekstual dapat dilaksanakan melalui pendekatan konsep hasil riset ini. Mahasiswa dapat mengamati secara langsung perilaku kewaspadaan pada hewan melalui metode yang telah dikembangkan melalui riset ini, mahasiswa dapat memodifikasi masalah penelitian yang akan dilakukan melalui analisa lingkungan dan kajian teori yang mendalam.

KESIMPULAN

Hasil uji proporsi kecepatan deteksi dan reaksi di hutan konversi menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p>0,05). Penggunaan ketinggian pohon oleh monyet hitam di hutan konversi lebih ditemukan berada di ketinggian 0-10 meter. Hampir di setiap kanopi pohon, ditemukan monyet hitam. Hasil uji Wilcoxon penggunaan ketinggian dan kanopi pohon di hutan konversi adalah berbeda tidak bermakna (p>0,05). Walaupun secara statistik menunjukkan perbedaan tidak bermakna, namun ada kecenderungan bahwa dalam jangka waktu panjang monyet hitam Sulawesi di kawasan CAGS Bacan akan berkurang sifat kewaspadaannya, bahkan dimungkinkan menunjukkan reaksi positif

(8)

24 apabila aktifitas masyarakat di sekitar kawasan

CAGS Bacan semakin meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Altmann, J. 1974. Observational Study of Behaviour: Sampling Methods. Behaviour , 227-262.

Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara, Jakarta.

Fooden, J. 1969. Taxonomy and Evolution of the Monkeys of Celebes. Biblioteca Primatologica, 10: 1-148.

Hamada, Y., T. Watanabe, K. Takenaka, B. Suryobroto, and Y. Kawamoto. 1988. Morphological Studies on The Sulawesi macaques. I. Phyletic analyses of body color. Primates,29: 65-80.

Hamada, Y., Toru Oi, and T. Watanabe. 1994. Macaca nigra on Bacan Island, Indonesia: Its Morphology, Distribution, and Present Habitat. International Journal of Primatology, Vol. 15 No.3, 487-493.

Melfi, V. 2010. Selamatkan Yaki! Conservation of Sulawesi Crested Black Macaques Macaca nigra. In : S. Gursky-Doyen and J. Supriatna (eds.), Indonesian Primates, Developments in Primatology: Progress and Prospects, © Springer Science+Business Media. DOI 10.1007/978-1-4419-1560-3_19.

(http://www.springer.com/series/5852/pdf)

Napier, J.R., and P.H. Napier. 1985. The Natural History of the Primates. The MIT Press Cambridge, Massachusetts.

Rosenbaum, B., T.G. O’Brien, M. F. Kinnaird, and J. Supriatna. 1998. Population Densities of Sulawesi Crested Black (Macaca nigra) on Bacan and Sulawesi, Indonesia: effects of habitat disturbance and hunting. American Journal Primatology, 44: 89-106.

Saroyo, S.S Mansjoer, K. Watanabe, T. Enomoto, I. Mansjoer, dan D. Sajuthi. 2003. Studi Habitat Vegetasi Monyet Hitam Sulawesi (Macaca nigra) Kelompok Rambo II di Cagar Alam Tangkoko-Batuangus. Eugenia, 9 (4): 220-234.

Slater, P.J.B., J. S. Rosenblatt, C. Beer, and M. Milinski. 1991. Advance in the Study of Behaviour. Academic Press inc. California.

Suprijatna, J., dan E. H. Wahono. 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Tobing, I.S.L. 1999. Pengaruh Perbedaan Kualitas Habitat Terhadap Perilaku dan Populasi Primata di Kawasan Cikaniki, Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat. (Tesis). Fak. Kehutanan IPB Bogor.

Gambar

Tabel  2.  Persentase  frekuensi  penggunaan  ketinggian  oleh  monyet  hitam  Sulawesi  di  hutan  konversi  pada  kawasan  CAGS  Bacan

Referensi

Dokumen terkait

Sumber: Data Program KIA Puskesmas Banguntapan III Tahun 2009-2014 Dari grafik di atas dapat dipetik informasi bahwa terjadi kenaikan kasus kematian ibu pada tahun 2014.. Dari

Dari pembahasan Kesimpulan diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa blibli merupakan salah satu e-commerse terbesar di indonesia dan dapat di percaya karena merupakan anak

Gelanggang Permainan adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk permainan ketangkasan dan atau mesin permainan sebagai usaha pokok dan dapat

d) Hasil analisis kondisi sarana informasi wisata lebih banyak (58% responden) yang mengatakan tidak berfungsinya karena akses jalan yang tidak memenuhi standar

Sesudah dilakukannya pengujian simulasi sistem penyala mesin otomatis pada boat berbasis barcode , maka hasil dari pengujian tersebut akan dianalisis sesuai parameter

Berdasarkan kenyataan yang di temui di lapangan tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang permasalahan ini terutama

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Resolusi Konflik Pengelolaan Sumber Air Wendit Antar Pemerintahan Daerah Kabupaten Malang Dan Kota Malang ... Negosiasi Antara Pemerintah

Linear Prediction and Long Term Predictor Analysis and Synthesis Xiaohua Zhou, Banu Wirawan