• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakekat Guru

Dalam pendidikan, Guru merupakan komponen dari perangkat sistem pendidikan yang ada di sekolah, sebagai pendidik guru membimbing dalam arti menuntun peserta didik sesuai dengan kaidah yang baik dan mengarahkan perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

Guru merupakan faktor penentu dalam proses penyelenggaraaan pendidikan, karena hakekat guru adalah untuk mendidik, yakni mengupayakan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotor, kognitif maupun afektif”. Menurut Rahman dan Amri (2014:72) “guru adalah sebuah profesi, yang menuntut kehalian, tanggung jawab, dan kesetiaan”. Di masyarakat, seorang guru dinilai masyarakat, di sekolah seorang guru dinilai oleh peserta didik dan teman sejawatnya serta atasannya. Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk dapat membentuk kualitas anak didiknya. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah.

2.1.1 Pengertian Guru

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Begitu pula yang dikemukakan oleh Peraturan

(2)

Pemerintah RI Pasal 1 Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, yang menyebutkan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.

Hal yang samapun dipaparkan dalam Permeneg Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, yaitu bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Selanjutnya Supriyadi (2013:11) berpendapat bahwa “Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal”.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa guru adalah pendidik profesional yang terus menerus mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi anak pada tahap awal usia dini sampai sekolah dasar dan menengah pada proses belajar mengajar baik pada jalur formal maupun informal.

2.1.2 Karakteristik Guru

Guru adalah salah satu profesi yang banyak diminati oleh kebanyakan orang, hal tersebut karena guru merupakan profesi yang dapat menentukan masa

(3)

depan bangsa ini. Dan guru juga merupakan profesi yang unik, karena profesi ini melekat secara sempurna pada diri seseorang yang menyandang predikat ini. Guru yang baik dan berkualitas sudah pasti memiliki karakter yang baik pula. Banyak karakter-karakter yang harus dimiliki oleh seorang guru agar menjadi seorang guru yang baik. Suprihatiningrum (2013:73), berpendapat bahwa secara umum profesi guru memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; 2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; 3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; 4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; 5) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; 6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; 7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; 8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; 9) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Guru dapat melaksanakan evaluasi yang efektif serta menggunakan hasilnya sebagai cara mengetahui prestasi dan kemajuan siswa, guru juga dapat melakukan perbaikan dan pengembangan. Dengan kemajuan teknologi saat ini guru banyak memberikan kesempatan kepada murid agar dapat mengolah dan mencari sendiri informasi. Namun tetap saja keahlian guru harus terus dikembangkan dan tidak hanya terbatas pada penguasaan prinsip mengajar yang biasa-biasa saja.

2.2 Peran Guru

Pada prinsipnya ada beberapa hal yang harus diperhatikan, dimana guru juga harus memiliki peran yang senantiasa menjadi suri tauladan bagi peserta didik, mengingat setiap gerak gerik dan tingkah laku guru pada dasarnya merupakan proses pembelajaran bagi peserta didik. Guru juga merupakan sentral dalam perannya sebagai pendidik, mengingat sebagian besar waktu guru adalah

(4)

berhadapan dengan administrasi pengelolaan serta rancang bangun pengelolaan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan peserta didik, juga dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang harus disampaikan kepada peserta didik, maka dari itu peran guru sangatlah penting dalam proses pembelajaran. Suprihatiningrum (2013:28), berpendapat bahwa peran guru adalah sebagai berikut:

1) Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan; 2) wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa suara dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan; 3) seorang pakar dalam bidangnya,yaitu menguasai bahan yang harus diajarkan; 4) penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para siswa melaksanakan disiplin; 5) pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar pendidikan berlangsung dengan baik; 6) pemimpin generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk mengarahkan perkembangan siswa sebagai generasi muda yang akan menjadi pewaris masa depan; 7) penerjemah kepada masyarakat, yaitu guru yang berperan untuk menyampaikan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.

Menurut Rahman dan Amri (2014:104) peran guru dalam proses pembelajaran ialah guru yang dapat memposisikan dirinya sebagai:

1) Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya;

2) Teman sebagai tempat mengadu dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik;

3) Fasilitator yang selalu siap memberi kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan dan bakatnya;

4) Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui

permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan sarana pemecahannya;

5) Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggug jawab;

6) Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan dengan orang lain secara

wajar;

7) Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antara peserta didik, orang lain,

dan lingkungannya;

8) Mengembangkan kreativitas;

9) Menjadi pembantu jika diperlukan.

Peran seorang guru sangalah penting dalam pendidikan, karena guru tidak hanya mengajar tetapi juga harus mendidik, membimbing, dan membina anak didik. Selain itu juga guru harus merancang pembelajaran, dan mengelola pelajaran. Seorang guru juga harus berperan sebagai evaluator, konselor, dan berperan sebagai pelaksana kurikulum. Dari itulah guru dituntut harus kreatif

(5)

dalam menciptakan suasana belajar yang inovatif, yang mampu meningkatkan mutu pendidikan melalui sistem persekolahan terutama sekolah dasar.

2.3 Peran Guru Sebagai Fasilitator

Menurut pendapat Rahman dan Amri (2014:126), “Peran guru sebagai fasilitator adalah guru yang memberikan fasilitas yang memungkinkan kemudahan dalam pelaksanaan pembelajaran bagi anak didik”. Selain itu Prastowo (2014:102), mengemukakan bahwa peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran tematik, memiliki arti melakukan beberapa hal sebagai berikut:

1) Memfasilitasi kegiatan belajar para siswa; 2) memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya dan melayani pertanyaan mereka; 3) memberikan ruang sepenuhnya agar mereka bisa berekspresi sesuai tema pelajaran; 4) merangsang rasa keingintahuan para siswa terhadap materi pelajaran yang diajarkan; 5) memberi kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan atau mengungkapkan pemahaman mereka; 6) memberikan kemudahan kepada para siswa untuk melakukan aktivitas belajar; 7) jika menemukan kesalahan dari yang dilakukan oleh para siswa maka guru perlu meluruskan dan menjelaskan hal yang sebenarnya.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, maka yang dimaksudkan peran guru sebagai fasilitator adalah guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik atau menyediakan fasilitas saja, tetapi harus kreatif memberikan layanan dan kemudahan belajar kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Rasa gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka merupakan modal dasar bagi peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi, menghadapi berbagai kemungkinan, dan memasuki era globalisasi yang penuh berbagai tantangan.

(6)

2.4 Pembelajaran Tematik

2.4.1 Pengertian Pembelajaran Tematik

Menurut Prastowo (2014:52) “Pembelajaran tematik adalah salah satu model pendekatan pembelajaran terpadu pada jenjang taman kanak-kanak (TK) atau sekolah dasar (SD) untuk kelas awal (yaitu, kelas 1, 2, dan 3) yang didasarkan pada tema-tema tertentu yang kontekstual dengan dunia anak”.

Menurut pendapat Kadir dan Asrohah (2014:1), berpendapat bahwa “Pembelajaran tematik adalah program pembelajaran yang berangkat dari satu tema/topik tertentu dan kemudian dielaborasi dari berbagai aspek atau ditinjau dari berbagai perspektif mata pelajaran yang biasa diajarkan disekolah”.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran tematik adalah konsep pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada para peserta didik. Apabila mengacu pada pengertian tersebut, maka jika guru mengadakan kegiatan belajar mengajar dengan pembelajaran tematik, maka guru harus merancang pembelajaran berdasarkan tema-tema tertentu dan guru harus membahas tema-tema tersebut dari berbagai materi pelajaran yang tersedia.

2.4.2 Landasan Pembelajaran Tematik

Ada beberapa landasan yang menopang penerapan pembelajaran tematik agar bisa diterapkan dalam kegiatan belajar di sekolah. Secara garis besar, landasan tersebut terbagi dalam tiga hal yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan yuridis.

(7)

1. Landasan Filosofis

Menurut Hajar (2013:26), landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu:

1)aliran filsafat progresivisme yaitu segala proses kegiatan belajar dan mengajar antara guru dan para peserta didik di sekolah harus menekankan pada pengembangan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah, serta memperhatikan pengalaman para peserta didik; 2)aliran konstruktivisme yaitu berupaya melihat pengalaman siswa secara langsung sebagai kunci dalam pembelajaran; 3)aliran humanisme yaiu berusaha melihat peserta didik dari segi keunikan, karakteristik, potensi, serta motivasi mereka.

Sebagaimana telah dijelaskan tentang landasan filosofis yang menopang pembelajaran tematik, dapat disimpulkan bahwa landasan filosofis dari pembelajaran tematik bersandarkan pada tiga aliran, yaitu aliran progresivisme, konstruktivisme dan humanisme. Dimana aliran progresivisme menekankan pada fungsi kecerdasan para peserta didik, dan aliran konstruktivisme mengacu pada pengetahuan dan keterampilan yang didapat oleh peserta didik, sedangkan aliran humanisme melihat pada kekhasan peserta didik.

2. Landasan Psikologis

Menurut Prastowo (2014:84) “Landasan psikologis pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan siswa dan psikologi belajar”. Selanjutnya Hajar (2013:28) berpendapat bahwa “Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik sangat berkaitan dengan psikologi perkembangan dan psikologi belajar”. Sedangkan Kadir dan Asrohah (2014:18) juga berpendapat bahwa “Secara teoritik maupun praktik pembelajaran tematik berlandaskan pada psikologi perkembangan dan psikologi belajar”.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa landasan psikologis dalam pembelajaran tematik adalah

(8)

psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Dimana psikologi perkembangan dibutuhkan terutama dalam menentukan isi atau materi pembelajaran tematik yang diberikan oleh guru kepada para peserta didiknya di sekolah. Adapun psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal cara menyampaikan isi atau materi pembelajaran tematik kepada para peserta didik, dan bagaimana pula mereka harus mempelajarinya agar mampu memahaminya dengan sempurna.

3. Landasan Yuridis

Pembelajaran tematik merupakan konsep pembelajaran yang menggabungkan beberapa mata pelajaran menjadi satu tema. Implementasi pembelajaran tematik diperlukan payung hukum sebagai landasan yuridisnya. Menurut Kadir dan Asrohah (2014:22), landasan yuridis tersebut adalah:

1)undang-undang dasar republik indonesia tahun 1945, pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak; 2)undang-undang no. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. pasal 9 menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya; 3)undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. bab v pasal 1-b menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak

mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan

kemampuannya.

Menurut Prastowo (2014:91), “Landasan hukum dan kebijakan pelaksanaan pembelajaran tematik untuk siswa sekolah dasar (SD) atau madrasah ibtidaiyah (MI) berkaitan erat dengan legalitas formal yang menjadi tumpuannya”.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa landasan yuridis dari pembelajaran tematik yaitu berkaitan dengan legalitas formal yang menjadi tumpuan penerapan pembelajaran tematik itu sendiri. Legalitas formal tersebut terdiri atas berbagai ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang sifatnya memaksa, serta mendukung penerapan

(9)

pembelajaran tematik ditingkat pendidikan dasar (SD/MI). Ketentuan yang digariskan undang-undang tersebut selaras dengan prinsip-prinsip pembelajaran tematik, yaitu pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan minat peserta didik.

2.4.3 Karakteristik Pembelajaran Tematik

Dalam penerapan pembelajaran tematik di sekolah, guru harus memunculkan karakteristik pembelajaran tematik sebagai pembeda dengan pembelajaran lainnya. Hal ini penting dan harus dilakukan karena indikator pembelajaran tematik terletak pada karakteristik-karakteristik tertentu.

Hajar (2013:43), berpendapat bahwa beberapa karakter dalam kurikulum tematik adalah sebagai berikut:

Berpusat pada peserta didik; memberikan pengalaman langsung; tidak terjadi pemisahan materi pelajaran secara jelas; menyajikan konsep dari berbagai materi pelajaran; bersifat fleksibel; hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik; menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan; mengembangkan komunikasi peserta didik; mengembangkan kemampuan metakognisi peserta didik; lebih menekankan proses daripada hasil.

Berdasarkan dari pendapat tentang karakteristik pembelajaran tematik yang telah dijelaskan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran tematik memiliki banyak sekali karakteristik diantanya berpusat pada peserta didik, memberikan pengalaman langsung, tidak terjadi pemisahan materi pelajaran secara jelas, menyajikan konsep dari berbagai materi pelajaran, bersifat fleksibel, hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan,

(10)

mengembangkan komunikasi peserta didik, mengembangkan kemampuan metakognisi peserta didik, lebih menekankan proses dari pada hasil, dan lainnya.

Jadi guru dituntut agar dapat mengenal karakteristik dari pembelajaran tematik itu sendiri. Jika guru tidak mampu memunculkan karakteristik pembelajaran tematik dalam kegiatan pembelajaran, maka pembelajaran tersebut tidak dapat dikatakan sebagai pembelajaran tematik.

2.4.4 Rambu-Rambu Pembelajaran Tematik

Rambu-rambu di sini maksudnya adalah tanda atau petunjuk yang harus diperhatikan dalam pembelajaran tematik. Menurut pendapat Kadir dan Asrohah (2014:24), rambu-rambu dalam pembelajaran tematik yaitu:

1) Pembelajaran tematik berdasarkan pada satu tema tertentu, ketika seseorang akan merancang pembelajaran tematik maka ia akan menentukan tema tertentu; 2) sehubungan dengan pembelajaran tematik berangkat dari satu tema dengan pandangan dari berbagai perspektif, maka dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar dari berbagai kompetensi yang ada dalam silabus baik dari segi konten atau dari segi waktu; 3) pencapaian kompetensi dasar (mata pelajaran tertentu) dalam suatu pembelajaran tematik tidak harus dicapai semuanya; 4) pembelajaran tematik yang biasanya dilaksanakan pada kelas awal, titik tolaknya adalah pencapaian kompetensi membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral; 5) sesuai dengan prinsip pembelajaran tematik yang menekankan pada pengalaman, maka setiap pelaksanaan pembelajaran tematik selalu menggunakan sumber belajar yang kongkret atau paling tidak berupa alat peraga yang bisa diserap oleh anak didik; 6) judul maupun jumlah tema yang dipilih atau yang ditentukan oleh masing-masing sekolah, disesuaikan dengan karakterisik anak didik, minat, lingkungan dan daerah setempat; 7) kemampuan guru untuk melaksanakan pembelajaran tematik kadang-kadang sangat terbatas, maka untuk

memudahkan pelaksanaannya dapat mempergunakan team teaching, sebuah kelas

dapat diasuh oleh beberapa guru untuk pelaksanaan pembelajaran tematik; 8) diusahakan agar anak didik mengalami sendiri proses pembelajaran dengan metode eksperimen atau demonstrasi misalnya.

Selain itu Majid (2014:91), menyebutkan bahwa rambu-rambu pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:

Tidak semua mata pelajaran harus disatukan, dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester, kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, bisa dibelajarkan secara tersendiri, kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri, kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis,

(11)

dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral, tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, lingkungan, dan daerah setempat.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa rambu-rambu dalam pembelajaran tematik yaitu tidak semua mata pelajaran harus dipadukan, dimungkinkan terjadinya penggabungan kompetensi dasar lintas semester, kompetensi dasar yang tidak tercakup dalam tema tertentu harus tetap diajarakan baik melalui tema lain atau disajikan secara tersendiri, tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa dan minat lingkungan juga daerah setempat, dan lain sebagainya. Rambu-rambu ini haruslah kita perhatikan dalam penerapan pembelajaran tematik.

2.4.5 Keunggulan Pembelajaran Tematik

Menurut Majid (2014:92), pembelajaran tematik memiliki kelebihan sebagai berikut:

Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan anak didik; memberikan pengalaman dan kegiatan belajar-mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik; hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna; mengembangkan keterampilan berfikir anak didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi; menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama; memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain; menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan anak didik.

Selain itu Kadir dan Asrohah (2014:26), mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran yang memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat, yaitu:

Dapat mengurangi overlapping antara berbagai mata pelajaran, karena mata pelajaran disajikan dalam satu unit; menghemat pelaksanaan pembelajaran terutama dari segi waktu, karena pembelajaran tematik dilaksanakan secara terpadu antara beberapa mata pelajaran; anak didik mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir; pembelajaran menjadi holistik dan menyeluruh akumulasi pengetahuan dan pengaman anak didik tidak tersegmentasi pada disiplin ilmu atau mata pelajaran tertentu, sehingga anak didik akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang saling berkaitan antara satu sama lain; keterkaitan antara satu mata pelajaran

(12)

dengan lainnya akan menguatkan konsep yang telah dikuasai anak didik, karena di dukung dengan pandangan dari berbagai perspektif.

Setelah dipaparkan beberapa pendapat tentang keunggulan pembelajaran tematik, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keunggulam pembelajaran tematik yaitu: 1) keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan lainnya akan menguatkan konsep yang telah dikuasai anak didik; 2) didukung dengan pandangan dari berbagai perspektif; 3) pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 4) kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; 6) anak didik mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir dan lain sebagainya.

2.4.6 Kelemahan Pembelajaran Tematik

Selain keunggulan yang dimiliki pembelajaran tematik juga mempunyai sejumlah keterbatasan, seperti yang dikemukakan oleh Prastowo (2013:152), ada enam aspek keterbatasan atau kelemahan dalam pembelajaran tematik, diantaranya “Keterbatasan pada aspek guru keterbatasan pada aspek siswa, keterbatasan pada aspek sarana dan sumber pembelajaran, keterbatasan pada aspek kurikulum, keterbatasan pada aspek penilaian, keterbatasan pada aspek suasana pembelajaran”.

Menurut pendapat Kadir dan Asrohah (2014:26), kelemahan yang mencolok dalam pembelajaran tematik antara lain :

(13)

Pembelajaran menjadi lebih kompleks dan menuntut guru untuk mempersiapkan diri sedemikian rupa supaya ia dapat melaksanakannya dengan baik, persiapan yang harus disiapkan oleh guru pun lebih lama, karena guru harus merancang pembelajaran tematik dengan memperhatikan keterkaitan antara berbagai pokok materi tersebar di beberapa mata pelajaran, menuntut penyediaan alat, bahan, sarana dan prasarana untuk berbagai mata pelajaran yang dipadukan secara serentak.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa kelemahan pembelajaran tematik sangatlah banyak, diantaranya melibatkan aspek guru, siswa, sarana dan prasarana, juga penilaian. Jadi kita sebagai seorang guru haruslah dapat menjalankan pembelajaran ini dengan sebaik mungkin.

2.4.7 Perencanaan Pembelajaran Tematik

Perencanaan pembelajaran tematik merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan model tematik.

1.Hal-Hal yang Harus Dipersiapkan

Menurut Mulyasa (dalam Prastowo, 2013:240), dalam perencanaan pembelajaran tematik terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan, hal tersebut diantaranya:

1)persiapan (perencanaan) merupakan suatu proses yang diarahkan pada tindakan mendatang, misalnya untuk pembentukan kompetensi, dan mungkin akan melibatkan orang lain seperti pengawas dan komite sekolah, bahkan orang tua siswa; 2)persiapan diarahkan pada tindakan di masa mendatang, yang dihadapkan pada berbagai masalah, tantangan, serta hambatan yang tidak jelas dan tidak pasti; 3)rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai bentuk kegiatan perencanaan, erat hubungannya dengan bagaimana sesuatu dapat dikerjakan.

2.Langkah-Langkah Menyusun Perencanaan Pembelajaran Tematik

Menurut Prastowo (2013:246) ada tujuh langkah yang harus dilakukan dalam merencanakan pembelajaran tematik di SD yaitu:

(14)

1. Menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan.

2. Menetapkan kompetensi dasar yang sama dalam setiap mata pelajaran.

3. Menetapkan hasil belajar dan indikator pada setiap mata pelajaran.

4. Menetapkan tema.

5. Memetakan keterhubungan kompetensi dasar dengan tema pemersatu.

6. Menyusun silabus pembelajaran tematik.

7. Dan menyusun satuan pembelajaran (RPP) tematik.

2.4.8 Strategi dalam Pembelajaran Tematik

Menurut Kadir dan Asrohah (2014:115), “Strategi pembelajaran tematik adalah suatu kegiatan dalam pembelajaran yang secara kongkret harus ada dan dilakukan anak didik dalam berinteraksi dengan materi dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator”. Kemudian Prastowo (2013:375) berpendapat bahwa:

Strategi pembelajaran tematik adalah kegiatan pembelajaran secara kongkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, baik dilakukan secara tatap muka maupun non-tatap muka, dilakukan di dalam dan atau di luar kelas, dan kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.

Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran tematik merupakan rencana tindakan (rangkaian tindakan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran, dan juga suatu kegiatan dalam pembelajaran yang secara kongkret harus ada dan dilakukan anak didik dalam berinteraksi dengan materi dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator yang dilakukan secara tatap muka maupun non-tatap muka, dan dilakukan di dalam atau di luar kelas.

2.5 Kerangka Berfikir

Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang yang memahami tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat rencana guna mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu di dalamnya. Di dalam

(15)

suatu pembelajaran pasti salah satu peran guru adalah sebagai fasilitator, dimana guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar, misalnya saja dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar-mengajar akan berlangsung secara efektif.

Peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran tematik tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus kreatif memberikan layanan dan kemudahan belajar kepada seluruh peserta didik. Berjalan dengan baiknya peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran akan membuat peserta didik belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Rasa gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka merupakan modal dasar bagi peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi, menghadapi berbagai kemungkinan, dan memasuki era globalisasi yang penuh berbagai tantangan.

Gambar 2.1 menggambarkan bagaimana peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran tematik dan merupakan kerangka berfikir dalam penelitian ini.

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Proses Pembelajaran Tematik Siswa Peran Guru Fasilitator Guru

Gambar

Gambar  2.1  menggambarkan  bagaimana  peran  guru  sebagai  fasilitator  dalam  pembelajaran  tematik  dan  merupakan  kerangka  berfikir  dalam  penelitian  ini

Referensi

Dokumen terkait

data primer, yaitu data yang didapat dari sumber pertama, dari individu. seperti hasil

sampah. Karakter sampah di perkotaan sangat dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduk, serta gaya hidup masyarakat perkotaan. Sampah yang terkumpul dan tidak

jawabar perdata' dari doktcr bettqiuan unnrk mcrnperoleh kompcnsasi atas kerugian yang diderita" disamping uutuk :rnencegph terjadirrya: hal-hal yang tidak diinginkan dari

Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Cameron dan Quinn (1 999) ―Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI) dimodifikasi

Maka akan muncul tampilan seperti berikut, pada bagian Test Name ganti nama dengan nama test misalnya Materi Uji, kemudian klik ok... Sebelum membuat pertanyaan maka

Kesantunan Imperatif Dalam Masa Pemilu Presiden 2014 Pada Teks Berita Di Situs Rakyat Merdeka Online: Suatu Kajian Sosiopragmatik. Universitas Pendidikan Indonesia |

Motivasi berasal dari kata “Movere” yang berarti dorongan atau daya penggerak, www. Dengan demikian maka motivasi belajar adalah suatu dorongan dalam diri manusia untuk

Analisis kualitatif bertujuan untuk menen- tukan jenis unsur yang terkandung dalam endapan Sungai Code dengan cara mencocokkan energi gamma yang dihasilkan dari pencacahan cuplikan