• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHASA INDONESIA PENGERTIAN PERSPEKTIF GLOBAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAHASA INDONESIA PENGERTIAN PERSPEKTIF GLOBAL"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

BAHASA INDONESIA

PENGERTIAN PERSPEKTIF GLOBAL

Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia Modern, perspektif diartikan sebagai cara melukiskan benda pada permukaan datar sebagaimana yang terlihat, dan sudut pandangan.

Kata global berasal dari kata “globe” dan mulai dimaksudkan sebagai planet yang berarti bumi bulat. (http://tiyaimoet.blog.friendster.com/2010/03/perspektif-global/)

Menurut asal kata, perspektif global dapat dibagi menjadi dua, yaitu kata perspektif dan global, perspektif artinya wawasan/cara pandang dan global yang artinya menyeluruh/mendunia. Jadi, perspektif global artinya wawasan atau cara pandang yang menyeluruh atau mendunia.

Namun secara ilmiah, perspektif global adalah wawasan atau cara pandang mengenai fenomena secara keseluruhan, yakni fenomena adanya interaksi, interdependensi, dan kompetisi antar umat manusia di muka bumi (Sriartha, 2004: 5). Interaksi merupakan kegiatan saling memengaruhi daya, objek, atau tempat yang satu dengan tempat lainnya. Setiap tempat mengembangkan potensi sumber daya alamnya dan kebutuhan yang tidak selalu sama dengan tempat lain. Perbedaan tersebut mengakibatkan terjadinya interaksi dan interdependensi antarwilayah. Contohnya interaksi yang terjadi antara desa dengan kota, dalam pendistribusian bahan pangan dari desa ke kota. Begitu pula sebaliknya, pengangkutan mesin pertanian dari kota ke desa. Kompetisi terjadi karena keinginan untuk bersaing atau bertahan antar umat manusia di muka bumi.

Menurut para ahli perspektif global diartikan sebagai:

 Menurut Sumaatmadja dan Winardit (1999) dalam Bawa Atmadja (2007) mengungkapkan bahwa pengertian perspektif global adalah suatu cara pandang dan cara berperilaku terhadap suatu masalah atau kejadian atau kegiatan dari sudut kepentingan global, yakni dari sisi kepentingan dunia atau internasional.

(2)

Perspektif global merupakan pandangan yang timbul dari kesadaran bahwa dalam kehidupan ini segala sesuatu selalu berkaitan dengan isu global. Orang sudah tidak memungkinkan lagi bisa mengisolasi diri dari pengaruh global. Manusia merupakan bagian dari pergerakan dunia, oleh karena itu harus memperhatikan kepentingan sesama warga dunia.

Tujuan umum pengetahuan tentang perspektif global adalah selain untuk menambah wawasan juga untuk menghindarkan diri dari cara berpikir sempit, terkotak oleh batas-batas subyektif, primordial (lokalitas) seperti perbedaan warna kulit, ras, nasionalisme yang sempit, dsb.

Melihat dari beberapa pengertian di atas, maka dapat dilihat ciri-ciri orang yang mempunyai wawasan global antara lain:

 Berpikir secara luas atau tidak terkotak-kotak.

 Mau bekerjasama atau berinteraksi secara harmonis (selaras).  Mampu berkompetisi.

BASAHA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Globalisasi menjadi sebuah fenomena yang tidak bisa terelakkan lagi bagi seluruh negara di dunia ini. Adanya dampak pengglobalan atau penyeragaman dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat dunia juga ikut dirasakan oleh negara Indonesia. Globalisasi dapat membawa dampak yang membawa progress bagi pembangunan nasional sebuah negara karena keberhasilannya dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebaliknya regress juga dapat terjadi karena kegagalan suatu negara dalam mengikuti dan menerapakan strategi dalam menghadapi globalisasi, seperti ketidaksiapan menghadapi globalisasi.

(3)

peningkatan daya saing dalam globalisasi, kesadaran mahasiswa untuk berperspektif global, pengembangan wawasan global melalui pendidikan, pengantisipasian arus globalisasi, sampai konsep inovasi untuk peningkatan wawasan global.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan perspektif global? 2. Apa pentingnya kesadaran dalam perspektif global? 3. Apa pentingnya wawasan dalam perspektif global? C. Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan perspektif global.

2. Mengetahui pentingnya kesadaran yang diperlukan dalam perspektif global. 3. Mengetahui pentingnya wawasan yang diperlukan dalam perspektif global. D. Manfaat

1. Menambah pengetahuan tentang perspektif global.

2. Menumbukan kesadaran untuk berperspektif secara global. 3. Menumbuhkan semangat berwawasan secara global.

BAB II PEMBAHASAN

A. Perspektif Global

Menurut kamus bahasa inggris global diartikan sebagai “concerning the whole earth”, suatu yang berkaitan dengan dunia, internasional, atau seluruh jagad raya. Yang dimaksudkan dapat berupa masalah, kejadian, kegiatan bahkan sikap. Sedangkan perspektif global diartikan sebagai suatu cara pandang dan cara berpikir terhadap suatu masalah, kejadian atau kegiatan dari suatu kepentingan global, yaitu dari sisi kepentingan dunia atau internasional. Oleh karena itu sikap dan perbuatan kita diarahkan untuk kepentingan global.

Perspektif global adalah suatu pandangan yang timbul akibat suatu kesadaran bahwa hidup dan kehidupan ini adalah untuk kepentingan global yang lebih luas. Dalam berpikir, seseorang harus berpikir secara global, dan bertindak dapat secara lokal (think global and act locally). Dalam hal ini kita diingatkan bahwa apa yang kita lakukan akan mempengaruhi dunia secara global. Kita tidak dapat berkembang tanpa adanya hubungan dan komunikasi dengan dunia luar, kita hidup karena adanya saling ketergantungan.

Dalam pendidikan, perspektif global adalah suatu cara pandang dimana guru dan murid secara bersama–sama mengembangkan perspektif dan keterampilannya untuk menyelidiki suatu yang berkaitan dengan isu global.

B. Kesadaran dalam Perspektif Global

1. Landasan Pendukung Kesadaran dan Wawasan Perspektif Global

(4)

Kesadaran adalah kemampuan untuk melihat dirinya sendiri sebagaimana orang lain dapat melihatnya. Dengan kata lain kesadaran adalah “pengakuan diri”. Kesadaran muncul dari dalam diri kita sebagai cetusan nurani. Kalau hal ini dikaitkan dengan perspektif global maka kesadaran di sini adalah pengakuan bahwa kita adalah bukan semata-mata sebagai warga suatu Negara tetapi juga warga dunia, yang mempunyai ketergantungan terhadap orang lain dan bangsa lain, serta terhadap alam sekitar baik secara lokal, nasional, maupun global.

Dengan kesadaran itu muncul suatu pengakuan bahwa masalah global perlu dipelajari, dipahami dan dimanfaatkan untuk kepentingan bersama, sehingga dalam berpikir, berucap, dan bertindak menunjukkan dan mencerminkan adanya kepedulian, kepentingan, dan kemanfaatan. Untuk lebih memahami masalah globalisasi, maka mahasiswa harus:

a. Tertarik dan menaruh perhatian terhadap peristiwa-peristiwa dan perubahan pada masyarakat tingkat lokal, nasional, dan masyarakat global.

b. Aktif mencari informasi yang berkaitan dengan masalah, peristiwa, kegiatan baik di tingkat local, nasional, dan global.

c. Mau menerima setiap perubahan dan pembaharuan sepanjang tidak bertentangan dengan nilai budaya bangsa kita.

d. Peduli dan mau membantu memecahkan masalah

e. Secara terus menerus meningkatkan ilmu pengetahuan, baik melalui pendidikan formal atau dengan cara-cara nonformal.

Dalam globalisasi kita menyadari bahwa setiap bangsa adalah saling bersaing, dan berpacu dengan segala perubahan dan kemajuan. Kita akan kalah dalam persaingan kalau tidak siap, dan tidak mengantisipasinya sejak awal. Kesiapan kita dalam bersaing, adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Bidang Kekuatan Gelombang Globalisasi

Menurut Emmil Salim (Mimbar pendidikan, 1989), terdapat empat bidang kekuatan gelombang globalisasi yang paling menonjol, yaitu:

a. Kekuatan pertama yang membuat dunia menjadi transparan dan sempit adalah gelombang perkembangan iptek yang amat tinggi. Kekuatan ini nampak antara lain penggunaan komputer dan satelit. Dengan teknologi ini sekarang orang dapat dengan cepat dapat menghimpun informasi dunia dengan rinci tentang segala hal , misalnya kekayaan laut, hutan, dll. Dengan kemajuan iptek yang begitu kuat pengaruhnya sehingga dapat mengubah perspektif atau sikap, pandangan dan perilaku orang. Dengan kemajuan teknologi ini pula bahwa sekarang orang dapat berkomunikasi dengan cepat dimanapun mereka berada melalui handphone dll.

(5)

diikuti dan mempengaruhi negara lain. Globalisasi dalam ekonomi nampak sebagai suatu keterkaitan mata rantai yang sulit dilepaskan. Krisis moneter yang melanda Indonesia saat ini, tidak akan lepas dari kegiatan ekonomi di negara-negara asean bahkan dunia.

c. Hal ketiga yang paling banyak disoroti adalah masalah lingkungan hidup, kita masih ingat tentang peristiwa kebakaran hutan di Indonesia yang berdampak dunia. Pengaruh asap kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatera dapat dirasakan di negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan bahkan Filipina. Dampaknya terasa diseluruh dunia dimana semua penerbangan pesawat ke Indonesia tertunda karena adanya kepulan asap. d. Politik merupakan kekuatan ke empat yang dirasakan sebagai kekuatan global misalnya krisis

teluk dampaknya sangat dirasakan secara global dinegara-negara lain, baik dari segi politik maupun ekonomi. Adanya kekisruhan politik dalam negeri juga berdampak besar terhadap perkembangan pariwisata, perdagangan dsb.

Kalau kita cermati hal tersebut, dampak yang dirasakan oleh dunia terhadap suatu gejala itu diakibatkan oleh pesatnya kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan IPTEK menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang yang satu dengan lainnya, antara negara yang satu dengan lainnya. Dengan demikian maka arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh karena itu diakui bahwa orang yang menguasai informasi itu yang akan menguasai dunia.

3. Peningkatan Daya Saing dalam Globalisasi

Menurut Mochtar Bachtiar (Mimbar Pendidikan, 1989) peningkatan daya saing itu adalah dalam hal berikut:

a. Peningkatan produksi dan mutu produk. Yang dimaksudkan dengan produk disini tidak hanya dalam pengertian industry, akan tetapi juga dalam pendidikan.

b. Penguasaan Bahasa Inggris sebagai bahasa yang digunakan secara internasional, bukan saja sebagai bahasa percakapan, tetapi juga buku sumber ilmu pengetahuan menggunakan Bahasa Inggris.

c. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagaimana telah diuraikan pada modul sebelumnya, bahwa pengaruh dari IPTEK terhadap globalisasi sangat besar, oleh karena itu maka kuasailah IPTEK tersebut.

4. Kesadaran Mahasiswa untuk Berperspektif Global

Untuk mendukung kesadaran dan wawasan diperlukan adanya landasan seperti berikut: a. Nasionalisme (Kesadaran Nasional)

(6)

nilai bersama yang harus dijaga. Nasionalisme menunjuk pada totalitas kultur, sejarah, bahasa, psikologi serta sentimen sosial lainnya yang menarik orang pada satu perasaan saling memiliki cita-cita maupun nulai kemasyarakatan.

Nasionalisme adalah cinta tanah air dengan prinsip baik buruk adalah negeriku. Namun dalam melaksanakannya nasionalisme itu tidak disikapi secara kaku, atau merupakan kesetiaan yang buta. Nasionalisme tetap perlu dilandasi oleh logika dan rasional.

Nasionalisme harus mampu menangkal perbedaan suku, adat istiadat, ras dan agama. Namun, jika tidak lagi baik buruk adalah negaraku dan bangsaku. yang baik harus kita ambil dan yang buruk kita tinggalkan. Kita memiliki kesadaran nasionalisme yang cukup kuat, misalnya kesetiakawanan sosial, ketahanan nasional, dan musyawarah nasional.

b. Norma dan Agama

Bangsa kita terkenal sebagai bangsa yang agamis, patuh terhadap aturan dan norma yang ada, baik itu norma adat, sosial, susila dll. Semua agama dan norma ini memberikan landasan pada bangsa kita untuk dapat memilih dan memilah informasi yang dapat kita gunakan. Norma dan agama adalah pilar utama untuk menangkal pengaruh negatif seiring dengan gelombang globalisasi.

c. Nilai Budaya Bangsa

Bangsa kita memiliki nilai budaya yang luhur, yang dapat dijadikan pilar dan filter terhadap berbagai pengaruh yang negatif, serta sebagai pendukung bagi nilai dan pengaruh, yang membawa dampak positif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tiga hal tersebut merupakan faktor pendukung dan sekaligus menjadi pilar terhadap pengaruh negatif yang perlu diperkokoh dalam rangka memasuki era globalisasi.

C. Wawasan Perspektif Global

1. Pengembangan Wawasan Global Melalui Pendidikan

Dalam menghadapi globalisasi cara yang paling efektif dalam meningkatkan kesadaran dan memperluas wawasan global adalah melalui pendidikan. Menurut Makagiansar (Mimbar Pendidikan, 1989) maka diperlukan adanya kemapuan untuk mengembangkan:

a. Kemampuan mengantisipasi (anticipate)

Pendidikan berusaha menyiapkan peserta didik untuk dapat mengantisipasi perkembangan IPTEK yang begitu cepat.

b. Mengerti dan mengatasi situasi (scope)

Mengembangkan kemampuan dan sikap peserta didik untuk dapat menangani dan berhadapan dengan situasi baru. Rasa kepedulian terhadap suatu masalah serta keinginan untuk mengatasi masalah merupakan faktor yang harus dikembangkan pada diri peserta didik. c. Mengakomodasi (accomodate)

(7)

peserta didik tidak larut oleh perubahan, tetapi ia harus mampu mengikuti dan mengendalikan perubahan agar tumbuh menjadi suatu yang positif dan bermanfaat bagi kehidupan.

d. Mereorientasi (reorient)

Persepsi dan wawasan kita tentang dunia perlu diorientasikan kembali karena perkembangan IPTEK dan perubahan sosial yang cepat. Melalui pendidikan kita memperluas peserta didik. Kita mendidik untuk dapat mengadakan reorientasi sikap dan nilai, sehingga memeperoleh wawasan yang semakin luas.

Nilai dan budaya yang merupakan identitas budaya harus kita pertahankan, tetapi ada nilai yang perlu diubah atau disesuaikan dengan perkembangan. Perlu sikap baru terhadap perkembangan sekitar, bahwa dunia ini adalah tempat tinggal kita, dan tanah air kita yang harus kita jaga kelestariannya. Pendidikan harus membuka wawasan peserta didik dan mengembangkan nilai-nilai yang perlu dipertahankan.

2. Pengantisipasian Arus Globalisasi

Derasnya arus globalisasi membawa dampak yang luar biasa dalam perkembangan peran orang tua dan keluarga. Media dan teknologi dalam hal mengambil peran yang cukup besar. Menurut Schultze media akan mengantar anak-anak keluar dari rumah dan berjalan-jalan ke kebudayaan lain. Orang tua hanya menonton sebagai pengikut anak-anaknya dalam mengikuti perkembangan teknologi, tidak lagi membimbing atau mengarahkan anak. Maka perlunya antisipasi untuk mewaspadai hal-hal tersebut:

a. Pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

b. Penguasaan informasi dalam berbagai bidang, kemampuan mengolah dan memahami informasi, serta menarik kesimpulan dan menyeleksinya untuk digunakan dalam kehidupan. c. Memanfaatkan pertemuan ilmiah: seminar, diskusi, dan sebagainya guna memahami

informasi yang berkembang.

Pada era globalisasi dewasa ini, tidak ada nilai-nilai suatu bangsa yang benar-benar homogeny dan statis. Setiap bangsa berkembang berkat interaksi dengan bangsa lain. Kita tidak bisa memungkiri bahwa kemajuan yang dicapai negara Indonesia juga berkat hasil sentuhan atau interaksi dengan negara lain. Kita harus terbuka pada dunia luar, tetapi harus tetap kokoh berakar pada nilai budaya kita.

(8)

3. Konsep Inovasi untuk Peningkatan Wawasan Global

Untuk lebih meningkatkan wawasan kita dalam mengikuti arus globalisasi ini, dapat kita kutip dari pendapat HAR Tilaar (1998), tentang kondisi yang mencetuskan konsep– konsep inovasi yang dapat meningkatkan wawasan mengenai masalah global dan globalisasi, sebagai berikut:

a. Di dalam era globalisasi kita berada di dalam suatu masyarakat yang kompetitif, artinya pribadi dan masyarakat berada pada kondisi untuk menghasilkan suatu yang terbaik dan berkualitas.

b. Masyarakat di dalam era globalisasi menuntut kualitas yang tinggi baik dalam jasa, barang maupun investasi modal. Kualitas diatas kuantitas.

c. Era globalisasi merupakan era informasi dengan sarana–sarananya yang dikenal sebagai superhighway. Oleh sebab itu, pemanfaatan informasi superhighway merupakan suatu kebutuhan masyarakat modern. Dengan demikian diperlukan adanya penguasaan dalam masyarakat.

d. Era globalisasi merupakan era komunikasi yang sangat cepat dan canggih. Oleh karena itu penguasaan terhadap sarana komunikasi, seperti bahasa merupakan hal yang mutlak.

e. Era globalisasi ditandai oleh maraknya kehidupan bisnis, oleh karena itu kemampuan bisnis, manajer, merupakan tuntutan masyarakat masa depan.

f. Era globalisasi merupakan era teknologi, oleh karena itu masyarakatnya harus “melek digital”.

BAB III PENUTUP

A. Simpulan

Dikaitkan dengan perspektif global maka kesadaran di sini adalah pengakuan bahwa kita adalah bukan semata-mata sebagai warga suatu Negara tetapi juga warga dunia, yang mempunyai ketergantungan terhadap orang lain dan bangsa lain, serta terhadap alam sekitar baik secara lokal, nasional, maupun global. Untuk mendukung kesadaran dan wawasan diperlukan adanya landasan seperti berikut :

1. Nasionalisme (Kesadaran Nasional) 2. Norma dan Agama

3. Nilai Budaya Bangsa

(9)

yang paling efektif adalah melalui pendidikan. Melalui pendidikan harus mampu mengembangkan 4 hal seperti berikut :

1. Kemampuan mengantisipasi (anticipate) 2. Mengerti dan mengatasi situasi (cope) 3. Mengakomodasi (accommodate) 4. Mereorientasi (reorient)

BAHASA INDONESIA

Istilah Perspektif Global

Dalam literatur dikenal berbagai macam istilah yang berkaitan dengan perspektif global seperti ”global education”, “global perspectives in education”, “global perspertives education”,”education for a global perspective”, ”international education”, “international studies”, ”world studies”, istilah yang paling tepat untuk perspektif global adalah global perspectives in education” atau disingkat dengan “global education” dan di Indonesia disebut dengan istilah perspektif global. Dengan menekankan pada empat hal pokok yaitu: kesadaran terhadap perspektif global, sistem-sistem global, sejarah global, dan saling pngertian terhadap budaya lain.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke tiga tahun 2001, global diartikan secara umum dan keseluruhan, secara bulat, secara garis besar, meliputi seluruh dunia. Globalisasi artinya proses masuknya ke ruang lingkup dunia, mengglobal artinya mendunia. Globalisme adalah paham kebijakan nasional yang memperlakukan seluruh dunia sebagai lingkungan yang layak diperhitungkan, terutama untuk bidang ekonomi dan politik. Masyarakat dunia kini sedang menghadapi tujuan-tujuan baru yang memukau dan mengkhawatirkan

Perspektif global berakar pada ilmu-ilmu: antropologi, psikologi, sejarah, ekonomi, geografi dunia, dan politik, bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran sebagai warga dunia yang berpartisipasi aktif. Keanggotaan seseorang dalam masyarakat dunia dari tingkat terdekat samapi yang terjauh bisa digambarkan dalam lingkaran konsentris sebagai berikut ini:

RT/RW

(10)

Kecamatan

Individu

Negara

Propinsi

Kabupaten/Kota Madya

Kawasan Regional

(11)

Kemajuan iptek khususnya teknologi informasi dan komunikasi yang sangat canggih dan cepat menyebabkan bumi yang sangat luas terasa sempit, seperti desa besar, batas fisik, batas ekonomi, batas politik, batas budaya dan batas bidang yang lain semakin tidak kelihatan atau kabur. Pada era globalisasi kecenderungan yang kuat adalah proses terjadinya universalisasi yang melanda seluruh aspek kehidupan manusia. Salah satu implikasi penyeragaman terlihat dengan munculnya gaya hidup global seperti makanan, pakaian dan musik.

John Naisbitt yang terkenal dengan bukunya yang berjudul “Megatrend 2000” menyebutkan bahwa pada tahun-tahun tersebut akan terjadi proses globalisasi melalui teknologi informasi, ada tiga mode yang diterima oleh banyak orang yaitu: makanan (food), pakaian (fashion), dan hiburan

(entertainment). Media televisi telah mempercepat arus informasi dan membawa kita terlibat dalam informasi dunia.

C. Pokok Pikiran, dan Tujuan Perspektif Global

1. National Council for the Social Studies (NCSS) pada tahun 1982 menunjukkan arti pentingnya perspektif global diajarkan di sekolah-sekolah:

a. Sekarang kita hidup dalam masa terjadinya peningkatan globalisasi yang ditandai dengan fenomena hampir semua orang berinteraksi secara transnasional (tidak hanya terbatas dalam negaranya saja), multi cultural (dalam berbagai macam budaya) dan cross-cultural (berinteraksi dengan budaya lain selain yang dimilikinya).

b. Aktor-aktor yang berinteraksi dalam tingkat dunia tidak hanya terbatas pada aktor-aktor negara saja, namun juga melibatkan perseorangan, kelompok-kelompok lokal, organisasi-organisasi yang bergerak dalam bidang teknologi dan ilmu, perdagangan, perusahaan multi nasional, serta organisasi regional. Mereka ini semakin aktif berinteraksi dan mampu mempengaruhi peristiwa-peristiwa lokal maupun global.

c. Kehidupan umat manusia tergantung pada suatu lingkungan fisik dunia yang ditandai dengan terbatasnya sumber-sumber alam. Ekosistem dunia akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh umat manusia.

d. Ada keterkaitan antara apa yang dilakukan manusia di bidang sosial, politik, ekonomi, teknologi, pada masa kini dengan masa depan umat manusia yang hidup di bumi ini beserta lingkungan fisiknya di masa yang akan datang.

(12)

2. Robert Hanvey menyebutkan lima dimensi dari perspektif global: a. Perspective conciousness

Kesadaran dan penghargaan terhadap adanya berbagai macam pendapat yang berbeda-beda di dunia. b. State of planet awareness

Adanya pengertian yang mendalam terhadap isu-isu dan peristiwa global. c. Cross-cultural awareness

Adanya kesepakatan yang dapat diterima secara umum dalam membuat karakteristik budaya-budaya yang ada di dunia ini, yaitu bahwa sekalipun ada perbedaan-perbedaan dalam budaya, namun banyak kesamaan yang dimiliki.

d. Systemic awareness

Tahu akan sistem-sistem yang ada berikut alam ini, sehingga mulai mengenal akan kompleknya sistem internasional di mana aktor-aktor negara dan aktor-aktor non negara saling pengaruh mempengaruhi dalam berbagai macam isu yang terjadi di kawsan-kawasan yang ada di dunia ini. e.Options for partipation

Mengetahui strategi-strategi yang tepat sehingga mampu berpartisipasi dengan baik dalam menghadapi isu-isu yang terjadi dari tingkat lokal, nasional hingga internasional.

3. James Becker, sebagai pelopor perspektif global dalam artikelnya yang berjudul “The World and the

School. A case for world centered education”(1979) menyatakan bahwa perspektif global harus menggugah kesadaran murid selaku anggota masyarakat dunia dan juga pada tingkatan masyarakat lainnya.

4. Christine I Bennett dalam bukunya “Comprehensive Multicultural Education:Theory and Practice”

(1995) menyatakan bahwa para pendidik harus mempersiapkan murid-murid sebagai penerus generasi di masa datang kaya pengetahuan, sikap dan kemampuan yang diperlukan untuk berpartisipasi aktif sebagai warga masyarakat di seluruh lapisan sampai tingkat dunia. Agar anak didik menjadi insan yang mempunyai tanggung jawab global, karena mereka merupakan warga negara dunia. Mereka perlu dilatih untuk berpikir global dan bertindak secara lokal atauthinglobally act locally”

5. Tye and Tye berpendapat bahwa perspektif global meliputi:

a. Studi tentang masalah–masalah dan isu-isu yang melintasi batas-batas nasional dan adanya keterkaitan dalam sistem-sistem ekonomi, lingkungan, budaya, politik serta teknologi.

(13)

6. Lee Anderson dan Charlotte Anderson (1979) menyatakan bahwa untuk mempersiapkan murid agar menjadi warga negara yang baik harus dimulai dari berbagai macam kelompok yang melibatkannya, dari terdekat hingga yang terjauh, yaitu dari masyarakat lokal, bangsa, hingga global.

Ada lima tujuan pokok dari perspektif global:

a. Mengembangkan pengertian keberadaan mereka sebagi individu-individu yang membentuk masyarakat.

b. Mengembangkan pengertian bahwa mereka merupakan anggota dari masyarakat manusia.

c. Mengembangkan pengertian bahwa mereka adalah penghuni planet bumi ini dan kehidupannya tergantung pada planet bumi tersebut.

d. Murid harus diberi pengertian bahwa mereka adalah partisipan pelaku aktif dalam masyarakat global ini.

e. Mendidik murid agar mempunyai kemampuan untuk hidup secara bijaksana dan bertanggungjawab sebagai individu, sebagai umat manusia, sebagai insan penghuni planet bumi ini serta sebagai anggota masyarakat global.

7. Muessig dan Gilliom dalam bukunya Perspective of global Education: A source book for classroom

teachers” (1981) menyebutkan bahwa melalui perspektif global akan membebaskan para pembelajar dari keinginan-keinginan yang sifatnya parokial (picik/sempit) dan chauvinisme Dengan belajar perspektif global mereka akan mampu berinteraksi secara harmonis dalam masyarakat dunia yang ditunjukkan dengan adanya kemampuan berempati dan mempunyai sifat altruisme (mengutamakan kepentingan orang lain, kalau perlu dengan mengeluarkan pengorbanan).

8. Merryfield dalam artikelnya yang berjudul “Institutionalizing Cross-cultural Experiences and

International Expertise in Teacher Educational: the Development and Potential of a Global Education PDS Network” (1995) menyimpulkan konsep-konsep dari perspektif global, yaitu bahwa para guru perlu mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk mengajarkan kepada muridnya: a. Penghargaan terhadap adanya perbedaan-perbedaan dan persamaan budaya, untuk itu para guru perlu mengajarkan berbagai macam perspektif yang dimiliki orang lain ataupun masyarakat lain dan mereka perlu juga mempunyai kesadaran untuk bertoleransi terhadap perspektif yang dimiliki orang lain.

b. Dunia ini merupakan sebuah sistem sehingga di dalamnya terjadi saling ketergantungan dan saling berkaitan.

(14)

9. Menurut American Association of College for Tacher for Teacher Education (1983) Global

education didefinisikan sebagai “the proses by which people acquire a global perspective to explain events ini recognition of the increasing interdependence of nations and cultures” (Umi Oktyari Retnaningsih, 1998/1999: 15-20)

Latihan :

1. Sebutkan ciri-ciri era globalisasi

2. Jelaskan dampak positif dan negatif dari globalisasi bagi bangsa Indonesia

3. Sebutkan sikap dan tindakan dalam menghadapi globalisasi

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan “berpikir global dan bertindak lokal”

5. Jelaskan apa tujuan Perspektif Global diajarkan di Sekolah Dasar/MI

BAB II

PERSPEKTIF GLOBAL DALAM IPS

Standar kompetensi: Standar kompetensi: Menguasai secara luas dan mendalam tentang hakekat, manfaat, tujuan Perspektif Global dilihat dari fisi ilmu sosial, pendidikan multikultural, kesadaran dan wawasan global, isu-isu masalah global serta model-model dan evaluasi yang mendukung pembelajaran IPS SD/MI.

(15)

Indikator:

1. Mahasiswa mampu menjelaskan perspektif global dalam bidang ekonomi 2. Mahasiswa mampu menjelaskan perspektif global dalam bidang politik 3. Mahasiswa mampu menjelaskan perspektif global dalam bidang sejarah 4. Mahasiswa mampu menjelaskan perspketif global dalam bidang antropologi 5. Mahasiswa mampu menjelaskan perspketif global dalam bidang sosiologi 6. Mahasiswa mampu menjelaskan perspketif global dalam bidang Ham 7. Mahasiswa mampu menjelaskan perspketif global dalam bidang iptek 8. Mahasiswa mampu menjelaskan perspketif global dalam bidang pendidikan

Tujuan pembelajaran:

1. Mahasiswa mampu mendiskripsikan pengertian globalisasi dalam Ilmu Pengetahuan Sosial 2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh globalisasi dalam ekonomi dunia

3. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh globalisasi dalam perubahan politik dunia 4. Mahasiswa dapat menyebutkan cara mengatasi berbagai peristiwa global

5. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh era globalisasi dalam bidang budaya 6. Mahasiswa mampu menyimpulkan pengaruh globalisasi dalam pergaulan antar bangsa 7. Mahasiswa dapat menjelaskan pengaruh globalisasi dalam penegakkan hak asasi manusia 8. Mahasiswa dapat memilih teknologi yang tepat digunakan di Indonesia

9. Mahasiswa dapat memberikan argumentasi tentang pelaksanaan pendidikan pada era globalisasi bagi bangsa Indonesia.

A. Perspekti Global dalam Bidang Ekonomi.

Dilihat dari ekonomi, secara umum manusia ingin memenuhi kebutuhannya secara baik dan tercipta kemakmuran. Menurut ekonomi bahwa: individu sebagai konsumen dan produksen, individu tidak dapat memenuhi kebutuhannnya sendiri. Dalam kenyataan hidup secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga keadaan ekonomi dalam masyarakat; yaitu pertama ”pendapatan naik -kebutuhan turun” (keadaan ini yang paling diharapkan), kedua ”pendapatan turun-kebutuhan tetap” dan ketiga ”pendapatan turun dan kebutuhan naik” (keadaan ini sangat tidak diharapkan).

(16)

Indonesia. Pada era globalisasi terjadi pergeseran pusat kegiatan ekonomi pada tahun 2010/2011 pusat kegiatan ekonomi berada di kawasan Asia Timur (China, Jepang dan Korea Selatan).

Pertumbuhan ekonomi Indonesia, pada era globalisasi khususnya tahun 2008 pertumbuhan menpai 6,5 persen, namun keadaan ini diperkeruh dengan tingkat penganguran dan kemiskinan yang relatif tinggi. Walaupun sudah banyak usaha yang dilakukan untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran. Dalam bidang perdagangan pada tahun 2008 Jepang merupakan mitra terbaik Indonesia, Jepang negara importir produk Indonesia, Jepang banyak memberi bantuan pembangunan.

Banyak usaha yang dilakukan pemerintahan Indonesia mengatasi krisis. antara lain; meningkatkan daya beli masyarakat, memperkuat usaha mikro pengamanan pangan, pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus, pengurangan bea masuk dan lain sebagainnya. Walaupun negara kita agraris namun belum bisa secara baik mengatasi penyediaan pangan ini terbukti masih banyak kebutuhan pangan di impor dari negara lain, misalnya susu, kedelai, jagung, kacang tanah, beras dan gula. Namun pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2009, karena pengaruh krisis financial pertumbuhan ekonomi menurun sampai 4,5 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesai tahun 2006 (5,5 persen), 2007 (6,3 persen), 2008 ( 6,0 persen), 2009 (4,5 persen) pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi mencapai 6,1 persen (Kompas, 8 Februari, 2011).

Krisis Finansial 2008/2009

Ekonomi dunia tidak selamanya tumbuh dengan baik. Tumbuh dan berkembangan ekonomi antara lain dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi, pengaruh lingkungan alam dan pengaruh hubungan antar negara. Karena itulah fluktuasi pertumbuhan ekonomi terjadi.

Krisis ekonomi yang besar dan menimpa negara-negara Asia, termasuk Indonesia pernah terjadi pada tahun 1997. Krisis 1997 belum bisa ditangani secara tuntas terjadi gelombang krisis ekonomi yang sangat besar dan menimpa seluruh dunia, baik negara maju maupun negara berkembang terjadi pada 2008/2009. Krisis tahun 2008/2009 dikenal dengan nama krisis finasial dan menimpa seluruh dunia internasional, yang dimulai dengan jatuhnya perusahaan besar di Amerika, terutama kridit macet perumahan, dan disusul perusahaan –perusahaan yang lain di Amerika Serikat. Dampak krisis finansial sangat dirasakan oleh semua negara di dunia. Karena adanya terkaitan langsung antara negara Uni Eropa dengan Amerika Serikat terutama penanaman modal, maka negara-negara Uni Eropa sangat terpukul daripada negara-negara-negara-negara di kawasan Asia dan kawasan lainnya. Ada perbedaan sistem perbankan di negara maju dengan negara berkembang. Pada negara maju banyak diterapkan sistem perbankan investasi, negara berkembang banyak menggunakan sistem perbankan konvensional. Krisis finansial menimbulkan perusahaan gulung tikar, sebagai akibatnya pengangguran dan kemiskinan bertambah

(17)

Kawasan Asia lebih baik dari pada Uni Eropa dan negara maju. China diperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 9-10 persen.. Dalam versi Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) pertumbuhan ekonomi negara maju hampir semuanya negatif. Amerika Serikat akan tumbuh -0,91 persen, Inggris -1,12 persen, Jerman -0,75 persen, Italia -1,03 persen, Perancis 0,36 persen, Belanda-0,75 persen, Jepang-0,15 persen. Sebaliknya Negara-negara berkembang khususnya emerging markets masih mengalami pertumbuhan positif misalnya China 8 persen bahkan sampai 9 persen, India 7,3 persen, Korea Selatan 2,67 persen Brasil 3 persen. Pada dasawarsa tearkhir ini investor menekankan faktor–faktor produktivitas pekerja, sarana memadai, produktivitas kerja, kepastian hukum, kemudahan berusaha, transparansi serta kemudahan birokrasi. pasar bebas dan tidak proteksi, harga ditentukan oleh pasar, persaingan sangat ketat.

Sejak pertengahan tahun 2010 Perekonomian China secara pesat menduduki reking kedua ekonomi setelah Amerika Serikat. Terjadi perang kurs mata uang antara Asmerika Serikat dengan China. AS tidak puas dengan perkembangan nilai tukar Yuan yang hanya dua persen setelah Bank Central China mengumumkan untuk membuat kurs Yuan fleksibel. Langkah AS terus mencetak dollar AS dan mempertahankan suku bunga rendah telah mendekati nol presen sehingga dapat menurunkan daya saing ekpor sejumlah negara. Pada tahun 2010 dibangun Ekonomi Kawasan Jalur Sutra. Dilhat dari sejarahnya jakawasan jaur sutra ini adalah kawasan perdagangan darat dari Asia- Eropa. Jalur Sutra sebenarnya sudah terbentuk sejak terjadinya hubungan dagang antara Asia dengan Eropa.

Pada awal tahun 2011 perekonomian dunia tumbuh lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Hal ini didorong pesatnya pertumbuhan ekonomi di negara China, Brasil, India dan negara-negara di kawasan Asia, namun banyak mengalami kenaikan harga pangan. Dana Moneter Internasional (IMF) menegaskan bahwa tahun ini merupakan tahun yang menjanjikan untuk pertumbuhan ekonomi, meskipun kawasan Eropa terseret utang.

Organisasi Pangan dan Perekonomian harga pangan mencapai rekor tertinggi pada Desember 2010 tercatat di atas level harga pangan 2008, yang pernah menyebabkan kerusuhan sosial di Mesir, Kamerun dan Haiti. Di Asia naiknya harga pangan diperkirakan akan menaikan inflasi. Kenaikan harga pangan awal 2011 memicu terjadinya krisis politik di negara-negara Arab terutama di Tunisia. Mesir dan Yordania. Lybia.

Harga BBM

(18)

akhir tahun 2010 pemerintah mengambil kebijakan baru tentang minyak, terutama dalam penerapan subsidi khusus untuk kendaraan umum. Pada awal Januari 2011 pemerintah kita akan mengeluarkan kebijakan baru dalam BBM yaitu berupa pengaturan subsidi miyak bagi kendaraan umum dan pribadi,. Subsisdi hanya akan diberikan pada kendaraan umum. Krisis politik di Mesir, di Lybia Januari/Februari 2011 harga minyak dunia naik lagi sampai 100 dollar AS per barel.

B. Perpektif Global Dalam Bidang Politik

Globalisasi sangat berpengaruh pada bidang politik global. Banyak perubahan yang terjadi setelah perang dingin. Perang Dingin adalah konflik Blok Barat/Blok (AS) dengan Blok Timur (Blok Uni Soviet). Perang Dingin berlangsung dari 1945 (setelah PD II selesai sampai dengan 1991) dengan kemenangan dipihak Amerika Serikat. sebagai akibatnya Amerika Serikat muncul sebagai negara Adi Kuasa, NATO bertambah kuat, Paktawarsawa bubar, Uni Soviet bubar, dibentuknya CIS, Demokrasi semakain mendunia, banyak negara merdeka, Amerika Serikat berperan sebagai polisi dunia, HAM mendapat perhatian khusus, terjadi perubahan kepemimpinan dalam berbagai Negara, kedudukan G 8 semakin kuat, rawan konflik masalah ras, masalah perbatasan dan masalah nuklir. Aktor negarawan dan non negarawan semakin bermunculan.

Pada era globalisasi muncul pergeseran kepemimpinan, banyak pemimpin muda yang tampil sebagai kepala pemerintahan. Pada KTT G 20 di Seoul, Kurea Selatan tepatnya Jumat 12 Nopember 2010 Rusia menyatakan mau bekerjasama dengan NATO untuk mengembangkan sistem peluru kendali guna melindungi wilayah Eropa. Rusia juga menyatakan ingin melupakan perang dingin dan merancang kerja sama strategis dengan bekas seteru utamanya, pernyataan tersebut disampaikan oleh menteri luar negeri Rusia Sergey Lavrov. Kalau Rusia masuk anggota NATO, anggota NATOada 29 negara.

Era globalisasi sangat berpengaruh bagi pemerintahan di negara-negara yang diisukan masih otoriter, sehingga awal 2010 ditandai dengan kegiatan demontrasi menentang pemerintah otoriter dan sudah berhasil menggulingkan pemerintahan Ben Ali di Tunisia. Presiden Zine al Abidine Ben Ali ( berkuasa 1987-2011). Revolusi Tunia (revolusisi Melati) berpengaruh pada Mesir presiden Mohamad Hosni Mubarak merintah sejak 1981. Revolusi di Lybia. Negara-negara Arab yang diisukan otoriter yaitu Suriah Presiden Bashar Al-Assad (berkuasa sejak tahun 2000), Oman Sultan Qaboos bin Said sejak th 1970, Aljazair Presiden Abdelaziz Boutefiika berkuasa 1999, Libia Muammar al Khadafy berkuasa sejak th 1969, Arab Saudi Abdulah bin Abdul Aziz berkuasa sejak 2005. Tahun 2011 berdiri negara baru yaitu Sudan Selatan. Berdirinya Sudan Selatan merupan hasil memorandum tanggal 9-15 Januari 2011. Presiden Sudan Omar al Basir menerima dengan tulus pilihan rakyat selatan untuk merdeka dari utara.

(19)

Perbedaan suku bangsa, negara dan agama serta perbedaan tempat tinggal di dunia banyak menimbulkan keanekaragaman budaya. Perbedaan budaya ini bukan merupakan masalah namun hendaknya dijadikan kekayaan bangsa di dunia, sehingga kehidupan di dunia menjadi semakin indah, semakin baik dalam kehidupan yang harmonis, aman dan nyaman. Walapun kebudayaan berbeda, namun ada persamaan yang diinginkan setiap manusia manusia yaitu adanya kebebasan beragama, bebas rasa takut, bebas kelaparan bebas berpendapat, ingin hidup aman dan nyaman.

Menurut Bernet setiap individu penemu budaya, menurut Morgan kemajuan budaya seiring dengan IPTEK. Pada Era globalisasi bidang budaya banyak terjadi peristiwa yang behubungan dengan perubahan budaya yaitu terjadi inovasi budaya, difusi budaya, akulturasi budaya, asimilasi budaya. Perubahan budaya pada era globalisasi meliputi perubahan secara kualitatif, dan perubahan secara kuantitatif dan muncul budaya instan. Perkembangan budaya yang bergerak mengarah universal terutama: musik, pakaian, makanan.

D. Perspektif Global Dalam Bidang HAM

Hak asasi manusia bersifat kodrati (anugerah Tuhan Yang Maha Esa), semua manusia memiliki hak yang sama. Berdasarkan sejarah perjuangan hak asasi manusia, sebenarnya perjuangan hak asasi manusi sudah dimulai dari, jaman Nabi. Persitiwa dunia yang memperjuangan hak asasi manusia antara laian, Magna Charta 1215, Bill of Rihts 1689, Declaration des droit de I Home et do Citoyen 1789. Universal Declaration of Human Rights 1958 (PBB). Di Indonesia penegakan HAM secara jelas dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 di Indonesia dan UU N0. 39/1999.

Pada Era Globalisasi hak asasi manusia mendapat perhatian yang sangat besar bagi semua negara di dunia, termasuk Indonesia. Namun dibalik perjuangan penegakan HAM juga terjadi pelanggaran HAM, dan muncul ”daerah panas”. Daerah Panas adalah daerah rawan konflik misalnya, Timur Tengah, Semenanjung Balkan, Afrika/Sudan, Asia Timur, Asia Selatan, dan juga di Indonesia. Cara mengatasi konflik yang biasa di gunakan dengan diselenggarakan islah, musyawarah, rekonsiliasi, perjanjian, konflik dengan negara tetangga dapat diatasi dengan perjanjian bilateral, perjanjian multilateral dan resolusi Dewan Keamanan PBB.

E. Perspektif Global Dalam Sejarah

Sejarah mempelajari peristiwa masa lalu, konsep dasar sejarah; waktu, tempat dan peristiwa. Sejarah dilihat dari pengaruh peristiwanya sejarah dapat di bedakan menjadi sejarah lokal, sejarah nasional, sejarah dunia. Sejarah lokal memiliki lingkup dari sejarah desa, sejarah kecamatan, sejarah kabupaten, sampai sejarah propinsi. Sejarah lokal sering disebut sejarah mikro karena ruang lingkup sangat terbatas.

(20)

perkembangan sejarah daerahnya sendiri. Sejarah lokal memiliki arti yang sangat penting untuk menghubungkan dengan dengan sejarah nasional. Siswa tidak asing dengan sejarah tempat tinggalnya sendiri.

Sejarah nasional mengkaji negara secara keseluruhan (nation state). Sejarah nasional juga disebut sejarah makro karena materinya mencakup wilayah negara. Sejarah nasional bukan kumpulan dari sejarah lokal, namum mengkaji peristiwa yang sifatnya nasional. Sejarah nasional sangat penting untuk mengenalkan peristiwa-peristiwa yang sifatnya nasional, dan sangat penting untuk menanamkan semangat nasionalisme, menanamkan rasa bangga sebagai suatu bangsa/sebagai bangsa Indonesia. Sangat penting untuk menumbuh kembangkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa, rasa saling hormat -menghormati, bekerjasama antar suku bangsa yang ada dalam negara kita dan untuk menjaga integritas bangsa.

Dengan belajar sejarah nasional akan menjadi jelas perkembangan masyarakat bangsa tersebut sejak jaman dahulu sampai sekarang dan masa yang akan datang. Dengan belajar sejarah nasional akan diketahui tahapan perjuangan bangsa sampai sekarang dan masa yang akan datang. Sejarah nasional tidak hanya memperkenalkan perjuang bangsa tetapi lebih penting lagi dapat tertanam semangat nasionalisme sesuai dengan jamannya.

Perkembangan sejarah nasional Indonesia akan memberikan gambaran nasionalisme pada era penjajahan yang berbeda dengan jaman pembangunan dan jaman pasca reformasi. Pada masa pejajahan tertanam benih-benih dan semangat nasonalisme melawan penjajah untuk mencapai kemerdekaan. Pada era perjuang fisik setelah merdeka akan menanamkan benih dan semangat perjuangan mempertahankan kemedekaan, sehingga muncul semangat 45. Pada era pembangunan nasional yang dimulai 1 April 1969 banyak menanamkan benih dan semangat nasionalisme pembangunan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Pada era globalisasi pasca reformasi tumbuh benih-benih semangat nasiolisme ekonomi, semangat cinta produk Indonesia, nasionalisme budaya.

Ahli sejarah membedakan sejarah menjadi sejarah sebagai peristiwa, sejarah sebagai ilmu dan sejarah sebagai cerita. Sejarah sebagai peristiwa bersifat objektif, karena hanya bicara peritiwa itu sendiri, belum memasukan pendapat/pemikiran atau pandangan dari penulis. Sejarah sebagai ilmu sejarah tersebut ditulis dengan teknik langkah-langkah ilmiah. Sejarah sebagai cerita sangat subyektif karena sudah banyak diwarnai pandangan pemikiran penulis. Mata pelajaran sejarah memiliki tempat yang strategis untuk membangun semangat nasionalisme dan membangun moral bangsa.

(21)

dan berkembangan tidak diambil bangsa lain, namun demikian tidak mengabaikan semangat nasionalisme dalam arti cinta bangsa dan negara secara keseluruhan.

Sejarah dunia mengkaji peristiwa-peristiwa di luar negara Indonesia. Peristiwa yang dikaji sejarah dunia pada umumnya peristiwa-peristiwa besar yang menjadi perhatian dunia luar/negara lain. Dilihat dari pengaruhnya peristiwa yang dikaji pada sejarah dunia pada umumnya berpengaruh pada dunia. Sejarah dunia banyak memperhatikan dalam bidang politik, ekonomi dan budaya.

Sejarah dunia memberikan gambaran tentang perkembangan masyarakat dunia sejak masa lampau hingga masa kini, baik dalam bidang politik, ekonomi dan budaya. Dengan belajar perkembangan sejarah bangsa lain, sejarah dunia memberikan wawasan yang luas pada peserta didik, sehingga dapat untuk memperkuat rasa nasionalisme dan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia. Pada era globalisasi muncul paradok sejarah “semakin demokrasi, semakin banyak negara yang merdeka” muncul “konsep 1000 negara”. Peristiwa satu mempengaruhi peristiwa, misalnya revolusi Melati di Tunisia mempengaruhi munculnya Revolusi Nil di Mesir, Revolusi di Lybia.

F. Perspektif Global Dalam Geografi

Dilihat dari aspek geografi banyak peristiwa alam yang terjadi pada era globalisasi, misalnya perubahan iklim, pemanasan global, gempa bumi, tsunami dan mobilitas penduduk. Pembangunan industri secara besar-besaran banyak mempengaruhi perubahan iklim.

Menurut pembagaian iklim matahari, bulatan bumi kita dibagi menjadi iklim tropis, sub tropis, sedang dan dingin. Pembagaian iklim matahari didasarkan pada sinar matahari yang diterima di permukaan bumi kita. Berdasarkan pembagaian iklim matahari maka negara yang ada dipermukaan bumi kita dikelompokan menjadi negara yang beriklim tropis, negara yang beriklim sub tropis, negara beriklim sedang dan negara beriklim dingin.

Sebelum era globalisasi dapat dikatakan keadaan iklim disetiap negara akan sama dari waktu kewaktu sesuai dengan ciri khas yang sama, artinya iklim tersebut dapat di perkirakan secara tepat, sedikit sekali terjadi perubahan iklim. Namun setelah banyak industri besar yang dibangun terjadilah pemanasan bumi yang sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Keadaan yang langsung dapat dirasakan antara lain terjadi perubahan iklim secara besar-besaran. Contoh di Indonesia yang termasuk negara tropis, terjadi perubahan iklim yang sangat besar, pergantian musim kemarau dan musim penghujan tidak jelas. Bulan April sampai Oktober biasa disebut musim kemarau sekarang menjadi musim penghujan, sama dengan musim penghujan bulan Oktober-April.

(22)

G. Perspektif Global Dalam Sosiolologi

Manusia merupakan mahkluk sosial, manusia selalu ingin diterima dilingkungannya. Kemjauan iptek pada era globalisasi mengakibatkan hubungan manusia/hubungan sosial kemasyarakatan mengalami perubahan baik secara lambat maupun secara cepat, baik skala besar dalam arti antar negara/bangsa, maupun secara skala kecil dalam arti hubungan antar kelompok dengan kelompok lain atau hubungan individu dengan individu. Perubahan hubungan ini ada yang bersifat positif sesuai dengan harapan sehingga hubungan harmonis, misalnya hubungan antara anggota ASEAN, menjadi lebih baik dan ada perubahan yang negatif misalnya konflik di Maluku, di Timur Tengah dan sebagainya.

Dilihat dari sosiologi era globalisasi banyak berpengaruh pada mobilitas sosial secara vertikal maupun mobilitas sosial secara horisontal. Mobilitas vertikal yaitu perpindahan status dari strata yang satu ke strata lainya. Perpindahan status bawah ke strata atas atau sebaliknya dari strata atas kestrata bawah.

Mobilitas strata vertikal dapat di bagi dua yaitu mobilitas strata intragenerasi (mobilitas vertikal yang dialami oleh seseorang individu dalam kehidupannya), misal dari penjual kue keliling menjadi pemilik perusahaan kue. Mobilitas strata antar generasi adalah perubahan status yang lebih baik yang dialami oleh seseorang anak berbeda dengan orang tuanya. Seorang anak dari penjual kue keliling menjadi pengusaha kue.

Perubahan status dan peran tidak hanya dalam bidang ekonomi dan pada individu, tetapi juga perubahan pada status negara dalam percaturan politik Contoh dalam percaturan politik, Uni Soviet bubar, Amerika Serikat muncul sebagai negara Adidaya. Dalam bidang ekonomi China awal tahun 2009 masih bersatus negara berkembang pada akhir tahun 2010 China menjadi negara nomor 1 dalam pertumbuhan ekonomi dan menjadi negara nomor dua setelah Amerika Serikat. Pada akhir tahun 2010 terjadi perang mata uang. Pertumbuhan ekonomi China yang sangat pesat mengakibatkan perang mata uang dengan Amerika serikat.

Era globalisasi mengakibatkan pergeseran nilai dan sistem nilai, sebelum era globalisasi terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara nilai dan sistem nilai antara desa dan kota. Dapat diamati secara jelas dalam kebiasaan, cara dan norma yang berlaku, misalnya nilai-nilai kekeluargaan, nilai keagamaan, gotong royong, musyawarah di desa lebih kental, sedangkan nilai pendidikan lebih tinggi di kota. Namun pada era globalisasi nilai yang ada pada masyarakat desa mulai bergeser, rasa kekeluargaan mulai menurun, nilai individual mulai meningkat, nilai di desa dan kota hampir sama.

Mobilitas sosial

(23)

mendukung terjadinya migrasi, kebanyakan berasal dari lapisan menengah masyarakat desa. pada usia muda. yang memandang kehidupan di desa lebih sulit. dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan. Ada dua faktor yang mendorong penyebaran penduduk yaitu faktor pendorong (push factor) dan faktor penarik (pull factor). Secara umum terjadinya migrasi ada yang lambat, otomatis, cepat, mendadak.

Modernisasi

Modernisasi adalah proses perubahan yang membawa kemajuan, di negara Barat modernisasi diartikan rasionalisasi dan penggunaan iptek. Di negara Barat industrialisasi mengakibatkan adanya modernisasi, sedangkan di negera berkembang modernisasi mengakibatkan adanya industrialisasi. Modernisasi di negara berkembang diartikan proses pembangunan.

Revolusi Industri di Inggris berpengaruh pada seluruh dunia dan ikut mempengaruhi kemajuan peradaban. Peradaban bangsa. yang satu dengan bangsa yang lain tidak sama, hal ini mengakibatkan adanya perbedaan status negara. Secara garis besar berdasarkan kemajuan peradaban negara di dunia, negara dapat digolongkan menjadi negara maju dan negara berkembang.

Revolusi Industri di Inggris pada tahun 1750, menumbuhkan proses pembangunan di negara barat. Yang dimaksud dengan Negara Barat adalah negara berkebudayaan barat. Proses modernisasi secara besar-besaran antara negara yang satu dengan yang lain tidak sama, sehingga mengakibatkan perbedaan kemajuan negara. Sejak itulah muncul istilah negara dunia pertama (negara maju), negara dunia ke dua dan negara dunia ke tiga. Negara dunia pertama negara maju yang tergabung dalam G8, Negara dunia ke dua untuk sebutan negara-negara di kawasan Eropa Timur dan Negera dunia ke tiga untuk sebutan negara berkembang, yang banyak kita jumpai di kawasan benua Asia dan Afrika. Modernisasi tidak sama dengan Westernisasi, karena Westernisasi adalah proses membudayakan budaya Barat, sedangan Modernisasi diartikan proses pembangunan/menuju modern. Nilai utama kebudayaan Barat dengan pandangan antroposentris yaitu demokrasi, institusi sosial, kesejahteraan ekonomi berpokok pangkal pada penghargaan mutlak terhadap manusia. Perspektif timur bersifat teosentris.berdasarkan agama.

Pembangunan bangsa dan negara Indonesia pada hakekatya sudah dimulai sejak Proklamasi 17 Aguatus 1945. Penggunaan nama modernisasi di Indonesia dikenal masyarakat luas dimulai sejak pemerintahan Orde Baru. Modernisasi di Indonesia yang dilaksananakan secara bertahap. Tahap pertama dimulai 1 April 1969 untuk menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur

H. Perpketif Global dalam Pendidikan

(24)

tidak terbatas, dilihat dari masukan (input), keluaran (outputs), hasil (outcame), manfaat (benefits), dan dampak (impacts). Jika hal ini terjadi, bangsa Indonesia akan selalu ketinggalan. Tujuan akhir dari proses pendidikan di era globalisasi pada hakekatnya adalah menyediakan sumber daya insani yang memiliki daya saing secara internasional. Untuk menciptakan keunggulan diperlukan inovasi dalam pengembangan pendidikan. Untuk membangun paradigma baru dalam bidang pendidikan menurut Suyanto dalam bukunya Dinamika Pendidikan nasional paradigma baru pendidikan pada abad 21 pada halaman18. antara lain:

a. Pendidikan nasional hendaknya memiliki visi yang berorientasi pada demokrasi bangsa, sehingga memungkinkan terjadinya proses pemberdayaan seluruh komponen masyarakat secara demokratis.

b. Pendidikan nasional hendaknya memiliki misi agar tercipta partisipasi masyarakat secara menyeluruh, sehingga secara mayoritas seluruh komponen bangsa yang ada dalam masyarakat menjadi terdidik.

c. Substansi pendidikan dasar hendaknya mengacu kepada pengembangan potensi dan kreativitas dalam totalitasnya. Tolok ukur keberhasilan tidak semata-mata pada nilai hasil Ebtanas Murni.

d. Substansi pendidikan nasional di jenjang pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi hendaknya

membuka kemungkinan untuk terjadinya pengembangan individu secara vertikal dan horizontal. Pengembangan vertikal mengacu pada strutur keilmuan, dan pengembangan horisontal mengacu pada keterkaitan dan relevansi pada bidang keilmuan.

e. Pendidikan dasar dan menengah perlu mengembangkan sistem pembelajaran yang egaliter dan

demokratis agar tidak terjadi pengelompokan dalam kelas atas dasar kemampuan akademik.

f. Pendidikan tinggi hendaknya jangan semata-mata hanya berorientasi pada pada penyiapan tenaga kerja. Tetapi lebih jauh dari pada itu harus memperkuat kemampuan dasar mahasiswa yang memungkinkan baginya untuk berkembang lebih jauh baik sebagai individu, anggota masyarakat, maupun sebagai warga negara dalam kontek kehidupan global.

g. School-based management perlu dikembangkan dalam rangka desentralisasi dan devolusi pendidikan agar lembaga-lembaga pendidikan dapat mempertahankan akuntabiltas terhadap

Stakeholder pendidikan nasional.

(25)

i. Perlu menetapkan rekrutmen pejabat pendidikan secara professional, sehingga dapat diperoh

the right person int the right place, bukan the right person in the wrong place, Lebih parah lagi the wrong person in the wrong place.

Dalam skala yang sangat mikro, paradigma lama pendidikan hanya memusatkan perhatian pada kemampuan otak kiri peserta didik, dan sebaliknya kemampuan otak kanan kurang mendapat perhatian. Kondisi mengakibatkan pendidikan nasional hanya mampu menghasilakn orang-orang yang tidak mandiri, tidak kreatif tidak memiliki self awareness tidak mampu berkomunikasi dengan baik dengan lingkugan fisik, sosial dan kultural dalam komunitas kehidupannya. Kondisi Outcome

yang demikian sungguh tidak sesuai dengan tuntutan dan prasyarat bagi kehidupan dan persaingan global. Karena itu pendidikan pada dewasa ini harus ada keseimbangan pengeembangan belahan otak kiri dan belahan otak kanan. Pendidikan harus sanggup mengembangkan aspek kognitif dan afektif (Suyanto, 2006: 165).

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 mengatakan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya paotensi peserta dididk agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandirei menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sekolah sebagai lembaga pendidikan dipandang sebagi tempat strategis untuk menanamkan budi pekerti, terutama yang berisi pembiasaan untuk hidup bersopan santun dan bertata krama secara benar baik dalam bentuk ucapan, sikap dan perbuatan (Furqon, 2007: 91). Dengan demikian pendidikan memiki tugas untuk tetap menjaga nilai-nilai budaya Indonesia. Pendidikan merupakan filter yang dapat menyaring budaya asing yang masuk ke Indonesa. Pendidikan harus tetap bisa menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Seiring dengan kemajuan pendidikan pada era globalisasi Indonesia meratifikiasi kesepakatan internasional tentang pendidikan yang ramah bagi semua, maka pada tahun 1997 diadakan ujicoba sekolah inklusif. Menyadari bahwa sistem pendidikan inklusif diyakini dapat meningkatkan semua kopetensi peserta didik pemerintah (Direktorat PLB) melakukan program pendidikan inklusif berbagai lembaga terkait

(26)

I. Prespektif Global dalam Iptek

Perlu kita sadari bahwa kemajuan yang dicapai berkat kemajuan ilmu dan teknologi bersifat ambivalen artinya disamping banyak akibat positif, terdapat juga akibat negatif. Tidak dapat disangkal lagi berkat adanya kemajuan iptek manusia mempunyai banyak kemudahan dan kemajuan, pandangan optimis terus berlangsung secara terus menerus. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai kunci untuk memecahkan kesulitan yang mengganggu kesulitan manusia. Teknologi yang diciptakan manusia memang untuk memenuhi kebutuhan demi kelangsungan hidup manusia sesuai dengan jamannya. Perkembangan iptek banyak mempengaruhi perubahan dalam kehidupan manusia.

Perkembangan teknologi pada abad 20 berlangsung sangat cepat dan akibat yang ditimbulkannya mempengaruhi bidang-bidang lain. Tampaknya teknologi mempengaruhi sebagian besar kehidupan manusia. Dilihat dari sejarahnya teknogi berkembang dari Barat pada abad ke XVI dan puncanya pada revolusi Industri pada bad ke XVIII. Istilah Rvolusi Industri dipopulerkan oleh Arnold Toynbee pada tahaun 1884, yang mengacu pada transformasi besar-besaran yang terjadi di Inggris pada abad XVIII dan XIX, meskipun sebenarnya teknologi sudah ada sejak adanya manusia hidup di bumi, tetapi lonjakan yang spektakuler baru terjadi pada abad ke XVIII dan XIX (Damardjati Supadjar: 106). Menurut Prof. Iskandar Alisyahbana (dalam Damardjati Supajar: 108) teknologi bersifat dialektik artinya teknologi dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi manusia, akan tetapi pemecahan masalah tersebut menimbulkan permasalahan yang baru dan permasalahan yang baru harus dipecahkan dengan teknologi yang baru pula.

Teknologi ibarat pedang bermata dua, artinya teknologi memiliki dampak positif dan dampak negatif terhadap kehidupan manusia. Contoh ditemukannya mesin gergaji kayu, manusia mudah membangun industri kayu lapis, tetapi dibalik itu terjadilah penebangan hutan secara cepat dan meningkatnya pemanasan global. Penggunaan pestisida dapat untuk membasmi hama tanaman namun dibalik itu tanah menjadi kurang subur, masih banyak contoh lainnya. Untuk menjadi dampak negatif yang tidak berlebihan teknologi maka diperlukan etika penggunaan teknologi.

Manusia harus dapat menciptakan hubungan teknologi dengan manusia yang selaras dalam arti penggunaan teknologi disesuaikan dengan kepentingan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif yang besar. Perkembangan iptek mencakup semua bidang kehidupan manusia. Antara lain bidang komunikasi dan informasi; diketemukan radio, televisi, radio, hand phone, feximil, mempercepat komunikasi. Bidang kesehatan, berhasilnya manusia menemukan alat dan obat-obatan dapat memperpanjang angka harapan hidup dan sebagainya.

(27)

BAHASA INDONESIA

PEMBAHASAN

PENTINGNYA KESADARAN DALAM PERSPEKTIF GLOBAL

Menurut Kamus Filsafat yang ditulis oleh Loren Bagus (1996) bahwa yang dimaksud dengan kesadaran adalah mengandung arti keinsyafan terhadap ego, diri, atau benda. Kesadaran adalah kemampuan untuk melihat dirinya sendiri sebagaimana orang lain dapat melihatnya. Dengan kata lain kesadaran adalah “pengakuan diri”. Kesadaran muncul dari dalam diri kita sebagai cetusan nurani. Kalau hal ini dikaitkan dengan perspektif global maka kesadaran di sini adalah pengakuan bahwa kita adalah bukan semata-mata sebagai warga suatu Negara tetapi juga warga dunia, yang mempunyai ketergantungan terhadap orang lain dan bangsa lain, serta terhadap alam sekitar baik secara lokal, nasional, maupun global. Dengan kesadaran itu muncul suatu pengakuan bahwa masalah global perlu dipelajari, dipahami dan dimanfaatkan untuk kepentingan bersama, sehingga dalam berpikir, berucap, dan bertindak menunjukkan dan mencerminkan adanya kepedulian, kepentingan, dan kemanfaatan.

Dalam kehidupan global yang pertama kali harus disadari adalah bahwa manusia adalah merupakan warga Negara global, sebagai penduduk dunia yang memiliki hak dan kewajiban tertentu. Hak merupakan cornerstone of citizenship (Stainer, 1996:20), merupakan inti dari kehidupan warga dunia. Sedangkan kewajiban merupakan panggilan atau tanggung jawab atau tugas kita sebagai warga dunia. Selain itu, perlu kita sadari bahwa di dunia ini tidak hanya ada kita, akan tetapi pada orang lain yang bermukin di seluruh belahan dunia. Oleh karena itu, kita harus banyak mempelajari tentang dunia dan seisinya.

Oleh karena siswa kita merupakan bagian dari dunia maka dia harus diberikan pengetahuan tentang keberadaan dia sebagai penduduk dunia. Tugas guru adalah mengglobalkan pengetahuan dan sikap serta kesadaran siswa terhadap dunia. Guru seperti ini adalah guru global atau Global Teacher (Steiner, 1996).

(28)

pengetahuan dan teknologi. Sikap dalam menghadapi globalisasi ini adalah bukan melawan arus globalisasi akan tetapi kita harus dapat “menjinakkan” globalisasi itu sendiri. Globalisasi adalah suatu proses yang berlanjut, bila kita lambat mengikutinya maka kita akan semakin ketertinggalan. Tetapi juga akan berakibat fatal apabila kita salah dalam memperlakukannya.

Kita menyadari betul bahwa perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) begitu pesat menurut Makagiansar (Mimbar, 1989).

Kemajuan IPTEK ini ditandai dengan berbagai temuan yang mengagumkan. Kita ketahui berbagai temuan dalam ilmu pengetahuan yang berdampak dunia, misalnya tentang pengembangbiakkan makhluk hidup melalui sel yaitu “cloning”, dan ditemukannya hijau daun (klorofil) sebagai obat pembasmi kanker (Republika, 10 Februari 1998). Selain itu, kemajuan dalam bidang teknologi informasi terutama penggunaan computer dan satelit juga merupakan faktor yang mempercepat arus globalisasi ini. Masih banyak contoh lainnya yang membuktikan bahwa kemajuan dalam IPTEK mempunyai dampak secara global.

Perkembangan teknologi komunikasi dimulai dengan diciptakannya pesawat telepon oleh Alexander Grahan Bell (Yaya, 1998) pada tahun 1976). Hal ini membawa perubahan besar terhadap teknologi komunikasi. Teknologi komunikasi ini lebih diperkuat lagi dengan berkembangnya teknologi computer yang diciptakan oleh Atansoff dan Clifford Berry tahun 1939. Kedua teknologi tersebut secara bersinergi memberikan landasan yang kuat bagi perkembangan teknologi komunikasi modern.

Dengan adanya teknologi telepon ini tidak lagi mengenal batas administrasi Negara. Telepon mempunyai jangkauan yang sangat jauh dan luas, namun demikian manusia tidak puas, selalu merasakan adanya kekurangan, bagaimana kalau orang yang ditelepon tidak ada di tempat? Bukankah komunikasi tersebut akan terhenti sampai di situ? Oleh karena itu, para ilmuwan terus berpikir, maka munculah teknologi untuk mensinergikan sehingga bersinerginya telepon dan computer sehingga muncul surat elektronik, pager, telepon genggam, dan internet yang dapat mengatasi kekurangan teknologi telepon seperti disebutkan di atas.

(29)

teknologi menjadi sesuatu yang baik dan sangat mengasyikkan. Di sinilah pentingnya kesadaran dan wawasan agar teknologi lingkungan untuk kepentingan yang positif.

Saat ini, kita memasuki abad “duni tanpa tapal batas” administrasi Negara. Kita merasakan bahwa dunia menjadi semakin sempit, dan transparan. Suatu peristiwa yang terjadi di satu belahan dunia akan dengan cepat diketahui di belahan dunia lainnya. Pengaruhnya dapat menembus langsung ke pelosok-pelosok dunia. Untuk ini kita daoat mengetahui dari Koran, televisi, radio, telepon, internet, e-mail, dan sebagainya. Inilah teknologi komunikasi yang merupakan media informasi bagi manusia.

Sadarkah kita, bahwa di rumah saat ini sudah dipenuhi dengan alat dan media sebagai hasil kemajuan teknologi, misalnya TV, radio, telepon, parabola dan sebagainya. Alat dan media tersebut mempersempit dunia. Kita dapat mengetahui apa yang terjadi di Timur Tengah, Eropa, dan Amerikan secara sekejap.

Di sinilah kita memerlukan kesadaran yang tinggi serta wawasan yang luas. Dengan kesadaran bahwa kita merasakan adanya kebutuhan memahami masalah global, serta dengan wawasan yang luas kita dapat memilih dan memilah informasi atau nilai mana yang diperlukan dan mana yang tidak, mana yang sesuai dengan nilai budaya kita dan mana yang tidak.

Untuk mendukung kesadaran dan wawasan kita diperlukan adanya landasan, seperti berikut ini;

A. NASIONALISME (KESADARAN NASIONAL)

Imawan mengutip pendapat Haas (Yaya, 1998) bahwa nasionalisme yang kuat dapat menjadi pilar terhadap pengaruh buruk dari perkembangan teknologi yang pesat ini. Nasionalisme menunjuk pada totalitas kultur, sejarah, bahasa, psikologi serta sentiment social lainnya yang menarik orang pada satu perasaan saling memiliki cita-cita maupun nilai kemasyarakatan.

(30)

Nasionalisme harus mampu menangkal perbedaan suku, adat-istiadat, ras dan agama. Namun juga tidak lagi baik buruk adalah negaraku dan bangsaku. Yang baik harus kita ambil dan yang buruk kita tinggalkan. Kita memiliki kesadaran nasionalisme yang cukup kuat, misalnya kesetiakawanan social, ketahanan nasional, dan musyawarah nasional.

B. NORMA DAN AGAMA

Bangsa kita terkenal sebagai bangsa yang agamis, patuh terhadap aturan dan norma yang ada, baik itu norma adat, social, susila dan norma lainnya. Semua agama dan norma ini memberikan landasan kepada bangsa kita untuk dapat memilih dan memilah informasi yang dapat kita gunakan. Norma dan agama adalah pilar utama untuk menangkal pengaruh negative seriring dan gelombang globalisasi.

C. NILAI BUDAYA BANGSA

Bangsa kita memiliki nilai budaya yang luhur, yang dapat dijadikan pilar dan filter terhadap berbagai pengaruh yang negatif, serta sebagai pendukung bagi nilai dan pengaruh, yang membawa dampak positif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai contoh adalah “Pela Gandong” di Ambon untuk landasan kerukunan, pepatah “guru kencing berdiri, murid kencing berlari” untuk keteladanan, “rawe-rawe rantas malang-malang putung” sebagai symbol kebersamaan, dan “silih-asah silih-asih dan silih-asuh untuk acuan pendidikan masyarakat. Bukankah nilai budaya ini juga akan menjadi faktor pendukung sekaligus pilar terhadap globalisasi.

Tiga hal tersebut merupakan faktor pendukung dan sekaligus menjadi pilar terhadap pengaruh negative yang perlu diperkokoh dalam rangka memasuki era globalisasi.

Marilah kita melihat kembali globalisasi. Menurut Emil Salim (Mimbar Pendidikan, 1989), terdapat 4 bidang kekuatan gelombang globalisasi yang paling menonjol, yaitu;

(31)

dengan cepat dapat menghimpun informasi dunia dengan rinci tentang segala hal, misalnya kekayaan laut, hutan, dan lain-lain. Dengan kemajuan IPTEK yang begitu kuat pengaruhnya sehingga dapat mengubah perspektif atau sikap, pandangan dan perilaku orang. Dengan kemajuan ini pula bahwa sekarang orang dapat berkomunikasi dengan cepat dimanapun mereka berada melalui handphone, internet, dan lain-lain.

2.Kekuatan kedua adalah kekuatan ekonomi. Ekonomi global yang terjadi saat ini demikian kuat, sehingga peristiwa ekonomi yang terjadi di suatu Negara akan dapat dengan mudah diikuti dan memperngaruhi Negara lain. Globalisasi dalam ekonomi Nampak sebagai suatu keterkaitan mata rantai yang sulit dilepaskan. Krisis moneter yang melanda Indonesia saat ini, tidak terlepas dari kegiatan ekonomi di Negara-negara ASEAN dan bahkan dunia.

3.Hal ketiga yang paling banyak disoroti saat ini adalah masalah lingkungan hidup, kita masih ingat tentang peristiwa kebakaran hutan di Indonesia yang berdampak dunia. Pengaruh asap kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatera dapat dirasakan di Negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand, bahkan Filiphina. Dampaknya sangat terasa di seluruh dunia, dimana semua penerbangan ke Indonesua tertunda karena adanya gangguan asap.

4. Politik merupakan kekuatan keempat yang dirasakan sebagai kekuatan global. Misalnya krisi Teluk dampaknya sangat dirasakan secara global di Negara-negara lain, baik dalam segi politik maupun ekonomi. Adanya kekisruhan politik dalam negeri juga berdampak besar terhadap perkembangan pariwisata, perdagangan dan sebagainya.

(32)

Masalah lingkungan hidup saat ini sudah merupakan masalah dunia dan bukan hanya masalah Negara yang bersangkutan. Kita masih ingat bahwa Singapura, Jepang, Australia, dan Amerika mengirimkan bantuan ke Indonesia untuk memadamkan api tersebut. Bukankah itu menjadi bukti bahwa masalah lingkungan hidup merupakan masalah global.

Benar apa yang dikatakan Adikusumo (Mimbar Pendidikan, 1989) bahwa globalisasi adalah spectrum perubahan social yang sulit diantisipasi. Perubahan berskala global berlangsung dengan dimensi aspirasi manusia pada akhir abad 20, yang ditandai dengan cirri khas berupa kekentalan informasi.

Globalisasi ditandai dengan abad serba berubah, era kompetitif, dan era informasi. Oleh karena globalisasi merupakan dampak dari kemajuan IPTEK maka untuk menguasainya juga kita harus menguasai IPTEK. Salah satu cara untuk menguasai IPTEK ini adalah meningkatkan pendidikan bangsa Indonesia.

Saat ini sering kita dengar istilah alih teknologi. Inipun tidak akan menolong banyak tanpa kita menguasai IPTEK-nya itu sendiri. Dengan menguasai IPTEK kita dapat menjinakkan globalisasi. Dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi kita tidak hanya pintar mengekor, mengikuti arahnya globalisasi tanpa kendali, akan tetapi kita harus dapat mengendalikan globalisasi sesuai dengan akar budaya bangsa kita sendiri.

Kalau kita melihat kembali gelombang dasyhat dari globalisasi ini, yaitu dalam bidang IPTEK, ekonomi, lingkungan dan politik, maka faktor nasionalisme, norma dan agama, serta nilai budaya, secara bersinergi dapat menjinakkan globalisasi. Globalisasi bukan lagi hal yang menakutkan tetapi sesuatu yang didambakan. Perluanya sikap terbuka dan tanggap terhadap persoalan global.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan dampak yang ditimbulkan karena perubahan iklim akibat pemanasan global, maka kita sebagai penduduk dunia harus segera bertindak untuk mengurangi pemanasan global seperti

Nah, kalau kita lihat di sini sebetulnya definisi narapidana itu di Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 itu adalah di ketentuan umum ya, ketentuan umum itu hal-hal yang

Kalau kita lihat di sini, ayat (3) itu mengatakan, “Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja, buruh karena perusahaan tutup bukan karena mengalami

Tetapi kalau kita tidak hati-hati dan waspada dalam menyikapi permasalahan ini, tidak mustahil dampak krisis keuangan global pada tahun 2008 ini akan sama atau bahkan lebih buruk

Kita sebagai warga masyarakat adalah pembina bahasa Indo- nesia. Sebagai pembina bahasa Indonesia, kita harus mengetahui tujuan pembinaan bahasa Indonesia. Tujuan

"Bukan semata-mata lantaran umat Islam adalah golongan yang terbanyak di kalangan rakyat Indonesia seluruhnja, kami mengajukan Islam sebagai Dasar Negara kita,

Standardisasi (pembakuan) yang dimaksudkan di sini tidak dalam pengertian sempit sebagaimana telah dipahami keliru selama ini yang menganggap bahwa standardisasi adalah

Tapi, bukan maksud mengusir.” Gadis : “Saya tidak akan keluar dari sini dan saya minta Saudara tidak keberatan.” Masalah yang muncul dalam kutipan naskah drama tersebut adalah …..