Observation & Research of Taxation The 1st Indonesian Tax Community Media http://www.ortax.org
Serba-Serbi PER-24/PJ/2012
Penyusun :
Tim Pajak ORTaxObservation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 1
Perubahan Peraturan
Dalam rangka pembenahan sistem administrasi PPN, pada akhir tahun 2012, Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) menerbitkan peraturan baru tentang ketentuan dan format Faktur Pajak. Peraturan tersebut adalah Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak (PER-24/PJ/2012) yang mulai berlaku efektif pada tanggal 1 April 2013
PER-24/PJ/2012 merupakan perubahan dari peraturan sebelumnya, yaitu PER-13/PJ/2010 dan perubahannya PER-65/Pj/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-13/Pj/2010 tentang Bentuk, Ukuran, Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pengisian Keterangan, Tata Cara Pembetulan Atau Penggantian, Dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak sudah berlaku sejak 1 April 2010. PER-24/PJ/2012 tersebut tentunya membawa perubahan yang cukup signifikan bagi Pengusaha Kena Pajak.
Skema 1.1 Perubahan Peraturan terkait Faktur Pajak
Sebagaimana diketahui bersama, Faktur Pajak merupakan sarana bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) dalam menjalankan mekanisme pengkreditan PPN. Fungsi Faktur Pajak dapat dirasakan oleh PKP Penjual dan PKP Pembeli. Bagi PKP Penjual Faktur Pajak berfungsi sebagai bukti PPN telah dipungut. Sedangkan bagi PKP Pembeli, Faktur Pajak dijadikan bukti bahwa PPN yang terutang telah dibayar. Secara sederhana, penerbitan Faktur Pajak harus memenuhi 2 syarat yang berlaku umum yaitu sebagai berikut:
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 2 1) Syarat formal.
Terkait dengan Faktur Pajak harus diisi secara lengkap, jelas dan benar serta ditanda-tangani oleh pihak yang ditunjuk oleh PKP untuk menandatanganinya.
2) Syarat material.
Terkait dengan keterangan yang sebenarnya atau sesungguhnya mengenai penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP, ekspor BKP, pemanfaatan JKP, pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean, impor BKP.
Ketentuan material dan formal dalam pembuatan Faktur Pajak ini disebutkan dalam peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, pihak yang menerbitkan atau menerima Faktur Pajak harus terus mengikuti ketentuan, dari peraturan perundang-undangan yang baru, agar mekanisme kredit pajak dapat dilakukan oleh PKP dan terhindar dari sanksi perpajakan. Oleh karena itu, para PKP perlu pemahaman yang mendalam terhadap isi PER-24/PJ/2012. Hal tersebut bertujuan agar dalam pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan PPN dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 3
Ketentuan yang
harus dilakukan oleh PKP
A. Tahap-Tahap Administrasi Sebelum PKP Menerbitkan Faktur Pajak
Diterbitkannya PER-24/PJ/2012 membawa perubahan besar pada ketentuan penerbitan Faktur Pajak. Perubahan yang paling signifikan terkait dengan Nomor Seri Faktur Pajak. Direktorat Jenderal Pajak dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak (KPP) akan memberikan Nomor Seri Faktur Pajak. Untuk mendapatkan Nomor Seri Faktur Pajak, setiap Pengusaha Kena Pajak (PKP) harus melakukan serangkaian tahap administrasi. Pertama, PKP harus mengajukan permohonan kode aktivasi & password. Kemudian pada tahap kedua, PKP harus mengajukan permintaan Nomor Seri Faktur Pajak. Setelah kedua tahap tersebut dilakukan oleh PKP dan permohonan atas keduanya dikabulkan, maka PKP dapat menerbitkan Faktur Pajak. Berikut ini merupakan proses administrasi yang harus dilakukan oleh PKP sebelum menerbitkan Faktur Pajak:
Skema 2.1 Proses Administrasi yang Dilakukan oleh PKP
Penjelasan tentang permohonan kode aktivasi & password serta permintaan Nomor Seri Faktur Pajak, lebih rinci disebutkan pada PER-24/PJ/2012 dan SE-52/PJ/2012 tentang Tata Cara Permohonan Kode Aktivasi dan Password serta Permintaan, Pengembalian dan Pengawasan Nomor Seri Faktur Pajak. Berikut ini adalah hal-hal yang harus dilakukan PKP pada saat menyampaikan Surat Permohonan Kode Aktivasi Dan Password;
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 4
1. Ketentuan Pengajuan Surat Permohonan Kode Aktivasi
a. PKP mengajukan Surat Permohonan Kode Aktivasi dan Password
Langkah awal yang harus dilakukan PKP adalah mengajukan Surat Permohonan Kode Aktivasi dan Password ke KPP tempat PKP dikukuhkan. Surat permohonan tersebut harus diisi dengan lengkap dan disampaikan secara langsung ke KPP. Berikut ini merupakan bentuk dari Surat Permohonan Kode Aktivasi dan Password yang harus diisi oleh PKP:
Form 2.1 Surat Permohonan Kode Aktivasi dan Password
b. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) menerima Surat
Permohonan Kode Aktivasi dan Password
Setelah Surat Permohonan Kode Aktivasi dan Password diisi dengan lengkap dan benar oleh PKP. PKP dapat menyerahkan Surat tersebut ke Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT). Petugas TPT akan menerima dan meneliti atas kelengkapan surat permohonan yang diberikan oleh PKP.
Nomor : ... ...,... Hal : Permohonan Kode Aktivasi dan Password/
Cetak Ulang Kode Aktivasi/update email*) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak...
... Dengan ini, saya:
Nama : ... Jabatan : ... Nama PKP : ... NPWP : ... Alamat : ... Alamat Email : ...
mengajukan permohonan Kode Aktivasi dan Password/Cetak Ulang Kode Aktivasi/update email*) dalam rangka permintaan Nomor Seri Faktur Pajak berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-.../PJ/2012 tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak.
Demikian disampaikan, atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.
Pemohon (...) *) coret salah satu
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 5 Hasil penelitian TPT dapat berupa:
Surat Permohonan Kode Aktivasi dan Password belum diisi secara lengkap, maka Petugas TPT akan meminta PKP untuk melengkapinya; atau
Surat Permohonan Kode Aktivasi dan Password telah diisi secara lengkap, maka Petugas TPT:
1. mencetak Bukti Penerima Surat (BPS) dan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD);
2. memberikan BPS kepada PKP; dan
3. menggabungkan surat permohonan dengan LPAD, lalu meneruskan dokumen tersebut ke Petugas khusus yang ditunjuk.
c. Proses pembuatan konsep Surat Pemberitahuan Kode Aktivasi/Surat Penolakan Permohonan Kode Aktivasi dan
Password
Petugas TPT akan memberikan dokumen terkait Permohonan Kode Aktivasi dan Password yang diajukan oleh PKP ke Petugas Khusus yang Ditunjuk. Lalu petugas akan menginput dokumen serta mencetak dan memaraf konsep surat, yang berupa:
1. Surat Pemberitahuan Kode Aktivasi, serta mengirimkan
Password, apabila:
a. PKP telah dilakukan registrasi ulang dan kesimpulan
Laporan Hasil Verifikasi menyatakan status PKP tetap, atau PKP dibuatkan Berita Acara Verifikasi dalam rangka pembatalan Surat Pencabutan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak; atau
b. PKP telah dilakukan verifikasi dalam rangka Pengukuhan
PKP dan kesimpulan Laporan Hasil Verifikasi menyatakan menerima permohonan Wajib Pajak untuk dikukuhkan sebagai PKP.
2. Surat Penolakan Permohonan Kode Aktivasi dan
Password, apabila:
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 6 b. PKP telah dilakukan registrasi ulang dan kesimpulan
Laporan Hasil Verifikasi menyatakan diterbitkan Surat Pencabutan Pengukuhan PKP; atau
c. PKP telah dilakukan verifikasi dalam rangka Pengukuhan PKP dan kesimpulan Laporan Hasil Verifikasi menyatakan menolak permohonan Wajib Pajak untuk dikukuhkan sebagai PKP.
Surat Pemberitahuan Kode Aktivasi/Surat Penolakan Pemberian Kode Aktivasi diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap. Kemudian Surat Pemberitahuan Kode Aktivasi/Surat Penolakan Pemberitahuan Kode Aktivasi dan Password, akan dibuat dua rangkap yaitu lembar pertama untuk PKP dan lembar ke dua untuk arsip Kantor Pelayanan Pajak.
Apabila Surat Permohonan Kode Aktivasi dan Password tidak dikabulkan, maka PKP dapat mengajukan kembali ke KPP. Akan tetapi PKP harus terlebih dahulu memenuhi syarat sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya. Bila penolakan surat permohonan tersebut akibat alamat yang tidak benar, maka PKP harus mengajukan permohonan perubahan alamat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 7 Berikut ini merupakan contoh dari Surat Pemberitahuan Kode Aktivasi dan Surat Pemberitahuan Penolakan Kode Aktivasi dan Password:
Form 2.2 Surat Pemberitahuan Kode Aktivasi KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK...
...
Nomor : ... ...,... Sifat : Rahasia
Hal : Pemberitahuan Kode Aktivasi Kepada
Nama PKP ... NPWP ... di ... Kode Aktivasi : XXXXXXXX
diberikan pada tanggal ...kepada: Nama : ... NPWP : ... Alamat : ...
Dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
a. Gunakan Kode Aktivasi sebagai identitas digital dalam hal Saudara mengajukan permohonan nomor seri Faktur Pajak ke Direktorat Jenderal Pajak.
b. Kode Aktivasi ini bersifat rahasia, segala risiko atas kerahasiaan data ini menjadi tanggung jawab Saudara, untuk itu diharapkan tidak memberitahukannya kepada pihak yang tidak berwenang.
c. Apabila Kode Aktivasi ini hilang, saudara dapat mengajukan permohonan cetak ulang dengan dilampiri kopi surat permohonan kode aktivasi beserta BPS-nya dan surat keterangan kehilangan dari kepolisian.
a.n. Kepala Kantor Pelayanan Pajak, Kepala Seksi Pelayanan,
Nama NIP Tembusan:
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 8
Form 2.3 Surat Pemberitahuan Penolakan Kode Aktivasi dan Password
d. Penandatanganan Surat Pemberitahuan Kode Aktivasi/Surat
Penolakan Pemberian Kode Aktivasi
Setelah Petugas Khusus yang Ditunjuk merekam data PKP, mencetak, dan memaraf konsep Surat Pemberitahuan Kode Aktivasi/Surat Penolakan Pemberian Kode Aktivasi. Petugas Khusus yang Ditunjuk menyerahkan konsep surat tersebut kepada Kepala Seksi Pelayanan. Hal ini dilakukan untuk meminta tanda tangan kepada Kepala Seksi Pelayanan, agar surat dapat dikirimkan ke PKP.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK...
...
Nomor : ……… ...,... Sifat : Biasa
Hal : Penolakan Pemberian Kode Aktivasi dan Password Kepada
Nama PKP ... NPWP ... di ...
Berdasarkan surat permohonan Saudara Nomor ... tanggal ... hal Permohonan Kode Aktivasi dan Password, dengan ini disampaikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Permohonan Saudara tidak dapat ditindaklanjuti karena tidak memenuhi ketentuan Pasal 8 ayat (3) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-.../PJ/2012 tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak.
2. Saudara dapat mengajukan kembali surat permohonan Kode Aktivasi dan Password, setelah Kantor Pelayanan Pajak terlebih dahulu melakukan verifikasi dalam rangka pengujian kepatuhan subjektif dan objektif berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Demikian kami sampaikan.
a.n. Kepala Kantor Pelayanan Pajak, Kepala Seksi Pelayanan,
Nama NIP Tembusan:
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 9
e. Proses pengiriman Surat Pemberitahuan Kode Aktivasi/Surat
Penolakan Pemberian Kode Aktivasi dan Password
Setelah petugas menerima Surat Pemberitahuan Kode Aktivasi/Surat Penolakan Pemberian Kode Aktivasi yang telah ditandatangani oleh Kepala Seksi Pelayanan, maka surat tersebut akan diteruskan ke Sub Bagian Umum, untuk dikirimkan ke PKP dengan menggunakan jasa pos tercatat/jasa ekspedisi/kurir. Petugas akan mengarsipkan berkas permohonan tersebut. Jika Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Surat Pemberitahuan Kode Aktivasi, maka KPP juga akan mengirim password ke alamat email PKP, yang sebelumnya telah dicantumkan dalam surat permohonan itu.
f. Bila PKP tidak menerima Surat Pemberitahuan Kode
Aktivasi/Surat Pemberitahuan Penolakan dan Password
Jika Surat Pemberitahuan Kode Aktivasi/Surat Pemberitahuan Penolakan tidak diterima oleh PKP dan ternyata kembali ke pos. KPP akan memberitahukan informasi tersebut melalui email. Petugas harus menginputkan kembali Nomor Surat Pemberitahuan Kode Aktivasi/Nomor Surat Penolakan Pemberian Kode Aktivasi ke dalam sistem yang telah disediakan.
g. Bila Surat Pemberitahuan Kode Aktivasi Hilang Dan Ingin
Mengajukan Permohonan Update Email
Saat Surat Pemberitahuan Kode Aktivasi yang diterima PKP hilang. PKP dapat meminta kembali ke KPP dengan mengajukan Surat Permohonan Cetak Ulang Kode Aktivasi serta melampirkan:
i. Fotocopy surat keterangan kehilangan dari kepolisian
ii. Bukti penerimaan surat dari KPP atas Surat Permohonan Kode Aktivasi dan Password.
Setelah KPP menerima fotocopy surat keterangan hilang dan bukti penerimaan surat dari PKP, maka KPP akan menerbitkan surat pemberitahuan kode aktivasi atau surat pemberitahuan penolakan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja.
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 10 Jika PKP tidak menerima password akibat adanya kesalahan penulisan alamat email, maka yang harus dilakukan PKP adalah mengajukan permohonan updateemail ke KPP dengan menggunakan Surat Permohonan Update Email. Petugas akan melakukan update email ke PKP dan mengirimkan Password ke email PKP.
h. Re-aktivasi atas Kode Aktivasi
Dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Pemberitahuan Kode Aktivasi dicetak, Direktorat Jenderal Pajak (dalam hal ini KPP) dapat melakukan aktivasi kembali (re-aktivasi) atas Kode Aktivasi yang telah dimiliki oleh PKP. KPP akan mencetak Surat Pemberitahuan Kode Aktivasi baru dan mengirim password baru ke email
PKP.
Untuk lebih memahami proses permohonan aktivasi dan password, dapat melihat pada Skema 2.2 tentang Proses Permohonan Kode Aktivasi dan
Password Jika Permohonan Diterima dan Skema 2.3 terkait Permohonan Aktivasi dan Password secara keseluruhan:
Skema 2.2 Proses Permohonan Kode Aktivasi dan Password Jika Persyaratannya Diterima
aw
al
PKP mengajukaan surat permohonan kode aktivasi danpassword kepada KPP
pr
oses
KPP menerbitkan surat pemberitahuan kode aktivasi ke PKP melalui pos. dan mengirim password melalui email ke PKP. atau pos.akhi
r
Surat Pemberitahuan kode aktivasi diterbitkan 3 hari kerja setelah permohonan diterimaObservation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 11
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 12
2. Ketentuan Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak
a. PKP Mengajukan Surat Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak
Pengusaha Kena Pajak (PKP) mengajukan Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak ke KPP tempat PKP dikukuhkan. Surat Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak harus diisi secara lengkap dan disampaikan langsung ke Kantor Pelayanan Pajak tempat PKP dikukuhkan. Berikut ini merupakan format Surat Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak:
Form 2.4 Surat Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak
Nomor : ... ...,... Hal : Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak
Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... ...
Dengan ini, saya:
Nama : ... Jabatan : ... Nama PKP : ... NPWP : ... Alamat : ...
Penyampaian SPT : e-SPT/e-Filling manual/hardcopy
Mengajukan permohonan Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-.../PJ/2012 sebanyak ...(...) Nomor Seri Faktur Pajak. Bersama ini kami sampaikan data penyampaian SPT Masa PPN untuk 3 (tiga) bulan terakhir berturut-turut yang telah jatuh tempo pada tanggal permintaan ini diajukan berikut jumlah penerbitan Faktur Pajaknya.
No Masa Pajak Jumlah Penerbitan Faktur Pajak 1
2 3
Demikian disampaikan, atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih. Pemohon
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 13
b. Penelitian Surat Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak
Surat Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak diserahkan langsung kepada Petugas Khusus yang Ditunjuk. Kondisi saat surat tersebut diterima oleh Petugas, adalah:
Bila surat permintaan tersebut belum diisi lengkap, Petugas akan meminta kepada PKP untuk melengkapinya;
Kemudian jika surat permintaan sudah diisi lengkap, Petugas masuk ke sistem pemberian Nomor Seri Faktur Pajak Nasional dan menginput data permintaan PKP;
Petugas Khusus yang Ditunjuk tidak hanya memeriksa kelengkapan Surat Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak. Petugas dalam memberikan nomor seri Faktur Pajak akan memperhatikan 2 (dua) syarat sebagaimana telah disebutkan dalam PER-24/PJ/2012, PKP harus memenuhi 2 syarat, yaitu:
1. telah memiliki kode aktivasi dan password; dan
2. telah melaporkan Surat Pemberitahuan Masa PPN untuk 3 (tiga) masa pajak terakhir yang telah jatuh tempo secara berturut-turut pada tanggal permintaan disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak.
Apabila PKP tidak memenuhi syarat tersebut, maka KPP tidak akan memberikan Nomor Seri Faktur Pajak.
c. Menginput Kode Aktivasi dan Password
Setelah Surat Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak diisi dengan lengkap, Petugas mempersilahkan PKP untuk menginput kode aktivasi dan password pada sistem secara mandiri. Pada saat proses PKP menginput kode aktivasi dan password, PKP salah menginputkan Kode Aktivasi dan/atau Password, surat permintaan dikembalikan kepada PKP. Jika kondisi sebaliknya yaitu kode aktivasi dan password yang diinput PKP benar, maka akan dilanjutkan ke proses berikutnya.
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 14 d. Menginput Masa Pajak Surat Pemberitahuan Masa PPN
Petugas menginput masa pajak Surat Pemberitahuan PPN yang telah dilapor selama 3 bulan berturut-turut yang telah jatuh tempo pada tanggal permintaan beserta jumlah penerbitan Faktur Pajak-nya. Saat petugas melakukan pengecekan dan mendapati PKP belum melaporkan Surat Pemberitahuan PPN untuk 3 (tiga) bulan berturut-turut, yang telah jatuh tempo pada tanggal permintaan diajukan, maka surat permintaan
akan dikembalikan. Akan tetapi, bila PKP sudah melaporkan Surat Pemberitahuan Masa PPN untuk 3 (tiga) bulan berturut-turut yang telah jatuh tempo pada tanggal permintaan diajukan, Petugas akan mencetak dan memaraf Surat Pemberitahuan Nomor Seri Faktur Pajak.
e. Kriteria Pemberian Faktur Pajak
Kantor Pelayanan Pajak akan memberikan jumlah Nomor Seri Faktur Pajak dengan memperkirakan ketentuan-ketentuan berikut ini: 1. Untuk PKP baru atau PKP yang melaporkan Surat Pemberitahuan
Masa PPN secara manual/hardcopy, akan diberikan paling banyak sebesar 75 (tujuh puluh lima) nomor seri
2. Untuk PKP yang telah menerbitkan Faktur Pajak dan melaporkan Surat Pemberitahuan Masa PPN sebelumnya secara elektronik (e-SPT), memiliki dua kriteria:
a. jika jumlah yang diminta PKP > dari 120 % (seratus dua puluh persen) dari jumlah penerbitan Faktur Pajak selama 3 (tiga) bulan sebelumnya, maka jumlah Nomor Seri Faktur Pajak yang akan diberikan kepada PKP sebesar 120 % (seratus dua puluh persen) dari jumlah penerbitan Faktur Pajak selama 3 (tiga) bulan.
b. jika jumlah yang diminta PKP ≤ dari 120 % (seratus dua puluh persen) dari jumlah penerbitan Faktur Pajak selama 3 (tiga) bulan sebelumnya, maka jumlah Nomor Seri Faktur Pajak yang diberikan kepada PKP sebesar jumlah yang diminta PKP.
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 15
f. Penandatangan Surat Pemberitahuan Nomor Seri Faktur Pajak
Surat Pemberitahuan Nomor Seri Faktur Pajak ditandatangani oleh Kepala Seksi Pelayanan dan dibuat dalam dua rangkap. Lembar pertama disampaikan kepada PKP dan lembar kedua untuk arsip KPP.
Berikut ini merupakan format Surat Pemberitahuan Nomor Seri Faktur Pajak dan Gambar 2.5 tentang Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak :
Form 2.5 Surat Pemberitahuan Nomor Seri Faktur Pajak KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK...
... Nomor : ... ...,... Sifat : Rahasia
Hal : Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak Kepada
Nama PKP ... NPWP ... di ...
Berdasarkan surat permohonan Saudara Nomor ...tanggal... hal Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak, dengan ini disampaikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Nomor Seri Faktur Pajak yang dapat Saudara gunakan adalah mulai dari ... sampai dengan...
2. Tata cara penggunaan Nomor Seri Faktur Pajak tersebut adalah sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-.../PJ/2012.
3. Dalam hal Nomor Seri yang diberikan sudah hampir habis, Saudara dapat mengajukan kembali surat permohonan Nomor Seri Faktur Pajak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Demikian kami sampaikan.
a.n. Kepala Kantor Pelayanan Pajak, Kepala Seksi Pelayanan,
Nama NIP Tembusan:
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 16
g. Jangka Waktu Penyelesaian
Surat Pemberitahuan Nomor Seri Faktur Pajak diterbitkan pada
hari yang sama sejak permintaan diterima secara lengkap.
h. PKP Dapat Meminta Untuk Mencetak Ulang Surat Pemberitahuan
Nomor Seri Faktur Pajak
Hal ini dapat dilakukan jika Surat Pemberitahuan Nomor Seri Faktur Pajak hilang, rusak, atau tidak tercetak dengan jelas. PKP dapat meminta kembali ke Kantor Pelayanan Pajak dengan menunjukkan Surat Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak.
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 17 Berikut skema terkait Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak Aktivasi dan
Password:
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 18
Perubahan
PER-13/PJ/2010 dan PER-24/PJ/2012
PER-24/PJ/2012 yang mulai berlaku tanggal 1 April 2013 ini membawa beberapa perubahan dan menimbulkan beberapa dispute bagi PKP. Salah satu perubahan yang krusial adalah adanya permintaan kode aktivasi dan passwordsebelum menerbitkan Faktur Pajak serta perubahan nomor seri Faktur Pajak. Permintaan kode aktivasi dan password harus disampaikan oleh PKP mulai tanggal 1 Maret 2013. Selain itu, ada beberapa perubahan yang menarik untuk dibahas dan wajib di ketahui. Beberapa perubahan tersebut antara lain:
A. Penambahan Beberapa Definisi Baru
Pada PER-24/PJ/2012, terdapat definisi baru yang menarik untuk dibahas. Beberapa definisi tersebut belum dijelaskan pada peraturan sebelumnya yaitu:
1) Nomor Seri Faktur Pajak
Nomor seri Faktur Pajak pada PER-24/PJ/2012 yaitu berupa kumpulan angka, huruf atau kombinasi angka dan huruf. Nomor Seri Faktur Pajak dengan kombinasi ini, ditentukan oleh DJP. Faktur Pajak dengan sistem dan format ‘lama’ hanya terdiri dari satu komponen, yaitu komponen angka. Kemudian Nomor Seri Faktur Pajak yang terdahulu hanya terdiri dari 10 digit. Dalam PER-24/PJ/2012 Nomor Seri Faktur Pajak terdiri dari 13 digit. Pada bagian selanjutnya akan dibahas secara lebih khusus mengenai Nomor Seri Faktur Pajak.
2) Faktur Pajak Tidak Lengkap
Istilah Faktur Pajak Tidak Lengkap pernah disebutkan dalam beberapa ketentuan perpajakan. Ketentuan perpajakan terakhir yang menggunakan istilah tersebut terdapat dalam Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-1982/PJ.52/1995 tentang Faktur Pajak dan Komisi yang Diterima dari Luar Negeri (Sebelum Berlakunya Undang-Undang PPN 1994). Kini dalam PER-24/PJ/2012 muncul kembali istilah Faktur Pajak Tidak Lengkap.
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 19 Faktur Pajak Tidak Lengkap merupakan Faktur Pajak yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang No 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai, dan/atau tidak pula mengisi keterangan yang sesuai dengan tata cara dan prosedur yang telah diatur. Jika melihat definisi tersebut, bukankah akan teringat dengan Faktur Pajak Cacat?
Pada ketentuan perundang-undangan baik dalam Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai maupun Undang-Undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan, tidak disebutkan secara eksplisit mengenai Faktur Pajak Cacat. Akan tetapi, istilah Faktur Pajak Cacat disebutkan dalam beberapa Peraturan Direktur Jenderal Pajak, seperti PER-159/PJ/2006 sebagaimana telah dirubah menjadi PER-13/PJ/2010dan PER-06/PJ/2012. Dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak tersebut, Pengusaha Kena Pajak membuat Faktur Pajak yang isinya tidak sesuai atau tidak memenuhi ketentuan perundang-undangan, Faktur Pajak itu akan disebut sebagai Faktur Pajak Cacat. Untuk memahami Faktur Pajak Cacat maupun Faktur Pajak Tidak Lengkap, dapat melihat pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak berikut ini:
Tabel 3.1
Ketentuan Tentang Faktur Pajak Cacat dan Faktur Pajak Tidak Lengkap Pasal PER-06/PJ/2012 Pasal PER-24/PJ/2012
Pasal 1 angka 27
Faktur Pajak Cacat adalah Faktur Pajak yang tidak
memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang No 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai jo PER-13/PJ/2010 telah diubah dengan PER-65/PJ/2010.
Pasal 1 angka 9
Faktur Pajak tidak Lengkap
adalah Faktur Pajak yang tidak
mencantumkan keterangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang No 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai dan/atau mencantumkan keterangan tidak sebenarnya atau sesungguhnya dan/atau mengisi keterangan yang tidak sesuai dengan tata cara dan prosedur sebagaimana diatur
dalam Peraturan Direktur
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 20 Pasal PER-13/PJ/2010 jo
PER-65/PJ/2010 Pasal PER-24/PJ/2012 Pasal 5
ayat (3)
Faktur Pajak yang tidak diisi secara lengkap, jelas, benar,dan/atau tidak ditandatangani merupakan
Faktur Pajak Cacat.
Pasal 6 ayat (2)
Faktur Pajak yang tidak diisi secara lengkap, jelas, benar, dan/atau tidak ditandatangani oleh PKP atau pejabat/pegawai yang ditunjuk oleh PKP untuk menandatanganinya sesuai dengan tata cara dan prosedur
sebagaimana diatur dalam
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini merupakan Faktur Pajak Tidak Lengkap.
Pada PER-06/PJ/2012 dan PER-13/PJ/2010 jo PER-65/PJ/2010 memberikan definisi mengenai Faktur Pajak Cacat, sedangkan PER-24/PJ/2012 menyebutkan tentang Faktur Pajak Tidak Lengkap. Dari peraturan-peraturan tersebut menghasilkan pemahaman yang serupa, dimana adanya Faktur Pajak yang tidak memenuhi ketentuan/keterangan Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang No 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai, atau tidak diisi secara lengkap, jelas, benar dan/atau tidak ditandatangani sebagaimana seharusnya disebut sebagai Faktur Pajak Cacat dan Faktur Pajak Tidak Lengkap.
Penjelasan di atas memberikan pemahaman bahwa Faktur Pajak Cacat dan Faktur Pajak Tidak Lengkap memiliki makna yang sama tetapi disebutkan dengan dua istilah yang berbeda. Seiring diberlakukannya PER-24/PJ/2012, faktur pajak yang tidak memenuhi ketentuan perundang-undangan bukan disebut dengan Faktur Pajak Cacat, melainkan Faktur Pajak Tidak Lengkap. 3) Registrasi Ulang Pengusaha Kena Pajak dan Verifikasi
Registrasi Ulang Pengusaha Kena Pajak dan Verifikasi merupakan syarat bagi Pengusaha Kena Pajak untuk mendapatkan kode aktivasi dan password dari Kantor Pelayanan Pajak. Registrasi Ulang Pengusaha Kena Pajak diselenggarakan pada awal Februari 2012 hingga akhir Desember 2012. Peraturan pelaksana program ini adalah PER-05/PJ/2012 tentang Registrasi Ulang Pengusaha Kena Pajak tahun 2012. Registrasi Ulang Pengusaha Kena Pajak itu sendiri merupakan
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 21 program dari Direktorat Jenderal Pajak yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan, penertiban administrasi, pengawasan, dan untuk menguji pemenuhan kewajiban subjektif dan objektif PKP. Berdasarkan PER-05/PJ/2012 penyelenggaraan program ini hanya dilakukan pada Februari 2012 hingga 31 Agustus 2012, tetapi Direktur Jenderal Pajak menginstruksikan untuk memperpanjang Program Registrasi Ulang Pengusaha Kena Pajak hingga 31 Desember 2012 dengan diterbitkannya PER - 20/PJ/2012. Seluruh Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar akan ‘diregistrasi ulang’. Maksud dari ‘diregistrasi ulang’ adalah Direktorat Jenderal Pajak akan melakukan verifikasi pada status Pengusaha Kena Pajak.
Berdasarkan PMK-73/PMK.03/2012 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran, Pemberian, dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, bahwa verifikasi biasanya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk mengukuhkan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan, hingga mencabut pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan atau berdasarkan permohonan Pengusaha Kena Pajak. Tahapan verifikasi dalam registrasi ulang pengusaha kena pajak ada tiga, yaitu persiapan, pelaksanaan dan pelaporan. Verifikasi dilakukan dengan mencocokkan data dan/atau informasi yang diperoleh atau dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak. Isi data tersebut biasanya menyatakan bahwa Wajib Pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif. Kemudian, melakukan konfirmasi lapangan terhadap tempat kedudukan atau kegiatan usaha. Setelah itu, menguji jumlah nilai peredaran bruto atas penyerahan Barang Kena Pajak.
Hasil verifikasi Registrasi Ulang Pengusaha Kena Pajak dituangkan dalam suatu laporan. Dimana laporan hasil verifikasi digunakan untuk membuat kesimpulan dan/atau usulan, apakah nantinya akan mencabut status pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, melakukan perubahan data Pengusaha Kena Pajak, atau tindak lanjut lainnya seperti pemeriksaan. Berikut ini merupakan bentuk laporan hasil verifikasi Registrasi Ulang Pengusaha Kena Pajak:
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 22
LAPORAN HASIL VERIFIKASI NOMOR LHV- ... (1) Surat Tugas Verifikasi : Nomor ... (2)
Tanggal ... (3) I. Identitas Pengusaha Kena Pajak
1. Nama PKP : ... (4) 2. NPWP : ... (5) 3. Tanggal Pengukuhan PKP : ... (6) 4. Bidang Usaha / KLU : ... (7) 5. Alamat : ... (8)
6. Status PKP : Pusat Cabang
(9) II. Identifikasi Kriteria (10)
Pengusaha Kena Pajak tersebut termasuk :
a. PKP yang telah dipusatkan tempat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai di tempat lain b. PKP yang pindah alamat ke wilayah kerja kantor Direktorat Jenderal Pajak lainnya c. PKP dengan status tidak aktif/Non Efektif
d. PKP yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPN untuk Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011
e. PKP yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPN yang Pajak Masukan dan Pajak Keluarannya nihil untuk Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011
f. PKP yang pada Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011 sebelum berlakunya Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, yang pada bagian periode tersebut tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPN atau menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPN yang Pajak Masukan dan Pajak Keluarannya nihil
g. PKP yang tidak ditemukan pada waktu pelaksanaan Sensus Pajak Nasional Catatan :
1. Apabila salah satu kriteria dalam huruf a, b, c, d, e, f, atau g terpenuhi, maka lanjutkan pengisian ke bagian V Kesimpulan. 2. Apabila seluruh kriteria di atas tidak terpenuhi, maka lanjutkan pengisian ke bagian III Verifikasi Lanjutan .
III. Verifikasi Lanjutan (11)
a. PKP telah dilakukan kunjungan (visit) dalam jangka waktu 6 (enam) bulan terakhir b. PKP telah dilakukan pemeriksaan PPN dalam jangka waktu 6 (enam) bulan terakhir
c. PKP telah dilakukan Konfirmasi Lapangan sesuai Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-62/PJ/2010 d. PKP ditemukan keberadaannya dan diyakini kegiatan usahanya pada waktu pelaksanaan Sensus Pajak Nasional
Catatan :
1. Apabila seluruh kriteria tersebut di atas tidak terpenuhi maka perlu dilakukan verifikasi lapangan dan lanjutkan pengisian ke bagian IV Verifikasi Lapangan.
2. Apabila salah satu kriteria di atas terpenuhi, maka tidak perlu dilakukan verifikasi lapangan dan lanjutkan pengisian ke bagian V Kesimpulan.
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 23
Form 3.1 Bentuk Laporan Hasil Verifikasi Registrasi Ulang Pengusaha Kena Pajak
4) Kode Aktivasi dan Password
Kode aktivasi dan Password ini merupakan kode yang terdiri dari angka, huruf, atau kombinasi angka dan huruf yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Kode aktivasi ini diberikan melalui Surat Pemberitahuan Kode Aktivasi, sedangkan password diberikan hanya melalui surat elektronik (email).
Sesuai dengan Surat Tugas Verifikasi Lapangan Nomor ... Tanggal ... telah dilaksanakan verifikasi lapangan dengan hasil sebagai berikut :
A. Keberadaan Pengusaha Kena Pajak (Syarat Subjektif)
Kondisi PKP pada saat Verifikasi Lapangan
1. Pengusaha : Orang Pribadi Badan
(13)
2. Alamat : Sesuai dengan data KPP Tidak sesuai dengan data KPP (14)
Dalam hal alamat tidak sesuai dengan data KPP, maka alamat yang seharusnya (15 3. Kegiatan Usaha/KLU : Sesuai dengan data KPP Tidak sesuai dengan data KPP (16)
Dalam hal kegiatan usaha tidak sesuai dengan data KPP, maka kegiatan usaha yang ditemukan pada saat verifikasi lapangan diuraikan pada kolom B angka 2.
4. Status PKP : Pusat Cabang
(17) 5. Penanggung Jawab : (18)
- Nama :
- Jabatan :
- Alamat dan Telepon :
- NPWP :
B. Kegiatan Pengusaha Kena Pajak (Syarat Objektif) 1. Daftar harta di lokasi usaha pada saat verifikasi lapangan :
No. Jenis Harta Status Kepemilikan Keterangan
(19)
2. Gambaran Kegiatan Usaha PKP
(20)
3. Foto/Gambar Tempat/Lokasi Kegiatan usaha PKP (21)
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 24
A. Saat Pembuatan Faktur Pajak
Pada PER-13/PJ/2010 saat pembuatan Faktur Pajak dilakukan saat penyerahaan BKP dan/atau JKP, penerimaan pembayaran jika pembayaran terlebih dahulu dilakukan baru disusul dengan penyerahan, penerimaan termin bila penyerahan masih dalam pengerjaan, dan saat PKP rekanan menyampaikan tagihan. Namun, PER-24/PJ/2012 menambahkan satu point saat pembuatan Faktur Pajak, yaitu saat lain. Saat lain sebagai saat pembuatan Faktur Pajak hanya diperuntukan bagi penyerahan BKP dengan karakteristik tertentu. Ketentuan mengenai hal ini diatur dalam PMK-238/PMK.03/2012 tanggal 26 Desember 2012.
Sebelum sampai pada penjelasan saat lain sebagai saat pembuatan Faktur Pajak, perlu diketahui apa yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak dengan karakteristik tertentu. Barang karakteristik tertentu adalah suatu barang yang harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Salah satu contoh Barang Kena Pajak dengan Karakteristik tertentu, adalah konsentrat produk pertambangan yang mengadung kadar mineral dan bahan/produk kimia. Berikut ini adalah kriteria-kriteria dari BKP dengan kriteria-kriteria tertentu:
Harga jual dari Barang Kena Pajak tersebut mengalami fluktuasi menyesuaikan harga acuan/standar yang berlaku di pasar domestik maupun pasar internasional;
Kualitas atau kadar kandungan berharga di dalam Barang Kena Pajak tersebut dapat berubah dalam proses pengiriman atau transportasi dari pihak penjual ke pihak pembeli yang disebabkan oleh cuaca atau iklim tertentu secara normal dan tidak disebabkan karena kerusakan pengiriman atau kelalaian dalam proses pengiriman atau transportasi dari pihak penjual ke pihak pembeli atau bencana alam; dan/atau
Kuantitas baik berupa tonase, volume atau satuan lainnya dapat mengalami perubahan dalam proses pengiriman atau transportasi dari pihak penjual ke pihak pembeli yang disebabkan oleh cuaca atau iklim tertentu secara normal dan tidak disebabkan karena kerusakan pengiriman atau kelalaian dalam proses pengiriman atau transportasi dari pihak penjual ke pihak pembeli atau bencana alam.
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 25 Saat pembuatan Faktur Pajak atas penyerahaan Barang Kena Pajak dengan karakteristik tertentu tersebut ditetapkan dengan batas waktu, yaitu paling lambat pada saat pendapatan dari transaksi atas penyerahan Barang Kena Pajak tersebut secara keseluruhan sudah dapat dihitung secara final. Dalam kurun waktu yang ditetapkan tersebut ternyata, terjadi pembayaran maka atas pembayaran tersebut wajib dibuat Faktur Pajak. Ketentuan tersebut berlaku, jika dalam perjanjian jual beli disebutkan hal-hal berikut ini:
a. menyatakan bahwa hak atas Barang Kena Pajak berpindah ke pihak pembeli setelah dikirimkan dari tempat penjual; dan
b. terdapat klausul tentang perubahan nilai tagihan akibat perubahan harga jual, perubahan kualitas dan/atau perubahan kuantitas Barang Kena Pajak, sehingga perlu dilakukan penyesuaian faktur komersial
(commercial invoice).
B. Bentuk Faktur Pajak
Bentuk dan ukuran Faktur Pajak yang diatur pada PER-13/PJ/2010 dan PER-24/PJ/2012 tidak mengalami perubahan. Hal-hal yang perlu dibuat dalam Faktur Pajak tersebut juga sama, yaitu Faktur Pajak paling sedikit harus mencantumkan :
a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;
b. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;
c. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;
d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 26 Berikut ini merupakan bentuk dari Faktur Pajak berdasarkan Lampiran PER-24/PJ/2012.
Form 3.2 Bentuk dari Faktur Pajak
C. Pengadaan dan Penegasan Isi Faktur Pajak
Sama hal-nya dengan bentuk Faktur Pajak, bahwa ketentuan mengenai pengadaan Faktur Pajak serta rangkapannya tidak berubah. Faktur Pajak dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP). Faktur Pajak paling sedikit dibuat dalam 2 (dua) rangkap. Lembar pertama diperuntukan kepada pembeli BKP/penerima JKP dan lembar kedua adalah untuk arsip PKP yang menerbitkan Faktur Pajak. Pada PER-24/PJ/2012, ada beberapa isi dari Faktur Pajak yang tata cara pengisiannya berbeda dengan ketentuan sebelumnya. Berikut ini adalah beberapa hal yang dipertegas dalam PER-24/PJ/2012:
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 27
1. Penegasan Identitas PKP
Pada PER-13/PJ/2010 ketentuan mengenai ‘alamat’ tidak diatur secara jelas, sedangkan PER-24/PJ/2012 Pasal 6 ayat (3) dan (4), menyebutkan bahwa penulisan alamat harus menurut keadaan sebenarnya atau sesungguhnya saat pembuatan Faktur Pajak. Alamat yang seharusnya atau sesungguhnya adalah:
a. Alamat yang sama dengan surat keterangan terdaftar atau surat pengukuhan PKP;
b. Apabila alamat di Faktur Pajak berbeda dengan alamat yang tertera di dalam Surat Keterangan Terdaftar atau Surat Pengukuhan PKP, maka PKP tersebut harus memberitahukan ke KPP tempat PKP dikukuhkan untuk meminta perubahan alamat dalam surat keterangan terdaftar atau surat pengukuhan PKP.
Dalam Lampiran II PER-24/PJ/2012 menyebutkan, bahwa format penulisan adalah nama jalan diikuti dengan nomor, RT/RW, nama desa, kecamatan, kabupaten/kota, dan diakhiri dengan kode pos. Jika terdapat kawasan/area, misalnya apartemen, gedung perkantoran, atau kompleks perumahan, maka ditulis nama kawasan/area tersebut sebelum nama jalan. Dikecualikan dari tata cara penulisan alamat dengan ketentuan tersebut, apabila alamat pada Surat Keterangan Terdaftar atau Surat Pengukuhan PKP tidak mempunyai nama jalan dan tidak mempunyai nomor, maka penulisan alamat hanya mencantumkan RT/RW, nama desa, kecamatan, kabupaten/kota, dan diakhiri dengan kode pos.
Penulisan alamat dengan benar, lengkap dan jelas, merupakan syarat Faktur Pajak yang dapat dikreditkan. Dengan demikian jika penulisan alamat di Faktur Pajak tidak dibuat sebagaimana disebutkan dalam PER-24/PJ/2012, maka Faktur Pajak tersebut dianggap sebagai Faktur Pajak Tidak Lengkap. Pejabat/pegawai yang berwenang untuk membuat Faktur Pajak, haruslah memperhatikan identitas lawan transaksinya mulai dari NPWP hingga alamat. Sehingga ketentuan perpajakan terkait pembuatan Faktur Pajak dapat terpenuhi.
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 28
2. Penegasan Detail Transaksi
Dalam PER-24/PJ/2012, kolom Jenis barang atau jasa harus diisi dengan keterangan yang harus sebenarnya atau sesungguhnya. Maksud dari penegasan tersebut adalah:
a. Jika terdapat pembayaran berupa uang muka, Termin, atau Angsuran, maka kolom nama BKP atau JKP ditambah dengan keterangan ‘Uang Muka, Termin, atau Angsuran’.
b. Jika BKP memiliki jumlah unit atau satuan, maka kolom nama BKP atau JKP ditambah dengan keterangan jumlah unit atau satuan.
3. Penegasan Penandatanganan Faktur Pajak
Pada PER-13/PJ/2010, tidak dijelaskan secara detail tentang kesesuaian data yang menandatangani Faktur Pajak tersebut. Sedangkan PER-24/PJ/2012, lebih dijelaskan lagi bahwa Faktur Pajak yang terbaru harus disertai dengan nama yang sesuai dengan kartu identitas yang sah yaitu Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin Mengemudi (SIM), dan Paspor.
PKP harus menyampaikan pemberitahuan secara tertulis tentang nama PKP/Pejabat/Pegawai yang berhak menandatangani Faktur Pajak. Pada saat penyampaian pemberitahuan tersebut, PKP harus menyertakan contoh tandatangan, dan juga melampirkan fotocopy kartu identitas yang berhak menandatangani Faktur Pajak yang sah yang telah dilegalisasi pejabat yang berwenang kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP), paling lama pada akhir bulan berikutnya. Dalam hal penandatanganan Faktur Pajak, cap tanda tangan/scan tanda tangan tidak diperkenankan dibubuhkan pada Faktur Pajak.
Pengertian Pejabat yang telah ditunjuk oleh PKP disini adalah orang-orang di perusahaan yang mempunyai jabatan di perusahaan tersebut. Contohnya: Dewan Komisaris, Direksi dan lain-lain. Jika PKP tidak/terlambat menyampaikan pemberitahuan tentang PKP yang berhak menandatangani Faktur Pajak atau perubahan pejabat/pegawai yang berhak menandatangani Faktur Pajak, maka Faktur Pajak yang diterbitkan adalah Faktur Pajak Tidak Lengkap. Terdapat beberapa perbedaan terkait penegasan penandatanganan Faktur Pajak, yaitu:
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 29 1) Form Surat Pemberitahuan PKP/Penunjukan Pejabat/Pegawai yang
berwenang menandatangani Faktur Pajak. Pada format sebelumnya tidak terdapat kata PKP. Di PER-24/PJ/2012, dengan form yang serupa terdapat tambahan kata PKP.
Penjelasan:
- PER-13/PJ/2010: Format Surat Pemberitahuan Penunjukan Pejabat/kuasa yang berwenang menandatangani Faktur Pajak
(Tidak ada kata PKP).
- PER-24/PJ/2012: Format Surat Pemberitahuan PKP atau Penunjukan Pejabat/Pegawai yang Berwenang Menandatangani Faktur Pajak (Ada kata PKP).
2) Jika di perhatikan di form surat pemberitahuan PKP/Penunjukan Pejabat/Pegawai yang berwenang menandatangani Faktur Pajak dalam PER-24/PJ/2012, ada kata-kata yang menyebutkan bahwa
surat ini hanya mencantumkan contoh tanda tangan PKP atau Pejabat/Pegawai yang ditunjuk untuk menandatangani Faktur Pajak. Dapat dikatakan pada PER-24/PJ/2012, penandatanganan Faktur Pajak dibatasi untuk PKP/Pejabat/Pegawai yang ditunjuk saja dan ini berarti Pejabat/Pegawai yang ditunjuk disini adalah orang-orang internal perusahaan saja.
3) Pada peraturan terbaru ini yaitu PER-24/PJ/2012 juga tidak disebutkan tentang surat kuasa. Itu artinya, surat kuasa yang terlampir pada lampiran 13/PJ/2010, tidak dijelaskan di PER-24/PJ/2012. Surat kuasa itu bisa dikuasakan kepada siapa saja baik orang internal perusahaan maupun eksternal perusahaan (contohnya konsultan pajak). Tetapi, pada PER-24/PJ/2012 tidak dijelaskan ketentuan mengenai kuasa. Namun nama PKP yang tercantum dalam format surat pemberitahuan PKP/Penunjukan Pejabat/Pegawai yang berwenang menandatangani Faktur Pajak itu dapat diartikan sebagai orang pribadi. Dimana arti PKP itu sendiri adalah Orang Pribadi/Badan. Hal ini menjadi dispute tersendiri untuk peraturan terbaru ini.
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 30 Berikut ini adalah Format Surat Pemberitahuan PKP/Penunjukan Pejabat/Pegawai Yang Berwenang Menandatangani Faktur Pajak Berdasarkan PER-24/PJ/2012:
Form 3.3 Surat Pemberitahuan PKP/Penunjukan Pejabat/Pegawai Yang Berwenang Menandatangani Faktur Pajak Berdasarkan PER-24/PJ/2012
Kepada Yth.
Kepala KPP ... Jl ...
di ... Dengan ini, saya :
Nama Jabatan Nama PKP NPWP : ... : ... : ... : ...
memberitahukan identitas dan contoh tanda tangan PKP atau pejabat/pegawai yang ditunjuk untuk menandatangani Faktur Pajak, yaitu :
No.
Nama Pejabat/ Pegawai yang
Ditunjuk
NPWP Jabatan Tanggal Mulai Menandatangani Lokasi Tempat Keg.Usaha Contoh Tanda Tangan 1. 2. 3. 4. 5. 6.*)
Demikian disampaikan, apabila ternyata terdapat kekeliruan dalam Surat Pemberitahuan ini, akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya. Atas Perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih. ..., ...
Meterai
...
*) Jumlah baris dapat disesuaikan dengan kebutuhan PKP
Catatan : Pemberitahuan ini harus dilampiri dengan fotokopi kartu identitas yang sah (dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang) untuk setiap pejabat/pegawai yang ditunjuk menandatangani Faktur Pajak.
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 31 Sedangkan format Surat Pemberitahuan Penunjukan Pejabat/Kuasa Yang Berwenang Menandatangani Faktur Pajak Berdasarkan PER-13/PJ/2010:
Kepada Yth. Kepala KPP ... Jl. ... di ...
Dengan ini, saya :
Nama : ... Jabatan : ... Nama PKP : ... NPWP : ... Tanggal Pengukuhan : ...
memberitahukan identitas dan contoh tanda tangan Pejabat/kuasa yang ditunjuk untuk menandatangani Faktur Pajak, yaitu :
No Nama Pejabat/ kuasa yang
Ditunjuk
NPWP Jabatan Tanggal Mulai Menandatangani Lokasi Tempat Keg. Usaha Contoh Tanda Tangan 1. 2. 3. 4. 5. 6. *)
Demikian disampaikan, apabila ternyata terdapat kekeliruan dalam surat pemberitahuan ini, akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya. Atas perhatian saudara kami ucapkan terima kasih. ..., ...
Meterai
...
*) Jumlah baris dapat disesuaikan dengan kebutuhan PKP
Form 3.4 Surat Pemberitahuan Penunjukan Pejabat/Kuasa Yang Berwenang Menandatangani Faktur Pajak Berdasarkan PER-13/PJ/2010
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 32 Format Surat Kuasa penunjukan kuasa untuk menandatangani Faktur Pajak oleh PKP Orang Pribadi yang tidak memiliki struktur organisasi dan tidak menandatangani sendiri Faktur Pajak-nya berdasarkan PER-13/PJ/2010 adalah sebagai berikut:
Form 3.5 Surat Kuasa penunjukan Kuasa untuk menandatangani Faktur Pajak oleh PKP Orang Pribadi yang tidak memiliki struktur organisasi dan tidak menandatangani sendiri
Faktur Pajak-nya berdasarkan PER-13/PJ/2010 Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama PKP : ... NPWP : ... Tanggal Pengukuhan : ... (selanjutnya disebut sebagai Yang Memberi Kuasa) memberitahukan kuasa kepada :
Nama Pihak yang ditunjuk : ... NPWP : ...
Mulai tanggal : ... s.d. ... atau ... (selanjutnya disebut sebagai Yang Diberi Kuasa)
KHUSUS
untuk dan atas nama Yang Memberi Kuasa, menandatangani Faktur Pajak.
Demikian disampaikan, apabila ternyata terdapat kekeliruan dalam Surat Pemberitahuan ini, akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya. Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.
Yang Diberi Kuasa, ..., ... Yang Memberi Kuasa,
Meterai
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 33
4. Ketentuan Nomor Seri Faktur Pajak
Ketentuan Nomor Seri Faktur Pajak dalam PER-24/PJ/2012 berbeda dengan PER-13/PJ/2010. Pada PER-13/PJ/2012, ketentuan Faktur Pajak sebelum 31 Maret 2013 terdiri dari 16 digit yaitu 2 digit Kode Transakasi, 1 digit Kode Status, 3 digit Kode Cabang, 2 digit Tahun Penerbitan, dan 8 digit Nomor Urut. Berikut ini merupakan gambar pembagian 16 digit Nomor Seri Faktur Pajak berdasarkan PER-13/PJ/2010:
Gambar 3.1 Pembagian 16 Digit Nomor Seri Faktur Pajak Berdasarkan PER-13/PJ/2010
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak tetap terdiri dari 16 digit, hanya saja pembagian ke 16 digit antara 13/PJ/2010 berbeda dengan PER-24/PJ/2012. Berdasarkan PER-24/PJ/2012, 16 digit tersebut terdiri dari 2 (dua) digit Kode Transaksi, 1 (satu) digit Kode Status, dan 13 (tiga belas) digit Nomor Seri Faktur Pajak yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak. Berikut ini merupakan gambar dari pembagian ke 16 digit Nomor Seri Faktur Pajak, berdasarkan PER-24/PJ/2012:
Gambar 3.2 Pembagian 16 Digit Nomor Seri Faktur Pajak Berdasarkan PER-24/PJ/2012
Ketentuan PER-24/PJ/2012 menyebutkan, bahwa KPP tempat PKP dikukuhkan akan memberikan nomor seri Faktur Pajak sesuai dengan permintaan PKP. Pemberian Faktur Pajak ditentukan mulai dari Nomor Seri 900-13.00000001 untuk Faktur Pajak yang diterbitkan tanggal 1 April 2013. Untuk
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 34 tahun 2014 akan dimulai dari nomor seri Faktur Pajak 000- 14.00000001 demikian seterusnya.
5. Kode Transaksi
Ketentuan mengenai kode transaksi masih serupa dengan ketentuan yang terdahulu. Hanya saja ada beberapa penekanan bahasa dalam penyebutan arti setiap kode transaksi Faktur Pajak. Berikut ini merupakan perbandingan kode transaksi Faktur Pajak :
Tabel 3.2 Perbandingan Kode Transaksi Faktur Pajak
Kode PER-13/PJ/2010 jo
PER-65/PJ/2010 PER-24/PJ/2012
01 Selain Pemungut PPN PPN dipungut oleh penjual yang dilakukan penyerahan BKP dan/atau JKP
02 Pemungut PPN Bendahara Pemerintah
Pemungut PPN Bendahara Pemerintah yang PPN-nya dipungut oleh pemungut PPN bendahara pemerintah. 03 Pemungut PPN lainnya (selain
Bendahara Pemerintah)
Pemungut PPN lainnya (selain Bendahara Pemerintah) yang PPN-nya dipungut oleh Pemungut PPN lainnya 04 Menggunakan DPP dengan Nilai Lain
kepada selain pemungut PPN
Menggunakan DPP nilai lain yang PPN-nya dipungut oleh PKP penjual 05 Tidak digunakan sejak 1 April 2010 Tidak digunakan
06 Penyerahan lainnya selain kepada pemungut
Penyerahaan lainnya yang PPN-nya dipungut oleh PKP penjual
07 PPN atau PPN dan PPn BM tidak dipungut kepada selain pemungut PPN
PPN tidak dipungut atau ditanggung pemerintah
08 dibebaskan dari pengenaan PPN atau PPN dan PPn BM, kepada selain pemungut PPN
dibebaskan dari pengenaan PPN
09 Penyerahan aktiva pasal 16 D kepada selain pemungut PPN.
Penyerahan aktiva pasal 16 D yang PPN-nya dipungut oleh PKP Penjualnya
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 35
6. Kode Status
Kode status, hanya terdiri dari satu angka dengan dua tipe yaitu angka 0 (nol) untuk status normal dan angka 1 (satu) untuk status penggantian. Ketentuan ini tidak berbeda dengan ketentuan pada PER-13/PJ/2010.
7. Nomor Seri Faktur Pajak
Nomor Seri Faktur Pajak terdiri dari 11 (sebelas) digit nomor urut yang dipisahkan oleh 2 (dua) digit tahun penerbitan. Perlu diperhatikan bahwa nomor seri Faktur Pajak diberikan oleh KPP sesuai dengan permintaan PKP dan dalam
bentuk blok nomor. Contoh: PKP meminta 100 Nomor Seri Faktur Pajak, maka Nomor Seri Faktur Pajak yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak dapat berupa:
900.13.00000001 s.d. 900.13.00000100; 900.13.99999901 s.d. 901.13.00000000;
900.13.99999999 s.d. 901.13.00000098, dan sebagainya.
E. Notifikasi Faktur Pajak Ganda = Faktur Pajak Tidak Lengkap
Dalam PER-24/PJ/2012 menerbitkan ketentuan baru. Ketentuan baru tersebut menyebutkan bahwa apabila PKP membuat Faktur Pajak dengan menggunakan Nomor Seri Faktur Pajak Ganda dalam tahun pajak yang sama, maka Faktur Pajak tersebut dapat dikatakan sebagai Faktur Pajak Tidak Lengkap. Akan tetapi apabila Nomor Seri Faktur Pajak yang diminta tidak digunakan, PKP harus melapor kepada KPP tempat PKP dikukuhkan bersamaan dengan Surat Pemberitahuan Masa PPN Masa Pajak Desember. Ketika PKP menyampaikan Surat Pemberitahuan Nomor Seri Faktur Pajak Yang Tidak Digunakan ke Petugas TPT. Petugas TPT akan memberikan BPS.
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 36 Berikut ini merupakan bentuk formulir Pemberitahuan Nomor Seri Faktur Pajak yang Tidak Digunakan :
Form 3.6 Pemberitahuan Nomor Seri Faktur Pajak Yang Tidak Digunakan
F. Saat PKP Pindah Tempat Kegiatan Usaha
Apabila kegiatan usaha PKP berpindah tempat ke luar wilayah Kantor Pelayanan Pajak tempat PKP tersebut dikukuhkan. PKP diharuskan mengajukan kembali permohonan kode aktivasi dan password. Pengajuan permohonan tersebut disampaikan ke KPP yang membawahi tempat kegiatan usaha PKP yang baru. Dalam pengajuan permohonan tersebut jangan lupa untuk menunjukan pemberitahuan kode aktivasi yang asli dari KPP sebelumnya. PKP tetap dapat menggunakan Nomor Seri Faktur Pajak yang belum digunakan.
Nomor : ... ...,... Hal : Pemberitahuan Nomor Seri Faktur Pajak
Yang Tidak Digunakan Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... ...
Dengan ini, saya:
Nama : ... Jabatan : ... Nama PKP : ... NPWP : ... Alamat : ...
menyampaikan Nomor Seri Faktur Pajak yang tidak digunakan pada tahun ..., yaitu : 1. ...
2. ... 3. ... dst.
4. ... sampai dengan ... 5. ... sampai dengan ...dst.
Pemberitahuan ini kami sampaikan untuk memenuhi ketentuan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-.../PJ/2012.
Nomor Seri tersebut di atas belum pernah dipergunakan untuk menerbitkan Faktur Pajak. Demikian disampaikan, atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.
Pemohon
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 37
Gambar 3.2 Saat PKP Pindah Kegiatan Usaha ke Luar Wilayah KPP
G. Ketentuan Untuk Faktur Penjualan
Bagaimana dengan Faktur Penjualan? Pada peraturan sebelumnya
(PER-13/PJ/2010) & peraturan yang terbaru (PER-24/PJ/2012) tidak ada perbedaan. Untuk Faktur penjualan yang digunakan sama dengan Faktur Pajak seperti yang telah di atur. Berikut ini adalah contoh format faktur penjualan:
Faktur Penjualan Nomor Faktur : Kode Pelanggan : Nama Pelanggan : Total Faktur: Tanggal Pelunasan :
Form 3.2. Contoh Faktur Penjualan
Kode Barang Nama Barang Jumlah Harga Total
PKP Pindah ke Luar
Kode Aktivasi dan Password
Mengajukan kembali permohonan kode aktivasi dan password + menunjukan asli pemberitahuan kode aktivasi yang diberikan oleh KPP sebelumnya
No Seri Faktur Pajak
Tetap dapat menggunakan No Seri Faktur Pajak yang belum digunakan
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 38 Berikut ini adalah contoh Faktur Penjualan yang berfungsi sebagai Faktur Pajak:
FAKTUR PENJUALAN/ FAKTUR PAJAK Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak:
Pengusaha Kena Pajak Nama:
Alamat: No Faktur:
NPWP: Tgl.Jth Tempo:
Pembeli Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak Nama:
Alamat: Kode:
NPWP: Sales:
No. Urut Nama Barang Kena Pajak / Jasa Kena Pajak Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termin
Valas Rp
Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termin Dikurangi potongan harga
Dikurangi uang muka yang telah diterima Dasar Pengenaan Pajak
PPN = 10% x Dasar Pengenaan Pajak Total
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
Tarif DPP PPnBM ...% ...% ...% ...% Rp... Rp... Rp... Rp... Rp... Rp... Rp... Rp... ...tgl... ... Nama Jumlah Rp...
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 39
H. Ketentuan Faktur Pajak Pengganti
Perubahan mengenai ketentuan Faktur Pajak Pengganti adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 Perbedaan PER-13/PJ/2010 dan PER-24/PJ/2012 terkait dengan Faktur Pajak Pengganti/Pembatalan
PER-13/PJ/2010 PER-24/PJ/2012
Penerbitan Faktur Pajak Pengganti dapat dilakukan jika SPT Masa PPN (dimana FP Pengganti tersebut
dilaporkan) belum dilakukan
pemeriksaan & PPN dalam Faktur Pajak tersebut belum dibebankan sebagai biaya.
PKP boleh menerbitkan Faktur Pajak Pengganti atas Faktur Pajak yang rusak, salah pengisian & penulisan serta Faktur Pajak atas pembatalan
transaksi penyerahan BKP/JKP
selama Faktur Pajak tersebut masih dapat dilakukan pembetulan.
Faktur Pajak yang diganti/dibatalkan
sepanjang belum dilakukan
pemeriksaan.
Pembetulan SPT Masa PPN (dimana FP Pengganti tersebut dilaporkan) dapat dilakukan selama belum
dilakukan pemeriksaan, belum
dilakukan pemeriksaan bukti
permulaan yang bersifat terbuka dan
PKP belum menerima surat
pemberitahuan hasil verifikasi.
Pembeli BKP/JKP yang sudah
melakukan pengkreditan atas PM dari
PPN yang Faktur Pajak nya
diganti/dibatalkan maka harus
dilakukan pembetulan SPT masa PPN pada masa pajak untuk Faktur Pajak yang diganti/dibatalkan selama belum dilakukan pemeriksaan
Jika PM atas Faktur Pajak yang diganti/dibatalkan oleh PKP sudah dikreditkan, maka harus melakukan pembetulan SPT masa PPN pada masa pajak atas Faktur Pajak yang
diganti/dibatalkan tersebut
dilaporkan. Dan selama belum
dilakukan pemeriksaan, belum
dilakukan pemeriksaan bukti
permulaan yang bersifat terbuka &
PKP belum menerima surat
pemberitahuan hasil verifikasi.
Penjelasan:
Jika kita perhatikan antara PER-13/PJ/2010 dan PER-24/PJ/2012 terdapat penambahan kata-kata yaitu:
1) Pada PER-13/PJ/2010, PKP dapat menerbitkan Faktur Pajak Pengganti/dibatalkan asalkan belum ada pemeriksaan dan PPN dalam Faktur Pajak tersebut belum dibebankan sebagai biaya. Itu artinya jika sudah dilakukan pemeriksaan dan PPN tersebut sudah dijadikan biaya, maka tidak bisa diterbitkan Faktur Pajak Pengganti/Pembatalan.
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 40 2) Pada PER-24/PJ/2012, Penerbitan Faktur Pajak Pengganti dapat
dilakukan, sepanjang Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (dimana Faktur Pajak yang diganti tersebut dilaporkan) masih dapat dilakukan pembetulan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
3) Pada PER-24/PJ/2012, SPT Masa PPN (dimana Faktur Pajak yang diganti tersebut dilaporkan) dapat dilakukan Pembetulan jika belum ada pemeriksaan, belum dilakukan pemeriksaan bukti permulaan yang bersifat terbuka dan PKP belum menerima surat pemberitahuan hasil verifikasi. Artinya, jika setelah adanya pemeriksaan, adanya pemeriksaan bukti permulaan yang bersifat terbuka dan PKP sudah menerima surat pemberitahuan hasil verifikasi, maka PKP tidak dapat menerbitkan Faktur Pajak Pengganti/Pembatalan. Selain itu, dalam PER-24/PJ/2012 untuk nomor seri Faktur Pajak Pengganti ada ketentuan baru yaitu:
a) Pada PER-24/PJ/2012, untuk Nomor Seri Faktur Pajak Pengganti tetap menggunakan Nomor Seri Faktur Pajak yang sama dengan Nomor Seri Faktur Pajak yang diganti.
Contoh:
Faktur Pajak yang diganti Kode dan Nomor Seri Tanggal
: 010.900.13.00000010 : 011.900.13.00000010 : 15 Juli 2013
Gambar 3.2 Contoh Faktur Pajak Pengganti (Berdasarkan PER-24/PJ/2012)
b) Sedangkan di PER-13/PJ/2010, nomor urut Faktur Pajak Pengganti berdasarkan Nomor Seri Faktur Pajak terakhir yang belum digunakan.
Contoh:
Faktur Pajak yang diganti Kode dan Nomor Seri Tanggal
: 010.000.11.00000018 : 011.000.11.00000030 : 12 Februari 2012
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 41
I. Sanksi administrasi
Bagi PKP yang menerbitkan Faktur Pajak lewat dari batas waktu yang ditentukan, maka dikenakan sanksi administrasi berdasarkan Undang-Undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Pasal 14 ayat (4) yaitu denda 2% dari DPP. PKP yang menerbitkan Faktur Pajak lewat dari 3 bulan, maka dianggap tidak Menerbitkan Faktur Pajak & Pajak Masukan-nya tidak dapat dikreditkan. Tidak ada perubahan antara peraturan baru dan lama yang membahas tentang sanksi administrasi ini.
Contoh 1 (Bagi PKP yang menerbitkan Faktur Pajak lewat dari batas waktu yang ditentukan):
PT A melakukan penjualan sebagai berikut:
DPP : Rp 12.000.000
Saat penyerahan : 10 April 2013
Saat pembayaran : 10 Mei 2013
Saat penerbitan Faktur Pajak :11 April 2013 (Terlambat) Dengan begitu PT A terlambat menerbitkan Faktur Pajak. Sehingga PT A dikenakan sanksi administrasi yaitu denda 2% x Rp 12.000.000 (DPP) = Rp 240.000. Seharusnya PT A menerbitkan Faktur Pajak paling lambat tanggal 10 April 2013.
Contoh 2 (Bagi PKP yang menerbitkan Faktur Pajak lebih dari 3 bulan): PT Y menjual BKP kepada PT Z sebagai berikut:
DPP : Rp 20.000.000
Saat penyerahan : 30 Juli 2013
Saat penerbitan Faktur Pajak : 1 November 2013 Maka, PT Y sebagai penjual terlambat menerbitkan Faktur Pajak selama 4 bulan. Sehingga PT Y dianggap tidak menerbitkan Faktur Pajak. Kemudian PT Z sebagai pembeli, tidak bisa mengkreditkan Pajak Masukan atas pembelian Barang Kena Pajak (BKP) tersebut.
Observation & Research of Taxation – http://www.ortax.org 42
J. Sanksi Untuk Faktur Pajak Tidak Lengkap
Pada peraturan sebelumnya yaitu PER-13/PJ/2010, tidak ada istilah Faktur Pajak Tidak Lengkap Tetapi yang ada hanya Faktur Pajak Cacat. Atas Faktur Pajak Tidak Lengkap tersebut, PKP dikenakan sanksi administrasi berdasarkan Undang-Undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Pasal 14 ayat (4) yaitu denda 2% dari Dasar Pengenaan Pajak.
Faktur Pajak Cacat (Istilah pada peraturan PER-13/PJ/2010) dan Faktur Pajak Tidak Lengkap (Pada Peraturan PER-24/PJ/2012) tidak dijelaskan secara spesifik di Undang-Undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Namun, pada Pasal 14 ayat (1) huruf e Undang-Undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan disebutkan:
Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak mengisi Faktur Pajak secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, selain:
1. identitas pembeli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya;atau
2. identitas pembeli serta nama dan tandatangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b dan huruf g Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, dalam hal penyerahan dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak pedagang eceran;
Dari penjelasan diatas, bisa disimpulkan bahwa PKP yang tidak mengisi Faktur Pajak secara lengkap ini disebut sebagai Faktur Pajak Tidak Lengkap. Untuk BKP/JKP yang menerima Faktur Pajak Tidak Lengkap, maka Pajak Masukan-nya tidak dapat dikreditkan.
Contoh Faktur Pajak Tidak Lengkap:
PT B menerbitkan Faktur Pajak kepada PT C atas pembelian BKP sebesar Rp 23.000.000 (belum termasuk PPN). Kemudian setelah diteliti, PT B salah mengisi nomor seri pada Faktur Pajak tersebut. Sehingga:
- PT B dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% x Rp 23.000.000 (DPP) = Rp 460.000.
- PT C sebagai pembeli tidak dapat mengkreditkan PM atas pembelian BKP tersebut (berdasarkan Undang-Undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Pasal 14 ayat 4).